jagagita
jagagita
Anbooo
38 posts
Kata-Cerita-Makna
Don't wanna be here? Send us removal request.
jagagita · 1 day ago
Text
Keberhasilan orang lain yang kamu idamkan, ternyata melewati banyak kehilangan yang benar-benar menggoreskan luka yang sangat dalam.
Memang benar kita menginginkan keberhasilan yang mereka dapatkan.
Tapi apakah kita juga benar-benar mau melewati luka yang semenyakitkan itu?
Ada yang didapat, ada yang hilang.
Bersyukur dan sabar.
Dua hal yang harus dilewati, entah mana yang datang duluan dalam kehidupan kita.
Catatan Jagagita / 1-4 / Kamu tidak perlu membuktikan ke siapa-siapa
5 notes · View notes
jagagita · 2 days ago
Text
Kakek pernah berpesan kepadaku
“Sepanjang hidup, banyak hal yang telah kakek lalui. Pengkhianatan, pengorbanan, kasih sayang, sulitnya mencari sesuap nasi. Sampai akhirnya menjelang usia 50 an hidup kakek benar-benar hancur. Bisnis tidak menyisakan apapun. Hanya seorang istri yang setia menemani langkah kaki ini. Akhirnya kakek memutuskan pulang dari riuhnya kota. Hidup lagi seperti orang desa, jadi petani.
Satu pelajaran yang terangkum dalam hidup kakek selama ini
Dalam hidup, sesungguhnya yang kita cari ternyata hanyalah ketenangan dan kebenaran. Kita terlalu sibuk melihat hal-hal lain, mengejarnya sampai lupa apa yang sesungguhnya kita cari sebagai manusia yang lemah ini.
5 notes · View notes
jagagita · 3 days ago
Text
Kalau memang tak sanggup
Kalau memang tak sanggup jadi harapan orang tua, tidak papa. Bicaralah pada mereka bahwa kamu tak sejalan dengan harapan mereka. Adakalanya kita memang harus membuat mereka menangis karena kecewaa, untuk kemudian mereka akhirnya mengerti bahagiamu ada dimana.
Kalau memang tak sanggup mewujudkan harapan mereka, bicaralah pada mereka. Toh bukan karena kamu ingin mereka bersedih, Allah tau niatmu kok. Pelan-pelan mereka akan mengerti kenapa jalanmu berbeda.
Kamu berhak bahagia dengan pilihanmu, kamu berhak menentukan jalanmu sendiri. Walau terkadang prosesnya menyakiti hati mereka.
Daripada nantinya kamu yang menyalahkan mereka karena senantiasa berharap padamu. Sebab waktu tak bisa diputar kembali untuk merevisi keputusan hidup yang kita jalani selama ini.
Berbahagialah, berdoalah, semoga kelak mereka akan mengerti kenapa harapan tersebut diganti dengan harapanmu sendiri.
Catatan Jagagita / 1-4 / Kamu tidak perlu membuktikan ke siapa-siapa
11 notes · View notes
jagagita · 3 days ago
Text
Rezeki, itu benar-benar sudah diatur oleh-Nya.
Apa yang menjadi takdirmu, tidak akan pernah melewatkanmu. Apa yang tidak menjadi takdirmu, tidak akan pernah sampai kepadamu.
Tapi sebaliknya, manusia selalu punya kepuasan sendiri jika sudah merasa mampu memilikinya.
Dipikirnya semuanya bisa dipilih, padahal semuanya adalah tentang penerimaan.
Rezeki, bisa dipilih dan dicari dengan berbagai cara, yang memungkinkan kita mendapatkan apa yang kita inginkan sebagai manusia. Tapi sebenarnya tolok ukurnya bukan hanya soal prosesnya saja, tapi tentang bagaimana cara kita mencapai berkah dari rezeki-Nya. Sebab halal tak selalu beriringan dengan toyyib. Kita sering berbahagia ketika sudah mendapatkan halalnya, sampai lupa bagian toyyibnya. Penerimaan adalah tentang berkah, tentang syukur, yang alat ukurnya ada di hati, bukan di mata.
Catatan Jagagita / 1-3 / Kamu tidak perlu membuktikan ke siapa-siapa
5 notes · View notes
jagagita · 4 days ago
Text
Tidak perlu membuktikan kepada siapa-siapa bahwa kamu bisa jadi lebih hebat dari dirimu yang sekarang. Aku sudah pernah mencobanya, ternyata melelahkan sekali. Sebab selalu ada harapan timbal balik dari segala pembuktian kita kepada manusia.
Kita tidak sedang berlomba dengan siapapun di dunia ini. Kita hanya sering menjadikan harapan orang lain sebagai beban. Harapan orang tua, harapan pasangan, dan harapan orang2 di sekitar kita. Pada awalnya kita memang bersemangat, bahkan sampai bersungguh-sungguh untuk mencapai harapan tersebut. Tapi ketika kita salah sedikit saja, orang2 tersebut “jauh lebih siap” untuk mengomentari dibanding menyemangati.
