Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
20/365
"Jadilah tenang dalam hal apapun, memang tidak mudah, tapi dengan tenang kau bisa mengendalikan semuanya" :)
20 notes
·
View notes
Text
Ali Zaenal ‘Abidin
Bekas Hitam di Punggung Sayyidina Ali Zainal Abidin
Dalam kitab al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Imam Ibnu Katsir mencatat riwayat tentang Sayyidina Ali bin Husein yang memiliki bekas hitam di pundaknya. Berikut riwayatnya:
وَقَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الخضري، حدَّثنا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عن عمر بن حارث, قال: لما مات علي بن الحسين فغسلوه جعلوا ينظرون إلى آثار سواد في ظهره, فقالوا: ما هذا؟ فقيل: كان يحمل جُرُب الدقيق ليلاً على ظهره يعطيه فقراء أهل المدينة
Al-Thabrani berkata: Muhammad bin Abdullah al-Khudlri bercerita kepadaku, Utsman bin Abi Syaibah bercerita, Jarir bercerita, dari Umar bin Harits, ia berkata:
Ketika Ali bin al-Husein wafat, orang-orang memandikan (jenazah)nya. Mereka (kaget) melihat bekas hitam di pungguhnya. Mereka bertanya: “Bekas apa ini?”
Seseorang menjawab: “Ia memanggul sekarung tepung (setiap) malam di punggungnya untuk diberikan kepada fakir miskin di Madinah.” (Imam Ibnu Katsir, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Beirut: Dar al-Ihya’ li al-Turats, 1988, juz 2, h. 133)
****
Nama lengkapnya adalah Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdi Manaf. Ia merupakan cicit Rasulullah dari Sayyidah Fatimah. Ia satu-satunya anak laki-laki Sayyidina Husein yang selamat. Ketika pembantaian Karbala terjadi, ia masih berusia tiga belas tahun. Ia tidak dibunuh karena sedang sakit (yauma’idzin mauku’an falam yuqâtal). Banyak generasi salaf yang mengambil hadits darinya seperti Abu Salamah dan Thawus. (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubalâ’, Beirut: Muassasah al-Risalah, 2001, juz 4, h. 387-388)
Para ulama salaf sangat menghormatinya. Mereka memuji kualitas diri dan keilmuannya. Imam al-Zuhri (50-124 H) mengatakan, “mâ ra’aytu quraisyan afdlal min ‘Ali bin al-Husein” (aku tidak melihat orang Quraisy yang lebih baik dari Ali bin al-Husein). Maksudnya suku Quraisy di masa Imam al-Zuhri hidup, bukan suku Quraisy dari masa sebelumnya. Imam Malik bin Anas (93-179 H) berkata, “lam yakun fi ahlil bait mitsluh” (tidak ada di kalangan ahlul bait yang sepertinya). Imam al-Zuhri di waktu lain berkata, “wa mâ ra’aytu ahadan kâna afqah minhu” (aku tidak melihat seorang pun yang lebih paham [agama] darinya) (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubalâ’, 2001, juz 4, h. 387-390).
Membaca riwayat di atas, aktivitas “memberi” Sayyidina Ali Zainal Abidin (38-95 H) dilakukan di setiap malam. Hal ini bisa dipahami dalam dua sudut pandang. Pertama, karena ia tidak ingin kebaikannya diketahui banyak orang, dan kedua, untuk merahasiakan orang-orang yang diberi olehnya. Karena memberi di depan umum terkadang membuat perasaan yang diberi tidak nyaman.
Dalam banyak riwayat, Sayyidina Ali Zainal Abidin selalu merahasiakan pemberiannya, bahkan orang yang diberi pun tidak mengetahui siapa yang memberinya. Setelah kewafatannya, banyak kabar yang menyebar tentangnya di Madinah. Mereka saling berkata:
ما فقدنا صدقة السر حتى مات علي بن الحسين
“Kami tidak kehilangan sedekah rahasia (sembunyi-sembunyi) hingga Ali bin al-Husain wafat.” (Imam Ibnu Katsir, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, 1988, juz 2, h. 133)
Artinya, banyak penduduk Madinah yang pernah mendapatkan sedekah rahasia dari Sayyidina Ali Zainal Abidin. Tiba-tiba barang atau uang yang dibutuhkan berada di depan rumahnya. Awalnya mereka tidak tahu, siapa yang memberikan itu. Tapi setelah Sayyidina Ali Zainal Abidin wafat, mereka tak pernah lagi menerima sedekah rahasia. Akhirnya mereka tahu bahwa Sayyidina Ali Zainal Abidin lah yang selama ini memenuhi kebutuhan mereka.
