Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Feb, 2017 “Aden minta maaf misal ado salah samo waang yo bal, mintak doanyo aden capek sembuh” -- "insyaAllah san, den jugo minta maaf banyak kurang jadi kawan. Ang semangat yo san"- Kurang lebih begitu percakapan terakhirku dengan ihsan, dan semoga Allah menempatkan sahabat kami ini di sisi terbaikNya Agustus 2016, aku kenal ihsan tentu tanpa sengaja. Sebagai sosok dengan postur tinggi, aku sadar betul kehadiranku di kursi depan akan mengganggu teman-teman di belakang, sehingga akhirnya memilih kursi tengah - belakang (masih keliatan papan dan slides kok hehe). Kuliah perdana kami, kelas N-35, teknik nuklir angkatan 2016 saat itu adalah Gambar Teknik. Kelas dimulai pukul 07.30, dan kami para maba bersemangat dan idealis ini sudah hadir 15 menit sebelum kelas dimulai. 10 menit setelah kelas berlangsung, datang lelaki yang berperawakan khas melayu. Mumpung ada bangku kosong di sebelahku, ia langsung duduk dan kami berkenalan dengan cara paling laki. Mengernyitkan dahi ke atas dan menyebut nama masing-masing dan bersalaman. Selesai kelas, barulah kami berbincang sejenak, hingga akhirnya aku dapati ia berasal dari provinsi yang sama denganku, sekolah yang sejenis tipenya dengan sekolahku, dan alasan yang mirip memilih nuklir denganku. "Den nak buat reaktor fusi macam iron-man tu bal",-- yang tentu kusambut dengan tawa karena persis sekali alasan ini yang kugunakan ketika ditanya "why nuclear engineering?". Sejak itu aku dan ihsan beserta satu lagi kawan kami Adib menjadi begitu dekat. Kami sering berdiskusi, belajar, dan mencari buka gratisan bersama, dan mengikuti rangkaian ospek bersama. Oktober 2016 "Den daftar KM ni bal, ang daftar ndak?"-- "Aden ndak do san, nak daftar BEM FT ajo nampaknyo ni"- "Ha mantap tu, nantik aden jadi ketua KM, ang jadi ketua BEM yo"-- "Hee panjang mimpi ha, tapi aminkanlah dulu se ndak"- Desember 2016 Libur semester perdana menyerang. Aku yang saat itu sudah dapat warning dari orangtua untuk pulang tiap semester sudah membeli tiket jauh hari sebelum keberangkatan. "Ang bilo balek san? samo lah yok aden beli tiket tanggal xx ha" - "Alah dah habis ni bal (sambil menunjukkan aplikasi book flight order yang penuh). Ndak bisa awak samo, aden minggu depannyo se lah"-- "Ha okelah, ketemu di sano awak nantik e"-
Februari 2017 Selama januari, isan tidak membalas satupun pesan lineku saat itu. Bahkan hingga februari, jadwal kuliah semester baru masuk, ia pun belum hadir dan mengisi KRS saat itu. DPA yang mengetahui kami teman baik lantas bertanya pada saya, namun saya tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan.
Hingga akhirnya kabar itu datang, 5 Februari 2017 Orangtua ihsan menelpon DPA kami dan mengabari kabar ihsan. Ihsan didiagnosa terkena kanker otak dan harus dirawat di RS pasca operasi.
I was calmed outside, but broke piece after piece inside. Di saat itu aku merasa terkena petir di siang bolong. Bagaimana mungkin, ihsan yang selama ini terlihat baik-baik saja, selalu tertawa ketika bersama, menyimpan rasa sakit yang mungkin aku tidak bisa menahannya namun ia bisa menjaganya begitu lama. Semakin menyakitkan, ketika aku baru mengetahui bahwa rasa sakit kepalanya mulai menjadi-jadi sejak ia di pesawat penerbangan balik ke Pekanbaru. Momen yang seharusnya aku bisa ada di sampingnya saat itu, namun malah tidak ada. Yang mungkin jika aku di sana menemaninya, mungkin ada hal berbeda dan tidak harus sampai begini. Minimal, ia tidak harus merasakan dan melewati semuanya sendiri. Padahal kami tau, sesama rantau kami harus berbagi, baik itu bahagia maupun derita. I kept thinking I wasn't a good friend for you eventhough you insist that I am a good fellow of yours. ____________________________________________________________ San, dah banyak tahun berganti, banyak pula cerita lama yang pernah kita impikan terjadi. San, kau inspirasi ketika kami membuka sesi konseling psikologi pertama di FT UGM, karena sejak itu aku tau, ada hal yang tidak bisa kita ceritakan bahkan ke teman terdekat, namun tetap butuh ditumpahkan dan disolusikan. Sejak itu pula aku bertekad membantu agar tidak ada lagi hal seperti ini terjadi, minimal kita kurangi dan aku tau itu juga yang kau inginkan pasti san. San, maaf aden belum bisa jadi kawan baik untuk kau. Masih sering kepala batu dulu, sampai sempat ndak betegur 3 hari. Makasih dah mau jadi kawan baik, berdiskusi, dan ngasi hikmah yang banyak untuk aden. San, kau kawan baik. Salah satu yang terbaik yang pernah kami punya. Kami sayang kau, namun Allah lebih sayang sama kau ya san. Semoga kau udah tenang dan lapang di sana ya san. InsyaAllah doa kami terus dilangitkan untuk sahabat terbaik kami. Alfatihah... 7 tahun meninggalnya sahabat kami, Ihsan Maulana Nooreza.
