Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
2019 dan Pertemuan yang Mengejutkan
I'm sorry I met you darling I'm sorry I met you As she turned into the night All he had was the words "I'm sorry I met you darling I'm sorry I left you"
The Meeting Place - The Last Shadow Puppets
Akhir-akhir ini aku selalu memutar lagi TLSP yang berjudul The Meeting Place. Bahkan sampai aku loop seharian. Mungkin karena musik dan liriknya hampir relate dengan kondisi saat ini.
Tahun 2019 bisa dibilang tahun yang bangsat tapi juga menyenangkan. Banyak kejutan yang tak terduga di tahun ini pokoknya. Terutama di bagian bertemu dengan orang-orang random, orang lama ataupun orang baru. Orang-orang datang dan pergi dengan cepat berpamitan ataupun tidak. Mulai dari gebetan yang sudah 2 tahun menghilang tiba-tiba menghubungi lagi sampai bertemu sama pembaca tarot yang akhirnya jadi teman baik.
Proses bertemu orang-orang selalu membuat aku takjub saat aku membayangkan gimana kita bertemunya. Spotan, random, dan yang pasti menyenangkan *padahal ada juga yang menyedihkan tapi diambil hikmahnya aja :p* Tapi dari semua pertemuan itu ada hal yang paling penting, yaitu People come and go. Kita tak bisa membuat orang-orang yang ada di hidup kita ada selalu di samping kita. Toh setiap orang yang kita jumpai punya tujuannya masing-masing di dalam hidup kita. Tak ada yang sia-sia dari sebuah pertemuan.
2019 bagiku adalah proses pendewasaan yang benar-benar diterpa badai. Masalah datang bertubi-tubi, gak dikasih nafas. *Mungkin ini yang disebut quarter life crisis.* Belum kelar mikirin masalah kerjaan yang semakin banyak tanggung jawabnya sudah dateng masalah lain yang lumayan nguras tenaga juga. Capek pikiran, batin, dan fisik jadi membuat mood berantakan dan mental breakdown. Tapi dari semua masalah yang ada, aku dipertemukan dengan orang-orang yang benar-benar tak terduga.
Orang-orang ini yang akhirnya menjadi bagian prosesku untuk bisa tetap waras sampai detik ini. Entah apa yang mereka lakukan kepadaku. Aku berterimakasih kepada kalian semua. Sebenarnya aku ingin sekali menceritakan satu per satu tentang mereka. Mungkin lain kali aku bisa menceritakan semua itu di tulisan yang lain karena cerita tentang mereka susah untuk dirangkum menjadi satu cerita, tiap orang yang aku temui di 2019 ini mempunyai keunikannya sendiri - sendiri.
Sekali lagi terima kasih. I am happy I met all of you, entah pertemuan itu sudah berakhir atau masih berlangsung. Ku senang bisa bertemu kalian. Maaf ku tak bisa menyebutkan nama kalian satu per satu, padahal aku ingin sekali menyebutkan nama kalian. Mungkin aku cuma bisa bilang “I love you, guys”. Dan semoga kita tetap bisa bertemu di lain kesempatan untuk yang telah berpisah karena suatu hal.
Pada dasarnya manusia yang kita temui itu datang dan pergi. Cukup di sini untuk rangkuman di tahun 2019. Semoga 2020 mempunyai kejutan yang lebih menarik dan semoga apa yang kita inginkan menjadi kenyataan. Aamiin~
Matur suwun damel tiyang ingkang sampun rawuh lan tindak ing dalem urip kula
0 notes
Text
2018 Pergi, 2019 Datang
Di tahun 2018 penuh sekali kegilaan yang aku lakukan. Mulai dari travelling sendiri sampai resign dari kantor lama secara mendadak. Dan yang pasti tahun ini banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang aku ambil.
2018 dimulai dengan hal-hal yang biasa dengan rencana jalan-jalan dan ikut kelas inspirasi di beberapa kota. Tapi rencana itu berubah menjadi sedikit menggila ketika ada seorang teman yang tiba-tiba menelponku dan memberikan tawaran pekerjaan di perusahaan barunya. Hal ini yang paling konyol sih menurutku. Karena saat itu interview dan nego gaji berjalan dengan sangat-sangat singkat, bisa dibilang kurang dari 15 menit. Dan aku mendapat tantangan yaitu disuruh mengajukan resign di hari itu juga. Aku menerima tantangan itu karena pekerjaan yang ditawarkan cukup menarik apalagi dengan jam kerja dan gaji yang lumayan.
Akhir februari 2018, aku resmi keluar di kantor lama yang menurutku lumayan menjadi zona nyaman tapi pada akhirnya aku memutuskan keluar karena mencari sesuatu yang tak bisa aku peroleh di kantor lama. Dan sekarang di kantor yang ini aku mendapat tanggung jawab yang lebih dari sebelumnya. Hal itu membuatku mendapatkan pengalaman baru.
Awal puasa tahun 2018, aku akhirnya punya pacar. *maklum belum pernah pacaran selama ini*. Aku kenal dia dari Kelas Inpirasi Trenggalek. Meskipun kita sebenarnya sama-sama klop tapi hubungan ini gak bertahan lama. Bertahan cuman 1 semester. Hehehehe. Aku memutuskan untuk menyudahi hubungan ini karena keegoisanku sih. Yang pasti aku belum siap untuk menjalin komitmen dengan orang lain.
Itu dua hal yang paling berasa di tahun 2018. Sebenarnya masih banyak hal yang menarik, seperti pindah kosan yang mana satu kosan anak-anaknya kerja di bidang seni. Aktif diberbagai komunitas yang akhirnya membuat pandangan dan pengetahuanku semakin luas dan menambah teman yang asyik pastinya. Komunitas seperti, LemariBukuBuku, Sketsa Pulang Kerja, dan Malam Puisi, membuatku menjadi agak produktif dari tahun-tahun sebelumnya. Selain komunitas tadi aku juga mulai berkenalan dengan teman-teman yang sama-sama suka bermain kamera analog. Akhirnya aku juga bisa lebih produktif di bidang fotografi analog. Alhamdulillah
O iya, aku baru ingat, tahun ini akhirnya aku melakukan trip ke luar negeri *meskipun cuman ke Singapura sih* tapi itu salah satu pencapaian yang tak terlupakan di tahun ini. Trip singkat di negeri orang bersama 2 teman kantor untuk nonton konser. Semoga tahun 2019 bisa lebih jauh lagi mainnya. Aamiin.
Terima kasih 2018, yang sudah memberi banyak sekali pelajaran dan berkahnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, tanggung jawab, persahabatan, dan masih banyak lagi. Tahun dimana penuh kegilaan dan pembelajaran. Sekali lagi terima kasih 2018.
Dan semoga di tahun 2019 ini, mimpi-mimpi yang mulai muncul bisa direalisasikan secara perlahan. Semoga sehat supaya bisa melihat indahnya dunia. Dan yang pasti project-project kecil yang sempet tertunda bisa perlahan diselesaikan. Semoga tahun ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.
*Semesta memberkati*
0 notes
Text
Kelas Inspirasi di Bumi Wali
Bangun Mimpi Anak Bumi Wali
Yup, itu adalah jargon atau tagline dari Kelas Inspirasi Tuban 2. Sebenarnya dari dulu pengen banget gabung menjadi inspirator di Kelas Inspirasi Tuban, dan itu pun KI yang pertama di Tuban diadakan sekitar 4 tahun yang lalu. Terus kenapa gak daftar di KI daerah lain? Karena di kantor yang lama susah cuti dan jadwal kerjanya gak pasti *mentang-mentang kantor baru sekarang*, makanya lebih tertarik jadi inspirator di KI Tuban. Soalnya sekalian bisa pulang kampung. Dan pas banget tahun ini dibuka pendaftaran inspirator di KI Tuban 2 yang dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2018, jadi tanpa pikir panjang aku pun langsung daftar. Mengajar anak-anak SD itu menjadi sebuah tantangan tersendiri, karena setiap anak mempunyai karakter yang unik. Meskipun sudah sering berhadapan dengan anak-anak SD tapi tetep saja hal ini membuatku grogi. Karena ini untuk pertama kalinya aku menjelaskan profesiku yang tidak jelas ini kepada anak SD. Jujur, aku sempet bingung mau ngasih penjelasan apa ke anak-anak ini. Akhirnya aku pasrah dan menggunakan konsep mengajar secara spontan di kelas. Walaupun agak gak jelas sih kalau kataku saat aku mengajar di kelas. Di Kelas Inspirasi Tuban 2 ini, aku mendapatkan rombel yang mengajar di SDN Mulyoagung 1.
Rombel SDN Mulyoagung 1 Singgahan, Kelas Inspirasi Tuban.
