24januari'94 ~ budak leutik nu resep ulin ka sagala kaulinan bale jeung purah ngabolang ka kebon/sawah batur, resep pisan kana sato !! http://morningblueuchu.tumblr.com
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
"Saat hujan tak turun di puskopad
Puskopad menyimpan cerita di setiap musim bersua. Bersenandung indah nan elok, Musim hujan maupun maupun musim kemarau akan ada cerita epik di setiap julur aura kehidupan orang orang di dalamnya
****
Angin berhembus sangat lambat, musim kemarau sedang berjalan saat itu.. kami anak anak yang belum beranjak dewasa , berlabel anak kampung sumedang biasa akan bermain di siang hari sepulang sekolah. Ya bermain. Aku beserta temenku yang lain sangat senang bermain dari mulai bermain tanah, pergi ke sawah, walungan sampe mengusik kehidupan tetangga hahaha. Hembusan senja sore mulai terasa terlihat samar langit berwarna jingga, baju yang siang itu bersih berubah menjadi kotor penuh guratan cap tanah disana kemari. Muka yg lucu berubah menjadi muka yang naudzubilah kucelnya , raut yang bergembira berubah menjadi raut lemas dan lunglai. Tapi cerita belum berakhir. “Wooooy 15menit deui kadieu buru nyak” saut suara a eza mengajak kami, ” rek dimana kitu” “eta we di sawah lebak meh deket”.
****
Ya musim kemarau telah melumpuhkan pdam komplek kami, air hanya menyala dua/tiga hari sekali itupun malam hari, alhasil bagi kami anak kampung tak ada jalan lain selain mandi di sawah lagian kita masih kecil, setiap temanku sudah membawa peralatan mandinya, menelusuri lebak penuh tanah yang licin, Satu persatu dari kami mandi di bawah pancuran air sawah yang lumayan bersih dimulai dr para lelaki, biasanya mereka mandi tanpa ditutupi tempatnya sengaja mereka biarkan ter buka begitu saja lalu brkata ” hahahahhaa bae meh awewe narempo” itu selalu ucap mereka, Satu persatu dari kami perempuan pun mandi di pancuran sawah bedanya kami para perempuan akan bergantian utk menutupi tempat mandi kami.
Ya setiap hari selalu seperti itu ketika aura kemarau datang ke komplek kami, canda tawa terdengar jelas di telingaku sampai saat ini, cerita ini mungkin kampungan tapi sangat menetap di pelupuk hati aku.
****
Akan aku ceritakan kisahku sendiri, sepulang sekolah aku seger la berlari berganti baju merah putih itu, tergesa gesa menuruni tangga dan bilang” maaaaaaah ucu ka lebaaaaak nyaaaa hayaaaaang eee” ” iiiiiiii hayu anter ucu ka sawah lebak” aku dan sahabat karibku segera berlari ke sawah menuruni tangga, bertahap di jalan becek yg licin tergesa gesa menuruni agar segera berada di sawah. “Ii ucu ee hela nya, ii bade ee teu?” Aku menungging di walungan kecil dan bertengger di sebuah bambu yg berjumblah tiga, dan hanya ada penutup papan disana, tiba tiba tanpa disadari virus mules itu merasuki ii ” cu, ii ge palay ee, tapi ngahareupna nukangan ucu nya era” ucap ii ” enya sok dieu”. Kami pun ee saling berbelakangan tapi tetap satu tenggeran bambu, tak disadari karena kami saling merasakan suatu hal ganjil ada sesuatu yg menarik perhatian ii disana karena aliran air menuju ii ” ii tempo tai ucu ke belah maju ten ii” dengan tertawa ” hahaaha cu naha ee ucu meni garede”, jadi pada intinya setiap aku mengeluarkan fesesku ii akan melihatnya karena arah sungai ke arah ii. Kami akan tertawa meski itu menjijikan kami akan tersenyum meski bagi mereka di kota ini memalukan. Tapi kami akan bawa cerita bagi cucu kami yg tak akan diceritakan oleh mereka mereka yg tinggal di kota. Setelah cukup puas kami ee di walungan, akhirnya kami bingung mau cebok pake apa. Tak pikir panjang kami bawa gayung dr rumah dan berlari kecil kedepan walungan utk cebok di walunga yg sama. Ya itulah cerita musim kemarau di kompleku puskopad ketika aku duduk di SD kelas 1-3.
****
Cerita ini sangat menjijikan ya? Tapi sangat berkenan dihati para kami anak kampung, aku bangga jadi anak kampung aku bangga dngn semua cerita ini. Langit akan selalu berwarna biru pohon akn selalu tampak hijau. Tapi cerita akan senantiada berubah dan berbeda disetiap tempat. Rinduku pada puskopad.
0 notes
Photo
Letda chk randy rufiano, dia kaka ku. Pukul 6 sore sms masuk lewat hp ku" cuw dimana udah sore" setiap kali aku belum pulang lebih dari jam 5sore. Skrng tentara tapi dulu.... "Cu, nonton onepiece yu ada yang baru" .... "Cu, ke pasar burung yuk, ada musang loh" "Cu, kamu mau ga beli burung kita udunan" "Cu, aku ganteng kan iya kan aku ganteng loooh" "Cu, kamu mah kamuen atuh masa aku terus yg bantuin mamah" "Cu kamu pernah makan ini ga? Mau ga? Beli yuk" "Cu, aku nanti pas aku punya rumah dihalaman belakang mau aku jadiiin kebhn binatang, baguuus kan" "Cu, hereuyan si bapak" "Cu, ada temen km... tapi boong jahhhaha" "Cu, anter aku ngasiin ini yu" Nonton kartun bareng Makan maknan bareng Diem lama lama didpan tv bareng Ke pasar burung Dan lain lain yg tak bisa dijelaskan.
0 notes
Photo
Dia berlari lalu memanggilku yg sedang duduk " cu sini hahahahha bapak mau kesana ya, ada nelayan yg baru pulang melaut, bapak mau bantuin" kadang jalan pikirannya tak bisa ditebak. Entah apa yg dipikirannya dia berlari ikut mendorong kapal nelayan lalu teriak" cuuuuuuuuuuu ikannya besar sini cepwt liat, hahaha" aku tersenyum selalu tercengang dgn kelakuan ayahku ini, " cuu poto bapak lagi angkut ikan gedenya hahaha" - Garut, 24/04'14
0 notes
Photo
"Cu, gimana seneng kan diajak kesini sama bapak? , sini tas nya biar bapak yg gendong, liat liat disana ada ombak gede hahahaha ayo cu kesana" - Garut, 24/03'14
1 note
·
View note
Photo
"Cu kalo bapak pose nya kayak gini, banyak yang bogoh sama bapak, hahaha" tertawa - Garut, 24/03'14
0 notes
Text
Kebakar rambut
dulu anak kecil selalu berpikir semua yang ada disekitarnya adalah keasikan, benda-benda adalah objek, alam adalah subjek, dan teman adalah projek.
siang telah tampak, matahari riang berseri menunjukan taring sinarnya, aku lelah menikmati siang itu, saat itu usiaku sekitar 5tahun umur dimana semua menjadi objek dan subjek , tanpa pikir panjang aku hanya melamun melihat jendela yang berlapis jeraji ini, “heeeeeeeeeeeh” hela nafasku, “atuh meni gada kerjaan” keluhku.
tiba-tiba…………..