1 note
·
View note
Text
Only Us
I don't need you to sell me on reasons to want you I don't need you to search for the proof that I should You don't have to convince me You don't have to be scared you're not enough 'Cause what we've got going is good
I don't need more reminders of all that's been broken I don't need you to fix what I'd rather forget Clear the slate and start over Try to quiet the noises in your head We can't compete with all that
So what if it's us? What if it's us And only us And what came before won't count anymore or matter? Can we try that?
What if it's you And what if it's me And what if that's all that we need it to be And the rest of the world falls away? What do you say?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
I never thought there'd be someone like you who would want meSo I give you ten thousand reasons to not let me go But if you really see me If you like me for me and nothing else Well, that's all that I've wanted for longer that you could possibly know
So it can be us It can be us And only us And what came before won't count anymore or matter We can try that
It's not so impossible
Nobody else but the two of us here
'Cause you're saying it's possible
We can just watch the whole world disappear
'Til you're the only one I still know how to see
It's just you and me
It'll be us It'll be us And only us And what came before won't count anymore
We can try that You and me That's all that we need it to be And the rest of the world falls away And the rest of the world falls away
The world falls away The world falls away And it's only us
0 notes
Text
DAY 3 & 4: Al fatihah - Surat yang sarat kemuliaan
”Kalau sudah lancar ini, insyaAllah bacaan qur’an kalian juga ikut membaik, karena 80-85% hurufnya ada di surat ini, jadi ayo usahakan yang terbaik terus.” Di dua hari terakhir ini, kami lagi-lagi diberi kesempatan oleh Syaikh Thyazen untuk mempraktikkan langsung di hadapan beliau ayat ke 4-7 surah yang dimuliakan ini. Seperti biasa, syaikh memberikan contoh terlebih dahulu kepada seluruh muridnya cara melafalkan ayat-ayat tersebut dengan baik. Setelah itu, syaikh memanggil nama kami secara bergantian untuk mencoba dan langsung mengoreksi bacaan yang kurang tepat. Setelah sesi bersama syaikh selesai, kami kembali masuk ke room bersama mentor untuk melancarkan lagi bacaan kami. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, saya sangat bersyukur dan senang bisa mengikuti agenda kebaikan ini. Semoga Allah memudahkan kita dalam proses belajar untuk terus dekat denganNya lewat firman-firmanNya, aamiin ya mujiib
1520, Sby
0 notes
Text
Day 2: Al fatihah - surat yang sarat kemuliaan
”Kang Iqbal kurang di sini nih kang, ayo coba lagi sampe minimal mendekati bener ya kang”, begitu ucap mentor kami ketika kami mencoba melafalkan surah al fatihah. Di hari kedua ini, kami semua diminta melakukan talaqqi ayat ke 4-7 surah al fatihah secara serial satu per satu. Setelah mendengar teori dan contoh dari Ust Jafar, satu per satu kami pun diminta mencoba mengulanginya. Alhamdulillaah dengan bantuan dan izin Allah, kami masih diberi kesempatan untuk membuat kesalahan dan dikoreksi langsung untuk kemudian diulangi hingga benar. Lagi dan lagi saya dibuat takjub dengan sosok-sosok mentor, guru, syaikh, ustadz, yang tidak kenal lelah dan letih untuk mengingatkan murid-muridnya jika melakukan kesalahan. Padahal tidak jarang kita sebagai murid malah malas-malasan, tidak memberikan ikhtiar terbaik dan cenderung “apa adanya” dengan dalih cukup untuk bertawakkal. Padahal jika mengingat jaman sahabat dulu, ikhtiar adalah salah satu hal yang terus ditekankan Rasulullah sebelum hambanya bertawakkal. Karena dengan ikhtiar terbaik dan pantas itulah kita menjadikannya hujjah kepada Allah, untuk kemudian bisa bertawakkal dengan sepenuh hati.
Jadi, sudah ikhtiar terbaik belum hari ini?
