diakata
Kata Dia
12 posts
Untaian kata dari sudut pandang Dia
Don't wanna be here? Send us removal request.
diakata · 1 year ago
Text
#DiaryMerpati Day 5 "BUK, MAU SHOLAT DI MASJID, BUK!"
Day5: Senin, 25 Juli 2022
Hari pertama pekan efektif. Artinya, kami sudah mulai memberikan materi pelajaran sesuai targetan akhlak, leadership dan kognitif. Alhamdulillah, hari ini Tsaqif dan Aufar yang sepekan back to school kemarin belum bisa hadir, kini sudah bisa bergabung bersama Pasukan Merah-Putih.
Kalau Tsaqif, kami sudah tau bahwa ia izin tidak masuk sekolah karena Kakeknya meninggal dunia dan keluarganya masih dalam masa berduka. Rayina juga izin karena sedang berada di luar kota, sementara Tisha masih berkumpul dengan keluarga selepas acara pernikahan saudaranya.
Kabar Aufar baru kami dapat kemarin dari Bundanya bahwa selama ini keluarga mereka sedang menetap di Jawa. Ponsel Bundanya tidak dibawa sehingga mereka lost contact sama sekali. Begitu tiba di kelas, Aufar langsung duduk di sebelahku dan ia cerita bahwa selama ini ia tinggal di Jawa.
“Ayah aku butuh istirahat di Jawa Buk, capek kerja terus” kata Aufar menginfokan. Beberapa kawan yang penasaran ke mana Aufar selama ini, ikut duduk melingkar mendengarkan ceritanya.
Buka kelas hari ini berlangsung dengan penuh semangat. Hari pertama duo Kamil-Amran sebagai kapten resmi bertugas. Adena masih menunjukkan dominasinya dengan beropini dan memimpin meski ia belum bertugas menjadi Kapten. MaasyaaAllah energinya itu memang luar biasa, namun tentu perlu direm karena kawan-kawan yang lain juga perlu diberi kesempatan beropini hehehe.
Jam pertama pagi ini adalah Al Quran yang dibimbing oleh Ustad Najib dan Ustad Gani. Kami ingatkan anak-anak untuk mengambil wudhu sebelum mengaji, dilanjut dengan pelajaran Bahasa Inggris lalu snack time.
Ini juga hari pertama kami mengisi buku komunikasi alias bukom. Karena masih di semester 1, maka bukom masih dituliskan oleh fasil. Kami hanya bertiga, Pak Ishag-Bu Ayun-ibuk. Pak Ishag fokus mendampingi Alariq, jadi perkara mengisi bukom mesti dibagi 2: 13 bukom ditulis oleh Bu Ayun, 13 bukom diisi ibuk.
Saat tiba waktunya makan snack, seperti biasa Nafisah membagikan snack-nya pada ibuk. Hari ini ia bawa roti maryam, lezat sekali. Ibuk bilang ke Nafisah bahwa roti maryam adalah roti kesukaan ibuk. Sambil tersenyum Nafisah bilang ia juga suka sekali roti maryam. Aufar dan Bintang selesai makan snack lebih dulu, dan mereka langsung membersihkan remah-remah bekas makanan mereka yang tumpah. Ardan menunjukkan ke teman-temannya bahwa hari ini menu snack-nya adalah sushi. Anak-anak makan dengan tenang.
Setelahnya, Bu Ayun melakukan brainstorming terkait proyek Junior Chef untuk memasak karedok. Ini akan menjadi proyek selebrasi perdana kami.
Bu Ayun: Siapa yang suka karedok?
Ghozie: Aku gak sukaaa!
Bu Ayun: Siapa yang mau masak karedok?
Ghozie: Akuuuu!
Nah bingung? Sama, ibuk juga wkwkwkwk. Si Ghozie gak demen karedok tapi mau masaknya.
Pokok gasskeun bae dulu dah yak wkwkwk.
Setelah brainstorming, kami makan siang bersama lalu anak-anak mengambil wudhu. Sebisa mungkin kami pastikan anak-anak melakukan wudhu dengan benar dan tertib, lalu sholat zuhur berjamaah di kelas.
Kami meminta Kamil selaku kapten hari ini untuk menjadi imam sholat. Tidak ada keluhan dari para jamaahnya, ia berhasil melakukan tugas sebagai imam dengan sangat baik. Anak-anak melafalkan bacaan sholat dengan semangat, khususnya Aufar. Di akhir sholat, ia bertanya “Buk, bacaan sholat aku mantep kan?”