“esssssssssssssssssss mong-mong” trooong troooooong suara kuningan yang terpukul terdengar. ”emaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang” aku berlari gurung gusuh membuka pintu rumah “meseeeeeeer nya, engke nyokot heula acisna” teriakku keluar rumah, “mah hoyong es mong-mong” pintaku, “teu boga duit ah” jawaban singkat yg cukup membungkam mulut, sejenak aku menatap tukang es mong-mong itu dan yasudahlah, akupun tak keluar utk tidak meberitahukan kabar buruk ini ke mang-mang tukang es mong-mong, dia melongo menungguku , mungkin bertanya-tanya kenapa aku tak kunjung keluar , dan pada akhirnya dia pun pergi tak menantiku kembali, ya akhir yang sangat dramatisir.
AHA.
mataku berbinar penuh semangat dan antusias seketika ketika kulihat seonggok deretan korek api di ujung jendela, pikiran menarik langsung terlintas secepat roket ke angkasa, mata ku menatap setajam silet dan pada “cekresss” suara itu terdengar epik dan lembut lalu “cekress” suara itu menggairhkan “cekreees” suara itu membuatku tergoda, hingga pada akhirnya KOREK API NYA HURUNG dengan api yang mebuatku makin semangat, tapi aku bingung mau mebakar apa dengan benda ajaib ini , kertas nothing, kain tak ada, daun komo eweuh eta mah, plastik tong ditanya teu boga,
AKHIRNYA..
aku berpikir jernih penuh pertimbangan aku bakar horedeng jendela tapi rupanya ibuku melihat dan dicarekanlah aku, hmmmm aku kecewa saat itu, tapi okelah no problem akupun punya ide bagus nan cerdik, saat angin berhemat untuk mengeluarkan energinya saat embun sudah tak tampak dan saat ide ini muncul sarafku secapt itu mensetujui dengan berdalih sangat menarik,
LALU
aku bakar ujung rambutku, “eh ko asik ya” … aku bakar lagi ujung rambutku “eh ko makin asik” aku bakar lagi “asik asik” dan rupanya api itu menyala sejadi-jadinya membakar rambut tipis dan mungil ini, “alaaaaaaah siaaaaaaaaaaah kumahaaaaa” aku panik lalu berlari ke kamar mandi dan siram kepala “cisssssssssssssss” padamlah api nya.
masa kecil sangat menarik, masa dimana subjek dan objek di sekitar menjadi projek jalan pikaran yang harus terlealisasi, masa kecil adalah kenangan tiada lupa, kenganan tiada terulang, kenangan tak berbekas dan kenangan selalu teringat. mungkin dulu konyol tapi satu fakta kita tidak bisa kembali pada itu dan tidak bisa membuat sekonyol masa itu.
1 note
·
View note
Text
suntik dulu yaaa.. josssss maknyesss!
siang itu, matahari tertawa riang beriringan bersama sang angin melambai-lambai pada sebuah pohon besar di sekolahku, terasa sejuk merasuk jiwa tapi rupanya keceriaan itu tak kurasakan pada hari itu, dengan bibir pucat, mata sayup dan badan luyu, aku siswa kelas 1 SD ini mengalami ketakutannku akan suatu hal yang dianggap tabu, sesuatu hal yang dianggap ngeri, saat deretan teman-temanku mulai satu persatu memasuki ruang uks, aku hanya terdiam bisu menikmati sepoyan angin disiang ini menikmati setiap peredaran darah yang tak kunjung sampai ke kepala hingga daerah kepala kekurangan oksigen berefek pucat pada sekujur muka anak kecil ini.
****
"haniii..... bagian hani ke uks?" ucap guruku, dengan kepucatan ini aku mulai tersadar lamban laun nama itu akan disebut lamban laun cuman dalam menghitung menit nama itu akan disebut ya nama "yuni dara pramita" akan disebut, tak biasanya si gadis kecil ceria hari itu murung sejadi-jadinya seperti anak kucing yang susah buang hajat semurung itu terlihat jelas di muka gadis kecil ini.
"yuni.. yuni ada ? giliran yuni" aku mulai ketakutan ya itu namaku disebut hanya ada satu nama yuni dikelas ini, dengan lemah lunglai dan tak bersinergis aku berjalan dituntun seorang guru bernma "bu euis" perawakan berisi ya lumayan gendut tapi sangat baik, saat angin masih membawaku kedalam lamunan siang itu, aku bertanya pada temanku "he oge nyeri ?" ucap mulut mungilku "henteu da siga digegel sireum ieu mah" ucap temanku "endah teu bohong kan" ringkikan suarku "henteu" , bu euis mulai berbicara cerewet kepadaku "teu nanaon chu, siga dicocol sireum da ieu mah, jangan tegang ih mukanyna udah pucat".
perlahan aku melihat pintu itu seperti neraka dengan api berkobar-kobar siap melalap tubuh mungilku, mulai mendadahiku dan seolah-olah berkata "sini cepat nak, sini cepat" .. tuk tuk tuk suara sepatuku berlahan memasuki pintu itu, sudah ada 2orang berseragam putih dan bermasker memegangi sebuah jarum suntik yang disentil sentil suntikannya..
DAN
saraf-saraf tak sadar mulai bekerja secara sinergis menyampaikan nya ke otak hingga akhirnya aku berteriak sejadi-jadinya diruangan itu "aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah embung disuntik embuuung disuntik" , ya aku mulai berteriak saat aku melihat si mungil jarum suntik di depanku, suasana mulai panik bapak ibu guru mulai gelisah, ruangan itu yang asalanya tampak sepi kini mulai dikerumbuni siswa dan orangtua murid, seiring suasana mulai panik seiring itupun aku mulai berontak, satu guru mulai memegangi tanganku "tenang chu tenang teu nyeri da" ucap bu euis, aku berontak hingga akhirnya ibu euis kewalahan menghadapi tubuh kurusku, sekarang alhasil tubuh kecil ini dipegangi dua orang guru berawak berisi dan denagn mata melotot memegang erat kedua tanganku, "aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah embung disuntik embuung disuntik ibu guru geloo embuuung disuntik" suarku terdengar nyaring dan cempereng mengisi ruang ini yang tampak mulai riuh dilihat banyak orang,
"auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu" suara kesakitan terdengar dari seorang guruku yang memegangiku, bukan berarti sang dokter salah suntik ke guruku melainkan gini ceritanya : saking takutnya aku disuntik ketika teriakanku tidak berdampak apa-apa aku mulai berpikir cerdas nakal bagaimana caranya biar semua ini tidak terjadi, maka ide jahat pun muncul begitu saja hahah akhirnya aku pun menggigit lengan ibu guru olahraga yang memegangi lengaku hingga berdarah cuy bayangkan gigitan itu gigitan seorang anak kecil berperawakan kurus dengan gigi susu yang tajam dapat mengggit sampai hampir berdarah.
