Text
Saya beruntung, dulu punya sifat introvert.
Saat ingin ngomong di depan orang, dulu saya kayak mau ngomong di atas panggung. Atau kayak ngomong di depan kamera.
Harus mikir dulu apa yang ingin dikeluarkan dari pikiran.
Mesti ditulis dulu biar yang disalah-salah. dan agar padat poin yang ingin disampaikan.
Ngomong pun harus pakai diksi dan penekanan yang tepat. Biar orang yang dengar tidak salah sangka.
Kalau udah siap bahannya. Test dulu satu dua kalimat. Ngena atau tidak, baik atau tidak, bermanfaat atau tidak, nyakitin hari orang atau jadi obat.
Meskipun terkesan kaku. Itulah usaha saya untuk bisa interaksi dengan orang.
Kalau berhasil, saya ulangi lagi cara ini. Seterusnya dan seterusnya.
Saya katakan itu beruntung, karena dengan karakter saya sekarang ini, sudah dua orang terdekat yang merasa tersakiti.
Dan saya sama sekali tidak menyadari itu. Malah menganggap mereka mainnya kurang jauh, ngopi nya kurang lama.
Harusnya saya intropeksi lagi, kalau saya main sudah jauh. Kok bisa nggak bisa menempatkan kata-kata semestinya.
Pedang ini main libas saja tanpa saya sadari, ternyata tajam.
Itu baru dua yang bilang langsung. Saya belum tau orang yang disekeliling lainnya.
Emak, kakak, abang, atau teman karib yang dulu dekat, sekarang mulai menjauhkan diri.
Gara-gara lisan orang yang manfaatnya dikit, nyakitinnya banyak.
6 notes
·
View notes
Text
Menulis ala Seth Godin
Salah satu inspirasi saya dalam menulis adalah Seth Godin.
Entah sudah berapa buku yang sudah diterbitkan. Entah berapa banyak ia mengisi acara, webinar, diundang berbagai podcast.
Yang pasti satu hal yang patut kita tiru. Seth menulis setiap hari. Yups, sesibuk apa pun.. seorang penulis ya kerjaan nya nulis. Abis nulis, ya nulis lagi.
Kalian bisa mengikuti di blog-nya seths.blog ia selalu menuliskan pelajaran ringkas yang bisa ia bagikan. Apakah itu relate dengan pembacanya atau tidak. tugasnya membagikan apa yang bisa.
Singkat jelas, dan dilengkapi analogi untuk membantu ngena di logika pembaca.
Oya, bagi yang belum tahu Seth, saya menangkapnya ia adalah seorang marketing author.. Boleh di googling lengkapnya.
0 notes
Text
Hai tumblr,
Saya sedang mencari media, yang nyaman untuk menuliskan hal personal. Apakah ada pembaca atau tidak.
Memang paling nyaman sih, terdapat orang-orang yang punya perasaan yang sama, atau pemikiran yang sama, nasib, atau yang diperjuangkan itu sama.
Kalau perihal yang sama diobrolkan di warung kopi, bakal seru kan tuh.
Saya sudah berkelana ke berbagai media. Steemit, medium, blog pribadi, dan sosmed. Beda saja untuk disampaikan. Sosmed rasanya seperti panggung, kadang berasa pasar, orang bisa keluar masuk. Kadang ramai, kadang tidak.
Medium dan podcast itu seperti kelas. kalau ngomong mesti punya daging, karena orang membuka itu untuk mendapatkan sesuatu.
Blog pribadi macam buka toko di tengah gunung, mesti ngundang orang dulu biar ramai.
Dan steemit obrolannya tergantung kurator. macam orang kerja.
Saya masih butuh tempat untuk berbicara dengan diri sendiri. Pakai cermin ala ibu tiri putri salju, sudah bukan jamannya. Nulis Diary.. kadang sering tinggal di rumah. Saya coba pulang kemari.
Dulu saya sih nyaman aja disini. sekarang semoga kita masih cocok.
3 notes
·
View notes
Text
KETIKA CINTA BERTASBIH
Andai setiap insan saat mendengar lirik melly Goeslaw
bertuturlah cinta mengucap satu nama...