SDN Mulyoagung 1 terletak di kecematan Singgahan. Dan sekolahan ini lokasinya sangat dekat dengan air terjun Nglirip yang terkenal di Tuban. Kawasan selatan Tuban yang penuh dengan perbukitan dan hutan-hutan saat kita hendak menuju ke lokasi menjadi kawasan yang cukup rawan untuk dilalui saat malam hari. Jadi hampir semua dari rombongan kami menginap di SDN Mulyoagung 1. Di dalam rombongan belajar ini para relawan dan inspiratornya berasal dari berbagai macam kota dan yang pasti berbagi macam profesi. Yang pasti di sini aku bertemu dengan orang-orang baru. Karena untuk pertama kalinya aku gabung Kelas Inspirasi di Tuban. Inspirator :
Emak Yuli, Penyiar Radio
Mbak Vina, Bidan
Mas Edy, Dosen
Mbak Niha, Staff Administrasi kampus di Jepara
Mbak Erika, Staff Bank
Mbak Desy, Staff Legal di rumah sakit Surabaya
Mas Yudi, *aku lupa kerjaan dia apa yang pasti dia kerja di Bontang*
Dan yang pasti pekerjaanku yang paling absurd, bahkan aku sendiri susah buat menjelaskannya. Dan pada akhirnya aku lebih suka menyebut diriku sebagai kuli gambar atau kuli media. Untuk kelancaran Kelas Inspirasi ini, ada fasilitator dan dokumentator yang ikut membantu memeriahkan acara ini.
Kak Feri, kakak kece yang punya perpustakaan keliling.
Kak Mema, mahasiswi yang baru lulus katanya *bener gak sih, aku lupa soalnya*
Kak Exna, mahasiswi juga.
Kak Roni, anak pramuka yang punya berbagai macam teknik icebreaking.
Kak Tahfif, penjual ayam geprek yang pedes. *sebenarnya dia relawan slundupan yang diajak oleh mbak Vina*
Kak Fifi, dokumentator dari Gresik.
Kak Amy, dokumentator dari Bojonegoro.
Kak Yogi, dokumentator dari Tuban yang pamornya mengalahkan semua cowok di rombel ini
Berswafoto bareng beberapa anggota rombel SDN Mulyoagung 1
bermalam di sdn mulyoagung 1
Aku berangkat dari Diknas Tuban setelah melakukan briefing akbar di sana bersama dengan Kak Fifi yang datang dari Surabaya. Sepanjang perjalanan aku hanya bisa pangling dengan perubahan jalan menuju ke Singgahan, maklum terakhir kali ke sana sekitar 2 tahun yang lalu. Kita akhirnya sampai di lokasi sekitar pukul 17.00. Dan kami disambut oleh teman-teman relawan yang sudah datang terlebih dahulu karena mereka berangkat langsung dari Bojonegoro. Sambil menunggu relawan yang lain, kami bermain Uno sampai adzan Maghrib memanggil. Setelah kami melakukan sholat Maghrib akhirnya makan malam dengan menu ayam geprek yang dibawa spesial oleh Kak Tahfif. Di sela-sela makan malam, kita ngobrol ngalor-ngidul sambil bercanda gak jelas untuk menambah suasana akrab saat itu. Makan malam pun kelar, kami akhirnya membahas konsep untuk acara besok sambil mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan. Karena hampir semua persiapan telah selesai, kita melanjutkan perkenalan yang sempat tertunda tadi. Di sini, kita sharing tentang pengalaman kita masing-masing tentang kelas inspirasi. Aku hanya bisa mendengar karena ini pertama kalinya menjadi seorang inspirator. Dan sesi sharing pun ditutup dengan bermain Uno sampai tepar.
Hari inspirasi sdn mulyoagung 1
Pagi hari, pukul 06.30, para siswa sudah kelihatan memasuki sekolah dengan semangat. Mereka langsung menyerbu perpustakaan keliling milik kak Feri yang diparkir di halaman sekolah. Mereka sangat berantusias untuk membaca buku yang berada di perpustakaan tersebut. Kami pun yang selesain sarapan langsung bergegas menemui adik-adik yang sedang membaca. Kami berinteraksi dengan mereka dan bercanda sembari menunggu senam dan apel pagi.
Adik-adik yang sedang serius membaca di perpustakaan keliling milik Kak Feri
Sekitar pukul 07.00, semua siswa dikumpulkan di lapangan. Kita mengawali hari inspirasi ini dengan menyanyikan lagu "Indonesia Raya". Setelah itu, kita melakukan senam kesegaran jasmani. Gerakannya sih slow, tapi itu sudah cukup membuat kami berkeringat. Mungkin karena cuaca yang sedang cerah. *atau karena umur kali ya*. Senam yang woles ini cukup membuat kita panas dan berkeringat.
Persiapan senam pagi
Senam pun selesai, siswa dikondisikan berbaris dan bersiap-siap untuk melakukan apel pagi dan pembukaan hari inspirasi KI Tuban 2. Di apel pagi ini, kami melakukan ice breaking untuk mencairkan suasana dan menambah keakraban. Selain itu kami memperkenalkan diri masing-masing. Selesai memperkenalkan diri masing-masing, adik-adik dikondisikan untuk masuk kelas dan kami pun mempersiapkan diri untuk mengajar. Di kloter pertama ini aku mendapatkan kesempatan untuk mengajar kelas 5, dan baru sadar kalau aku lebih suka mengajar kelas yang tingkatnya lebih rendah seperti kelas 1 atau 2. *Jiwa-jiwa babysitter emang ya*. Jangan pernah berharap kelas yang lebih tua adalah kelas yang bakal pendiam dan tenang. JANGAN!! Di kelas ini isinya benar-benar ramai dan gokil. Awalnya mereka agak canggung dan aku juga sempat bingung mau memberi penjelasan apa. Tapi pada akhirnya setelah aku mengenalkan diri, mereka langsung semangat ketika tahu kalau aku kerja pernah di stasiun televisi. Lalu muncul sebuah ide untuk mengajak adik-adik ini bermain dengan sebuah permainan, yaitu permainan menjadi kameramen dan reporter. Mereka langsung semangat membentuk kelompok berisikan 2 orang. Meskipun pada akhirnya mereka malau-malu untuk maju ke depan. Setelah diberikan contoh, akhirnya ada juga yang mau maju ke depan dan meperagakan diri menjadi kameramen dan reporter. Karena waktu yang terbatas akhirnya tidak semua adik-adik maju ke depan. Kloter pertama pun diakhiri dengan nyanyi bersama.
Adik-adik kelas 6 memperagakan diri menjadi reporter dan kameramen.
Tiba saatnya kloter ke-dua dimulai. Kali ini aku mengajar kelas 6 dan dibantu oleh kakak Erika yang bisa dibilang sebagai penyelamat. Karena aku bener-bener mati gaya ketika menghadapi kelas yang satu ini. Di kelas ini aku menerapkan permainan yang sama seperti kelas sebelumnya tapi hal ini tidak seberhasil kayak sebelumnya. Akhirnya di sepanjang durasi, aku yang dibantu kakak Erika bermain, bernyanyi, dan terkadang kita juga menceritakan pengalaman kita saat bekerja. Dan tak terasa kloter ke-dua pun selesai.
mimpi yang tak sekedar ditulis
Setelah kloter ke-tiga selesai, adik-adik pun menulis mimpinya ke sebuah kertas yang telah kita sediakan. Mereka sangat bersemangat menulis cita-cita mereka di kertas tersebut. Dan kertas-kertas tersebut akan ditempel di pohon mimpi yang berada di depan ruang kelas. Secara bergantian mereka mulai menempel cita-cita mereka di pohon mimpi. Dimulai dari kelas satu dan diakhiri oleh kelas enam. Dan yang pasti setelah semua kelas menempel cita-citanya, kita melakukan foto bersama di halaman sekolah.
Menempelkan cita-cita ke pohon mimpi.
Semoga cita-cita yang kalian tulis dan kalian tempel bukan sekedar tinta di atas kertas yang akan luntur oleh waktu. Tapi merupakan mimpi yang harus kalian capai dengan semangat. Semangat buat adik-adik semua. :)
Berfoto bersama seluruh SDN Mulyoagung 1.
Sebarkanlah semangatmu agar api semangat yang ada di dirimu tidak padam.
0 notes
Text
Halo! Seperempat Abad, Semoga Bersahabat.
