"do whatever it takes", and the results are left to the most loving and most merciful.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Apa kabar aku yang juga gak suka menghabiskan waktu dengan setrika? :(
Masak
Jadi besok aku diminta ngisi sharing session Ramadan. Terus pas aku lihat-lihat video sebelumnya, moderatornya nanyain ke pemateri sebelumnya
Moderator : gimana mbak, sudah nyiapin buka?
Pemateri : sudah tinggal goreng-goreng lauk aja.
Mantaaaappp.
Aku : Mas, besok kalau aku ditanya 'gimana mbak, sudah nyiapin buka untuk suami?' aku jawab apa yaaa
Suamiku : jawab aja, suamiku mandiri mbak. Dia udah nyiapin sendiri.
😂😂😂😂
Tapi beliau bener juga, kayanya aku nyiapin buka buat beliau cuma dalam hitungan jari. Sampai kalau ibu-ibu pada post menu buka pusa yang udah disiapin, aku minder sendiri hahahahahah.
Aku sudah nggak merasa bersalah lagi, karena kondisiku memang nggak memungkinkan buat nyiapin sesemarak yang lain. Susah juga punya dua batita dalam satu rumah, tanpa asisten, kalau mau nyiap-nyiapin. Sementara aku juga sadar diri, masak--kalaulah itu bukan skill yang harus dipunya untuk bertahan hidup, aku nggak akan mati-matian belajar😂 salah gak sih kalau nggak passion sama masak hahaha. Kasihan ibukku, dua dari tiga anak perempuannya minus banget disuruh masak🤣
Ada dua kategori dalam hidup ini jika dilihat dari segi masak : satu yang bertahan hidup dengan memasak, dua yang bertahan hidup dengan tidak memasak.
Dan aku memilih nomer dua. Sudah kusampaikan di awal (sebelum menikah) kalau aku nggak bisa masak. Dia menerima, dan syukurlah dia berkomitmen untuk tetap menerimaku di tahun-tahun berikutnya, bahkan tidak jarang mendukungku untuk nggak memasak wkwkwkwkwkwk
His magic words : udahlah kamu pesen makan aja, daripada kamu masak terus bete. Semua kena. Ahahaha ya mohon maaf pakkk.
Pelajaran yang bisa dipetik : tidak usah membandingkan dengan rumah tangga lain karena tiap rumah tangga beda-beda kondisinya.
632 notes
·
View notes
Text
Aku dan Makanan (1)
Salah satu hal yang bisa mendekatkan seseorang dengan yang lainnya adalah waktu dalam kebersamaan. Dan biasanya spent waktu bersama, selalu ada makanan disana. Terkadang menyukai makanan yang sama bisa menjadi alasan kebersamaan itu ada, tentu selain karena menyukai hal yang sama. Karena duduk pada meja yang sama, dengan makanan yang bisa membuat mood bahagia tentu dapat membuat kebersamaan itu ada. Dengan begitu komunikasi dan relationship akan terbangun seolah-olah ada chemistry disana.
Hal yang tidak aku sadari, kadang lupa tentang apa yang aku masukan ke dalam mulut. Yang dingin dan manis, seperti; ice cream, cake, es kopi, buble tea yang sedang hype sekarang ini, memang merangsang pelepasan hormon dopamin dan serotonin yang membuat dengan siapapun aku meminum atau memakannya akan terasa membahagiakan, penuh senyum, tawa dan bersemangat.
Namun aku lupa, tubuhku.
Ada asthma dan diabetes yang nampaknya diturunkan kepada darah dalam tubuhku. Tinggal di kota metropolitan ini, membuat aku larut dalam kesibukan, dan gaya hidup urban yang serba cepat. Di tuntut untuk bisa multitasking, dan bisa menyelesaikan segalanya dengan cepat. Istirahat kantor sambil berbicara di telpon, makan sambil menonton chanel youtube/netflix, pergi dengan seorang teman, tapi tangan tidak lepas dari layar handphone. Ya itu semua aku.
Membaca buku Eating Clean, sedikit menyadarkann diriku tentang perlunya menyadari jam makan yang teratur, jendela makan, dan menyadari apa yang masuk ke dalam tubuh ini. Stress, gangguan pencernaan, infeksi, jerawat, masalah kulit, masalah hormon, bisa jadi karena adanya Adrenal Fatigue. Begitu menurut Inge tumiwa dalam bukunya.
Adrenal Fatigue adalah kondisi kelenjar hormon adrenal di dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik karena kelelahan. Kondisi ini biasanya disebabkan karena berbagai bentuk stress yang melanda tubuh, baik berupa stress fisik, emosi, lingkungan, maupun jiwa.
Kelenjar adrenal ini membatu tubuh kita bertahan dari serangan stress. Kelenjar ini mempengaruhi beberapa proses di dalam tubuh. Mulai dari pengolahan karbohidrat menjadi lemak, pengubahan lemak dan protein menjadi energi, mengatur distribusi lemak dalam tubuh, dan membantu menjaga berat badan ideal, menjaga peredaran darah dalam tubuh, menjaga fungsi jantung, dan menjaga metabolisme pencernaan, menjaga hormon seks, membantu meminimalisir reaksi negatif alergi pada tubuh, hingga meningkatkan kemampuan tubuh melawan penyakit ataupun virus, dan banyak lagi fungsinya. Singkat kata, hormon adrenal sangat mempengaruhi kualitas hidup dan kesehatan tubuh kita.
Pada seseorang yang kelenjar hormon adrenalnya bermasalah, dari luar terlihat normal, tidak terlihat ada tanda atau gejala penyakit padanya. Namun didalam banyak siatem dan organ didalam yang bermasalah, hingga dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang. Panik atau takut berlebihan, depresi, dan kesulitan tidur merupakan gejala umum adrenal fatigue.
Pada buku eating clean ini Inge tumiwa memaparkan, bahwa penanggulangan kondisi adrenal fatigue bukanlah obat-obatan atau operasa medis, melainkan pola hidup sehat dengan makanan bergizi, olahraga rutin, dan istirahat cukup.
3 notes
·
View notes
Text
Seorang laki-laki mendatangi isterinya selepas shalat isya', ia mendapati anak-anaknya telah tertidur. Kemudian ia bertanya kepada isterinya :
"Apakah mereka sudah shalat?"
