duniafaruq-blog
Faruq Rakhmat
10 posts
Hai, I am Faruq Rakhmat. This is my opinion about my life. 100% Opinion, 100% me, 50% Senior High School, 16 Years Old, Sekolah Muda Mandiri
Don't wanna be here? Send us removal request.
duniafaruq-blog · 6 years ago
Text
Update#2 | Kasih
Tumblr media
KASIH SAYANG
Memang rasa kasih dan sayang bukan milik manusia, tapi milik Allah. Dia bebas membagi dan menahan rasa sayang itu.
Contohnya seorang ayah dan anak yang kutemui pagi itu. Pertemuan ku dengan sang ayah bukan yang pertama, tapi ini kali pertama aku melihat ayah beserta anaknya.
Sang ayah menderita penyakit hidrosefalus atau kepala membesar akibat ketidakseimbangan cairan di kepala.
Selain itu, ayahnya memiliki kumis yang panjang dan berantakan dan jenggot panjang. Pertama kali melihat sang ayah aku pikir beliau adalah seorang yang aneh, mungkin gila atau stress.
Tapi kejadian itu mengubah mindset ku tentang orang berpenyakit langka itu. Dan sang ayah mengajarkanku arti kasih sayang.
Bersama anaknya dia mengajak ngobrol dan bertanya tentang jalan dan tempat yang dilalui. Sang anak aktif sekali dan sering kalo ketawa.
Aku tersedu diam melihat sang ayah yang berbicara dengan penuh cinta tapi tanpa ekspresi wajah yang memadai. Karena aku sendiri takut bahkan jijik sebelumnya.
Memang kasih sayang yang dibagikan oleh Allah cuma kepada orang yang minta dan dipilih nya. Pikiranku melayang ke kekerasan anak oleh orang tua yang normal bahkan sangat berkecukupan. Sayang rasa cintanya telah tercabut sehingga anaknya yang lugu itu menjadi korban.
Kembali pada sang anak tadi. Ia mengenakan baju dan kerudung yang aku tahu itu seragam sekolah. Dan aku terheran lagi melihat logo salah satu sekolah yang lumayan mahal di kerudung si anak.
Kesimpulan positif ku si ayah memang benar-benar penuh cinta mendidik anaknya. Karena sekolah yang dipilih bukan sembarang sekolah tapi sekolah yang berbasis agama banget.
Aku hanya menikmati pemandangan itu sambil bersyukur dan merenung. Mengapa aku yang diberi tubuh yang lengkap dan sempurna ini kalah dengan sang ayah yang memiliki kekurangan tapi mampu memberikan kasih sayang sepenuhnya untuk sang anak.
Aku juga menyesali potensi kebaikan yang sering kali terlewatkan dan aku tidak menyesali nya.
Duh Gusti, terimakasih atas pertemuan singkat di atas si merah tujuan Terboyo-Sisemut. Saking syukur nya sampai aku tak berani mengambil gambar.
0 notes
duniafaruq-blog · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Lelah lelah tidak
Ahad kemarin, persis jam 3.28 kami sampai Semarang dari perjalanan pulang menggunakan kereta dari stasiun pasar senen, Jakarta. Sabtunya adalah seleksi CEI Turkey di Sekolah Alam Bogor. Lumayan menguras tenaga kami. Aku sendiri, capek.
Jam 4 pagi sampai ke pondok dan setengah jam kemudian adzan subuh. Sesuai rencana ku, setelah subuh hingga sore nanti ada agenda yang harus dikerjakan.
Selesai shalat, laptop menjadi alat andalan untuk mengerjakan project subuh ini. Sebuah project yang akan dipresentasikan siang hari nanti harus dibuat sekarang.
Hebatnya kantuk enggan mendekat, aku masih terjaga di depan layar hingga jam 6.30. Project selesai dengan beberapa slide dan note kecil di buku.
Tanpa mandi, aku berganti baju dan berjaket pergi ke Simpang Lima untuk agenda berikutnya, Car Free Day. Mungkin aku juga heran, kenapa udah capek mau dateng acara begituan. Tapi inilah keheranan yang ku lakukan.
Kendaraan pribadi ku adalah BRT. Pribadi karena jarang yang naik kalo hari ahad pagi, hanya beberapa orang yang ada urusan saja.
