Instagram : @dezy_nurdin blog : dezyzahrotul21.blogspot.com
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Mumpung belum nikah, pelajarilah ilmu pernikahan. Pahamilah benar-benar hak dan kewajiban dalam rumah tangga agar kelak pasanganmu tidak hidup degan mode 'survival'.
Taufik Aulia
754 notes
·
View notes
Text
Jangan segan membantu orang lain, mempermudah urusan orang lain, memudahkan jalan orang lain, memberi rasa cukup kepada orang lain; bersedekah, memberi kebaikan untuk orang lain. Karena Allah menyukai hal-hal yang demikian dan akan melimpahkan kebaikan berkali-kali lipat.
@menyapamakna1
272 notes
·
View notes
Text
Nasihat yang Tidak Populer
Untuk adik-adik di sini yang sedang memantau takdirnya akan menikah dengan siapa dengan perasaan cemas dan gelisah :
Seburuk-buruknya kamu menilai dirimu sendiri, teruslah berdoa untuk bisa mendapatkan pasangan yang terbaik - yang sebaik baiknya, nggak usah tanggung-tanggung mintanya, benar-benar yang sebaik-baiknya. Dan aku turut mendoakan, agar jika doa itu terkabul, kamu tidak memiliki perasaan tidak layak. Kamu layak! @kurniawangunadi
2K notes
·
View notes
Text
Kadang ingin punya teman cerita.
Karena kadang tiba-tiba rasa sedih dan takut tiba-tiba hadir.
Ingin cerita ke seseorang.
Tapi entah siapa.
6 notes
·
View notes
Text
Hal yang paling menyesakkan adalah ketika kebaikanmu tidak diterima dengan baik.
Tidak selamanya ketulusan yg kita berikan kepada orang lain, diterima dengan baik. Bahkan bisa jadi itu menjadi alasan mereka untuk membenci dan membicarakan kita dibelakang.
Surabaya, 1 Januari 2023
Dezy Zahrotul
2 notes
·
View notes
Text
Seperti kamu yang berusaha menyembunyikan lukamu, seperti itu juga orang-orang disekitarmu sedang menyembunyikan lukanya. Percayalah, semua orang sedang berjuang untuk menyembuhkan lukanya masing-masing.
486 notes
·
View notes
Text
Kata Bapak Dodo Rozak, "kalau mengerjakan sesuatu harus sampai selesai".
Jadi pengingat bagi kita bahwa ketika memilih tujuan A, maka harus siap menerima segala rintangan dan kebahagiaan yang ada di dalam prosesnya. Namun, sering kali kita sebagai manusia, ketika dihadapkan dengan ujian yang terasa seperti di titik terendah dalam hidup, kita justru ingin berpindah tujuan. Padahal kata dosen saya waktu itu, "ketika kamu diberi ujian, berarti kamu sudah mendapatkan ilmunya sebelum mendapat ujian tersebut. Namun, jika kamu belum mendapat ilmunya, itu berarti bukan ujian, tapi teguran.
Setiap hal selalu membawa makna dalam hidup
2 notes
·
View notes
Note
Assalamualaikum, menurut Abang apa yang salah dari pekerjaan sebagai guru les privat dr rumah ke rumah? Kenapa dicap sbagi pengangguran dan selalu diremehkan Krn tidak mengajar di lembaga pendidikan formal? Terima kasih, wassalamu'alaikum. Semoga sehat selalu.
GURU LES PRIVAT
Wa'alaikumsalam wrwb.
Rasanya terlalu dangkal untuk meremehkan pekerjaan orang lain hanya karena tidak sesuai dengan selera kita. Padahal, bisa jadi income yang didapat lebih besar dari apa yang kita lakukan. Pun, selama itu pekerjaan halal dan tidak merugikan orang lain, sangat tidak beretika kita mengomentari pekerjaan orang lain.
Tidak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai guru les privat. Bahkan, di negara maju, profesi guru privat ini sudah jadi pekerjaan profesional yang sistemik. Potensi untuk berkembangnya sangat besar. Malah saya mendorong siapapun yang konsisten menjadi guru les privat untuk mengembangkan usaha ini. Karena sangat potensial dan cuannya besar.