Ibuk respon dengan dua jempol dan cengiran kuda.
Anak-anak ingin sekali sholat zuhur di masjid bersama kakak kelas mereka, tapi ibuk bilang mereka harus bisa tertib bacaan dan gerakan dulu, barulah akan kami ajak ke masjid. Anak-anak sedikit kecewa, namun berhasil membuktikan bahwa keinginan mereka untuk memperbaiki bacaan dan gerakan memang sungguh-sungguh.
Begitulah Nak, terus berproses dan berprogres, tak mengapa jika pelan, yang penting selalu nikmati prosesnya yah.
Ibuk sayang kalian karena Allah.
0 notes
diakata · 1 year ago
Text
#DiaryMerpati Day 4 “KONSEP BERCANDA”
Day 4: Jumat, 22 Juli 2022
Hari pertama kami senam bersama. Gerakan dan lagu yang dipilih adalah Senam Sehat Gembira. Alhamdulillah, cuaca mendukung. Sepanjang hari sejuk, gak panas sama sekali. Setelah senam, kami pergi keliling sekolah. Anak-anak perempuan pergi sama ibuk, menyusuri jalur dari SD6 sampai ke gerbang. Sedangkan anak laki-laki pergi sama Bu Ayun, menyusuri jalur sebaliknya.
Supaya agenda keliling sekolah tidak monoton, ibuk beri challenge. Ibuk akan jalan paling depan, anak-anak mengekor di belakang lalu kami bernyanyi. Secara acak ibuk akan menengok ke belakang, saat itulah anak-anak harus menjadi patung dan berhenti bernyanyi. Ketika anak-anak lain jadi patung dengan ekspresi wajah yang imut, manis, cantik dan ayu, Mili justru jadi patung dengan ekspresi paling kocak wkwkwk. Ada saja ekspresi wajah yang ia buat.
Setelah mengambil beberapa foto selama trekking keliling sekolah, kami kembali ke kelas untuk snack time. Anak-anak lelaki juga sudah kembali dan kami makan snack dengan lahap. Ken mengeluhkan perutnya sakit dan mau bobok-an, tetapi ia sudah makan snack, jadi kami biarkan ia istirahat tiduran di kelas.
Setelah makan, kami diskusi membuat peraturan kelas khusus di SD2. Satu ayat yang ibuk coba doktrin agar lekat di ingatan anak-anak adalah:
“Konsep bercanda: harus sama-sama happy. Kalo bercanda berdua, dua-duanya harus happy. Kalo bercanda bertiga, tiga-tiganya harus happy. Kalo bercanda sekelas, sekelas harus happy. Kalo ada satu aja yang gak happy, berarti itu namanya bukan bercanda, itu namanya menyakiti”
Mudah-mudahan Allah lembutkan hati kita agar bisa menjaga perasaan sesama ya Nak 😇
1 note · View note
diakata · 1 year ago
Text
#DiaryMerpati Day 3 "TOM & JERRY"
Day 3: Kamis, 21 Juli 2022
Hari ini kami kedatangan Tim English. Ekspektasi ibuk terlampau tinggi, pikir ibuk ada semacam games atau sejenisnya untuk anak-anak. Paling tidak, 30 menit minimal lah ya. Rupanya hanya perkenalan yang sangat singkat, sangat jelas, dan sangat padat. Tidak sampai 10 menit, Tim English berlalu pergi ke kelas lainnya. Tapi ibuk coba mengerti. Tim English hanya dua personelnya, babak belur meng-handle 6 kelas di hari yang sama.
Kami melakukan pembagian kelompok piket dan pemilihan kapten kelas untuk sepekan. Aiu sempat menangis karena perbedaan pendapat dengan Adena terkait pemilihan hari piket. Alhamdulillah, tidak sampai 5 menit mereka sudah kembali damai. Hari ini Bintang tidak masuk karena sakit. Tapi bukan hanya Bintang, Aufar, Tsaqif, dan Rayina yang sejak hari pertama juga masih belum masuk. Oh, ditambah Sky yang hari ini juga tidak masuk.
Setelah pembagian kelompok piket, kami kedatangan Tim Quran. Karena pasukan kami sedikit, anak-anak hanya perlu dibagi jadi 2 kelompok, maka hanya ada 2 fasil Quran. Ada Pak Gani dan Pak Najib. Selesai sesi dengan Tim Quran, kami mewarnai bendera kelas. Ada dua bendera, masing-masing 1 di Kelas Merah dan 1 di Kelas Putih.