1520, Sby
0 notes
Text
Opening MPM batch3 Shafa Community
Surabaya seperti biasanya, masih dengan terik panas nan menyengat di bulan Oktober ini. Di tengah teriknya itu, sebuah pesan singkat masuk di instagram saya. Pesan itu datang dari salah satu teman baik saya (terimakasih banyak, orang baik), dengan konten postingan program Muslim Professional Mentorship (MPM) dari sebuah komunitas bernama Shafa. Iqbal (re: me), yang senang dengan program-program pengembangan diri dan kebetulan sedang sedikit banyak lost saat itu langsung mencari tahu terkait shafa dan programnya. Usut punya usut, ternyata shafa ini didirikan oleh alm. ust Arief Munandar (semoga Allah menempatkan beliau di sisi terbaikNya), sosok yang sangat lekat dengan pembinaan, kaderisasi muda-mudi muslim untuk menjadi profesional, cendikia, dan tangguh dengan berbagai platformnya seperti Rumah Kepemimpinan, Rumah Peradaban, dan shafa community. Lantas setelah mempertimbangkan dengan matang, termasuk kesiapan dan komitmen mengikuti komunitas ini saya pun mendaftarkan diri.
Tanggal 19 November waktu dinihari, saya mendapat pesan dari Aldho, teman seperjuangan di Baktinusa yang mengonfirmasi sebuah screenshot dari postingan instagram terkait kelolosan program MPM shafa, “ini ente akhee?” tanya Aldho. Saya yang saat itu sedang tidak membuka instagram agak terkejut, karena sedikit lupa kapan pengumuman harusnya. Namun lagi-lagi Allah selalu punya cara untuk mengingatkan dan memberi tahu hambaNya.. Alhamdulillaah Allah merezkikan saya untuk menjadi bagian dari keluarga shafa community ini.
25 November menjadi hari perdana kami, 72 orang mengikuti program MPM ini. shafa dengan tiga nilai utama untuk membentuk muslim profesional yakni tangguh, cerdas, dan kontributif dengan semangat berorientasikan pada Allah. Kami juga dibagi menjadi kelompok mentoring dengan mentor-mentor yang sudah memiliki banyak asam garam dalam dunia profesional dan syiar. Saya bersama lima rekan lainnya mendapat kesempatan untuk dimentori langsung oleh Bang Jodhi Sardjono (Presiden Shafa Community, Digital Entrepeneur, Ketua Asosiasi Blockchain Syariah Indonesia) yang dulunya sempat dimentori langsung oleh alm. ust. Arief Munandar selama 6 tahun lebih. Salah satu pesan Bang Jodhi yang sempat saya diskusikan dengan teman saya juga adalah pentingnya wakaf dan sedekah. “Wakaf tuh kayak win-win solution, kita investasi di dunia tapi di akhirat juga dapat balasanNya”, ucap Bang Jordhi. Bahwa akan putus semua amalan manusia ketika meninggal kecuali tiga perkara yakni ilmu yang bermanfaat, doa anak yang shalih, dan sedekah jariyah". (keinginan agar bisa seperti abdurrahman bin auf skyrocketing 🐱🏍🐱🏍🐱🏍 )
Kelompok kami sangat beragam dan jujur saya bangga sekaligus sedikit inferior melihat rekan-rekan di kelompok, ada yang sudah postdoc di UK, serial entrepreneur yang autopilot, Ketua Lembaga Zakat di suatu kota, hingga Associate di salah satu big 4 firms. Sudah pasti akan banyak ilmu, pengalaman, dan kesempatan yang bisa kami dapatkan selama tiga bulan bersama kedepan.
Setidaknya kami memiliki tiga keresahan yang sama untuk bergabung di program ini, yakni:
Kebutuhan akan lingkungan yang islami dan saling mengingatkan dalam kebaikan
Kesempatan berjejaring dan memiliki mentor yang handal
Bingung akan rencana hidup dan ingin mengembangkan diri dengan orientasi yang lebih benar (dari Allah, untuk Allah)
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)
Bismillaah, semoga agenda yang kami ikuti kedepannya diberkahi Allah dan dapat membantu kami menjadi pribadi yang lebih baik dan teman yang dapat diandalkan dalam jalan kebaikan.
#ShafaCommunity #Moslem #Professional
0 notes
Text
DAY1: Al fatihah, Surat yang sarat kemuliaan
“Maukah aku ajarkan engkau surat yang paling mulia dalam Al Qur’an sebelum engkau keluar masjid?”
Lalu beliau memegang tanganku, maka ketika kami hendak keluar, aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengatakan, “Aku akan mengajarkanmu surat yang paling agung dalam Al Qur’an?”