Dan, pendidikan adalah salah satu bidang yang tidak akan habis sampai dunia tak bermentari. Saat ini kamu mungkin jadi guru les privat. Ke depan mungkin kamu akan punya banyak karyawan guru-guru yang bekerja untukmu dan pekerjaannya "guru les privat". Semoga sukses! :)
27 notes
·
View notes
Text
Ruang paling gelap.
Aku tidak baik-baik saja, aku menangis, menumpahkan segala keresahan yang terjadi padaku. Aku menangis diam-diam, bersembunyi dari orang-orang agar aku tak terlihat sedang tenggelam. Menembus lagi perjalanan kebelakang sampai hari ini, aku tetap menangis. Ini melelahkan.
Aku membutuhkan pertolongan, tapi juga tak ingin terlihat kalau aku jatuh. Aku bingung dengan diriku, tak ingin diketahui, tapi juga membutuhkan uluran.
Sebagian diriku mengatakan, tidak apa-apa untuk meminta pertolongan pada yang lain, tapi sebagian diriku membisikan jangan merepotkan oranglain. Aku menangis diam-diam diruang yang paling gelap, melihat diriku yang krisis, melihat diriku yang begitu rumit.
@menyapamakna1
405 notes
·
View notes
Text
Syukur...
Hari ini aku ingin berterima kasih kepada Allah SWT karena telah memberikan kepadaku kesehatan yang sangat berlimpah.
Kalau dipikir-pikir, hari ini saya melakukan beberapa aktivitas secara padat merayap. Tak ada kata tidur siang, tidur pun dini hari.
Rutinitas pagi yaitu jaga warnet bantuin usaha orang tua. Terus, siangnya kuliah. Sore sampai malam ngajar les sambil jaga warnet. Setelah mengajar les, baru lah bisa mengerjakan tugas kuliah.
Kadang merasa capek, tapi setiap waktu yang Allah berikan harus digunakan sebaik mungkin. Mumpung masih muda, gunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Terima kasih ya Allah karena kasih sayang-Mu, hamba bisa melaksanakan aktivitas hari ini dengan baik.
.
0 notes
Text
“Seandainya dia ingin di dekatmu, siapkan ruang ternyaman untuk tinggal. Jika ingin meninggalkanmu, beri dia sayap untuk terbang. Cinta tak pernah berjodoh dengan keterpaksaan.”
— Mama Laras, dalam Novel Konspirasi Semesta
819 notes
·
View notes
Text
#1 Project Menyembuhkan Luka & Memaafkan
Beberapa luka batin tak jarang disebabkan oleh orang terdekat, seperti keluarga, teman, atau bahkan sahabat. Entah disebabkan oleh kesalahpahaman atau kurangnya komunikasi. Begitu pula yang terjadi kepada saya sekitar 6 hari yang lalu. Saya terlalu berlarut dalam kesedihan karena telah ditinggalkan oleh seseorang yang pernah berkomitmen untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius. Hal tersebut yang mungkin penyebab terjadinya adanya kesalahpahaman antara saya dengan ayah.
Malam itu, saya dan ibu sedang membicarakan dia yang telah menyakiti hati saya, sebut saja si X. Tanpa sadar ayah mendengar cerita kami. Beliau pun langsung menegur ibuku yang terkesan malah menyulut api amarahku kepada si X. Selain itu, ayah pun memarahiku karena terlalu larut dalam kesedihan dan akhir-akhir ini terlalu sering marah. Beliau juga menyalahkan saya atas semua yang terjadi. Padahal saya jelas-jelas tak bersalah, justru perbuatan si X lah yang salah.
Lanjutkan Membaca...
0 notes
Text
Sebelum Genap.
“Ujung dari langkah yang kita buat untuk mencari adalah penerimaan.” - Iidmhd
… karena akan selalu ada yang lebih baik tetapi yang menerima apa adanya kamu; tidak selalu ada.
