jerichaellena
Jessy
20 posts
Just wanna share my thought and my writing
Don't wanna be here? Send us removal request.
jerichaellena · 1 year ago
Text
Melepaskan
Melepaskan adalah salah satu fase yang sulit. Tetapi lebih sulit lagi jika itu digenggam erat-erat. Karena kamu akan tersakiti jika itu dipegang terlalu erat. Mulailah lepaskan, ikhlaskan, biarkan dirimu juga bebas dan lepas dari kesedihan yang tak berujung. Dirimu juga berhak untuk bahagia.
#melepaskan #hubungan #relationship #lepaskan
0 notes
jerichaellena · 1 year ago
Text
Prioritas
Sibuk itu hanya untuk orang yang tidak memprioritaskan diri kita di hidupnya. Jika dia memprioritaskan kita di hidupnya, kapanpun waktunya dia akan selalu menyempatkannya. Sekarang pertanyaannya, apakah kamu masih menjadi prioritas di hidupnya?
#prioritas #hubungan #relationship
0 notes
jerichaellena · 2 years ago
Text
Do Small Things Change A Lot
Sebelum baca lebih lanjut, mau menegaskan dahulu bahwa saya bukan seorang dokter terlebih praktisi kesehatan (hanya orang yang tertarik dengan isu kesehatan saja). Tulisan ini hanya merupakan saran kesehatan dan experiences by practice yang sudah dilakukan sendiri.
Kesehatan adalah nikmat yang amat mahal, kita tahu itu. Bicara hidup sehat sejatinya adalah tentang menjaga amanah tubuh dan memaksimalkan peran kita sebagai manusia yang setiap geraknya akan dipertanggungjawabkan, agar tidak terhambat dan agar optimal dalam menjalaninya. And jump to the point seperti judulnya, apa sih hal hal kecil yang bisa kita lakukan untuk keep agar tubuh kita sehat setiap harinya ? Kalau sudah bicara setiap hari artinya akan berkaitan erat dengan disiplin, rutin, konsisten, komitmen. Pastikan diri kita telah berdamai dengan hal hal di atas, hehe. Selain itu kita juga mesti berdamai dengan yang disebut proses, karena identiknya proses adalah butuh waktu, engga singkat, jika dirangkum maka akan nemu kata sabar.
Jika sudah clear dengan konsisten dan teman temannya di atas maka, berikut adalah contoh daily routines to keep our body health base on my experiences :
1. Bangun lebih awal, upayakan sebelum subuh dan lebih baik jika di 1/3 malam sehingga bisa beribadah dahulu sebelum memulai semua aktivitas (jangan lupa berdoa ya, hehe), lalu pastikan tidak bobok lagi setelah subuh.
2. Setelah bangun, sebelum makan apapun minum air putih dulu 1-2 gelas sampai pukul 6 pagi mungkin bisa diupayakan sampai 750 ml khusus pagi, dan dilanjutkan siangnya sampai 1-1,5 lt (sesuai kebutuhan tubuh). 
3. Kalau kita rajin, di pagi hari buat seduhan rimpang (jahe, kunyit, sereh, madu, jeruk nipis, kayu manis) atau kalau mau paling simple adalah perasan jeruk nipis atau lemon dicampur madu
4. Exercise, bisa jalan jalan pagi atau gerakan pemanasan 5-15 menit lebih baik lagi kalau kena sinar matahari
5. Lakukan hal yang kita senangi (baca buku, nonton youtube, menulis, dsb) sambil makan buah (buahnya engga perlu yang mahal mahal, yang sesuai dengan kantong kita aja). Jangan dianggap bahwa buah buat hidup sehat itu harus yang mahal yg biasa dijual di supermarket misalnya, engga. Kita bisa beli buah dimana aja cari yang masuk budget kita. Oh iya, makan buah ini kalau yang biasa saya lakukan adalah rentang waktu jam 7-11 siang (tapi engga yg sepanjang 4 jam itu makan buah terus ya, haha). 
6. Siangnya jam 11-14 adalah jam makan siang, makan seperti biasa ada karbohidrat (pilihlah karbohidrat yang sehat, yg kaya akan serat misalnya ubi, singkong, labu, beras merah/hitam/coklat) dan sayuran lalu sesekali protein hewani, upayakan selalu ada sayur mentah di setiap momen makan kita, bisa selada, timun, wortel, tomat, kemangi atau lalapan lainnya. Kenapa protein hanya sesekali aja ? kalau saya memang tidak makan protein hewani setiap hari, sepekan hanya 1-3 kali saja. Karena sumber protein sebenernya banyak ya ngga hanya dari hewani saja, protein nabati misalnya dari tempe tahu alpukat dll. Protein hewani kurang baik jika dikonsumsi setiap hari, kenapanya ? ada di sini–> (rujukannya saya ambil dari buku dr Zaidul Akbar-JSR dan dr Hiromi Shinya-The Miracle Of Enzyme). Kalau di paginya masih kerasa lapar karena cuma makan buah aja, makan karbohidrat juga oke tetapi diusahakan karbohidrat yang lebih ringan cerna, ubi misalnya atau singkong atau labu. 
7. Take a nap for a while, 5-10 menit saja. Kalau habis makan biasanya bobok sebentar dalam keadaan duduk, kecuali makannya bukan makan berat. 
8. Sorenya adalah waktu biasanya kita craving pengen makan apa gitu, tapi sebenernya kalau kita sudah makan sehat ngga terlalu yang pengen makan apa gitu. Karena nutrisi dari makanan sehat yang kita konsumsi sebelumnya terserap semua ke dalam tubuh, dan apa yang dibutuhkan tubuh sudah terpenuhi. Buah cepat masa cernanya dan cepat diserap oleh tubuh hanya butuh waktu 20-40 menit, thats why kita disarankan untuk makan buah terlebih dahulu sebelum makanan yg lainnya agar tidak terhalang oleh makanan lain yang waktu cernanya lebih lama. Sayuran juga begitu masa cerna dan serapnya cepat dengan mengupayakan selalu ada lalapan di setiap makan kita, akan membantu kita memberi nutrisi yang masih segar dari sayuran mentah tersebut sehingga sempurna terserap tubuh. karbohidrat yang sehat (ubi, singkong, labu, beras merah/hitam/coklat) lebih ringan cernanya meski membutuhkan waktu 2-3 jam dan akan terserap sempurna oleh tubuh. Nah, kalau kita sedang pengen nyemil, nyemil kacang-kacangan atau buah buahan adalah is the best choice. Kalau kita nyetoknya buah, maka mau gamau nyemilnya buah hihi. 
9. Makan malam diantara pukul 17.00 - maks 20.00 malam. Hal ini karena biasanya kita makan karbohidrat yang memiliki masa cerna 2-3 jam. jadi kalo semakin malam kita makan, kita harus menunggu dulu 2-3 jam untuk masa cerna baru bisa bobok. Kenapa tidak disarankan habis makan lalu bobok ? karena akan mengganggu kegiatan cerna makanan kita di lambung, dan akan menjadi masalah di lambung dalam jangka waktu yang panjang. 
10. Di malam hari boboknya jangan kemaleman, maksimal jam 22.00 malam. Agar energi kita tidak terkuras untuk cadangan aktivitas seharian di esok harinya. 
11. Jika hal di atas konsisten dilakukan, maka insyaAllah pembuangan (BAB) akan lancar. Karena yang sering terjadi dan menjadi masalah banyak orang adalah konstipasi (sembelit) which is susah banget BAB. Sementara, BAB adalah proses pengeluaran sampah sampah sisa makanan yang tidak diperlukan oleh tubuh. Jika terhambat pembuangannya, maka akan menumpuk di dalam tubuh dan menjadi masalah baru bagi tubuh. Tidak ada yang lebih bisa melancarkan BAB kecuali banyak makan serat yang diperoleh dari sayur, buah, dan karbohidrat sehat. Even obat pencahar sekalipun, dia memang biasanya cepat mengatasi konstipasi, tetapi dalam jangka panjang efeknya tidak baik untuk tubuh, karena termasuk bahan kimia yang harus dinetralisir kembali. 
12. Rajin puasa. Ini miracle banget sih, puasa panjang lebar dibahas dr Zaidul Akbar dan saya sendiri speechless banget dengernya. Ketika kita puasa, pencernaan kita sedang beristirahat dari proses cerna mencerna makanan dan masyaAllah lagi dalam puasa ada istilah autofagi (Autofagi (autophagy) adalah proses alami tubuh untuk membuang sel-sel yang rusak dan tidak berfungsi, sekaligus menggantinya dengan sel-sel baru yang sehat. Mekanisme ini meningkatkan kemampuan sel tubuh untuk melawan racun penyebab penyakit dan menjaga organ tubuh tetap berfungsi dengan baik. Sumber : https://www.alodokter.com/autofagi-proses-detoks-tubuh-yang-bermanfaat-bagi-kesehatan)). Itulah kenapa terkadang ketika puasa kita merasa lemes, ngantuk, capek, laper salah satunya karena ada proses ini. Tetapi sehat dari ikhtiar puasa adalah bonus yaa, puasa haruslah diniatkan untuk beribadah kepada Allah. Saat ini kita juga mengenal istilah intermittent fasting (Intermittent fasting (diet puasa) adalah metode untuk mengatur pola makan dengan cara berpuasa makan selama beberapa waktu. Namun di antara waktu tersebut, Anda masih dapat mengonsumsi minuman. Sumber : https://hellosehat.com/nutrisi/diet/diet-puasa/). Alhamdulillah kita sebagai seorang muslim sudah mendapat fasilitas kesehatan itu dari Allah dan dilakukan tiap tahun selama 30 hari lamanya, masyaAllah masyaAllah dan kerennya lagi selama diniatkan dengan benar, kita akan mendapatkan pahala dari Allah :) 
13. Mindfulness, selalu berpikir positif dan menerima atas ketetapan darinya dan jangan lupakan syukurnya 
14. Tingkatkan ibadah dan berdoa kepadaNya, agar diberikan selalu nikmat sehat dan nikmat beribadah, agar maksimal perannya maksimal dalam menjalankan amanah darinya. Hidup sehat ini sebetulnya adalah tentang memaksimalkan peran, agar tidak terhambat dan agar optimal.
hal hal yang disebutkan di atas, sebetulnya adalah hal hal kecil yang meliputi kehidupan kita dan sebetulnya mudah kita lakukan asal mau berupaya sabar, konsisten, disiplin, komitmen dsb.
Sebagai tambahan yang akan lebih mendukung program hidup sehat kita antara lain :
1. Kurangi dan hindari masak memasak dengan MSG, minyak goreng, gula refinasi, pakailah bumbu alami alias bumbu uleg (bawang putih, bawang merah, lengkuas, jahe, kemiri, kencur, kunyit, jintan, kapulaga, merica, ketumbar, cengkih, bunga lawang, kayu manis, cabe, gula merah atau gula aren, garam laut natural atau garam gunung, dll). Bumbu bumbu ini insyaAllah enak dan benefitful banget untuk kesehatan. Hanya perlu sedikit belajar untuk racik meraciknya hingga bisa menghasilkan masakan sehat yang enak.
2. Kurangi dan hindari dairy food (susu dan turunannya, kecuali susu yang masih fresh asli tanpa pemrosesan)
3. Kurangi dan hindari produk dengan pertepung teriguan (karena mengandung gluten atau semacam protein yang terkandung dalam tepung terigu), karena sifatnya yang lengket dapat menjadi masalah untuk pencernaan jika sering sering dikonsumsi.
4. Jaga lingkungan tempat tinggal kita (ruangan di rumah/kosan, kamar mandi, kamar tidur, dan yang melekat di badan kita) agar tetap bersih terawat.
5. Tata barang pada tempatnya, selesai di gunakan dikembalikan lagi sebagaimana mestinya
6. Hindari kebiasaan menunda nunda, misalnya nunda nyuci piring, nunda nyapu ngepel untuk mengerjakan hal yang tidak prioritas alias procastination (scrolling IG, dll)
7. Beli barang yang memang dibutuhkan saja agar minimalis penyimpanannya, maksimal pemakaiannya, dan hemat keuangannya (frugal and minimalism living). Kalau harus sekali beli tapi yang mahal sekalian tidak mengapa asal bisa awet sampai dalam jangka waktu yang panjang. Misalnya beli panci yang bebas PFOA, beli wadah makan yang BPA free, biasanya memang harganya mahal tapi awet dan aman dipakai untuk sehari-hari.
8. Biasakan kemana mana bawa tumblr (botol minum untuk refill air sehingga mengurangi pemakaian plastik) atau juga kantong belanja sendiri.
Ketika kita telah berupaya menerapkan hal tersebut, nanti tau tau :    1. Badan terasa enteng ngga gampang sakit lagi    2. Berat badan udah ideal aja    3. Kulit ngga berjerawat lagi    4. Gampang bahagia dan mindfulness
Dan semua itu bonus. Yang menjadi penting adalah bahwa semua itu terjadi atas izin Allah SWT, hal-hal di atas adalah bentuk ikhtiar semampu dan semaksimal kita bisa, hasilnya lagi lagi biar Allah saja.
Wallahu'alam
11 notes · View notes
jerichaellena · 2 years ago
Text
Candu
Tumblr media
Karir, Cinta, dan Keluarga
Alhamdulillah 3 tahun yang berat yang pernah kulewati sudah berakhir. Kini aku bisa lebih fokus kepada diriku sendiri. Lebih bisa mencintai diriku sendiri. Melihat hal-hal yang selama ini tidak bisa aku lihat sebelumnya. Akupun lebih bisa lebih bahagia menjalani hiduoku saat ini. Suatu sore, aku dipanggil bosku ke ruang kerjanya. “Sally, kamu udah berapa tahun kerja di sini,” tanya bosku. “Hampir 5 tahun Pak,” jawabku.
