Text
Sialnya, aku mulai mencintai seseorang yang tidak pernah aku sangka-sangka sebelumnya.
Bunyi kipas dikamarku menjadi penenang di malam ini, sunyi sepi di depan kamar juga menjadi teman kesepianku disepanjang malam. Keseharianku selain bergelut dengan isi kepala, hanya membolak-balikan aplikasi, pindah kesini, lari kesana, lalu bosan, begitulah singkatnya.
Malam ini aku sibuk membuka galeri, memilih foto mana yang memang tidak seharusnya ada disini, karena memori hpku sudah mengatakan kalau ia tidak kuat untuk menampung. Namanya wanita, apapun didokumentasikan sampai lupa kalau ada batasan.
Akhir-akhir ini aku kesal sekali dengan seseorang, balasan chatku tidak pernah ia balas, perkara membalas ungkapan selamat pagi, siang, atau sore darikupun enggan. Rasanya aku ingin sekali menghampirinya dan mengatakan, "chatku sudah menjadi kapal selam ya di room chat hpmu?" Aku enggan mengatakan tenggelam, karena jika sudah tenggelam bukankah kemungkin besar tidak akan kembali lagi? Meskipun ada sepersekian kemungkinan bisa bangkit, tapi menurutku tidak akan.
Rasa kantuk mulai datang menghampiri, lekas ku lepaskan hpku dan bersiap untuk menyambut mimpi yang tidak bisa tertebak itu. Tak menunggu sepersekian jam, aku terlelap, berenang di alam mimpi, menari-nari dengan imaji, dan ada kamu disana.
Aku tidak menyangka sebelumnya, bagaimana kamu bisa datang menghampiri, menelusup ke bagian dariku dan menjadi pemeran utama disana. Disana hanya aku dan kamu, tanpa ada seorangpun yang menjadi figur orang asing.
Akhir-akhir ini interaksi kita cukup menguras energi alias cukup intens dari kebanyakan waktu belakangan, tapi tak pernah terpikirkan olehku kalau aku akan jatuh hati. Tapi setelah dipikir debar jantung setiap bertemu denganmu, senyum yang tak henti layu, dan langkah semangatku untuk bertemu denganmu, rasanya aku cukup yakin kalau aku menaruh hari, entah sejak kapan.
Alih-alih menolak jatuh hati lagi, sialnya hatiku malah berlabuh, entah sejak kapan, aku tidak tahu.
jourskaul
5 notes
·
View notes
Text
Ikhlasku belum utuh.
Bu, rasanya sudah cukup aku menghitung tahun demi tahun yang terlewatkan tanpa engkau. Semua kenangan itu masih terputar, namun yg terlihat hanya abu-abu tanpa warna, tanpa suara, dan senyuman indahmu kini yang terlihat semakin samar.
Katanya, hidup tanpa seorang ibu berat. Bu, aku kian mengusahakan segala hal yang aku inginkan dalam hidupku, tertatih-tatih aku mengusahakannya, bu. Aku harus berusaha lebih keras dari kebanyakan yang lain, karena penyambung doaku dengan tuhan tak sekuat dulu.
Bu, kata orang kebanyakan, kini kau sudah berada pada pangkuan tuhan. Bolehkah aku meminta kau untuk merayu tuhan untuk satu saja keinginanku teramini, bu? Bolehkah aku meminta, bu. Untuk kali ini datanglah menjenguk walau sebatas mimpi, aku ingin bercerita perihal aku dan duniaku sekarang.
Bu, jujur aku hampir putus asa, aku kehilangan arah setelah kepergianmu. Aku ingin cukupkan semua, bu. Aku tak tahu arti kata pulang itu apa semenjak kau tiada. Tentang kepergianmu, ikhlasku belum sepenuhnya utuh.
______
19 notes
·
View notes
Text
Temu Malam Hari
Pertemuan malam kemarin cukup memberi kesan di dalam kepala. Entah memang gua yang belum terima dibilang dewasa atau memang gk mau aja disinggung perihal "Menikah."
Singkatnya pembicaraan ini bermula, "Kira-kira siapa duluan yang nikah nanti, kamu atau A?" Sebuah celetukan tetangga saat gua pamit untuk pulang dihari esok. Gua cukup canggung saat itu, rasanya telinga ini masih belum cukup untuk menerima kata itu. Ya, bisa dibilang gua blm terima untuk dewasa.