Beliau menjawab, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam) dan Al Qur’an Al ‘Azhim (Al Qur’an yang mulia) yang telah diberikan kepadaku.” (HR. Bukhari no. 5006)
Kurang lebih dalil inilah yang menjadi landasan begitu pentingnya bagi kita sebagai muslim untuk belajar lebih baik membaca, melafalkan, dan memahami makna Ummul Qur’an ini. Alhamdulillah, di jum’at malam kemarin Allah memberi kesempatan untuk bisa mengikuti rangkaian daurah al-fatihah yang dibina langsung oleh Syaikh Thyazen Alhakimi (semoga Allah menjaga dan melindungi beliau). Sedikit intro terkait beliau, syaikh adalah pria berkebangsaan Yaman yang sudah menyandang gelar Doktoral, polyglot (Indo, Arab, Prancis, Sunda/?) serta memegang sanad 10 qira’ah dan sanad kitab tajwid. Sekarang di samping pekerjaan utama sebagai seorang dosen di UNISBA, syaikh juga sibuk mengisi agenda-agenda dakwah dalam kesehariannya.
Di hari pertama, syaikh langsung menjabarkan teori serta praktik pelafalan al fatihah yang mendekati cara Rasulullah melafalkannya. “tidak usah banyak-banyak, tiga ayat dulu saja per hari”, begitu ucap beliau kepada kami yang mengikuti agenda ini. “yang penting kalian serius, luruskan niat, dan bersungguh-sungguh dengan upaya terbaik karena wallahi banyak keutamaan yang bisa didapat setelah kalian bisa melafalkan ini dengan benar” lanjutnya. Setelah menjelaskan teori dan mempraktikannya, syaikh meminta seluruh muridnya mencoba satu-satu melafalkannya. “Tentu hal yang wajar jika ada kesalahan, itulah kenapa kita belajar dan saya di sini untuk membantu kalian” ucap syaikh mengakhiri sesinya.
Penulis sudah pasti tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan tersebut, namun alhamdulillaah di situlah nikat dari proses belajar bukan? Diingatkan lagi tentang pentingnya makharijul huruf yang benar, syiddah, dan hal-hal lain yang kembali mentrigger penulis untuk tidak setengah-setengah melafadzkan ayat-ayat suciNya.
Salah satu teman penulis pernah memberikan secarik sticky notes dengan tulisan “Al-Istiqomah khoirun min alfi karomah”, bahwa Istiqamah lebih baik daripada seribu karomah. Semoga Allah menjaga hati dan niat kita untuk terus bisa istiqomah di jalanNya selalu. Aamiin Ya Mujib -1520, Sby
0 notes
Text
I want it all I want it now Forget about the consequences I know that it's bad, it's better to wait But sometimes I can be selfish And the only sound I hear is right now And all my patience gets locked out I know that it's wrong And I want to change I need You here with me Big lights pull me in every time And it's so hard to break a pattern But I see it clear, what's deep inside Is the only thing that really matters So tell me how, "How to turn it around?" Before my senses hit the ground Cause I know that's it's wrong And I want to change I need You here with me Save me from myself Cause I tripped and fell And there is nothing, nothing That I won't do Save me from myself Cause I need Your help And now I'm running, running Back to You
Allah, Allah, Allah Save me from myself Lord, I need Your help
Allah, Allah, Allah Save me from myself Allah, Allah, Allah Save me from myself
0 notes
Text
My mother noticed a random smile from me intrigued, she asked what it was I was going to lie and respond "I smiled just because" but I was thinking of you so I told my mother the truth and to this day, she asks about you.
0 notes
Text
She spoke about her day and for a second I saw my future in her eyes I could get used to this her speaking about her day and I admiring her in every way.
0 notes
Text
It’s true I find every excuse to text you. You’re fun to talk to. I enjoy the effort and your life views.
0 notes
Text
Vienna - a reflection
Slow down you crazy child You're so ambitious for a juvenile But then if you're so smart tell me Why are you still so afraid? (mmmmm)
Where's the fire, what's the hurry about? You better cool it off before you burn it out You got so much to do and only So many hours in a day (Ay)
But you know that when the truth is told That you can get what you want Or you can just get old You're gonna kick off before you even get halfway through (Oooh) When will you realize, Vienna waits for you?
Slow down you're doing fine You can't be everything you want to be before your time Although it's so romantic on the borderline tonight (tonight)
Too bad, but it's the life you lead You're so ahead of yourself that you forgot what you need Though you can see when you're wrong You know you can't always see when you're right (you're right)
You got your passion, you got your pride But don't you know that only fools are satisfied? Dream on, but don't imagine they'll all come true (Oooh) When will you realize, Vienna waits for you?
Slow down you crazy child Take the phone off the hook and disappear for a while It's alright, you can afford to lose a day or two (oooh) When will you realize, Vienna waits for you?
And you know that when the truth is told That you can get what you want or you can just get old You're gonna kick off before you even get halfway through (oooh) Why don't you realize, Vienna waits for you?
When will you realize, Vienna waits for you?
-----
Pertama kali denger nih lagu bukan versi ori, tapi versi covernya Ben Platt di film The Politician. Lagunya tuh slow, asik, dan cara Ben Platt bawainnya bikin vibes dan emosinya kerasa ke pendengarnya, apalagi kalau tau plot cerita The Politiciannya hehe.