****
akhir cerita kedua guruku menyembunyikan kepalaku kebelakang tangan bu euis, aku disuntik di daerah telunjuk tangan , saat saat terakhir suasana neraka itu guru olahraga yang tadi kugigit berkata "tuh kan yun gapapa gasakit kan ? hehe" suar senyum itu membuatku sebal dan dalam hati aku berkata "teu nyeri kumaha bu, tempo tah tanagn mungil aku berdarah" aku bergumam dalam hati sambil meng-emut tanganku yang tadi disuntik
****
rupanya cerita itu seperti angin berhembus cepat seperti ceritaku disekolah sudah mulai terdengar dan sampai ke telinga mamahku, ya ibu-ibu yang anak nya satu sekolah denganku bercerita kepada mamahku "bu yono, tadi mah nya si uchuu saking mebung disuntik ngagegel ibu guruna, hahaha eh ai tos disuntik jari na di-emut we terus aya aya wae kalukana hahaha" ibuku hanya tersenyum malu mendengar cerita-cerita sambil mungkin dia bergumam dalam hati "anduiiing anak saha eta meni bangor-bangor teuing"
****
kulihat sawah dari atas sini, hijau membentang, kulihat langit biru sangat luas, kulihat satu cerita ini menjadi memori epik masa kecil yang tak mudah terlupakan bagiku, bagi orang tuaku, dan bagi guruku, kadang kita menakuti sesuatu yang yang belum kita rasakan, dan usia dewasa ini aku ingin menjadi dokter menjadi posisi yang dulu menyuntikku.
0 notes
Text
satu jahit menuju berjahit-jahit
embun pagi tampak menyelimuti komplek, terasa halus menusuk jiwa raga, matahari masih malu menunjukan sinarnya, tapi pagi itu aktivitas si tubuh kecil mungil ini mulai terlihat jelas dengan baju lusuh piyama yang dipakainya, mata sayup di pelupuk matanya, jari-jari tangan membersihkan cileuhnya , gadis kecil ini mulai merangkak berdiri menuju zona luar yang terselimut embun, sosok mungil itu adalah aku ketika berusia 4-5tahun ketika segala aktifitas luar sangat begitu menyenangkan di pikiran ku, dengan berlari kecil aku tinggalkan selimut tebal yg kupakai lalu membuka pintu dan naik keberanda lantai memanjat sebuah tiang kecil dipinggir rumah dan sampelah aku di genteng rumah orang lalu berteriak "emaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang, meser susu anu rasa meloon" suara itu begitu cempreng aku lontarkan, "eh si uchuuu sok atuh turun hela tong dina genteng" teriak penjual susu murni langgananku, disisi lain terdengar suara kanjeng mamih yang lamban laun terdengar jelas di telingaku "uchuuu ai kaluar imah teh pake hela bajuna , eta piyama tong dilepas dasar jurig cangcut wae unggal poe teh" mamahku emang gitu ke aku heran aku juga menganpa beliau begitu berteriak-teriak ditelingaku, "heueuh engke, mah hayang duit maratus jang susu". ya setiap pagi setiap embun menari seirama dengan hembusan angin pagi, setiap matahari senantiasa menyinari mereka yang pergi sekolah setiap hari itu pula setiap pagi rutinitas keseharian masa kecilku selalu seperti itu, diteriaki banyak orang :D
****
hawa angin berubah deratis di siang ini, setelah mandi tadi pagi aku mulai membuka bajuku dan berubah menjadi curig cangcut kembali, tak ada teman sepertinya siang ini, karena hawa sudah mulai naik beberapa derajat celcius dan pikiran sudah tak karuan, siang itu aku buka kaos dibagian perut lalu aku tempelkan ke lantai yang berhawa dingin menikmati setiap detik kemesraan antara lantai dan perutku, bosan... pabi anak kecil seatraktif diriku tanpa ada kegiatan itu sungguh membosankan, akhirnya aku menaiki tangga menuju kamar yang terisi kosong, perlahan tanpa refleks aku mulai mencari jarum dan guling kesayanganku , guling yang sejak bayi menemaniku dan hingga usiaku 10tahun masih bertahan,
****
tak tega sebenernya diriku kepada sosok guling ini, guling penuh sejarah tapi apa daya otakku berkerja sinergis dengan kedua telapak tanganku memunculkan ide yang sangat brilian dan menggairhkan, dengan ucapan bismillah dan dengan menahan ketegaanku kumulai mengiris guling ini dengan silet hingga tersayat panjang, mengeluarkan kapas-kapas didalam gulinga akupun tertawa riang ketika si guling tersayat sempurna dengan lihai aku mulai memasukan benang kedalam jarum dan dengan mata polos itu aku mulai menjait sayatan guling itu, mungkin kalo guling bisa ngomong dia akan berkata "teh uchu jangan sayat abdi atuuh, apan ge abdi tos ngabaturan teh uchuu ti orok" lalu sang pikiranku pun membalas "teu nanaon guguling, apan ge mun tos disayat ku abdi di jait deui :D"
hal itu aku lakukan berulang-ulang, menyayat guling dengan silet lalu menjaitnya kembali, hingga rupa gulingku berubah menjadi guling penuh codet disana sini, yaa mungkin bagi seorang gadis kecil waktu itu sangat menyenangkan, bagian dapur si mamah mulai cerewet seperti biasanya "uchuuuuuuuuu dimana??? emam hela" aku hanya diam "uchuuuuuuuu ngadenge teu??" aku hanya diam, hingga tiba-tiba mamahku naik ke lantai dua membuka pintu kamarku dan melihat aktifitasku saat itu , mataku hanya melongo sambil emegang guling kesayanganku "astagfirulloh, eta nanaonan" ucap mamahku dengan selingan kesal dan tertawa kecil.
bahagia bagi seorang anak kecil sangatlah sederehana, seperti kumbang yang bahagia hinggap di bunga, atau sperti ulat yang bahagia ketika berada di atas daun, dan seperti anak sekolah yang bahagia ketika berangkat bareng bersama temannya, sesederhana anak kecil yang bahagia ketika menemukanan kesibukannya.
bagi matahari, langit, hamparan sawah dan alpukat di ataspohon bagi manusia mungil itu adalah sebuah ekspresi jiwa dan eksperimen kebahagiian, belajarlah kita pada sederhananya kebahagiaan. dan itu masa muda yg menyenangkan
0 notes
Text
jemputan om bagas, dilarang lewat sana...
“mamah sieun mun kamu teu ka jemputan mah engke diculik deui, atawa maneh mah moal bisa nyebrang atawa ah si uchu mah sieun langsung jugjug ka sawah, ges naek jemputan we” ucap tegas mamahku siang itu, aku hanya mengangguk menuruti ucap nya sambil mengunyah permen karet di mulutku, saat itu aku duduk di kelas 1 semester 2 di SDN Ippor Gudang 1 yang jaraknya 2-3km dari rumah, sebenernya waktu kelas 1 semester 1 aku dianter jemput mamah atau kaka tersayang tapi karena mereka lelah mengahadapi larian dan kecomelan anak kecil itu ya menyerahlah sudah .