Seketika pertikaian di dalam kepala bermunculan, "Jawab apa ya, apakah gua harus ngaku mau nikah di umur menjelang 30 tahun?" Ah, kayaknya bakalan timbul huru-hara deh abis ini. Setelahnya gua ambil jalan tengah, "26/27 kayaknya, mah." Meskipun jantung gua dugun-dugun.
1... 2... 3... Mari kita hitung untuk menunggu respon.
"Ketuan!" ucapnya. Benar kan, udah gua duga. Tapi dengan percaya diri gua bilang, "Engga, itu umur yang menurut aku cukup, takut..." kata gua diakhiri dengan kata takut yang mungkin engga terdengar. "Jangan tua-tua, nanti pas anak kamu besar, kamu-nya keliatan tua." Aihhh, bukankah setiap hari umur manusia bertambah ya? Semakin tua, semakin keriput, semakin dekat dengan ajal.
"Engga mau, aku mau kerja dulu, puas-puasin diri sama hasil jerih payah aku. Lagian juga sampe sekarang belum keliatan jodohnya dimana." Jawab gua panjang. Tapi tiba-tiba anaknya nyeletuk, "Mamah aja nikah 18 tahun, aku tau mamah gimana." Nahkan, mulai nih perang dunia kayaknya.
"Iya, tapi kan sekarang masih keliatan muda." Ya, intinya percakapan lebih lanjut ini adalah perdebatan antara ibu dan anak dan gua cuma bagian nonton sambil ketawa-tawa.
Lagipula, jodoh, maut, rezeki itu semua tuhan yang atur. Manusia cuma bisa berencana, sisanya ada di tangan tuhan. Dan juga gua nunggu (Dia) yang rasanya udah gua simpan di 5 tahun belakangan ini.
______
3 notes
·
View notes
Text
Hujan turun di sudut mata
22/11/23
_____
Dalam selasar kegelisahan, kamu datang menawarkan uluran tangan yang aku harap menawarkan peluk dan pundak. Tersenyum seolah mengatakan bahwa dunia sebetulnya baik-baik saja.
Aku hampir menyerah saat itu, sebelum kamu datang dan sebelum kamu menyadarkan, aku hampir kehilangan arah dan hampir merelakan diriku masuk ke dalam belenggu dosa yang tak berujung.
Hujan yang seketika turun dimataku saat itu, seolah menandakan bahwa aku cuma butuh peluk dan telinga untuk mendengarkan keluhku. Ternyata menangis tidak seburuk itu.
Katamu, dunia akan selalu baik-baik saja tanpa adanya aku, waktu akan terus berputar tanpa aku di dalamnya, dan orang-orang kemungkin akan menangis tetapi akan melakukan hal seperti biasanya dan aku terlupakan dan dimakan oleh waktu.
Aku kira akan berlanjut, kamu akan terus menjadi pundakku, kamu akan terus dengan rela aku jadikan rumah. Namun terpatahkan, setelah semuanya selesai, kamu pergi dan hilang bagai ditelan fatamorgana.
Tapi aku ingin berterimakasih padamu. Berkat pundakmu kala itu, aku gagal meramu dosa yang bisa membuat aku keracunan sendiri. Aku cukupkan, meskipun hujan yang keluar dari mataku terus membasahi pipiku dikala aku butuh pundak dan telinga untuk bersandar dan didengarkan.
Tertanda,
Jstjiwa
______
16 notes
·
View notes
Text
Garis takdir
10/09/23
__
Aku mengeja namamu pada garis doa yang aku ucapkan setiap waktu. Berkali-kali aku merayu tuhan untuk itu, "Tuhan, aku ingin dia, sangat ingin." Namun, takdir tak segaris pada kita.
Bukan, aku tidak menyalahkan tuhan atas patah hatiku ini. Karena aku percaya kelak akan digantikan dengan yang lebih baik sesudahnya. Namun, aku hanya mempertanyakan, bagaimana bisa takdirku tak segaris denganmu? Perihal doa saja aku selalu sematkan namamu.