Ujungnya, kita yang lelah sendiri dengan harapan mereka. Jadi, tidak perlu membuktikan kepada siapa-siapa.
Catatan Jagagita / 1-2 / Kamu tidak perlu membuktikan ke siapa-siapa
3 notes · View notes
jagagita · 4 days ago
Text
Pelan-pelan ia perbaiki sholatnya. Pelan-pelan ia mulai menata hidupnya. Tidak mudah memang membangun kembali rumah yang hampir ambruk. Tapi ia tidak menyerah.
Baginya, ketika masih diberikan kesempatan bangun pagi dan menghirup udara bumi, tandanya Allah masih ingin ia jadi hamba yang lebih baik lagi.
Catatan Jagagita / 1-1 / Kamu tidak perlu membuktikan ke siapa-siapa
7 notes · View notes
jagagita · 5 days ago
Text
Dibalik setiap momen yang terjadi dalam hidup, percayalah, Allah benar-benar tahu mana yang terbaik untuk kita.
Beruntunglah yang takdirnya sama dengan rencananya.
Tapi sangat sangat beruntung lagi mereka yang dibuatkan takdir sendiri oleh-Nya.
Sebab puncak kepasrahan dan keyakinan adalah ketika kita sangat bersyukur Allah merubah rencana kita.
Manusia itu bodoh, tapi merasa pintar mengatur rencana hidupnya sendiri. Allah yang Maha Mengetahui segala takdir baik yang akan datang kepada kita.
14 notes · View notes
jagagita · 5 days ago
Text
Pertarungan dengan diri sendiri itu selalu unik. Kita selalu berusaha benar walaupun kita sudah tau bahwa kita memang salah. Seringkali ego mengalahkan kewarasan yang seharusnya diakui.
Berat memang, tapi “mengalah” pada diri sendiri tidak selalu buruk. Kadangkala mengakui bahwa kebenaran lain tidak selalu berpihak pada kita, malah menghadirkan ketenangan pada momen selanjutnya.
Karena sebetulnya, dalam setiap momen hidup yang kita jalani, kita memang harus selalu “bertarung” dengan diri sendiri.
Merepotkan, tapi ketika kita sudah mulai mengenal “titik tengah” dari dua kebenaran yang selalu bertarung dalam diri, mungkin semuanya akan terasa lebih mudah.
Semuanya butuh proses.
2 notes · View notes
jagagita · 5 days ago
Text
Maaf belum menjadi apa-apa
Bu, pak, maafkan anakmu yang belum bisa membanggakanmu dengan pencapaian-pencapaian yang membuatmu menangis terharu. Malah aku sering membuatmu menangis karena kelakuanku.
Bu, pak, maafkan anakmu. Masih belum ada pekerjaan tetap yang bisa membuatmu tenang sampai memikirkan dapur rumah tanggaku. Aku yang masih sering meminta bantuanmu kala terjepit, membuatmu tidak terlalu santai dalam menikmati masa tuamu.
Bu, pak, maafkan anakmu. Masih belum memberikan rasa syukur atas segala tingkah lakuku yang masih membuatmu menggelengkan kepala. Masih sering diceramahi perihal-perihal prinsip yang sering aku abaikan.
Bu, pak, maafkan anakmu. Sering menelpon untuk meminta bantuan-bantuan kecil yang seharusnya bisa kuselesaikan sendiri. Masih sering repot kesana kemari mengurus urusanku yang harusnya bisa kulakukan sendiri.
Bu, pak, maafkan aku. Sejujurnya aku tidak mau seperti itu. Aku juga sedang bertarung dengan egoku yang terus melawan. Masih sering bertengkar dengan pikiranku sendiri yang entah kapan akan berakhir. Aku juga sedang berjuang, tapi maaf jika segalanya masih terasa kurang.
Satu hal mungkin yang bisa aku banggakan terhadap diriku sendiri : aku masih bertahan hingga saat ini.
2 notes · View notes
jagagita · 5 days ago
Text
Saat melihat apa yang telah kulewati dalam beberapa waktu terakhir, rasanya terlalu banyak yang terlewati dengan kesia-siaan. Menunda-nunda, bertengkar dengan orang tua, menyalahkan orang lain, dan yang paling sering disalahkan : tentunya diri sendiri.
Rasa menyesal dan kecewa dengan diri sendiri selalu hadir setiap pagi. Mungkin karena bertumpuknya rasa bersalah atas semua yang terjadi.
Saat seperti itu, aku bertanya, mulai dari mana untuk memperbaiki semuanya?
Aku bertanya kesana kemari, berpikir setiap hari, menulis catatan perbaikan dan evaluasi agar diriku lebih baik lagi. Menjadikan diriku layaknya sebuah “bisnis gagal” yang harus segera bangkit agar tak terlalu jatuh ke dalam jurang keputusasaan.
Tak sengaja kubaca salah satu ayat suci
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat”
Ya Allah, kemana saja aku selama ini? Kupaksakan akalku untuk terus berpikir tentang hal yang sebenernya tak mampu kulakukan sendiri. Kusalahkan setiap orang yang menjadi penyebab kenapa aku jadi seperti ini.