45 menit bus biru itu menelusuri jalan jalan di kawasan Meteseh, Kedung Mundu hingga Jalan Imam Bonjol.
Turun dan transit di sana. Kemudian lanjut dengan bus merah tujuan Gajah Mada dan Tawang. Aku berhenti di jalan Gajah Mada 100 meter dari simpang lima. Begitulah rute BRT sedikit berubah di ahad pagi.
Sampai lah di simpang lima. Orang yang aku ingin temui ada di sana. Bersama sepeda ontel berbekal tas di tempat duduk penumpangnya dan dua bendera berkibar yaitu bendera Indonesia dan bendera Aksi Cepat Tanggap.
Tak berdiri sendiri, ada 10 lebih ontel lain yang bersandar di sebelah ontel pertama. Tapi tujuan ku bukan itu, aku cari orangnya.
Beliaulah Mas Akbar dari relawan Act Surabaya yang bersepeda dari Surabaya ke Jogyakarta dan lanjut ke Semarang.
Aku hanya bisa bersalaman dan berfoto bersama. Kemudian aku diminta untuk menjadi fotografer dadakan dengan kamera yang aku tidak pernah pakai sebelumnya. Kamera dlsr dengan tambahan dibagikan bawah yang bisa difungsikan sebagian shutter.
Meski demikian, hatiku penuh syukur pagi itu. Syukur dengan lelah yang tidak lelah lelah amat. Melihat seorang relawan menggalang dana dengan caranya sendiri yang mengayuh pedal ontelnya dari ujung timur ke ujung barat pulau jawa.
Tugas fotoku belum selesai. Aku diminta mengikuti Mas Akbar dan rombongan komunitas dari ontel Semarang.
Singkat cerita, jam 8.30 aku selesai dengan tugas ku. Aku lanjut ke acara selanjutnya.
Masih dengan kendaraan pribadi, kini lebih banyak penumpangnya. Aku menuju salah satu hotel untuk berkegiatan di sana. Tepatnya bertemu keluarga yang kebetulan berkegiatan di sana.
Tepat jam 9, si merah menurunkanku di depan jalan hotel itu berdiri. Menyebrang sebentar dan aku tiba di hotel tersebut. Tak sulit mencari ruangan acara karena pak satpam paham dengan lokasinya. "Yang alam itu ya? Lewat sana"
Sampai ruangan, sedikit sambutan dari guru dan beberapa teman yang berjaga di depan ruangan.
Mereka menangkap keheranan pada diri ku. "Gimana di Bogor nya? Ada yang project nya keren? Kira kira lolos tidak? Nggak capek to?"
Beruntung nya aku yang senang bercerita. Kuceritakan yang ku ingat saat itu.
Juga pak Agus guru kami menyapa dengan kabar gembira. Tentang buku yang ku tulis terjual kembali. Alhamdulillah senang rasanya.
Yang kutunggu datang, Mbak Ma atau kakak ku sendiri. Dengan gayanya dan kacamata nya yang putus di bagian kanan. Sebentar ku buatkan kopi dan ku ajak dia masuk ke ruangan.
Aku mencuri waktu untuk mengerjakan presentasi yang belum selesai subuh tadi. Dengan bantuan temen temenku yang jago design.
Sebenarnya ada satu lagi yang kutunggu. Dan akhirnya datang jam 9.45. Bapak dan Ibuku. Karena kami berlima jarang berkumpul bersama.
Sedikit ngobrol dan teguran karena nggak sarapan, sebuah teguran wajib untuk aku yang agak males makan pagi. Bukan males, nggak ada waktu saja.
Sebelum jam 10, aku meninggalkan mereka untuk agenda berikutnya di Masjid Raya Baiturahman Jawa Tengah. Tepatnya di depan simpang lima, arah barat sebelah kanan jalan Pandanaran.
Ternyata belum dimulai kegiatannya. Aku yang sempat buru buru dan menggunakan ojek online dari hotel kemari sedikit lega karena belum dimulai kegiatan.
Di mulailah sebuah pertemuan. Panjang sampai ashar. Aku sempat memaparkan ide sebuah project yang aku kerjakan di sana.
Intinya ashar selesai dan setelah shalat aku menuju halte simpang untuk pulang ke Kendal.
Tepat di pintu masuk sebelum halte, ada pedagang jam yang ngakunya dari gerai di salah satu mall di Semarang. Dia berkata dengan sangat cepat sampai aku seakan terpesona dengan jam tersebut.
