jurnalfi
1K posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Bila begitu banyak orang mengecewakan, mari jadi orang baik seperti apa yang kita mau. Memberi kebahagiaan kepada orang lain, menghargai segala upaya, tak usah menilai orang semena-mena, belajar menjadi pendengar yang baik, belajar menahan dari berkata yang tidak-tidak.
Mari belajar jadi orang hangat yang memberikan rasa aman kepada orang lain. Belajar menjadi orang yang tak memberi kekhawatiran kepada orang lain. Belajar menjadi orang yang tak dianggap bahaya oleh orang lain.
@terusberanjak
201 notes
·
View notes
Text

Plisss bgt kenapa wangi nya lebih awet yg ukuran 5ml 😭
2 notes
·
View notes
Text
Seutas Empati

Sering kali, kita tidak sadar bahwa setiap kata dan tindakan kita bisa memengaruhi perasaan orang lain. Terkadang, kita melakukannya tanpa niat buruk, hanya karena tidak memperhatikan efek yang ditimbulkan. Namun, meskipun kita tidak melihat atau merasakannya langsung, perlakuan kita bisa meninggalkan bekas yang mendalam pada orang lain. Itulah sebabnya penting untuk berhati-hati dalam bersikap, karena kita tidak pernah tahu seberapa besar dampak yang bisa ditimbulkan oleh perlakuan kita.
Kita semua memiliki kehidupan batin yang kompleks. Penuh dengan rasa sakit, dan kebahagiaan yang seringkali tidak terlihat oleh orang lain. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita hanya melihat permukaan dari apa yang mereka alami. Kita mungkin tidak tahu bahwa kata-kata dan perlakuan kita bisa menjadi pukulan keras alam serangkaian kekecewaan yang mereka alami hari itu. Begitu juga, kita tidak tahu bahwa sebuah senyuman atau kata-kata yang baik bisa menjadi cahaya bagi seseorang. Ketidaktahuan ini sering kali membuat kita meremehkan atau bahkan mengabaikan dampak dari perlakuan kita.
Setiap individu memiliki tingkat toleransi terhadap rasa sakit yang berbeda. Apa yang tampak seperti masalah kecil bagi satu orang bisa menjadi beban yang tak tertanggungkan bagi orang lain. Misalnya, kritik yang tampaknya konstruktif bagi kita mungkin terasa seperti serangan bagi seseorang yang sedang berjuang dengan rasa tidak percaya diri. Kesedihan atau rasa sakit yang mereka rasakan mungkin tidak selalu terlihat, tetapi itu tidak berarti bahwa hal itu tidak nyata atau tidak penting. Kerentanan ini memperlihatkan bahwa kita tidak bisa menilai reaksi seseorang hanya berdasarkan pengalaman atau persepsi kita sendiri.
Tindakan kita, baik yang disengaja maupun tidak, memiliki potensi untuk memicu berbagai reaksi dari orang lain. Ketika seseorang diperlakukan dengan semena-mena, kita tidak pernah tahu bagaimana mereka akan merespons. Beberapa mungkin berusaha untuk berlapang dada dan melupakan, sementara yang lain mungkin menyimpan rasa sakit itu dalam hati mereka. Dalam kasus yang lebih ekstrem, seseorang yang terus-menerus disakiti bisa melakukan sesuatu yang drastis, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Konsekuensi ini menggarisbawahi pentingnya memperlakukan orang lain dengan hormat dan kebaikan.
Memang benar bahwa kita tidak bertanggung jawab untuk membuat semua orang merasa nyaman. Setiap orang memiliki tanggung jawab atas perasaan mereka sendiri, namun setidaknya, jangan sampai perlakuan kita menjadi penyebab rasa sakit yang tak perlu. Dengan menjaga perilaku kita, berusaha untuk tidak menyakiti, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik dan penuh empati, di mana setiap orang merasa dihargai dan dipahami.
—Arsualas [s.b]
25 notes
·
View notes
Note
Kak gimana cara menguatkan diri untuk percaya bahwa jodoh kita akan datang di saat kita terus dihantam rasa pesimis ya?
Hehe khawatir nggak bisa ngasih kata-kata yang kamu pengen :")
Saya berdoa semoga kesabaran kamu dilipatgandakan, dapet jodoh yang baik dan keluarga yang sakinah nantinya.
105 notes
·
View notes
Text
Mengawali 2025 dengan sakit gigi berlubang dan tumbuh gigi bungsu.
🫂
0 notes
Text
Keheningan adalah bentuk empati paling tulus yang bisa saya berikan kepada seseorang di sekitar saya yang hatinya bergolak, sedih, dan merasa kalah, kendati saya punya berlimpah alasan untuk memamerkan kemenangan.