Bekas hitam di punggungnya adalah bukti kegemarannya merahasiakan sedekah. Ia tidak mau menyuruh murid atau pembantunya untuk mengantarkan sedekahnya. Ia meminggulnya sendiri dan mengantarnya ke rumah orang yang membutuhkan. Artinya, ia sedang berusaha merahasiakan aktivitas malamnya dari keluarga, teman, murid dan para pembantunya. Namun, karena aktivitas bersedekah itu dilakukan hampir setiap hari, lama-kelamaan mereka mengetahuinya. Sebelumnya banyak yang menuduhnya bakhil, termasuk keluarganya sendiri. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
وقال شيبة بن نعامة: لما مات علي وجدوه يعول مائة أهل بيت, قلت: لهذا كان يبخل، فإنه ينفق سرا ويظن أهله أنه يجمع الدراهم
“Syaibah bin Nu’amah berkata: ‘Ketika Ali (Zainal Abidin) wafat, yang berduka (sekitar) seratus ahlu baitnya (keluarganya).’ Aku berkata: ‘Ini terjadi karena ia (dianggap) kikir.’ Meski sesungguhnya ia menafkahkan (hartanya) secara sembunyi-sembunyi (rahasia), dan (bahkan) keluarganya (sendiri) menyangka ia mengumpulkan dirham-dirhamnya (uangnya).” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubalâ’, 2001, juz 4, h. 395)
Sayyidina Ali Zainal Abidin tidak mempedulikan pandangan manusia. Andaipun seluruh dunia menuduhnya kikir, ia tidak peduli. Hanya orang-orang di sekitarnya yang mengetahui cara hidupnya yang sesungguhnya, meski awalnya mereka tidak tahu, tapi karena kemurahan hati dan kedermawanan sudah melekat dengan dirinya, perlahan-lahan mereka mengetahuinya juga. Dari murid-muridnya inilah riwayat tentang kehidupannya bertahan hingga sekarang. Dalam sebuah riwayat, ia menjelaskan salah satu alasan perbuatannya:
عن أبي حمزة الثمالي، أن علي بن الحسين كان يحمل الخبز بالليل على ظهره يتبع به المساكين في الظلمة، ويقول: إن الصدقة في سواد الليل تطفئ غضب الرب
“Dari Abu Hamzah al-Tsumali, ‘sesungguhnya Ali bin al-Husein memanggul (sekarung) roti di malam hari di punggungnya (sambil) mencari orang-orang miskin dalam kegelapan.’ Ia berkata: “sesungguhnya sedekah dalam gelapnya malam dapat meredakan kemarahan Tuhan.” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lam al-Nubalâ’, 2001, juz 4, h. 394)
Sebagai cicit Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, Sayyidina Ali Zainal Abidin mewarisi kedermawanan moyangnya. Ia tidak merasa berat memberikan seluruh hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan. Baginya, kedermawanan laiknya kebutuhan primer, tak ubahnya makan dan minum. Sehari saja tanpa memberi, ia merasa lapar.
Membaca sedikit dari sekian banyak riwayat keluhuran pekerti, kemurahan hati, dan kedemawanan Sayyidina Ali Zainal Abidin, kita seharusnya mulai mengubah diri, dan menganggap perbuatan baik sebagai kebutuhan primer, bukan sekunder apalagi tersier. Jika kita bisa menganggap perbuatan baik sebagai kebutuhan primer, kita akan selalu haus menjadi bermanfaat di setiap waktu. Jika pun susah, paling tidak, kisah di atas sedikit menggugah hati kita. Itu sudah cukup baik untuk permulaan. Pertanyaannya, kapankah kita akan memulainya? Wallahu a’lam bish-shawwab..
3 notes
·
View notes
Text
Inti Jihad Seorang Wanita
Ada orang yang suka berkomentar melihat repotnya kehidupan rumah tangga orang lain"kenapa tidak memakai jasa asisten rumah tangga ketika secara finansial sangat mampu? “
Lalu ada yang berceloteh kepada sang istri "kenapa tidak memilih berkarir di luar, padahal ia lulusan universitas, dan memiliki banyak peluang untuk aktualisasi diri?”
