Quote
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَ صلى الله عليه وسلم قال أَرْبَعٌ مَنْ أُعْطِيْهِنَّ فَقَدْ أُعْطِيَ خَيْرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةٍ قَلْبٌ شَاكِرٌ وَلِسَانٌ ذَاكِرٌ وَبَدَنٌ عَلَى الْبَلَاءِ صَابِرٌ وَزَوْجَةٌ لَا تَبْغِيْهِ خَوْناً فِى نَفْسِهَا وَمَالِهِ (البيهقي، الطبرانين أبو يعلى) الدرر المنثور
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Bahwasannya Nabi saw. bersabda, ‘Ada empat hal yang siapa saja diberikan kepadanya berarti ia dikarunia kebaikan dunia dan akhirat: hati yang senantisa bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, badan yang sabar menghadapi ujian, dan istri yang tidak berkhianat di dalam dirinya maupun harta suaminya.’” (H.R. Abu Ya’la, Baihaqi, dan Thabrani).
1 note
·
View note
Photo
Ini tentang saya, dia, dan, dia. The three bikers. Pagi ini, mencoba kembali menghirup aroma fajar yang sudah lama tak dirasakan. Awalnya ragu, karena diluar gerimis mulai berpacu dengan fajar. Seakan ia tak mau langkahnya didahului. Tapi tak berapa lama berselang, ia pun akhirnya mengalah dan mempersilahkan saya menikmati apa yang seharusnya saya nikmati.
Pagi ini terasa berbeda. Mungkin karena semesta tau ada hati yang perlu dicerahkan dari masa istirahatnya. Jadilah saya, dia, dan dia bersepeda riang menyusuri alunan kota. Menghirup sebanyak-banyaknya udara bersih dan segar. Berpacu dengan kendaraan yang tak mau kalah. Berhenti ditiap spot yang indah. Saling berbagi cerita tentang kisah hidup yang penuh tantangan, dan banyak lagi hal lainnya. Banyak sekali manfaat yang bisa didapakan hari ini.
Ah, suasana ini memang sudah lama tidak saya rasakan. Saya merasa seperti anak yang baru lahir kemarin sore. Tanpa beban dan masalah. Begitu excited dan membuat saya tak mau waktu berjalan dengan cepat.
Ya, hanya saja, ini bukan tempat istirahat yang sebenarnya. Masih panjang perjalanan yang harus dilewati untuk sampai ke tempat istirahat yang sesungguhnya. Tapi untuk saat ini biarkan saya, dia, dan dia menghabiskan hari ini bernostalgia mencicipi sedikit dari nikmat-Nya.
1 note
·
View note
Text
TENTANG HUJAN BULAN JULI
Ini tentang menungggu. Tepat di saat hujan mulai mengiringi bulan Juli, di saat itu menunggu adalah hal yang terasa indah.
Selama ini mungkin angin tak tahu mengapa ia harus menunggu berhari-hari. Menunggu sebuah ketidakpastian yang tidak ia ketahui akan berujung seperti apa. Padahal ia bisa berlari sejauh apapun yang ia mau mencari tempat lain untuk disinggahi. Lebih pasti dan tanpa meninggalkan rasa kecewa. Tapi itu tidak ia lakukan. Ia paham benar bahwa yang sedang ia lakukan ini akan membuatnya menderita, menangis, digoda rasa mundur, dan bahkan membuatnya sakit. Ia tak hiraukan. Malah semakin tidak gentar dan memilih bertahan bersama rasa yang ia tidak tahu bagaimana merumuskannya.
Satu hal yang ia yakini bahwa dibalik masa penantiannya ini akan ada sesuatu berharga yang didapatkan. Walau dalam hati kecilnya ia tak tahu pasti sesuatu yang seperti apa. Yang bisa ia lakukan setiap hari hanyalah menunggu dengan yakin. Ya, menunggu tanpa tahu akan berujung seperti apa.
Dan kini, awan di bulan Juli menampakkan raut mendungnya. Tidak seperti awan bulan Juni yang merahasiakan raut pertanda kebahagiaan itu. Mungkin ia sedang tak ingin berbagi bahagia pada manusia dan membiarkan awan buli Juli yang melakukannya. Ah rupanya ia pun sedang menunggu. Menunggu kabar baik yang segera datang bersama mendung.