Lucunya adalah aku membayar uang yang dia minta untuk membeli jam tersebut. Untungnya aku juga berpura-pura membawa uang dibayar harga yang telah di discount tersebut agar mendapat potongan. Dan betul aku mendapatkan jam dengan 50.000 saja.
Karena transaksi cepat itu pula aku ketinggalan bus biru besar jurusan akhir Mangkang. Sungguh sial sore itu. Tapi cukup seru melihat sebuah gaya jualan baru.
BRT ku penuh sesak sehingga sampai mangkang aku hanya bisa memegang pegang segitiga yang tergantung dari atas bus. Aku berdiri lebih dari 45 menit.
Intinya aku sampai di mangkang. Oper bus curug sewu tujuan Kendal-Sukorjo dan turun di depan gang menuju rumah.
Sungguh cepat perjalanan pulang. Karena jam 5 sore aku bisa sampai rumah.
Aku ngantuk, tapi sebuah aturan di rumah ku adalah jangan tidur sebelum dan sesudah magrib. Ya aku akhirnya belum sempat menyandarkan badan ini.
Magrib, mandi dan makan. Kemudian aku menjemput adik ku di rumah Budhe. Sebenarnya tujuan besar pulang hari ahad kemarin adalah bertemu adik ku yang jarang sekali aku temui.
Sampai rumah Budhe dan baru bisa pulang setelah isya. Perjalanan ke rumah sepuluh menit dan sudah ditunggu oleh tamu. Tamu abi ku. Tamu ku adalah semangkuk bakso lengkap dengan mie kuning dan mie putih. Sebentar saja mangkuk sudah bersih bersisa sendok garpunya.
Begitulah jam 9 malam baru bisa tidur di tempat tidur kesukaan ku di rumah, kursi setengah empuk di ruang tamu.
Setelah lebih dari 40 jam belum istirahat dengan menempel seluruh tubuh ke kasur. Lelah ini tergantikan dengan banyak hal yang terjadi hari ini dan kemarin.
Karena menurutku, lelah adalah perasaan seperti cinta. Ia menyenangkan bila kita merasa lelah.
Itulah lelah ku, lelahmu?
0 notes
duniafaruq-blog · 6 years ago
Quote
Aku nggak sibuk, cuman memanfaatkan waktu yang nggak akan kembali
Faruq
1 note · View note
duniafaruq-blog · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Sibuk
10 Februari 2019
“Aku nggak sibuk, cuman memanfaatkan waktu yang nggak akan kembali”
24 jam adalah waktu kita untuk berkarya dalam sehari. Sayangnya 24 jam itu dibagi 3, untuk berkarya (belajar), istirahat dan beribadah. Katanya.
Berarti ada 8 jam untuk berkarya. Apakah cukup?
TIDAK. Kata Hasan Al Banna “Waktumu lebih sedikit daripada kewajiban yang harus kamu tunaikan”
Berkarya = Ibadah, belajar = ibadah, istirahat = ibadah. 24 jam adalah ibadah.
Maka setiap orang yang paham atas hal tersebut akan semangat untuk ibadah, akan bergairah untuk melakukan aktivitas. Karena dia tahu, semua yang dilakukannya hanya untuk ibadah.
Kalo begitu dia adalah orang yang sangat sibuk dengan ibadahnya pada sang pencipta. Dengan berbagai cara dan rupa, asalkan mendekatkan diri kepada ilahi.
Termasuk diriku yang mencoba sibuk dalam ibadah ini. Mencoba memenuhi hari dengan niat ibadah, agar setiap detiknya tidak sia-sia.
Karena sibuk Cuma dua, sibuk ibadah dan sibuk dunia. Tapi pembedanya sangat tipis yaitu niat.
Menjadi orang yang sibuk beribadah berarti menolak diri pada kesibukan dunia. Dengan pekerjaan yang sama bisa menjadi 2 hasil yang berbeda jika yang satu ibadah yang lain dunia.
Ibadahmu mau 24 jam atau nggak?
3 notes · View notes
duniafaruq-blog · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Aksi Secepat Mulut Berkomentar
9 Februari 2019
Aku menemukan sebuah keanehan yang terjadi. Banyak kata, retorika, dan rima tapi minim aksi.