“Wah udah lama juga ya. Jadi gini, Pak Ridwan mau resign. Ada posisi Supervisor Marcomm yang kosong. Saya mau kamu yang nanti ngegantiin Pak Ridwan. Kayaknya saya lihat kinerja kamu bagus selama ini. Gimana? Kamu mau kan?”
“Wah Pak ini beneran? Insyaallah saya mau Pak. Insyaallah saya siap. Mohon bimbingan dari Bapak juga ya nanti ke depannya.”
“Alhamdulillah saya nggak perlu pusing lagi cari orang. Kalau kamu mau paling bulan depan kamu bisa mulai Sal.” “Oke siap Pak. Saya akan berusaha dan belajar dengan baik,” jawabku dengan semangat.
 Pulang dari kantor aku langsung memberitahu Ibu kalau aku akan naik jabatan menjadi supervisor. Ibu sangat senang mendengar hal itu. Kerja kerasku selama ini tidak sia-sia. Pengorbananku selama ini membuahkan hasil yang baik. Rasanya ingin berterima kasih ke Allah atas semua anugerah ini. Walaupun masih sering mengeluh, Allah selalu punya rencana yang lebih baik untukku.
 “Drrrt… Drrrt… Sally bisa aku telepon nggak,” chat dari Reno muncul di layar handphone-ku.
“Boleh,” jawabku dengan cepat.
“Halo Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam Ren. Ada apa malem-malem gini?”
“Aku mau ngomong serius sama kamu.”
“Serius? Emang biasanya kita bercanda?” “Nggak gitu maksudnya. Jadi aku mau bawa orang tuaku menemui Ibumu secepatnya.”
“Mau ngapain?”
“Aku mau melamar kamu Sal.” “Me… Melamar?”
“Iya, melamar. Kamu nggak salah denger kok.”
“Hah? Maaf aku kaget banget kamu tiba-tiba mau ngelamar.” “Nggak tiba-tiba sih Sal. Aku udah pikirin ini dari lama. Cuma emang baru sekarang aku ngomong ke kamu.”
“Ya ampun jadi selama ini dari awal kamu modusin aku.” ledekku ke Reno.
“Enggak lah, nggak modus. Ya udah bisa kapan nih ke rumah?”
“Hari Minggu ini boleh kamu ke rumah. Tapi aku ngomong Ibu dulu ya.” “Oke, nanti kabari lagi ya.”
“Oke siap nanti kukabari ya.”
 Hari Minggu telah datang dan Reno membawa kedua orang tuanya menemui keluargaku di rumah. Aku menerima lamarannya. Kami membicarakan persiapan apa-apa saja yang harus disiapkan untuk pernikahanku dengan Reno. Aku tidak menyangka ketika aku mulai ikhlas menerima hidpku dan fokus kepada diriku sendiri Allah membukakan pintu-pintu lain yang selama ini tertutup. Siapa sangka aku mendapat promosi menjadi Supervisor dan mendapatkan jodoh di waktu yang dekat. Memang rahasia Allah tidak akan pernah ada yang tahu.
 “Sal, aku tiba-tiba ditugaskan pindah ke Surabaya mulai bulan depan. Kamu nggak papa aku kerja di Surabaya,” ucap Reno. “Lhah kok jadi ke Surabaya? Apa nggak bisa kerja di Malang aja,” tanyaku.
“Nggak bisa, aku udah nego ke atasanku tapi saat ini kebutuhannya aku ditempatkan di Surabaya.”
“Kalau gitu nanti kita LDR dulu dong ya. Karena aku nggak bisa ninggal Ibu dan adek-adekku di Malang. Kamu keberatan nggak dengan itu?”
“Gimana kalau kita berpikir dahulu beberapa hari untuk hali ini. Jadi biar nggak ambil keputusan yang gegabah gitu.”
“Boleh, aku sambil diskusi dulu sama Ibu ya.”
“Iya, aku juga diskusi sama Ayah dan Ibuku.”
 Pada akhirnya aku dan Reno mengambill keputusan tidak apa-apa untuk Reno bekerja di Surabaya, sembari mencari pekerjaan di Malang. Aku tidak bisa meninggalkan Ibu dan adek-adekku di Malang. Apalagi Ibu, Ibu sangat membutuhkanku untuk tetap di Malang. Usaha yang kami bangun dengan berjualan hijab sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Kami sudah punya beberapa karyawan walaupun belum banyak. Usaha yang kurintis dari kecil sekarang sudah mulai terlihat hasilnya.
 Aku dan Reno akhirnya menikah. Kami sementara harus menghadapi LDR. Hal itu berlangsung selama 2 tahun. Tahun ketiga pernikahan kita, Reno dipindah tugaskan kembali ke Malang. Alhamdulillah kami tidak LDR lagi. Reno tinggal bersama Ibu dan adek-adekku. Sesekali aku juga ke rumah Reno. Ternyata ketika aku mulai mencoba memahami arti hidup dan berdamai dengan apa yang sedang aku jalankan saat ini, Allah telah memiliki rencana yang tidak terduga untukku.
Selesai.
#careerclass #writingcareerclass #cerpencareerclass #tugasbesarcareerclass #cerpen #5CC #bentangpustaka #tugasbesarwritingcareerclass  
1 note · View note
jerichaellena · 2 years ago
Text
Candu
Tumblr media
Titik Balik
Hari ini terasa lebih ringan karena aku sudah meluapkannya kemarin. Ibu juga sudah tahu kekhawatiranku selama ini. Aku sudah menangis tersedu-sedu di pelukannya. Sepertinya aku harus mulai menata hidupku. Sedikit demi sedikit kekhawatiran dan kesulitanku selama ini harus dibagi juga. Aku menghubungi puspita. Aku ingin berdiskusi mengenai langkah apa yang harus kuambil selanjutnya dan bercerita tentang kekhawatiranku. 
"Assalamu'alaikum Ta. Ta besok senggang nggak? Kita ketemu yuk," ucapku.
"Boleh banget, berapa purnama kita nggak ketemu Sal ya ampun," ucap Puspita.
"Oke, see you Ta!"
 Keesokan harinya aku bertemu dengan Puspita.
"Ta, apa kabar lama banget kita nggak ketemu," ucapku sambil memeluk Puspita.
"Kamu apa kabar Sal," tanya Puspita.
"Alhamdulillah ya gitu Ta."
"Gitu gimana? Kamu lagi nggak baik-baik aja kan Sal?"
"Kemarin aku nangis di kamar terus Ibuk ternyata tiba-tiba masuk kamar. Kayak sebenernya aku tuh capek banget Ta. Aku pengen juga egois kayak orang lain nggak perlu meduliin keluarga. Aku pengen juga hangout sama temen-temen. Aku pengen juga kuliah sama kayak kamu. Aku pengen mengejar cita-citaku juga. Aku pengen nemuin seseorang yang aku cinta Ta. Aku capek Ta capek," aku menangis tersedu-sedu sambil dipeluk Puspita.
"Udah Sal nggak papa. Nangis aja. Terusin keluarin uneg-unegnya sini aku siap ngedengerin. Gapapa Sal. Yuk keluarin semua nangis yang kenceng sekalian," ucap puspita sambil memelukku erat.
"Ta aku bisa nggak sih lari dari ini semua? Kenapa harus aku yang ngalamin ini? Kenapa gitu? Akupun sebenarnya nggak kuat. Tapi mau gimana lagi aku harus ngejalanin dan ngelewatin ini semua kan? Tubuhku rasanya juga udah capek banget tapi aku nggak pernah rasain karena siapa yang akan cari uang kalo bukan aku."
"Makasih ya Sal. Kamu udah ngelakuin yang terbaik. Makasih udah bertahan sejauh ini. Kalau udah nggak kuat berhenti sejenak nggak papa. Nggak usah dipaksain."
"Kira-kira kalau aku resign di salah satu pekerjaan gimana ya? Aku udah nggak kuat kayaknya kalau tiap hari kerja tanpa henti."
"Ya nggak papa. Kalau kamu ngerasa itu yang terbaik jalani aja. Nggak usah dipikirin apa menurut orang lain tapi apa yang menurut kamu sendiri baik. Kamu udah dewasa untuk menentukan sendiri hidupmu mau dibawa ke mana."
"Iya ya, kayaknya habis ini aku mau fokus ke diriku sendiri deh. Ya aku tetap akan menafkahi keluargaku."
"Nah gitu dong, Sally juga pantas untuk bahagia. Oke?"
"He em," kujawab sambil mengangguk.
 Suatu malam handphone-ku bergetar.
"Drrrt... Drrt... Assalamu'alaikum Sally. Apa kabar?"
"Wah ada chat dari siapa nih? Nggak ada fotonya lagi. Reno? Reno siapa ya," ucapku dalam hati.
"Wa'alaikumsalam. Alhamdulillah baik. Mohon maaf ini dari siapa ya?"
"Ini Reno teman SD kamu."
"Oh Reno yang pinter suka juara olimpiade matematika itu bukan?"
"100! Bener banget. Udah inget belum?"
"Udah, udah inget soalnya temen SMP sama SMA ada juga yang namanya Reno."
“Ini mau ngajak kumpul alumni SD Bina Bangsa angkatan kita. Minggu depan hari Sabtu kamu bisa dating nggak?”
“Oh gitu. Jam berapa?”
“Jam 1 siang sampai jam 3 sore.”
“Oke aku usahain bisa dateng ya.” “Oke, ditunggu ya Sal, nanti detail tempat dan acara bakal aku kabarin lagi.”
“Oke,” jawabku di akhir chat.
 Akhirnya aku resign dari pekerjaan part timeku di laundry dan di minimarket. Aku hanya fokus menjadi admin sosial media agar aku bisa lebih menikmati hidupku. Aku sudah berdiskusi dengan Ibu dan yang lain. Mereka tidak masalah dengan aku yang hanya bekerja di satu tempat. Alhamdulillah aku masih punya keluarga yang pengertian dan supportif.
 Hari reuni dengan teman SD tiba. Jujur aku sudah banyak yang lupa dengan teman SD. Tidak apa-apa akui datang saja untuk menjalin silaturahim. Siapa tahu kumpul dengan mereka bisa membuka pintu-pintu yang selama ini tertutup. Aku duduk saja di lokasi acara dan masih sedikit yang datang saat itu. Aku ngobrol dengan orang di sampingku. Namanya Farah, aku tidak pernah sekelas dengannya. Karena dulu pembagian kelas saat SD sangat banyak sampai 6 kelas.
“Sally?” Tiba-tiba ada suara yang memanggilku dari belakang.
“Eh, bentar deh. Reno bukan,” tanyaku.
“Alhamdulillah inget.” “Ya ingetlah kan kita pernah sekelas.”
“Kirain dilupain. Hehehe canda.”
“Enggak lah, ini acaranya kapan dimulai Ren?”
“5 menit lagi kayaknya.”
“Oh gitu, oke.” “Oh iya, nanti habis acara jangan pulang dulu. Aku mau ngomong sesuatu bentar.”
“Oh oke. Siap,” jawabku.
Selesai acara aku mencari Reno, katanya ada sesuatu yang harus dibicarakan. Penasaran juga apa kira-kira yang mau Reno bicarakan.
 “Reno,” teriakku pada Reno yang ada di dekat panggung.
“Hei Sal, bentar ya. Tunggu 2 menit lagi aku ke sana.” “Oke,” jawabku dengan keras.
“Eh Sal, sorry jadi buat kamu nunggu,” ucap Reno.
“Nggak papa, santai aja. Ada apa Reno?”
“Eh kamu suka naik sepeda nggak sih?”
“Mm… Suka sih, kenapa gitu?”
“Lain kali kita main sepeda bareng yuk bareng yang lain juga,” ucap Reno.
“Wah boleh sih, nanti kabar-kabarin aja ya lewat WA.”
“Oke sip, ntar kukabarin ya.” “Udah itu aja yang mau diomongin?”
“iya, hehe. Gitu doang. Kamu pulang naik apa? Mau kuanter?” “Naik ojek online sih. Mm… Nggak ngrepotin emang?”
“Enggak lah. Aku anter ya. Aku parir di samping. Yuk.”
“Oke, makasih lho Ren.”
“Halah santai aja,” jawab Reno.
 Sejak saat itu aku dan Reno menjadi dekat. Entah mengapa banyak hal yang bisa bagi berdua. Banyak kesamaan dan aku measa sefrekuensi dengannya. Senang rasanya memiliki teman lama yang sefrekuensi denganku. Tidak kusangka aku bisa bercerita apapun pada Reno. Bahkan aku bisa menceritakan sisi terjelekku dengannya. Aku sudah nyaman dengan Reno sehingga aku bisa sangat dekat dengannya. Aku bisa membagi suka dukaku dengannya. Sudah lama aku tidak memiliki waktu untuk seseorang seperti ini. Suatu hari Reno chat.
“Sal weekend ini kamu sama Ibu ada di rumah nggak?” “Ada, kenapa emangnya?”
“Aku mau mampir main-main ke sana boleh Sabtu ini?”
“Boleh, ke sini aja. Paling aku sambil ngepacking pesenan hijab.”
“Oke see you Sally!”
“Ah kayak mau apa aja kamu. See  you!”
Hari Sabtu datang dengan cepat.
“Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam,” jawabku dari dalam rumah.
“Eh Ren, udah dateng banget nih pagi-pagi,” ucapku.
“Iya, nggak papa kan?” “Nggak papa sih. Ayo masuk,” ucapku.
“Ibu mana?”
“Sebentar aku panggil dulu ya Ibu ada di dalem. Kamu mau minum apa?” “Apa aja asal nggak beracun.” “Bisa aja, oke aku kasih kopi sianida.”
“Oh ini Reno yang suka diceritain Sally,” tanya ibuku.
“Iya tante. Saya Reno,” jawab Reno.
“Ih kalian nggak ngomongin aku kan,” tanyaku penasaran.
“Ih kepo,” ucap Reno menggodaku.