Sang isteri menjawab: "Kita tidak punya makanan, saya hanya memberikan minum kepada mereka hingga tertidur, dan mereka belum shalat.,"
Suaminya berkata: "Bangunkan mereka."
Isteri: "Wahai ayah fulan, jika saya bangunkan, mereka akan menangis karena lapar. Sedangkan makanan tidak ada."
Suami: "Dengarkan saya, sudah menjadi kewajiban saya memerintahkan mereka untuk shalat, sedangkan rizki mereka Allah yang menjamin. Bangunkanlah mereka. Allah Ta'ala berfirman :
وأمر أهلك بالصلاة و اصطبر عليها، لا نسألك رزقا، نحن نرزقك
والعاقبة للتقوى
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaha : 132)
Sang isteri taat kepada perintah suaminya, lalu membangunkan anak-anaknya. Ketika mereka baru saja selesai melaksanakan shalat, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah, ternyata salah seorang kaya-raya membawa hidangan yang lezat dari berbagai macam makanan.
Dan ia berkata: "Ambillah ini untuk keluargamu".
Si lelaki bertanya: "Ada apa ini?"
Ia menjawab: "Datang kepada saya seorang tamu [kenegaraan], kemudian saya pun menghidangkannya makanan ini. Sebelum ia makan, kamipun terlibat sebuah perselisihan. Ia pun bersumpah untuk tidak memakan sedikitpun kemudian langsung pergi.
Maka sayapun kembali membawa makanan ini dan saya berkata kepada diri saya : saya akan memberikan makanan ini kepada seseorang hingga kakiku berhenti dengan sendirinya. Demi Allah tidaklah kaki saya berhenti kecuali tepat di depan pintu rumahmu. Dan Demi Allah, sayapun tak tahu apa yang menyebabkan saya bisa datang kepadamu."
Wallahu waliyyut Taufiq.
255 notes
·
View notes
Text
Bertumbuh
Hari ke-4, Minggu 29 November 2020
Aktivitas hari ini : Hari libur pertama saya di kosan saja, saya menonton dan membaca buku hal-hal mengenai pernikahan. Proses kreativitas : Menuliskan hal apa yang akan saya yakini mengenai core values saat ingin menetapkan hati untuk menikah. Tujuan Belajar : - IC (Intellectual Curiosity) Menelusuri bagaimana seseorang khususnya saya menemukan keinginannya dalam hidup, menyelesaikan segala pergelutan dalam diri, hingga akhirnya merasa selesai dengan diri sendiri. Dan siap untuk bisa saling support dalam kehidupan selanjutnya dipernikahan. - CI (Creative Imagination) Mulai menuliskan pada buku catatan pribadi dan memahami perlahan-lahan untuk apa sesungguhnya sebuah pernikahan. Meluruskan niat, dan menggali bahwa sesungguhnya pada setiap rencana libatkanlah Allah. Sehingga apa yang menjadi plan saya sebagai manusia, selaras dengan yang Allah ridhoi. - AD (Art of discovery) Saat terfokus pada 1 topik pembahasan, bahkan membuka youtube pun yang keluar adalah topik-topik tersebut. Sehingga banyak sekali hal yang saya dapat terkait imu dan hal yang perlu di siapkan dalam pernikahan dalam berbagai sudut pandang. - NA (Noble of Attitude) Saya rasa keyakinan itu perlu di pupuk. Bukan datang sekali saja, karena keyakinan bagian dari pada Iman. Proses ini akan panjang, karena saya akan bertumbuh, belajar, dan membersamai. Refleksi : Saya sebagai manusia menyadari bukanlah seseorang yang paham segalanya. Untuk itu saya mau menjalani dan bertekad bahwa setiap hal yang terjadi adalah pembelajaran saya untuk tetap bertumbuh. Sulit pasti, karena saya belum pernah berperan sebagai ibu, sebagai istri, sebagai entrepreneur. Banyak hal yang jika saya pikirkan saya yakin tak akan habis-habis. Namun, atas izin Allah saya yakin atas niat saya.
*)Gambar pemanis, saat meja belajar ini menjadi spot yang paling saya sukai saat menulis, belajar, mengedit, dan mencari informasi apapun.
2 notes
·
View notes
Text
Sharing is Caring
Hari ke-3, Sabtu 28 November 2020
Aktivitas hari ini : Pergi ke rumah rekan kerja, bersilaturahmi, dan mempelacari cara menjalankan Cygwin menggunakan bahasa perl Proses kreativitas : Untuk men decode file trace berformat xml file, menjadi pcap diperlukan decoder pearl menggunakan Cygwin.
Tujuan Belajar : - IC (Intellectual Curiosity) : Saya tidak tahu cara mendecode file trace terkait pekerjaan dikantor. Untuk itu saya ingin bisa dan mempelajari cara untuk bisa mendecode dari laptop saya. - CI (Creative Imagination) Sambil menonton di youtube saya juga di pandu oleh rekan kantor saya. Sehingga tidak cukup sulit saya memahami cara yg dipaparkan oleh rekan saya. Dengan saya menonton tutorial yg dibahas via youtube juga membuat saya memahami sedikit lebih cepat, saat dijelaskan. - AD (Art of discovery) Saya terbuka tentang kesulitan saya, sehingga saya dan rekan kerja saya bisa saling sharing terkait beberapa hal yang saya mengerti dan dia mengerti. Kami bisa win-win dalam hal ini. Mendapat pembelajaran diluar pekerjaan kantor pun mejadi nilai tambah bagi saya. - NA (Noble of Attitude) Menguatkan kembali adab terhadap guru dan ilmu, ditambah adab sebagai tamu. Terbuka atas apa yang hadapi, juga etika bertamu membuat saya memahami betapa memuliakan tamu yang dilakukan oleh rekan kerja saya adalah sikap yang bisa saya contoh.
Refleksi Dengan bersilaturahmi saya bisa mendapatkan banyak pelajaran, tanpa perlu saya mengalami sesuatu tersebut terlebih dahulu. Saya merasa beruntung memiliki rekan kerja seperti mereka. Saya amat beryukur Allah sayang dan menjaga saya, dan sekeliling saya.