Kenapa itu bisa terjadi? Karena ngomong itu lebih mudah dari pada beraksi. Modal untuk berbicara hanya mulut dan kata. Namun aksi membutuhkan lebih banyak tenaga.
Sayangnya manusia suka yang mudah. Terlahirnya jutaan raga dengan mulut yang selalu bicara tanpa bekerja.
Maka semuanya seperti pertandingan sepak bola. Yang beraksi adalah 22 orang di lapangan tapi yang memberikan komentar, cibiran dan olokan adalah mereka yang duduk manis.
Sebenarnya aksi itu menggandung ribuan kata dan jutaan makna. Sebuah aksi jalan kaki dari ujung pulau ke Ibu kota demi menyuarakan sesuatu lebih disorot dan dipuji ketimbang yang lain.
Aksi lainnya, walau mungkin bisu tak bersuara.
Tapi kadangkala aksi nggak memiliki makna bila tanpa tujuan. Aksi nyata sekalipun jika salah tujuan itu salah.
Itulah mengapa bertindak harus memiliki dasar. Bukan asal bertindak.
Mungkin yang dinilai di mata Allah bukan hanya aksi. Niat dan penolakan di hati sudah mendapat pahala tersendiri. Namun aksi, dua kali lipatnya.
Jadi mau milih mana, dialog penuh retorika atau aksi penuh dedikasi
0 notes
duniafaruq-blog · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Menjadi diri sendiri atau menjadi yang dunia butuhkan
“Be your self”. Itulah klise yang sering kita dengar belakangan. Krisis menjadi diri sendiri di usia remaja bahkan pemuda banyak banget terjadi.
Nggak usah jauh-jauh. Aku sendiri aja, masih mencari siapa sebenarnya diriku. Paling tidak mencari yang terbaik yang bisa dilakukan olehku, potensi dan karya yang bisa aku ciptakan.
Menjadi diri sendiri adalah idamanku. Mungkin nggak semua orang ingin menjadi dirinya sendiri. Beberapa orang suka menjadi orang lain bahkan sukses dalam ‘diri’ orang lain. Tapi aku rasa banyak juga yang ingin menjadi dirinya sendiri.
Buktinya adalah adanya klise ini. Juga klise ‘menemukan jati diri’.
Tapi kenyataan yang terjadi, banyak pekerjaan dan karir yang tidak sesuai dengan passion dan jati diri kita. Terkadang di dunia kerja nggak butuh keterampilan atau skill yang kita miliki.
Dunia ini punya kebutuhan. Tentu lahir dari permasalahan yang ada dan banyak ini. Hanya orang yang mampu melihat masalah dan menyelesaikannya yang sukses besar.
Menjadi problem solvier adalah pahlawan. Orang yang menuntuntaskan masalah akan dikenal sebagai penyelamat.
Nggak hanya pahlawan. Dunia juga butuh orang yang bisa beradaptasi di dunia. Bisa melakukan sesuatu di dunia.
Maka pertanyaannya adalah, mending menjadi diri sendiri atau menjadi apa yang dunia minta?
Keresahan ini muncul sejak lama. Sampai suatu ketika aku bertanya pada seorang pakar personal branding nasional yang mengisi kuliah umum di SMM. Pak Dodi Afandi namanya.
Jawabannya simple, jadilah keduanya.
Tapi realitasnya sulit, banget.
Menjadi sendiri membutuhkan banyak waktu, tenaga dan biaya. Menjadi apa yang dunia butuhkan juga memakan banyak hal. Untuk menggabungkannya butuh 2 kali kerja.
Menjadi diri sendiri adalah menemukan passion, menemukan kekhasan diri. Kalo kata kak Ogut atau Muda Cuma Sekali bilang, nyari passion itu kayak nyari makanan faforit. Semakin banyak nyobain banyak menu akan semakin tau kalo salah satu menu adalah menu terenak versi dia.
Tapi passion saja nggak bakal cukup. Ada dedikasi, ada proses da nada tugas karya. Baru bisa benar benar menghasilkan sesuatu.
Maka berbeda sekali dengan yang dibutuhkan dunia.
Dunia ini butuh orang yang paham marketing, mengerti IT, tahu lingkungan, expert dan banyak hal. Banyak kemampuan yang dunia butuhkan.