Menilik postingan instastory Masgun kemarin seputar “Apa sih yang kamu ingin tanyakan kepada calon pada saat proses pranikah yang mungkin sungkan ditanyakan tetapi penting?“ dan seperti biasa respon dari ask me tersebut memberikan banyak sekali pencerahan.
Berikut beberapa hal-hal yang perlu ditanyakan menurut followers Masgun beserta tanggapannya:
Visi hidup dan rencana setelah menikah? (Make sure. Jangan sampai tidak ditanyakan)
Apa yang dilakukan jikalau marah? Pernah sampai mengekspresikan dengan kekerasan fisik? (Sifat temperamental, mudah marah, dsb perlu divalidasi di lingkungan dan pertemanan dia selama ini. Bagaimana dia jika ada masalah, dsb. Teman-teman terdekat di lingkarannya yang paling melihatnya. Potensi KDRT-nya besar jika kamu tidak bisa mengenali dan mencari data valid soal ini)
Bersediakah setelah menikah tinggal dekat dan atau bersama orang tua saya? (Ini cukup sensitif, tidak mudah bagi seorang menantu untuk beradaptasi tinggal serumah dengan mertua. Jika calonmu mengatakan bersedia, menjadi wajib bagimu untuk membantu dan membuatnya nyaman di rumah orang tuamu. Jika tidak bersedia, tidak perlu memaksa. Cari yang lain)
Orang tua berbeda ormas, bagaimana? (Termasuk berbeda soal lainnya, contoh: beda organisasi keislaman, beda budaya, beda cara pandang soal sesuatu. Ada keluarga-keluarga yang menganggap hal-hal seperti itu sebagai syarat mutlak. Ada juga keluarga yang terbuka terhadap perbedaan seperti itu. Jika tidak bisa diterima oleh keluargamu. Tidak perlu memaksakan. Menikah urusannya panjang, kalian tidak hanya hidup berdua)
Sex life. Banyak sekali kasus tiba-tiba suami didiagnosis HIV positif kemudian yang terkena imbas adalah keluarga. (Ini bisa jadi pertanyaan tabu tetapi penting. Ada yang menjadikannya hal penting, contoh: keperawanan atau keperjakaan, ada juga yang tidak. Jadi, jika sex life ini penting bagimu. Tanyakan. Lebih berat menanggung risikonya daripada beratnya bertanya)
Saya ingin bekerja walaupun sudah menikah. Bagaimana? Boleh? (Ini menjadi case di kalangan perempuan, ingin bekerja setelah menikah. Jika itu penting bagimu, tanyakan. Tidak sevisi. Cukup sampai di sini. Cari yang lain. Karena itu juga akan melihat soal mindset. Perkara nanti kamu ketika menikah akhirnya memilih menjadi ibu rumah tangga, itu juga keputusan sadarmu. Bukan karena disuruh dan terpaksa)
Uang yang kamu dapatkan dari mana saja? Uangnya mengalir ke mana saja? (Ini penting sekali, serupiah pun jangan sampai lolos. Karena ini untuk menjaga harta yang ada dalam keluarga itu benar-benar halal dan berkah. Sekaligus untuk menghitung zakatnya. Jika sudah sampai haul/nisabnya)
Jika saya ternyata tidak kunjung memberikan keturunan, apakah akan menikah lagi atau akan bersabar? (Ini juga pertanyaan sejenis, contoh: laki-laki atau perempuan tidak subur karena kondisi atau sakit tertentu sehingga tidak memungkinkan memiliki anak dalam pernikahan. Hal seperti ini, harusnya tidak hanya ditanyakan kepada pasangan tetapi bagaimana pendapat kedua orang tuanya. Karena bisa jadi ybs tidak mempermasalahkan tetapi tidak dengan orang tuanya)
Pernah HS (having sex) atau tidak? (Hal-hal seperti ini, mungkin ada yang terbuka dan ada yang tidak. Karena bisa jadi jika batal proses pra pernikahannya, kamu jadi tahu rahasianya. Jadi, sepakati sejak awal bahwa di proses pranikah akan terbuka. Karena bagimu ini penting, jika dia tidak bersedia. Ya sudah lebih baik berhenti sebelum lebih jauh sampai kamu mengetahui rahasianya, kecuali dia memang bersedia secara pribadi ingin mengatakannya di awal bahkan sebelum proses lebih dalam. Karena dia memiliki pandangan bahwa itu adalah pintu masuknya. Kita belajar bahwa aib yang Allah tutupi jangan sampai dibuka kembali jika ybs sudah bertobat. Jika kamu merasa perkara HS ini penting, make sure bahwa dia memiliki pandangan yang sama bahwa hal tersebut penting untuk diketahui sebelum menikah. Nanti berlanjut ke persoalan kesehatan reproduksi)