Waktu dengar lebih detil lagunya dan coba memahami maknanya, ga bisa dipungkiri relate banget sama kehidupan, terutama mereka yang muda dan berambisi (apalagi gen Y Z yang FOMO an hehe, talking to myself).
Lagu Vienna dari Billy Joel mengajarkan kita untuk tidak terlalu terburu-buru dalam meraih impian kita. Berhentilah sejenak dan nikmatilah hidup, jangan sampai terlalu sibuk dengan masa depan hingga lupa menikmati masa sekarang. Terkadang, kita terlalu terobsesi dengan kesuksesan sehingga lupa bahwa hidup itu lebih dari sekadar meraih impian.
Jangan percaya kalau kamu bisa mendapatkan segala sesuatu yang kamu inginkan, atau kamu akan menjadi tua sebelum mencapai setengah jalan ke sana. Sebaliknya, nikmatilah perjalananmu dan jangan terlalu menekan dirimu sendiri. Ingatlah bahwa hidupmu adalah tentang perjalananmu, bukan tentang tujuanmu.
Jadi, jika kamu merasa terlalu terburu-buru dalam hidupmu, cobalah untuk melambat sejenak dan menikmati momen-momen kecil sebelum kamu terlalu terobsesi dengan masa depanmu.
At the end life is about the journey, not the destiny.
0 notes
Text
Catatan dari Derawan#1
“The purpose of life is to live it, to taste experience to the utmost, to reach out eagerly and without fear for newer and richer experience.” (Eleanor Roosevelt)
Kayaknya udah lama banget ngga nulis. Karena bakal lebih banyak cerita, jadi jangan berekspektasi bahasa formal dengan critical note terhadap isu tertentu (halaah).
Jadi di pertengahan Februari kemarin, tepatnya tanggal 16-19 Februari aku dan beberapa teman mendapat kesempatan menapakkan kaki di Pulau Derawan. Ada yang pernah dengar? Kalau belum, lengkapnya cek di sini yaa! Jadi Kepulauan Derawan ini salah satu objek wisata bahari yang berada di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Nah dari definisinya aja ada kata-kata bahari nih, sudah pasti objek-objek wisatanya berkaitan dengan laut. Biar ngga lama-lama, emang kita pada kemana aja sih? Yuk check it out!
DAY 1 Keberangkatan dimulai hari kamis. Kami berangkat pukul 5 pagi dari Bandara Juanda, Surabaya menuju Bandara Sepinggan, Balikpapan. Setelah tiba di Balikpapan pukul 7 waktu setempat, kami transit dan melanjutkan penerbangan pukul 10 pagi ke Bandara Juwata, Tarakan. Kami tiba di Tarakan sekitar pukul 12 siang. Di Tarakan kami langsung menuju resto setempat untuk makan siang. Dari sini sudah mulai terasa “nuansa” wisata bahari yang akan dirasakan karena hidangan yang tersaji mulai ada masakan laut. Berasa di rumah sih, karena emang bahan makanan dan cara penyajiannya mirip-mirip (bedanya warna air laut di rumah tidak biru 🙂). Sehabis makan, kami lanjut lagi dong jalan ke Derawan. Nah buat ke Derawan, kita mesti nyebrang lagi dengan speedboat! Perjalanan memakan waktu kurang lebih 2-3 jam, daan it’s fun! 😂 Dengan kondisi gelombang yang kebetulan sedang tinggi, jadi deh naik speedboat berasa banana boat/wahana dufan yang naik turun di waktu yang sama. Kita berangkat sekitar jam 14 dan tiba di Derawan jam 16.30an. Nah setiba di pulau derawan, kita langsung disambut oleh dua orang tour guide yang aneh, nyentrik, kocak, tapi keren poll, yakni Bang Ricky dan Bang Asri dari Happy Vacation Trip (HVtrip). Kita langsung masuk ke resort buat naruh barang, ibadah, dan rehat sejenak. NAAH, setelah melewati seluruh elemen perjalanan (darat, laut, udara 😆), dengan fisik yang udah capeek banget karena perjalanan hampir seharian, kita diajak untuk menikmati pantai pasir pulau gusung. Kurang lebih siih ini pulau yang kecil banget dan ada di tengah laut gitu, jadi langsung dikelilingi sama laut, and it is delightful.. Kayak capek dan lelah tuh terbayarkan setelah ke tempat ini.. Meskipun ada yang sempat sambat “kok koyok ngene perjalan e” dan kalimat dengan nada serupa, semua berubah pas nginjekin kaki ke sini jadi “ya ampun bagusnyaa”. Ga ada lagi sambat-sambat, langsung senang, keliatan pada MKKB (masa cilik kurang happy) 🤣. Setelah sunset, kita balik ke resort, ibadah, makan malam, dan istirahat karena masih ada perjalanan hari kedua yang panjaang. Penasaran kaan hari kedua gimana? Hehe ditunggu episode selanjutnya yaa, ciao!