Menjelang tutup kelas, semua anak berkumpul di Kelas Putih. Dzaki dan Isam berkelahi karena saling usil menghapus nama di papan tulis. Tidak ada yang mau mengalah dan meminta maaf lebih dulu. Ibuk membawa dua jagoan ini ke Kelas Merah, dan membiarkan pasukan lainnya agar tutup kelas lebih dulu.
Baik Dzaki maupun Isam keukeuh dengan pendapat masing-masing.
“Isam yang salah Buk!” Kata Dzaki
“Dzaki yang salah Buk!” Kata Isam
Menurut ibuk, “Kalian berdua sama-sama salah. Tapi, yang pertama mau minta maaf adalah yang stronger. Jadi siapa yang mau minta maaf duluan?” Ibuk mencoba bicara selembut yang ibuk bisa wkwkwkwk, meskipun gatel pengen kunyek-kunyek ini anak berdua.
Alih-alih menjawab, mereka berdua kompak buang muka dan pasang bibir manyun. Perselsihan masih berlanjut. Semangat qaqa~~~
Dua ego yang tinggi ibuk coba hadapi dengan negosiasi. Setelah menimbang-nimbang, perdamaian sepertinya belum bisa terlaksana hari ini. Masalahnya, perseteruan mereka ini adalah PR sejak SD1. Bu Sinta sudah menyampaikan bahwa dua jagoan ini memang susah sekali akur. Sudah barang lama Dzaki VS Isam bak air dengan minyak.
Saat ibuk sudah mentok, saat itulah pertolongan Allah datang tanpa disangka-sangka… tetiba ada ide random yang entah bagaimana terlintas begitu saja di kepala ibuk. Bismillah, mari kita coba~
“Oke, ibuk punya solusi. Anggap aja kalian lagi ngelakuin mission yah. Mulai hari ini, Dzaki tidak boleh bicara sama Isam. Isam juga tidak boleh bicara sama Dzaki. Kalian berdua tidak boleh deket-deketan. Dzaki, anggap Isam gak ada. Isam, anggap Dzaki gak ada. Bisa?”
Tawaran dari ibuk terdengar seperti tantangan di telinga mereka.
“Oke, malah baguslah aku gausah deket2 dia” kata Dzaki ketus.
“Emang siapa juga yang mau deket-deket sama kamu! Tapi Buk, sampe kapan gaboleh deket2 sama gaboleh ngomongnya?” Isam yang penuh pertimbangan bertanya.
“Gak ada batasnya, kita liat aja dulu, pokoknya kalian gaboleh deket-deket, gaboleh saling ngomong. Tapi sebelum itu, maaf-maafan dulu hari ini. Tantangannya kita mulai besok”
Lalu mereka berjabat tangan dengan muka masam. Engga apa, pelan-pelan ya Nak wkwkwk. Gencatan senjata dulu selagi ibuk juga mikir selanjutnya langkah apa untuk mendamaikan kalian wkwk.
0 notes
diakata · 1 year ago
Text
#DiaryMerpati Day 2 "HARI YANG PENUH WARNA"
Day 2: Rabu, 20 Juli 2022
“Buk, hari ini di kelasmu ada anak yang sit in yah, namanya Ken” begitu pesan Tim PPSB saat ibuk baru mau naik ke tangga kelas. Bagi ibuk yang baru pertama kali memegang kelas kecil, dan memang belum hafal sebagian besar nama anak-anak, Ken terasa seperti bukan anak baru wkwkwk. Ken terlihat masih malu-malu, ia tidak banyak bicara tetapi mau menjawab ketika ditanya oleh fasil maupun sesama teman.
Ken diperkenalkan ketika kami sedang membuat lingkaran untuk buka kelas. Begitu dibacakan nama lengkap Ken, Isam mengulang-ulang dengan random,
“Ken Averrous Polarisky”
“Ken Averrous Polarisky”
“Ken Averrous Polarisky”
dengan cengiran takjub, Isam terus mengulang. Sepertinya Isam suka dengan nama panjang Ken hahaha.
Pembacaan Al Matsurat ketika buka kelas di SD1 baru sampai di ayat kursi. Di SD2 mereka diajarkan agar bisa membaca sampai 3 surat Qul (Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas). Sebagian besar anak masih terbata-bata ketika diajarkan melafalkan lanjutan ayat setelah ayat kursi. It’s ok, nikmati prosesnya ya NakAnak ;)
Setelah membaca Al Matsurat, fasil bertanya siapa yang ingin jadi Kapten Kelas. MaasyaaAllah, antusiasme sangat tinggi, semua anak mengangkat tangan. Bahkan Ken yang baru bergabung pun ikut angkat tangan.