Ditujukan hanya kepada Insan Termulia. Muhammad ﷺ
Nadinya tak lagi berdenyut merdu, bahkan wajahnya akan meluap tak tertahan karena Cintanya..
Hanya orang-orang yang dipilih Allah bisa merasakan cinta atas segala cinta.
#Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammad.
0 notes
Text
Ruh Seorang Guru
Menuntut ilmu, memang menjadi objek yang selalu indah untuk dibicarakan. Pasalnya, menuntut ilmu itu adalah aktifitas yang abadi dan sepanjang hayat. Tidak akan pernah berhenti, sampai kita berada di liang lahat.
Tidak selamanya, kita selalu menjadi murid. Sepatutnya kita harus selalu bisa untuk ber-metamorfosa untuk bisa meningkatkan derajat kita menjadi seorang guru, bagi siapapun yang berada di sekitar kita. Tidak melulu, harus menjadi guru di dalam kelas. Asalkan kita memiliki niat yang tulus untuk bisa berbagi dan mewariskan ilmu, apapun itu Insya Allah, ilmu itu bisa bermanfaat.
Guru akan tetap selalu menjadi murid. Tapi orang yang menjadi murid tidak selalu bisa mem-posisikan sebagai guru. Bersyukurlah bagi orang – orang yang berpotensi dan mau berusaha untuk menjadi guru. Dengan izin Allah, dia bisa meninggikan derajatnya walau kita tak pernah tahu seberapa. Kalau sudah ber-derajat di hadapan Allah, apalagi di hadapan makhluk-Nya. Mulia akan selalu datang, pada orang yang tidak pernah meminta kemuliaan.
Perlu kita tahu. Ada banyak hal yang harus dimiliki oleh seorang guru. Tentu saja ilmu, karena itu adalah objek yang perlu untuk disalurkan. Tak lupa juga sebuah kemauan, karena kemampuan tidak akan pernah bisa datang tanpa adanya kemauan. Barangkali, harta dan tahta agar kita bisa lebih mempercayakan. Tapi ada komponen utama yang harus dimiliki sebelum akhirnya kita melengkapi kebutuhan itu semua. Sebuah ruh yang menjadi suatu dasar.
Guru, tidak akan pernah bisa mendidik murid – muridnya tanpa didasari ruh. Pekerjaan tak akan pernah berhasil dan sukses, tanpa adanya ruh dari seorang yang mengerjakan. Sama halnya dengan jasad seorang makhluk. Bagaimana ia akan hidup, jika tidak ada ruh yang menghidupinya. Ia akan terlihat seperti orang mati, meski ia bisa berjalan menapak bumi dan beraktifitas. Ia masih bisa bernafas, tapi hidupnya akan selalu muram durja karena tak punya nyawa untuk menjalaninya.
Ruh dari seorang guru itu hal utama yang harus dimiliki oleh setiap darinya. Ia akan selalu menumbuhkan benih – benih kebaikan, sifat dan marwah yang baik untuk diteladani, akan timbul pula keinginan – keinginan yang kuat untuk menjalani. Meskipun pekerjaan saat mendidik itu tidak dikatakan mudah, tapi ruh yang hidup akan selalu menjadikan sekitarnya kembali hidup. Bukan hanya dalam alam normal untuk bisa menghidupi, dalam alam bawah sadar-pun akan selalu terpatri. Guru yang mempunyai ruh saat mendidik, maka ia tidak hanya menjalin hubungan secara lahiriyah dengan murid – muridnya. Ruh itu-lah yang bisa menyambungkan kontak bathiniyah antara guru dan muridnya.
Sekedar berbagi pengalaman pribadi saya saat menjadi seorang murid. Dahulu, saya mempunyai seorang wali kelas di pondok. Kalau tidak salah, saat saya duduk di bangku kelas 4 KMI, atau setara dengan kelas 1 MA. Bagi kami, beliau selalu punya ruh dan niat baik untuk tetap bisa mendidik dan mengajar murid – muridnya. Tetapi, karena beliau ini berdisiplin yang tinggi, niat yang baik itu disalahartikan oleh sebagian murid. Tapi bagi saya tidak, karena niat guru yang baik akan selalu terasa ruhnya, bagi yang merasakannya dengan hati nurani pula.