0 notes
Text
Laut Bercerita: A refreshment, reminder and recall
“Matilah engkau mati”. “Kau akan lahir berkali-kali.”
Kisah Laut Bercerita dibuka dengan nukilan puisi Soetardji Calzoum Bachri yang diberikannya kepada penulis. Cerita ini diangkat dari kejadian “hilangnya” 13 orang aktivis (hingga sekarang) yang rela mengorbankan dirinya demi mengembalikan ruh demokrasi bagi bangsa ini.
Novel Laut Bercerita berlatar belakang sosial budaya dan peristiwa sejarah pada rentang tahun 1991-2000, berkisah tentang perjuangan aktivis mahasiswa bernama Biru Laut dalam upayanya bersama rekan-rekan sesama mahasiswa menggulingkan kediktatoran pemerintahan yang berkuasa lebih dari 3 dekade pada saat itu di Indonesia. Biru Laut adalah implementasi dari aktivis-aktivis mahasiswa pada masa itu yang ikut menyuarakan kepentingan-kepentingan rakyat yang ditindas oleh pemerintah yang otoriter. Pelarian dari satu tempat ke tempat yang lain dalam mencari keamanan diri dari kejaran aparat hingga ketiadaan kabar atau hilangnya aktivis-aktivis mahasiswa merupakan narasi sejarah yang dihadirkan di dalam novel Laut Bercerita. Banyaknya kebijakan-kebijakan yang diputuskan dan tidak berpihak kepada rakyat juga menjadi persolan yang diangkat di dalam novel Laut Bercerita ini.
Cerita ini mengangkat kembali memoar dan semangat yang sempat “kupinggirkan” karena realitas kehidupan yang menghantam. Namun membaca buku ini membawa lagi semangat, ingatan, hingga pemikiran akan problematika yang ada di bangsa ini. Secara utuh buku ini mampu menggambarkan bagaimana buruknya perlakuan pemerintah kala itu terhadap sosok-sosok yang bergerak secara akar rumput untuk mengembalikan semangat demokrasi di Indonesia. Pada kesempatan ini, izinkan saya sedikit mengambil beberapa pembelajaran penting dari hasil refleksi bacaan ini.
1. Every action that we take exacts a cost and produces consequences. Nothing can be undone.
F aksi = -F reaksi. Untuk setiap aksi yang dilakukan, akan selalu ada reaksi yang datang dengan arah yang berbeda. Hukum III Newton sudah cukup meringkas apa yang disampaikan dalam buku ini. Seruan solidaritas, gerakan, aksi massa yang dilakukan Laut, Lintang, dkk. sudah barang tentu akan mendapat perlawanan pula dari pihak yang merasa ditantang. Sayang seribu sayang, iklim demokrasi saat itu (diceritakan dalam buku ini) begitu buruk dan tidak menguntungkan rakyat sebagai pemegang penuh kekuasaan dalam konsep demokrasi itu sendiri. Bukan sekali dua kali, namun berkali-kali Laut dkk. ditangkap, disiksa, “diberi pelajaran” karena usaha mereka mengembalikan demokrasi bangsa dirasa mengganggu otoritas pemerintahan saat itu. Pertanyaan seperti “siapa yang mendalangi kalian?” seolah menjadi deja vu bagi sebagian aktivis mahasiswa masa kini. Isu dalang mendalangi selalu ada, seolah-olah mahasiswa sebegitu rendahnya sehingga menjadi alat untuk kendaraan politik belaka.
2. Dreams do come true, if only we wish hard enough. You can have anything in life if you will sacrifice everything else for it
Dalam praktiknya, sudah barang tentu banyak hal yang dikorbankan untuk menggapai mimpi. Apalagi jika mimpi tersebut mengharuskan kita “melawan” entitas yang begitu besar, kuat, dan berkuasa. Aku sangat tergelitik dengan cerita bagaimana Asmara (Adik Laut) selalu menggoda sang Kakak dengan celetukan “Yang paling ingin membela bangsa” atau kalimat sejenisnya. Entahlah, sepertinya karena aku pernah mendapat “pujian” dengan maksud yang sama. Pengorbanan itu tertuang dalam berbagai hal. Dalam kasus ini, Laut dkk mengorbankan akademik kampusnya, waktu, tenaga, materi, kisah romansa, hingga waktu bersama keluarga. Bersolidaritas bersama rakyat seperti menjadi aktivitas healing bagi mereka. Hingga akhirnya beberapa di antara mereka “hilang” dan tidak kembali hingga sekarang. Begitulah mimpi mewujudkan demokrasi yang mereka inginkan untuk bangsa tercapai, namun dengan pengorbanan yang sungguh besar pula.