Benar juga, ternyata aku yang menjauh dari-Mu. Kau sengaja biarkan aku terlalu jauh agar diriku sadar bahwa Engkau selalu dekat denganku. Apapun yang terjadi, Engkau selalu menantikan doa-doa atas segala keadaanku saat ini.
3 notes · View notes
jagagita · 6 days ago
Text
Menjadi biasa-biasa saja
Ternyata menjadi biasa-biasa tidak terlalu buruk. Membuatnya lebih sederhana dari ekspektasi yang sebelumnya dibuat terlalu tinggi.
Ingin jadi ini, ingin seperti itu, “kelebihan” keinginan ternyata justru melelahkan. Mungkin menjalani hari dengan rasa syukur yang “berlebih” jauh lebih baik.
Menata hidup dengan pelan-pelan. Menabung harapan dengan hal-hal sederhana yang mudah dicapai. Sampai akhirnya mimpi yang tinggi itu tidak terlalu sulit digapai. Kenapa? Karena sejak awal kita membangun tangga untuk menuju kesana. Sebab kalau mimpinya tinggi, tapi kita tidak menyiapkan “tangga-tangga sikap” yang tepat, maka akan berujung rasa kecewa yang berlebih ketika mimpi itu tidak tercapai.
Menjadi biasa-biasa saja bukan berarti membiarkan hidup kita begitu-gitu saja. Tapi penyederhaan sikap dan perbuatan akan membuatnya menjadi lebih menyenangkan untuk dijalani.
5 notes · View notes
jagagita · 6 days ago
Text
Pertarungan yang sebenarnya ternyata bukan menjadi lebih baik dari orang lain. Atau membuktikan kepada orang lain bahwa penilaian mereka salah tentang kita. Pertarungan itu akan berakhir dengan rasa lelah yang tak berkesudahan. Kalaupun akhirnya terbukti, kita akan terus mencari “lawan” yang entah sampai kapan akan berakhir.
Pertarungan terbaik adalah menjadi lebih baik dari diri kita di hari kemarin. Sebab dengan itulah rasa lelah itu akan terbayar karena kita telah “berhasil” mengalahkan kekurangan-kekurangan kita di masa lalu.
1 note · View note
jagagita · 6 days ago
Text
Ternyata, selama ini “pembenaran” lah yang membuatku menjadi seperti ini.
Aku menolak segala peringatan dari orang terdekatku, karena aku punya pembenaranku sendiri. Aku memaklumi segala sikap yang sebetulnya merugikan orang-orang sekitarku.
Awalnya kupikir akulah yang selama ini mencoba mengerti keadaan di sekitarku. Ternyata salah. Ada banyak orang yang telah menderita sebab pembenaranku.
1 note · View note
jagagita · 8 days ago
Text
Aku menulis untuk menguatkan diriku sendiri dari terpaan kekhawatiran. Ingin menangis rasanya pada setiap paragraf yang ingin selesai.
Aku ingin menangis, pada setiap lelah yang kubuat sendiri dalam pikiran. Pada setiap rasa ingin menyerah yang tak berkesudahan.
Aku selalu bertanya mengapa dan kenapa, tanpa melakukan apapun dan memikirkan bagaimana keluar dari situasi ini. Pikiranku disitu-situ saja. Berjuang dari rasa bersalah yang tiada ujungnya.
14 notes · View notes
jagagita · 8 days ago
Text
Bersyukur. Bersyukur. Bersyukur.
Latihan bersyukur ternyata tidak seserhana merasa cukup dan beruntung saja. Ada hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan agar semuanya berjalan dengan semestinya.
Nanti kalau kedepannya akan terjadi seperti ini gimana?
Ah, kekhawatiran adalah penyakit yang sulit dihilangkan dari pikiran. Padahal sudah berkali-kali meyakinkan diri untuk merasa bersyukur. Masih saja ada yang ditakuti di kemudian hari?
Padahal belum dialami. Padahal belum terjadi. Semuanya hanya ketakutan yang terus menghantui.
Itulah penyakit yang tak terlihat tapi mengerikan. Jarang disadari, tau-tau dipikiran sudah ada lagi.
9 notes · View notes
jagagita · 8 days ago
Text
Semakin banyak dipikirkan, justru malah menjadi beban. Itukah dewasa yang sesungguhnya?
Kadang kesederhanaan tidak selalu dimulai dari perilaku. Boleh jadi menyederhanakan cara berpikir bisa membantu banyak permasalahan.
5 notes · View notes
jagagita · 11 days ago
Text
Berkaca pada banyak hal, seringkali manusia melihat terlalu banyak, sehingga ruang bersyukur menjadi sempit.
Mereka yang berlebih harta, dianggapnya tak banyak melewati banyak kehilangan sebelumnya. Sementara yang dibawah, tak mensyukuri nikmatnya kehangatan keluarga yang masih dimilikinya.
4 notes · View notes