Bener kalo kerja atau membangun bisnis nggak perlu punya semua itu. Ada cara lain agar bisa tanpa semua itu. Tapi untuk hasil yang optimal semua orang terutama millennials butuh itu.
Sialnya prosesnya lumayan panjang. Sialnya lagi teknologi udah canggih bahkan bisa lebih canggih dari otak manusia. Seperti yang dikatakan oleh Agung Hapsah dan youtuber lainnya.
So, karena keduanya panjang. Aku punya jalan tengah yang paling mudah. Cukup mulai semuanya sejak remaja. 15 atau 17. Karena itu memakan waktu lama.
Mulai dulu aja, lalu buat yang lebih baik. Begitu kata Pandji Pragiwaksono.
Stay Productive
0 notes
duniafaruq-blog · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Gara-gara Geme
Tahu nggak sih?
Gara-gara geme waktumu banyak terbuang sia-sia
Gara-gara geme ucapanmu kadang nggak bisa dikontrol
Gara-gara geme kamu nggak peduli terhadap sekitarmu
Gara-gara geme uangmu dihabiskan untuk beli ini dan itu
Gara-gara geme, kamu kecanduan.
Emang seberapa bahayanya sih geme?
Dua hari ini aku main geme, Pro Evolution Soccer. Seru, happy, seneng, ketawa, tapi waktu hilang nggak kerasa.
Kalo udah di depan layar, 100% pikiran ada di layar. Misal ada pikiran mau ngerjain yang lain, aka nada yang bilang
“Jangan ditinggal, nanti kalah”
“Pialamu masih dikit”
“Ayolah, satu jam lagi. Nggak papa kok”
“Tugas masih bisa dikerjakan nanti, ini turnamennya mau selesai. Nyesel lho”
Semua itu aku rasakan. Pergulatan antara mau lanjut atau stop. Sialnya, nggak berhenti-berhenti.
Dan ketika sudah menunjukan waktu dini hari, mata udah nggak kuat untuk terbuka. Tidur.
“Tapi kan ada manfaatnya, banyak lagi”
“Geme bisa buat otak cerdas lho, jangan salah”
“Dari geme aku bisa dapet komunitas, temen dan duit kok”
Ya. Itu semua benar. Tapi boleh nggak kita mikir kalo hal lain yang dampak nya lebih besar kita lakukan akan lebih bermanfaat?
Pernah nggak terlintas, belajar apa yang kamu suka, bisa tentang geme, computer, software dan film bisa lebih buat otak cerdas?
Pernah nggak ngerasa kalo duduk diskusi dengan organisasi, berbisnis, melalukan hobi juga dapet komunitas, temen dan uang?
“Iya sih, tapi pilihanku udah geme. Sehari nggak ngegame rasanya gatel”
Oke kita siasati.
Kamu boleh ngegeme, semisal belum bisa meninggalkannya, setiap hari setelah semua list pekerjaanmu selesai. Silakan. Puas-puasin.
“Kalo aku kan gamers, ya harus main geme donk”
Betul, skill game kamu bagus. Udah dapet penghasilan juga. Tapi gini lho, kamu juga harus bersosial, bermanfaat dan punya peran di masyarakat.
Misal kamu jadi gemers. Boleh banget kalo kamu keren, ibadah lancar, patuh sama orang tua, ngerjain tugas sekolah dan kampus. Asal kewajiban sebagai manusia kamu lakukan.
“Berisik”
Oke, aku juga suka ngegeme. Tapi ku jadwal.
Sebenarnya intinya jangan kecanduan. Itu aja.
1 note · View note
duniafaruq-blog · 6 years ago
Photo
Tumblr media
BOLEHKAN BERBOHONG JUMLAH UANG
“Masih punya uang nggak mas?” tanya Ayah.
“Masih kok, masih cukup” Jawabnya sambil menutup telepon.
Padahal uang si anak tinggal beberapa ribu saja. Tapi cukup.
Itulah cerita seorang anak kos yang menyembunyikan kehawatiran kedua orang tuannya dengan bilang cukup.
Kalo dilihat sekilas, ini adalah pembohongan terhadap orang tua, durhaka. Nggak sama antara ucapan dan realita. Tapi secara value ini bener.
Kalo tujuannya untuk mempertangguh diri, kenapa enggak. Walau dengan sedikit kebohongan dan kehawatiran akan makan esok hari.