Dua agenda hari ini adalah mewarnai gambar peraturan kelas dan membuat name bag untuk ditempel di atas gantungan tas. Selama mewarnai, anak-anak comeeeel banget. Ada saja yang diomongin. Entah bagaimana akhirnya obrolan mengarah pada kebiasaan orang tua mereka di rumah.
"Mama aku suka nonton drakor, suka heboh kalo lagi seru banget" kata Amran.
Pernyataannya itu disetujui oleh sebagian besar teman-temannya, wkwkwk.
Setelah semua gambar peraturan kelas ditempel, kami lanjut membuat name bag dari potongan kardus.
Ajeng kelihatannya sangat perfeksionis, jadi dia menghabiskan banyak waktu dan selesai paling akhir. Tetapi name bag miliknya memang yang paling “rapi”.
Aiu punya imajinasi yang keren, name bag-nya penuh dengan gambar dan dilengkapi dengan aksen motif-motif lucu. Ardan yang manis beberapa kali menawarkan diri "aku bawain yah buk" dan ngebantuin fasilnya tanpa diminta. Nafisah gak bicara banyak, tetapi langsung action dengan diam-diam bantuin gunting dan melapisi name bag dengan lakban supaya tahan air kalau kena hujan.
Bintang terlihat lemas setelah menyelesaikan tugasnya, suhu tubuhnya panas, maka kami memberinya Sanmol setelah minta izin ke Bu Asih yang ada di kelas bawah. Bintang kami biarkan tidur di kelas agar beristirahat. Teman-temannya sesama anak perempuan khawatir dan sibuk duduk melingkari Bintang. Setelah diberi pengertian bahwa Bintang mesti dibiarkan istirahat dan jangan diganggu, mereka akhirnya pergi menjauh.
Setengah jam berlalu, Bintang tetiba bangun dan ia seketika muntah. Respon anak-anak beragam: ada yang shock lalu bengong, ada yang teriak, ada pula yang reflek mau ikutan muntah.
Seketika kami langsung membagi tugas. Ibuk membersihkan muntahannya sementara Bu Ayun membantu Bintang menjauh dan berkumur di kran air di bawah saung. Memastikan bahwa it’s ok tidak ada yang salah dengan muntah dan ia tidak perlu malu.
Pekerjaan me-lakban name bag sepenuhnya di-handle Nafisah sampai selesai. Belum kelar dengan urusan Bintang, trio Dzaki, Kamil, dan Ardan sibuk berkicau di pinggir empang. Suara mereka kelewat nyaring untuk diabaikan, maka Ibuk kepo apa gerangan yang sedang mereka lakukan.
Rupanya mereka sedang mencari mainan Kamil (mobil-mobilan kecil) yang jatoh ke empang. Tapi mon maap nih, kejadian kecemplungnya udeh dari jaman SD1… ngapa pulak baru dicari di SD2 :”)
Kemudian Dzaki berbaik hati mau nyariin, tapi ibuk rasa sih dia lebih ke gatel pengen nyebur empang. Jadilah ia basah-basahan, dan mainan Kamil pun gak ketemu pulak wkwkwk.
Setelah semua selesai membuat name bag, kami tutup kelas dengan tertib.
0 notes
diakata · 1 year ago
Text
#DiaryMerpati Day 1 "PERJUMPAAN PERTAMA: MERDEKA!"
Day 1: Selasa, 19 Juli 2022
Seperti tradisi Back to School di hari pertama tahun ajaran, anak-anak diberi misi untuk mencari tahu sendiri, siapa sajakah fasilitator yang akan mendampingi kelas baru mereka. Kali ini, misi mereka adalah keliling pos games untuk mendapatkan kepingan puzzle.
Jika sudah lengkap dan disusun, kepingan puzzle yang mereka dapat akan menampilkan foto para fasilitator. Selanjutnya, mereka harus mencari dan menjemput para fasilitator menuju kelas. Sedikit info, beberapa anak di SD2 punya Kakak yang dulunya SD6 bareng ibuk. Jadi, ibuk sudah kenal antara lain Aiu-Ajeng, Amran, Icha, Adena, dan tentu saja Bintang (karena dia “keponakan” ibuk wkwkwk, canda deng. Bintang adalah anaknya Bu Asih, banyak orang bilang beliau mirip saya, jadi saya anggap Bu Asih sudah seperti kakak saya sendiri. Bahkan Kakak kandung saya bilang Bu Asih mirip saya wkwk).
