Berjalan dengan sederhana selayaknya waktu berjalan dengan kaki Tuhan
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kita Sedang Menyaksikan Sebuah Pertemuan
Kita sedang menyaksikan sebuah pertemuan.
Didalamnya ada saat dialog pertama, sengaja diucap.
Lalu ada telapak tangan yang sengaja menyatu,
ketika kepala bersandar pada bahu, tenang jiwa semesta.
Mata yang sama-sama menatap adegan seorang ibu dihantui arwah ibunya, menjadi saksi kebisuan lisan.
Kitab suci menjadi penenang jiwa berontak pada daun menuju hilir sungai.
Mata itu menatap lagi.
Kali ini lebih dalam, beserta harapan dan hancur.
Untuk yang pertama kalinya, harapan dan hancur bertemu diatas batu sungai besar dipelosok desa.
Raga tersesat berulang kali bersamaan dengan harap yang banyak meski semu.
Namun tetap tenang, sebab lengkungan tangan membentuk kehangatan.
Jalan raya kota dan desa terpencil menjadi penikmat sekaligus pengutuk harap dan hancur, kala itu.
Apa yang menjadikannya ada?
#
Mata itu menatap lagi.
Kali ini mulai lelah.
Harap mulai rapuh, hancur kian angkuh.
Angin datang terlalu kuat untuk membakar pandangan.
Hati. Bagaimana dengannya?
Dia lebih memilih hancur. Karna dia sadar harap tak lagi ada.
#
Mata itu tak lagi menatap.
Telapak tangan tak lagi menyengaja menyatu.
Kepala tak lagi bersandar, semesta tak lagi tenang.
Kitab suci tetap menjadi penenang meski jiwa tetap berontak dan daun tak lagi pergi ke hilir sungai.
Mata itu tak lagi menatap.
Maka disinilah perpisahan.
Dan
Kita tak lagi sedang menyaksikan sebuah pertemuan.
-K-
#puisiindonesia#kumpulan puisi#sajak puisi#puisipendek#puisihati#puisi#puisi patah hati#writing#puisimalam#spilled words
9 notes
·
View notes
Text
Perempuan itu Bukan Aku
Perempuan yang selalu bersedia menanggapi obrolanmu itu bukan aku. Deretan topik pembicaraanmu sebenarnya asyik untuk dijadikan obrolan panjang. Sayangnya, aku bukan perempuan seperti itu.
Aku perempuan yang was-was memperhatikan gerak perasaan yang bisa hadir diam-diam. Perempuan yang mati-matian menjaga perasaan, untuk jatuh pada yang berhak.
Perempuan yang bersedia kamu ajak untuk berkomitmen sebelum pernikahan itu bukan aku. Bukan karena lemah dalam berjuang, tapi karena hal tersebut terlalu rentan untuk rapuh di tengah jalan atau bahkan di sentimeter mendekati tujuan. Bukanlah saat ini perjuangan dan janji sudah menjadi hal yang mudah untuk diingkari?
Perempuan yang bersedia untuk dibawa pergi olehmu kemana saja itu bukan aku. Tidak peduli ke kota atau ke kampung, pantai atau pulau, danau atau sungai.
Aku bukanlah perempuan yang selalu bersedia menemani perjalanan itu. Bukan karena ciut dalam usaha, bukan juga karena mudah mengingkari kesetiaan. Tapi karena aku adalah perempuan yang percaya dan berkomitmen untuk menjaga diri sebelum pernikahan.
Perempuan itu bukan aku. Pikirku tidak sama dengan pikirmu. Entah apa yang sedang kamu cari dari cara-cara yang sedang kamu usahakan. Aku akan seperti ini, meski yang kudapat bukan kamu.
137 notes
·
View notes
Text
Bolehkah Gayatri Pindah Raga?
Udara malam pukul dua puluh satu, tanggal enam awal bulan juni, membuat Gayatri kelu. Lidahnya tak lagi dapat menari apalagi bersilat. Barang tak terlihat udara masuk menusuk-nusuk raga Gayatri yang mulai lunglai. Dagingnya habis terkikis waktu yang terus menepis rasa pedih nan sedih.