Tangguh nggak dikasih tapi dilatih. Beda dengan tubuh kita yang 100% dikasih cuma-cuma oleh Allah. Tapi rasa ketangguhan itu dilatih. Semakin dilatih semakin tebal rasa tangguh seseorang.
Nggak hanya uang, tapi keadaan terjepit membuat ketangguhan melejit dua tiga kali lipat.
Kepepet nggak ada uang, belum bayar kos, bensin mau habis dan segala keterpepetan itu menangguhkan.
Lalu apakah masuk kebohongan? Iya. Kan bilang uang masih cukup ternyata tinggal dikit.
Kembali ke tangguh. Ada kekuatan super kuat yang nggak muncul kecuali sewaktu kepepet. Entah kenapa dunia udah membuktikannya.
Kekuatan yang nggak dibayangkan sebelumnya, ketangguhan yang dulu kepikiran aja nggak. Sekarang ada, di depan mata.
Intinya, tangguh bagian dari kehidupan yang sangat penting. Sialnya kita diminta untuk mengasah terus hingga tangguh beneran.
0 notes
duniafaruq-blog · 6 years ago
Photo
Tumblr media
PROSES MENJADI HEBAT
Sering kali orang sulit untuk berkarya. Karena banyak alasan dan halangan.
“Belum bagus”
“Malu”
“Takut dihujat”
“Males”
“Siapa gue??”
Itu masalah sepele bagi kita yang sudah sadar atas pentingnya berkarya. Namun bagi mereka yang belum itu hal terberat.
Berkarya. Inilah puncak pengabdian hidup bagiku. Dengan jenis apapun, berkarya adalah output dari belajar.
Harapan setelah berkarya tentu minimal kita dikenal sebagai ‘orang’ diantara 7 miliyar popolasi manusia. Bukan sekedar meramaikan platform karya. Tapi untuk menunjukan siapa kita.
Ahh tinggi sekali harapan ku. Yang ku tahu mengapainya itu sulit, rumit dan berliku.
Setidaknya seorang pekarya harus konsisten sampai mati kalo mau dikenang baik. Karena kalo berhenti dan tiba-tiba ‘jatuh’, akan hilang juga nama baiknya.
So, ada 4 hal pertama, agar kamu bisa bertahan sampe mati untuk berkarya.
Satu, Isi Bensin. Nggak mungkin orang berjalan apalagi ngebut tanpa bahan bakar. Dan bahan bakar pekarya adalah ide, gagasan.
Kabar baiknya alam menyediakan setiap jengkalnya sebagai ide. Kabar buruknya nggak semua ide bisa dikonfersi menjadi karya. Juga tidak semua orang bisa mengubah ide menjadi karya.
Isi bensin bukan cuma ide, mindset, semangat, motivasi diri juga harus dicari. Dicari bukan ditunggu. Karena pengalaman membuktikan, menunggu untuk semangat itu menjadikan kita lalai untuk berkarya.
Tapi kata motivasi cuma sekejap saja dampaknya. Solusinya, jadikan dirimu motivatormu, bukan yang lain.
Caranya? Yakin bahwa dirimu akan mati. Maka mesin diri akan terus terisi oleh motivator terbaik sepanjang sejarah, kematian.
Kedua, Mulai Aja. Setelah punya mindset dan semangat, kadang kala orang lupa untuk mulai.
“Nanti hasilnya jelek”
“Banyak haters nya”
Pasti hasinya jelek. PASTI.
Siapa juga yang mau jugde jelek? Perasaanmu aja yang nggak pede. Belum tentu juga mereka tahu karyamu.
Karya pertama pasti jelek. Tapi tanpa karya jelek dan sampah pekarya nggak bisa untuk naik lever menjadi lumayan bagus. Gimana mau berkembang, orang nggak ditanam. Bener kan?
Proses memulai ini butuh kemantapan, bukan cuma setuju pada prisip atau motivator kematian kita. Mantap untuk membuang waktu santai kita tanpa dibayar.
Bagiku, proses memang kejam. Kita melihat orang di puncak gunung dengan santai duduk manis meninkmati pemandangan di sana. Tapi proses menaiki gunung kita nggak lihat. Dan ketika memulai untuk naik seketika hilang bayangan kesenangan di puncak.
Tiga, Lingkungan yang aman. Memulai berkarya berarti memulai show up hasil dari diri kita. Tentu ada mata yang tak suka, ada mulut yang mencibir. WAJAR.