Ibuk bertugas di area empang Pulau Mangga, belum ada setengah jam berlalu, dari jauh ibuk lihat Amran berbisik ke sesama pasukan SD2 yang laki-laki. Sepertinya dia sudah tahu siapa saja fasilitator mereka. Mereka kemudian terpecah menjadi 2 kubu, anak laki-laki sepertinya pergi ke arah gerbang untuk menjemput Bu Ayun dan Pak Ishag, sementara anak perempuan bergerombol datang dan langsung memeluk tangan ibuk. Perjumpaan perdana kami hangat dan penuh energi. Ibuk seketika jatuh hati pada anak-anak ini.
Jumlah mereka mestinya ada 26, tetapi 3 anak (Aufar-Tsaqif-Rayina) belum bisa hadir hari ini. Sesampainya di kelas, anak-anak gadis sibuk memberi usul nama untuk kelas baru. Mereka sepakat dengan nama “SD2 Mawar Melati”. Usul itu seketika ditolak anak-anak laki-laki “ENGGAK MAU!! Namanya kayak cewe banget” begitu menurut mereka wkwkwk.
Pemberian nama kelas untuk kelas kecil sepenuhnya dilakukan oleh Tim Fasilitator, nama Merah-Putih adalah usul dari Pak Ishag, yang sudah mendapat persetujuan dari Kepala Sekolah. Setelah diumumkan bahwa nama kelas kami adalah SD2 Merah-Putih, pasukan anak laki-laki teriak “MERDEKA!!!”
0 notes
diakata · 3 years ago
Text
Alles zu seiner Zeit
0 notes
diakata · 4 years ago
Text
Tumblr media
Short story #3: Ibuk's Future Comedian
0 notes
diakata · 4 years ago
Text
Tumblr media
Short story #2: Salma and Athiya are BEST friends =D (Ibuk jadi wasit)
0 notes
diakata · 4 years ago
Text
Tumblr media
Short story #1: Ibuk VS Alex
0 notes
diakata · 4 years ago
Text
Pra-OTFA 2019
Postingan ini Khusus saya buat karena saya kangen OTFA.
Semoga bisa menghibur sesama warga SAI yang juga merindu.
#edisinostalgia
Pertama kalinya, saya dapat amanah mendampingi anak-anak di kelas kecil. Selama ini saya kebanyakan bertapa di Saung Ujung, nempel terus sama anak-anak saya di SD6. Jadi, kali ini saya ganti mode lebih haluuus karena yg akan saya temani adalah sekumpulan anak kelewat imut, saya gak boleh ngegas layaknya kalo lagi sama SD6 hahaha.
Kelompok kami namanya "Kelompok Jeruk". Ada Alifia, Naura, Rumaysa (murid SD1) dan Wulan (murid SD2, pindahan).
"Tenang aja Bu, ini kalem2 semua kok, aman" begitu pesan Fasilitator SD1 ketika mengantarkan ke-4 anak ini bertemu dengan saya. Benar saja, mereka ini memang sebegitu sweet-nya. Rumaysa sangat murah senyum, Naura dan Alifia pemalu tapi nempel terus, dan Wulan gak sedikitpun canggung meski dia murid baru dan harus merasakan pra OTFA bareng adek kelas.
Sejuk hati ini lihat mereka #sholawatinshaaay
------------------------------------------------------------------------------
Tiba saatnya kami main di lahan tetangga, Studio Alam (Studal) TVRI. Kalau sekolah kami dibilang seperti hutan, maka Studal TVRI adalah rimba, lengkap dengan perbukitan yang cocok untuk trekking. Anak-anak sengaja dikenalkan dengan medan untuk trekking di sini sebelum terjun ke gunung yang sesungguhnya saat OTFA nanti.
Yang kami lakukan di sini adalah "bermain", dengan menyelesaikan games di tiap Pos. Nah, Pos 1 dan Pos 2 itu posisinya masih "di bawah", kami hanya perlu jalan dan medannya masih datar. Tapi, untuk bisa sampai ke Pos 3, anak-anak harus mulai mendaki.