Mungkin diantara orang-orang tersebut patut kita hargai karena begitu peduli, tapi harus sangat kita maklumi karena mereka juga belum banyak mengerti tentang tujuan hidup ini, tentang makna Allah dibalik penciptaan setiap wanita.
Umur yang Allah titipi, kesempatan untuk menghirup nafas ini adalah amanah. Dan bagaimana cara menggunakannya ketika pada akhirnya kita akan kembali padaNya. Sebagai satu satunya tempat kembali.
Para penghuni barzah itu kini ingin kembali ke dunia hanya untuk sekali bersembahyang, bersedekah dan beramal soleh. Dan para syahidin ingin terbunuh berkali-kali karena telah mengecap pahala Jihad.
Dan ternyata Jihad tidak selalu identik dengan peperangan. Tahukah kita bahwa bagi wanita menjalankan kewajiban sebagai seorang istri di rumah juga merupakan jihad. Melayani suami, mengandung, melahirkan mengurus dan mendidik anak menjadi generasi rabbani bukan merupakan hal yg mudah yang suksesnya bisa dicapai sambil berfokus pada pekerjaan lain. Namun sedikit sekali yang mengambil jalan ini.
Wanita bersuami yang berkarir itu hanya sebagian kecil yang mampu menyeimbangkan urusan dunia dan akhiratnya. Dan mereka ibu rumah tangga tidak menyadari bahwa lebih besar bagiannya diakhirat yang Allah janjikan. Keputusan itulah yang secara tidak langsung menjawab apakah dunia/akhirat yang menjadi tujuannya…
Allah melebihkan lelaki dibanding wanita bukan berarti membedakan ganjaranya. Balasan atas kebaikan keduanya sama. Bahkan untuk mendapat pahala serupa, wanita dimuliakan Allah dengan menyederhanakan kewajibannya, serta membedakan medan jihadnya. Betapa Allah menyayangi kaum wanita, hanya saja kita sendiri yang mempersulit diri, menyalahartikan kasih sayangNya, melakukan hal-hal yang melampaui kodrat, bahkan melakukan hal yang bukan kodrat sebaliknya melupakan kodrat aslinya. Naudzubillah.
Apakah jihadnya wanita bisa diwakilkan kepada asisten rumah tangga? Tentu tidak…. Mereka yang sengaja memilih berlelah-lelah untuk kepentingan keluargnya tentu mengerti bahwa ada balasan yang tanpa batas baginya. Bagiku pribadi memilih mengurus rumah tangga sendiri adalah pilihan dan kesengajaan. Karena sebanyak rasa lelah utk keluarganya Allah memberikan ampunan untuk setiap wanita dari dosa-dosa, menjamin kedudukan dan tempatnya di akhirat kelak. (Hadist shahih) Tidak ada yang namanya kompromi dalam syariat, ketika Allah telah menetapkan suatu hukum maka itu bukan sesuatu yang dapat ditawar lagi kita mutlak harus mematuhinya. Kecuali bagi mereka wanita pejuang nafkah yang mulia yang sudah tidak memiliki suami dan memutuskan tidak menikah lagi tetunya Allah menetapkan hukum yang berbeda. Dan bagi mereka para istri
“maka, hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al Ahzab: 33).
” Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829).
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An Nisa’: 34)
Maka "Tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj (berpenampilan) sebagaimana penampilannya orang-orang jahiliyah yang pertama.” (Al Ahzab: 33)
“Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah diam di rumah-rumah mereka.” (HR. Ahmad 6/297)
Pernah dikisahkan
“Seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata : “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda : “ Brangsiapa di antara kalian yang tinggal di rumahnya maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim surat Al Ahzab 33)
Lalu Rosulullah pun berpesan: “Sampaikanlah perkataanku kepada mereka,Bahwa sesungguhnya taat kepada suami dan mengakui hak-haknya itu dapat mengimbangi/menyamai ganjaran jihadnya para suami. Dan hanya sedikit dari kalian yang mengerjakannya (taat dan mengakui hak suami). (HR Al-Bazzaari dan Imam Thobrony.)