“Ada apa Nak Reno kemari. Tumben-tumbenan.”
“Nggak papa Te, mau main-main aja, pengen lebih kenal sama Tante dan keluarga Sally juga,” jawab Reno.
Semenjak saat itu Reno jadi sering main ke rumah. Sekedar menyapa bahkan bantu-bantu untuk membungkus orderan hijab.
Bersambung...
#careerclass #writingcareerclass #cerpencareerclass #tugasbesarcareerclass #cerpen #5CC #bentangpustaka #tugasbesarwritingcareerclass
1 note · View note
jerichaellena · 2 years ago
Text
Candu
Tumblr media
Candu
Aku ternyata tidak diterima menjadi Customer Service di salah satu Bank Syariah. Tidak apa-apa, mungkin belum rejekinya. Sambil jualan hijab aku masih melamar kerja juga di sana sini. Kita lihat mana pintu rezekinya yang akan terbuka. Setelah 1 bulan aku menganggur, rasanya aku harus merendahkan ekspektasi mencari kerja gaji tinggi. Akhirnya aku bekerja sebagai admin sosial media di salah satu perusahaan di Malang.
 “Halo, iya Pak pasti akan saya segera lunasi. Mohon kelonggaran waktunya ya,” tiba-tiba aku mendengar suara samar-samar dari balik jendela. Ibu sedang ditelepon penagih hutang. Setelah selesai telepon aku menghampiri Ibu.
“Bu, apa maksudnya telepon barusan? Emang kita masih punya hutang,” tanyaku dengan nada sedikit tinggi.
“Mm… Mm… Gimana ya nak. Iya, Ibu waktu itu butuh banget uang untuk melunasi hutang Ayahmu. Akhirnya Ibu pinjam uang ke rentenir,” ucap Ibu sambil menangis.
“Ibu kenapa baru bilang? Kalau Kakak tahu lebih awal kan Kakak bisa bantu.”
“Maafin Ibu ya Kak. Ibu nggak mau ngerepotin Kakak. Kakak sudah cari kerja banting tulang.”
“Ya udah gini Bu. Berapa Ibu pinjam ke rentenir itu? Kakak coba usahain cari pinjaman dan coba cari uang.” “100 juta nak. Ibu juga nggak tahu Ayahmu pinjam buat apa sampai segitu.”
“Ya udah Ibu nggak usah khawatir. Kakak akan cari solusi,” ucapku sambil memeluk Ibu.
 Selesai itu aku menangis tersedu-sedu di dalam kamar. Bagaimana caranya mendapatkan uang 100 juta dalam hitungan hari. Apakah pinjam Puspita ya, kan dia kaya. Siapa ya yang bisa meminjamiku uang sebesar itu. Aku memilih sholat meminta petunjuk ke Allah. Tanpa sadar aku tertidur saat selesai sholat masih menggunakan mukenah. Damai tapi encok juga ya ketiduran posisinya kurang pas.
 Hari itu aku memutuskan menelepon Puspita.
“Assalamu’alaikum Ta. Lagi sibuk nggak,” tanyaku. “Ya biasa aja sih, kenapa gitu,” jawab Puspita.
“Ta, kamu ada uang 100 juta nggak?”
“Hah? Kenapa gitu Sal?”
“Jadi gini Ta. Aku butuh banget uang 100 juta buat ngelunasin hutang Ibu.”
“Hah 100 juta Ta? Aku nggak ada kalau sebanyak itu. Tapi kalo 20 juta aku ada. Mau 20 juta aja? Nanti aku bantuin tanya ortuku bisa nggak bantu kamu.”
“Wah beneran Ta,” ucapku sambil sedikit menangis.
“Beneran, kamu bisa cicil sebisanya.”
“Boleh deh aku pinjam 20 juta dulu ya, seenggaknya bayar segitu dulu biar nggak ditagih-tagih rentenir. Makasih banyak ya Ta. Sayang banget aku tuh sama Puspita.”
“Lebay deh, selagi aku bisa bantu pasti aku bantu. Udah nggak usah khawatir ya Ta. Jangan dipikirin sendiri. Kamu bisa cerita apa aja sama aku.”
“Siap Ta, makasih banyak.”
 Kuberikan uang 20 juta itu langsung ke rentenir dan bernegosiasi butuh waktu untuk melunasi sisanya dan bunganya. Setelah mencapai kesepakatan aku kerja menjadi admin sosial media pagi sampai sore hari, lalu sore hari sampai malam aku bekerja di salah satu laundry untuk menyeterika baju. Jam 12 malam sampai pagi aku menjaga minimarket. Sebelumnya aku tidak pernah membayangkan akan bekerja seperti ini. Awal-awal dijalani rasanya badanku rontok. Untung bekerja di perusahaan Sabtu dan Minggu libur aku bisa berjualan hijab saat Sabtu dan Minggu.
 Sedikit demi sedikit uangnya terkumpul dan sama sekali tidak ada yang kugunakan untuk kebutuhanku. Semuanya kuberikan Ibu untuk melunasi hutang-hutang. 1 bulan, 2 bulan berlalu, 1 tahun, 2 tahun, tidak terasa sudah 3 tahun aku bekerja seperti itu. Aku tidak punya waktu untuk diriku sendiri. Aku setiap hari bekerja banting tulang demi mencukupi kebutuhan keluarga dan membayar hutang. Mau menyerah setiap harinya tetapi berakhir dengan aku bisa melaluinya dengan baik, tidak baik juga. Aku tidak punya waktu untuk diriku sendiri, bahkan aku sudah jarang bertemu Puspita. Kita hanya sekedar ngobrol lewat chat yang itupun chat dia sering terlewat olehku. Oh iya, adekku Shinta meneruskan kuliah S1 dengan beasiswa. Cukup membantu karena aku tidak perlu membiayai kuliahnya, hanya memberinya uang untuk kebutuhan kuliah saja. Shinta juga membantu sedikit dengan bekerja menjadi waitress di salah satu kafe di Malang.
 3 tahun bekerja tiada henti membuatku kecanduan bekerja. Sepertinya jika aku tidak melakukan apa-apa badanku akan sakit. Aku mulai terbiasa dengan ini semua hingga tidak terpikirkan untuk melanjutkan S1 atau bahkan mencari jodoh. Demi memenuhi kebutuhan keluarga, menutup hutang keluarga aku harus mengencangkan lengan dan pinggang untuk bertahan hidup. Tak jarang aku sering menangis diam-diam di sepertiga malam dan mengadu pada Allah. Allah yang membuatku bertahan sampai detik ini.
 Tiba-tiba di suatu malam aku merasa hidupku hampa. Sebenarnya apa keinginanku, apa tujuanku hidup di dunia ini. Apakah untuk membahagiakan keluarga? Lalu bagaimana dengan aku? Apakah aku tidak berhak bahagia? Aku juga punya mimpi, cita-cita, dan keinginan yang selama beberapa tahun ini aku tidak prioritaskan. Aku juga ingin bertemu seseorang yang kucintai dan bisa mendukungku, berada di sampingku saat suka maupun duka. Setelah semua itu berkecamuk di pikiranku, aku merasa berat sekali untuk melanjutkan hidupku. Menjadi tulang punggung keluarga ternyata tidak mudah. Apalagi di umurku yang masih muda. Harusnya aku masih bersenang-senang ke sana kemari dengan teman-temanku. Harusnya aku bisa menemukan seseorang yang kucinta. Harusnya aku bisa mengejar mimpiku. Ah sudahlah aku sudah lelah dengan semua ini. Memikirkan diriku sendiri saja aku tidak becus. Aku menangis sekeras-kerasnya, hingga tiba-tiba ada suara lirih dari belakang dan memelukku.
“Sudah Nak, tidak apa-apa. Nangis saja. Ibu di sini,” ucap Ibu.
“I… Ibuk,” aku tidak sempat mengucapkan kata-kata lagi dan memeluk Ibu dengan erat.
“Maafkan Ibu ya Nak. Ibumu ini tidak becus mengurus keluarga. Kakak jadinya yang harus menanggung semua beban. Maafkan Ibu ya Nak. Pasti berat ya rasanya. Ibu tahu itu. Yang sabar ya Nak. Insyaallah nanti bayarannya pahala luar biasa untukmu Nak. Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anak Ibu. Yang kuat ya. Insyaallah sedikit demi sedikit semua akan membaik. Allah tidak akan selamanya menguji seorang hamba melebihi batas kemampuan hamba-Nya.”
Kata-kata dari Ibu sedikit menenangkanku. Harusnya selama ini kubagi semuanya dengan Ibu, tidak kupendam sendiri. Ibu mungkin juga menjadi merasa bersalah karena aku tidak pernah mengungkapkan kekhawatiranku. Aku masih beruntung memiliki Ibu. Aku harus lebih banyak bersyukur.
Bersambung...
#careerclass #writingcareerclass #cerpencareerclass #tugasbesarcareerclass #cerpen #5CC #bentangpustaka #tugasbesarwritingcareerclass  
0 notes
jerichaellena · 2 years ago
Text
Candu
Tumblr media
Jungkir Balik Dunia Sally
1 Juni 2023 adalah prosesi wisuda SMA-ku. Hari yang kuanggap akan menjadi hari bahagia menjadi hari yang penuh haru karena tidak lagi ada Ayah yang mendampingiku. Berat memang, tetapi tetap harus kulalui dengan baik. “Sally Putri Aisyah,” MC memanggil namaku untuk maju ke panggung. Akupun maju dengan tersenyum lebar. Aku tahu pasti Ayah sedang melihatku di sana. Aku harus bahagia supaya Ayah tidak khawatir denganku di sini.
 Setelah lulus tadinya aku berniat melanjutkan S1 jurusan komunikasi karena aku merasa passion-ku adalah komunikasi. Akan tetapi aku harus mengubur mimpiku dahulu untuk sejenak karena semenjak Ayah tidak ada, tidak ada pencari nafkah di keluarga ini. Ayah sudah menitipkan Ibu dan Adek kepadaku. Aku harus kuat dan mencari pekerjaan setelah lulus dari SMA. Aku melamar ke berbagai jenis pekerjaan dan perusahaan. Semua job fair yang ada di Malang rasanya sudah kudatangi semuanya. 1 bulan, 2 bulan belum membuahkan hasil. Keluargaku masih menggunakan tabungan Ayah untuk hidup sehari-hari dan biaya sekolah Shinta dan Bryan. Alhamdulillah di bulan ke-3 aku mulai mendapatkan pekerjaan. Ya, walaupun hanya menjadi kasir di sebuah toko roti. Tidak apa-apa, apapun akan kujalani yang penting pekerjaannya halal.
 Aku cukup kesulitan awal-awal bekerja menjadi kasir. Karena belum terbiasa harus input roti yang dibeli dan menerima uang pelanggan dengan cepat. Tak ayal terkadang saat balancing uangnya kurang dan aku malah harus nombok.
“Sally, kalau selisih terus bisa bangkrut kamu nalangin kekurangan uang kasir,” ucap supervisorku.
“Iya Bu, maafin Sally ya, Sally belum terbiasa. Insyaallah Sally akan berusaha keras agar teliti,” ucapku.
Dari sekolah dan bercita-cita ingin kuliah, menjadi pencari nafkah bagi keluarga adalah hal yang sangat berat bagiku. Apalagi hari-hari yang kulalui tanpa Ayah terasa semakin berat. Suasana di rumah sudah tidak sehangat dulu saat Ayah masih ada. Entah mengapa kondisi sekarang yang kita alami sekeluarga sangat asing. Kami belum bisa terbiasa dengan hal ini, kami masih berusaha menerima ini semua. Shinta, Bryan, Ibu sudah tak seceria dulu. Entah berapa lama suasana mencekam ini akan berlangsung. Akupun sama, belum bisa beradaptasi dengan dunia tanpa Ayah. Belum bisa beradaptasi menjadi pencari nafkah untuk keluarga. Duniaku benar-benar berubah semenjak Ayah pergi. Belum lagi aku masih selalu terbayang-bayang rasa bersalah karena hari itu aku mengajak Ayah ke pasar malam. Andai aku tidak mengajak Ayah ke sana, mungkin Ayah masih ada.
 6 bulan aku lalui menjadi kasir dan aku sepertinya tidak cocok dengan pekerjaan ini. Akhirnya aku resign dan saat itu aku sudah diterima menjadi admin di sebuah perusahaan. Aku harus mengurus berkas, membuat laporan, mengatur arsip maupun keuangan di perusahaan. Perusahaannya kecil, jadi kerja sebagai admin terasa berat. Seakan-akan semua pekerjaan aku yang mengerjakan. Aku hanya bertahan 3 bulan menjadi admin.
 “Puspita, minggu ini luang nggak? Ketemuan yuk, aku butuh refreshing sejenak dari kehidupan ini,” aku mengirimkan chat ke Puspita sahabatku.
“Boleh yuk! Mau Sabtu aja? Kita mau ke Batu aja atau ke mana? Terserah kamu maunya ke mana.” “Ke Coban Rondo sama naik motor muter-muter Batu aja gimana,” tanyaku.
“Boleh, kuy gas ngeeeng!”
Hari Sabtu tiba dan kita pergi ke Coban Rondo, lalu berhenti di salah satu restoran di Batu.
“Ta, aku mau curhat deh,” ucapku.
“Curhat aja keleus, pake izin segala deh Sal,” ucap Puspita.
“Aku ngerasa berat banget beberapa bulan ini hidup tanpa Ayah,” tidak terasa air mataku menetes. Aku segera mengusap air mataku yang jatuh.
“Berat banget ya Sal? Aku ngerti kok perasaan kamu. Udah nggak papa nangis aja. Jangan ditahan dan disimpan semuanya sendirian. Apalagi saat ini kamu menjadai tulang punggung keluarga,” ucap Puspita.