****
bundaran benda itu menunjukan pas di angka 6 tanda aku harus sudah siap. komplek ku merupakan salah satu dataran tinggi yang tidak terlalu tinggi tapi sangat dingin, embun pagi menyelimuti di sela-sela hiruk pikik lingkunganku, dengan menggunakan tangan kita bisa membuat sebuah permainan seperti ini : taruh tangan di dekat mulut lalu bilang “hah hah hah ” maka elok nian udara putih terlihat dari sela-selanya bahkan bisa berpura-pura merokok. aku hidup di tempat fantastis tapi tak bombastis , dingin merasuk jiwa menyeret raga menyayat asa suara klaskon terdengar nyaring menghampiri depan rumahku preeet preeet begitulah kurang lebih suarnya “uchuuuuuuuuuuu om bagas udah jemputtt” ucap mamah, “heueuuuuuuuuuh” dengan berlari aku menuju pernyamanan kursi di mobil om bagas , bernyanyi , bertanya bahkan memanggil manggil temanku. setiap hari selalu seperti itu setiap hari selalu akan begitu setiap hari tanpa jenuh tanpa putus asa dan tanpa tekanan.
****
zat asam keluar dari hasil sekresi tubuhku, keringat membanjiri sekujur tubuhku siang ini bercampur bau sinar matahari yang terserap tubuhku, kucel!, karena seperti hal nya anak SD lainnya masa SD itu menyenangkan jika dipergunakan bermain. kecil-kecil cabe rawit ucapan om bagas , nakal pula ucapan om bagas lagi, ripuh kata om bagas lagi tentunya. dengan penuh kelincahan dan tanpa ampun aku langsung menyeruduk kerumumann teman-temanku di depan mata tanpa lihat dia perempuan atau wanita. “uchuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu tong kituuuuuu” teriak om bagas, aku hanya cengengesan mendapatkan tempat yang aku sukai ya tempat di mobil om bagas yang letaknya strategis tempat duduk paling pojok dan paling belakang dengan jendela terbuka lebar yang dapat mengizinkan angin sepoy-sepoy meraba raut mukaku menyapa setiap helai lelahku dan menyapu setiap helai rambut tipisku begitulah setiap harinya tidak ingin melewatkan satu pun kesempatan itu “tempat duduk paling pojok belakang. titik!!!”
gini ceritanya setiap mobil om bagas sampai depan sekolah teman-teman selalu berebut tempat duduk istimewa itu selalu saling mendorong, menjambak dan merangkul untuk menjadi orang pertama yang masuk mobil om bagas, tapi rupanya usaha mereka tidak membuahkan hasilnya karena dengan kecerdikan aku mampu melemahkan dinding dinding pertahanan dengan segala ide nakal, ketika teman-teman hiruk pikuk berdesakan dengan entengnya aku berjalan ke samping mobil tersenyum kecil pada om bagas dan lalu membuka jendela belakang setelah itu memanjat mobil dan masuk ke mobil lalu duduk di bangku istimewa, yaaah setiap hari selalu seperti itu karena aku berani memanjat mereka tidak,
****
rupanya kabar itu telah masuk komplek kami seperti biasanya. “aduuuh bu yonooo , abii mah meni teu kiat ngaharepan si uchuuu” ucap kecil om bagas “eta budaaak babaturanna mah naek ka mobil lewat panto, ieu mah bakating ku hayang di pojok naek ka jendelaa, anduiiiing” sambil tersenyum manis aku melihat om bagas yang menceritakan semua itu ke mamah,
****
hingga sekarang ketika aku bertemu om bagas atau ibu-ibu bapak-bapak selalu terlontar ucapan yang rada memalukan atau menggelikann aku yang sekarang sudah dewasa “inget bae mun si uchuuu keur leutik naek jemputan lewat jendela nyak balikna sok nu pang tukangna hayang ngeliling komplek hela” dan akhirnya malu menyayat nyayat hatiku menusuk jantungku menghentikan getir-getir ketidakberdayaan urat malu pada raut wajahku. sekian terimakasih om bagas jemputan dengan iuran 10rb / bulan. fantastis!
0 notes
Text
sepeda itu berjari-jari sekitar 30cm cu,
matahari mulai tampak bias sebias warna langit menjadi merah kelabu seirama dengan warna bajuku sore itu merah terang, aku seorang anak SD yang suka dengan keadaan seperti itu, bagi kami anak Desa yang jarang mengenal permainan yang terbuat dari perbagai plastik sintetik ya bermain pada jam seperti itu adalah kesenangan dan kami takan pulang sebelum ibu - ibu kami berteriak menyuruh kami pulang seperti ini "geeees magrib geraaa baliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiik" atau seperti ini "mandi hela karek ulin deuiiiiiiiiiiiiiii" semua ibu-ibu disini berteriak dengan kata kata yang sama. yaa dikala angin gunung mulai mengarah pada pemukiman komplek ini dikala itu aku dan teman teman lainnya bersuka ria bermain dengan yang telah disediakan alam .
****
aku berlari lari bersama gerombolan capung diatas kepalaku , ya memang capung capung ini setiap sore selalu mampir di hari hari kami anak komplek puskopad , “cuuu rek kamana ?” seru temanku, “eh boi rek kaditu ah rek ka si papih jajan ngilu moal” balasku, dengan pakaian kaos dan celana kotak kotak kain ini aku berjalan menelusuri tanjakan komplek dan terpana ketika melihat sepeda di depanku “de papih itu sepeda saha?” tanyaku pada seseorang setahun dibawahku. “sepeda ade dong bagus yah” balas dia, “asa pengen nyoba boleh ga” kataku dengan penuh penasaran dalam benakku dan seketika itu juga ade papih panggilnya , nama aslinya stevy hanya nama tenar di komplek kami namanya “ade papih” soalnya ayahnya dikenal di masyarakat komplek puskopad dengan sebutan papih.
****
angin mulai merasuki komplek kami, jam menunjukan pukul 05.20 sore menjelang magrib , aku dengan penuh percaya diri menaiki dengan kegagahan, dengan keberanian memegang setir, dan dengan keceriaan menapak pada sadel. senyum aku senyum selebar 3jari saat menaiki sepeda itu, dan akhirnya 15menit kemudian ibuku datang menghampiriku “ai maneh nanaonan bisa kieu, ” ibuku senyum jengkel tapi geli melihatku, tetangga yang lain hanya tertawa kecil sambil membantuku “pa yonoo yeuh budakna ” ketawa terbahak-bahak. akhirnya ayahku datang dengan enteng nya dan seperti biasa muka geli nya “HAHAHAHA soklah ibu-ibu bantuan karunya , abi mah nempokeun we” dengan muka tak ingin membantukku. aku mulai menangis saat ibu-ibu mulai menakutiku “leg siah cu di potong suku na ieu mah hese dikaluarkeun” mamih (ibunya ade papih) menakutiku. Papih datang membawa obeng di tangannya dengan penuh ketelitian dan sama seperti yang lainnya ikut tertawa membongkar jari-jari sepeda ini hingga terlepas dari bannya. ya ini lah permasalahannya saat aku bersepeda entah kenapa saat tadi aku mencoba naik sepeda aku kurang puas hanya dengan mencoba menaikinya akhirnya aku ikut sesepedahan dengan ade papih yang memegang kemudi dan berdiri di sela ban sepeda , saat balikan pertama aku masih hati hati tapi ketika balikan ketiga aku mulai menikmati boncengan itu sambil geleng geleng badan dan akhirnya kaki kanan ini terpelset dan masuk ke ring jari jari sepeda, aku meringik malu bukan kesakitan.