Meyakini hal ini, membuatku sadar ada yang menyejukan hati namun mengobarkan semangat tatkala godaan diluar begitu besar untuk aktualisasi diri. Wanita mana zaman sekarang yang berpendidikan dan tak ingin memiliki jenjang karir. Wanita mana yang tak ingin berpenghasilan sendiri dan mampu menikmati hasilnya. Nyatanya semua terpatahkan karena keinginan keinginan itu hanya wujud kecintaan terhadap dunia semata yang sementara. Tidak terdapat banyak kebaikan di dalamnya, sebanyak apa yang Allah janjikan jika kita memilih yang sebaiknya. Maka merelakannya menjadi harga yang mahal yang mudah-mudahan kelak Allah balas dengan surgaNya.
Untukku yang jiwanya selalu terombang ambing hawa nafsu, dan suamiku yang bekerja kerjas untuk menjagaku memenuhi segala hajatku hanya agar hilang dan lenyap semua godaan dalam diriku untuk diperbudak dunia. Demi dirinya yang tak pernah henti memotivasi diri untuk menjadi istri dan ibu yang solehah. Untuk dia pula yang hingga kini selalu berusaha memudahkan urusanku. Aku mencintainya karena kesalehanya dan aku ingin bersamanya sampai kesurga. Maka ketika diri ini tak punya apa-apa, hal terbaik yang bisa kuberikan untuk mensyukurinya adalah mentaati nya. Semoga rumah tangga kami selalu dalam ridhoNya dan diistiqomahkan kami dalam menapaki peran yang Allah berikan sesuai kodratnya masing-masing.
Ya mushorrifal quluub, shorrif qulubana ‘ala tho'atikh (Ya Allah Yang Maha memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan)
614
16 notes
·
View notes
Text
+ Bila orang pakai serban dan jubah.. Dikatanya ia bukan sunnah, sebab Abu Jahal pun pakai serban dan jubah..
.
.
? Ooh, tak tahu pulak selama ni majoriti ulama ikut Abu Jahal. Ke tak jumpat hadith pasal serban dan jubah?..
.
.
+ Bila orang cinta ahlul bait Nabi SAW dan hormat mereka, dikatanya mereka tidak maksum, Abu Jahal juga ahlul bait (keluarga Nabi)..
.
.
? Ooh, tak tahu pulak selama ni kita selawat ke atas nabi dan keluarga beliau tu sekali selawat untuk Abu Jahal. Ke tak jumpa hadith pasal cinta ahlul bait?..
.
.
Minta maaf cakap Ustaz2 dan Dr mcm ni la yg dinamakan tak amanah dengan ilmu. Dia tahu hadith tu ada, cuma dia sembunyikan..
.
.
Dia amik mana2 hadith yg ngam dengan pendapat mereka saja. Bahkan tahap guna hadith untuk tentang hadith.
.
.
Orang awam mcm sye, sye nasihatkan jangan gatal tangan komen kalau ilmu pun tak cukup dan tak tahu byk hadith. Semua apa yg dibuat para ulama ada dalilnya. Cuma anda selalu tanya kepada ustaz yg tidak amanah..
.
Sedangkan ustaz tu akan senang2 ckap tak ada dalil di depan orang awam. Sebab org awam pun tak tahu betul ke tidak ada dalil tu. Cuba suruh dia ckap depan para ulama, beratus dalil ulama akan bawa..
.
.
Baru2 ni Dr tu boleh pulak cakap "Baru title Habib dah percaya bulat2, belum dajjal datang, saya takut tuan2"..
.
.
Elok sangat lah tu, esok Imam mahdi datang tu dari keturunan Rasulullah SAW. Hati2 tolak keturunan Nabi SAW. Esok jangan pulak kita termasuk kat golongan dajjal dan tolak Imam Mahdi pulak sebab benci Alhlul bait Rasulullah SAW..
.
.
Elok la buang skali selawat kepada keluarga nabi saw. Sebab nanti risau selawat tu untuk Abu Jahal pulak.. Yer lah, Abu jahal pun keluarga nabi kan?..
.
Lain kali baca hadith dan Al-Quran mengenai ini, baru kita tahu siapa yg dimaksud keluarga nabi saw tu.. Skit2 Abu Jahal, Skit2 Abu Jahal.. Minat sangat ke dengan Abu Jahal?..