2 notes
·
View notes
Text
Mobile Editing
Hari ke-2 Jumat, 27 November 2020 Aktivitas hari ini : Editing photo dan video menggunakan handphone Proses kreativitas : Tidak bisa melakukan editing menggunakan laptop, akhirnya mengedit menggunakan beberapa aplikasi editing photo video di handphone. Tujuan Belajar : - IC (Intellectual Curiosity) : Beberapa footage yang sudah ada di handphone bisa di edit menggunakan aplikasi mobile gratis. Tapi untuk aplikasi yang bagus, saya juga melakukan subscription agar tools nya dapat di access semua. - CI (Creative Imagination) : Membuat foto dan video agar bisa dinikmati dan enak di lihat, saya terinspirasi dari beberapa content creator. Dan itu mengasah saya untuk memiliki feel editing yang lebih baik lagi. - AD (Art of discovery) Di waktu yang pendek dan mendesak, saya belajar tutorial dari youtube, untuk tips-tips editing mobile. Dari situ saya terisnpirasi dan menjadi lebih kreatif walau terbatas tools ataupun waktu. Dan ini membuat waktu senggang bisa dipakai untuk editing via handphone saja.
- NA (Noble of Attitude) Menggunakan aplikasi yang gratis dan berbayar adalah pilihan, dan sesuai kebutuhan. Jika memang ada beberapa tools yang perlu di access dengan harus langganan berbayar memang menjadi kesadaran dan panggilan tersendiri.
Refleksi : Saat kita tertarik untuk menggeluti dan menyukai suatu bidang, banyak cara terbuka dan sangat mudah di access. Hanya bagaimana saya bisa membagi waktu, mencobanya sendiri dan tidak lupa kesadaran untuk menggunakan aplikasi yang tidak bajakan. Karena itu salah satu bagian dari menghargai karya kita sendiri :)
1 note
·
View note
Text
Product Photography
Hari ke 1, Kamis 26 November 2020
Aktivitas hari ini : Memfoto dan sharing cara saya melakukan Food/product photography
Proses kreativitas : Dengan menggunakan props terbatas, saya menginginkan agar pop up makanan tetap menonjol jelas. Sambil sharing pada beberapa teman yang tertarik belajar photography.
Tujuan Belajar :
- IC (Intellectual Curiosity)
Melakukan persiapan, memulai dari menyiapkan lighting dan setup mini studio juga jadi bagian penting. Menyesuaikan penempatan sumber cahaya yg mana akan menjadi fill light dan main light. Mood foto menggunakan background gelap agar lebih contrast dengan makanannya.
- CI (Creative Imagination)
Dengan prop terbatas, bagaimana membuat setup yang enak dipandang dan sesuai dengan tema makanan. Dengan tema makanan kaya akan rempah-rempah, walaupun seadanya, tapi tetap aestetic.
- AD (Art of discovery)
Bagian seni nya hari ini adalah, mendengar pendapat dari teman-teman yang juga sedang belajar food photography. Sehingga style photo makanan dapat dari berbagai style, dan perspective mata. Dan saya jadi melihat berbagai angle yang out of the box berbeda dari biasanya. Awalnya mungkin teman-teman coba-coba, namun saya bisa belajar dari sana.
- NA (Noble of Attitude)
Dalam hal ini, saya dipercaya untuk memfoto semua makanan Afghanistan usaha milik teman. Namun saya mengingat kembali, bahwa ada teman saya yang juga belajar food photography. Sehingga tidak perlu terburu-buru, agar kita bisa sama-sama belajar. Teringat kembali bahwa sharing ilmu adalah salah satu makna sebagai pembelajar juga.
Refleksi :
Bagi saya, sharing adalah tantangan tersendiri. Karena kadang saya bukanlah orang yg runut dan terstruktur, untuk bisa menjelaskan sesuatu. Dari sharing pada teman menjadi tantangan tersendiri bagi saya, untuk belajar menjelaskan sesuatu secata ter-struktur.
https://youtu.be/EkhgVlcKI6Y
1 note
·
View note
Text
Untuk Aku Yakini
Meyakini bahwa aku siap menikah adalah tentang bagaimana aku siap untuk memberikan apa yang aku bisa, men-support seseorang tsb 100%, dan ada/present di waktu yang bahkan aku tidak bisa mengiranya.
Mungkin pada awalnya terbersit, tentang apa yang bisa aku dapatkan dari orang lain. Siapa yang paling, paling~.
Tapi ternyata itu membingungkan.
Bagaimana jika ada beberapa orang yang ingin memberikan hal baik juga pada hidup mu? Bukankah kamu akan bingung untuk memilihnya? Karena kamu akan membandingkan seberapa banyak orang lain memberikan sesuatu pada hidupmu.
Oleh karena itu, sekarang aku sedang menentukan dan meyakini diriku.
Apakah aku ingin memberikan perhatian ku untuk orang tersebut, mau mensupport seseorang tersebut untuk menggapai mimpi bersama dan berkolaborasi dalam titik temu?
Pada saat itu secara sadar; aku akan punya 2 atau banyak mimpi yang ingin aku wujudkan bersamamu, karena atas izin Allah.
Manusia tidak ada yg sempurna, mudah terluka, tempat salah dan khilaf, bukan?
Dan karena itu, apakah aku atau kamu mau menunggu sempurna dahulu, baru merasa siap?
apakah aku atau kamu mau menunggu sukses dahulu, baru merasa pantas punya mimpi yang ingin digapai bersama?
apakah aku atau kamu mau menjadi pantas dan baik dahulu, baru merasa punya kepercayaan diri untuk bisa 100% men-support orang lain?
Sebanyak itukah saratnya?
Mungkin bisa ya atau tidak. tergantung apa?
Apakah aku atau kamu mau bertumbuh dan belajar masing-masing saja?
Lalu apa bedanya jika kita masing-masing saja?
padahal kalo aku dan kamu mau, kita bisa belajar bersama, untuk menjadi baik, yang benar baik.
Sejujurnya apa yang menunda aku atau kamu, untuk menentukan itu semua?
Apakah aku memang sengaja menundanya untuk mengulur waktu saja? karena aku bahkan tidak tahu mau aku apa? atau?
Semoga Allah membimbingku dan meridhoi apa yang sedang aku usahakan untuk tetap di jalan Nya. Aamiin
1 note
·
View note
Text
Perkataan yang di Tuliskan
Surat adalah media komunikasi yang aku suka. Karena terkadang ada yang sulit di ucapkan lewat perkataan. Dan biasanya perkataan ada saja salah makna persepsinya, termasuk perkataan lewat chat. Tapi entah kenapa lewat surat, seperti banyak hal tersirat dan tersurat bisa dituangkan disana. Seperti banyak hal yang tadinya hanya tersimpan di hati, bisa disampaikan dengan baik.