Gaji Pasangan. Ingin sekali menanyakan tetapi bingung memulainya. (Tinggal tanya, gajimu berapa dan bagaimana mengalokasikannya selama ini? Lalu rencana ke depan dengan pendapatan tersebut setelah berumah tangga. Jangan pertaruhkan hal-hal yang besar untuk perkara-perkara ketakutan-ketakutan yang kecil. Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri)
Apakah keluargamu memiliki utang? Apa saja janji-janjimu terhadap orang tuamu? (Insightfull, apa saja janji-janjimu kepada orang tua? Jawabannya akan sangat penting buat jadi pertanyaan ke diri sendiri, apakah saya bersedia membantu mewujudkan janji-janji tersebut atau tidak?)
Jika saya memiliki prinsip menghindari utang riba tetapi kamu justru kerja di bagian pencari nasabah, lalu bagaimana? (Ini prinsip-prinsip bermuamalah. Ini juga bisa direfleksikan ke hal-hal serupa yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dalam menjalankan agama. Jika bagimu penting dan tidak ada toleransi. Seharusnya tidak ada ruang untuknya. Jika masih ada ruang, berarti itu dorongan hawa nafsu)
Kesehatan. Minta tes kesehatan sebelum nikah terutama tes HIV. (Medcheck. Jika kamu meminta dia medcheck, kamu juga harus. Jika ini penting bagimu, lakukanlah. Hal ini lebih banyak manfaatnya untuk kehidupan pernikahan ke depan. Jika kemudian hasilnya diketahui ada penyakit bawaan di diri calon. Kamu harus siap untuk mengambil keputusan. Jangan menikah karena kasihan, sungkan dan takut omongan orang)
Utang atau tanggungan keluarga saya masih ada. Kamu siap menerima atau tidak? (Saya menekankan kepada teman-teman jika tahu kondisi keluarga soal utang, dsb lebih baik dikomunikasikan. Sebab, utang itu diwariskan. Ekstremnya, jika orang tua tiba-tiba meninggal dan masih ada utang maka anak-anaknya lah yang harus melunasi utangnya. Apalagi jika kondisimu saat ini masih bekerja dan berjuang melunasi utang orang tua)
Pola asuh anak. Apakah nanti akan terlibat dalam pengasuhan atau fokus bekerja? Seperti apa pola asuhnya? (Pandangan soal pola pengasuhan ini juga penting. Jangan sampai ‘kecele’. Cek tidak hanya ke dia tetapi juga keluarganya. Jangan sampai kamu pro-vaks dan baru tahu setelah menikah jika pasanganmu itu anti-vaks. Bisa perang dingin di dalam keluarga. Dan pola-pola pengasuhan lainnya)
Nanti kerjanya bagaimana? Apa masih berbeda kota juga? Karena saya juga berat melepas karir saya sekarang. (Jika pada masa perkenalan sudah tahu career path-nya berbeda dan teguh terhadap keinginan masing-masing. Memang lebih baik tidak usah dilanjutkan. Karena itu adalah misi, caramu menjalankan visi besar yang mungkin kamu sendiri tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Apalagi jika pekerjaan tersebut memiliki urgensi besar untuk tetap kamu miliki seperti karena kamu harus membantu keluarga, dsb)
Siap dengan Mama saya yang selalu mengukur segalanya dari uang? (Kita mungkin bisa menerimanya, tetapi tidak bisa menerima orang tuanya atau juga sebaliknya. Dia bisa menerima kita dan orang tua kita tetapi kita sendiri tidak yakin apakah nanti hubungan antar keluarga (orang tua x orang tua) bisa baik. Jika ini penting untuk ditanyakan, tanyakan. Jika ini penting untuk dikatakan, katakan. Karena bisa jadi rumah tangga itu oleng bukan karena kitanya tidak siap menikah dsb tetapi karena intervensi orang-orang terdekat kita sendiri)