Sang angin, ketika ia tahu bahwa yang datang bersama mendung adalah hujan, hatinya tak lepas dari rasa syukur. Hujan, baginya jauh dari sekedar sesuatu yang berharga. Hujan adalah sebuah kepastian atas keyakinan yang ia tunggu selama ini. Seakan membuat semua rasa yang tak mampu ia rumuskan itu terbayar dengan kehadiran hujan yang mengiringi bulan Juli. Dan benar, bahwa di saat itulah menunggu adalah hal yang terasa indah baginya. Ya itulah persoalan tentang menunggu. Menanti berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-berbulan dengan penuh yakin bahwa dibalik sebuah penantian akan ada kebaikan. Ia pun semakin yakin bahwa bersama hujan, ia dapat menebar lebih banyak manfaat kepada manusia. Hari ini, esok, dan selamanya.
Tentang hujan bulan Juli, tak ada yang lebih tabah dari ia yang menunggu bulan Juli.
1 note
·
View note
Text
Pain Reliever
Saya yakin, setiap orang dalam hidupnya memiliki cara tersendiri dalam menghadapi masalah. Entah itu masalah akademik, masalah pertemanan, keluarga, personal behavior, ataupun masalah hormonal. Sebagian orang akan mencari cara untuk dapat ‘istirahat’ sejenak dan mengalihkan masalah tersebut. Bukan bermaksud ingin lari dari kenyataan, tapi hanya ingin istirahat beberapa saat. Sekedar melemaskan otot-otot, menyegarkan kembali pikiran, atau berusaha melupakan. Dan saya termasuk dari sebagian orang itu.
Saya menyebutnya sebagai pain reliever. Entah kenapa ketika saya ada ditempat dan disituasi pain reliever tersebut, saya merasa lapang dan tenang setelahnya. Atau bahkan bisa lupa dengan sendirinya apa yang sedang dialami.
Pain reliever versi saya tersebut adalah; toko buku, toko alat dan bahan masak, beres-beres, dan masak. Saya tidak tahu mengapa tempat dan situasi tersebut mampu menghipnotis dan memberikan efek sedasi yang tinggi. Bahkan sampai hari ini pun saya masih belum menemukan jawabannya. Bagi saya, pain reliever ini cukup ampuh dan positif. Dan tidak perlu berhari-hari larut dalam masalah yang sebenarnya mudah untuk diselesaikan. Cukup dengan ‘me time’ dan lakukan hal positif, lalu temukan jalan keluarnya. Saya tidak suka ‘lari’, karena itu tidaklah ampuh. Dan tingkat rekurensinya cukup tinggi. Yang paling penting yang tidak boleh dilupakan adalah meminta pada Allah untuk diberikan pundak yang kuat dan diberikan solusi yang tepat dari segala masalah. Kita bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa, maka mengadulah pada yang punya segalanya.
Soal masalah itu sifatnya berat atau tidak, segera temukan cara positif untuk mengubah beban jadi ringan.
Di sebuah ruangan, dalam kondisi menunggu, 11 Syawal 1438 H
0 notes
Conversation
Alasan (belum berujung)
Adik: Bang, gue mau ganggu lagi. Ini, knp lo pengen nikah bg?
Abang: Alasan gue nikah? Sama lah kayak alasan lo
Adik: Gue tiba2 gtw alasan knp gue mau nikah. Gue kayak amnesia knp dlu gue menggebu2 pengen nikah
Abang: Pengen nyempurnain agama. Pengen bangun generasi yg lebih baik dari gue. Pengen ngejauhin diri dari maksiat. Itu beberapa alasan gue
Adik: Oke. Makasih bg
Abang: Klise emang. Tp alasan gue emang gitu
Adik: Iya gpp bg.. Lo masih bisa bersyukur karna lo tau apa tujuan lo nikah. Sementara gue, ba'da ashar kmren tersentak tiba2 gue gtw apa tujuan gue nikah. D satu sisi gue pengen menikah. Tapi d sisi lain, gue takut menjalani kehidupan berumah tangga yg gue sendiri masih meraba2 bagaimana keseharian berumah tangga. Gue terkadang suka bertanya k diri sendiri knp pengen menikah sementara menikah itu jelas sekali adalah siap menanggung beban. beban yg hanya bisa dipikul oleh yg siap. Gue sampai isya tadi masih blm tw knp gue bisa punya perasaan kayak gini..