.
.
Tak lain kita cinta Ahlul Bait Nabi SAW melainkan mereka tu akhlaknya mulia, adabnya tinggi, tutur katanya, ilmunya.. Tak disuruh Nabi SAW dan Allah untuk cinta mereka pun, kita dah jatuh cinta dulu dengan akhlak mereka..
Sumber: Kokom Bee (16 Aug 2017)
5 notes
·
View notes
Text
Jangan (Sampai) Akrab dengan Guru (?)
Akhirnya, aku membuat simpulan sendiri: kagumilah karya seseorang, bukan orangnya. Bila ingin menjadikan orang—dengan karya hebat—itu sebagai guru, tidak berarti harus belajar darinya langsung. Dari karya-karyanya saja sudahlah lebih dari cukup.
Aku pun mengingati diri untuk tidak lagi menjadi norak dengan mencari tahu apapun tentang guruku, apalagi berusaha kenalan dan akrab dengannya. Pengalaman mengajarkanku kalau tindakan itu tidak membuat kekagumanku dan ilmuku makin bertambah, tapi sebaliknya, kekagumanku runtuh-seruntuhnya sebab kepribadian guru-guruku itu tidak sehebat karangan mereka. Aku bahkan dengan ceroboh berani bilang: jangan percaya pada pengarang!
Untunglah sebaris kalimat pembuka di lembar pertama karangan-karanganmu di tas buluk itu menyelamatkanku. Di sana kau menulis:
Mengarang bukanlah tentang meraih kemasyhuran,
melainkan mengikat ilmu,
lalu menghapus namamu di bawah judulnya
sebelum menyilakannya dibaca.
_________
Saat saya berselancar di dunia maya, saya menemukan foto dari isi sebuah buku yang bertuliskan seperti di atas. Kalo ada yang tahu, atau yang pernah baca buku itu, tolong infokan ke saya apa judul buku itu, hehehe.
_________
Pesantren (yang saya maksud di sini adalah pesantren NU) tak pernah lepas dari pendidikan tentang khidmah. Bagi sebagian besar orang dengan background pesantren, khidmah adalah jalan hidup. Khidmah pun bermacam-macam caranya, salah satunya adalah yang dalam Bahasa Jawa disebut “khidmah ndalem” (mengabdi pada keluarga pengasuh pondok). Kalo para santri diberi kesempatan untuk mondok lagi, gak sedikit dari mereka yang ingin ngabdi ndalem, alias mengabdi pada Kiyai & Bu Nyai-nya (plus keluarganya).
“Melekatnya ilmu dapat diperoleh dengan cara mudzakaroh, dan barokahnya ilmu dapat diraih dengan cara berkhidmah, sedangkan manfaatnya ilmu dapat diperoleh dengan adanya restu dari sang guru.” — Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
Tapi mengabdi adalah hal yang sangat sulit, sebab menjadikan murid akrab dengan guru, yang sewaktu-waktu bisa membuat si murid melihat sisi manusiawi atau kekurangan-kekurangan sang guru. Kalo sisi manusiawi sang guru terlihat, maka berpotensi mengurangi rasa kagum dan rasa hormat si murid kepada sang guru.
Jangankan mengabdi, mulazamah pun berpotensi demikian. Sepengetahuan saya, kelebihan bermulazamah adalah agar si murid bisa sekaligus melihat dan mencontoh adab dan akhlak para gurunya dalam kesehariannya. Ya sama seperti beberapa sahabat Rasulullah Saw. yang mengais ilmu dari beliau dengan cara bermulazamah, karena mereka tahu bahwa ilmu Rasulullah Saw. gak hanya terangkum dalam lisan beliau, tapi juga tercermin lewat perilaku dan perbuatan keseharian beliau.
Mungkin berbeda kalo mengabdi pada ahlul bait Rasulullah Saw. dan ulama-ulama di Hadhramaut. Sejauh yang saya perhatikan dari cerita-cerita mereka yang (pernah) mondok atau berkuliah di Hadhramaut, para Habaib di sana memang memiliki banyak keistimewaan dan keunggulan sebagai manusia, meskipun ada diantara mereka yang bukan wali. Adabnya, akhlaknya, ibadahnya, dan amal-amal mereka lainnya yang MasyaAllah—yang gak akan kita temukan di belahan bumi manapun kecuali di negeri sejuta wali itu.