Akhirnya aku mencapai checkpoint terbaru dalam hidup ini, yaitu berada di umur seperempat abad. *Yeay!!!!!*. Aku bersyukur ketika Allah masih memberi kesempatan dan kesehatan sampai detik ini. Dan di sisi lain aku merasa sedih, karena sampai detik ini aku masih belum melakukan apapun untuk membahagiakan kedua orangtuaku. Malah akhir - akhir ini banyak melakukan dosa - dosa yang harusnya tidak aku lakukan. Yup, tahun kemarin di usia 24 tahun, aku banyak melakukan kemunduran. Jarang berkarya, prestasi gak ada, dan berbuat dosa malah banyak. Tahun kemarin adalah tahun penuh kejutan, tahun dengan kegilaan - kegilaan yang tak pernah ku sangka. 2 hari yang lalu, sebelum aku pulang kampung untuk merayakan ulang tahun bersama orang tua di Tuban. Aku diberi peringatan oleh Allah melalui meninggalnya seorang temanku yang dulu sempat bekerja di kantor yang sama. Beliau masih berusia muda selisih 3 tahun dengan aku. Beliau orangnya sangat ceria dan selalu memberikan kecerian kepada orang lain, bahkan setelah ia kehilangan buah hatinya yang saat itu masih berada dalam kandungan. Beliau tak pernah mengeluh, beliau selalu keliatan tegar dan menyebarkan aura positif ke sekitarnya. Saat aku melayat ke rumah beliau, aku berpikir dalam hatiku. Apa yang akan aku lakukan jika hal ini menimpaku saat itu juga. Orang tua masih belum bahagia, dosa masih banyak, prestasi belum ada, dan aku belum melakukan hal yang berguna untuk lingkungan sekitar. Di sepanjang jalan setelah melayat, aku memikirkan kalau aku mati saat ini juga, apa yang terjadi. Meskipun dalam mindset-ku, aku tak pernah takut untuk mati bahkan aku akan menerima dengan senyuman kalau aku mati saat ini juga. Tapi hal yang paling mengganjal di dalam hatiku saat mengingat-ingat kematian adalah apakah aku sudah menjadi orang yang baik? Apakah aku sudah menjadi orang yang berguna untuk lingkungan sekitarku? Dengan peringatan itu, aku merasa ulang tahun kali ini bukanlah hal yang harus dirayakan dengan kegembiraan tapi harus dirayakan dengan introspeksi diri sendiri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Karena kita tak akan pernah tahu kita akan meninggal di usia berapa. Dan di usia yang ke-25 tahun ini yang katanya usia yang sudah bisa disebut sebagai orang dewasa. Aku berusaha untuk menjadi orang yang positif dalam segala hal, mulai dari tindakan sampai ucapan. Berusaha untuk menyebarkan kebahagian dan keceriaan ke lingkungan sekitar. Dan yang paling penting adalah ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Intinya aku ingin meninggal sebagai orang yang selalu diingat namanya karena kebaikan yang pernah dilakukan selama aku hidup bukan sebagai orang yang jahat dan dibenci orang selama aku hidup. Bicara soal kegilaan yang aku lakukan sebelum beranjak ke usia 25 tahun ini adalah resign dari kerjaan yang menurutku benar - benar nyaman banget lingkungannya. Dalam satu minggu aku langsung memutuskan untuk mengundurkan diri, karena mendapatkan tawaran pekerjaan yang bisa dibilang lebih baik dari yang sekarang. Dan aku juga perlu untuk keluar dari zona nyaman dan mencari tantangan baru dan yang paling penting adalah gaji baru. *eh* Sebenarnya banyak kegilaan yang aku lakukan tahun kemarin tapi hal - hal tersebut gak perlu diceritakan karena banyak dosanya di dalam kegilaan itu. Semoga di usia ini aku bisa menghadapi segala rintangan yang ada sebagai orang dewasa. Dan omong - omong soal rintangan, rintangan yang paling nyata adalah pertanyaan "Kapan nikah?" dari orang - orang yang tak bertanggungjawab. Soal pertanyaan itu, aku kurang pandai menjawab tanpa harus menimbulkan nasihat dan cibiran yang terkadang bikin hati ini tersinggung. Tapi aku sudah memperoleh pencerahan tentang pernikahan dari obrolanku di Borobudur saat itu dan obrolanku dengan sahabat di kantor yang cukup menarik. Dan saat ini sikap yang aku ambil adalah "Let it flow". Bukan berarti aku pasrah karena belum ada jodoh yang muncul, tapi yang dimaksud di sini adalah pernikahan bukan masalah sex saja seperti orang - orang yang sering kali bahas. Menurutku pernikahan adalah pilihan hidup yang benar - benar harus diperhitungkan dan dipersiapkan secara matang, bukan hanya dari segi finansial tapi juga dari segi mental pasangan yang hendak menuju ke pernikahan. Jadi yang perlu dilakukan adalah carilah banyak teman dan di situ Tuhan akan mempertemukan kita dengan orang yang tepat. Jangan terlalu dipikirkan untuk masalah jodoh dan pernikahan, yang paling penting kita pikirkan sekarang adalah bagaimana kita bersikap dengan hidup yang telah diberikan oleh Tuhan, apakah kita sudah melakukan terbaik dan bersyukur dengan benar? Atau malah kita mengingkari nikmat yang Tuhan berikan kepada kita?
"Kita diciptakan di dunia ini oleh Tuhan pasti ada tujuannya. Kenapa kita lahir di sini, bertemu dengan orang - orang ini, melakukan hal ini. Semuanya ada tujuannya. Maka jadilah orang yang benar - benar tahu akan tujuan hidupnya, agar bisa menjadi seseorang yang bermanfaat bagi oranglain." - quote dari seorang sahabat
Inti dari semua ini adalah di usia 25 tahun ini aku harus menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan harus bisa meninggalkan dosa - dosa yang telah aku perbuat di tahun - tahun sebelumnya. Menjadi pribadi yang mampu memberikan energi positif ke lingkungan sekitar. Dan yang paling penting adalah membahagiakan orang tua. Semoga diberi kesabaran dan kesadaran untuk selalu mengingat kenikmatan yang telah diberikan oleh Tuhan.
Bismillahirrohmanirrohim, Selamat datang seperempat abad. Semoga kau bersahabat dan mempunyai kejutan yang lebih indah dari tahun sebelumnya.
0 notes
Text
Blusukan ke Curug Lontar
Di liburan natal tahun kemarin (padahal baru seminggu yang lalu), pada awalnya aku tidak kepikiran untuk ikut jalan - jalan santai ini, tapi daripada bosan dan gak ngapa - ngapain pas liburan natal. Akhirnya aku memutuskan ikut ajakan untuk jalan - jalan ke Curug Lontar bersama bang Boim dan kawan - kawan. Seperti biasa sehari sebelum jalan - jalan aku menginap di rumah bang Boim, karena harus berkumpul pada pukul 06.00 pagi di Paledang. (maklum anaknya gak bisa bangun pagi) Pukul 06.00 pagi, kita bertemu di Paledang tapi karena kebiasaan Indonesia yang suka ngaret, akhirnya kita jalan menuju lokasi pukul 07.15. Dari Paledang menuju ke Curug Lontar membutuhkan waktu sekitar 1,5 - 2 jam kalau tidak macet. Dan untungnya Bogor lagi bersahabat, mulai dari jalanan yang agak lancar dan tidak mendung. Di tengah jalan, kita sempat berhenti untuk mengisi perut yang kosong dengan Soto Mie karena belum sempat sarapan. Setelah mengisi perut, kita melanjutkan perjalanan. dan setengah jam kemudian kita sampai di tempat parkir untuk pengunjung Curug Lontar.
Aku mengira Curug ini berada di kawasan perkemahan. Tapi nyatanya adalah, Curug ini berada di belakang pemukiman warga dan masih jarang sekali orang - orang berkunjung ke sini. Okey, Saatnya kita berjalan - jalan santai menuju Curug Lontar. Jalan setapak untuk menuju ke Curug tidak terlalu jauh, kita berjalan kaki sekitar 10 menit untuk mencapai ke Curug Lontar. Di sana ada beberapa anak - anak kampung yang bertugas untuk menarik biaya dari pengunjung. Satu orang dikenakan biaya Rp 5.000,- untuk masuk ke Curug Lontar.
Anak - Anak Penjaga Jalan ke Curug
Jalan menuju ke Curug
Bogor saat itu sangat cerah dan panas. Tidak ada mendung sama sekali. Tapi meskipun panas, semangat untuk foto - foto tetap membara. Mumpung sepi, kita manfaatkan momen itu untuk foto - foto. Melihat air yang sangat banyak rasanya ingin nyebur dan renang tapi sayangnya di Curug Lontar kita dilarang berenang karena warga sekitar takut kalau ada kejadian yang tidak diinginkan.
Berfoto ria di Curug Lontar
Setelah puas berfoto - foto dan karena tidak kuat dengan panasnya matahari saat itu, kita memutuskan untuk pindah ke curug lain yang bisa dibuat untuk berenang. Akhirnya kita beres - beres dan kembali ke tempat dimana kita parkir motor. Dan di sinilah terjadi sesuatu yang konyol. Beberapa dari kami sudah sampai di parkiran, tapi Bang Boim dan Bang Asep yang masih di bawah tiba - tiba memberitahu kalau ada curug yang bisa dibuat untuk berenang dan mau gak mau kita harus turun lagi sedangkan itu lumayan jauh dari Curug Lontar. Tapi namanya pingin mau bagaimana lagi, dan pada akhirnya kita memutuskan untuk turun lagi ke Curug Lontar dan menuju ke curug satunya yang tak bernama. Perjalanan menuju curug tersebut harus melewati jalur sungai dan ketika mendung kita harus segera balik ke atas.(Pesan dari bapak yang menjaga parkir).
Jalan menuju curug tanpa nama
Setelah berjalan di sungai kering selama 15 menit, kita sampai di curug tanpa nama yang bisa dipakai untuk berenang. Dan ada lahan buat gelar lapak untuk masak. Tanpa berpikir lama, beberapa dari kami langsung nyebur ke curug. Dan yang tidak ikut renang pun menyiapkan alat untuk memasak pop mie, kopi, dan pisang goreng.