****
“cu kalem saeutik deui” seru papih kepadaku, ibu-ibu malah mengelilingi aku dan sepeda ini hanya melihat dan tertawa. suara adzan berkumandang kencang saling saut menyaut mesjid timur dan selatan dengan penuh perjuangan akhirnya ring ajri-jari sepeda 30cm aku terlepas dari jerat jari jari itu, mukaku tampak seri setelah itu dengan wajah polos aku berlari sambil berkata “eeeeey da teu nanaon ga sakit ga sakit” menuju rumah menginggalkan kerumunan yang sejak tadi memerhatikanku, mereka tertawa sejadinya jadinya “cu ai maneh kunaon pas ges lepas ujug ujug gelo deui” tertawa… mamah dan bapaku mengiringiku pulang dan sesudah itu aku lupa bagaimana caranya memedam rasa malu sudah kepalang selalu malu-maluin. ya sepeda itulah salah satu permainan masa kecilku penuh canda penuh keakraban dan penuh kesorean.
1 note
·
View note
Text
bulan romadhon,kata pak ustad "cu eling eling umat"
"yeeeh bulan romadhon, aya pasantren kilat, rek ngiluan teu?" sambil berteriak aku mengajak teman-temanku. "ah gareleuh barudak muhajirin mah sok kitu ngadelekan" -- "bae we atuuh apan budak rt 03 mah kaditu mun ngaji na wee jeng buka puasa aya tajilan" balasku untuk temanku.
****
saat itu aku kelas 2 SD yang gemar bermain serta berpetualang mengumpulkan luka lecet di tubuh, mencari suasana suasana menggembirakan itulah hakikatnya para anak SD sepertiku dahulu, bulan ramadhan memiliki euforia tersendiri bagi para penghuni puskopad karena pada zamannya saat bulan puasa tiba selalu pasantren kilat, baiklah aku ceritakan sedikit tentang pasantren kilat ini.
pasantren kilat di komplek puskopad adalah program tahunan yang selalu ada di bulan ramdhan dengan diadakan di mesjid pusat komplek ini yang bernama mesjid Al-Muhajirin dengan peserta dari berbagai balita hingga remaja, dari berbagai perkumpulan pengajian yang ada di puskopad. tapi kami yaitu aku dan teman-temanku terkumpul dalam pengajian di ujung puskopad jadi ya kalo ada pasantren kilat seperti ini kami suka rada minder dengan perkumpulan pengajian al-muhajirin atau emang mereka belagu ya ?
****
nah sekarang aku ceritakan kisahku : pasantren kilat biasanya diadakan dari pukul 15.00-17.30 atau sampai suara adzan berkumandang dan tajil dibagikan, aku anak kecil berlabel SD dengan predikat kepedean level tertinggi dan dengan kedisplinan mengikuti pasantren kilat,suatu hari saat itu aku disindir oleh ustad mesjid sebut saja namanya pak ade "cuu ai ente eling-eling umaaat" dengan kecuekan dan level pede tertinggi ku aku hanya tersenyum manis dan lempeng melanjutkan kegiatanku.. "cuu teu puasa ??" tertawalah suara tetangga yang melihatku "kunaon emang apan abi mah ongkoh leutik bu" sautku, aku heran mengapa mereka tau aku tidak puasa padahal tak sedikitpun aku makan di depan mereka , kembali ku melanjutkan ngaji dan terdengar suara temanku "cuu ai kamu naha meni kudu dibabawa" aku heran kenapa mereka mengurus hidupku menertawakan kelakuaknku,
sorenya kami perkumpulan pasantren mesjid Al-Muhajirin menengok siswa yang sakit berjalan dari mesjid sampai rumah dia, di perjalanan semua orang memerhatikanku terpelongo menatapku, bingung merasuki pikiranku aku memakai pakaian kumplit memakai jilbab memaki tas dan tersenyum ke semua orang, hmm tapi aku ga peduli terhadap mereka yang mencoba memandangku.
****
setelah shalat magrib dijalankan aku segera pulang kerumah dan menonton tv acara religi dengan kaka ku sebelum berangkat tarawih tentunya. di mushola kecil ini semua pertanyaan terjawab sudah terkumpas jelas, ketika aku shalat tarawih dekat temanku dan mamahku shalat tarawih di belakang ibu-ibu sibuk bergosip membicarakan gosip terhangat siang tadi dan mamahku hanya tertawa sambil berucap "iya bu si ucu mah kalakuana emang sok aya-aya wae" tersipu malu, seorang ibu bercerita "bu yonooo, tadi si ucu ka mesjid mamawa botol minum di gantungkeun di leherna, aduh eta mah nyak di sengseurikeun ku pak ade ku ibu-ibu. eh pas ditaros 'cu, naha teu puasa ?, mamawa botol minum' eh si ucu ngajawabna 'ah abi mah teu puasa ongkoh leutik' eta mah kabeh barakatak anu aya di mesjid" -- "terus eta botol minum teh ditengteng we dina leherna dibabawa kaman-mana, eta pas nengok si ani si ucu minum tengah jalan sabari nyanyi geraa bu yonoo," dan disambutlah cerita tadi dengan tawa ibu-ibu dan lalu "ibu-ibu jangan berisik taraweh sebentar lagi akan dimulai" suara ustad doni mengingatkan.
****
dan aku baru tau ternyata membawa air botol digantungkan di leher itu salah tepatnya ketika bulan romadhon , yah namanya juga anak kecil selalu melakukan kesalahan dan kemudian cerita itu masih diceritakan untuk tahun berikutnya ketika aku kelas 4 SD . "cu teu mawa cai botol deui di tengteng di leher " pak ustad ade menggodaku dengan tawa kecilnya " atuh pak ade eta mah basa leutik keneh acan bisa puasa, apan ayeuna mah puasa " sautku dengan muka malu tapi geli. dan ternyata cerita itu sudah meluas seperti virus ke seluruh komplek diceritakan oleh ibu-ibu yang berbelanja ssambil bergosip dan alhasil mereka selalu tersenyum ketika melihatku "cu aya aya wae ih" saut sebagian ibu-ibu.