“Iya, berat banget Ta. Aku nggak pernah ngebayangin hidupku akan seperti sekarang. Kayak belum siap aja gitu. Kenapa nggak nunggu nanti aja pas aku udah lebih dewasa. Kalau sekarang rasanya berat banget. Aku belum dewasa, ya rasanya aku masih anak-anak. Masih menjadi anak di keluargaku yang nggak harus menanggung semua beban ini sendirian.”
“Aku tahu pasti berat Ta. Udah pernah coba ngomong sama Ibu? Barangkali Ibu bisa bantu.” “Udah Ta, Ibu juga sambil open order kue-kue dan nasi kotak untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari. Agak kepikiran kalau habis ini Bryan masuk SMA dan Shinta mau kuliah. Kayak aku harus cari uang ke mana lagi apa ngepet aja?” “Hahaha masih bisa bercanda juga lagi serius juga. Jangan ngepet deh, pesugihan aja kali ya Sal. Kayaknya lebih cepet kayanya,” ucap Puspita sambil tertawa.
“Serem banget sih nyari tumbal. Hiiii… Udah ah, aku coba cari kerja yang gajinya lumayan sambil jual hijab kali ya? Gimana menurutmu Ta?”
“Boleh sih, ntar aku bantuin jualan juga. Kan temen-temen kuliahku banyak tuh. Tenang aja soal marketing ntar aku bantuin.”
“Ih seneng banget sahabat terbaikku sedunia deh. Cantik, baik, support temennya. Uuugh, idaman banget,” celotehku sambil memeluk Puspita.
“Ih geli, bisa aja kalo ngerayu,” ucap Puspita sinis seperti biasa.
 Akhirnya aku memutuskan jualan hijab sambil menunggu panggilan kerja pasca resign sebagai admin. Aku jualan hijab ke ibu-ibu dekat rumah maupun di ig dan juga dibantu Puspita memasarkan ke teman-teman kampusnya. Hari pertama ada 1 orderan dari ibu-ibu komplek. Alhamdulillah disyukuri saja walau masih terjual 1 nanti lama-lama Insyaallah jadi seribu. Ya optimis aja dulu ya, sambil menyelam minum air. Ya semoga dengan jualan hijab bisa membuka pintu rejeki yang lain. Aku begitu semangat untuk berjualan.
 Suatu pagi tiba-tiba ada telepon untuk tes menjadi Customer Service di sebuah Bank Syariah. Alhamdulillah ada panggilan kerja. Besoknya aku berangkat untuk tes menjadi Customer Service. Hari itu aku melaksanakan tes dengan baik. Aku optimisi untuk diterima bekerja di sana. Karena aku suka ngomong jadi kalau jadai Customer Service aku bisa menyalurkan passion-ku di situ.
Bersambung...
#careerclass #writingcareerclass #cerpencareerclass #tugasbesarcareerclass #cerpen #5CC #bentangpustaka #tugasbesarwritingcareerclass
0 notes
jerichaellena · 2 years ago
Text
Candu
Tumblr media
Ayah
“Gimana seru nggak main ke Jatim Parknya,” Tanya Ayah.
“Seru,” jawab kita bertiga kompak.
“Yah nanti kita liburan keluarga lagi ya ke Bali. Kalau Ayah ada rejeki lebih,” ungkapku.
“Boleh, Insyaallah doakan rejeki Ayah lancar ya,” ujar Ayah.
“Universal Studio juga boleh Yah,” Tanya Shinta.
“Boleh, semua boleh kalau ada rejekinya. Mangkanya doain Ayah rejekinya lancar dan sejat terus.”
“Aamiin,” ujarku bebarengan bersama Shinta.
 Suatu pagi di April 2012 aku berbincang dengan Ayah. “Ayah, kalau Kakak udah selesai Ujian Nasional Kakak mau diajak ke pasar malam dong Yah.”
“Boleh, Kakak mau bareng-bareng sama Adek juga nggak?”
“Sama Ayah aja boleh?”
“Boleh, Insyaallah nanti Ayah temani ya.”
Dengan nada yang kencang aku menjawab, “ASYIK!! Janji ya Yah!”
 Minggu depan aku sudah mulai Ujian Nasional yang ditakutkan para siswa SMA pada saat itu. Aku pun sudah insentif belajar di salah satu tempat les di Malang. Insyaallah sih 90% aku sudah siap untuk Ujian minggu depan. Sisanya tinggal berdoa dan nggak boleh terlalu nervous.
 Hari Ujian Nasionalpun tiba. Dari semua mata pelajaran yang ada di Ujian Nasional aku paling lemah di Geografi. Walaupun semua berjalan dengan lancar, di bagian Geografi yang aku paling tidak yakin. Aku berdoa saja hasilnya baik, yang penting sudah berusaha maksimal.
“Assalamu’alaikum,” ujarku sambil masuk rumah.
“Wa’alaikumsalam. Gimana ujiannya,” tanya Ibu.
“Alhamdulillah lancar Buk. Doain aja ya hasilnya sesuai ekspektasi.”
“Pasti, Ibu selalu doakan yang terbaik untuk kamu dan adek-adek kamu.”
“Kakak mandi dulu ya Buk.”
Malampun tiba, aku diam-diam ngobrol dengan Ayah.
“Ayah, ujian Kakak udah selesai. Jadi kan janji Ayah waktu itu,” tanyaku
“Iya, jadi, besok aja pas hari Sabtu ya,” ucap Ayah. “Yeay! ASYIKK,” jawabku dengan excited.
 Hari Sabtu yang sudah kutunggu-tunggu akhirnya tiba. Aku sudah tidak sabar pergi ke pasar malam bersama Ayah, hanya berdua bersamanya. Aku naik motor berboncengan dengan Ayah. Kami tak lupa memakai jaket dan helm karena di Malang hawanya dingin. Dalam perjalanan aku berbincang-bincang dengan Ayah. Tiba-tiba Ayah nyeletuk aneh.
“Kakak, karena Kakak adalah anak tertua. Kalau misal nanti suatu saat Ayah nggak ada. Kakak harus bisa jaga Ibu sama Adek-adek kamu ya,” ujar Ayah.
“Ih Ayah, emang Ayah mau ke mana sih. Ayah kan bakal ngedampingin Kakak terus.”
“Ya nggak tau Kak. Ayah hanya ngomong gini ke Kakak untuk berjaga-jaga.”
“Iya, tapi serem banget Ayah ngomong kayak gitu.”
Belum selesai aku melanjutkan kata-kataku tiba-tiba ada truk yang menghantam motor yang kami kendarai. Aku hanya melihat Ayah sudah berlumuran darah. Helmnya sudah tidak ada di kepalanya. Setelah itu aku tidak sadarkan diri.
 “Kak Sally bangun! Kak Sally,” aku mendengar samar-samar suara menyuruhku bangun tapi rasanya sekujur tubuhku kaku dan tidak bisa bergerak.
Aku baru sadar beberaoa hari kemudian dan tidak tahu apa yang terjadi saat itu. Shinta ada di sebelahku saat aku terbangun. Aku membuka mata dan melihat Shinta sedang menangis tersedu-sedu. Akupun memanggilnya dan menanyakan apa yang terjadi.
“Dek, kamu kenapa nangis? Kakak udah sadar jadi jangan nangis lagi,” ucapku sambil mencoba menenangkannya. “KAK SALLY,” dia menyebut namaku dan menangis semakin kencang. “Ada apa? Ibuk mana? Ayah mana? Bryan mana?”
Shinta hanya terdiam tidak mengatakan sepatah katapun kepadaku. Dokteroun datang dan memeriksa keadaanku.
“Alhamdulillah kamu nggak papa. Paling Cuma butuh istirahat dulu beberapa hari lagi ya. Kalau udah nggak papa, besok juga udah boleh pulang.”
“Terima kasih Dok. Oh iya, Ayah saya gimana Dok?”
Dokterpun pergi tanpa kata. Hatiku mulai tidak enak. Entah firasat buruk apa yang sedang menghantuiku saat ini. Aku berdoa semoga Ayah tidak apa-apa. Iya, pasti Ayah baik-baik saja kan. Aku saja bisa pulih, Ayah pasti juga bisa pulih dan pasti sudah pulang lebih cepat dari rumah sakit.
 Keesokan harinya aku keluar dari rumah sakit ditemani Shinta pulang dari rumah sakit. Kita tidak banyak berbicara, entah kenapa sepertinya Shinta menjadi pendiam. Aku berpikiran positif saja mungkin dia lelah menemaniku di rumah sakit. Akhirnya sampai juga di rumah. Yang kulihat adalah banyak orang di rumah ada apa ini, kenapa banyak orang di rumah, apa yang sudah terjadi yang tidak kuketahui. Banyak pertanyaan bergumul dalam otakku.
“Assalamu’alaikum. Permisi, permisi,” aku pulang ke rumah dan masuk ke dalam sambil menunduk-nunduk karena ada banyak sekali orang di rumah. Aku langsung mencari Ibu dan Ayah.
“AYAH, IBUK, SALLY PULANG,” ucapku dengan keras.
Aku mencari-cari di mana Ayah dan Ibu. Lalu kutemukan Ibu dengan mata sembabnya.
“Ibu, aku cari ke mana-mana Ibu nggak ada. Ada apa ini Buk? Kenapa rumah rame banget emang ada acara di rumah kita?”
Ibu hanya terdiam dan memelukku erat-erat, “Yang sabar ya Nak. Semua ini sudah yang terbaik menurut Allah. Kakak yang sabar ya.” “Sabar gimana maksudnya Buk? Coba jelasin, Sally nggak ngerti kalau nggak ada yang ngomong sama sekali ke Sally.”
“Ayah kamu Nak.” “Ayah kenapa Buk? Ayah nggak papa kan? Nggak mungkin kan Ayah kenapa-kenapa,” ucapku mulai ketakutan.
“Ayah udah nggak ada Nak. Hari pertama kalian kecelakaan, Ayah nggak bisa diselamatkan.” “Ah nggak mungkin. Ibuk bohong kan? Ibu mau ngasih surprise ke Sally ya?”
“Udah sayang, nggak papa,” ibu memelukku semakin erat. Tidak sadar air mataku sudah mengalir di pipi dengan derasnya. Tiba-tiba semua menjadi hitam. Aku pingsan saat itu juga.
Bersambung...
#careerclass #writingcareerclass #cerpencareerclass #tugasbesarcareerclass #cerpen #5CC #bentangpustaka #tugasbesarwritingcareerclass
0 notes
jerichaellena · 2 years ago
Text
Candu
Tumblr media
My Beloved Family
Kala itu tahun 2012 yang berjalan seperti tahun-tahun sebelumnya. Keluarga kami adalah keluarga bahagia. Saat itu aku kelas 3 SMA, aku bersekolah di salah satu SMA di Malang.
“Kaak, ayo Kak turun udah telat lho ini.”
“Sebentar Ayaaaah, 5 menit lagI,” ujar Sally.
Aku pergi terburu-buru ke sekolah dan tidak sempat sarapan. Langsung saja aku menuju mobil Ayah sambil melihat wajah Shinta dan Bryan yang tertekuk menungguku lama.
“Kak kalau kayak gini terus kita bisa telat tiap hari,” Ujar Bryan.
“Iya, maafin Kakak ya, Adek Kakak yang paling baik paling lucu.” Ya begitulah kehidupan bersaudara, kalau tidak ada bumbu-bumbu pertengkaran sedikit rasanya kurang pas saja. Aku adalah anak sulung dan memiliki 2 adik yaitu Shinta dan Bryan. Aku dan Shinta beda 2 tahun. Kalau dengan Bryan beda 5 tahun.
 Sepulang sekolah kita langsung mandi dan berada di ruang keluarga. Membahas apa yang sudah terjadi hari itu di sekolah. Malamnya kita sekeluarga juga wajib untuk makan bersama di meja makan.
“Besok mau Ibu masakin apa lagi?”
“Pecel aja Buk,” ujar Shinta.
“Ih rawon aja. Lama kan nggak makan rawon,” ujarku.
“Bryan pengen apa besok,” tanya Ibu.
“Sayur sop aja.”
“Oke, besok Ibu masak sayur sop ya.”
“Ah curang Bryan terus yang diturutin permintaannya,” ujar Shinta.
“Ya ngalah dong sama adeknya,” ujar Ibu.
‘Ya… Ya… Ya…” celoteh Shinta sambil menggerutu.
“Ayah besok kayaknya dapat bonus. Kalian mau dibeliin apa,” ucap Ayah.
“Wah Ayah, bonus tengah tahun sudah mau cair,” ucap Ibu dengan riang gembira.
“Sudah sayang. Alhamdulillah,” Jawab Ayah.
Seperti biasa kita sekeluarga sangat excited ketika bonus Ayah cair. Kita selalu sudah punya wishlist yang akan kita minta ke Ayah kalau Ayah lagi turun bonus ataupun THR. Aku biasanya minta dibelikan barang-barang lucu tidak penting tapi penting menurutku. Kalau Shinta dan Bryan biasanya mereka minta dibelikan buku. Kehangatan keluarga ini kuharap tidak pernah berakhir. Karena menurutku tempat ternyaman yang saat ini kumiliki adalah rumah dan keluarga.
Hari demi hari kulewati dengan penuh syukur karen sekarang aku duduk di bangku kelas 3 SMA. Aku harus menikmati momen dengan momen dengan khusyuk.
“Pus… Pus… Kira-kira kita bakal lulus semua nggak ya UN tahun ini,” Tanyaku.
“Pas pus pas pus dikira kucing! Lulus sih aku yakin. Insyaallah sekolah kita 100% lulus UN.”
“Gue suka gaya lo.”
“Gue gue medok gitu pake gue elo Sal Sally,” Ujar Puspita.
“Ya sekali-kali biar gahoel.”
Capek sekali rasanya Puspita meladeni tingkahku yang tidak jelas. Untung dia sabar. Ya, saya sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Puspita. Kita sudah menjadi sahabat dari hari pertama kita memasuki bangku sekolah SMA.