Penampakan Curug tanpa nama
Siap - siap berenang
Berenang
Santai dulu sambil makan kuaci
Nunggu pisang goreng mateng
Setelah puas berenang dan bermain - main, kita pun beristirahat dan menyantap pisang goreng. Selain itu kita bersiap - siap untuk pulang karena matahari sudah sangat menyengat saat itu. Tidak lupa kami juga membersihkan sampah - sampah yang kita bawa. Sesampainya di tempat parkir, kami istirahat sejenak sambil ganti baju. Dan sekitar pukul 14.30 kami kembali ke Bogor dan pulang ke rumah masing - masing. Sampai jumpa di trip selanjutnya, guys!
0 notes
Text
Belajar Fotografi dengan Kamera Analog
Dulu aku tidak terlalu tertarik dengan dunia fotografi, tapi akhir - akhir ini tertarik dengan dunia fotografi terutama menggunakan kamera analog. Semuanya berawal dari penemuan kamera Fuji MDL-5 milik ibu di rumah, tapi kamera tersebut sudah rusak karena setiap kali digunakan untuk memotret, film yang sudah dipasang akan tergulung terus sampai habis. Karena rasa penasaran ingin menggunakan kamera analog, jadi pada akhirnya aku memutuskan untuk membeli kamera Ricoh GX-1 milik teman di kantor dengan harga Rp 600.000. Dan di situlah aku mulai merasa tertarik dengan dunia fotografi.
Kamera Ricoh GX-1
Dan ternyata menggunakan kamera analog tidak semudah menggunakan kamera digital karena di sini fiturnya masih terbatas dan yang paling penting kita tidak bisa preview hasil jepretan kita saat itu juga, dan itu artinya kita harus percaya dengan insting kita saat mengambil gambar. Selain itu untuk menghindari hasil foto yang under atau over, kita harus pandai membaca jarum lightmeter yang terdapat pada kamera ini dan itu menjadi tantangan tersendiri. Dan tantangan lainnya adalah menentukan titik fokus dengan cara melihat kotak kuning yang terdapat pada rangefinder dan itu lumayan susah, buktinya sampai sekarang hasil foto yang aku ambil dengan kamera ini kebanyakan missfocus.
Saat pertama kali menggunakan kamera analog, aku melakukan kesalahan yang terhitung fatal. Yaitu, menggulung film dengan membiarkan film chamber terbuka dan itu menyebabkan film menjadi terbakar karena terkena cahaya secara langsung. Berikut hasil foto saat pertama kali mencoba memakai kamera Ricoh GX-1 dengan film Kodak Colorplus 200.
Hasil foto yang terbakar akibat film terkena cahaya.
Hasil foto yang terbakar sebagian dan missfocus.
Setelah melakukan trial dan error,akhirnya bisa menghasilkan foto seperti berikut yang pasti masih dengan kamera Ricoh GX-1 tapi dengan film Lomography 100.
Yang di bawah ini foto indoor dan hasilnya gelap karena ISO cuman 100.
Aku sendiri merasa masih harus belajar lebih banyak dalam hal fotografi. Karena untuk mendapatkan gambar yang bagus menggunakan film tidak cukup dengan feeling tapi juga harus tahu dasar - dasar pencahayaan dalam fotografi, terutama kalau kalian menggunakan film Hitam Putih. Film Hitam Putih kabarnya lebih susah untuk mendapatkan hasil foto dengan exposure dan kontras yang pas daripada film berwarna.
Save Save Save
0 notes
Text
Review : Film "Istirahatlah Kata - Kata"
"Maka hanya ada satu kata: Lawan!"
Familiar dengan penggalan kalimat itu? Kalimat itu adalah penggalan sajak dari puisi Wiji Thukul yang berjudul "Peringatan". Dan untuk memperingati 20 tahun hilangnya beliau, ada sebuah film berjudul "Istirahatlah Kata - Kata" karya Yosep Anggi Noen yang menceritakan tentang masa pelarian seorang Wiji Thukul yang menjadi buronan pada jaman rezim Soeharto.
Sebelum melihat film ini kita harus terlebih dahulu tahu siapa Wiji Thukul itu, karena film ini tidak menampilkan informasi lengkap tentang latar belakang beliau. Sehingga bagi yang tak tahu siapa sosok Wiji Thukul maka akan merasa bosan saat melihat film ini. Film ini banyak menampilkan adegan kegundahan sang penyair pada saat masa pelariannya di Pontianak sekitar tahun 1996.
Dan saat aku melihat film "Istirahatlah Kata - Kata", yang menjadi kesan pertama adalah entah kenapa tiba - tiba otakku secara otomatis memutar lagu "Hilang" milik Efek Rumah Kaca dan lagu tersebut berputar seperti soundtrack dari film ini. Mungkin karena pemeran Wiji Thukul, Gunawan Maryanto, membawakan perannya sangat apik, sederhana tapi penuh makna. Sehingga ia mampu menghidupkan kembali sosok si penyair cadel tersebut. Dan mampu membuatku terbawa alur kisahnya. Selain itu juga potongan - potongan sajak yang menjadi latar di setiap adegan membuatku sedikit merinding. Kegelisahan dan rasa sepi dapat dirasakan melalui potongan - potongan sajak tersebut.
Simbolisasi dari film ini menimbulkan kesan misteri tersendiri. Dan adegan - adegan yang ditampilkan sangatlah biasa dan tidak mengada - ada. Mungkin sutradara ingin menyampaikan kisah ini senyata mungkin kepada para penonton tanpa ada kesan drama sedikit pun.
Dan pada adegan dimana Wiji Thukul kembali ke Solo untuk menemui keluarganya. Hal yang cukup menyentuh adalah ketika Sipon bertemu kembali dengan suaminya dengan wajah yang ceria. Serta bagaimana perjuangan Sipon membantu Wiji Thukul agar tetap tidak diketahui keberadaanya di rumah merupakan salah satu gambaran bagaimana perasaan Sipon kepada Wiji Thukul saat ia menjadi seorang buronan. Dan film ini ditutup dengan musikalisasi puisi "Bunga dan Tembok" yang begitu indah.
Film ini memberitahukan kepada kita bahwa sebelum adanya jaman yang bebas berpendapat dan bersyair seperti sekarang, ada suatu jaman dimana pendapat dan syair - syair yang menyinggung sebuah kekuasan akan membuat hidup kita hilang. Seperti penyair cadel tersebut yang sekarang entah dimana ia berada, hilang tanpa jejak.
0 notes
Text
Danau Gunung 7
Sebentar lagi tahun 2016 berakhir dan akhirnya postingan ini selesai juga. Postingan tentang perjalananku ke Danau Gunung Tujuh di Jambi. Maaf ya kalau postingan ini baru selesai, padahal tripnya sudah dari bulan Mei lalu. Maklum kejar deadline melulu.
Danau Gunung Tujuh merupakan danau yang berada di ketinggian 1950 mdpl. Danau ini di kelilingi oleh tujuh gunung sehingga namanya Danau Gunung Tujuh dan kawasan ini masih termasuk dalam Taman Nasional Kerinci dan Seblat. Biasanya danau ini menjadi tujuan alternatif setelah melakukan pendakian ke Gunung Kerinci. Konon katanya ini danau tertinggi di Asia Tenggara (Bukannya Ranu Kumbolo ya yang tertinggi? kan Ranu Kumbolo di atas 2400 Mdpl).
Gerbang masuk menuju Danau Gunung Tujuh
Pada bulan Mei aku dan teman - teman Awaspala melakukan pendakian ke Gunung Kerinci. Dan setelah kami turun dari Gunung Kerinci, kami menuju ke Danau Gunung Tujuh yang katanya trek-nya nyantai dan tidak terlalu nanjak. Tapi itu menjadi sesuatu yang fana, ternyata trek menuju ke danau tersebut hampir sama kayak trek menuju ke Ranu Kumbolo dan memakan waktu sekitar 2 - 3 jam.
Perjalanan menuju Danau Gunung Tujuh
Dengan trek yang memiliki tanjakan lumayan curam ditambah dengan dengkul yang masih kecapekan setelah turun dari Puncak Indrapura, rasanya ingin terbang pakai baling - baling bambu milik Doraemon untuk segera sampai di danau tersebut. Padahal kami mengiranya trek yang akan dilalui seperti jalan - jalan santai seperti menuju ke curug yang ada di puncak Bogor. Bahkan ada teman yang memakai sandal jepit dan akhirnya dia menyesal karena harus menghadapi trek tersebut.
Trek menuju Danau Gunung Tujuh
Tapi semua rasa capek dan nyeri di kaki pun hilang setelah sampai di Danau tersebut. Danau Gunung Tujuh benar - benar indah, sampai aku pun cinta kepada Danau ini. Dengan di kelilingan gunung - gunung yang tinggi, Danau Gunung Tujuh terasa sangat megah dan kabut pun menambah keindahan danau tersebut.