Karena menulis surat tidak seleluasa ngobrol ataupun chat, aku selalu menulis surat di suatu moment. Sehingga seperti ada alasan yang ingin disampaikan di waktu yang tepat. Tapi sekarang rasanya menulis surat tanpa ada moment membuat aku berfikir, apa yang ingin aku sampaikan yaa. Akhirnya aku membiarkan hati ku, menuliskan dengan perasaanya.
Aku bercerita pada kedua orangtuaku, tentang diriku. Yang di seumur sekarang, bahkan aku selalu merasa terlambat. Terlambat merasakan hal-hal yang mungkin orang lain pernah rasakan duluan.
“Menagapa ya aku baru mau mengejar yang aku inginkan sekarang? Kenapa ga dari dulu yaa? jadi saat ketemu banyak gagal, rasanya masih punya banyak waktu”
“Mengapa ya aku baru merasakan, rasanya disayangi, rasanya menyampaikan rasa sayang, rasanya terbuka, rasanya berbagi pandangan, rasanya mempercayai orang lain, rasanya menghargai diri sendiri, rasanya ditolak, rasanya berbeda pandangan, ya sekarang ini”.
Jujur, aku itu orang yang dingin. Hanya mementingkan diri sendiri, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak memberi kesempatan pada orang lain masuk didalam kehidupanku. Mengerjakan segala sesuatu sendiri. Dan segala yang berpusat pada diriku saja. Aku tahu itu tidak salah, namun ternyata ada hal yang lebih effective dan jauh lebih menyenangkan.
Yaitu saat sekarang aku menjadi pribadi yang terbuka. Saat aku mau berinteraksi, dan tidak lagi menghindari orang lain, tidak menghindari perbedaan pendapat, senang sekali rasanya.
Aku telah menyadari resiko menjadi aku yang terbuka adalah, siap menghadapi perbedaan pandangan, berani mengungkapkan ide dan pendapat, juga siap menerima penolakan. Tapi aku merasa, resiko tersebut berbanding lurus dengan hal yang akan aku terima. Jika dulu aku takut sekali dengan bersitegang, dengan high tension saat aku kena marah, takut tidak di sukai, takut di benci. Sekarang aku tidak terlalu memperdulikannya. Aku merasa sekarang bisa menjadi diriku sendiri, mau menyatakan apa yang dirasakan, mengungkapkan rasa sayang dalam kata dan perbuatan, melakukan apa yang aku ingin lakukan dan menerima diriku apa adanya. Tentu aku terus belajar, agar tidak ada orang yang aku rugikan dalam hal ini.
Ada banyak cara win-win yang bisa aku lakukan. Sehingga, tidak perlu menggunkan otot dan urat untuk bisa berkomunikasi effective. Hanya saja, aku merasa pemilihan kata-kataku sering sekali mempunyai makna dan persepsi yang berbeda untuk orang lain. Sehingga mispersepsi tidak bisa dihindari, dan aku merasa perlu untuk meluruskannya. Yang mana kadang aku pun tidak cukup pandai untuk memecah dalam kata-kata yang tepat. Tapi Bismillah, aku selalu berusaha untuk meluruskan apa yang aku katakan.
Alhamdulillah, selama aku membagi cerita tersebut pada mama ku, mama selalu mendukung apapun yang aku pilih. Mama selalu meminta aku terus berdoa, ber-istikharah, dan bersyukur atas apa yang Allah berikan dalam hidupku ini. Ini membuat aku takjub, rupanya mama memiliki pengertian yang begitu besar. I love you mama. I love you papa. I love you ade-ade. Menjadi terbuka pada mereka, membuat aku merasa lega dan bersyukur sekali.
Who am I ?
Who I want to be?
What kind of women, i wanna become?
Jakarta, 10 Juli 2020
ElzaCha
0 notes
Quote
Aku ingin memilih seseorang yang karakter dan keberadaannya bukan untuk aku ubah. Karena itu; Aku ingin men-support mu, hingga bisa menjadi versi terbaik dari dirimu, bahkan lebih baik dari yang pernah kamu bayangkan. Bukan tentangmu, tapi tentang bagaimana Aku, aku yang seperti apa, yang ingin ada dalam hidup mu.
Elza 1991
0 notes
Text
Connecting the dots
Kali ini di tugaskan untuk memahami dan meyelami diri sendiri.
Melihat pertanyaannya seperti mudah untuk di jawab, namun pada kenyataanya pelik. Karena perlu waktu, dan berbicara dari hati kehati dengan diri sendiri. Dengan mengenali diri, artinya telah menerima kelebihan dan kekurangan ku. Saat sudah mampu menerima segala sesuatunya, akan memperluas pandangan, membuka kesempatan pada diri kita untuk memperbaiki dan memaksimalkan potensi diri.
“Seperti apa aku ini?”
Terkadang aku memiliki believe yang merasa bahwa aku ga pantas dicintai. Terkadang merasa kecil, ga berharga, dan tidak layak untuk di cintai. Ada rasa minder untuk bertemu orang-orang baru, atau bahkan rasa kecil untuk bisa berteman dengan orang lain. Sehingga untuk berbicara pada orang lain, saya selalu meminta izin “Boleh minta waktunya?”, “Boleh tanya?”. Jadi jika pertayaan ini terlontar di tempat yang tidak formal, orang akan merasa aneh. Tanggapannya, “ya nanya mah nanya aja. Kenapa seolah butuh acceptance dari orang lain?”
Believe tersebut menjadi hambatan untuk aku. Aku menjadi tertutup dan hati-hati, karena takut membuat kesalahan dan tidak mau merepotkan orang lain. Believe ini pun mengakibatkan aku tidak bisa melihat kebaikan yang ada pada diri ku. Khawatir dengan apa yang aku kerjakan, hingga akhirnya menjadi tidak percaya diri.
Believe yang menghambat ini akhirnya aku sadari dan aku accept, ketika terlalu banyak hal tidak terjadi, terlalu sempit ruang gerak, hanya karena aku tidak percaya diri, takut di jauhi atau tidak disukai dan nampak memerlukan acceptance dari orang lain. Padahal yang menjalani hidup ku ini, adalah diri ku sendiri.