7 notes
·
View notes
Text
ngomong ngomong ya,
gue tiba tiba kepikiran gini.
gak bisa ada yang janjiin, mau perempuan atau laki-laki: "kalau lu sama gue, lu akan menjalani relationship yang tenang"
gue berpikir, iya juga sih, ga ada yang bisa janjiin itu 100% pasti. gue cuma mikir kalo rasa tenang di relationship itu akan didapat ketika kitanya sama-sama siap.
ngga ada yang bilang siap 100%, tapi seenggaknya siap untuk paham kalau lagi kerja, paham kalau kita punya pola pikir & pola hidup yang beda, paham kalo ada yang ga sesuai tuh bukan orangnya yang toxic, tapi ada kebiasaan hidupnya yang berbeda dan seberapa luas kita bersedia tolerir itu, paham juga kalau tolerir ini itu akan ada konsekuensinya, dan konsekuensi itu akan dijalanin gimana, dan syalala syalilili.
di dalam proses itu juga ga ada yang bilang bakal tenang 100%, tapi faktor lainnya yang dirajut di dalam relasi itulah yang bikin kita jadi ga gampang cemburuan, ga gampang marah, mau mendengarkan, mau memahami, dan lain-lain.
yakan?
dari situ muncul tenang.
tenang di dalam relasi tuh.. mahal sih.
kenapa?
soalnya belinya pake self maturity
wkwkwkwk
14 notes
·
View notes
Text
Tetaplah hidup walau nggak berguna. 🤣
Apa sih yang paling sulit buat manusia? Kalau aku boleh jawab, mungkin salah satunya adalah accepting the fact that we’re just not that special. Kayak, ya udah, kita nggak sebegitunya. Gimana ya, kadang tuh ekspektasi kita ke diri sendiri atau ke hidup tuh tinggi banget. Rasanya, kita harus jadi sesuatu yang besar, impactful, or at least, di-notice.
Tapi, let’s be real. Nggak semua orang bakal peduli sama kita, nggak semua yang kita lakukan punya efek besar, dan nggak semua momen hidup kita layak masuk highlight. Dan itu? Totally fine.
Kenyataan kayak gini sering banget bikin kita galau. Apalagi di era sekarang, di mana semuanya berlomba buat kelihatan hebat. Kamu buka Instagram, ada yang baru achievement ini itu. Scroll TikTok, ada orang yang relatable banget cerita soal suksesnya. You start to think, “What about me? Kok aku cuma gini-gini aja?”
Padahal, justru di situlah esensinya hidup. Kita nggak harus selalu jadi center of attention, nggak harus selalu outshine everyone. Kadang, hidup itu cuma soal menjalani apa yang ada di depan mata, sekecil apa pun itu. Karena hal kecil pun bisa berarti besar buat kita sendiri, atau bahkan buat orang di sekitar kita.
Yang bikin berat tuh biasanya ekspektasi. We think we’re supposed to be special, to be someone everyone talks about. Tapi kenyataannya, ya nggak semua orang bakal punya cerita seheboh itu. Dan nggak semua orang harus.
Jadi kalau kamu lagi merasa nggak cukup, coba deh tarik napas. Pelan-pelan, berdamai sama kenyataan bahwa nggak apa-apa kok jadi biasa aja. Hidup itu bukan kompetisi popularitas. Yang penting, kamu hidup sesuai versi terbaik kamu, bukan versi yang orang lain pikir harus kamu jadiin.
Dan tau nggak sih? Sometimes, being “not that special” is actually liberating. Kamu jadi punya ruang buat bener-bener menikmati hidup tanpa beban harus impress siapa-siapa. Karena pada akhirnya, hidup ini nggak soal jadi hebat di mata semua orang. It’s about finding peace and happiness in your own way. Isn’t that what truly matters?
NK—91224
79 notes
·
View notes
Text
Apapun tentang nadin amizah selalu magis 🤍
Summarecon Mall Serpong 10/11/2024
1 note
·
View note
Text
"Aku adalah manusia yang peka terhadap pendengaran dan penglihatan; aku tahu ketika sedang disindir, dijatuhkan, dibicarakan. Aku hanya memilih diam; namun diam-diam juga aku blacklist orang-orang tersebut dalam hidupku."
-
Ferliana Harman
194 notes
·
View notes
Text
Tadinya kukira komunikasi adalah kunci bagi setiap hubungan.
Tapi ternyata enggak. Kalau masih inget, dulu aku pernah nulis tentang hard convo, nah sekarang mau review hal-hal yang penting selain komunikasi.
Aku suka menganalogikan komunikasi sebagai jembatan yang berfungsi sebagai penghubung antara dua daratan. Kira-kira ada beberapa kunci agar keterhubungan tersebut dapat bekerja dengan baik:
Kedua daratan sama tingginya. Jika tidak sama, jembatannya harus effort lebih dalam pembangunannya (sekufu).