Mungkin tuhan tidak mengabulkan itu karena permintaanku terlalu banyak. Pertama, aku mengejarmu di kota ini. Kedua, aku mengejar cita-citaku juga di kota ini. Dan terakhir, aku meminta untuk bisa bertemu denganmu.
Mungkin doaku kurang konsisten, mungkin aminku kurang untuk itu, dan mungkin harapku terlalu tinggi untuk mengapaimu. Sehingga tuhan mematahkan itu semua atau mungkin doaku yang keliru?
Namun, seribu sayang untuk tuhan. Aku sangat bersyukur karena takdir kita tak satu garis. Karena seperti pernyataanku diatas, sesuatu yang buruk, kelak akan berganti yang lebih baik sesudahnya. Dan terakhir aku tahu, memang kita tak pernah sejalan dan searah, karena lagi-lagi perihal garis takdir yang berbeda.
______
6 notes
·
View notes
Text
1/5
20/08/23
Padahal bukan pertama kalinya aku meninggalkan kota tempatku lahir, sudah beberapa kali, namun rasanya masih saja sama. Sedih bercampur haru serta beban-beban yang baru saja aku istirahatkan seketika kembali berada di pundak.
Kata-kata yang selalu menghantuiku seringkali membuat aku berpikir untuk berhenti dan mencari jalan lain, namun apa boleh buat, aku rasa takdir tidak selamanya salah.
Bukankah dunia memang tempatnya lelah, ya? Sebagaimana pun apa yang dilakukan tetap saja akan berakhir lelah. Berlari dari perjalanan sekarang rasanya juga sudah tidak sanggup. Mengulang yang baru, belum tentu sebaik sekarang.
1/5 abad memang melelahkan.
-jwnr
________
Channel Telegram :
6 notes
·
View notes
Text
Pada akhirnya aku memutuskan belajar untuk melepaskanmu, tuan.
02/06/23
Perjalanan cintaku untukmu aku rasa sudah cukup sampai disini, tuan. Aku mati rasa sejak saat itu, sejak kamu pergi tanpa pernah aku jumpai. Aku belajar lagi melepaskanmu untuk kesekian kalinya setelah yang kemarin aku harus mengulang berkali-kali. Mencinta sendiri ternyata rumit, tuan.
Bertahun-tahun aku mengejarmu, entah sudah sejauh mana aku berlari dan sudah berapa kali aku tersungkur hanya untuk mengejarmu tapi nyatanya langkah kita tidak pernah selaras, tuan.
Berkali-kali aku mencoba untuk memulai dengan yang baru, baru saja aku terjatuh, aku malah mengingatmu. Aku harus bagaimana?
Kamu memang tidak perlu tanggungjawab atas perasaan ini. Biar aku yang benahi atas kekacauan hatiku sendiri. Lagi pula aku tahu, kamu tidak akan pernah mau tahu perihal perasaan ini.
Sekian usaha aku lakukan hanya untuk tahu kamu bagaimana, entah sudah berapa banyak orang yang aku ceritakan tentang kamu, tuan, entah sudah berapa banyak, senyumku terukir kala menceritakan kamu.
Aku menunggumu digemerlap malam hari, aku menunggu harapanku terkabul nyata, aku menunggu hatiku terbalas, tuan. Tapi sejauh ini, belum ada yang teramini.
Aku lelah, tuan. Lelah harus menunggumu yang entah kapan datangnya dan lelah harus mencinta sendiri. Entahlah, apakah pelajaran kali ini aku akan lulus, atau aku akan mengulang seperti pelajaran yang lalu-lalu.
-jstjw
____
5 notes
·
View notes
Text
Selamat 50 tahun, Ayah!
26/05/23
Ayahku tahun ini 50 tahun, setengah abad sudah hidupnya di dunia. Ah, masih terekam memori tahun itu, goresan luka yang masih terasa sakit hingga sekarang. Aku tahu beliau berat memang meninggalkan kami. 7 tahun lamanya sudah tidak menyapa, bahkan mendengar kabar saja tidak.
Aku tidak tahu apa kabar beliau saat ini, baik-baik kah dia, sehat-sehat kah dia? aku tidak tahu. Mencoba mencari tahu saja rasanya berat, seperti belum bisa menerima atas perbuatannya yang telah beliau lakukan kala itu. Bertahun-tahun belajar menerima, bertahun-tahun sudah mencoba untuk menyembuhkan luka, Bertahun-tahun pula aku harus menutup telinga atas opini-opini manusia tentang ayahku.