 “Kak, kira-kira kalau akhir minggu ini kita ke Jatim Park Kakak dan Adek bakal seneng nggak?”
“Wah, jadi kita mau ke Jatim Park nih Yah?”
“Iya Insyaallah. Rencananya gitu. Lagian udah lama juga kita nggak pergi liburan bareng.”
“Pasti kalo Kakak sih seneng-seneng aja Yah. Adek juga pasti seneng sih. Apalagi di tengah-tengah kesibukan sekolah yang pusing sekali.”
“Oh gitu ya Kak. Kalau begitu Sabtu ini kita ke Jatim Park ya, tapi jangan bilang-bilang Adek dulu. Biar surprise gitu ceritanya.”
“Siap Yah!”
“Nanti aja pas makan bareng baru Ayah omongin.”
Tibalah saat makan malam yang selalu ditunggu-tunggu karena kita bisa berkumpul bersama keluarga.
“Ih kok pada diem-dieman lagi pada demo mogok ngomong kah ini semua,” ujarku.
“Hush Kak! Lagi pada khusyuk makan kayaknya masakan Ibu hari ini enak banget sampai pada diam semua,” sahut Ibuku.
“Ehm… Ehmm.. Setelah makan Ayah aka nada pengumuman.”
“Pengumuman apa Yah? Bonus lagi,” Tanya Shinta.
“Bukan, bonus terus ya yang ada di pikiranmu Nak. Yaah nggak kalah bahagia dari Ayah dapat bonus sih,” ucap Ayah.
“Ih apaan Yah? Adek kepo,” ujar Bryan.
“Dihabiskan dulu makanannya, nanti baru Ayah jelaskan,” Ucap Ayah sambil mengelus kepala Bryan.
“Ih Kak Sally senyum-senyum sendiri. Kakak udah tau ya Ayah mau ngomong apa? CURANG,” ucap Shinta dengan kesal.
“Udah udah nggak usah ribut. Karena makanannya sudah selesai, jadi Ayah mau ngajak kalian pergi ke Jatim Park hari Sabtu ini.”
“WAAAH!! ASYIIIK,” ujar Bryan sambil berlari-lari kecil tiba-tiba.
“Ah, Jatim Park doang nih Yah? Nggak ke Universal Studio gitu,” ejek Shinta.
“Ya doakan rejeki Ayah lancar dan barokah supaya bisa ke itu mana Dek. Universal universal itu. Emangnya itu di mana,” tanya Ayah penasaran.
“Ada di Singapore Yah yang paling deket,” jawabku.
“Oh ada di Singapore. Ya Insyaallah bisa lah biar Ayah nabung dulu ya.”
“Wah seriusan Yah,” ucap Shinta dengan mata berbinar-binar.
“Insyaallah ya Nak. Berdoa saja dulu,” kata Ayah.
“Udah nggak usah muluk-muluk mau yang jauh dulu. Yang penting keluarga kita bisa berkumpul gini kan juga anugerah yang tak ternilai.”
“Iye iye si paling bijak,” sahut Shinta.
“Iya dong, jadi Kakak tertua harus bijak,” ujarku dengan sombong.
 Akhirnya tiba saatnya kita pergi ke Jatim Park bersama-sama. Kita berangkat pagi setelah sarapan agar tidak terkena macet di jalan. Karena sudah bisa dipastikan Jatim Park pasti akan ramai saat weekend.
“ini udah siap semua? Nggak ada yang ketinggalan nih,” tanya Ibu.
“Sally sih udah Buk. Nggak tau Shinta sama Bryan,” jawabku.
“Udah Ibuuuk! Udah siap berangkat,” sahut Shinta.
“Adek juga udah,” sahut Bryan.
“Ya udah kalau begitu kita berangkat ya. Bismillah kita baca doa dulu sebelum pergi,” ujar Ayah.
 Hari itu rasanya menjadi hari yang paling membahagiakan bagiku dan keluargaku. Kami sangat bersenang-senang main di Jatim Park. Kami bermain hampir semua wahana tapi harus pulang karena Jatim Park sudah mau tutup. Kita benar-benar menghabiskan satu hari penuh dengan bahagia. Aku harap kebahagiaan ini tidak segera berlalu. Aku harap aku bisa merasakan bahagia ini sampai nanti-nanti.
Bersambung...
#careerclass #writingcareerclass #cerpencareerclass #tugasbesarcareerclass #cerpen #5CC #bentangpustaka #tugasbesarwritingcareerclass
0 notes
jerichaellena · 2 years ago
Text
Kisah Kasih Keisya
Tumblr media
The One
“Assalamu’alaikum. Hei Sya, gimana keadaan lu?” “Wa’alaikumsalam Ri, Alhamdulillah udah mendingan banget. Paling besok udah bisa pulang kalo udah nggak ada keluha.”
“Alhamdulillah. Ini gue bawain buah-buahan.”
“Ah elaaah, dibilang nggak usah bawa apa-apa malah dibawain buah-buahan. Makasih lho maaf ngerepotin.”
“Nggak ngerepotin sama sekali Sya.”
“Ma, kenalin ini Ari. Temen Keisya sejurusan di kampus.” “Ari, Tante.”
“Oh Ari. Rumahnya di mana?”
“Di Jaksel te.” “Jauh dong ke sini tadi?” “Ah, enggak te. Saya tadi naik KRL, jadi deket.”
“Oalah, ini ada air putih di minum dulu. Sama ini ada cemilan-cemilan bisa sambil makan. Tante tinggal dulu bentar ya, mau ke kantin.”
“Siap Te, Keisya biar saya yang jaga dulu.”
Tidak lama setelah Ari datang ada Rasya dan April datang.
“Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam. Eh Pril, Sya. Oh iya ini kenalin, Ari. Dia temen sejurusan kita juga kok.”
“Ari. Salam kenal.”
“April, bestienya Keisya.” “Gue Rasya.”
“Oke April, Rasya. Oh iya kalian udah lama temenan?” “Enggak juga, baru pas masuk Universitas sih. Hampir sama kayak gue temenan sama lu Ri.”
“Oh, kita kayaknya nggak pernah sekelas ya. Gue agak familiar sama muka kalian sih tapi.”
“Iya, kayaknya kita nggak pernah sekelas. Gue belum pernah ngeliet lu.”
“Iya, si Ari nih aktif banget ikut Organisasi di kampus. Anaknya sibuk banget.” Ujarku.
Di situ Ari dan Rasya pertama kali bertemu.
 “Drrrt.. Drrrrt.. Keisya, lu weekend ada acara nggak?” ada chat dari Ari muncul.”
“Mm.. Ada nggak ya? Kasih tau nggak ya?” “Hei dasar Keisya. Yang bener nih gue serius nanyanya.”
“Nggak ada Ari. Kenapa emang? Lu gabut ye?”
“Gue mau ajakin jalan.”
“Jalan ke mana?” “Ke Ancol mau nggak?” “Hah? Ancol? Boleh sih sebenernya. Gini gini gue belum pernah ke Ancol sama sekali.”
“Sama siapa aja btw?”
“Sama lu doang sih. Nggak papa? Atau lu mau ajak temen lu? It’s okay.”
“Boleh, bentar gue tanya April sama Rasya dulu deh.”
“Oke.”
Singkat cerita gue nanya April sama Rasya buat main ke Ancol. Ternyata cuma Rasya yang bisa. Si April lagi pulang kampung.
 Sumpah ini awkward banget gue jalan sama Ari dan Rasya. Bisa nggak hari ini cepat berlalu. Rencana mau healing jadi beban mental.
“Sya, mau minum apa?” Ucap Rasya dan Ari bebarengan.
“E-eh, nggak gue bawa air minum kok. Kalian aja kalo mau minum silahkan.”
“Lu laper nggak Sya?” Tanya Rasya.
“Enggak, gue belum laper. Baru juga kita main 3 wahana.” “Lu mau dibeliin cemilan nggak?” Tanya Ari.
“Enggak. Udah kalian kalo mau cari makan atau minum silahkan. Gue tunggu di sini.” Aripun sampai duluan. “Lhah Rasya mana Ri?”
“Tadi dia mau beli minum yang antre banget jadi gue tinggal duluan.”
“Oh.”
“Sya, kita bisa ngomong bentar nggak?”
“Lhah ini kan kita lagi ngobrol, ngomong aja kali Ri.”
“Sya, sejujurnya gue mau ngajakin lu ke Ancol karena gue mau nembak lu di sini.”
“Hah? Nembak? Maksudnya?”
“Iya jadi gue suka sama Lu Keisya. Masih nggak peka aja.”
“Suka? Nggak salah orang Lu?”
“Enggak. Jadi gimana. Lu mau nggak jadi pacar gue?”
“Wait wait wait. Nggak bisa kayak gini, gue butuh waktu. Besok Insyaallah gue kasih jawaban ya.”
“Oke.”
“Hei Rasya! Sini!” Alhamdulillah Rasya cepat kembali.
“Sya mau dong minum Lu sini!” Aku langsung merebut minuman Rasya untuk memecah ketegangan ini.
“Eh naik Roller Coaster yuk habis ini!” Ajakku. “Boleh.”
 “Sayang, tidur yuk. Udah malem nih.”
“Ih bentar nanggung, aku mau selesaiin ceritaku dulu sayang.” Ucapku pada suamiku.
“Ya udah aku tidur dulu ya. Besok kerja.”
“Good night sayang.”
 April 2020, aku diterima di salah satu Perusahaan Swasta di Jakarta.
“Rekan-rekan, perkenalkan ini anggota baru di tim kita. Keisya, silahkan perkenalan dulu.” “Assalamu’alaikum warhmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Keisya Anggraini, asal Jakarta. Mohon bantuannya semuanya.”
Hari itu hari pertama aku bekerja. Bosnya kelihatan agak galak ya. Sedangkan yang lain juga terlihat tidak akrab satu sama lain. Tapi semoga itu hanya perasaanku saja.
“Keisya, ke ruangan saya sebentar.”
“Iya Pak.” Buru-buru aku masuk ke ruangan Pak Bagas.
“Ini kamu tolong review perjanjian ini ya. Hari ini hasil reviewnya saya tunggu. Maksimal jam 3 ya, bisa kan?”
“Bisa Pak! Siap!”
“Pak ini saya sudah selesai review perjanjiannya. Coba Bapak cek.” “Oke.” Deg-degan setengah mati rasanya nungguin Pak Bagas mereview hasil kerjaku. Semoga memenuhi ekspektasi beliau.
“Mm… Reviewnya nggak jelek tapi nggak begitu bagus juga. Itu saya kasih feedback di kertas kamu baca baik-baik ya nanti serahkan ke saya lagi.”
“Ba-baik Pak. Maaf ya Pak.”
 Pak Bagas terlihat dewasa dan susah didekati. Pantas saja timnyapun terasa tidak begitu akrab satu sama lain. Entah kenapa keadaan kantor ini krik-krik sekali. Aku kayaknya harus memecah kekrik-krikan ini.
“Hai guys! Ada acara nggak malam ini?”
“Nggak, kenapa gitu Kei?”
“Kita karaokean yuk!” “Ah, enggak ah Kei. Gue mau pulang cepet.” Ucap Amanda.
“Plis sekali ini aja plis plis.”
“Ya udah, oke.”
“Yang lain gimana? Mas Gilang, Mbak Suci? Gabung dong plis bisa sekali ini aja.”
“Oke, boleh.” Ucap mereka bebarengan.
Setelah karaoke aku lanjut makan dengan mereka.
 Pak Bagas ini orangnya sebenernya butuh dipancing supaya jiwa awkwardnya tuh hilang.
“Tok tok. Permisi Pak Bagas.”
“Iya kenapa Keisya?”
“Pak, nanti mau makan siang di mana?”
“Nggak tau paling ngegofood aja.” “Kita makan siang bareng yuk Pak bareng yang lain.”
“Hmm.. Boleh deh.”
 Setelah satu tahun bekerja di sana, tiba-tiba Pak Bagas datang ke rumah dan mengatakan keseriusannya padaku. Jujur kaget banget. Akhirnya aku menikah dengan Pak Bagas. Kita sudah 3 tahun menikah dan belum dikaruniai anak. Jadi bisa dibilang 3 tahun ini masa pacaranku dengan dia. Pernikahanku sangat bahagia bersamanya.
Selesai.
#5CC #5CC21 #bentangpustaka #cerpencareerclass #writingcareerclass
0 notes
jerichaellena · 2 years ago
Text
Kisah Kasih Keisya
Tumblr media
Antara Cinta dan Rahasia
Tahun 2015 aku memasuki semester baru perkuliahan. Masih dengan bestie yang sama yaitu April dan Rasya. Kita mencocokkan jadwal kelas sehingga kita sering satu kelas bersama. HIngga suatu hari Rasya bertingkah laku agak aneh.
“Kei, tipe cowok lu yang kayak gimana sih?”
“Hah? Tipe cowok? Minimal kayak Jungkook BTS lah. Hahaha.” Jawabku sambil tertawa geli.
“Yang bener Sya. Bercanda mulu deh lu!”
“Gak ada sih, asal nyambung dan ngerasa klik kayaknya gue bisa aja suka.”
“Kalo dari segi tampang gimana?”
“Nggak gimana-gimana juga kalo udah nyambung mah ya nggak mentingin tampang atau penampilan nggak sih? Yang penting keliatan bersih aja gitu.”
“Oh gitu ya. Kalo gue nih kira-kira masuk kriteria cowok idaman lu nggak?” “NGGAK! Karena gue tuh udah nganggep lu sahabat gue Sya. Gue nggak mau persahabatan kita hancur karena cinta doing.” “Ih tapi bukannya enak ya kalo pacaran sama temen sendiri. Jadi lu udah tau baik buruknya orang itu. Dan kayak gak perlu jaim gitu nggak sih Sya?” “Gue setuju sih, tapi ya kan gue nggak tau yak e depannya gimana. Let it flow aja. Kalo memang jodoh gue temen gue sendiri ya nggak papa juga. Jodoh mah siapa yang tau. Yak an? Eh bentar deh kenapa kita jadi ngebahas ini sih? Lu mau jodohin gue sama temen lu?” Ujarku.