Panitia sudah menyiapkan tali yang bisa dipakai untuk berpegangan, sebab untuk ukuran anak-anal ini mestilah pegang tali karena medannya cukup curam untuk tubuh mungil mereka. Di sinilah mulutku dipaksa mengeluarkan kumpulan kata motivasi, sok iya banget macem Mario Teguh hahaha. Gimana engga, 2 dari 4 anakku auto mau nangis pas lihat medannya. Lalu keluarlah kata itu...
"aku takuuut" disusul mata yang siap turun hujan.
------------------------------------------------------------------------------
Setelah melakukan khotbah no jutsu beberapa menit, akhirnya kubiarkan dulu 2 anak ini (Rumaysa dan Naura) mengatur emosi dan mengumpulkan keberanian. Kalo Wulan sih aman, dia dari awal memang paling ngebet pengen ngerasain yang beginian. Saya justru takut nih anak bablas saking semangatnya.
Melihat Wulan bisa naik tanpa kesulitan, Alifia diam-diam memperhatikan dan berhasil menyusul naik. Dari atas, Wulan seketika berubah jadi Naruto, yang doyan semangatin temannya biar gak nyerah "Ayooo Rumaysa, Naura, pegang aja talinya, jangan liat ke bawah" takjub juga saya, dalam hati bersyukur ada asisten buat koar2 wkwkwk.
Alifia yang gak banyak bicara pun ikutan semangatin teman-temannya, naiklah Rumaysa dan Naura pelan-pelan. Di tengah jalan Naura sempat sedikit terpeleset, tapi tangannya masih memegang tali dan posisinya aman. Rumaysa beberapa kali berhenti, tapi tetap naik walau pelan. "Kakinya jangan injek itu, liciin" dari atas Wulan teriak, live report. Sebenarnya, di kanan-kiri jalur itu ada Fasilitator yang siap jaga. Ketika akhirnya sampai di atas, mereka kami sambut dengan tepuk tangan dan air minum. Lalu Naura nyengir dan Rumaysa loncat kegirangan karena sudah berani naik. Semuanya high five. Ini sempat kurekam tapi entah di mana videonya sekarang wkwkwkwk. Wulan gak sabar untuk lanjut jalan, jadi dia mimpin di depan. Anak ini semangatnya memang luar biasa. Ketiga adik kelasnya manut di belakangnya.
------------------------------------------------------------------------------
Pos selanjutnya cukup jauh dari posisi kami saat ini. Kami harus "turun" untuk bisa lanjut, kali ini tidak ada tali. Untuk ukuran bocah, tentu saja jalanan menurun ini bukan medan yang biasa. Rumaysa dan Naura menolak untuk lanjut dan mulai menangis. Di tengah-tengah membujuk mereka, Wulan tetiba berlari turun ke bawah. Aduh, jantungan aku lihatnya.
"Tunggu di situ Nak, jangan ke mana-mana!" Aku teriak dari atas.
Alifia menatapku, seolah meminta izin mau nyusul Wulan ke bawah. Setelah mendapat oke, Alifia turun pelan-pelan, dengah perlahan mengikuti bekas injakan kaki supaya tidak terpeleset.
Setelah memastikan Alifia mendarat dengan aman, aku kembali fokus ke Rumaysa dan Naura. Belum ada tanda-tanda tangisnya akan reda. Khotbah no jutsu sudah kebal, gak masuk ke telinga mereka. Dua anak ini harus bisa kubujuk untuk turun, sebab opsi lain (menggendong) tentu mustahil. Aku gak sekuat itu ... yang ada malah kami jatoh berjamaah. Duh gimanaa ini. Belum kelar otak ini diajak mikir, dari bawah Wulan teriak "Ibu, aku mau pipis"
Jederrrr..
Yassalamualaikum . . . Subhanallah . . .
Toilet terdekat dari posisi kami tidak bisa dibilang dekat. Belum sempat aku meresponnya, Wulan agaknya bisa baca pikiranku.
"Nanti aja deh bu, aku masih bisa tahan"
Dengan mengucap hamdalah, aku beri dia senyuman lega. Oke, nambah PR. Kelar bujuk Rumaysa-Naura, harus cepat cari toilet.
Aku gak terpikir cara lain. Set, tangan dua anak itu kugenggam dan jepit, lalu kami duduk nempel bertiga.
Syuuur~ kami meluncur begitu saja seperti lagi turunin perosotan.
------------------------------------------------------------------------------
Rumaysa dan Naura samar-samar cekikikan, itu muka masih basah tapi sedihnya alhamdulillah musnah. Bisa ditebak sekotor apa bagian belakang rok celana kami. Hari itu, aku merelakan rok jeans-ku berbekas noda coklat tak sedap dipandang mata, di bagian bokong #susaaahilangnyaaaa #ikhlas
Kami berhasil sampai di sekolah lagi dengan ngebut ke toilet karena kebeletnya Wulan nular ke kami semua.