Singkat cerita, pernah dan bahkan sering beliau mempunyai rutinitas yang patut untuk diteladani; membangunkan murid – muridnya untuk shalat tahajjud. Hampir terhitung setiap hari, bahkan jarang sekali absen. Beliau berkeliling dengan sepeda ke setiap asrama murid – muridnya. Murid yang dibangunkan, tidak hanya seorang atau dua orang. Ada sekitar 40 murid yang harus dibangunkan. Dan hampir setiap hari, beliau bisa menggiring kami shalat tahajjud di Masjid berjamaah.
Hal yang unik dan menarik disini, bukan tentang rutinitas beliau untuk membangunkan. Jujur, secara pribadi. Saya termasuk murid yang susah sekali untuk dibangunkan. Kegiatan pondok yang cukup padat, membuat beberapa santri terlambat istirahat. Tapi, ada hal yang selalu membuat terheran, hingga kami tumbuh dewasa saat ini. Kami selalu bangun dan terketuk hatinya, untuk bisa bangun malam. Meskipun, kami baru saja istirahat. Kami bisa terbangun dalam kondisi fresh, meskipun saat itu hanya sekali sentuhan. Hal itu selalu terasa berbeda, saat orang lain; seperti teman, atau kakak kelas yang membangunkan. Tapi lain halnya saat wali kelas kami yang melakukan.
Mungkin, ruh yang ada dalam diri kami sebagai murid selalu sadar. Ruh di dalam kondisi teta, beta atau bahkan alpha yang sudah melebur bersama ruh guru kami saat itu. Entah, hingga sampai saat ini pun, saya tidak pernah menemukan jawaban yang tepat. Mengapa sentuhan beliau saat itu mujarab sekali untuk bisa membangunkan. Ruh dalam diri kami sudah sangat mengenal diri beliau, baik secara sadar ataupun tidak.
Percaya atau tidak, mungkin sebenarnya ini adalah hal yang lumrah bahkan sepele bagi sebagian orang. Tapi percayalah, ruh dalam setiap guru itu memang benar ada dan nyata, bukan hanya sekedar omongan kata. Entah, bagaimana bisa ruh itu hadir jika kita tak melatihnya.
Percayalah, guru – guru yang mempunyai ruh baik, akan selalu menciptakan murid – murid yang baik pula. Jangan bosan – bosan belajar untuk menjadi guru yang baik. Jangan pula menyerah untuk tetap menjadi murid yang baik.
124 notes
·
View notes
Text
Jangan engkau mencintaiku, dan jangan berharap cintaku.
Ini serius! Jangan...
Mencintaiku, hanya mendapatkan kekurangan yang tak mungkin lebih. kehinaan yang tak akan mulia.
Berharap cintaku. Engkau juga mendapatkan cinta yang semu. Cinta yang tak pernah tulus, hanya ada kepentingan.
Standar minimal kepentingan kami lelaki biasanya hanya menjadikan wanita itu sebagai objek. muda, imut, cantik dan aduhai.
Jika objek sudah pudar. Wajah kami lebih sering murung dan masam di rumah. Namun Manis dan Cerah diluar.
Kepentingan-kepentingan lain juga banyak. Malu untuk diungkapkan sebagai lelaki.
Cukup cintai Allah dan Rasul-Nya. Berikanlah sepenuh hati, pengorbanan jiwa, raga dan harta.
Karena Allah akan memandumu, melalui Ajaran Nabi ﷺ ... bagaimana memperlakukan suamimu.
Dan Allah juga akan menghidayahinya, bagaimana berkasih sayang terhadapmu.
Cintailah daku karena Allah. 'Karena Allah' adalah ungkapan derajat keikhlasan dan ketulusan.. akan menerima apapun yang Allah berikan. Ridha terhadap pemberian dan ketentuan-Nya.
Kekuranganku, aibku, hanya hal kecil bagi Pecinta Allah dan Rasul-Nya. tak jadi masalah. Tanpa-Nya, aib dan kekurangan tersebut akan jadi keluh dalam hidupmu.
Cinta itu perlu dirawat. Cinta itu butuh pengorbanan. Pengorbanan karena Allah lah yang menjadi ibadah dan bernilai tinggi.