Ayah, rasanya berat menjadi anak pertamamu ini. Beban yang aku tanggung, cacian dan makian dari orang-orang yang aku terima atas perbuatanmu masih saja menghantuiku. Ayah, aku gatau lagi harus gimana buat jalanin hidup ini. Di satu sisi, aku sangat tidak ingin lagi bertemu denganmu, tapi disisi lain, i really miss u bad!
Ayah, aku iri melihat teman-temanku yang sangat dicintai oleh ayah mereka, dibimbing, diajarkan. Ah, aku tidak seberuntung mereka ternyata. Tak apa, yah! Aku tidak sepenuhnya mengatakan ayah salah.
Yah, jika waktu bisa diputar kembali ke kala itu, aku mau, walaupun cuma sehari, tak apa, yang penting bisa menyembuhkan rasa rinduku padamu, yah!
Ayah, terimakasih telah menjadi cinta pertama putri pertamamu ini dan terimakasih telah menjadi pembuat luka terbesar yang sulit untuk disembuhkan ini.
Terimakasih.
_____
9 notes
·
View notes
Text
Capek ya ngejar dunia?
14/04/23
Aku sedang di fase membingungkan, memilih beberapa pilihan yang sebagiannya belum pasti akan terjadi. Kata orang, kalau belum dicoba nanti taunya gimana? Aku benar-benar tidak peduli perihal ini, nanti akan ada jalannya untuk aku mencoba lagi, tapi tidak untuk sekarang.
Menurutku, aku sudah berada di fase zona nyaman ku saat ini, setelah 3 tahun belakangan harus keluar dari zona tersebut dan memang benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Aku pikir akan menemukan zona nyamanku dilain tempat, tapi ternyata tidak. Aku kembali ke diriku yang lalu, manusia yang suka menyendiri dan berperang dengan isi kepala sendiri.
Capek banget lari, aku boleh berhenti sebentar dan berjalan santai kan? Perihal memulai lagi biar aku yang uru nanti, aku benar-benar capek mengejar dunia yang memang tidak ada garis finishnya dan tidak pernah ada kata cukup.
4 notes
·
View notes
Text
Rela
19/02/23
Untukmu, tokoh dalam aksaraku. Aku gak tau harus bilang apa lagi karena kamu sukses buat 4 tahun aku penuh dengan harap. Sebelumnya, terimakasih atas semua rasa, terimakasih atas kebahagiaannya, dan terimakasih telah menjadi bagian dari proses pendewasaanku, mungkin juga aku berterimakasih karena kamu telah rela menjadi tokoh yang utama pada setiap aksaraku.
Maaf untuk segala hal selama 4 tahun ini, maaf jika kamu merasa gak nyaman atas tindakanku yang mungkin bisa saja menurutmu di luar batas kewajaran, maaf pernah memaksa tuhan agar kita bisa disatukan, dan maaf jika kamu merasa terbebani dengan cinta yang aku titipkan.
4 tahun adalah pengalaman yang paling hebat menurutku, mencintaimu adalah part yang paling aku sukai di dunia ini, dan menjadikanmu tokoh utama pada aksaraku adalah hal yang aku sangat senangi.
Katanya, setiap manusia akan ditunjukkan tentang jalannya di dunia dan ada satu hal yang menjadi alasan terbesar manusia itu untuk bisa hadir di dunia, aku rasa, alasanku untuk lahir di dunia adalah kamu. Kamu adalah hal yang paling hebat yang pernah aku temui.
Seharusnya aku sadar bahwa 4 tahun berlalu kamu tidak pernah sama sekali beralih kepadaku, bahkan menatap saja enggan, aku tahu kita tidak satu rasa dan aku baru sadar itu. Kata orang, cinta berlebihan itu tidak baik, kamu akan bersusah-susah dan merelakan semuanya demi cinta. Dan benar aku sepakat dengan itu.
Kamu tidak perlu merasa bersalah, sebab sejauh mana aku melangkah dan mengejarmu adalah rasa syukur terbesar yang pernah ada dalam hidupku. Mungkin kamu akan tersenyum sambil berkata, "Segila itu kamu denganku?" Ah, itu hanya bagian dari mimpi kalau kamu akan berbincang denganku.