Abang: Mungkin karena lo mulai merasa beban lo makin lama makin kurang, tugas ntar lagi selesai, organisasi udah ga terlalu/sama sekali ga bikin sibuk lagi. sementara dorongan dari keluarga juga ada. Makanya, lo terdorong juga utk ngambil tanggung jawab yang baru. Sebenarnya sih keren banget pengen nikah walau alasan utama kenapa lo pengen nikahnya lo bimbang. Gue mah ga yakin lo ga ada ilmu ttg rumah tangga sama sekali. Lagian ga semua ilmu ttg menikah dapat dipelajari sebelum nikah. Kata yg udah nyoba, ilmu berumah tangga itu ya didapatnya setelah berumah tangga. Gitu. Beruntung lo masih ada keinginan menikah.
Saya: !@$%^())^$#@2...........................
Suatu hari akan saya lannjutkan apa yang terjadi antara si adik dan si abang. Untuk sekarang, biarkan begini dulu. Alasan yang memang belum berujung.
0 notes
Text
Minta Nasihat (2)
Alhamdulillah kali ini makin bertambah yang memberi saya nasihat.
Nasihat satu ini diberikan oleh seorang adik yang baru seumur jagung kenal dengan saya. Biarpun demikian, saya sudah anggap dia seperti adik sendiri. Pertama kali bertemu, saya langsung merasa klop dan alhamdulillah Allah jaga silaturahim ini sampai sekarang. berikut petikan nasihatnya;
Saya pernah baca tentang DOA. Doa adalah senjata. Senjata terhebat milik orang beriman semata. Senjata yg harus dimainkan dengan penuh kelihaian. Maka, senjata yg harus tajam, pemegangnya harus punya keberanian, dn ditebaskan pada saat yg tepat, barulah senjata itu mendapat julukan senjata mematikan
Rasulullah saw. Berpesan " doa adalah senjata orang beriman, tiang agama, serta cahaya langit dan bumi."(HR.Al-hakim)
didalam doa, ada keseimbangan jiwa berupa harapan akan senantiasa menjadi dua sayap yang akan membuat kita terbang mengarungi angkasa kehidupan. Di dalam doa, ada ketenangan jiwa berupa keyakinan terhadap Allah yg memberinya kebrranian untuk menghadapi semua kemungkinan didlm kehidupan. Di dalam doa ada semacam pertemuan mesra antara kehendak Allah dgn keingainan hambaNya yang beriman. Efeknya, nyaris tak ada lagii kesedihan dan keputus asaan. Stu lagi tentang doa, tak pernah ada kesia-siaan dalam doa. Dikabulkan adalah kepastian. Hanya bentuk dan modelnya saja yg berbeda. Semuanya berupa kebaikan, tanpa ada yg luput, apalagi sia sia.
Salah satu parameter kekuatan manusia ada dalam doa. Kekuatan iman seseorang bisa di lihat dari kualitas dan kuantitas doanya. Artinya doa, iman dan kekuatan senantiasa seiring sejalan. Rasulullah saw bersabda " orang yg paling lemah adalah orang yg lemah dari doa. Dan orang yg paling bakhil adalah orang yg bakhil akan salam." ( sahih al- jami no 1044)
jadii apa pun yg terjadi sekarang dengan kak .. maka jangan lupa berdoa yah kak .. karna Doa lah senjat kita .. Fii amanillah kak .. Keep hamasaah
😘😘 si pecinta hijau 💚💚💚
Nasihat selanjutnya juga datang dari seorang adik. Kalau yang satu ini sudah cukup lama saya kenal. Lagi-lagi saya sudah anggap dia seperti adik saya sendiri. Mungkin inilah nasib anak bungsu, Tiap berkenalan dengan adik baru, dia selalu menanggap semua adik itu adalah adik kandungnya. Dan benar, obsesi masa lampau saya adalah memiliki seorang adik :) Walaupun usia terpaut jauh, tidak ada yang menghalangi nasihat itu datang, pun usianya lebih kecil dari saya. Berikut petikan nasihatnya yang ringkas;
Maut, ia pasti datang. Tentang kapan dan dimana itu urusan Dia. Meski kita merasa sangat dekat, namun bila belum masanya kita bersua maka takkan berjumpa. Tugas kita hanya sentiasa mempersiapkan diri agar bertemu dalam waktu dan keadaan yang khusnul khatimah.