0 notes
Text
tangkal kersem, kata ayah jgn ragu panjatlah!!!
lalu. matahari memancarkan triliunan elektronnya menuju bumi , aku berdiri tegak di bawah sang mentari yang sedang bersinar berirama dengan lekukan awan biru, berjalan sempoyongan dengan tas seberat 4kg yang dipikul oleh seorang anak SDN itu sudah biasa seperti aku dan kebanyakan teman lainnya, terlihat dari raut wajahku penuh kehausan dan kelaparan masuk ke dalam rumah yang nyaman jauh dari sang mentari "maaaah, hoyong emam" segera aku letakan tas di bangku depan tv itu, lalu berganti baju dan menyantap makannya, pernah ku bilang ayahku seorang yang hebat sangat aneh dimataku, dengan pipi penuh makanan aku mulai bercerita kepada ibu dan ayahky "pak tadi nyak ucu naek ka jemputanna lewat jendela da hareudang atuuh, eh aya budak lalaki nyuntungkeun ges we ku ucu di suntrungkeun deui" ceritaku, ayahku hanya tertawa dan sambil mencubit cubit pipiku yang penuh makanan hingga serpihan makanan itu susah untuk ditelan "bapak atuh cicing iiiiiiiiiiihhhhhhhhh".
****
layaknya seorang anak kecil yang masih kelas 2 SD , aku gogoleran di lantai mengguling kekanan kekiri lalu membuka baju daerah perut dan menempelkan kulit perut ke lantai yang dingin, ya seperti itulah salahsatu kebiasaan keseharian anak nakal sepertiku, "cuuu, cuuu kita jalan-jalan yuuu?" suara menggema itu seperti biasanya sangat khas ditelingaku ya suara ayahku, dengan lantang dan teriak aku menjawab saut ayahku "hayuuuuuuuuuuuuuuuuu paaaak!!" segera berlari aku menginggalkan kedinginan lantai itu menuju ayah yang sudah siap dengan motornya. "pak rek kamana kitu" tanyaku, "kamana nyak?" saut nya, "pak hoyong kersem anu deket unwim ucu mah, lebet siah pak barereum basa kamari ucu nempo?" dengan tanpa keraguan ayahku meng-iyakan ajakan ku.
****
"breeeem breeeeeem skiiit" suara motor terparkir dipinggir jalan, angin mulai berarus kencang siang itu, mobil-mobil melaju mengahsilkan efek suara keras dipinggir jalan ini, aku dan ayahku hanya tersenyum girang ketika kita melihat 2 pohon kersem yang berdekatan dengan lokasi sangat pinggir jalan dan sawah terhampar luas, dengan gregetnya tanpa aba-aba dia ayahku mengangkat tubuh mungilku ke atas pohon kersem lalu disusul olehnya menaiki pohon itu, aku perempuan kecil yang lihai dalam memanjat setiap sudut pohon itu aku jelajahi dengan kedua kaki ku merangkak ke dahan paling ujung bahkan dahan yang sampai ke jalan raya. dengan keasyikan memetik satu persatu kersem , ayahku tetap memerahtikan gerakku ya namanya juga seorang ayah gamau melihat anaknya terjatuh. sudah hafal jelas dalam benakku struktur kersem ya dengan radar ku aku tau mana saja kersem yang sudah matang. kersem itu buah kecil yang berasa manis berwarna merah terang dan ada pula berwarna hijau terang itu kersem yang sudah matang :) .
"pak belah dituu lobaaaa" teriakku, dengan kelihaianku aku menuruni pohon kersem itu lalu menaiki pohon kedua yang tak jauh dari pohon kersem yang awal. "ayooo cu panjat jgn raguuu" dengan semangat itulah teiaknya itulah suara ayahku, gembolan plastik hitam yang penuh kersem itu aku ikatakan ke pinggang kecilku lalu memanjat dan kembali menari selihai penari propesional memetik kersem kersem hingga habis ludeeesss. waktu itu singkat ya :) perasaan tadi aku dan ayahku berangkat pukul 13.00 dan ketika kulihat jam tangan ayahku sudah menunjukan pukul 17.00 waaah sudah selama itu kah , udah ga ngerti lagi ngapain ajh selama 4jam!!!! dengan muka lemasku aku meminta pulang "pak uih yuu, cape ah" -- "hayuuu" saut ayahku,
****
matahari kembali ke berandanya , begitupun aku dan ayahku kembali ke rumah dengan baju ku yang sudah kotor berwarna coklat semi hijau karena gesekan pohon serta kaki ku penuh lecet dan menyuci kersem-kersem yang tadi kami petik , jumlahnya ya sekitar 300 buah bisa lebih atau kurang , mataku bergejolak ragaku merinding bafasku cepat saat nafsu aku menyantapnya tapi ketika santapan ke 50 aku sudah mulai eneg dan pada akhirnya kersem itu aku bagikan kepada teman teman sebayaku ya ketika magrib tiba biasanya kami keluar rumah untuk bermain.
pohon kersem hanyalah salah satu media ayahku memanjakakku bukan dengan barang mewah atau hiburan berduit, semuanya sederhana tapi menyenangkan, pohon kersem yang membuatku berani memanjat setinggi apapun pohon, yang membuatku berani terjatuh dan terluka karena lecet dan berdarah itu sudah biasa. itulah ayahku.
0 notes
Text
Huhujanan, ketika aku dan ayah menari diatas hujan
Hujan itu ketika udara dan air memperebutkan posisinya ketika air dengan kecepatan maximal menghantam bumi memabasahi setiap helai daun yang terhampar di daratan menghantam setiap tanah yang terbentang. saat itu aku hanyalah manusia berumur 6tahun yang ingin menari di atasan pusaran-pusaran sang hujan yang berpesta. ya aku hanyalah anak kecil yang suka segala hal tentang hal baru.
****
Ayahku merupakan ayah paling ngirit sedunia, paling cuek sedunia dan paling atraktif sedunia. selalu ada sejuta ide dalam benaknya yang kdangkala tak pernah terpikirkan oleh ku bahkan oleh ayah lainnya.
ngirit ya itulah ayahku ketika aku merengek meminta jajan "pa hoyoong jajan?" ayah hanya berkata "udah jangan jajan terus ntar bodo" aku pun terdiam dengan bola mata menghadap ke kaca jendela melihat tukang es mongmong melaju begitu saja tanpa dibeli olehku. "tik tik titititititkkkk" rintik air mulai membasahi bumi dan terguyurlah bumi oleh air. diam hanya diam yang kurasa tak kuasa aku merasa jenuh dengan hari hari itu.
"pak, uchu mau huhujanan yah" dengan muka datar mengibaskan rambutku yang pendek lalu berlari keluar rumah bermain bersama sang hujan " a randy kita keliling komplek yuu" aku dan kaka ku pun "huhujanan" bahasa kerennya berkeliling komplek dengan muka menggigil tapi berseri-seri hahaha, tak selang terlihat sesosok perawakan buncit muka menggeram dan sekujur tubuh basah mendatangi kita , ku kira dia kan marah tapi dengan senyum khasanya dia berkata "yu ah jeung bapak kita keliling komplek, hahaha" dengan mengangkat tubuhku yang kecil ke pundaknya sehingga aku berada duduk di pundaknya kita bertiga : aku, ayah, dan a randy berjalan-jalan tertawa mengintari komplek , tak lupa si ayah bernyanyi "yeee tik tik tik bunyi hujan dia atas genting airnya turun tidak terhinggaaa...." sautku "lain ihhh tik tik bunyi hujan di atas genting airnya turun turuuuun hmmmm" dan tertawalah kami. tanganku memegang kepala ayah , tangan ayahku memegang kaki mungilku.