Tidak semua kisah berakhir dengan bahagia, tidak semua rasa berhak untuk diketahui, dan tidak semua hal tercipta tanpa alasan. Bertemu denganmu adalah hal yang paling menarik di hidupku, dan merelakanmu adalah kesedihan yang paling hebat dihidupku.
Jika dilain waktu kita dapat bertemu dengan versi terbaik kita masing-masing, aku harap, aku bisa berdamai dengan rasa, karena merelakanmu adalah hal terberat yang aku paksa aminkan. Atau, dilain semesta, kita bertemu sebagai manusia yang sama-sama saling mencintai.
Doakan aku untuk dapat melepaskanmu dengan rela.
______
30 notes
·
View notes
Text
Renjana di Bawah Awan Kelam
(24/01/23)
Aku lupa kapan aku terakhir melihatmu, entah sadar atau tidak, aku tidak tahu. Memilikimu hanya anggan-anggan yang terlalu tinggi untuk aku genggam. Rindu yang tak berkesudahan memaksaku untuk tunduk pada hati dan ego, salah memang mengejarmu sebegininya.
Terakhir menyapa saja lupa, bahkan mungkin barang satu tatap saja aku tidak tahu. Padahal kita sudah sama-sama satu udara, satu kota, dan satu tempat. Sesulit ini ternyata untuk memberitahumu bahwa aku sudah sampai pada titik pelarian. Alih-alih mengejar cita-cita, aku ini mengejarmu dengan rela. Terlalu egois untuk semuanya sampai aku rela melepaskan apa yang seharusnya aku genggam.
Hingga akhirnya, aku berada pada titik terendah, entah melepaskan dan merelakanmu begitu saja atau aku bertahan dengan alasan yang mungkin masuk akal. Pada akhirnya, aku tunduk pada takdir, iya atau tidak memilikimu hanya takdir yang tahu.
Satu hal, sebetulnya masih banyak kota lain, masih banyak hal-hal lain, tapi naifnya aku mengejar kamu dengan sadar hingga pada akhirnya aku tersungkur sendiri tanpa adanya bantuan.
2 notes
·
View notes
Text
[SURAT BUAT KAMU]
Hallow, mungkin kamu gak akan menduga kalau ada manusia yang diam-diam suka sama kamu. Aku juga gak tau kalau kamu sudah milik orang lain atau belum. Sedikit bercerita, siang tadi aku dengar lagu tulus dengan judul monokrom dengan lirik, "kita tak pernah tau berapa lama kita diberi waktu." dan aku terdiam, benar katanya, kita gak akan pernah tau berapa lama kita hidup.
Aku gak tau harus panggil kamu apa, entah kakak, mas, atau kiyay? hahahaha, btw aku bukan dari Lampung dan sedikit susah beradaptasi dengan panggilan kiyay ini. Oh ya, omong-omong tentang itu, aku satu daerah loh sama kamu dan yaa aku kuliah di Universitas Lampung, tau gak kenapa? karena aku ngejar kamu. Gausah kepikiran sekarang udah mulai belajar lupain kamu dan kecewa sama diri aku sendiri, kecewa karena aku bisa-bisanya ngejar kamu sampai segininya hahaha.
Dari ribuan orang yang ada di Unila, mustahil kamu bisa temuin aku begitupun aku yang bertemu sama kamu. Biarku beri clue, fakultasmu dan fakultasku bagaikan langit dan bumi, istilahnya kayak dari ujung sumir sampai bunderan kecapi (tau kan?), nah kayak gitu, tapi untuk lebih spesifikasinya lagi fakultasku dekat dengan gsg. Mustahil kan bisa temuin aku? Jadi, gausah deh. Eh tapi aku kepedean banget gak sih dicariin sama kamu wkwk.
Oh ya aku mau jelasin korelasi antara lagu tulus itu dan tulisan aku sekarang. Kan kita gak akan pernah tahu berapa lama kita diberi waktu, nah makanya, aku mau ungkapin rasa yang pernah aku pendam selama 4 tahun, dan ya aku mau ungkapin sekarang, aku suka kamu sejak 4 tahun lalu. Aku gak tau berapa lama aku disini dan berapa lama lagi aku bisa berada di Unila, entah sampai lulus atau mungkin sampai aku pindah ke univ lain wkwk.