Nasihat berikutnya datang dari seorang kakak. kakak satu ini sudah hampir 6 tahun saya kenal. Dia secara tidak langsung menjadi salah satu orang yang ikut andil selama saya berhijrah. Ada banyak nasihat yang sebetulnya sudah sangat sering beliau berikan dulu. Termasuk nasihat yang satu ini;
Memang berasa dek..hidup itu memanglah perjuangan..Allah ga akan merubah nasib kaum klw kaum itu sendiri ga bergerak..setelah berusaha dg tujuan lillah..maka dalam proses menujunya jgn lupa doa..terutama doa dr ortu..ndak lupa doa dr saudari2 kita..krn kita ndak tau Allah mengabulkan doa dr lantunan hamba Nya yg mana..stlh tu tawakal..perbanyak amalan sunnah..ibadah wajib tetap di waktunya.. Termasuk amalan dakwah..tetap jalan seperti biasa..)sangat terinspirasi dg surat muhammad ayat 7 dek..yakin dg janji Allah..
semoga Allah mudahkan langkah kebaikannya ya dek..
Dan terakhir, nasihat yang datang dari seorang adik yang isinya tentang pernikahan. Alhamdulillah yang memberikan nasihat sudah lebih dulu menikah dari saya. Saya tidak tau apa maksud dari nasihatnya. Mungkin ia ingin saya segera menyempurnakan separuh agama. dan siapa yang tidak mau? :) Semoga ada kabar baik segera. Iya, segera.. (aamiin)
✅Mungkin pembukanya ttg menunggu jodoh kak
Jodoh sudah d tetapkan oleh Allah datang d waktu yg tepat kan kak...
Setiap kita punya ujian masing2.... mgkin ada yg lama menunggu jodohnya Atau ada yg tdk mendapatkan jodoh sesuai yg d harapkan Atau jodohnya sesuai harapan, namun mertuanya yg ndak sesuai Atau semua sesuai, namun rumah tangganya sering cekcok Atau semuanya aman terkendali, namun belum dikaruniai keturunan kak
Semua sudah ada porsi ujiannya kak... kayak saya... saya cepat menikah, tp blm d izinkan allah punya keturunan kak... dulu nyesak kalau ditanya2 org "udah isi?"... sedih2 senang kalau lihat yg lain udh punya anak atau lagi hamil kak... tp disana ujiannya kakk... jd djalani dg sabar aja dlu kakk...
Cepat atau lambat dtgnya jodoh, insya allah semua ada hikmah dan ada ujian di masing2nya kakk... krna semua kita punya ujian sesuai porsi masing2 insya Allah 😄😄
✅Nah tahap ketika datang seorg ikhwan kak
Setiap kita menginginkan seseorag yg sempurna... namun ketika ada seseorang yg baik yg dtg, berhentilah mencari, dan berusahalah bersama2 utk saling menyempurnakan kak❤️
Biasanya pas ada yg dtg, nanti cobaannya mgkin ada yg lbh baik yg dtg kak... jadi d istikarahkan dan benar2 di swot dr semua sudut kak... segi ikhwannya, keluarganya, prospek kedepan dll kak... insya allah walaupun sama baik, nanti akan ada yg d condongkan hati kita oleh Allah kakk... Yg penting, kita tetap pda 1 ikhwan... dan ndak menerima lagi yg dtg ketika kita sdh berproses kak... krna memang d larang kan kakk... laki2 sih yg dilarang meminang wanita d atas pinangan laki2 lain kak... tp utk kita berrti juga ndak boleh plinplan ketika kita sudah d khitbah, ternyata ada yg lain yg dtg kak
✅tahap ketika proses... Masa2 suliiit kakk.... suliit kali kakk... kita belum milik beliau, tp udah serasa miliknya kak (atau sebaliknya) padahaaaal belum kan kakk.... huhuhu...