“Ya enggak gitu juga, pengen tau aja gitu.” “Nah kalo tipe cewek idaman lu kayak gimana Sya? Gantian nih gue yang nanya.” “Kayak lu Sya!” “Hah? Bentar-bentar, gue nggak salah denger ini? Apa yang lu suka dari cewek macem gue bambang!!” Ujarku sambil tertawa.
“Eh lu itu menarik banget tau Sya. Mungkin lu nggak sadar akan hal itu ya. Lu cantik, baik, pinter, humoris, apalagi ya. Ya kayak whole package menurut gue. Cuman kayaknya nih cowok-cowok pada minder mau ngedeketin lu.”
“Lhah kenapa minder?” “Karena lu tuh terlalu menutup diri lu tau nggak sih?” “Menutup diri gimana?” “Nih ya gue kasih tau. Dinding yang lu bangun tuh terlalu tinggi jadi kagak ada cowok yang menembus dinding itu.” “Wow, gue sih emang kayak masih trauma gitu sih jadi emang lebih ati-ati buat deket sama cowok. Berarti keliatan banget ya.” “Iyallah, elu ada yang ngedeketin dikit tapi lu tuh dingin banget. Mana ada yang kuat didinginin elu. Bisa hipotermia kali cowok-cowok.”
“Ah elu Sya, ngeledek muluk. Ganti topik ganti topik please!”
“Woy kalian lagi ngomongin apa serius banget kayaknya?” Ujar April.
“Ngomongin lu Pril!” Ujarku.
“Ah jadi malu gue. Eh yok ke kelas Pak Indra, udah mau masuk nih.”
“Yuk!”
 Entah semenjak saat itu tingkah laku Rasya jadi aneh banget. Kayak tiba-tiba suka anter jemput gue ke kampus nih. Terus tiba-tiba kasih gue makanan. Suka kasih perhatian berlebih kayak anak ini lagi sakit apa jadi baik banget.
“Sya, lu kenapa pucet banget deh?” “Iya nih emang agak nggak enak badan dari semalem. Cuma kan hari ini ada presentasi jadi gue paksain tetep masuk.” “Bentar deh.” Rasya memegang dahiku.
“Gilak Sya panas banget mana bisa lu begini? Udah minum obat?” “Udah, Cuma naik lagi demamnya. Padahal tadi pagi udah semept turun habis minum obat.”
“Nggak nggak, ini lu harus pulang. Presentasinya udah kan tadi pagi?” “Iya, udah.”
“Ya udah gue anterin pulang aja. Mau nggak mau harus mau.”
“Iya, oke tuan Rasya. Gue juga kayaknya udah nggak kuat.” “Tuh kan. Yuk pulang gue anter!”
Hari itu aku pulang diantar Rasya. Tiba-tiba beberapa jam kemudian ada suara ketukan dari pntu.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam. Sebentar.”
Kubuka pintu. “Lhah Rasya ngapain lu balik lagi kemari?” “Ini gue beliin bubur buat lu. Ortu lu lagi nggak ada di rumah kan? Lagi ke rumah nenek lu? Takutnya lu  nggak ada makan.”
“Ya ampun nggak usah repot-repot kali Sya.”
“Nggak papa biar lu cepet sembuh. Ini gue bawain obat juga. Katanya obat ini manjur banget.” “Oke, thank you ya.”
“Kalo besok belum sembuh mending ke dokter deh.” “Iya, rencana gue juga mau gitu sih.” “Gue ante raja ya kalo mau ke dokter.” “Wait lu kenapa jadi kayak kang ojek anter jemput gue.” “Nggak usah Sya, gue bisa sendiri.” “Bodo amat lu mau ngatain gue kang ojek lu gak boleh sendiri. Ntar pingsan di jalan berabe gue.”
“Iya tuan Rasya. Besok gue kabarin.”
“Ya udah gue balik dulu ya. Lu makan dulu trus minum obat baru istirahat.” “Iya Rasya. Kenapa lu jadi bawel gini kayak nyokap gue?”
“Ya udah gue pamit yak. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam. Ati-ati Sya!”
Keeseokan harinya badanku tak kunjung pulih. Akupun teringat untuk memberitahu Rasya.
“Sya, gue kayaknya hari ini gak bisa masuk kelas nih. Demam gue masih tinggi juga nih badan gue nggak kunjung membaik.”
“Keisya, gue ke sana 15 menit lagi ya. Lu siap-siap kita ke rumah sakit.”
“Oke. Thank you Rasya. Maaf ya jadi ngrepotin lu.”
15 menit kemudian Rasya datang.
“Bentar sebelum ke rumah sakit lu makan dulu dikit bisa ya?”
“Gue nggak nafsu makan Rasya.” “Udah dikit aja please.”
“Oke deh. Dikit aja, gue takut mual.”
“Nih gue suapin.”
“Nggak usah Sya, gue udah kayak anak bayi lu suapin.” “Udah nggak usah bawel sini aaaaak.” Aku tertawa kecil melihat kelakuan Rasya.
“So sweet juga nih anak.” Ujarku dalam hati.
Sampailah kita di rumah sakit. Rasya langsung menyarankan aku ke IGD. Aku berbaring di Kasur IGD sambil dicek oleh Dokter.
“Ini tes darah dulu ya. Takutnya DB atau tifus kita nggak tau.” “Ha tes darah dok?” Ujarku dengan sedikit takut karena aku takut jarum suntik.
“Iya dok, boleh tes darah aja dok. Takut teman saya kenapa-kenapa.”
“Rasya, gue takut jarum suntik.” Ujarku lirih.
“Udah Keisya, nggak papa, ad ague. Ntar lu pegang tangan gue aja kalo takut.”
Akhirnya tes darah dilakukan dan hasilnya aku positif tifus dan harus dirawat untuk beberapa hari.
“Gue kasih tau April dulu ya. Kasihan dia pasti kuatir.”
“Oke Rasya. Thank you ya.” “Lu jangan lupa kasih tau ortu lu.”
“Iya, gue udah bilang, katanya malam ini mereka pulang.”
“Ya udah, selama nunggu ortu lu. Gue yang bakal jagain lu,” “Ih lu mah emang mau bolos kelas kan? Ngaku aja. Gue jadi kambing hitam lu males kelas.” “Pssst. Jangan bongkar aib gue dong. Udah yang penting gue bakal temenin lu di sini sampe ortu lu dating titik.” “Iye, iye bawel banget lu lama-lama. Thanks ya by the way. Gue kayaknya mau tidur dulu. Ngantuk banget ini abis dikasih obat.”
“Drrrtt.. Drrrtt.. Keisya, beberapa hari kayaknya gue nggak ngliet lu. Lu nggak papa kan?” Kulihat ada pesan dari Ari. “Nggak papa kok ri. Cuma emang lagi di rumah sakit tapi udah nggak papa kok.”
“Hah lu di rumah sakit mana? Gue boleh jenguk lu nggak?” “Ada di RS UI nih. Kamar no 541. Nggak papa ke sini aja tapi kalo lu repot nggak usah juga nggak papa.” “Oke Insyaallah besok gue ke sana ya. Lu lagi pengen apa gitu biar gue beliin.”
“Nggak pengen apa-apa. Pengen keluar dari RS secepatnya haha. Udah lu bawa diri aja nggak usah bawa macem-macem.”
#5CC #5CC20 #bentangpustaka #cerpencareerclas #writingcareerclass #CareerClass #cerpen
0 notes
jerichaellena · 2 years ago
Text
Kisah Kasih Keisya
Kak David
Tumblr media
Ah aku kangen sekali sosok yang tidak bisa kugapai lagi. Hatiku kosong lama karena rasa trauma. Aku trauma ditinggalkan seseorang tanpa berpamitan. Itu adalah sakit yang luar biasa yang kurasakan. Tiba-tiba aku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Semua pesanku tidak ada balasan. Satu-satunya berita yang kudapat adalah dia telah tiada. Betapa lemasnya aku saat mendengar kata-kata itu yang sedang dibicarakan semua orang di sekolahku. Rasanya aku ingin pergi ke luar angkasa dan tidak tahu akan berita bahwa  dia telah pergi. Pergi di saat aku telah membutuhkannya. Pergi di saat cinta itu mulai tumbuh. Pergi di saat harapan itu mulai tumbuh. Aku benci kamu. Aku sangat membencimu. Rasanya itu yang kurasakan. Mengapa kau tinggalkan aku sendiri? Kau yang memulai ini semua tapi kau yang pergi untuk selamanya. Meninggalkan aku dan kesendirianku. Rasa sakit yang belum pernah aku rasakan. Bahkan aku tidak kuat untuk datang ke pemakamanmu. Aku tidak mau melihatmu terakhir kali di tempat yang sangat asing bagiku. Aku hanya akan mengingat terakhir kali kita bertemu. Kau tersenyum padaku dan berkata padaku semua akan baik-baik saja.
Dear Kak David, aku akan selalu mengingatmu di sini. Di dalam hatiku. Selalu ada ruang untukmu di sana. Ruang tertutup yang orang lain tidak bisa memasukinya. Kenangan akan kita akan kusimpan baik-baik di situ. Terima kasih telah mengajarkanku arti ketulusan, kesetiaan, dan harapan. Terima kasih telah hadir di dalam hidupku walaupun waktunya singkat. Aku bahagia pernah mengenalmu. Semoga engkau tenang di sana. Aku harap kita bisa bertemu lagi nantinya. Beristirahatlah dengan tenang. Engkau tidak akan kesakitan lagi. Baik-baik ya di sana. Jangan rindukan aku. Sampai jumpa.
 Februari 2012.
“Prang!!”
“Keisya! Ada apa Ya Allah Naaakk! Mama bersihin ini serpihan piringnya, kamu sarapan terus berangkat sekolah aja.”
“I-iya Ma. Ma ada apa ya Ma. Rasanya ada sesuatu yang tidak beres.”
“Nggak ada apa-apa, itu cuma perasaanmu saja.” Rasanya hatiku tidak enak, tidak karu-karuan rasanya. Aku harap ini hanya perasaanku saja. Aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Aku masuk kelas, duduk di samping Hilda.
“Eh, Innalillahi wainnailihi roji’un. Eh itu kan yang sering main ke sini.” Kata salah seorang temanku.
Perasaanku mulai tidak enak. Apa yang telah dibicarakan orang-orang. Hingga Hilda tiba-tiba memelukku.
“Sya, yang sabar ya.”
“Sabar gimana Hil?”
“Kak David Sya.”
“Kenapa Kak David? Di baik-baik saja kok.”
“Sabar ya Sya.”
“Enggak ini nggak mungkin bener kan beritanya Hil. Please bilang ke gue kalo ini bohong.”
Hilda memelukku semakin erat. Air mataku menetes tiba-tiba sederas-derasnya. Rasanya tubuhku kehilangan energinya. Aku sangat lemas, sedih, dan marah mendengar kabar itu. Rasanya sebuah katapun tidak bisa mendeskripsikan perasaanku saat itu. Aku tiba-tiba lemas sekali rasanya berkunang-kunang.
“Sya, Sya sadar Sya!” Aku pingsan tepat dipelukan Hilda.
 Januari 2012
“Kak David udah beberapa hari nggak masuk. Kak David nggak papa kah?” Aku mengirim pesan ke Kak David setelah aku memasak nasi goreng untuknya tapi dia tak kunjung masuk sekolah.
“Apa aku telepon aja ya?”
Berkali-kali kutelepon tidak ada balasan darinya.
“Kak David please banget kalalu udah baca pesanku ini tolong kabari aku Kak.”
“Kak David?”
Entah berapa kali aku mengirim pesan padanya dan mencoba meneleponnya.
Perasaanku tak karuan. Apa aku ada salah ya hingga Kak David sama sekali tak meresponku. Apa dia udah pindah sekolah ke luar kota? Kenapa tak ada satupun yang tahu keberadaan Kak David.
Sebelum tidur aku sangat rindu padanya aku mengetik pesan yang cukup panjang.
“Kak David. Kak kalau aku ada salah aku minta maaf. Maaf kalau selama ini mungkin aku pernah nyakitin Kakak. Maaf gak segera menjawab pertanyaan Kakak waktu itu. Aku benar-benar menyesal Kak. Aku rindu. Kak David di mana? Haruskah aku menunggu atau haruskah aku menyerah Kak? Aku sangat terombang-ambing. Kak please kalau udah baca pesanku ini please banget kasih kabar apapun itu aku udah siap Kak.”
Lalu kucoba telepon kembali Kak David.
“Halo? Halo Kak David?”
“Halo ini siapa ya?”
“Ini Keisya. Ini siapa ya?”
“Ini Omnya David.”
“Om, Kak David ke mana ya?”
“Tuuuut tuuuut tuuuut… Halo halo halo?”
Handphone Kak David dipegang Omnya? Ke mana Kak David? Pikiranku tak karuan takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi.
 Februari 2012
Aku bangun tiba-tiba sudah ada di UKS. Kepalaku rasanya berat sekali. Aku sangat lemas.
“Keisya, Keisya!! Udah bangun?? Lu nggak papa Kei? Kei jawab gue.”
Aku hanya terdiam belum bisa mencerna semua yang telah terjadi.
“Hil, gue kenapa ya rasanya sakit banget Hil.”
Aku mulai menangis kembali. Hilda menggenggam tanganku erat.
“Sya, udah nggak papa Sya. Keluarin aja semuanya. Ada gue di sini. Lu bisa curahin semua di sini di depan gue. It’s okay to be not okay Sya.”
“Why me Hil? Kenapa harus gue yang harus ngalamin ini semua?”