Keindahan Danau Gunung Tujuh yang tertutup awan
Selfie dulu lah.
Di danau ini kami beristirahat sambil menikmati pemandangan yang disuguhkan. Sebagian dari kami ada yang berenang dan bermain - main di danau, meskipun saat itu sedang gerimis. Di danau ini juga ada seorang bapak yang menyewakan perahu kecilnya yang berkapasitas kurang lebih 6 orang untuk mengelilingi danau, kita bisa menyewanya dengan harga Rp 10.000/orang.
Dan ternyata bapak itu tinggal di gubuk kecil di salah satu tepi danau. Selain menyewakan perahunya, beliau juga mencari ikan untuk dimakan. Beliau sekitar seminggu sekali pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan, seperti beras.
Kak Ithoh lagi ngobrol bareng bapak pemilik perahu
Berkeliling danau sambil naik perahu
Setelah kami bermain - main dan berfoto ria, kami makan siang dan bersiap - siap untuk kembali ke basecamp. Dan sebelum kita kembali ke basecamp pastinya kita foto - foto bersama. Dan setelah foto - foto bersama, kami pun kembali menuju ke basecamp karena besoknya harus kembali ke Jakarta.
Foto bareng dengan teman - teman dari Malaysia
Foto bareng dengan rombongan trip Kerinci
O iya, saat pertama kali sampai di Danau Gunung Tujuh, aku menjadi jatuh cinta dengan danau ini dan merasa ingin kembali ke danau ini suatu saat nanti. Semoga "pembangunan - pembangunan" yang dilakukan pemerintah tetap akan menjaga kelestarian dari danau ini, selain itu juga para wisatawan mampu menjaga kebersihan dari danau ini agar tetap bisa dinikmati oleh anak cucu kita nanti.
0 notes
Text
Anak Krakatau, Trip yang Akhirnya Terealisasikan Juga
Dalam rangka libur lebaran Idul Adha tahun ini, aku ikut open trip bareng anak - anak kantor. Sebenernya trip ini udah direncanain sejak lama, dan baru bisa terealisasikan minggu kemarin bertepatan dengan libur panjang lebaran haji. Dan untuk sekian lama akhirnya ikut open trip di luar open trip-nya Awaspala. Dan trip kita kali ini adalah menjelajahi pulau Anak Krakatau.
Kita berkumpul di kantor pada Jum'at malam dan akan menuju ke Pelabuhan Merak dengan naik bus yang biasanya ngetem di Gerbang Tol Kebon Jeruk. Kita berangkat sekitar jam 9 dan perjalanan akan ditempuh dalam waktu 3 jam. Bus yang menuju Pelabuhan Merak ini gak terlalu seekstrem kalau dibandingkan dengan bus Jawa Timuran yang sopirnya ugal - ugalan.
Setelah 3 jam perjalanan yang bikin pantat panas, akhirnya kita sampai di Pelabuhan Merak. Di sana kita bertemu dengan guide yang akan membimbing kita selama perjlanan. Dan kita pun menunggu itu guide beliin tiket kapal buat nyebrang ke Pelabuhan Bakauheni. Nah, di sini ada sedikit rasa jengkel pada pelayanan Pelabuhan Merak ini. Kenapa? Karena pada saat kita masuk ke pelabuhan dan ternyata kapal yang hendak kita naiki masih belum ada jadi kita harus menunggu lebih dari 1 jam. Berdesakan dengan penumpang lain dan panas yang menyiksa. Tapi ya sudahlah, pada akhirnya semua berlalu begitu saja. (meskipun sampai sekarang masih jengkel dengan pelayanan di Negeri ini)
Pukul setengah 5 pagi kita sampai di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Perjalanan naik kapal lumayan lama, kita berada di kapal sekitar 3 jam.
Suasana pagi hari di Pelabuhan Bakauheni, Lampung
Selanjutnya kita menaiki angkot yang sudah dicarter dan mulai berangkat ke dermaga Canti yang menjadi penghubung Pulau Sumatera dengan Pulau Sebesi. Perjalanan yang ditempuh sekitar 1,5 jam.
Dermaga Canti dan penampakan perahu yang akan kita naiki
Di Dermaga Canti kita bersarapan terlebih dahulu sebelum snorkeling karena kita langsung bermain - main dengan air dan setelah itu baru menuju ke Pulau Sebesi.
Wefie dulu sebelum berangkat
Snorkeling di sini kalau menurutku gak bagus - bagus amat pemandangan bawah lautnya jika dibandingin ama Pulau Seribu. So, di catper ini bakal aku skip untuk kegiatan Snorkeling-nya.
Kelar Snorkeling kita langsung menuju ke Pulau Sebesi dan makan siang di sana dan istirahat sejenak. Karena pukul 3 sore kita akan jelajah pulau dan liat matahari tenggelam di Pulau Umang - Umang.
Wefie di Pulau Umang - Umang
Pulau Umang - Umang bisa dibilang sangat dekat dengan Pulau Sebesi karena pulau itu terlihat jelas dari Pulau Sebesi. Kita menuju Pulau Umang- Umang dengan kapal yang kita naiki tadi, setelah di sana kita menyeberang menggunakan perahu kecil yang didorong oleh bapak - bapak nelayan.
Bisa dibilang pulau ini sangat kecil, karena untuk mengelilingi pulau ini tidak memakan waktu yang banyak. Pulau ini terdapat banyak batu - batuan yang bisa dijadikan tempat untuk berfoto ria.
Temaram di Pulau Umang - Umang dengan pemandangan Pulau Sebesi
Temaram di sisi lain Pulau Umang - Umang dan kapal - kapal yang mengantarkan kita
Senja sudah mulai hilang, saatnya kita pulang ke Pulau Sebesi. Malamnya kita beristirahat sambil nyemilin ikan panggang yang lumayan enak apalagi ditambah sambal kecap. Karena kita esok paginya akan ke Pulau Anak Krakatau pukul 3.
Pukul 3 pagi hanya ilusi semata, karena guide kita tertidur dan akhirnya dia dibangunkan dan dimarahi oleh ibu - ibu yang satu tim sama kita. Yup, jadi kita berangkat kesiangan ke Pualu Anak Krakatau. Alhasil kita gak bisa lihat matahari terbit di sana karena perjalanannya lumayan jauh. Dari Pulau Sebesi ke sana kita menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam.
Cagar alam Krakatau
Di Pulau Anak Krakatau ini pasirnya berwarna hitam. Mungkin karena pasir vulkanik kali ya. Dan di sini ternyata banyak yang berkemah. Sesampainya di pulau ini kita briefing dan selanjutnya melakukan trekking menuju Gunung Anak Krakatau.
Menurutku jalurnya mirip Gunung Merapi yang ke arah puncak. Berpasir, tapi gak terlalu banyak batu batu gede kayak di Gunung Merapi. Dan di sini sayangnya gak boleh menuju puncak karena demi ke selamatan pengunjung. By the way, Anak Krakatau tingginya sekitar 375 Mdpl. Dan dengan tinggi segitu aku udah ngos - ngosan buat trekking-nya. *udah tua kali ya atau butuh ke gunung lagi
Jalur pendakian menuju Anak Krakatau
Selesai trekking di Gunung Anak Krakatau, kita bersiap - siap snorkeling lagi. Dan kelar Snorkeling kita kembali lagi ke Jakarta.
Sekian, catatan perjalanan kali ini. Trip yang kurang berkesan karena guide-nya tapi lumayan untuk mengobati rasa penat selama berada di ibukota. We were having fun at this trip, but not quite satisfied.
See you next trip, guys!
Save
0 notes
Text
Karena Munir Bukan Mirna
Beberapa minggu ini di televisi kita sering mendengar berita tentang kasus pembunuhan Mirna. Mirna dibunuh dengan racun yang dimasukkan ke dalam kopi yang hendak ia minum. Sidang kasus pembunuhan Mirna begitu gencar diberitakan di media - media. Bahkan di beberapa stasiun televisi, sidang tersebut menjadi Breaking News. Lalu siapa Mirna? Dia bukan aktivis, dia juga bukan tokoh politik tapi kenapa kasusnya begitu heboh dan bahkan sampai seluruh Indonesia harus tahu. Setiap hari kita diperlihatkan secara detail proses sidang kasus tersebut. Entah ada tujuan apa dibalik pemberitaan kasus tersebut, sehingga seluruh masyarakat harus tahu.
Sedangkan 12 tahun yang lalu ada kasus pembunuhan yang hampir serupa yaitu kasus pembunuhan aktivis HAM bernama Munir. Beliau diracun di pesawat yang membawanya dari Singapura menuju Amsterdam. Kasusnya sempat disidangkan tapi tidak segencar kasus Mirna. Pemerintah berusaha membuat masyarakat lupa dengan kejadian itu. Tersangka pembunuh pun hanya dihukum ringan dan otak kejahatan masih berkeliaran di negeri ini.