“Apa yang membuatku unik?”
Yang membuatku unik adalah, aku yang selalu menggunakan hati ku. Aku amat memahami, betapa memakai hati itu memiliki konsekuensi besar untuk bisa merasakan sakit, kecewa, dan terluka. Namun aku selalu yakin, apa yang selalu aku jalankan dan yakini menggunakan hati, hasilnya akan terasa sampai kehati juga. Seperti dalam buku quantum ikhlas :
“Pancaindera manusia bagaikan lima pintu yang terbuka menghadap ke dunia luar. Tetapi yang menakjubkan adalah HATI-nya yang berjendela terbuka (ke dalam) ke arah dunia gaib yang tak kasat mata; dimana sesekali ia bisa menerima isyarat tentang masa depannya.”
Rasa syukur, rasa sabar, rasa kasih dan sayang, Allah sengaja berikan pada manusia melalui satu gumpal daging, yang mana jika segumpal daging itu baik, maka semua anggota tubuh akan baik. Namun jika segumpal daging itu buruk, maka semua anggota tubuh akan menjadi buruk pula. Yang mana segumpal daging itu adalah hati (qalbu). Menggunakan hati ku untuk setiap Langkah mengharap Ridha Allah.
“Nilai apa yang aku miliki?”
Aku adalah perempuan yang jujur, bertanggung jawab, dan pantang menyerah. Aku memiliki rasa kasih sayang dan empati yang selalu ingin ku bagi pada sekitar.
“Apa yang aku perjuangkan?”
Ridho Allah. Aku selalu menginginkan apa yang aku kerjakan hanya mengharap ridha Allah. Berharap bertemu support system yang sama-sama berjalan mengharap ridha Allah. Tidak hanya memikirkan kenyamanan di dunia, tapi juga di akhirat. Mau belajar dan mengaplikasikan, apa yang Allah tunjukan melalui agama. Karena saya yakin, jika segala sesuatunya hanya mengharap ridha Allah, tidak ada yang berat, tidak ada yang kurang, tidak ada yang gelisah. Karena aku hanya bisa berikhtiar, dan bertawakal, biarlah Allah yang menentukan hasilnya.
“Apa Kesamaanku dengan institute Ibu professional?”
Mau dan bersemangat untuk selalu belajar, mengembangkan potensi diri, juga tak segan berbagi untuk kebaikan bersama. Karena hidup ini adalah proses belajar setiap harinya. Dan dalam belajar perlu : Kerja keras, Fokus pada target, terbuka, dan
0 notes
Text
Mengikat Makna
Pada awalnya tidak percaya diri untuk bisa mengikuti matrikulasi perkuliahan Institut Ibu Profesional. Tapi akhirnya tanggal 12 May 2020 kemarin memilih untuk submit SOTD dan memperkenalkan diri sebagai salah satu penjelajah samudera matrikulasi IIP8. Alhamdulillah ternyata tidak semenakutkan yang saya kira. Malah mendapat support doa dan teman baru, para Ibu profesional kebanggan keluarga.
Salah satu yang sedang saya selami adalah mengenai Core Value IIP yakni; Belajar, Berkembang, Berkarya, Berbagi dan Berdampak. Dari sini saya mulai dengan misi memaknai, “Apa makna Ibu profesional kebanggan keluarga untuk saya”. Dilanjutkan dengan diskusi bersama WI membahas lebih jauh mengenai,
“Kapasitas apa yang perlu dipenuhi untuk menjadi seorang Ibu profesional ?”
“Sudahkah memiliki kapasitas tersebut?”,
“Jika sudah, berapa nilainya, apakah sudah memenuhi nilai ideal?”,
“Namun jika belum, apa yang perlu dilakukan untuk mencapai kondisi ideal tersebut?”, dan
“strategi apa yang akan dipilih, agar proses belajar mencapai kondisi ideal itu bisa tercapai ?”
pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat saya benar-benar berfikir berulang-ulang, dan merasakan diri saya mengawang; “Banyak sekali hal yang perlu saya pelajari, dan latih untuk menjadi seorang Ibu profesional. Harus mulai darimana, sementara saya belum berkeluarga”. Tetapi Mbak Ratna Palupi selalu mengingatkan, “Buatlah peta belajar. List mana yang prioritas, sesuaikan dengan kebutuhan saat ini. Berani bilang tidak pada hal-hal yang belum kita butuhkan. Menarik, tapi tidak tertarik untuk sekarang. Agar bisa terfokus pada hal yang kita harapkan”. Butuh 100 Hari untuk mengubah habit dan membiasakan diri dengan hal baru, hingga akhirnya itu bisa menjadi sebuah kebiasaan.
*)Setelah diskusi group itu selesai, saya seperti me-recall diri saya sendiri. Mengingat 1 tahun lalu mengikuti training Self transformasi selama 90 hari, untuk mengerjakan 3 goals yang ingin saya capai, dan 1 goals bersama. Memang hidup ini adalah belajar yang tak pernah henti. Semua pelajarannya sama, sama-sama tentang diri saya, mau fokus belajar apa?
Tips menuju kondisi ideal yang sempat di bahas dalam diskusi tersebut adalah, TERUSLAH BELAJAR. Dengan melakukan hal-hal :
mengamalkan
one bit a time
terukur dan terevaluasi
membangun support system
bersungguh-sungguh
Untuk itu, setelah menyelami diri saya. Saya ingin mengikat makna tentang apa saja yang Saya tahu dari diri saya, yaitu :
Bismillah semoga proses saya mengikat makna ini akan berjalan dengan proses yang bisa saya nikmati dengan hati yang luas, adab yang baik, efektif, bertanggung jawab juga bersungguh-sungguh.
0 notes
Quote
don't give up, the beginning always the hardest
noname
Aku ga harus menjadi hebat untuk bisa memulai, tapi aku perlu memulai untuk menjadi hebat.
1 note
·
View note
Photo
6K notes
·
View notes
Text
Janganlah kalian melupakan kebaikan diantara kalian.
Sejak kemarin saya bergumam sendiri, sampai akhirnya saya mendengar dan melihat ini.