3. Loyalty is hard to find. Trust is easy to lose. Actions speak louder than words.
Sedih, kecewa, marah, semua emosi tersebut membaur menjadi satu saat Laut mengetahui ternyata rekannya di Winatra merupakan antek-antek pemerintah yang menyebabkan tertangkapnya ia dan rekan-rekan lain. Gusti, sosok penggemar fotografi dengan flash yang ia kira loyal dan berbagi visi yang sama, ternyata merupakan pengkhianat di organisasi tersebut. Lagi-lagi buku ini mengingatkan bahwa membangun solidaritas, gerakan, harus berhati-hati terhadap segala bentuk pengkhianatan. Tidak jarang, organisasi seperti ini memiliki banyak “ring” untuk memastikan alur informasi terdistribusi dengan baik dan menghindari serigala berbulu domba. Mencari orang-orang yang loyal memang sungguh sulit, aku pun belum mengetahui caranya. Namun sekali kita menemukannya, maka yakinlah mereka akan selalu ada di sisi kita.
Pada akhirnya, buku ini merupakan bacaan yang baik bagi rekan-rekan yang ingin mengetahui tragedi penghilangan paksa aktivis di era 90an dengan narasi yang menarik dan mudah dicerna. Bacaan yang mengingatkan bahwa masih ada PR setelah kembali merebut sistem demokrasi, memastikan penegakan dan implementasinya berjalan dengan baik.
1 note
·
View note
Text
Menatap Ruang Demokrasi Indonesia
Reformasi telah membawa angin segar bagi kehidupan demokrasi dan bernegara di Indonesia. Perkembangan demokrasi di Indonesia terjadi dengan cepat. Dalam studi yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada dengan Oslo University dalam penelitian yang berjudul Power, Wealth and Democracy (PWD) disebutkan bahwa terdapat kemajuan yang cukup berarti terutama terkait dengan kebebasan sipil dan kebebasan politik. Survei yang dilakukan menunjukkan bahwa 50 persen informan mengatakan lembaga-lembaga yang berperan untuk memajukan kebebasan sipil dan politik serta pemilu menjalankan tugas dengan cukup baik. Tidak demikian untuk bidang penegakan hukum (rule of law) dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang masih dalam kondisi mengenaskan. Catatan khusus juga pada lembaga yang seharusnya mewakili kepentingan rakyat (merepresentasikan rakyat) sama buruknya atau bahkan lebih parah. Implikasi dari kegagalan representasi tersebut adalah kelemahan dalam penegakan hukum dan tata kelola pemerintahan.
istilah ‘demokratisasi di Indonesia mandeg’ digunakan Olle Turnquist guna menjelaskan kondisi demokrasi di Indonesia. Kita juga menyaksikan demonstrasi secara masif oleh para mahasiswa di akhir tahun lalu yang dikenal dengan aksi ‘reformasi dikorupsi’. Dua judul tersebut saling berhubungan. ‘Reformasi Dikorupsi’ adalah ungkapan mendalam untuk menggambarkan kondisi demokrasi di Indonesia dan mandegnya demokratisasi di Indonesia. Tuntutan para mahasiswa jelas menggambarkan bahwa agenda reformasi belum kunjung selesai. Reformasi justru dikorupsi, agenda reformasi dan demokratisasi justru dibajak. Jika kita mengacu dengan thesis yang diungkapkan oleh Jeffrey Winters dan Vedi Hadiz maka akan ditemukan benang merah mengapa demokrasi di Indonesia mandeg.
Jeffry Winters memberikan thesis bahwa ruang demokrasi di Indonesia direbut dan dikuasai oleh Oligarki. Dalam International Encylopedia of Social Sciences ,oligarki didefinisikan sebagai “bentuk pemerintahan dimana kekuasaan berada di tangan minoritas kecil”. Namun, Winters (2011) menyatakan bahwa oligarki memilki dua dimensi. Dimensi pertama adalah oligarki memiliki dasar kekuasaan yaitu kekayaan material (orang-orang yang menguasai sumberdaya alam). Dimensi kedua, Oligarki memilki jangkauan kekuasaan yang luas dan sistemik, meskipun dirinya adalah minoritas dalam suatu komunitas. Sejatinya tidak ada perubahan berarti sejak berakhirnya rezim orde baru kecuali bahwa Indonesia tidak lagi dipimpin oleh diktaktor. Justru dengan adanya desentralisasi dipasca-reformasi hal tersebut memudahkan para oligarki untuk mendapatan akses ke kontrak dan konsensi melalui politik. Vedi Hadiz dan Ricard Robinson (2004) memiliki argument yang sama bahwa jejaring kekuasaan oligarki sebagai kekuatan sosial yang dibangun sejak Orde Baru tidak otomatis kehilangan kekuasaanya. Jejaring kekuasaan oligarki itu tetap menjadi kekuatan sosial dominan pasca Orde Baru. Ricard Robinson dan Vedi Hadiz dalam bukunya yang berjudul “Reorganizing Power in Indonesia : The Politics of Oligarcy in an Age of Market “memberikan penjelasan bahwa oligarki telah bertransformasi menyesuaikan konteks politik Indonesia pasca reformasi.