Aku pun demikian,
Aku mencintaimu Karena Allah
28 Okt 2021
@kautsarmuhd
0 notes
Text
Bayaran Atas Ilmu
Di zaman Rasulullah SAW, para sahabat yang dekat dengan Nabi, yang hadir dalam majelisnya.. Diperintahkan untuk menyebarkan ilmu yang ia dapat. Kepada anak isterinya, keluarga, suku dan kabilah hingga jauh perjalanan dakwahnya.
Sa'ad bin Abil Waqqash hingga ke negeri China, Muaz bin Jabal hingga ke Negeri yaman, hingga Abu Ayyub Al Anshari dikebumikan di Konstantinopel. Begitulah Nabi SAW mendidik para sahabat.
"Ilmu yang sudah didapat, harus dibagikan dan disebar kepada orang-orang yang belum mendapatkan ilmu."
Begitu Kata Gus Baha, cara membayar sebuah ilmu adalah dengan menyebarkannya.
0 notes
Text
Derajat tinggi itu sabar
"Bersabarlah atas hal yang kamu inginkan, namun hal itu belum kesampaian. Dan bersabarlah atas hal yang tidak kamu inginkan.. karena disana terdapat hikmah yang besar."
Nasihat sore kemarin tentang kesabaran dengan Habib Abdul Haris Alaydrus, adalah sebuah pesan lifetime, berlaku seumur hidup, di setiap zaman.
Saat musim paceklik, Malaikat pernah menyarankan kepada Rasulullah SAW, 'Mengapa engkau tidak berdoa dan meminta saja kepada Allah. Dengan mudah bukit itu menjadi emas'.
Rasulullah enggan memanjatkan pintanya meskipun terkabul dengan cepat. Beliau lebih menunjukkan kesabaran dan mengajarkan para sahabat cara bersabar.
Saat dizolimi oleh orang-orang Thaif, Malaikat pun mendatangi Rasulullah SAW, berharap Rasul mengizinkan malaikat untuk menimpakan bukit hingga rata kepada mereka.
Sikap Rasulullah SAW sama, yaitu bersabar dan mendoakan agar mereka dan generasi setelahnya menjadi orang-orang ahli Sujud kepada Allah.
Abuya Muhammad bin Alwi AlMaliki menjelaskan, terdapat 4 perkara yang membuat manusia ke derajat yang tinggi, meski ilmu dan amalnya sedikit:
KESABARAN, Kesederhanaan hati, Kerendahan hati, dan Akhlak yang mulia.
0 notes
Text
كل الأشياء ترحل ولا تعود إلا الدعاء ، يرحل بالرجاء ويعود بالعطاء
Segala sesuatu pergi dan tidak kembali, kecuali doa ; Ia pergi dengan harapan dan kembali dengan pemberian.
2 notes
·
View notes
Text
Luangkan seluruh waktu dan pikiranmu pada ilmu jika kau memang menginginkannya.
karena ilmu hanya didapatkan orang yang meluangkan seluruh waktu dan pikiran.
—Pesan Nabi Khidir kepada Nabi Musa, Dalam Qashashul Ambiya.
1 note
·
View note
Text
Tak ada kata Seandainya
"Coba seandainya dia nggak ngelakuin ini. Pasti keadaan nggak begini."
“Coba dulu aku daftar ini dan mendengarkan kata ayah. Pasti aku akan menjadi seperti dia. Lebih baik mungkin."
Kata 'Seandainya', 'Coba dulu kalau' adalah ungkapan Rasa bersalah dari masa lalu. Kita mengira itu akan akan memperbaiki perasaan kita.
Padahal ungkapan tersebut akan merusak dua hal. Pertama, Keyakinan kita terhadap Takdir Tuhan. kedua, Kesehatan Mental.
Lah, kok bisa sampe kepada keyakinan. Merusak iman dong!
Benar, tepatnya rukun iman yang keenam. Yaitu percaya kepada Kadar yang Allah berikan, dan takdir yang telah di tetapkan.
Suatu yang telah terjadi, telah Allah tuliskan dalam suratan takdir masing-masing makhluk.
Kita sebagai hamba diminta mengambil hikmah, bersabar dan bersyukur dalam setiap hal.
Nabi Adam as. menyesal dengan memakan buah yang terlarang di dalam Surga.