Izin poligami karena kerja di luar kota. Saya jawab silakan tetapi bukan dengan saya. (Saya tidak kontra dengan poligami, karena itu ada dalam agama yang saya imani. Yang jelas S&K-nya berlaku. Jika kamu merasa tidak bisa memenuhi S&K-nya tersebut, tidak usah diambil)
Kenapa kamu mudah sekali berutang (uang) demi mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan? (Watak atau kebiasaan bisa ditanyakan. Apalagi jika hal tersebut adalah sesuatu yang tidak se-value dengan diri sendiri. Jika masih tetap tidak menemukan jalan tengah, berbeda pandangan yang artinya sama juga dengan berbeda value. Pernikahanmu jauh lebih berharga daripada orang tersebut)
Jika saya ada masalah dengan Ibunya bagaimana cara dia mendamaikan kami? (Insightfull, bagaimana cara calon mengatasi masalah-masalah yang akan timbul antara kita dengan orang tuanya?)
“Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri.”
… karena lebih baik gagal dalam proses ketimbang gagal setelah menjalani pernikahan.
“Membangun visi dan misi keluarga itu berangkat dari memilih pasangan hidup.” - Istri Masgun
Lebih utama jadilah sebaik-baiknya dirimu; sebelum mencari atau ditemukan.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
Libatkan Allah Subhanahu Wata’ala selalu di dalam prosesnya. Lalu niatkan menikah karena ibadah.
“Jika dulu niatnya menikah karena terlanjur suka, suruhan orang tua, faktor umur, ekonomi, keadaan dan situasi, semua ini harus diubah niatnya. Diubah niatnya memang karena ibadah. Ingin mengerjakan karena perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya. Dan betul-betul jika diniatkan ibadah, semua kejenuhan, perasaan-perasaan yang terbebani karena adanya karakter pasangan, beban-beban kewajiban seperti nafkah bagi laki-laki, melayani ekstra dari perempuan ke suaminya, ini akan jadi ringan.” - Ust. Khalid Basalamah.
Sehingga pernikahanmu senantiasa dilimpahkan keberkahan dan menjadi keluarga sehidup sesurga. Aamiin.
4K notes
·
View notes
Text
Menikmati Luka
Saking seringnya kita terluka kadang itu jadi candu tersendiri untuk tetap menikmatinya. Ya, kita menikmati tiap detik saat kita membenci diri kita, membenci mereka yang menyakiti kita, mereka yang mengkhianati dan pergi dari hidup kita kemudian menyisakan luka yang tidak akan pernah kering, membenci keadaan yang membuat kita terluka, membenci takdir karena menempatkan kita pada posisi yang tidak kita harapkan sama sekali. Kita menikmati semua itu. Menikmati saat kita sedang terluka.
Hal yang berbahaya adalah kita kemudian mencari pembenaran sebagai orang yang terluka sehingga kita menikmati luka itu bukan untuk menyembuhkan melainkan hidup dengan menjadikannya racun dalam hidup kita. Membunuh diri kita sendiri kemudian berdalih bahwa semua ini karena hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Semua karena dia, semua karena mereka, semua karena ini dan itu. Atau kita juga menikmati luka dengan menjadi seseorang bermental korban sehingga kita sibuk menyalahkan diri sendiri, menghukum diri sendiri dan membiarkan kesempatan-kesempatan baik berlalu begitu saja. Kita terbutakan oleh ketakutan dan kekhawatiran akan reaksi orang lain. Padahal, reaksi orang lain bukanlah masalah besar dibanding dengan apa yang ingin kita tunjukkan pada mereka. Orang bereaksi itu wajar karena kita masih hidup. Pasti ada saja hal yang membuat orang berkomentar. Jadi, seharusnya tidak perlu terlalu khawatir dengan semua itu jika kita sudah tahu bahwa hal seperti itu akan terus terjadi.