Perihal rasa itu, kamu gak usah pikirin, gausah cari tahu aku siapa. Aku tau kamu sibuk dan gak sempet juga nyari aku, iya gak sih? hahaha (sok tau banget). Lupain tulisan ini yang pernah ada dan sampai ke kamu. Biarkan aku sendiri yang sembuhin rasa ini, dan biarkan aku sendiri yang lupain kamu secara perlahan. Sampai bertemu di lain semesta, kamu adalah pemeran utama aksaraku (entah sampai kapan) .
-k(tkim) dan u(ked)
______
Note : Surat ini harusnya aku kirim ke kamu malam itu, tapi nyatanya bio instagrammu waktu itu yang berisi tentang pesanmu sudah tidak ada. Setelah menimbang dan bimbang, aku share saja kesini. Mungkin ketikan ini gak akan pernah sampai ke kamu, sampai kapanpun itu.
3 notes
·
View notes
Text
Jarak Dekat (?)
21/08/22
Hai, Tuan! Lama tidak menyapa dan juga lama sekali aku tidak mendengar kabarmu. Aku disini, Tuan! Ditempat kamu menimba pendidikanmu, ditempat kamu menggapai masa depanmu.
Tuan, penantianku 4 tahun berhasil, kita satu almamater (lagi), perjuanganku berhasil, Tuan, apa kamu tidak ingin mengapresiasi walau sedikit saja? Ah, apa itu apresiasi darimu, permintaan mengikutimu saja belum kamu acc, lelah ya menunggu kamu.
Katanya, aku harus menyatakan ini, tapi aku enggan sekali, aku takut jika waktunya tiba kamu akan risih, aku takut jika kamu menganggapku manusia paling aneh diseluruh dunia ini atau bahkan diseluruh universe.
Aku (masih) mengharapkamu, Tuan. Sangat-sangat mengharapkanmu. Setiap kemanapun ketika aku melangkah di kota ini, aku selalu mengharapkan untuk bertemu kamu, aku masih mengharapkan pertemuan 4 tahun lalu bukan pertemuan yang terakhir, Tuan.
Di kota ini aku berada, kita satu udara, Tuan. Tapi sayangnya, kamu tidak tahu kalau aku ada. Persetan dengan jarak, aku hanya ingin bertemu kamu.
1323064Mu
jwnr
_______
12 notes
·
View notes
Text
Menemukanmu adalah ketidakmungkinan, dari ratusan manusia yang berada disini sangat mustahil aku menemukanmu diantara orang-orang tersebut. Aku terlalu naif mengejarmu, padahal aku tahu, kita tidak akan bertemu. Munafik jika aku katakan kalau aku sudah tidak jatuh hati.
Aku tahu, dari ratusan manusia yang aku temui disini sangat mustahil sekali untuk menemukanmu, tuan. Aku sedikit menyesal mengejarmu sampai ke titik ini. Aku sedikit menyesal telah mempersetankan jarak demi kamu.
-jwnr
____
16 notes
·
View notes
Text
Selamat Ulang Tahun, Tuan
13/06/22
Umurmu bertambah, lantas apakah kamu tahu kalau aku menyimpan rasa?
Juni sudah memasuki hari ke-13, entah sudah tahun keberapa kuucapkan dan kamu masih saja tak tahu, yang ku tahu hanya ini sebuah rutinitas yang harus aku lakukan disetiap tahunnya.
Perihal rasa yang selalu saja ku pendam dengan rapi dan selalu terkunci. Aku kelu, ketika harus mengatakan bahwa aku suka kamu, itu mustahil!
Kalau kata Sal Priadi, Miliar-miliar juta-juta ratus-ratus sekian, kemungkinan orang di dunia kamu dapatnya aku. Hahaha, lupakan lirik lagu itu, entahlah mungkin tahun depan atau tahun-tahun berikutnya kamu akan mengetahui aku siapa atau mungkin aku memang jodohmu. Oh ya, ini kan ucapan ulang tahun, kok aku malah ngelindur.