“Abah Yai itu gak pernah mau nyupir mobil meskipun beliau bisa nyupir. Beliau pasti minta disupirin, soalnya khawatir di jalanan gak sengaja tiba-tiba lihat kemaksiatan atau hal yang haram. Beliau aja selalu nunduk kalo jalan dihadapan santri-santri putrinya atau kalo pas berpapasan sama santri-santri putri. Coba kamu perhatikan lagi, Rus, beliau merem (memejamkan mata) kalo pas sesi tanya jawab sama jama’ah perempuan di Majelis Dhuha. Beliau gak mau menatap jama’ah perempuan.”
Begitulah penuturan teman kuliah saya (yang juga sekaligus seorang santri) pada saya beberapa tahun lalu.
Jember, 4 Desember 2021
7 notes
·
View notes
Text
🔹Juru Bicara Otoritas Palestina, Anwar Rajab yang pernah mencaci maki Mujahidin : Israel menembaki rakyat dan pasukan keamanan yang mana mengakibatkan banyak warga dan sejumlah anggota aparat keamanan terluka. Keamanan: Salah satunya dalam kondisi serius. #gazaupdateindonesia
0 notes
Note
Hello 🌸,
I hope this message finds you well. 🙏
Could you please help share my story and raise awareness about what my family and I are going through? 💔
A simple reblog of my pinned post or even a small donation could bring us closer to safety and rebuild hope in our lives. 💕
Your kindness means the world to me. Thank you so much for your support. 🌷
🕊️💖🌟
iya bisa
0 notes
Text
Pernyataan Syekh Abdul Qadir al-Jailani ini mengajak kita melihat ujian atau kegelisahan dari perspektif spiritual. Gelisah sering kali bukan hanya akibat musibah, melainkan bisa menjadi “panggilan” dari Allah agar kita lebih dekat kepada-Nya. Dalam pandangan ini, ujian adalah bentuk kasih sayang Allah yang ingin mengingatkan hamba-Nya untuk kembali mengarahkan hati kepada-Nya. Jika seseorang gagal memahami makna ini, ia mungkin terjebak dalam keluh kesah, alih-alih merasakan hikmah yang tersembunyi. Pesan ini mendorong introspeksi dan pemahaman bahwa ujian bisa menjadi wujud cinta dan rindu Allah kepada hamba-Nya.
#syekhabdulqadiraljaelani #quotes #kutipantokoh #ulama #sufi #tasawuf #alghazali #ibnurusyd #alfarabi #ibnuarabi #rumi #jalaluddinrumi #buku #agama #singgasanakata
0 notes
Text
Ternyata selama ini kalimat motivasi aja nggak cukup untuk bikin kita bangkit dan bertahan dalam menjalani ujian kehidupan, faktor utama yang menjadi support system kita dalam menghadapi ujian sebenarnya adalah ilmu dan iman.
Bandung, 3 Januari 2025
3/365 | @monicasyarah
190 notes
·
View notes
Text
“Betapa berat dosa yang aku pikul, namun betapa indahnya cinta ini, cinta yang mengalir kepada engkau yang senantiasa memintakan ampun untukku, bahkan saat aku lupa pada diriku sendiri.”
“Dalam kegelapan hidupku, ada secercah harapan-harapan bahwa cintaku padamu, meski penuh cela, akan menyelamatkanku di akhirat kelak.”
“Bagaimana mungkin hati ini kosong darimu, wahai Kekasih Allah, padahal engkaulah satu-satunya jalan menuju keridhaan-Nya?”
“Rinduku padamu mungkin tak sebanding dengan kasih sayangmu padaku, tapi izinkan cinta ini menjadi lentera yang menuntunku pada kebaikan.”
“Ketika kita berbuat baik, senyumnya untuk kita. Ketika kita khilaf, doanya menyelamatkan kita.”
(Kalam-kalam indah Al-Habib Ali Zaenal Abidin bin Alwy Al-Kaff untuk Rasulullah ﷺ)
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم
0 notes
Text
Ternyata semakin dewasa, bersikap tidak peduli terhadap asumsi, prasangka, dan persepsi orang lain terhadap kita, itu lebih menenangkan hati.
Cirebon, 12 Rajab 1446 H.
206 notes
·
View notes
Text
0 notes