Dibanding menikmati, seharusnya kita berpikir cara untuk merawatnya. Luka itu bukan sesuatu yang sederhana, apalagi luka batin. Luka fisik saja bisa jadi infeksi dan menyebabkan kematian, luka batin pun sama bahkan bisa jadi efeknya lebih parah. Kita sama saja bunuh diri jika terlalu lama mencandu luka kita sendiri. Kita membunuh potensi kita, membiarkan kesempatan berlalu hingga tidak sadar waktu kita sudah tidak banyak. Lebih dari itu, menikmati luka terlalu lama hanya akan membuat kita tidak produktif dalam melakukan amal shalih yang seharusnya kita kumpulkan sejak jauh-jauh hari. Oleh karena itu, menikmati luka bukan pilihan yang bijaksana.
Carilah cara untuk bisa merawat luka agar tidak menjadi semakin parah kemudian infeksi dan bisa membunuh diri kita sendiri jika tidak segera ditangani. Luka batin sama dengan luka fisik. Sekali pernah tergores, bentuknya tidak akan sama lagi. Dia akan meninggalkan bekas di sana selamanya. Untuk itu kita perlu merawat luka batin itu agar dia bisa menjadi pelajaran di kemudian hari yang membuat kita bisa menjadi seseorang yang lebih baik, bukan sebaliknya.
Jika hari ini kita sudah merawatnya namun belum kunjung sembuh, bersabarlah. Butuh waktu untuk bisa menyembuhkan luka meski tidak benar-benar akan hilang 100%. Jangan berhenti untuk terus merawatnya agar luka itu sembuh di kemudian hari.
Suatu hari, saat lukanya sudah sembuh, kita akan berterima kasih karena kita tidak menyerah untuk merawatnya.
-Purplellicious-
96 notes
·
View notes
Text
Khawatir
Jangan-jangan sebab Allah memberikanmu rezeki yang banyak saat ini ditengah kelalaian dan banyaknya maksiatmu agar segera terpenuhi semua hak rezekimu di dunia, kemudian segera Allah matikan kamu agar cepat dihisab dan dibalas semua amalmu di dunia. Setiap bayi yang lahir di dunia sudah Allah tentukan kadar rezekinya, tidak akan ditutup usianya sampai terpenuhi dan sampai padanya tentang jatah rezekinya.
Maha suci Allah yang telah menyembunyikan segala bentuk kemaksiatan yang tersembunyi darimu, dan sangat durhakanya kamu jika Allah telah menutupi aibmu lalu kamu meneruskannya seolah semua baik-baik saja. Kamu sendiri tau bahwa dunia ini sekarang sedang tidak baik-baik saja, sedang sakit dengan makin serakah dan angkuhnya manusia, beruntung jika masih ada orang baik disekitarmu, barangkali kamu merasa tenang sebab masih adanya dia.
Mulailah berpikir soal rezeki yang sekarang ada padamu, jangan-jangan batas rezeki yang Allah berikan padamu akan mencapai akhirnya, dan kamu akan mulai ditanya soal darimana mendapatkannya dan untuk apa. Padahal, baju yang sekarang kamu pakai pun akan ada masanya ia ditanya. Semuanya.
Usiamu ada limitnya, rezekimu ada batasnya, kekuatanmu ada lemahnya, jangan sombong dan angkuh apalagi merasa aman dari apa yang kamu miliki sekarang.