Tuan, selamat ulang tahun untuk kamu. Hari ini semesta sedang merayakan hari besarmu. Riuh doa dariku yang aku kirimkan ke tempat tertinggi semoga semesta mengamini. Di bawah awan ini, doaku masih sama yaitu sehat-sehat dan aku dan kamu disemogakan menjadi kita.
Sampai bertemu pada bagian selanjutnya. Doaku selalu sama.
4Mu
-jwnr
15 notes
·
View notes
Text
Tatapan Terakhir (?)
24/04/22
Tuan, jika kita memang ditakdirkan Tuhan pada garis waktu yang sama, maka izinkan aku tenggelam pada kisah kita dan izinkan aku menikmatinya.
Sudah terhitung lama dari sejak pertemuan kita waktu itu yang tanpa sengaja, aku masih memikirkannya hingga saat ini. Tatapanmu masih menusuk tajam seperti yang terakhir ku lihat dari 3 tahun lalu. Tuan, aku jatuh cinta pada netramu itu.
Aku duga, pertemuan terakhir 3 tahun lalu akan menjadi yang terakhir. Namun Tuhan berkehendak lain, kita sama-sama menatap Tuan untuk pertama kalinya waktu itu. Pertemuan yang tak pernah aku duga, pertemuan yang tak pernah aku sangka sebelumnya, dan aku pikir itu adalah pertemuan terakhirku denganmu.
Pada keramaian kota, hiruk-pikuk jalanan, serta langit gelap dengan cahaya bintang, untuk kedua kalinya kita saling menatap. Pertemuan kedua kita memang tidak terduga, Tuan. Layaknya pertemuan pertama.
Tapi aku yakin, Tuan. Kamu menjadi bagian dari perjalanan kisahku, meskipun Tuhan hanya mengizinkan sebentar, tak apa. Tapi apakah aku akan berpikir jikalau ini adalah tatapan yang terakhir? Atau apakah juga kita akan bertemu tanpa sengaja lagi, Tuan? Biar waktu yang menjawab, dan Tuhan yang menentukan.
-jwnr
____
1 note
·
View note
Text
Hindariku dari patah hati itu
15/03/22
Hai, lama tak betegur sapa dengan aksara. Bagaimana kabarnya, apakah patah hatimu sudah perlahan sembuh? Apakah perasaanmu sudah berbalas? Atau apakah garis interaksimu dengannya tergambar jelas? Aku harap, pertanyaan itu sudah terjawab dengan kata "Iya."
Terlepas dari patah hati, ngomong-ngomong aku juga sedang jatuh hati. Apakah aku harus memberi klue? Ah, aku rasa tidak perlu, biarlah manusia-manusia itu menerka-nerka. Jatuh hati dengan manusia ini, sangatlah berbeda dari yang kemarin-kemarin.
Dia adalah manusia yang tak pernah aku duga untuk aku menaruh hati. Dahulu, rasanya biasa saja tak pernah tergolong istimewa. Tapi seiring berjalannya waktu dengan garis interaksi yang tak menentu, aku rasa ini waktunya untuk memulai (lagi), dan betul aku duga ini bentuk patah hati yang baru.
Ngomong-ngomong tentang dia, kemarin lusa aku menyanyikan lagu ini untuknya, tepatnya di pagi hari itu sehabis upacara bendera dengan pandanganku ke dia yang memakai pakaian putih khasnya. Hahaha, seru sekali rasanya. Baru kali ini aku jatuh hati dengan manusia yang agaknya, "Sedikit bisa digapai." dan juga interaksiku dengannya terbilang cukup baik. Aku ada sedikit harapan untuk bersamanya, tapi tidak menutup kemungkinan jika aku akan patah hati (lagi).
Kalau aku bisa mengendalikan hati, aku tidak akan memilih dia untuk bentuk patah hatiku yang baru. Kalau aku dan dia diizinkan untuk menjadi kita maka aku mohon dekat dan mendekatlah, tapi jikalau aku dan dia tidak diizinkan menjadi kita, maka aku mohon jatuh hati ini bisa terselesaikan dengan baik-baik.
-jwnr
14/03/22 [Meet u]
_____
#sajak#rangkaian#sajakpatah#tulisan#catatan#quotes#quotesindonesia#cerita#jatuh suka#jatuh cinta#Spotify
21 notes
·
View notes