Kesediaan mengambil bagian untuk membangun jembatan dari ujung masing-masing agar bertemu di tengah (willingness).
Tidak membebani tugas "membangun jembatan" dari satu daratan saja (self awareness, respect, empathy)
Paham bahwa membangun jembatan adalah tugas bersama. Tidak merasa si paling lelah/paling berjasa. (pemahaman hak dan kewajiban).
Keselarasan tujuan, hal yang diperlukan, hal yang tidak relevan dengan tujuan tersebut (alignment, sense of urgency and severity).
Akhirnya aku rangkum sebagai alur seperti ini:
Trust → Respect → Willingness → Listening → Understanding → Empathy → Communication → Sense of Urgency and Severity → Alignment of Vision → Implementation and Feedback (Compassion)
*masih mentahan, kayanya akan direvisi seiring waktu, urutannya juga mungkin ada yang kurang tepat, step-nya mungkin ada yang perlu ditambah
Trust akan mudah diperoleh jika "kedua daratan punya tinggi yang sama" dalam arti sekufu (compatible).
Banyak tafsiran tentang kesekufuan tapi aku senang mengartikannya sebagai "sekufu resource-nya dan kemampuan memberdayakannya, serta sekufu framework".
Bahasan tentang framework akan panjang, tapi framework mengandung 3 hal: library, tools, rules. Ketiganya barulah diperoleh dari banyak hal: default sebagai manusia, parenting, pendidikan formal, kondisi finansial, pengalaman hidup, pertemanan, lingkungan, tontonan/bacaan, dsb.
Kenapa sekufu framework? Karena akan mempengaruhi bagaimana algoritma kehidupan seseorang berjalan. Kemana dia akan merujuk? Apa kerangka referensi/acuan yang akan dia gunakan berulang dalam setiap problem solving dan decision making?
Respect berawal dari pemahaman tentang identitas, nilai, dan posisi diri serta orang lain (self awareness). Dari respect akan melahirkan kesediaan (willingness) untuk memahami perannya dan melakukan job desk-nya. Dia nggak akan menuntut orang lain karena sadar hak dan kewajibannya.
Empati pernah kubahas di sini. Intinya, "feel deeply, think accurately, act wisely." Dari empati, kita akan bisa membaca peta realita tentang "apa yang penting dan apa yang fatal bagi orang lain?" dengan kata lain sense of urgency and severity. Outcome-nya, kita nggak akan menyepelekan hal yang penting, dan kita nggak akan terus menerus melakukan hal fatal.
Komunikasi bukan sekedar menyampaikan melainkan bagaimana pesan dapat tersampaikan dengan baik. Kemudian implementasi merupakan bentuk menghargai semua proses membangun jembatan itu. Perlu compassion untuk melakukan implementasi terhadap "pesan" yang dikomunikasikan.
Tapi kadang, ada orang yang memelihara kemalasan emosional maupun intelektual untuk sekedar memahami apa perannya, apa posisi dirinya dan orang lain, mana yang penting, mana yang fatal, dsb. Makanya kadang-kadang hubungan nggak berjalan mulus. Bahkan sejak tahap willingness, listening, dan understanding aja orang masih banyak yang remed.
Orang juga sering "mengkambinghitamkan" ego karena kurangnya kosakata tentang hubungan antar manusia. Nope, bagi orang yang sudah tuntas hal-hal tadi, ego juga tetap diperlukan untuk menghormati diri mereka sendiri.
Tapi ada orang yang belum numbuhin willingness, belum coba understanding, belum listening comprehensive, eh malah nuntut egonya dikasih makan. Kan ngelunjak ya?
Default manusia adalah makhluk pembelajar. Jadi aneh kalo ada manusia yang enggan menumbuhkan kesediaan untuk "iqra" terhadap diri dan orang lain. Mending jadi congcorang aja. Intinya, komunikasi itu penting, tapi banyak hal penting lainnya yang perlu dipenuhi agar komunikasi berjalan dengan baik.
— Giza, nabung ilmu untuk kehidupan hari ini bersama orang-orang tersayang
128 notes
·
View notes
Text
Poin-poin Menarik dari Buku "Men Are From Mars, Women Are From Venus"
karya: John Gray, PH.D.