Mari menepi sejenak, mengevaluasi usia kehidupan dan perbekalan, beruntungnya kamu bisa menghirup napas Ramadhan, tapi semua akan sia-sia jika kamu melewatkannya tanpa usaha untuk kembali. Kembali pada hati, kembali bagaimana menyikapi bahwa hidup ini adalah untuk beribadah. Tunduk pada-Nya tanpa tapi.
Ramadhan dan ampunan
@jndmmsyhd
1K notes
·
View notes
Text
KEDEWASAAN EMOSI
Salah satu topik yang agak jarang diangkat di Indonesia adalah kedewasaan emosi (emotionally mature).
Yang saya lihat, kebanyakan orang di Indonesia beranggapan bahwa kedewasaan emosi ini akan berjalan seiring dengan umur.
Padahal, berdasarkan pengalaman diri sendiri, kalau nggak sering-sering dikulik, kita jarang sadar bahwa secara emosi, kita kurang dewasa.
Setidaknya, ada 20 tanda kedewasaan emosi seseorang, diantaranya adalah:
1. Sadar bahwa kebanyakan perilaku buruk dari orang lain itu akarnya adalah dari ketakutan dan kecemasan – bukan kejahatan atau kebodohan.
2. Sadar bahwa orang gak bisa baca pikiran kita sehingga akhirnya kita tau bahwa kita harus bisa mengartikulasikan intensi dan perasaan kita dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tenang. Dan, gak menyalahkan orang kalau mereka gak ngerti maksudnya kita apa.
3. Sadar bahwa kadang-kadang kita bisa salah – dan bisa minta maaf.
4. Belajar untuk lebih percaya diri, bukan karena menyadari bahwa kita hebat, tapi karena akhirnya kita tau kalau bahwa semua orang sebodoh, setakut, dan se-lost kita.
5. Akhirnya bisa memaafkan orang tua kita karena akhirnya kita sadar bahwa mereka gak bermaksud untuk membuat hidup kita sulit – tapi mereka juga bertarung dengan masalah pribadi mereka sendiri.
6. Sadar bahwa hal-hal kecil seperti jam tidur, gula darah, stress – berpengaruh besar pada mood kita. Jadi, kita bisa mengatur waktu untuk mendiskusikan hal-hal penting sama orang waktu orang tersebut sudah dalam kondisi nyaman, kenyang, gak buru-buru dan gak mabuk
7. Gak ngambek. Ketika orang menyakiti kita, kita akan (mencoba) menjelaskan kenapa kita marah, dan kita memaafkan orang tersebut.
8. Belajar bahwa gak ada yang sempurna. Gak ada pekerjaan yang sempurna, hidup yang sempurna, dan pasangan yang sempurna. Akhirnya, kita mengapresiasi apa yang 'good enough'.
9. Belajar untuk jadi sedikit lebih pesimis dalam mengharapkan sesuatu - sehingga kita bisa lebih kalem, sabar, dan pemaaf.
10. Sadar bahwa semua orang punya kelemahan di karakter mereka – yang sebenarnya terhubung dengan kelebihan mereka. Misalnya, ada yang berantakan, tapi sebenernya mereka visioner dan creative (jadi seimbang) – sehingga sebenernya, orang yang sempurna itu gak ada.
11. Lebih susah jatuh cinta (wadaw). Karena kalau pas kita muda, kita gampang naksir orang. Tapi sekarang, kita sadar bahwa seberapa kerennya orang itu, kalau dilihat dari dekat, ya sebenernya ngeselin juga 😂 sehingga akhirnya kita belajar untuk setia sama yang udah ada.
12. Akhirnya kita sadar bahwa sebenernya diri kita ini gak semenyenangkan dan semudah itu untuk hidup bareng
13. Kita belajar untuk memaafkan diri sendiri – untuk segala kesalahan dan kebodohan kita. Kita belajar untuk jadi teman baik untuk diri sendiri.
14. Kita belajar bahwa menjadi dewasa itu adalah dengan berdamai dengan sisi kita yang kekanak-kanakan dan keras kepala yang akan selalu ada.