Time skip, malam harinya...
Kami menginap di sekolah, tepatnya pakai tenda di lapangan parkiran mobil. Ini sudah waktunya untuk tidur. Setelah toiletting, sikat gigi dan wudhu, kami mengatur tata letak di dalam tenda agar bisa tidur senyaman mungkin meski ukuran tendanya ngepas. Dari kiri ke kanan ada Wulan, Naura, Alifia dan Rumaysa.
Tepat di sebelah Rumaysa, berjejer carrier mereka. Wulan, Naura dan Alifia sudah sibuk memasang sleeping bag masing-masing.
"Sleeping bag-ku ada di paling bawah, susah ngambilnya" keluh Rumaysa.
Naura yang sudah selesai memasang sleeping bag-nya, langsung mengambil inisiatif, ia keluarkan semua isi tas Rumaysa hingga sleeping bag-nya bisa diambil.
Rumaysa nyengir dan mengucap terima kasih, Naura masuk ke dalam sleeping bag dan Rumaysa merapikan kembali barangnya yang berceceran. Wulan belum juga selesai dengan persiapan tidurnya. Anak ini membuatku takjub karena yang dibawanya adalah kain seprei, bukan sleeping bag. Duh gusti, cem mana ni..
------------------------------------------------------------------------------
"Sebenernya aku punya sleeping bag yang kayak gini (kata Wulan sambil menunjuk sleeping bag Naura), tapi aku bawa ini aja buat alas, soalnya aku kepanasan. Ini sleeping bag versi tipis" jelasnya.
Aku lalu berdeham menahan tawa, tak tahan dengan kepolosannya.
"Wulan, ini namanya seprei. Bukan sleeping bag. Seprei dipasang di kasur, kalau sleeping bag itu kantung tidur" (kutahan mulutku, hanya kuucap dalam hati, takut Wulan tersinggung dan kami perang mulut wkwkwkwk)
Alifia baru saja akan masuk ke dalam sleeping bag nya ketika Rumaysa kembali minta tolong. "Yaudah kamu masuk, nanti aku restleting-in". Akhirnya, Rumaysa masuk ke dalam sleeping bag-nya lebih dulu dengan bantuan Alifia. Alifia jadi yang terakhir masuk ke dalam sleeping bag.
Setelah memastikan posisi tidur mereka sudah oke, serta tiap anak sudah kubaluri minyak kayu putih, kami melantunkan do'a pengantar tidur.
Menyadari sudah tidak lagi ada tempat untukku, Rumaysa bertanya "Ibu nanti tidur di mana?"
"Ibu gak tidur. Jagain kalian" jawabku pelan.
Faktanya, aku ketiduran juga nantinya wakakak #maafyaNakk
------------------------------------------------------------------------------
"Ibu jagainnya di luar tenda?" Tanya wulan
Aku mengangguk.
"Bu, aku baru pertama kali tidur gak bareng Mama" kata Naura
Belum kurespon, Naura berkata lagi "Gapapa deh, belajar tidur sendiri"
"Kan kita ber-4" kata Wulan polos
Lalu kami ketawa cantik, hihihihi
Untungnya, gak lama setelah itu mereka betul-betul langsung terlelap.
Terdengar suara dari luar, "Dalam 5 menit, semua PAK harap berkumpul di Masjid"
Jadi aku keluar dan menuju Masjid untuk briefing PAK. Setelah briefing, aku mampir ke tenda kami dan posisi mereka masih sama. MaasyaaAllah, anak-anak boboknya pulas sekali. Pasti kecapekan mereka.
------------------------------------------------------------------------------
Pukul 2 pagi, Naura bangun karena mau ke toilet, aku jadi khawatir anak ini nanti jadi susah tidur lagi, apalagi baru pertama kali gak tidur sama Mamanya. Tapi Alhamdulillah, dia bisa langsung terlelap lagi setelah buang hajat.