“Sya sabar ya. Allah tahu lu kuat ngadepin ini semua. Gue yakin lu bisa ngelewatin ini semua Sya. Yang kuat ya. Gue bakal nemenin lu kapanpun lu mau. Gue bakal selalu ada di sini Sya.”
“Gue minta Mama lu jemput aja ya. Biar lu pulang, tenangin diri dulu.”
Akhirnya aku pulang ke rumah. Rasanya tidak nafsu makan, tidak ada gairah untuk melanjutkan hidup. Aku hanya memandangi pesan-pesanku dengan Kak David. Memikirkan andai saja aku tahu lebih cepat. Andai saja saat itu aku langsung membalas pertanyaannya. Mungkin aku tidak akan merasakan sakit seperti ini. Aku tidak ada di saat-saat Kak David paling membutuhkanku. Aku merasa tidak berguna. Dia selalu ada saat aku butuh. Dia juga yang membuat hidupku lebih berwarna, tetapi sekarang rasanya hanya hitam putih. Bagaimana aku harus melanjutkan hidup tanpa Kak David. Bagaimana aku bisa melewati hari-hariku di sekolah dengan teringat terus dengan memori bersamanya. Aku dengarkan radio saja biar tidak gila pikiranku berpikir macam-macam.
“Sunny Sunny Jantungku berdebar tiap kuingat padamu Sunny Sunny Mengapa ada yang kurang saat kau tak ada
Sunny Sunny Melihatmu menyentuhmu itu yang kumau Kau tak sempat tanyakan aku Cintakah aku padamu”
Yang keluar lagu Sunny milik Bunga Citra Lestari. Niat mendengarkan radio supaya pikiran tenang aku makin menangis sejadi-jadinya. Lirik lagu Sunny sangat menggambarkan keadaanku.
“Sunny Sunny Apa kabarmu, kabarku baik baik saja Sunny Sunny Begitu banyak cerita tak habis tentangmu
Sunny Sunny Salamku untukmu dari hati yang terdalam Kau tak sempat tanyakan aku Cintakah aku padamu”
Lagu berikutnya masih dengan Bunga Citra Lestari.
“Entah mengapa hatiku trus gelisah
Apa yang kan terjadi
Airmatapun jatuh tak tertahanMelihatmu terdiam Ternyata kau pergi tuk selamanya
Tinggalkan diriku dan cintaku
Apa kau melihat dan mendengar
Tangis kehilangan dari ku
Baru saja ku ingin kau tahu perasaanku pada mu Mungkin Tuhan tak ijinkan sekarang
Kau dan aku bahagia
Ternyata kau pergi tuk selamanya
Tinggalkan diriku dan cintaku”
Tiba-tiba aku tertidur sambil mengelap air mata mendengar lagu Saat Kau Pergi milik Bunga Citra Lestari.
Bersambung...
0 notes
jerichaellena · 2 years ago
Text
Kisah Kasih Keisya
Tumblr media
My New Life
“Sayang, makan dulu nih aku udah masakin makanan kesukaanmu.” Ujar suamiku.
“Iya Ayah, sebentar.”
Sebentar ya aku makan dulu setelah ini akan kulanjutkan ceritaku.
Saat itu tahun 2014 tahun pertama kali aku menjadi mahasiswa Universitas Indonesia jurusan hukum.
“Kenalin gue Keisya.”
“Gue April. Salam kenal ya. Eh grup ospek apa kalau boleh tahu?”
“Grup Pidana.”
“Eh kita sama.”
Itulah awal aku bertemu sahabatku April. Dia orang yang sangat ceria dan positif sekali. Kayak nggak pernah sedih deh nih anak pasti. Itu kesan pertamaku pada April. Ternyata setelah kenal dia juga sama manusia biasa kayak kita. Ada kalanya sedih, galau, marah, ya manusiawi.
“Pril lo udah ngerjain tugas Pak Herry belum? Ajarin gue dong gak paham banget tadi di kelas Bapaknya ngejelasin apa.”
“Oh tadi, gampang ntar kita ngerjain bareng aja tugasnya. Oke bestie?”
“Ah bestieku terbaik deh. Ngerjain di kos lu aja ya sekalian gue mau rebahan hahaha.”
“Ah elu kalo ngerjain di kosan yang ada tidur. Enggak enggak di gazebo aja.”
“Idih tau aja gue mau tidur kalo di kosan lu wkwkwk.”
 “Hari ini Ibu akan bagi kalian menjadi beberapa kelompok ya. Ibu tulis di papan yang sekelompok siapa aja. Minggu depan kalian presentasi ya.”
“Yaah Bu, nggak boleh milih sendiri?” Kata salah seorang temanku.
“Enggak, biar kalian bisa berbaur gitu lho. Nggak sama itu-itu aja. Deal ya, ibu acak grup kalian.”
Aku mencoba menghampiri anggota kelompokku terlebih dahulu. “Hai Rasya kan ya? Boleh minta nomor hape nggak biar aku bikin grup.”
“Oh iya, ini nomer gue. Salam kenal ya.”
“Salam kenal juga.”
“Bunga, minta nomor hape dong.”
“Boleh, ini.”
“Sip, nanti kita bakal diskusi lebih lanjut di grup ya.”
“Oke siap, thanks ya Keisya.”
“Kita coba cari bahan materi presentasi masing-masing dulu aja ya. Besok kita bahas materi yang kita dapet.” Ujarku.
“Oke boleh.” Ucap Rasya dan Bunga.
“Guys sorry banget gue gak bisa kerja kelompok besok. Waktunya ternyata bentrok sama acara organisasi dan gue harus dating. Maaf banget. Nanti kalau ada yang bisa gue bantu bilang aja ya.” Ujar Bunga.
“Oke Bunga nggak papa. Nanti kita kasih tahu progresnya udah sampai mana.” Tulisku di chat.
 “Eh sorry gue telat. Tadi nganterin Mama dulu ke pasar.”
“It’s okay. Kita bahas materi yang udah kita kumpulin yuk.”
Hari itu kita tak hanya mengerjakan tugas tapi sambil deep talk kehidupan. Aku mengira Rasya adalah orang yang cuek dan susah diajak bicara. Ternyata tidak, dia adalah orang yang lucu dan ternyata cukup bijaksana dalam memaknai hidup. Tanpa kusadari bestie-ku sekarang menambah satu orang yaitu Rasya. Setelah sering kerja kelompok bareng dia jadi suka ikut makan ataupun jalan bareng April. Udah kayak trio kwek kwek nggak sih kita. Tinggal rekaman lagu aja.
 “Sya, lu nggak punya temen cowok apa ngintilin kita terus?” “Ya ada sih cuma ya udah terlanjur nyaman sama kalian. Temen cowok gue mah ntar kalo mabar atau ke warnet tuh baru kompak.”
“Hahaha kenapa sih laki-laki suka banget main game?”
“Ya mending main game daripada mainin hati perempuan. Eeaaaa.”
“Ah bisa aja lu!” ucapku.
“Padahal juga cowok itu kalau nggak buaya ya gay.”
“Eits info dari mana itu enak aja. Gue cowok baik-baik gini masa dibilan buaya atau gay. Gue anak baik-baik ya.”
“Iya deh iya percaya Sya.“ kata April.
“Eh Sya, lu nggak ada apa cowok buat dikenalin ke Keisya. Kasian banget hidupnya jomblo seumur hidup.” “Ih apaan sih Pril! Gue enjoy dengan kesendirian gue. Daripada buru-buru tapi kenal dengan orang yang salah? Mending mana?” “Iya sih tuan putri Keisya.” Jawab April.
 Karena lagi ada tugas buat proposal aku rajin banget tuh ke perpustakaan Universitas.
“Eh, lagi cari buku ini juga?” Ucap seseorang yang asing entah siapa.
“Iya, lu cari buku ini juga? Tapi tinggak 1 gimana dong? Kita sharing aja kali ya.”
“Boleh, ide yang bagus.”
“Kenalin gue Ari.”
“E-eh gue Keisya.”
“Lu lagi ada tugas apaan emang?”
“Disuruh bikin proposal sih. Lu angkatan berapa?”
“Gue angkatan 2014 sih. Lu juga?”
“Iya, samaan dong kita. Lu anak hukum juga?”
“Iya gue anak hukum”
“Lhah gue nggak pernah tau lu.”
“Sama. Kita nggak pernah sekelas kali ya jadi nggak kenal.”
“Nice to meet you.”
Akhirnya aku mengerjakan proposalku bersama dengan orang asing yang baru kukenal.
 Hari demi hari berlalu, rasanya capek sekali kuliah itu. Capek fisik, capek mental. Sama bosen banget sama hidup. Hidupku lempeng-lempeng aja gini. Nggak ada cowok yang ngedeketin juga. Apa aku kurang menarik ya. Bertahun-tahun kujalani dengan merasa kesepian. Mungkin hatiku udah banyak sarang laba-labanya karena terlalu lama nggak ada yang menghuni. Kalo ini bisa dikontrakin, aku kontrakin deh hati biar dapet duit.
1 note · View note
jerichaellena · 2 years ago
Text
Kisah Kasih Keisya
Is it Love?
Di depan kelas saat itu muncullah sosok yang familiar.
“Keisya bisa bicara sebentar nggak?” ucapnya.
“Ya udah.” Balasku sambil bete.
Dibawalah aku ke bawah pohon rindang di sekolah.
“Sya maaf banget ya pasti kamu bete banget sama aku ya?”
“Menurut lo?”
“Sorry banget sorry ada hal mendesak yang belum bisa aku ceritakan ke kamu sekarang. Please forgive me.”
Aku mengambil nafas panjang dan kukeluarkan perlahan. “Sabar sya sabar.” Ucapku dalam hati.
“Oke kali ini gue maafin. Lain kali gak bakal gue maafin ya.” Ucapku dengan nada ketus.
“Iya janji kalau ada apa-apa aku bakal ngehubungin kamu dulu. Aku mau kenalin diriku dulu, mungkin kamu belum tau namaku. Aku David yang nyapa kamu hari pertama kamu MOS.”
“Oh jadi itu lu yang ngajak kenalan? Gue buru-buru nggak sempet liet wajah lu. Eh tapi lu bukan anak seangkatan deh kayaknya. Bener nggak?”
“Iya aku kelas 12 IPS 2.” “Oops, sorry Kak selama ini aku nggak sopan ya.”
“Santai aja Sya. Senyaman kamu aja.”
“Aku panggil Kak David aja ya.”
“Iya nggak papa. Nanti pulang sekolah ada acara nggak? Aku mau ngajakin jalan kali ini nggak akan php lagi. Swear deh Sya.”
“Mm… Aku pikirin dulu deh ya Kak. Tadi udah bilang Mama mau bantuin bikin kue sepulang sekolah.”
“Okey, kalau nggak bisa nggak papa juga. Next time kita bisa jalan. SMS aja nanti ya.”
“Oke. Kalo gitu aku ke kantin dulu ya Kak.”
Hari itu aku nggak ketemu Kak David karena sudah janji bantuin Mama bikin kue. Lagi banyak orderan kasihan jika Mama harus mengerjakannya sendiri.
 “Hei Sya, lagi ngapain? Besok boleh nggak jemput kamu berangkat sekolah?”
“Ada SMS dari Kak David mau jemput berangkat sekolah gimana nih kalau ditanya Mama. Dia siapa, akupun belum terlalu mengenalnya.” Ucapku dalam hati.
“Kak next time aja ya. Nanti kalau emang udah waktunya tepat boleh jemput ke rumah.”
“Oke. Sorry ya Sya kalo ngeganggu.”
 Pas istirahat Kak David sering banget nyamperin ke kelas dan mengajakku makan bersama. Satu kelas meledekku dengan Kak David. Malu sekali rasanya kenapa Kak David harus terang-terangan begini.
Kami membicarakan banyak hal tapi banyak juga recehan yang kita bahas, hal-hal yang tidak penting, tapi itu membuatku nyaman dan nyambung bersamanya. Entah kenapa aku sudah mulai nyaman dengannya, sudah tidak canggung lagi.
 “Keisya, weekend ini ada acara nggak? Temenin aku nonton dong.”
“Nonton apa Kak?”
“Ada deh nanti kamu bakal tahu.”
“Ah nggak mau ah kalau nggak dikasih tahu.”
“Ih jangan ngambek gitu dong nanti cantiknya hilang.”
“Ih apaan sih kak, garing tauk!”
Lalu aku tertidur. Esok paginya ada SMS dari Kak David yang belum kubaca.
“Jam 5 sore aku jemput ya.”
Sontak aku kaget. “Wah jam 5 sore ya, aku harus pakai baju apa ya? Aduh kenapa jadi deg-degan gini sih Keisyaaaa!! Mamaaa!!”
“Ada apa Keisya? Ngapain teriak-teriak?”
“Nggak papa Ma! Abaikan saja anakmu ini!”
Aku bingung memadu madankan baju. “Mau yang simple atau cute atau ala-ala eonnie Korea?”
Lama sekali aku mencoba baju yang tidak kusadari sudah berantakan satu kamar.
Akhirnya aku memakai baju dress motif bunga.
“Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam. Eh ada siapa ini kok Tante baru ketemu.”
“Temen Keisya Ma!”
“Temen apa temen nih Sya? Ganteng gini sayang cuma jadi temen aja.”
“Mama! Ya udah adek pamit dulu ya. Nanti ijin pulang agak maleman.”
“Iya  Tante, ijin pinjem anaknya dulu ya. Insyaallah dijagain.”
“Oke kalau gitu have fun kalian! Hati-hati ya jangan kebut-kebutan.”
“Siap 86 komandan!” Ucap Kak David
Hari itu adalah hari yang tidak pernah kulupakan dalam hidup. Bagaimana ternyata Kak David membawaku ke tempat yang sangat aku nanti-nantikan dari dahulu. Apalagi kalau bukan konser Sheila On 7. “Ya Allah mimpi apa semalem bisa ketemu Sheila On 7 akhirnya. Mau nangis.” Ucapku dalam hati.