Media membisu, pura - pura tak melihat. Mereka tak ingin memberitakan kasus Munir. Mungkin karena kasus ini tak bisa mendapatkan rating tinggi seperti drama kasus Mirna? Atau media dibungkam dengan sesuatu yang menggiurkan sehingga mereka tak kuasa memberitakan kasus Munir? Atau karena Munir hanya seorang aktivis HAM yang membela rakyat kecil dengan kesederhanaannya? Atau dengan alasan yang mungkin kita, rakyat kecil, tak tahu? Sehingga kasus Munir tak pantas untuk diusut hingga tuntas.
Sampai kapan kebenaran kasus Munir tersembunyi? Itu pertanyaan yang selalu kami ucapkan di tanggal 7 September. Kami menolak lupa, kami berusaha merawat ingatan bahwa di negeri ini ada pahlawan yang berani dan jujur seperti Munir. Mungkin Munir bukan Mirna yang punya kuasa untuk membawa kasusnya ke persidangan yang lebih jelas. Tapi kami tetap akan menuntut pemerintah agar mengusut kasus Munir hingga menemukan titik terang.
0 notes
Text
Di Udara Kau Berpulang
Di udara kau berpulang, Berpulang untuk kekekalan, Tapi kami tak akan lupa,Semangatmu kan kami jaga,
Mungkin kau telah pergi, Melintasi dimensi,Tapi semangatmu kan abadi, Bersemayam di jiwa kami,
Di udara kau berpulang, Entah kemana, Meninggalkan asa, yang membakar jiwa, Mungkin kau telah pergi, Tapi idemu bergerilya di jiwa kami, Berlipat ganda menembus batas ilusi,
Di udara kau berpulang, Semoga kau tenang, Yakinlah perjuanganmu kan terkenang, Hingga hari kebenaran datang.
Tribute for Munir Hikmah Prahara | Kedoya, 7 September 2016
0 notes
Text
Suatu Malam di Surabaya
Penonton terus bertepuk tangan dan menyoraki salah satu narasumber di acara talkshow ini. Tawa penonton pun pecah dan memenuhi seisi gedung ini ketika narasumber di-bully habis - habisan oleh host. Cukup menghibur juga menurutku dan mampu mengurangi rasa lelah dan bete para crew di FOH. Ketika sedang asyik menikmati acara yang berlangsung sambil mengoperasikan PC grafis, tiba - tiba telepon genggamku bergetar.Saat ku lihat ternyata ada beberapa pesan masuk, dan salah satunya pesan dari dia. “Mas, aku dateng.” Isi pesan dari dia memberitahuku kalau dia datang nonton acara ini juga. “Duduk sebelah mana?” Balasku Karena aku masih sibuk jadi aku tidak terlalu memperhatikan telepon genggamku. Sebenarnya sempat kepikiran buat mengajak dia ketemuan setelah acara karena ada hal penting yang harus aku sampaikan. Tapi nanti saja setelah acara selesai lagipula sekarang lagi repot - repotnya, batinku dalam hati. Dan akhirnya acara talkshow ini selesai dengan meriah, semua crew pun senang karena penderitaan mereka telah berakhir. Aku pun membuka telepon genggamku yang sejak tadi aku hiraukan. Aku lihat ada tiga pesan dan semuanya dari dia. “Mas, aku di depan sebelah kanan.” “Aku pakai kerudung hijau.” Pesan yang terkirim satu jam lalu. “Eh, aku balik dulu.” Sial dia malah balik duluan, gak jadi ketemuan dong ini, batinku. Aku pun membalas pesannya dengan rasa sedikit kecewa, “Gak jadi ketemuan dong?” “Ntar malem? Tapi kayaknya agak maleman aku masih repot soalnya. Emang mas kelar jam berapa?” Pesan dari seketika membuatku menjadi semangat dan aku gak boleh melewatkan kesempatan langka ini. “Sekitar jam 9 dek.” balasku “Aku juga kelar jam segitu, terus kita ketemuan dimana?” “Kalau di dekat kosmu aja gimana? Kosmu gak pindah kan?” “Yaudah deket kosku aja, tapi mas naik apa? Gak ada kendaraan kan kalo malem - malem gini.” “Kalo itu gak usah dipikirin, paling aku naik ojek online atau taksi. Okey deh ntar kalo udah kelar kabarin ya.” Setelah membalas pesannya aku pun bersiap membereskan barang - barang yang ada di FOH. Setelah selesai beres - beres barang di FOH, aku pun pamitan ke teman - teman yang lain untuk balik ke hotel lebih awal. “Eh, gue balik ke hotel duluan ya. Barang - barang punya grafis udah gue beresin ya.” Sambil melambaikan tangan ke mereka yang masih sibuk. “Buru - buru amat lo, mau kemana sih?” Tanya salah seorang teman. “Ada deh pokoknya.” Balasku sambil jalan keluar aula. Sesampainya di hotel, aku bersih - bersih diri dan ganti baju. Tidak etis ketika ingin bertemu dengan seseorang tapi masih pakai baju kantor dan bau keringat dimana - mana, batinku. Setelah selesai bersih - bersih, aku pun memesan ojek online untuk menuju ke tempat ketemuan dengan dia. Dan tidak lupa juga aku mengirim pesan ke dia. “Aku jalan sekarang ya.” Di depan sebuah gang, berdiri sesosok gadis yang anggun. Tiap kali aku menatap gadis ini selalu ada rasa nyaman dan tentram. Setelah membayar ojek, aku pun menghampirinya. “Hai, udah lama nunggu di sini?”, sapaku “Hmmm, enggak kok. Yuk kita ke warung sate itu yuk.” Di warung sate itu kita mengobrol dan membahas kesibukan kita masing - masing sambil menikmati seporsi sate kelapa. Dia bercerita banyak hal tentang kegiatannya di kampus dan aku hanya memandangi wajahnya dengan malu - malu. Entahlah, ada rasa rindu yang datang saat bersama dengan dia padahal kita tidak pernah menjalin hubungan apapun, bahkan aku kenal dia saja tidak terlalu akrab dan itu pun terjadi secara tak sengaja. “O iya mas, sebenarnya tujuan mas mau ketemuan sama aku apa?” Aku pun langsung sedikit kaget dengan pertanyaan dia yang tiba - tiba itu. “Aku mau ngomong sesuatu ke kamu.” Dengan rasa canggung aku pun menjawab pertanyaannya. Dan saat hendak melanjutkan kata - kataku dia pun langsung memberitahuku kalau warung sate ini mau tutup. “Eh, warungnya mau tutup nih. Ngobrolnya dilanjut di tempat lain aja.” “Ohh, Okey.” Jawabku singkat. Dan aku beranjak dari tempat duduk untuk membayar makanan yang kami pesan tadi. “O iya, tadi mas mau ngomong apa ke aku? Kita obrolin aja di sini. Lagian sudah malam juga kan?” Aku pun terdiam dan bingung mau mulai darimana. “Terus ini aku mau ngomong sesuatu yang penting ke cewek, masa’ iya di depan gang?” batinku saat dia bicara seperti itu. Aku menghela nafas untuk mengumpulkan keberanian. Dan sebuah kalimat itu pun terucap dari mulutku. “Ta’arufan yuk!” Setelah kalimat itu terucap, ada rasa lega dan gelisah yang datang secara bersamaan. Aku tak berani memandang wajahnya saat itu, hanya tertunduk malu. “Aku tahu mas bakal ngomong gini, dan akhirnya mas ngomong juga.” Aku terkejut saat dia berkata seperti itu, dan dia tersenyum sambil menatapku. “Tapi aku gak ngasih jawaban sekarang, karena ini sesuatu yang benar - benar dipikirkan. Aku juga harus Sholat Isthikhara dulu buat minta petunjuk ke Allah.” Kau berhenti sejenak untuk mengambil nafas. “O iya, rencana mas buat nikah umur berapa?” “Mungkin umur 25 atau 27, aku juga masih ingin lanjut kuliah.” Jawabku spontan. “Aku minta maaf sebelumnya, aku saat ini masih belum ingin menjalin hubungan apapun. Aku masih ingin fokus ke kuliahku dulu. Semester sekarang praktikumnya sulit dan aku butuh konsentrasi dulu. Aku gak mau fokusku terpecah hanya gara - gara masalah perasaan atau apalah itu.” “Oh, gitu ya. Aku paham kok.” Jawabku lirih menanggapi semua perkataanmu itu. “Mas, gak apa - apa kan? Nanti kalau aku sudah punya jawaban, aku akan kasih kabar ke mas kok.” “Iya gak apa - apa.” “Ya udah kalo gitu, ada yang mau ditanyain lagi?” “Gak ada kok, kalo gitu aku balik dulu ya.” “Okey mas, jangan baper ya.” Aku hanya tertawa saat dibilang kata “baper”. “Ini mah udah baper dari tadi dek”, gumamku dalam hati. “Perlu dianter sampe depan kampus gak?” “Gak usah kok, udah malem kasihan kamu ntar. Ya udah gitu aja ya. Aku balik dulu ya. Assalamualaikum” “Wa alaikum salam” Dia tersenyum, aku pun membalas senyum lalu berjalan pergi meninggalkan dia. Entahlah, bagaimana peresaanku saat itu. Antara lega, gelisah, dan canggung, semuanya menjadi satu. Aku pernah berpikir kalau masalah perasaan ini akan selesai saat kau mengungkapkannya kepada orang yang kau suka tapi malam ini memberiku jawaban, di setiap masalah yang telah kau selesaikan selalu ada masalah lain yang akan timbul. Surabaya malam itu berbeda, tiap sudut jalan menjadi sunyi. Aku pun kembali ke hotel. Di perjalanan menuju hotel, aku tak merasakan apa - apa. Hanya ada aku, aku dan aku. Aku ingin menyendiri rasanya saat malam itu. Dan sesampainya di hotel aku pun menghempaskan tumbuhku ke kasur, dan menutup wajahku dengan bantal. Telepon genggamku pun bergetar karena ada pesan masuk di saat aku mulai terlelap karena kelelahan. Lelah karena semua hal, lelah fisik, dan lelah hati. “Selamat menjaga hati ya, mas” Isi pesan dari dia. Aku semakin membenamkan wajahku ke bantal setelah membaca pesan itu. Dalam pikiranku hanya ada dia dan dalam hati ini yang ku tunggu hanya jawaban dari dia. Entah jawabannya berisi penerimaan atau penolakan dari dia, tapi aku percaya kalau jawaban itu adalah jawaban yang terbaik untukku yang diberikan oleh Allah.