Disini diuji kita kakk... 1. Diuji dr segi komotmen kita ber 2 Komitmen keistiqamahan kakk... krna bsa saja kita berkomunikasi ber2 tanpa ada yg tau kan kak... kalau d fikir2, rasanya insya allah ndak akan seperti itu... tp kalau d jalani, tetap aja ada rasa2 "ingin" kak... nah disana keimanan kita diuji kak... dan perasaan tidak boleh memenangkan iman kak... imanlah yg harus memenangkan perasaan kak...
saya untungnya abang agak garis keras hijabnya kak, jd saya ndk terlalu susah kak... yg susah kalau ikhwannya juga modus kak.. jd serba salah jd akhwat nya kak, apalagi kalau akhwatnya ndk terlalu tegas kakk
2. Orang tua Krna org tua tu ingin anaknya tau siapa yg akan dinikahinya kak.. jadi harus komunikasi... harus dekat... dll gitu kakk... saya aja pernah dibilang oleh om kayak gini kak "Kan komunikasi penting... misal abang suka makan goreng atau gulai? Siapa tau dia suka gulai, sdgkan kamu pandainya bikin gorengan... jd abang udah siap dg kekurangam kamu... dan kamu bisa belajar buat gulai sblm menikah utk menutupi kekuranganmu...!!" Kayak gitu kak... akan banyak tuntutan dr keluarga kita
Terus nanti sering pula d ajak2 org tua jalan2 kakk... nah untungnya kalau saya, abang memang ndak mau ikut apapun kalau saya d ajak mamanya kak... jd alhamdulillah aman kak
3. Lama proses Ini yg sulit juga kakk... ndk bsa d prediksi kak... saya kmren ini ujiannya kak... mau d akhiri proses dan d suruh dtg nanti aja, ndak mgkin juga kak... soalnya jadi jelek pandangan keluarga nanti kan kak... jdi dijalani aja jadinya kak
Intinya utk tahap proses... ujiannya berbeda2 kak... tapi mmg harus dinikmati dan dijaga kesuciannya kak hehhe
Demikianlah beberapa nasihat yang saya dapatkan. Qadarullah, semua nasihat yang datang benar-benar saya butuhkan. Mungkin memang benar, bahwa kita harus menyiapkan hati yang luas agar bisa dimasuki oleh nasihat. karena apalah daya banyaknya nasihat yang diberikan tapi tak satupun bisa diterima lantaran kita tidak cukup menyediakan ruang untuknya. Maka, berlapang dadalah, ambil baiknya, jauhkan yang buruknya. Allahu’alam.
Di sebuah ruangan, di sela-sela belajar. 6 Syawal 1438H
0 notes
Text
Minta Nasihat
Belakangan ini saya sangat ingin mendengar nasihat; dari siapapun dan tentang apapun. Saya text beberapa orang yang sudah saya anggap seperti saudara sendiri. Ternyata kebanyakan menyangka saya sedang ada masalah sehingga harus minta dinasehati. Baik, begini, saya rasa, tugas seorang saudara terutama sesama muslim adalah memberikan nasihat kapan saja kepada saudaranya baik diminta ataupun tidak karena ada unsur hak didalamnya yang harus dipenuhi. Nasihat tidak harus sesuatu yang menggurui. Tidak juga diberikan ketika seseorang sedang ditimpa masalah. Tidak juga mengenal usia tua ataupun muda. Pun tidak melihat sebanyak apa ilmu yang dimiliki. Maka saya tidak lantas bersedih jika melihat kondisi sekarang meminta nasihat adalah sesuatu yang terasa asing. Karena memang kita terbiasa memberi nasihat dikala kita melihat saudara kita tampak sedang ada problematika kehidupan atau memberi nasihat tanpa diminta. Kita pun jarang terpapar dengan saudara yang tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba meminta nasihat. Sehingga tak ayal lebih sedikit sulit mengalirkan nasihat itu dari lisan ataupun tulisan yang mendadak. Saya pun juga demikian terkadang.