Berkenankah kamu lihat video ini, saya agak tertegun melihatnya. Dan mulai mengulang ngulang isi “poem”-nya. Youtube : Fathia Izzati
youtube
Dalam benak diri ini terpatri, saat kita berharap dan bergantung pada seseorang, maka kita akan sempat di limpahkan rasa kecewa. Kenapa?
Karena kita berekspektasi bahwa seseorang itu mau membantu atau setidaknya mendengar keluh kesah kita. Dan jika seseorang itu tidak bisa memenuhi, tidak mau mewujudkan, atau berdiam saja tidak ada response??? perasaan apa yang muncul dalam diri? (red: nanya ke diri sendiri).
Eh,eh.. Tapi bukan kah, kita meminta bantuan dan bercerita pada seseorang yang kita rasa dekat saja? Karena dalam tajuk apapun, manusia akan bercerita gamblang pada seseorang yang ia percayai, yang ia kenal dekat, yang dalam pertemuannya seperti ada chemistry anggun yang timbul bukan karena tidak sengaja bertemu? tapi karena sudah mengenal dan saling tahu satu sama lain.
Karena itu lah, saya sempat bertanya-tanya pada seseorang yang sudah memiliki pasangan, saya juga bertanya dan memperhatikan seseorang yang sudah berkeluarga, dan dua orang yang dinilai mereka adalah sahabat baik. Singkat pertanyaan nya adalah, apakah kalian pernah bertengkar? Apakah kalian pernah kecewa karena hal kecil tentang rasa peka? Apakah kalian pernah tidak saling ngobrol berhari hari?
Jawabannya mayoritas adalah Ya, Pernah.
Dari sini, mindset saya tentang “rasa” mulai menggeliat. Perspective saya mulai berubah, ternyata wajar manusia memiliki rasa hangat, rasa ingin sendiri, rasa kecewa, rasa bahagia, rasa yang terpaut baik, dan saling menemukan kekurangan, sambil memperbaiki bersama.
Bisa merasakan emosi diri sendiri dan seseorang dihadapan kita, salah satu keberuntungan buat aku. Karena disaat yang sama aku belajar berempati. Bahkan bonusnya, aku bisa terkoneksi dalam ruang dan waktu yang mungkin tidak pernah aku miliki dan rasakan. Tapi melalui seseorang dihadapanku ini, aku bisa merasakannya.
Terimakasih sudah datang di hidup aku dan percaya pada ku. <3
Dari video dibawah ini juga, aku merasa kadang aku malah kecewa pada diri ku sendiri; “kenapa tidak bisa jujur, kenapa membuat orang lain sedih, kenapa tidak bisa jadi diri sendiri, kenapa dan kenapa”. Dan aku memang manusia.
Youtube : Raditya Dika.
youtube
Duh sulit rasanya menulis tentang ini, karena sesungguhnya sakit sekali saat ekspektasi kita terhadap sesuatu tidak menjadi nyata. Tapi sesungguhnya yang ingin aku bilang dari tulisan ini adalah, KITA adalah manusia yang di ciptakan dengan hawa nafsu (rasa). Kita tidak bisa mencegah hawa/rasa itu muncul, tapi kita bisa mengontrolnya.
Tapi sadarkah, selama ini? Kita minim untuk berkata jujur, bahkan untuk jujur dengan diri sendiri. Contoh saat kita berharap pada seseorang, seharusnya kita tinggal bilang; “aku berharap, kita bisa bertemu di hari rabu”. Tapi yang sering terjadi adalah, kita melakukan test apakah dia tau hari rabu saya ulang tahun? Lalu saat dia lupa kamu akan kecewa, kenapa dia tidak tahu. Kita kecewa karena diri kita membuat seperti itu. Seperti kata pepatah, Jangan lari agar sengaja dikejar, jangan pergi agar sengaja dicari, hubungan tak sesimpel itu.
Beberapa orang bilang, itu adalah permainan tarik-ulur, menurutku yang tepat adalah A tidak bisa jujur pada B, bahkan jujur pada diri nya sendiri, sehingga hanya bisa diam memendam kekecewaan, B tidak mengerti apa yang dirasakan A dan tidak tau harus berbuat apa. Hingga akhirnya pertengkaran tidak dapat dihindari, lalu salah satu mengalah, walaupu A dan B berbaikan.
Namun masalah tidak selesai, karena solusi belum lah ditemukan. Jika rasa mengalah muncul pada salah satu dari mereka, maka sesungguhnya mereka hanya menyimpan bom waktu saja. Itulah yang terjadi dari permainan tarik-ulur.
Kamu tahu lagu tulus, Jangan Cintai Aku Apa Adanya ;
Kau terima semua kurangku Kau tak pernah marah bila ku salah Engkau selalu memuji apapun hasil tanganku Yang tidak jarang payah * Jangan cintai aku Apa adanya Bahkan saat kamu dipertemukan dengan orang yang sangat sabar, dan benar benar menyayangimu, pasti kamu akan bertanya,” kenapa sih kamu ga perah marah sama aku? Kenapa sih kamu baik banget sama aku?”
Itulah manusia , ber-hawa nafsu memiliki rasa. Saat mendapat teguran, ingin pujian. Saat mendapat pujian, ingin di tegur. Aneh bukan? Makanya, boleh kita berkontempelasi secara horizontal, tapi tak boleh lepas dengan hubungan vertical. Kita bergantung pada Allah, tapi berbuat baiknya kepada manusia.
Karena saat kita mulai lelah, ingin marah, ingin dengki, ingin iri, ingin dendam, maka kita di ingatkan dalam surah Al-Baqarah, ayat 237
And do not forget graciousness between you.
“Dan Janganlah kalian melupakan kebaikan diantara kalian”.
Akhir kata, setiap manusia punya hawa alamiah untuk ingin dikasihi, di sayangi, dilindungi, ditemani, tapi sebelum itu alangkah baiknya kita mengawali dengan mengasihi, menyayangi, melindungi, menemani, memperbaiki.
Jadilah teman dalam genap ganjilku.