0 notes
Text
Ekspedisi Kerinci : Summit Attack!!!
Finally, bagian yang ditunggu - tunggu. It's time for SUMMIT ATTACK!!!
Setelah mengisi tenaga di Shelter 3, jam 3 pagi kita bersiap siap untuk melakukan pendakian ke puncak Indrapura *nama puncak Gunung Kerinci* Karena puncak lagi batuk dan mengeluarkan belerang jadi kita gak boleh kesiangan saat sampai di puncak. Ditakutkan arah angin berubah dan gas beracun mengarah kita. Jadi, kita berangkat sepagi mungkin dari Shelter 3 karena perjalanan menuju puncak sekitar 3 jam.
Berdoa dulu sebelum berangkat
Untuk jalur menuju puncak sendiri banyak batu - batu kecil. Kurang lebih seperti kombinasi jalur puncaknya Rinjani sama Merapi.
Perjalanan ini cukup bikin nyesek di bagian dada. Selain karena kita jalan malam hari dan di ketinggian 3000 lebih dimana oksigen cukup tipis, hal ini juga disebabkan abu vulkanik yang menghujani kita. Hal ini yang membuatku takut kalau asmaku kambuh.
Jalur ke Puncak Indrapura
Jalur ke Puncak Indrapura
Tapi semuanya berjalan lancar, tak ada kendala yang cukup berarti saat melewati jalur ini. Meskipun ada salah satu temen yang kena jackpot akibat AMS (Altitude Mountain Sickness) yang akhirnya aku paksa naik sampai puncak dengan cara ditarik pakai trekking pool. Mungkin ini salah satunya kenapa aku kuat nanjak sampai puncak, harus ada yang diperhatiin kali ya biar jadi kuat saat menghadapi segala rintangan dan gak mudah ngeluh. *eh malah curcol*
Fajar di atas Gunung Kerinci
Dan setelah perjuangan narik anak orang sambil ngos - ngosan, kita sampai juga di puncak Indrapura.
3805 Mdpl
Akhirnya, sampai juga di puncak Indrapura
Alhamdulillah, semuanya sampai di puncak dengan selamat. Puncak Indrapura dengan ketinggian 3805 Mdpl, gunung vulkanik tertinggi di Indonesia, bisa menapakkan kaki di sini adalah salah satu nikmat dan pencapaian terbesar tahun ini. Rasa syukur dan bangga menjadi satu, tak ada kata yang bisa diucapkan kecuali bersyukur kepada-Nya.
Terima kasih bapak ibu yang selalu mendoakan dan memberi restu anak tunggalnya ini buat mbolang kemana pun. Dan buat tim ekspedisi Gunung Kerinci yang paling kece dan paling kocak, kalian the best lah pokoknya. Dan special thanks to Godrej yang sudah memberi tunjungan dana untuk ekspedisi ini. See you on next trip!! :)
"Tak ada sesuatu yang instan di hidup ini, semuanya butuh proses. Termasuk dalam mewujudkan mimpimu"
Save Save
0 notes
Text
Ekspedisi Kerinci : Ketika Wajah Ketemu Tanah
Halo halo semuanya. Pasti pada nungguin lanjuta catper ekspedisi Gn. Kerinci ini kan. Sorry ya, kalau rilisnya kelamaan, maklum lah lagi banyak orderan dari kantor dan deadline-nya mepet lagi. Okey, gak usah basa basi. Aku lanjutin lagi catper yang tertunda itu. Check this out!!
Setelah mengambil keputusan untuk lanjut nge-camp di Shleter 3 di hari ke dua, akhirnya kita melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan sebagian barang di Shelter 1. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke Shelter 3 cukup 3 jam (3 Jam versi abang - abang porter tapi). Kalau versi aku sih 5 jam lebih, maklumlah tim ngos - ngosan kalau liat tanjakan.
Trek dari Shelter 1 ke Shelter 2 benar - benar nanjak dan membuat diriku cukup ngos - ngosan. Dan akhirnya setelah hampir 2 jam, aku sampai juga di shelter 2 yang ternyata tidak begitu luas.
Trek menuju Shelter 2
Penampakan Shelter 2
Di Shelter 2 kita beristirahat cukup lama, dan saat melihat papan informasi ternyata jarak dari Shelter 2 ke Shelter 3 hanya 550 meter. Hanya 550 meter? Deket lah kayak jarak kantor ke depan pintu tol Kebon Jeruk. Nah, tapi dekatnya jarak antara Shelter 2 ke Shelter 3 itu hanya ilusi. Walaupun jaraknya dekat, jalur yang ditempuh adalah jalur yang sangat sangat menantang. Bagaimana tidak, wajah dan tanah saling ketemu. Angan - angan sampai ke Shleter 3 dengan waktu yang cepat pun sirna. Dalam hati hanya bisa berishtighfar, karena kaki sudah lelah.
Jalur permulaan menuju Shelter 3
Makin naik jalurnya bung!
Tanjakan terakhir untuk mencapai Shelter 3
Nah! Dari foto di atas sudah kelihatan kan jalurnya susahnya kayak gimana. Tapi santai aja lah, masih susahan jalur buat naik ke pelaminan kok. *eh
Setelah susah payah menempuh jalur laknat itu. Akhirnya kita disuguhi keindahan pemandangan Desa Kayu Aro dari atas Shelter 3. Karena semua lelah dan perjuangan kita pasti terbayar dengan indah pada waktunya, tapi perjuangan cintaku padanya masih belum terbayar. Selain itu kita juga bisa melihat Danau Gunung Tujuh dari sini.
Penampakan Shelter 3
Pemandangan dari Shelter 3
Udah nyampe Shelter 3 kan, capek euy. Istirahat dulu ya, nanti dilanjut lagi. Next kita bakal Summit. Momen yang gak bakal terlupakan lah pokoknya.
Save Save
0 notes
Text
Outing Graphixity Pulau Genteng Kecil
Lagi buntu mau ngelanjutin catper yang Kerinci, jadi kali ini mau nyeritain tentang outing bareng anak - anak grafis di tempat kerja (biasa disebut Graphixity) di Pulau Genteng Kecil pas weekend kemarin. Sebenernya gak mau ikut karena pengen weekend di kosan sambil leyeh - leyeh nyantai gara - gara udah 2 minggu weekend di luar kota mulu. Tapi berhubung dibayarin kantor, jadi mau gak mau gue ikut *gak mau rugi banget jadi orang*
Karena saking banyaknya anak grafis di tempat kerja gue, jadi outing dibagi menjad 2 batch. Dan gue kebagian batch 2 yang beranggotakan 26 orang, itu pun banyak yang gak cancel.
Seperti trip - trip sebelumnya, untuk ke Pulau Seribu kita naik kapal feri dari pelabuhan kali adem dan itu berangkat pagi. Nah, setelah nyebrang dari kali adem ke Pulau Harapan. Selanjutnya kita naik perahu motor untuk nyebrang ke Pulau Genteng Kecil. Untuk tempat bermalam, kita akan menginap di salah satu homestay yang cukup nyaman di Pulau Genteng Kecil.
Selfi dulu lah, sebelum basah - basahan
Agenda hari pertama adalah SNORKELING, SNORKELING, dan SNORKELING!!!! Snorkeling sampai bosen dah untuk hari pertama. Kita menyusuri laut dengan perahu motor untuk menuju spot Snorkeling yang ajib (kata abang - abangnya). Untuk perlenkapan snorkeling sendiri sudah disediain ama abang - abangnya juga.
Para tawanan peropak bajak laut
SNORKELING TIME!!!!
Setelah puas ber-snorkeling ria, kita diajak eksplor pulau entah apa namanya (kalo kata Bianca sih ini Pulau gorengan, gara2 ada yang jualan gorengan di tengah pulau yang kecil ini) dan ke Pulau Perak untuk menikmati sunset.