Saya pernah membaca bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjadikan nasihat yang tulus kepada seorang muslim sebagai bagian dari hak-haknya yang harus ditunaikannya oleh saudaranya sesama Muslim. Dimana hal itu tertuang dalam sabda beliau yang penuh cinta:
“Hak Muslim atas Muslim lainnya ada enam: jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya; jika ia mengundangmu, maka penuhilah undangannya; jika ia meminta nasihat kepadamu, maka nasihatilah ia; jika ia bersin dan mengucapkan hamdalah maka balaslah (dengan doa: Yarhamukallah); jika ia sakit maka kunjungilah; dan jika iia meninggal maka antarkanlah (jenazahnya ke kuburan)” [HR. Muslim (no. 2162), dari sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu]
Kembali kecerita awal, di saat saya mencoba text beberapa orag saudara saya, ada satu balasan berisi nasihat yang menampar. ternyata nasihatnya memang sedang saya perlukan. berikut petikannya:
Bismillaah
Debe tadi coba buka Al-Quran random sambil minta dalam hati “Ya Allah kasih diri sendiri dan mbak nasehat ya Allah”
Trus dapatnya ayat ini Q.S Al-Isra:97
“Dan barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa Dia sesatkan, maka engkau tidak akan mendapatkan penolong-penolong bagi mereka selain Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat dengan wajah tersungkur, dalam keadaan buta, bisu dan tuli. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Setiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, kami tambah lagi nyalanya bagi mereka.”
Di ayat ini ada dua pilihan: diberi petunjuk atau disesatkan. Lalu masyaaAllah nya Allah dalam ayat ini bilang, kalau mau diberi petunjuk Allah lah yang akan kasih dan kalau Dia sesatkan, maka tidak ada pertolongan kecuali dari Nya. Allah gak bilang kalau Dia sesatkan, maka Allah biarkan ia tanpa penolong. Allah masih bilang, gak ada yang bisa memberi pertolongan selain Dia. MasyaaAllah. Baik diberi petunjuk atau Allah sesatkan, kita tetap butuh Allah dan akan kembali lagi ke Allah.
Jika kita mampu memilih dan mengikhtiarkan, maka pilihan pertama yang tak putus kita pinta. Karena kita pasti butuh Dia dan akan kembali kepadaNya. Dan kita pilih pertolongan dan kembali padaNya lewat ketaqwaan padaNya.
Dan semoga Allah menyelamatkan kita dari pilihan kedua.
Mbaaak, semangaat yaa~ Jika dada kita mulai sempit karena banyak urusan dunia yang membebani, maka coba istirahat sejenak, lalu tatap langit luas secara mengeliling, tatap dan perhatikan bagaimana langit terkembang luas dan awan berakak beriringan, rasakan bagaimana Allah dengan KeMahakuasaanNya menciptakan langit dan seluruh isinya. Betapa kuasa Allah. Betapa tak ada yang tak seimbang dan tak sempurna dari penciptaan Allah. Dan begitu pula kita. Kita punya Allah yang punya Kuasa Maha Besar.
Mata saya lantas bekaca membacanya, bahwa memang cerminan terbaik itu adalah saudara sendiri. dan betapa indahnya saling menasihati karena memang kita tidak tau dibait mana dari segelintir nasihat yang diberikan Allah sadarkan diri kita yang sudah terlalu lama meninggalkan-Nya. Astaghfirullah.
Saya langsung banyak-banyak bersyukur bahwa Allah yang Maha Pemurah masih memberikan saya saudara yang selalu menegur dikala salah, membangunkan dikala terlena, menampar dikala malas, dan meluruskan dikala menyimpang. Allhamdulillah ‘alaa kulli haal
Semoga dengan ini, kita sama-sama bisa saling menasihati saudara kita kapanpun dan tentang apapun. Siapa tau apa yang kita berikan itu sedang ia butuhkan. Allahu’alam
Padang, 5 Syawal 1438H
1 note
·
View note
Text
Allahumma inni a’uudzubika minal hammi wal hazan, wa a’uudzubika minal ‘ajiz wal kasali, wa a’uudzubika minal jubni wal bukhli wa a’uudzubika min ghalabatid dayni wa qahrir rajali
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa susah dan duka, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, serta aku berlindung kepada-Mu dari hutang yang tak terbayar dan dari belenggu orang lain.” (H.R. Abu Umamah dan Abu Sa’id)
Baca deh tiap pagi sama petang dan rasakan sensasinya ketika di-istiqomah-in :)
1 note
·
View note
Photo
Bahwa suatu hari nanti saya akan di sumpah atas profesi ini. Maka, malu rasanya bila tidak memaksimakan kesempatan hari ini.. Poli Kesehatan Ibu dan Anak, Puskesmas Alai | 09.03 WIB
1 note
·
View note
Photo
Being a Muslim was never meant to be easy. Disciplining your desires wasn’t meant to be a piece of cake. But as long as you’re struggling to do what’s right, you’re trying. And as long as you’re sincerely trying, Allah keeps rewarding. . Bukankah tidak ada jalan yang mudah menuju Surga? Dan bukankah setelah berlelah-lelah kita akan mendapati semua yang indah?