Di tahun 2020 ini Riau merupakan salah satu daerah yang akan melaksanakan pemilihan kepala daerah secara serentak. Ada 9 dari total 12 Kabupaten/Kota yang akan menghadapi pemilihan serentak kali ini diantaranya Kabupaten Kepulauan Meranti, Indragiri Hulu, Bengkalis, Pelalawan, Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Rokan Hilir, Siak, dan Kota Dumai. Berbagai jenis konstelasi politik pun sudah terlihat di daerah-daerah tersebut. Baliho sudah tersebar dimana-mana, kampanye sebagai calon kepala daerah bahkan sudah dimulai sebelum masa kampanye itu sendiri diresmikan oleh KPUD. Besarnya animo masyarakat pada pemilihan presiden di tahun silam merupakan salah satu bentuk proaktif dalam agenda demokrasi di Indonesia. Animo ini harusnya dapat dipertahankan ketika masuk ke pilkada daerah masing-masing. Multiplier effect yang dimunculkan akibat computational propaganda yang sangat masif memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih peduli dengan perkembangan dan kemajuan daerahnya. Jangan sampai ruang demokrasi yang sudah terbuka dengan luas ini tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Proses check and balance kepada pemerintahan merupakan suatu kewajaran, namun harus diikuti dengan moralitas yang baik pula. Jangan lagi masyarakat kita memilih hanya karena rupa, ataupun kalender yang dibagikan, maupun instrumen politik yang sifatnya materil belaka. Ada rekam jejak yang bisa ditelaah, narasi politik yang bisa kita bedah bersama, serta hal-hal substansial lain yang lebih penting untuk kita kedepankan demi kemajuan dan perkembangan daerah kita.
. Berdasarkan data dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tercatat Provinsi Riau merupakan daerah dengan persentase dengan jumlah pemilih paling kecil pada pilkada serentak tahun 2018 lalu, bersama Kalimantan Timur di angka 58 persen. Jumlah pengguna hak pilih sebanyak 2,14 juta dari jumlah DPT Riau yang mencapai 3,6 juta lebih pemilih. Fakta yang cukup ironis ini menjadi tugas besar bagi Komisi Pemilihan Umum Daerah untuk meningkatkan persentase tersebut. Berkaca pada salah satu kabupaten yang kepala daerahnya sudah double winner di dua periode yang berbeda menjadi tersangka kasus korupsi oleh KPK, tentu hal-hal seperti ini harus kita cegah sedini mungkin. Jangan sampai ruang demokrasi kita stagnan, dan hidup hanya ketika ada kontestasi politik belaka. Padahal, sejatinya proses demokrasi harus selalu aktif agar tidak tercipta oligarki di daerah tersebut.
Kolaborasi antara masyarakat dengan berbagai golongan usia menjadi kunci penting bagi terciptanya ruang demokrasi yang lebih baik. Penggunaan sosial media dalam kampanye, penyebaran berita, diskusi, menjadi saran penting dan harus dapat digunakan secara bijak. kementerian komunikasi dan informasi menyampaikan bahwa penyebaran hoaks terjadi pada masyarakat di usia 45 tahun ke atas. Di sini generasi muda yang dikenal milenial harus mampu mengimbangi dan mengingatkan perlunya proses cek kebenaran suatu berita/kejadian. Hal ini penting agar masyarakat tidak lagi tersugesti dengan hal-hal yang hanya mengundang sensasi namun tidak memiliki substansi. Ruang demokrasi ini harus terus diasah dan dimulai dari sejak dini.
Pada intinya, hari ini ruang demokrasi kita tidak menjadi titik temu masyarakat. Ruang demokrasi kita dibajak dan dikorupsi. Ae Proyono menjelaskan bahwa demokrasi memilki tiga elemen penting. Tiga elemen penting tersebut adalah kedaulatan rakyat yang dapat dilihat dari partisipasi rakyat; kedua, kompetisi politik, ketiga partisipasi atau kontrol publik. Namun, pelaksanaan demokrasi kita hari ini hanya dimaknai sebagai kompetisi politik. Kompetisi politik yang hanya dimaknai sebagai pemilu (demokrasi prosedural). Pada akhirnya demos tidak menjadi demos pada mestinya, demos hanya menjadi voters. Ruang demokrasi pada akhirnya dibajak dan dikorupsi. #ReformasiDikorupsi #PilkadaSerentak2020
2 notes
·
View notes