Tak terasa nyaris tiga bulan Gayatri tak bergerak. Sebab masih dengan yang sama, sama dengan saat air sungai deras memilih jalan yang terus tak sejalan. Sempat keongmas menyapa Gayatri dengan lemah searah ia berkata "Perbaiki selagi bisa kau perbaiki wahai raga kawanku. Bertahanlah, sedikit lagi akan sampai pada masa dimana sungai ini akan berhenti pada sebuah muara yang entah akan seperti apa bentuknya. Bersabarlah raga."
Setelah berlalunya keongmas Gayatri tersadar, ia belum berdoa hari ini. Ia coba tegapkan setiap inci sisa-sisa raga yang ia miliki, menengadahkan wajah menatap langit kelabu tak berbintang dibawah pohon jati tua, kemudian Gayatri menelungkupkan kepala sedalam mungkin yang ia bisa, hingga diciumnya akar pohon jati tua. Sambil berkata dalam hati "Hei Pemilikku, tidakkah kau ingin menggantikan ragaku yang sudah tak seindah gunung krakatau yang walaupun telah meletus ia tetap indah dan subur? Tidakkah kau ingun menggantikan ragaku dengan raga yang terbuat dari beton terkuat seantero tanah kusir? Atau kau pindahkan saja ragaku pada mangkubumi, handai taulan aku lebih memilih memangku seluruh isi bumi daripada kubiarkan angin mengikis ragaku. Seperti yang kau lihat ini wahai Pencipta! Aku berdoa padamu!" Setelah selesai Gayatri berdoa. Dengan tabah, setabah hujan bulan juni, kata Sapardi, ia berdiri dan memilih untuk tetap membiarkan raganya terus dikikis habis oleh angin. Sebab dirasa nyaman, lugasnya. Dalam diam raga berkata "Biarpun aku habis, wahai Gayatri, aku bahagia. Aku tetap bahagia Gayatri. Sebab aku sudah nyaman dengan angin yang terus membawaku bersamaan dengannya. Iklas lah!"
1 note
·
View note
Text
Gayatri Sedang Terpikat
Untuk yang pertama kalinya Gayatri bertemu seseorang yang benar-benar membuat Gayatri tak bergerak sedikit pun, membeku seolah takkan pernah lekang waktu untuk mencair, patuh seolah sedang memuja, mengasihi sebab dikasihi. Dicintai dengan sangat benar. Disayangi dengan sangat tepat. Aliran sungai yang berbeda tak membuat Gayatri berhenti. Tak berhenti untuk terus memupuk rasa, asa tanpa cita. Walaupun Gayatri tahu ini semua akan menjadi sebuah sia, Gayatri tetap berdiri menikmati setiap kesakitan yang khidmat. Menikmati setiap jengkal demi jengkal keindahan memori yang akan terus melekat meski belum sempat berakhir, bahkan ini baru saja dimulai tanpa terikat. Gayatri tetap akan berdiri seolah dia bahagia, tersenyum pekat dan nampak jelas Gayatri sedang terpikat.
#sajak puisi#puisiindonesia#kumpulan puisi#puisipendek#puisi#puisihati#puisisastra#puisimalam#writing
1 note
·
View note
Text
Bagaimana bisa engkau seputus asa ini padahal engkau punya Allah yang memegang urusan bumi dan langit? Sabar, sayang. Ujianmu pasti ada usainya. Allah hanya ingin melihat keyakinanmu kepada Allah di setiap keadaan. Sebab orang yang betul-betul mencintai Allah, ia tau betul kalau Allah pasti akan menyelesaikan persoalan yang sedang ia hadapi. Sabar. Allah jua ingin menaikkan derajatmu melalui ujian ini. Sabar. Jaga prasangka baikmu kepada Allah. Jaga sabarnya. Jua jangan pernah putus berdoa dengan penuh keyakinan kepada Allah. Serumit apapun persoalanmu pasti akan usai atas izin Allah. Sabar.
@terusberanjak
163 notes
·
View notes
Text
Kenyataan tak selamanya berjalan sejalur dengan logika atau searah langkah antara iktiar dan tujuan. Kadang kita memperjuangkan A, tapi kita memperoleh B. Namun yakinlah bahwa apa yang Allah taqdirkan itu yang terbaik.
Meski kadang untuk memahami itu kita membutuhkan waktu.
Itulah mengapa hidup menjadi menarik untuk dijalani karena esok selalu menjadi misteri...
Allah taqdirkan ada ikhtiar tak mencapai hasilnya. Beberapa jejak2 hilang. Seolah kita tak pernah berjuang dan ada disana... Pada awalnya mungkin kita merasa percuma, padahal tak ada yang sia2 di sisi Allah. Dia hanya tak ingin kita merasa hebat dengan ikhtiar kita...