Foto di Pulau "Gorengan"
Ber-sunset ria di Pulau Perak
Puas berbasah - basahan ria, akhirnya kita balik ke Homestay dan bersih bersih. Dan setelah makan malam ktia melakukan game seru yang namanya werewolf. Game yang membuat kita saling tunjuk dan saling pura - pura agar tidak ketahuan siapa yang jadi werewolfnya. Yup, game yang cukup bikin fresh lagi karena kelucuan anak - anak yang saling nuduh gak jelas. Overall, that night was very fun.
Berdoa dulu sebelum makan malam
Dan untuk hari ke dua agendanya adalah siap - siap buat balik ke Jakarta dan jelajah Pulau Bulat. Pagi harinya kita jalan ke Pulau Bulat, Pulau kecil yang lumayan horror karena ada villa yang gak keurus di sana.
Nongkrong di Pulau Bulat
Di pulau ini kita gak bisa berlama - lama karena kita harus kapal yang balik ke Jakarta di Pulau Harapan. Biasanya sih kapal berangkat jam 12. Jadi kita balik ke Pulau Genteng Kecil untuk siap - siap pulang ke rumah. Dan akhirnya kita pulang dengan senang. Sampai jumpa di next trip!!!
Foto di depan kapal babe dulu
Save Save
0 notes
Text
Ekspedisi Kerinci : Sumatra Rasa Jawa dan Perjalanan Menuju Shleter 1
Kamis, 5 Mei 2016, akhirnya kita tiba di home stay Paiman, salah satu home stay yang ada di kawasan kaki gunung Kerinci. Perjalanan ke sini dari Padang cukup melelahkan, kita berada di mobil elf sekitar 8 jam. Tau sendiri kan rasanya kayak gimana duduk di mobil selama 8 jam *pantat panas dan keram*. Di home stay ini, kita bersiap - siap dan membeli beberapa logistik yang harus dilengkapi sambil menunggu porter yang belum nongol. Dari semua logistik yang harus dilenkapi, air mineral merupakan hal yang sangat sangat penting dalam mendaki gunung, apalagi di Kerinci sumber airnya sudah dekat terbatas.
Pemandangan Gunung Kerinci dari Home Stay Paiman
Ada satu hal yang lucu di sini dan membuat sedikit kepalaku agak mikir keras. Hal lucu itu adalah saat aku membeli sarapan di warung dan tadaaaa!!!! si penjual ngomong pakai bahasa jawa. Okey, aku masih mencerna semua ini, dan berpikir kalau ini sudah di Sumatra dan bukan di Jawa. Tapi semua itu percuma, karena semua warga lokal di sini ngomong Jawa. Aku terbengong dan aku mbatin, "cuuuk, adoh - adoh nang sumatra moso' yo ketemu wong jowo maneh". Dan hal ini akan berlangsung untuk beberapa hari ke depan. Fix, aku terjebak di pulau Sumatra rasa Jawa.
Setelah semua siap, kita diantar dengan mobil colt ke pos R10. Dan untuk simaksi sendiri sudah diurus oleh penjaga Home stay, dengan biaya 7500/hari per orang. *cukup murah juga*. Kita mulai perjalanan dari Pos R10 sekitar pukul 11.00.
Pos R10
Dengan jalan yang (masih) cukup landai, kita sampai di pos 1 dengan waktu yang cukup cepat, sekitar 35 menit. Dan aku masih bisa berada di depan rombongan, maklumlah kalau jalan landai dan turun ngacir.
Papan Petunjuk di Setiap Pos
Keadaan masih aman dan terkendali, aku masih bisa mengimbangi speed rombongan yang lain. Kita beristirahat dan makan siang di pos 2. Di pos ini terdapat sumber air, lebih tepatnya tampungan air seperti bekas sungai yang menggenang. Posisi sumber air tersebut ada di bawah pos ini. Meskipun airnya sedikit tapi tetap saja menyegarkan. Kabarnya sumber air ini juga menjadi tempat mencari minum harimau sumatra dan hewan - hewan liar lainnya. Kita beristirahat cukup lama di sini, canda gurau masih terdengar. Tapi canda gurau itu akan sedikit sirna ketika memulai perjalanan menuju pos 3 dan seterusnya.
Perjalanan menuju pos 3 sudah mulai menanjak, dan ini artinya saatnya aku menjadi tim ngos-ngosan alias tim paling bekakang dari rombongan. *sedih banget jadi tim ngos - ngosan* Track jalur ini seperti jalur Gn. Gede via Putri di kali dua, tau sendiri kan capeknya bakal bagaimana. Setelah berjalan - jalan ria selama 1 jam lebih, akhirnya sampai di pos 3 dengan ketinggian 2225 mdpl, lumayanlah naik 300 meter dari ketinggian sebelumnya.
Jalur dari Pos 3 menuju Shelter 1
Setelah cukup di pos 3, kita melanjutkan perjalanan menuju Shelter 1. Dan melihat jalur yang semakin menanjak, aku hanya bisa istighfar dalam hati. Ditambah dengan hujan yang mengguyur, membuat aku berjalan semakin lambat dan ketinggalan di belakang. Untung ada mbak ale, mas hafit, dan bang rendra yang menjadi tim ngos-ngosan, jadi aku tidak berjalan sendirian.
Jalan semakin menanjak dan nafas semakin pendek akibat diguyur hujan. Tapi semangat menuju Shelter 1 masih ada, kita berusaha mengejar rombongan yang di depan karena kita sudah mendapat kabar dari rombongan depan kalau mereka sudah sampai di Shelter 1. Dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam, Shelter 1 pun kelihatan. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di tempat ini. Shelter 1 dengan ketinggian 2505 mdpl ini tak mampu menampung banyak tenda. Sehingga kita terpaksa mendirikan tenda di pinggir jalur. Kenapa kita nge-camp di Shelter 1, karena waktu itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Shelter 2, sebab hari sudah malam dan kondisi kita yang masih kelelahan setelah diguyur hujan di jalur.
Papan Petunjuk di Shelter 1
Shelter 1
Akhirnya keputusan diambil, kita pun bermalam di Shelter 1 untuk memulihkan stamina. Dan keesokan harinya kita lanjutkan perjalanan langsung ke Shelter 3 untuk melalukan summit attack, dengan catatan semua cewek hanya membawa daypack. Dan untuk barang - barang yang tak perlu ditinggal di Shelter 1, adik porter yang akan menjaga barang - barang kita selama kita berada di Shelter 3. Untuk tenda kita membawa 3 saja dan sisanya juga ditinggal. Karena perjalanan menuju Shelter 3 adalah perjalanan terberat di gunung ini.
Save
0 notes
Text
Ekpedisi Kerinci : Persiapan
Long weekend kemarin pada kemana? Pasti pada jalan - jalan kan? Mungkin ada yang pulang kampung, main ke pantai, atau ke gunung. Kalau aku sendiri, Alhamdulillah dapat kesempatan untuk eksplor Gunung Kerinci dan Danau Gunung Tujuh bareng temen - temen awaspala.
Pada awalnya aku ikut trip ini cukup ragu - ragu.*mau berangkat aja masih ragu - ragu bisa apa enggak* Karena jadwal acara outdoor lumayan padat pada bulan Mei, apalagi setelah balik dari trip ini harus ke luar kota untuk kerja. Tapi dengan modal nekat membeli tiket terlebih dahulu, sampai rela ada yang subsidi tiket berangkat kita *makasih Juragan Alpin* dan mengajukan cuti lebih awal 2 bulan dari rencana agar di-approve sama atasan.
Kenapa aku maksa banget ikut trip ini? Karena trip ini dapet sponsor dari Godrej Indonesia. Tadaaaa, dan biaya yang dibutuhkan untuk trip cukup irit karena sudah disubsidi sama perushaan tersebut. Kapan lagi kan naik gunung dibiayai sama perusahaan. Meskipun dengan syarat harus mengibarkan bendera Godrej di atap Sumatra dan membuat video dokumenter.
Kloter ke-dua dari tim ekspedisi Gunung Kerinci
Setelah persiapan yang lumayan ribet dan sedikit drama di kantor sebelum berangkat, akhirnya aku pun berangkat bersama lima belas orang lainnya. Keberangkatan kita dibagi menjadi 2 kloter, sore dan malam. Aku pun kebagian keberangkatan yang malam, bareng sama Bang Bo, Bang Dul, Bang Deri, Septian, Diah, dan Bang Rendra.
Sesampainya di Padang kita pun dijemput elf dan melakukan perjalanan ke Jambi sekitar 8 jam malam itu juga. Kita berhenti di homestay di daerah Kayu Aro, Jambi. Dan di sinilah kita bersiap - siap untuk memulai pendakian ke Gunung Kerinci. Yup, perjalanan yang sangat melelahkan tapi penuh dengan pelajaran dan keseruan di dalamnya. Perjalanan yang membuat kita berenambelas menjadi lebih akrab seperti keluarga.
Selfie dulu sebelum berangkat
Save
0 notes