Trik agar tidak berhenti di pekan atau bulan pertama adalah cari lingkungan yang relatif aman untuk berkarya. Contoh komunitas. Karena komunitas itu sedikit lebih aman dari pada audience umum.
Komunitas bukannya tidak ada haters di dalamnya, bukan untuk dimintai like satu per satu. Komunitas itu untuk dimintai saran dengan halus dan tulus.
Kalau opini publik mungkin tulus tapi belum tentu halus. Sialnya kadang kalo kasar sedikit pekarya sering kendor bahkan tumbang.
Empat, konsisten. Istiqomah emang sulit bro. sulit.
Misal udah mulai bagus, udah punya audience, followers, market. Ehh turun kualitasnya, ehh jarang upload lagi, ehh vacuum.
Apalagi konsisten bersama motivator kematian kita. Mati bukan jadi prioritas pikiran saat di atas angin. Lupa pasti kalo udah sukses. Akhirnya merosot dan decline.
Yang paling keren adalah orang yang ketika meninggal dunia, karyanya semakin dikenal, followers nya tambah banyak, didoakan dan dibicarakan kebaikannya. Itulah karya yang berhasil.
Aku masih jauh untuk ke arah sana. Jauh sekali.
Cuman aku berharap bisa bersama sampai selesai tugas berkarya.
0 notes
duniafaruq-blog · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Mungkin#1
BERTAHAN DI KEADAAN SULIT
2 Februari 2019
Pernah nggak sih merasa kayak, “ini kok sulit banget” atau “aku kayaknya nggak cocok ya” Bukan guwe banget nih”
Kalo kamu pernah berarti kita sama dan kita normal. Sangat normal. Semua akan mengeluh saat berada di zona tak nyaman.
Pertanyaannya, haruskah kita bertahan di zona yang nggak nyaman itu?
Jawabannya, relatif. Tergatung ketidaknyamanan apa yang terjadi. Masalahnya ada ketidaknyamanan yang bagus dan jelek. Ada yang harus dilanjutkan dan ada yang harus diubah.
Cara menentukan perlu tidaknya keluar dari zona nyaman adalah cari seberapa manfaatnya berada di zona tersebut. Bila banyak manfaatnya, lanjutkan. Kalo blas nggak ada gunanya segera tinggalkan.
Misal, kamu mencoba untuk membuat habits baru. Sulit sekali untuk konsisten dan selalu kehabisan ide dan tenaga. Tapi manfaatnya banyak banget. Bisa membuat kamu sehat, mengisi waktu luang secara produktif, menambah teman baru, bergaul di lingkungan yang kondusif.
Tapi masih terasa menyiksa (berat untuk menjalani). Maka kalo memang bermanfaat, apalagi besar banget harus tetap bertahan.
Contoh hal sulit yang harus dilanjutkan walau sulit dan (mungkin) menyakitkan : habbits yang bermanfaat (olahraga setiap pagi, menulis, membaca buku), perintah agama (shalat, puasa), belajar dan mengejar karir.
Ada juga hal berat yang harus dirubah, yaitu yang manfaatnya sedikit atau lebih banyak ‘rugi’nya kalo kamu melakukan hal tersebut. Udah buang-buang waktu, ngabisin duit, tambah-tambah dosa, dimarahin mama membuat nilai jelek.
Nah itu harus dirubah. Sedikit demi sedikit asalkan ada progresnya itu juga perubahan.
Kesulitan yang harus dirubah misalnya hobi. Kalo nggak nyaman atau bosen sama hobi tertentu boleh kok kamu cari hobi baru, asal lebih menguntungkan.
Kemudian pekerjaan atau (mungkin) jurusan/bidang belajarmu. Kalo kamu nggak 4E di pekerjaan atau passion kamu, mending coba untuk cari yang baru. Mungkin itu tanda kalo kamu nggak cocok untuk berada di sana.
Perilaku juga harus dirubah. Kalo kamu sadar itu buruk tapi kadang belum mau untuk pindah, mulai sekarang buat sesuatu yang produktif dan positif.
Terakhir, sebenarnya kerelatifan itu nggak ada batasnya. Sama dengan kenyamanan dan kesukaan. Kembali ke kamunya merasa nyaman atau tidak dan bermanfaat untuk dirimu atau nggak.
2 notes · View notes