Supaya kita sadar setiap pencapaian bukan terjadi karena "kita", tapi karena Allah semata. Dan bahwa Allah maha mampu "kun fayakun" menjadikan sesuatu tanpa searah, sekufu, dan sejalur dengan sebab. Itu mengapa Dia taqdirkan sebagian besar karunia tanpa disangka2.
Maknanya tidak ada yang bisa dibanggakan dari usaha2 kita. Karena yang terbaik itu bukan yang nampak pada pandangan kita tetapi yang ada dalam pandangan Allah. Yang terbaik bukan yang ada pada angan kita, tetapi apa yang menjadi kehendak Allah.
Satu2nya yang kita boleh bangga adalah ketika kita merasa yakin ke Allah dan merasa punya Allah didalam hati kita.
Dengan itu kita akan bisa bahagia dan ridho dengan segala ketetapan yang ada.
Diantara Kita punya mimpi2 besar, yang jika dilihat dari sudut manapun tidaklah mungkin.
Tapi kita mesti yakin bahwa kita memiliki Tuhan yang mampu menjadikan segala sesuatu yang mustahil menjadi mungkin.
Maka kita jangan pernah meninggalkan doa! Jangan lelah dan menyerah dalam berdoa! Meskipun kenyataannya tak pasti sama. Jadikan mampu berdoa sebagai kebahagiaan yang utama. Kita beruntung karena "mau berdoa". Sebab "Bisa berdoa" adalah karunia, tanda dari seorang hamba yang fakir dan membutuhkan Tuhannya. Saat pemahaan Liberal dan Kapitalism berbangga dengan teori Kerja keras. Allah tundukan kesombongan hati seorang muslim melalui doa. Doa adalah jalan pintas, tanda seorang hamba yang berserah dan mengakui kelemahan dirinya. Allah mencintai orang yang berdoa dan Allah melaknat sombong orang yang tak mau berdoa.
Melalui doa segala mimpi aman tersimpan disisiNya bahkan ketika itu tak pernah nyata ia selalu terganti dengan hal yang lebih berharga. Dan jika itu tak terwujud di dunia yakinlah ia tersimpan untuk kehidupan yang lebih baik setelahnya.
"setiap tangan yang menengadah kepadaNya untuk berdoa takkan kembali dalam keadaan kosong " (Rasulullah)
134 notes
·
View notes
Text
Gayatri Sedang Mati
Dia sedang mati,
Gayatri sedang mati, hatinya mati. Bersamaan dengan perginya hati, hilang pula akal sehatnya. Dia mulai menyibak rambut-rambut Matahari yang terlentang hingga ke Venus.
Entah apa maunya, yang jelas, saat ini Gayatri sedang mati. Sebab tak lagi dirasanya sayang, apalagi kasih. Apa pula itu cinta? Sampai pada titik purnama tak lagi sebulat matamu, Gayatri tetap bodoh akan rasa. Tetap buta akan perasa.
Gayatri tak akan hidup? Mungkin saja, sebab ulat tak lagi menjalar dalam akar sagu. Mereka lebih memilih merambat pada batang jagung. Gayatri tak lagi dapat menyimak kepompong bermekaran didepan dahan ranting pohon ubi. Saat itu pula lah Gayatri semakin mati.
Siapa pembunuh Gayatri?
#puisi patah hati#puisipendek#sajak puisi#puisiindonesia#kumpulan puisi#writing#hidup#motivasi#puisi#puisi sedih#menulis puisi#puisihati
15 notes
·
View notes
Text
Hari ini sedang badai,
Gayatri sedang terduduk disebuah kursi buatan tanah jawa
Menatap wajah-wajah orang yang entah mereka juga menatap apa
Angin berhembus mencuri pohon kelapa dari barat
membuat kulit Gayatri menebal laiknya kulit kerbau
Hari ini sedang badai,
abu-abu dimana-mana,
Gayatri sedang ditengah badai.
3 notes
·
View notes
Text
Ketika Gayatri Bingung
Saat ketika Gayatri bingung,
ingin rasanya ia bertanya pada rumput yang bergoyang seperti yang dikatakan Pak Ebiet
Namun sayang, rumput sudah tak lagi bergoyang, musiknya tak nikmat katanya.