Selanjutnya, aku yang harusnya masih berjaga, nyatanya tepar dan masuk alam mimpi, aku bangun karena mimpi jatoh, terus "DEG" seketika mata kebuka
wkwkwk #TAMAT
0 notes
diakata · 4 years ago
Text
"Ibu, ganti do'anya dong"
Selasa, 26 Maret 2019
Pulang sekolah hari itu, ada Taqi seorang diri yang belum dijemput, merasa bosan ia lalu membantuku merekap nilai Try Out Dinas yg ke-3. Kami sepakat memberikan hadiah kepada anak-anak yang progresnya meningkat. Jadi bukan berdasarkan ranking. Taqi bersyukur karena grafiknya naik, jauh dari nilai sebelumnya, dan itu artinya ia akan dapat hadiah. Sebelum pulang, ia menghitung sesuatu dengan jarinya, lalu berteriak..
"yes, disiksanya tinggal 6 kali lagi!"
Aku memberikan tatapan bertanya
Lalu dia menjelaskan, "Try out-nya kan tinggal sekali, 3 hari" katanya sambil menunjukkan 3 jari, ditambah UN 3 hari, jadi 6 kali lagi. Penyiksaan tinggal 6 kali lagi deh" jelasnya.
Aku geleng-geleng kepala sambil tertawa, "Jadi kamu anggap ujian-ujian ini penyiksaan ya?"
Dengan tampang yang santai khas Taqi, ia angkat bahu, "penyiksaan yang bikin orang yang disiksa jadi dapet ilmu"
😂
Hahahaha
Lalu ia bangkit dan mengambil tasnya, sebelum itu ia menyempatkan diri bermain dengan bolanya sebentar,
"Buk, kenapa bola gak masuk di UN? Sepak bola gitu Buk, atau Futsal, kan aku cuma pede kalo main bola, kalo pelajaran lain aku kan gak pinter"
Lalu aku senyum sendiri, daripada dijelaskan, aku balik bertanya "iya ya, kenapa tuh ya? Yang jago main musik, gak ada UN musik. Yang jago masak, gak ada UN masak. Yang jago berenang juga gak ada UN berenang. Kenapa ya?"
Taqi jadi ikutan mikir, lalu tetiba ia berkata "Bener kan Buk kalo saya bilang ini penyiksaan. Cuma yang pinter 3 pelajaran itu aja yang ada ujiannya, apa yang lain gak dianggep? Kan tersiksa jadinya"
Hahahahaha"
"Yasudah deh, kamu kan udah punya pengalaman ujian nih, nanti kamu jadi orang yang punya kuasa di dunia pendidikan deh Taqi, Ibu doain jadi menteri pendidikan ya"
"Aduh saya aminin gak ya, saya maunya jadi pemain bola kayak Messi bu. Ibu ganti doanya dong"
Lalu do'a untuknya seketika diganti. Habis meng-aamiin-kan, dia pamit pulang sambil nyengir.
0 notes
diakata · 4 years ago
Text
Empat Serangkai
Selasa, 8 Januari 2019
Hari pertama masuk sekolah di semester 2. Setelah membersihkan kelas dan loker, anak-anak mulai ngobrol sambil makan bekal snack masing-masing.
Kulihat ada beberapa anak bujang nampak serius duduk bersama di tangga kelas. Aku tahu komposisi ini, anak-anak yang gemar sejarah. Ada Kenzie, Rafa, M. Ammar dan Fadhlan. Dari segi personaliti, keempatnya seperti 2 kutub yang berlawanan, beda total. Kenzie dan Rafa adalah tipikal murid teladan yang biasa dideskripsikan dalam buku teks Bahasa Indonesia. Sementara Ammar dan Fadhlan memiliki jiwa yang sangat bebas dan sulit mematuhi peraturan, they are the truly free spirits. Tapi kalau sudah ngomongin sejarah, keempatnya bisa satu frekuensi.
Obrolan kali ini rupanya mengambil tema perang dunia. Kenzie memulainya dengan membicarakan tentang Hitler, mengapa ia jadi sosok yang sangat terkenal, yang ditimpali oleh Ammar dengan membawa nama Stalin dan Uni Soviet. Fadhlan mengajak mereka berpikir, tentang mengapa dahulu orang-orang gemar berperang sementara sekarang tidak. Rafa lalu beropini bahwa perang masih ada, tapi wujudnya sudah bukan memakai senjata.
Telingaku tak bisa diatur untuk tidak mendengar, lagipula posisi kami dekat...otakku secara otomatis mencerna semua yang mereka bicarakan.
Kalau didengar tanpa melihat wujudnya, obrolan ini sudah seperti obrolan orang dewasa. Tapi begitu melihat mereka, aku jadi gemas sendiri... Wkwkwk, obrolannya serius tetapi ekspresi dan suara mereka masih khas anak-anak.
1 note · View note