“Kak David, ini serius? Aku nggak mimpi kan? Ini nyata kan?” Kata Keisya sambil mencubit pipinya sendiri.
“Nyata Keisya. Sengaja mau kasih Surprise. Seneng kan?”
“Seneng banget!!” Tidak sadar kuteteskan air mata bahagia.
“Ih Keisya nangis?”
“Tanggung jawab Kak aku sampe nangis. Hua gak bisa berhenti.”
“Sya dilap dulu ah air matanya. Nanti orang ngira aku ngapa-ngapain kamu.”
“Makasih banyak Kak David. Maybe this is the happiest moment in my life.”
Ada perasaan bahagia, terharu, dan tidak tahu ada rasa lainnya. Campur aduk rasanya. Terima kasih Ya Allah. Kuhabiskan malam itu melihat konser band favoritku. Tidak henti aku berteriak dan melantunkan semua lirik lagunya sampai suaraku habis. Betapa bahagianya aku hari itu. Kak David melihat ke arahku lebih sering daripada nonton Sheila On 7 yang di depan mata. Tak sadar aku tersenyum ke arahnya. Mata kita saling bertemu, senyuman tipis dan mata berbinar menghiasi malam itu.
Semenjak hari itu hubungan kita semakin dekat. Kak David, seseorang yang mungkin sangat aku nantikan hadir dalam hidupku. Membuat hari-hariku lebih berwarna. Senja kalah bagus daripada apa yang sedang kualami sekarang. Rasanya mejikuhubiniu. Tidak tergambarkan. Setiap detik yang kuhabiskan dengannya sangat berharga, tidak ternilai. Padahal sosok Kak David adalah cowok popular di sekolah tetapi kenapa dia malah tertarik sama aku yang bukan siapa-siapa ini. Muka pas-pasan, pinter banget juga enggak, aneh. Rasanya seperti mimpi. Aku bingung dengan perasaanku. Bagi orang sepertiku yang belum pernah pacaran sebelumnya atau punya riwayat kenal dekat dengan seorang laki-laki. Is it love? Or I’m just happy with him? Biarkan waktu yang menjawab itu semua.
“Keisya, kenapa kamu suka banget deh sama Sheila On 7?”
“Mm… Kenapa ya? Mungkin karena dengan lagu-lagunya aku merasa tidak sendiri, ada yang menemaniku. Lagu-lagunya pun aku suka semua. Menghibur di kala sedih, senang, dan susah. Gitu sih nggak ada alasan yang gimana-gimana.”
“Oh gitu ya. Kemarin waktu nonton konser aku belum pernah melihat kamu sebahagia itu.”
“Iya hari itu kayaknya emang hari terbahagia di hidupku. Makasih banyak ya Kak.”
“Sya, kamu mau nggak sih jadi pacar aku?”
Setengah kaget setengah nggak sadar barusan Kak David bilang apa? Aku tersadar dari lamunanku.
“Keisya? Are you still there?”
“E-eh iya Kak. Boleh kasih aku waktu dulu untuk mencerna ini semua?”
“Yah ditolak nih ceritanya?”
“E-enggak bukan gitu. Masih nggak percaya aja sama yang terjadi sama kita di beberapa bulan ini. Aku coba pikirkan dulu ya Kak. Nggak papa kan? “Iya Keisya anak manis, anak cengeng.”
“Ih aku nggak cengeng ya!” Balasku kesal.
“Tapi jangan lama-lama ya mikirnya. Keburu aku nggak ada.”
“Hah? Nggak ada? Mau pindah sekolah kak?”
Jawabanku tidak dijawab olehnya. Dia hanya tersenyum melihatku dan menatap dalam-dalam mataku.
Kita hanya diam tapi momen itu momen membahagiakan bagiku. Bagaimana aku bisa melihat sosok Kak David yang begitu dekat dan terasa nyaman.
“Mama, bisa ajarin adek masak nasi goreng?”
“Hah tumben banget kamu mau masak? Ada angin apa nih? Pasti angin cinta ya?” Ledek Mama.
“Ah Mama kepo!”
Akhirnya aku belajar masak untuk pertama kalinya dalam hidup. Kesamber apa ya bisa-bisanya mau belajar masak.
“Ini dimasukin minyaknya dulu, tunggu agak panas masukkan bawang merah dan bawang putih yang tadi udah dicincang. Masukin telur buat dijadiin telur orak-arik. Kalo udah masukin sosis yang tadi udah dipotong-potong.”
“Oke Ma, gampang juga ya bikin nasi goreng.”
“Nah kalo udah masukin nasinya. Kasih kecap, saus sambal, dan garam.”
“Siap chef! Udah tinggal diratakan pakai spatula kan ya Ma?”
“Iya, sambil dicicipin udah enak belum itu. Jangan sampai keasinan.
“Udah pas kayaknya, Mama coba deh.”
“Hmm.. Not bad, it’s good.”
“Not bad doing nih Ma? Kalau nggak enak bilang aja Mama.”
“Enak kok enak sayang.”
Setelah diajari masak nasi goreng oleh Mama, keesokan harinya pagi-pagi sebelum berangkat sekolah aku memasak nasi goreng. Disusun lah rapi di kotak makan nasi goreng tadi.
“Hmm.. Semoga enak.” Ujarku.
 Hari itu aku berangkat dengan suka cita. Hari ini Insyaallah aku mau ngejawab pertanyaan Kak David tempo hari. Aku menunggu di kelas tapi Kak David tak kunjung muncul. Akhirnya aku beranikan diri untuk mencarinya di kelas.
“Permisi Kak, mau nanya Kak David ada nggak ya?” “David? Dia lagi gak masuk hari ini, katanya sakit.” “Oh gitu ya? Baik makasih ya Kak infonya.”
Aku coba SMS Kak David.
“Kak David lagi sakit?”
“Enggak kok Sya tenang aja, sakit biasa aja, nggak usah kuatir.”
“Cepet sembuh ya Kak. Kalau nggak sembuh-sembuh nanti pertanyaannya nggak kujawab-jawab lho.”
“Ah jangan gitu dong. Kalo besok udah lebih baik aku masuk Sya. See you tomorrow!” “See you!”
1 note · View note
jerichaellena · 2 years ago
Text
Kisah Kasih Keisya
Secret Admirer
“Hei kenalan dong. Nama gue David, David Erlangga Putra.”
Seketika aku menoleh. “Oh iya, nama gue Keisya. Salam kenal.”
Hari itu hari pertama aku masuk SMA Unggul Jaya. Seperti biasanya ada MOS untuk murid baru, disuruh bawa macam-macam peralatan yang nggak tahu apa faedahnya. Kalau salah dikit dihukum suruh keliling lapangan.
“Lupakanlah saja diriku Bila itu bisa membuatmu Kembali bersinar dan berpijar Seperti dulu kala.”
Sheila on 7 adalah grup band favoritku yang menemaniku menghabiskan masa remaja hingga beranjak dewasa.
Aku ingat saat itu ada sebuah surat dan coklat ada di kolong mejaku.
“Hai Keisya. Aku harap coklat ini bisa membuat moodmu bagus.”
Saat itu aku bertanya-tanya dari siapa itu. Pas banget memang aku lagi PMS. Bahkan semut lewat nggak salah apa-apapun kumarahin.
“Hil, ini dari siapa ya?” tanyaku pada Hilda.
“Ih mana gue tau sya. Kan dari tadi kita barengan. Cie cieee ada secret admirer nih. Cie Keisya salting cie.”
“Ih apaan sih Hil malu tau dilietin anak-anak.” Mukaku pasti sangat merah saat itu menahan malu.
Aku tidak tahu siapa yang suka menaruh surat beserta coklat, bunga, snack, pokoknya ada aja tiap minggu dapet kiriman itu. Aneh banget teman-temanku pun tidak tahu dari mana semua barang itu berasal.
Suatu sore yang mendung saat itu. Aku masih ada ekskul basket. Iya basket, bukan cheerleader. Aku memang sangat menyukai olahraga basket sejak kecil. Karena kakak laki-lakiku suka mengajakku main basket sejak kecil.
“Eh udahan yuk udah mau hujan nih. Kita lanjut latihan besok.” Ucapku kepada anggota tim basket.
“Boleh deh yuk gue udah engap abis.”
Aku ganti baju dahulu karena aku tidak suka sekali memakai baju berkeringat, sangat risih.
“Ih mana payung gue ya perasaan tadi udah gue masukin deh. Ah apes banget.”
Saat itu aku menunggu hujan reda di depan sekolah. Tiba-tiba ada sosok yang menghampiriku.
“Nggak bawa payung ya?” Kudengar  suara lelaki dan aku menoleh ke sebelah kiri.
“I-iya. Nggak bawa.”
“Nih pake punya gue aja.” Diapun langsung lari menerjang hujan. Belum sempat kuucapkan terima kasih ataupun menolak bantuannya. Ya sudah aku pakai saja payung itu dan mulai berjalan ke halte bus terdekat.
Di dalam bus tentu saja aku memakai earphone dan mendengarkan lagu favoritku dari Sheila On 7 berjudul Dan.
“Drrrrt.. Drrrt..”
Wah ada pesan masuk dari siapa. Kulihat nomor tidak dikenal.
“Halo Keisya! Gimana udah bisa pulang tanpa basah kuyup?”
“Hah dia kok tahu aku tadi pulang tanpa basah kuyup? Jangan-jangan dia yang tadi ngasih aku payung.”
Aku segera membalas karena sudah penasaran siapa dia.
“Halo! Siapa ya? Alhamdulillah gue udah pulang tanpa basah kuyup.”
Aku menunggu dengan gelisah siapa sih orang yang mengirim pesan ke dia. Nggak sadar sampai aku sudah tertidur menunggu balasan pesan dia.
“Keisya, makan malam dulu naaak.”
Tiba-tiba aku terbangun dan kaget sudah jam 6 sore.
“Iya ma, habis ini Keisya turun.” Jawabku dengan suara masih parau baru bangun dari tidur.
“Mah, kira-kira ada beneran nggak sih secret admirer tuh?”
“Hayo kenapa Keisya Tanya gitu. Punya secret admirer nih cie.”
“Ah Mama, orang ditanya malah ngeledekin adek.”
Tiada balasan darinya hari itu. Ya sudah mungkin hanya orang iseng.
Saat itu aku sudah tidak mendapatkan surat dan barang-barang lagi di kolong meja. Entah kenapa aku jadi merasa aneh. Kayak ada yang kurang gitu. Tanpa kusadari aku merindukan kehadirannya yang bahkan aku nggak tahu itu siapa. Aneh, memang.
 3 bulan berlalu begitu saja. Tiba-tiba di perpustakaan ada yang menghampiriku.
“Keisya?”
Aku kaget karena aku sambil mendengarkan lagu tiba-tiba ada sosok lelaki di sammpingku.
“Iya. Ada yang bisa dibantu?”
“Kakimu lagi sakit nggak?”
“Ha? Enggak kok lagi nggak sakit. Kenapa gitu?”
“Kalo gitu bisa dong jalan?”
“Ya bisa lah. Kan…” Aku belum selesai menjawabnya dia langsung pergi.
“Nanti aku tunggu di depan sekolah sepulang sekolah.”
Ih orang aneh tiba-tiba ngajak ngobrol eh ditinggal. Freak banget sih, pikirku saat itu.
Tapi aku penasaran dengan orang tadi, kayaknya dia yang ngasih aku payung juga nggak sih. Aku tidak begitu ingat mukanya Karen melihatnya hanya sekilas. Aku menunggunya di depen sekolah saat itu.
Sudah 1 jam, 2 jam, bahkan 3 jam aku menunggu tak kunjung ada sosok tadi yang bertemu di perpustakaan itu muncul.
“Wah gila, gue dikerjain nih kayaknya. Asem banget. Gak bakal gue percaya gini-ginian lagi. Awas aja habis ini dia muncul lagi gue tabok ya. Dikira kagak capek apa nunggu berjam-jam.”
Akupun pulang dengan kesal.
Tiba-tiba ada pesan masuk. “Sya, maafin aku tadi nggak muncul di depan sekolah. Ada hal urgent yang bikin aku nggak bisa dating.”
“Oh really?? Hal urgent apa yang membuat dia tidak muncul setelah 3 jam gue nunggu. Kenapa gak kirim pesan aja biar gue nggak nunggu. Emang se-urgent apa sampai nggak bisa langsung chat.” Ucapku kesal dalam hati.
Tidak kubalas pesan dari dia saat itu. Bodoh amat gue kesel banget.
Bersambung...
#CareerClass #5CC # #5CC16 #5CC2023 #bentangpustaka #cerpencareerclass #writingcareerclas #cerpen
0 notes
jerichaellena · 7 years ago
Text
Mimpi
Mimpi adalah sebuah harapan bagi semua orang. Semua orang memiliki mimpi. Akan tetapi kadangkala mimpi lebih sering tak sesuai dengan realita.
Jika kau belum menggapai mimpimu, bukan berarti mimpimu tidak tercapai bukan?
Analoginya ketika kita ingin bermimpi sesuatu saat tidur. Kadang kita memimpikannya, tapi lebih sering tidak. Tapi apakah itu menjadikanmu tidak mencapai mimpimu? Tidak, itu hanya masalah apakah mimpimu sesuai apa yang kamu bayangkan atau ternyata lebih bagus dan indah walaupun tidak sesuai rencana. Teruslah bermimpi, karena itu adalah bahan bakarmu utk terus hidup dan melaju ke depan.
(My random thought)
0 notes
jerichaellena · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Maka seharusnya kita tidak perlu khawatir kehidupan di dunia dan kehidupan di akhiratlah yang perlu kita khawatirkan. Semoga selalu meniatkan segala sesuatu karena Allah SWT. Karena sebaik-baiknya tempat kembali hanyalah Allah SWT.
0 notes