Saat ketika Gayatri bingung,
ingin rasanya ia bertanya pada seorang Pak Tani yang berteduh dibawah pohon waru
Namun sayang, Pak Tani sedang tak ingin ditanyai, dia lagi heran mengapa daun waru ini berbentuk hati katanya.
Saat ketika Gayatri bingung,
ingin rasanya ia bertanya pada Ibu
Namun sayang Ibu sedang sibuk mencari sutil kayu, sop buntut kerbaunya hampir kering katanya.
Tuhan,
Gayatri makin bingung.
Tak kunjung ditemui jawaban kebingungannya.
Dia bingung akan hal apa?
Nah dia hanya bingung pada siapa dia harus bertanya.
-K-
2 notes
·
View notes
Text
Sebelum Gayatri
Matahari masih tak sungkan pada ayam jago milik Pak Bambang
Nasi uduk tak perlu lagi diaduk mamang
Rumput masih berani berdendang bersama dengan pemain gendang
Pedagang Mie ayam Arjes masih jadi favorit Arjuna
Pengamen masih mau berjongkok diatas bus
Ibu masih sangat belia
Tak malu bermain debu hingga lebus
Bapak masih sangar berdiri diatas awan tandus
Berperang dengan pejabat gila
Senja enggan lekas pergi
Namun
Malam sangat jelas tak takut dihampiri pagi
Semua sangat normal
Tapi tidak saat ketika "dia" datang
-K-
#puisiindonesia#spilled words#puisipendek#kumpulan puisi#sajak puisi#puisi#writing#puisirindu#puisisenja
2 notes
·
View notes
Text
Pahami dan bedakan.
Ada yang datang padamu saat waktu luangnya. Dan ada yang meluangkan waktunya agar bisa bertemu denganmu.
Semuanya tergantung prioritas.
23 notes
·
View notes
Text
Sementara kumau menghilang.
Kau kira waktu hanya untuk menunggumu datang?
Tapi akan tahan sampai kapan ?
Untuk memberi jarak pada hati?
2 notes
·
View notes
Text
Gayatri sedang sedih dan semua orang menatap pedih.
Bak layang-layang nyaris putus, harapan Gayatri pupus,
Bersamaan dengan bayang-bayang semu.
Saat ini, Gayatri mencoba mengobati diri sendiri, mengobati perih dengan lirih.
Kata Perempuan Paling Cantik seantero Kencong, "Luka itu hanya perlu dirawat dengan aji-aji lisanmu sendiri, Gayatri. Kamu bisa sembuh dan kamu tahu obatnya."
Gayatri tak bisa mengobati luka yang tak dilihatnya, namun jika dirasa-rasa, luka ini memang butuh aji-aji dari ujung pelupuk Laut Selatan.
Tunggu saja, Gayatri akan sembuh dengan sendirinya.
-K-
#puisi patah hati#puisiindonesia#puisi sedih#puisicinta#puisi#writing#puisipendek#kumpulan puisi#spilled words
7 notes
·
View notes
Text
Okupasi Gayatri
Sebenarnya dalam benak Gayatri selalu ada harapan untuk bisa bahagia, mengembangbiakkan harapan dan menjadi benih kebahagiaan.
Namun Gayatri selalu tersesat,
Selalu berakhir tersesat.
Suatu ketika ia tersesat ke dalam sebuah cangkir berisi teh hijau jepang,
Terkadang pula ia tersesat ke sebuah jalan setapak menuju rumah kue jahe,
Namun saat ini, Gayatri tersesat pada sebuah kantong pelancong dari Kencong.
Bagaimana cara Gayatri pulang?
Gayatri termenung didalamnya, duduk dipojok lipatan kain dan benang, mencoba berbicara pada apapun yang ada didalamnya.
Yang hanya bisa Gayatri lakukan adalah berfikir, namun fikirannya selalu menuntunnya pada ketersesatan, entah pada jalan apapun itu.
Hingga ia hanya bisa diam.
Menatap kain lusuh yang mulai sesak dihirupnya.
Dan? Gayatri lagi-lagi menemui sepi, lagi-lagi menemui kesendirian, lagi-lagi menemui kehilangan, kehilangan arah.
Padahal Gayatri sudah berhati-hati pada hati,
Eh! lagi-lagi Gayatri tersesat.