Selama ini ku mencari-cari Teman yang sejati Buat menemani Perjuangan suci Bersyukur kini pada-Mu Ilahi Teman yang di cari selama ini Telah ku temui Dengannya disisi Perjuangan ini Tenang di harungi Bertambah murni kasih Ilahi KepadaMu Allah Ku panjatkan doa Agar berkekalan kasih sayang kita KepadaMu teman Ku pohon sokongan Pengorbanan dan pengertian Telah ku ungkapkan segala-galanya Itulah tandanya Kejujuran kita
youtube
0 notes
Audio
LIHATLAH LEBIH DEKAT
Pertemuan ku dengan orang-orang baik, membuat diriku terus berkembang lebih baik. Tapi dari perjalanan ini juga aku harus belajar merelakan, ko merelakan? Manusia adalah tempat kekurangan, dan aku merasa saat aku mengasah sebilah mata pisau ku, ternyata secara tidak sadar aku melukai orang yang dekat denganku. Sehingga mungkin orang yang berada di dekatku ini merasa tersakiti, dan sudah merasa tidak nyaman. Kalau kata Fiersa Besari dalam bukunya Garis Waktu;
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu selamanya.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan pegangan.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat mundur pada titik kenangan tertentu.
Namun tiada guna, garis waktu takkan memperlambat gerakannya barang sedetik pun. Ia hanya mampu maju, dan terus maju. Dan mau tidak mau, kita harus terseret dalam alurnya.
Maka, Ikhlaskan saja kalau begitu.
Tapi bukankah perteman baik itu seperti kita berteman diwaktu kecil? Salah satu temanku berkata, “Aku sama dia mah kalo hari ini berantem besok udah baikan lagi, ga ada kata maaf-maaf. Udah lupa aja”. Hmm, mungkin begitu kali ya, teman baik bisa menerima kita apa adanya, dan kita bisa belajar menjadi lebih baik karena selalu ada yang mengingatkan. :)
Dalam setiap perjalanan selalu ada pertemuan dengan orang-orang baru. Dan kadang ada takaran seberapa berpengaruh lingkungan baru terhadap kehidupan kita. Dan ini seperti salah satu faktor terhadap diri kita, seperti nampak agak berbeda, padahal dalam hati sebetulnya sama. Tapi yang bisa menilai adalah orang di sekeliling kita. Dinilai baik atau buruk? Tergantung kacamata mereka.
Aku hanya percaya satu, tidak ada yang namanya bekas sahabat atau bekas teman. Aku masih merasa dia masih sahabatku bukan pernah menjadi sahabatku. Walau mungkin semua telah berubah. Haaahhh *menghela nafas* Kadang lebih mudah terpisah jarak, dari pada harus mengalami hal kurang mengenakan sehingga persahabatan jadi merenggang. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa dalam islam tidak diperbolehkann pacaran ya?
Karena saat kita selalu bersama seseorang, saat kita bisa saling membantu dan mengisi, lalu tetiba sudah tidak bisa bersama, bahkan untuk bertemu pun enggan. Maka kita akan lupa kalau kita sudah bergantung pada manusia. haaaa... Aku merasa ga akan sanggup untuk menjalani hubungan seperti pacaran. Hatiku terlalu rapuh. *halah*
Aku harus selalu mengingatkan diriku, manusia itu tempatnya salah dan khilaf, tidak ada yang sempurna. Maka saat kamu membuat salah dan mungkin aku tidak bisa menerima, aku selalu ingat kebaikan-kebaikan yang pernah kamu bagi, kebaikan yang pernah kita alami. Dan aku tidak ingin pergi, aku ingin memperbaiki. Mungkin perlu waktu untuk bisa menerima kembali, tapi aku masih mencoba. Aku mengerti, luka bisa sembuh tapi tetap berbekas.
“Hi kawan, saat aku mencari tahu permasalahan dan mencoba memperbaiki sendirian, aku baru sadar ternyata aku tak setegar yang orang-orang bayangkan. Jika masalah dan kesalahan ada pada diriku, aku berusaha meminta maaf dan mencari jalan keluarnya. Tapi jikalau ternyata memang ada faktor lain dan dari sisi kamu sudah tidak ingin bersama, tidak ingin berteman, bahkan merasa bahwa apa yang dilalui dimasa lalu adalah suatu kemunduran, suatu kesalahan, suatu waktu yang tidak berharga, suatu kata manis yang seharusnya tidak diucapkan. Aku pun bisa merasa sakit dan kelelahan berusaha sendirian”.
Nampaknya akan lebih bijak mengakhiri percakapan dahulu. Dari pada memory manis yang pernah terukir, di sayat pelan pelan hingga menghilang.
Kalau kata kakak ku Raisa, “Seolah aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-hari mu. Seolah janji dan kata-kata yang telah terucap kehilangan arti. Lebih baik kita usai disini, sebelum cerita indah, tergantikan pahitnya sakit hati. Bukannya aku mudah menyerah, tapi bijaksana mengerti kapan harus berhenti”.
Kalau kata kembaran ku sherina, “Pergilah sedih, pergilah resah, jauhkanlah aku dari salah prasangka. Pergilah gundah, jauhkan resah, lihat segalanya lebih dekat dan ku bisa menilai. Lebih bijaksana”.
Hi saudari ku, kawan ku, sahabat ku, bagaimana pun kamu saat ini. Semoga kau mendapatkan apa yang sebenar-benarnya kamu inginkan. Terimakasih atas kebaikanmu selama ini.
I know you so well.
323 notes
·
View notes
Text
Terimakasih Kawan
Di suatu kafe di daerah menteng cikini aku bertemu orang baru, “Hai, aku eca salam kenal” tanganku refleks untuk bersalaman. “Oya, hai juga aku Ran”, sambil membalas jabat tanganku. Dari sini obrolan terjadi, mulai dari bertanya pekerjaan, tempat tinggal domisili, dan kota asal. Dan Yay aku beruntung, kita bisa berbagi informasi hal-hal yang ternyata sama-sama saling tertarik. Apa itu? Digital marketing. Dan yippiee, ku punya teman baru.
Komunitas tempat orang-orang yang memiliki ketertarikan sama dengan kita, membuat hubungan baru amat mudah untuk saling terhubung. Secara tidak sengaja, namun kebetulan otak mereka dalam frekuensi yang sama. Berbeda jika kita ada di lingkungan kantor, dimana kita terhubung karena suatu kewajiban dan kebiasaan sehari-hari. Makan siang bareng, istirahat bareng,jadi teman dekat saat sering hangout bareng. Hampir sama juga saat kita ada di masa sekolah atau kuliah, lingkungan dan kewajiban kita menuntut ilmu, membawa kita bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan sama. Namun caranya yang berbeda, sehingga kecocokan akan ditemukan saat bekerja sama (red:kerja kelompok), berjalan bersama dan memilki cara yang sama dalam mengerjakan sesuatu ‘klik’.