Namun, beliau tak pernah mengatakan seandainya saya tak memakan, maka saya akan tinggal di Surga.
Karena memakan buah tersebut Adalah Asbab untuk beliau. Turun ke bumi sebagai Khalifah, menjalani takdir yang telah Allah tulis sebelum beliau tercipta.
Pada masa Perang Uhud, Allah memperlihatkan karakter orang-orang munafik.
Awal sebelum berperang, Rasulullah mengusulkan untuk bertahan saja dalam kota Madinah.
Namun hasil rapat, pemuda muslimin saat itu ingin menghadapi di luar, di bukit uhud. Rasulullah pun setuju. Beliau bergegas mengambil baju besi dan pedangnya.
Saat berangkat perang, 300 orang munafik membelot alias mundur dari peperangan, serta memprovokasi sebagian sahabat dengan ungkapan "Jangan kalian berangkat perang dalam udara panas".
Seperti yang kita ketahui, peperangan ini berujung kekalahan karena sebagian besar pemanah tidak patuh komando.
Sahabat Ibnu Zubair saat tiba di madinah, mendengar pembicaraan salah satu dari mereka.
“Seandainya kita memiliki hak campur tangan dalam urusan ini, mereka mendengarkan. Niscaya tidak akan terbunuh disini.”
Pembicaraan membuat situasi semakin geram para sahabat.
Hingga turunlah ayat saat itu.
الَّذِينَ قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا
Orang-orang yang berkata kepada saudara-saudara mereka, dan mereka tidak ikut berperang : “Seandainya mereka megikuti kita, maka mereka tidak akan terbunuh”.
Allah membalas ucapan mereka pada kalimat berikutnya
قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah olehmu ( ya Muhammad) : “Tolaklah kematian dari diri-diri kalian bila kalian orang-orang yang benar”.
[Ali Imran : 168].
Sehingga para ulama berfatwa, ungkapan 'seandainya' adalah sifat munafik dan merusak iman.
• • •
Dan yang membuat ungkapan ini juga merusak mental adalah…
Pikiran tersebut memandang suatu masalah, bukan untuk mencari solusi, tapi untuk menyalahkan.
Jika yang disalahkan adalah diri sendiri, maka akan menimbulkan penyesalan yang mendalam, kegagalan, insecure (merasa diri rendah), stress, putus asa, hingga bunuh diri.
Jika yang disalahkan orang lain, maka akan muncul sifat tempramen, dendam, agresif, kebencian hingga permusuhan.
Ambillah hikmah disetiap kejadian, mulai bersyukur dengan apa yang ada pada hari ini, bersabar pada berbagai keadaan.
Jadikan baik-buruk, kelebihan-kekurangan adalah bagian dari hidup kita, tak perlu dipermasalahkan berlebihan.
4 notes
·
View notes
Text
Tersenyumlah…
“Tidak ada kerugian di dalamnya. Tuhanmu ada, rezekimu sudah ditulis, umurmu sudah ditentukan…
Jadilah orang yang menyenangkan. Agar kamu selalu melihat orang di sekitarmu bahagia.”
—Syeikh Muhammad Mutawalli AsSya’rawi
4 notes
·
View notes
Text
IPB..
Tempat saya belajar arti cukup.
Dengan mengucapkan kata ‘cukup’, saya lebih mudah memperjelas dan mengejar tujuan.
Dibandingkan tergoda dengan iming-iming ‘bisa dapat lebih’.
Karena di kehidupan.. sangat banyak loh godaan untuk bisa dapat lebih. Namun menjauhkan kita ke tujuan asli.
Misal, Toelf ITP saya 500-an, standar untuk beasiswa di luar negeri.. Demi mengejar lebih score lebih tinggi. Eh, tau-tau pandemi. Gagal berangkat.
Contoh lain.. Tujuan saya bekerja, untuk mencari nafkah untuk istri dan anak.
Jika mengikuti keinginan mencari lebih. Bisa-bisa kerjaan tersebut bisa menjauhkan dari keluarga.
Terjerumus ke haram pun sangat mungkin terjadi. Demi dapat lebih, mengambil hak orang dan aksi tipu-tipu adalah menjadi hal biasa.