#puisiindonesia#kumpulan puisi#spilled words#puisisastra#puisi#writing#puisipendek#puisicinta#cerita#senandika#sajak#prosa#tulisan
2 notes
·
View notes
Text
Malam dua januari sedang hujan lebat
Sudah dua jam hujan angkuh gemulai turun tanpa ragu
Kemudian ada Gayatri yang sedang sendu
Entah angin darimana yang membawa hawa semu
Mendadak wajah Penunggang Si Gadis ada tepat dihadapan jidat Gayatri
Teringat ketika masa perang kala itu,
Masih sangat Gayatri ingat bagaimana Penunggang Si Gadis gagah perkasa berdiri dihadapannya,
Membawa serta janji-janji aji-aji panji nya,
Hingga membuat Gayatri yakin akan mendapat kemenangan dalam perang
Namun sayang, Penunggang Si Gadis kalah ketika gerilya dibalik ketiak Unta Jawa dan Istrinya
Duh! Gayatri kalang kabut, tempat bersembunyi semunya sudah tiada,
Gayatri hanya bersama hawa kekalahan dan kembali sepi
Saat ini, ketika Penunggang Si Gadis benar-benar tidak ada dan mungkin benar tidak akan kembali, Gayatri juga benar-benar rindu.
Sesak dada Gayatri merindukan tatapan sayu miliknya, ucapan manis lisan bengkaknya, sentuhan brengsek tangannya.
Ya !
Gayatri kalah lagi, lagi-lagi kalah.
Kalah melawan rindu semu yang benar tak akan ada temu.
Hmmm, Gayatri...
-K-
#puisi patah hati#puisipendek#kumpulan puisi#puisiindonesia#puisipuisi#puisimalam#writing#spilled words#hidup#puisi#puisisenja
4 notes
·
View notes
Text
Gayatri bertemu Mawar
Disebuah gang dipinggir kota,
Angin malam sedang menari dengan pepohonan dipinggir jalan
Didepan sebuah swalayan, Gayatri duduk termenung.
Bronto baru saja meninggalkannya, sebab Gayatri seorang ibu dari dua anak tanpa bapak.
Bronto tak bisa menerimanya, Gayatri terpukul, lagi. Dipandanginya obat nyamuk cair yang dibelinya alih-alih meminumnya.
Mawar yang baru saja datang dari rumah Sang Perempuan, melihat gelagat sendu dari raut wajah Gayatri duduk termenung dan menatap kosong botol obat nyamuk cair.
"Ada apa denganmu?"
"Dia meninggalkanku lagi/"
"Sebab kau ibu dua orang anak tanpa bapak?"
"Ya. Aku semakin tak percaya dengan para lelaki, kau tahu itu Mawar."
Mawar tertawa lantang sekali, terbahak-bahak sampai merah padam wajahnya, tersedak ludah sendiri. "Hah kau ini mengada-ngada saja Gayatri. Dimana-mana lelaki seperti itu. Mereka ciptaan Tuhan yang paling tak bisa menerima ketidaksempurnaan. Dan kita ini adalah bentuk dari ketidaksempurnaan ciptaannya. Kau dengan kehidupan menyedihkanmu dan aku? Aku dengan sejuta benih kriminal dalam semua duri mawar yang ada dimuka bumi. Kita sama. Tenang saja, Gayatri. Akan ada lelaki yang tidak sempurna dan memiliki cacat hati pula seperti kita."
Gayatri semakin termenung masuk semakin dalam sedalam-dalamnya dia termenung,
"Ayo kita pulang saja, Gayatri. Kita nikmati minuman segar yang sedang kau pegang dan kau tatapi sedari tadi itu. Mungkin ditambah dengan es batu akan lebih segar, bukan?"
Berdirilah tubuh Gayatri yang tegap namun lemah dan berkata "Baiklah, ayo Mawar. Aku juga akan meminta jeruk nipis pada Koko untuk diperaskan pada sajian kita malam ini."
Ditemani angin malam, Gayatri dan Mawar menuju Gang yang diberi nama teman Gayatri malam itu, Gang Mawar. Untuk menikmati Es Obat Nyamuk Segar dengan perasan Jeruk nipis dari Koko.
Tak ada lagi malam-malam indah bersama Bronto, tak ada lagi malam-malam indah bersama teman sejawat bagi Gayatri. Hanya ada Gayatri dan Mawar yang menari bersama angin malam dan pepohonan dipinggir jalan.
-K-
4 notes
·
View notes