****
di sela perjalanan kami melihat beberapa anakkecil berdiam diri di teras halaman rumah yang terlindung dari hujan dengan muka menggodanya lalu ayahku menggoda sang anak kecil "de sini huhujanan ikutan yukk" (greeem greemmm) sambil mulut mengeluarkan suara, anak kecil itu ketakutan sambil masuk ke dalam rumahnya yang hangat dan tanpa basah.
hujan tak berhenti tak ingin berhenti begitu pun kami, tanganku sudah mengkerut, kaka ku sudah menggigil tapi semangat kami tetap membara ,, tak dikira kami berkeliling komplek sampai blok yang paling ujung blok D , "pak yonoooo keur naoon naha huhujajan" saut seorang bapak-bapak memanggil ayahku, "biasa pak ngabaturan barudak hahahhahah" ayahkupun tertawa.
tak berhenti disitu badan yang sudah basah dan kulit yang berkeriput tak cukup bagi kami , nahketika melewati blok D ada sebuah longsoran tanah merah di sekitar jalan seperti serodotan, dengan muka yang selalu seperti itu ayahku memangkuku erat erat lalu meluncur dan berhamburanlah tanah merah mewarnai bajuku menjadi warna coklat :D
****
rupanya matahri sudah menampakan dirinya sang hujan pergi berlalu begitu saja, begitupun kami dengan seluruh kulit mengkerut akhirnya kami pun pergi pulang dengan merasakan kehangatan di dalam hujan , dan itu tidak hanya terjdi sekali tapi setiap hujan deras kami akan beraksi bersenandung di atas hujan.
bersama ini aku ceritakan masa kecilku penuh keanehan penuh keisengan dpenuh kehangtan.
0 notes
Text
Sekilas kehidupan masa kecil
mamah menceritakan kehidupan masa kecilku .
Kira-kira waktu umur 1-8 tahun lah .
Inilah pandangan seorang anak dimata ibunya.
>"kmu inget ga" kta mamah "wkt tinggal di puskopad kan komplek setiap siang bolong mau terik ,mendung ,gerimis kmu tuh pling seneng ngampar sejadah di tengah jalan komplek bawa" boneka + sarung bapa yang gede anu butut deui . Tidur ditengah jalan smbil anak-anakan trus itu sarung dijadiin selimut kmu titiduran smbil nyanyi-nyanyi lagu kepuncak gunung" itu crita mamah .
What !! Separah itukah aku .dan alhasil tetangga disana pernah blang gni "cu sekalian ajh mawa baskom ,engke aya nu ngalungan recehan" .
>cerita mamah selanjutnya "kmu juga inget ga , shbt terbaik kmu wkt kecil yaitu korek api sama gunting . Hmm, pernah kmu gunting rambut kmu smpe aga botak , gunting baju yg lg dipake ,gunting hordeng oh iya bqan hanya ngegunting rambut , kmu jga nyalain korek api trus ngebakar rmbt sndri ,smpe udahlah eta rmbt meni hmpir botak , kmu jga pernah maen api .wkt itu kmu lg bakar2an di lilin ngoprek lilin eh na'as jari kmu kena . itu bkn trjadi sekali tp 3x .haduh mamah mah smpe lier daa .nah pas uda jari kebakarr teh malah asyik ngobatin jari odol smpe berjam-jam .
Hahaha aku ingetlah crita yg ini mah .
>melanjutkan crita "suatu hari pernah kmu teh ga keluar-keluar dari kamar atas ,pertama mamah mikir kenapa ya si yocu ,eh waku diliat lg asyik sma guling orok/bayi . gni critanya itu guling orok di silet trus dijait , sengaja lg di silet trus dijait lg ,di silet lg di bgiaan laen di jait lg ,smpe2 eta guling siga hileud anteng we kmu mah sorangan nyiletan trus dijaid deui "
Aah guling setia aku . Guling aku bertahan smpe kls 4 sd .
>ngacapruk deui si mamah "oh iya wkt itu teh blan puasa kmu teh kelas 2 SD . Lg iktan pasantren kilat . Ga tau emang kmu te bodo ,polos tah apa . kmu ke mesjid bwt iktan pasantren smbil bw2 minum yg di gantungin di leher ,trus ktanya kmu lempeng we minum pas belajar teh" .
wkt it te aku ingin ngabibita org .
>bercerita kembli "wkt itu lg 17 agustusan ,kmu mau iktan lmba kelereng tp gigi kmu th ompong nah pas mau lmba kmu te asa pede ,eh ternyata kmu beli gigi palsu dr plastik byar bisa ikutan smbil tersenyum lebar ,nya heeuh diketawain sma seRT" .
Mkin ktwa aku dnger critanya .
>lanjut "hr itu aneh bgdh ,kmu plang sekolah cpt2 ganti bju serba putih ,dikirain mau kmana da siang bolong wkt itu teh .eh pas pulang itu bju udah bqan pth lg tp coklat . Mamah nanya ma kmu jwbnya kmu ktanya hbs dr sawah berburu tutut,impun,eceng nah kmu pake bju putih byar dimarahin we ma si mamah" .
Haduh, haduh .
>kta mamah "oh iya wkt pas kelas 2 SD kmu iktan jemputan . Nah si om tkang jemputannya nyerita k mamah pas pulang sekolah kan mobil msh di kunci ,bysa anak2 ska pengen duduk dkt jendela ,tmennya mah lwt pintu msk mbil teh ,si uchu mah byr duduk di dkt jendela msuk lwt jendela nalaktak pisanlah"
Sory pisanlah ya om .
>msh bercerita si mamah "mamah mah yg slalu inget teh mamah mah ga pernah bsa marah ma kmu ,tau ga knpa ? Soalnya kalau nangis da kmu nangis tp kmu cilukba cilukba , manggil jiban lah , manggil awohaban lah ,pokoknya klw kmu nangis bkanya marah tp sok ktwa da serasa badut" .
>ongkoh ngacapruk si mamah "kmu jga seneng maen layang2 k tanah merah ma si seli ,ngikut2 k rental PS lah ngingintil arandy ,k sawah ,sumpah teu daek cicing kmu teh wkt dlu" .
Iyah mamah aku nyadar .
>sang mamah cpe bercerita .
Aku lanjuti bercrita "aku nyerita sma mamah wkt itu aku pulang sekolah nah pulangnya aku pake sepatu logor gt pulang lewat sawah smbil bernyanyi riang gembra aku ayunkan kaki eh itu sepatu logor k sungai ,ngejar-ngejarlah smpe msk sungai berliku-liku mengejarnya ktmu uler cai sgala , dgn pke sepatu sebelah , 1tangan megang sepatu logor yg basah ,bju seraga jibrug baseuh pas pulang aku blang ma mamah "mamah ini oleh2 bwt mamah" .