Kasus lain.. Anda ingin mendapatkan pasangan yang grade, spec, dan tahun tinggi. Bisa-bisa Anda tak nikah sampai dajjal keluar.
Sudahlah.. Kata ‘cukup’ salah satu jalan bisa menyelamatkan.
•••
Dan kampus IPB mengajarkan arti cukup dengan cara
Dapat Nilai C, tak boleh ngulang di semester pendek atau pun di Semester depan.
Udah… Ccukup segitu.
0 notes
Text
Mungkin ya.. Mungkin.
Sumber masalah itu dari Su’uzhonmu.
—
Ada perkataan yang seandainya benar tidak berpahala…
Tetapi jika salah berat sekali dosanya. Apa itu?
Inilah yang diperingatkan oleh Imam Abu Bakar bin Abdullah Al-Muzani:
“Hati-hatilah kalian terhadap perkataan yang sekalipun benar kalian tidak diberi pahala, namun apabila kalian salah kalian berdosa. Perkataan tersebut adalah berprasangka buruk terhadap saudaramu.“
1 note
·
View note
Text
“Dunia ini bukan tempatmu..”
Kata-kata yang jleb banget dari Habib Hasan bin Ja’far Assegaf.
Selama ini kita selalu beranggapan, apa yang kita genggam, setiap hal yang disisi kita… adalah milik kita.
Tanpa perlu Anda akui, tapi hati kecil selalu ingin memiliki.
Atau anggapan yang muncul. Kamu akan memperbaiki dunia ini. Namun ujung-ujungnya tersadar, ternyata telah dipermainkan.
Sering juga perasaan ini ingin ngotot, untuk bisa berada di posisi tertentu, Level tertentu.
Saat berhasil menguasainya. Maka Anda menyebutkan, ini sudah selesai. Padahal masalah baru datang..
Sudah takdirnya, dunia fana ini ibarat padang pasir. Panas dan kering.
Kebaikan kita adalah oase. Mata air di tengah kekeringan. Membawa kesejukan.
Amar makruf adalah membuat oase, mendinginkan suasana. Diharapkan oleh semua orang.
Sementara nahi mungkar adalah menjaga oase tersebut, agar tetap bertahan. Agar terus bisa dinikmati semua orang.
Apakah oase tersebut itu akan hilang, akan habis?
Secara logika, iya. Ia hadir ditengah kekeringan. Seiring berjalannya waktu akan hilang.
Yang jelas oase itu bukan milikmu, bukan tempatmu. Kamu cuma berbuat bagianmu, semampumu.
Dunia ini tempatnya Nafsu
Jadi tak perlu tahu semuanya. Tak perlu tertekan, karena tidak memiliki segalanya.
Jika pun semua hal ada disisi Anda. Anda juga tak bisa menikmatinya. Karena itulah nafsu. Bersifat semu, berasa kering.
2 notes
·
View notes
Text
Menyampaikan kebenaran...
Apakah harus disampaikan meskipun itu sulit, meskipun itu pahit?
benarkah demikian?
Atau kah Kebenaran ini harus disampaikan pada moment yang tepat.
Sehingga nggak banyak mudharat yang didapat.
Atau ini jangan-jangan ini bukan suatu kebenaran atau kebathilan.
Mungkin ini hanya level kheir dan Ahsan. Namun Andanya yang ngotot, bahwa ini adalah antara benar dan salah.
Semoga Allah membersihkan pikiran kita.
0 notes
Text
Seorang laki-laki masuk ke dalam sebuah ruangan, di sana ia melihat seorang Syaikh sedang memberikan penjelasan Shahih Al-Bukhari kepada murid-muridnya.
Laki-laki itu berkata kepada Syaikh: "Orang-orang di Barat telah sampai bulan, dan engkau masih di sini untuk menjelaskan Al-Bukhari?"
Syaikh menjawab: "Apa yang menakjubkan dari hal tersebut? Makhluk sampai kepada makhluk yang lain.
Adapun kami menginginkan untuk sampai kepada Al-Khaliq (Sang Pencipta). Namun, apakah engkau tahu, bahwa sebetulnya orang yang paling rugi di antara kami adalah dirimu sendiri.
Sebab engkau tidak sampai kepada bulan bersama mereka, juga tidak membaca Al-Bukhari bersama kami."
3 notes
·
View notes