15. Akhirnya bisa mengurangi ekspektasi berlebihan untuk menggapai kebahagiaan yang gak realistis – dan lebih bisa untuk merayakan hal-hal kecil. Jadi lebih ke arah: bahagia itu sederhana.
16. Gak sepeduli itu sama apa kata orang dan gak akan berusaha sekuat itu untuk menyenangkan semua orang. Ujung-ujungnya, bakal ada satu dua orang kok yang menerima kita seutuhnya. Kita akan melupakan ketenaran dan akhirnya bersandar pada cinta.
17. Bisa menerima masukan.
18. Bisa mendapatkan pandangan baru untuk menyelesaikan masalah diri sendiri, misalnya dengan jalan-jalan di taman.
19. Bisa menyadari bahwa masa lalu kita mempengaruhi respons kita terhadap masalah di masa sekarang, misalnya dari trauma masa kecil. Kalau bisa menyadari ini, kita bisa menahan diri untuk gak merespon dengan gegabah.
20. Sadar bahwa ketika kita memulai persahabatan, sebenernya orang lain gak begitu tertarik sama cerita bahagia kita – tapi malah kesulitan kita. Karena manusia itu pada intinya kesepian, dan ingin merasa ada teman di dunia yang sulit ini.
Written by @jill_bobby
Referensi: https://youtu.be/k-J9BVBjK3o
4K notes
·
View notes
Text
Berteman dengan ‘Insecurities’
Merasa insecure (meragukan diri sendiri) itu kadang-kadang perlu juga. Dengan takaran yang pas, insecurity malah bisa berguna. Seperti kata dr. Gerald Stein di blognya:
“How can something bad be something good? The answer: in moderate doses. We all benefit from a bit of insecurity.”
Insecure adalah salah satu wajah dari rasa takut. Sementara rasa takut punya manfaat dan tujuan: memberi sinyal agar kita meningkatkan keamanan. Memberi tahu bahwa kita mesti berhati-hati.
Lawan insecure itu overconfident, yang mana ngga sehat juga. Titik moderatnya bisa tercapai kalau kita tambahkan sejumput insecurity dalam mangkuk percaya diri kita.
Jadi, alih-alih mengutuki diri sendiri karena terus menerus merasa insecure, coba kurangi dosisnya sedikit lalu lihat itu sebagai sesuatu yang berguna. Jadikan itu alat untuk mengenal diri sendiri lebih dalam. Jadikan itu sebagai dorongan untuk maju.
Beberapa kegunaan perasaan insecure:
1. Membuat kita lebih realistis. Karena insecurity membuat kita mampu melihat risiko dan ancaman. Kita pun jadi bisa lebih awal mengantisipasinya.
2. Memudahkan untuk berempati dan rendah hati. Pada kadar yang moderat, insecurity membuat kita sadar bahwa diri kita “bukan siapa-siapa”. Gunanya, kita jadi ngga meninggikan diri di depan orang lain.
Kita pun bisa lebih jernih melihat ketidaksempurnaan manusia, yang dengannya kita jadi lebih mudah berempati pada orang lain. Tidak mudah menghakimi, toh kita semua tidak ada yang sempurna.
3. Mendorong kita agar terus belajar. Kalau kata Steve Jobs, stay foolish, stay hungry. Karena dengan menjadi bodoh, kita ngga akan berhenti belajar.
Intinya, insecurity membuat kita bertanya pada diri kita sendiri,
“Apakah ini hal terbaik yang bisa aku lakukan?”
“Apa yang harus aku perbaiki?”
“Apa yang harus aku lakukan kalau aku ngga berhasil?”
Insecurity itu semacam suara di kepala kita yang menjadi pemandu. Seringkali ia juga mengingatkan kita bahwa ada tujuan yang kita perjuangkan.
Sama seperti kesedihan yang harus diterima sebagai bagian dari hidup, sebagai emosi yang wajar dan justru berguna, demikian pula perasaan insecure. Menerima dan mengakuinya adalah bagian penting dari proses pengelolaan diri, proses belajar, proses bertumbuh.
966 notes
·
View notes