>aku bercerita lg "wkt kelas 1SD kan ada penyuntikan masal dr sekolah ,nah karena aku takut disuntik aku sembunyi eh ketauan ma si ibu OR . bayangkan aku gogorowokan pokoknya jejeritan makannya pas di suntik aku dipegangi 2org guru pas disuntik aku gigitlah tangan si ibu smpe mau berdarah pas udah disuntik aku emut2 itu tangan ,selesailah sudah penderitaanku .
>ada crita lagi wktu kelas 3SD aku pernah jadi preman sama anak co kelas 6SD soalnya wkt itu gaya aku pake topi dikebelakangin jalan ala co .kls 6SD "eheh uchu si preman eh tajong eta babaturan aing" maksudnya aku dengan gaya topi keblakang suka najong alat vital co pake kaki . Tp anehnya teh mreka mah ga pernah marah malahan ktwa2 smbil nyuruh tmen-temenyaya ditajong lg .
>ceritanya msh bnyk . waktu kelas 3SD lagi pelajaran OR aku disuruh ke depan sama ibu Guru . dan ketika dpn disuruh nyanyi lagu kereta api dgn tanpa berpikir panjang aku mulai bernyanyi "naik kreta api tut tut gujes gujes siapa tda trun ke bndung-surabya bolehlah naik dgn percma gujes gujes ayo kwanku lekas naik kretaku tak berhenti lama gujes gujes" sambil mengoyangkan tanganku . Sontaklah si ibu ma teman-teman sekelas tertawa, sempat aku berpikir ya Tuhan Apa salahkuu
BERSAMBUNG jika teman-teman inginb mendengar aku akan ceritakan masa kecilku satu persatu. Skip okey
terimakasih
tertanda Uchu
0 notes
Text
nami abi uchu
"waktu kecil kamu itu banyak ulah, rek sodara rek tatangga pasti ketawa-ketawa sama kelakuan si uchu" ucap mamah padaku ketika aku dengan manjanya tidur dipangkuannya. aku adalah perempuan seperti kebanyakan kaum hawa lainnya yang tumbuh dengan sangat cepat menajadi sosok remaja. Tubuhku pun berjalan berirma dengan waktu-tanda pubertas mulai muncul menghilangkan tanda kepolosan masa kecilku. Tapi aku adalah remaja wanita yang selalu bercerita dan diceritakan kenakalannya oleh ibuku dan Bapakku, hah ada apa dengan masa kecilku ?oh Tuhan seperti itukah aku dulu :( aku pun tersipu malu kucing yang nyumput di sofa.
Nami abi Yuni Dara Pramita ngan tiasa dipanggil uchu. Mungkin orang-orang yang belum mengenal aku akan terheran-heran seperti burung merpati jinak yang terbang ke langit biru tanpa arah, oke inilah perjalanan namaku. "uchuuuuuuuu !!!!" semua temanku sejak kecil hingga SMP selalu memanggilku dengan panggilan yang menggemaskan itu , hahaha. Bapakku bercerita dengan memainkan lidahnya yang terlihat besar tapi menarik dengan dongeng-dongengnya "tau kenapa disebut uchuu ?" ucap Bapak. Gini ceritanya "Dulu cewe-cewe banyak yang suka sama bapak hahah semua cewe pasti bogoh ka bapak da bapak mah ganteng HAHAHA termasuk temennya si mamah" dengan muka geram yang penuh tawa bapakku menceritakannya seolah olah dia adlah playboy ternama yang telah meluluhkan banyak hati wanita di kehidupannya tapi aku tau satu hal semua itu pasti ada rekayasanya hmm walalupun itu sebetulnya memang benar Bapakku palyboy cap balida lebih tepatnya , tersautlah suara ibuku "geleeeeh, jadi gini ceritanya dulu si bapak suka sama si uchu teman mamah, orangnya cantik, manis dan kalem, eh tapi si uchuna mah teu bogoheun"
Aku perjelas ceritanya dengan penjelasan sebuah palagraf yang mungkin membingungkan anda semua. Dulu bapakku adalah seorang playboy ketika zaman celana jutbray sedang musim membahana dan kumis tebal sedang digandrungi. yah hampir semua wanita di sekolahnya pernah dipacarinya padahal bentuk muka dan wajahnya standar SNI nasional seperti kaum adam lainnya. Tapi ternyata oh ternyata tersirat keunikan pada ekspresi wajah bapakku yang sangat menggoda dengan ekspresi penuh nafsu dan selalu menandakan dia sangat tertarik telah banyak meluluhkan kaum hawa yang dalam kesehariannya tidak terlalu banyak berpikir. Ah itulah bapakku. Al kisah bapakku menyukai seorang wanita yang cantik, pintar, kalem dan anggun namanya Uchu yang lebih tepatnya adalanya sahabat dari Ibuku. Akan tetapi karena kepintaran dari si Uchu ini dan diapun sepertinya dalam kesehariannya sering menggunakan pikirannya ya tentu saja tidak tertarik dengan Bapakku, "plak seperti ranting yang terbelah menandakan patah hati hmmmm.
ketika langit bersahaja seiring dengan awan, burung-burung berkicau bersenandung elok mengikuti irama angin disaat itulah ibuku melahirkan seorang perempuan yang sangat dinantikan ialah aku. Dengan wajah polos dan sangat menggemaskan mata dengan yakinnya bapakku berkata "aku namakan dia Uchu Dahtia" .. atuhlaaaaaah please itu nama bisa dipastikan dengan ciri khas yang sangat membumi suatu saat nanti aku akan menjadi penyanyi dangdut yang mungkin akan terkenal dengan goyang pegas ... dengan wajah baby polospun aku menerima karena saat itu aku hanya biasa diam atau mengangis. tahun berganti tahun kakek ku yang mengetahui keganjilan dari nama ku memberikan inisiatif untuk mengubah namaku menjadi Yuni Dara Pramita.. Alhamdulillah takdirku terselamatkan walaupun tetap saja goyang pegas melekat pada takdirku (nanti aku ceritakan di cerita berikutnya) . Dengan bangga hingga kini akupun menggunakan nama Yuni dara Pramita yaah walaupun tetap dipanggil Uchu karena bapakku yakin dengan panggilan itu aku akan seperti si Uchu wanita yang hatinya tak tersampai.
seperti daun yang terhanyut angin terhempas ombak tergerus pasir tergeser waktu begitupun perjalanan namaku Yuni Dara Pramita sering dipanggil Uchu, atau panggilan nyentrik lainnya seperti si Cenil karena aku kecil, si Kitil akupun gatau artinya apa, Si Beo karena cara berbicaraku cepat, Si Jurig Cangcut karena sampai kelas tiga SD aku selalu hanya memaki kaos dalam dan cangcut kalo di rumah, ataupun si Goyang yah ini panjang ceritanya.
terimakasih
tertanda Uchu
0 notes