Bentuk pertemanan seperti apapun rasanya sangat dan harus di syukuri. Bertemu dengan orang yang mau mengerti karakter kita, apalagi jika bisa saling memahami rasanya Allah sedang menjaga kita dengan tangan Nya, melalui orang di sekeliling kita. Kita kadang perlu punya banyak teman atau bahkan kenalan baru. Tapi terkadang yang bisa mendekat dan mau memahami hanya 1 atau 2 orang saja, bukan? 10 orang kawan dekat saja menurutku udah sangat beruntung. Kalo kata teh wid “Punya sahabat/temen baik itu sama susahnya kaya nyari jodoh” hahahaa, emang betul sih punya temen yang mau memahami kita, apalagi kalau ga di satu frekuensi tapi bisa saling toleransi dan mengerti karakter masing-masing itu wah alangkah indahnya.
Ibaratnya nih, ada yang suka nanya gini, “coy, lagi dimana?”. “Nih lagi di PVJ, kenape?” , buat beberapa orang yang mungkin belum terlalu dekat, pertanyaan kenapa adalah bentuk suatu ke “ngeh-an” ada apakah gerangan dia bertanya aku dimana? Apakah ada suatu kebutuhan? Mau minta tolong? Atau apa gitu?
Tapi sebenernya, ada alasan yang kadang memang hanya karena pengen tau aja (red:kepo) ibaratnya mah perhatian lah. Jadi sebenernya dia nanya “lo udah pulang?” itu cuma pengen tau aja. “iya nih baru sampe kosan”. Jadi kalo kamu nanya orang itu lagi dimana, dan jawabannya masih ada pertanyaan kenapa, orang yang kamu tanya pasti sebelumnya ga biasa kamu tanya, atau mungkin kadang kamu chat dia kalo ada perlunya aja. Hahaa. Eh atau kalian sudah terpisah dan tidak seperti dule #eaaa.. Eh tapi belum tentu semua kaya gini sih, hanya berdasar pengalaman aku aja.
Jadi jangan kaget, kalo ada orang yang nanya kamu lagi dimana tanpa sebab. Belum tentu orang itu nanya karena pengen ketemu atau mau minta tolong. Mungkin murni hanya ingin tau aja. Sah kan? Cuma nanya aja, ga ada alasan lain. Tapi kalau kamu risih sah juga kok. Hahaa. Intinya sih, kita berprasangka baik aja. Lagian ga semua orang kok punya kemauan untuk nanya kamu lagi dimana. Jangan berkecil hati juga kalo ga ada yang nanyain kamu. Mungkin kamu kurang terbuka. J
Jujurloh, dulu dimasa itu aku sempat mengalami krisis jati diri. Sulit terbuka untuk orang lain, aku punya dunia ku sendiri, aku tidak mau direpotkan oleh orang lain, egois, apatis, tidak peduli dengan sekitar dan hanya peduli pada kepentingan diri sendiri. Sampai akhirnya Allah membukakan hati ku (red:Mata ku sudah terbuka, tapi hati ku tidak). Disini aku sadar, aku tau bahwa yang aku lakukan itu salah atau kurang tepat, aku tahu ada orang yang beruntung dan kurang beruntung, aku tahu bumi itu bulat (kaum flat earth) haha *canda*, dan yang paling penting, aku mau coba berteman. Coba kalau aku terus menutup diri, dan tidak mau belajar bersosialisasi, udah nih sampai sekarang keknya aku bertelur terus di kamar.
Tahapan demi tahapan aku lalui, di awal aku membuka diri aku coba berbicara, berbagi dan bercerita. Selangkah kedepan, aku coba tidak egois dan apatis. Aku masuk ke lingkungan baru, mencoba mencari teman, mencoba mengerti sifat-sifat orang, mengamati dan mulai memahami. Dan mencoba memulai memperkenalkan diriku yang begini adanya.
Kenapa aku memulai? Karena kini aku sadar, mengapa manusia dikatakan mahluk sosial. Jawabannya “take and give” , apa yang kita berikan keluar akan kembali lagi kedalam. Kita ga bisa hanya menerima kebaikan saja, atau hanya memberikan bantuan saja. Kita harus saling, adakalanya kita memberikan kebaikan, ada waktunya kita mendapatkan bantuan.
Tapi perlu jadi di ingat juga, kita bisa berbuat baik sama orang, tapi kita ga bisa berharap orang itu akan balik baik lagi ke kita. Intinya karena sifat orang berbeda-beda, kita ga bisa berharap orang untuk membalas dengan kebaikan yang sama. *ini sebuah pelajaran*
Maka dari itu, disini aku merasa beruntung ditempatkan di lingkungan yang baik, positif dan terlalu jadi zona nyaman. Bahkan tinggal jauh dari rumah, kosan ku pun sedikit bisa terlihat sebagai tempat untuk pulang. Masih ingat ga sih berita anak kost di Bandung yang meninggal di kamarnya, tapi baru ketahuan 2 hari kemudian? Kan Ngeri ya, sampai kamar sebelahpun ga saling tau (red:peduli) bahwa ada orang atau tidak di kamar sebelahnya.
Makanya aku merasa beruntung, ternyata sangat perlu (red:penting) loh punya kawan dekat di tengah perantauan. Ga bisa kita bilang, “ah aku bisa koko hidup sendiri ga perlu orang lain”. Sangat penting memiliki teman yang tau setidaknya kamu ada dimana, pulang ke kost atau ngga. Siapa yang bakal bantu kita kalo kita sangat urgent membutuhkan bantuan? Sakit? Kecelakaan? *Bukan karena sekedar kebutuhan, tapi seperti ada perasaan yang “re-call” apakah kamu baik-baik saja? Dia baik-baik saja?
Pokoknya, aku mau mengucapkan terimakasih buat kakak, sahabat, kawan yang mau/pernah baik dan peduli terhadap ku. Aku belajar mandiri, tapi karena kalian aku juga merasa Ada. Terimakasih banyak. XOXO
22 &27 Agustus 2017
-di jam makan siang berkualitas :)
2 notes
·
View notes