Pembukaan -> betapa setiap orang beda Normalnya, setiap orang mencintai pasangannya, akan tetapi jika ada ketegangan emosi, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan. Padahal beda itu wajar. Ada pola-pola perbedaan yang wajar dan berpola antara laki-laki dan perempuan. Perlu kita ketahui agar tak membuat jarak dengan perbedaan itu, melainkan mampu kita pandang sebagai hal yang wajar dan kita sikapi dengan lebih bijak. Pemahaman yang lebih luas mengenai perbedaan-perbedaan itu dapat menolong menguraikan banyak kekecewaan dalam bergaul dan dalam memahami lawan jenis. Kesalahpahaman dapat lenyap dengan cepat atau dapat dicegah. Secara keliru, kita menganggap bahwa apabila pasangan kita mencintai kita, mereka akan bereaksi dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu seperti halnya reaksi dan tingkah laku kita bila mencintai seseorang. Suami secara keliru mengharapkan istri untuk berpikir, berkomunikasi, dan bereaksi seperti dia (sebagai laki-laki). Kaum istri pun keliru mengharapkan suami untuk merasa, berkomunikasi, dan menanggapi seperti dia sebagai perempuan. Kita lupa bahwa laki-laki dan perempuan sewajarnya berbeda. Sebagai akibatnya, hubungan-hubungan kita penuh dengan gesekan dan pertikaian yang tidak perlu.
Perbedaan laki-laki dan perempuan Laki-laki 1. Cenderung menawarkan penyelesaian-penyelesaian dan mengabaikan perasaan-perasaan. Mereka menunjukkan cinta dengan cara memberi solusi. 2. Ketika ada masalah, cenderung menarik diri dan memikirkan persoalan mereka dalam diam. 3. Termotivasi saat mereka merasa dibutuhkan. 4. Mereka bangga bisa melakukan berbagai hal sendirian. Otonomi merupakan simbol efisiensi, kekuatan, dan keahlian. Sifat khas laki-laki: mereka sangat tidak suka dikoreksi atau diberi tahu apa yang harus dilakukannya. Menawarkan nasihat yang tidak diminta kepada dia berarti menganggap dia tidak tau apa yang harus dilakukannya sendiri. Mereka sangat sensitif pada hal ini, sebab masalah keahlian sangat penting baginya. Meminta pertolongan padahal dia dapat melakukannya sendiri dianggap sebagai tanda kelemahan. Namun jika ia betul-betul membutuhkan bantuan, berarti dia cukup bijaksana untuk melakukannya. Dalam hal ini dia akan mencari seseorang yang dihormatinya, kemudian membicarakan persoalannya. Perempuan 1. Cenderung menawarkan nasihat serta petunjuk yang tidak diminta 2. Ketika ada masalah, perlu mebincangkan apa yang merisaukan mereka. 3. Termotivasi jika mereka merasa dihargai. 4. Perempuan menghargai cinta, komunikasi, dan hubungan. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk memberi dukungan, menolong dan saling melayani. Membuka hati dapat menghasilkan pengampunan lebih besar dan meningkatkan dorongan untuk memberi dan menerima cinta serta dukungan.
Apabila laki-laki dan perempuan sanggup menghargai dan menerima perbedaan-perbedaan mereka, cinta mempunyai peluang untuk berkembang.
59 notes
·
View notes
Text
Memberi pemakluman adalah seni bersosialisasi. Apa-apa tak perlu ribet apalagi ribut.
Mudahkan orang lain, Allah akan memberimu kemudahan.
—Hal. 19
28 notes
·
View notes
Text
Pengen jadi orang yang suksesnya ga dimanfaatin gagalnya ga diketawain. Aibnya ga dicari-cari. Amalnya ga dipuji-puji. Enak dan Ga malu makan dipinggir jalan, pakai baju, kendaraan untuk dimanfaatin fungsinya bukan untuk dipamerin bagus /mereknya. Kalo post cari rejeki, bagi inspirasi bukan pamer kehidupan pribadi.
Ga keras lagi pada diri sendiri, ga berambisi pada mimpi, ga ada rasa ingin membuktikan ke orang lain yang meremehkan, ga pengen menunjukkan bahwa aku ada dan layak diperhatikan.
Ingin jadi orang biasa
Yang bahagianya tak terusik orang yang sirik. Yang dukanya tak jadi sorotan dan bahan gunjingan.
Yang tenang dan benar-benar menikmati hidup, bila ada gak kelihatan,bila ga ada ga dicari. Bila perlu biar Orang lupa nama atau lupa wajah. Namun manfaat dan karyanya dirasakan sebanyak-banyaknya, ga peduli walau ga dihargai. Masa bodoh dengan harga diri, harga diri itu hanya Allah yang layak memberi dan menghargai.
290 notes
·
View notes
Text
Orang-orang boleh saja memandangmu sesukanya. Toh tabiat manusia kebanyakan seperti itu. Menilai apa yang tampak darimu sesuai persepsinya.
Pelan-pelan, belajarlah untuk menerima hal di luar kendalimu.
—Hal. 9
31 notes
·
View notes