0 notes
Text
Tulisan : Taatnya Perempuan
Bismillah ar rahman ar rahim.
catatan : tulisan ini bersifat subjektif dan merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman pribadi, ditambah dengan beberapa cerita dari teman sebaya.
Semasa masih lajang beberapa waktu yang lalu. Saya belum begitu memahami secara benar tentang definisi perempuan yang baik, atau yang salehah mungkin kata teman-teman yang belajar agama lebih dari saya. Bagi saya, yang masih seperti ini; kacau, ilmu agamanya cetek, bacaan qurannya terbatas, dll. Tidak ada dalam keberanian saya untuk mempersunting kesalehahan seperti yang didefinisikan dalam buku-buku, pengajian, atau yang dipropagandakan oleh akun-akun di media sosial. Bagi saya, perempuan baik adalah perempuan yang baik, cukup itu.
Kecantikan yang ada dalam benak saya pun hanya sanggup menjangkau dari apa yang dilihat dan dengar, seperti bagaimana ia berpakaian, pakaian seperti apa yang ia kenakan, bentuk parasnya, bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain, bagaimana ia bebicara, dan hanya sebatas itu.
Sampai kemudian, suatu hari saya datang ke kajian di salah satu Masjid. Bahwa hal yang paling sulit bagi perempuan yang nantinya menikah adalah ketaatan terhadap suaminya. Apalagi ketika ketaatan itu berpindah dari orang tua kepada suaminya, dan hal-hal yang mengikuti setelahnya.
Rasanya, ilmu itu hanya sampai pada sebatas pengetahuan kala itu. Sampai akhirnya saya menikah dan memahami betul maksud dari ilmu yang dulu pernah saya dapatkan.
Bagi orang-orang yang merindukan kebebasan yang tidak berbatas, mungkin menikah akan menjadi halangan yang luar biasa. Khususnya bagi perempuan. Bagaimana tidak, sebab setiap hal yang nantinya perempuan ingin putuskan seperti keluar rumah, berpakaian, dan hal-hal krusial lainnya nanti harus melalui izin dari suaminya. Tidak hanya urusan seperti itu, bahkan urusan untuk puasa sunah pun kalau suaminya tidak mengizinkan, ia tidak boleh melakukannya.
Sebagai laki-laki saya pun merenung, berpikir lebih banyak, sambil memandang istri saya hari ini. Betapa “ridho” suami itu benar-benar jadi sesuatu yang amat berharga. Dan sebagai laki-laki saya menjadi mengerti tentang makna-makna yang selama ini abu-abu dalam kehidupan berumah tangga.
Menikah itu harus bisa mengendalikan ego. Saya berusaha untuk meredakannya dan dalam sekian bulan pernikahan ini, saya merasa cukup berhasil. Saya tidak ingin mempersulit istri saya demi melihatnya merasa cukup lapang dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Tidak mengekangnya, saya berusaha memberi pilihan-pilihan yang lebih luas dan leluasa. Saya juga selalu berusaha mendukung setiap pilihan-pilihannya yang baik.
Dan saya pun menjadi paham bahwa ketaatan seorang istri itu tidak bisa kita tuntut, ia lahir dari kepercayaannya kepada kita (laki-laki). Dan saya pun menjadi paham bahwa kecantikan yang hakiki dari seorang perempuan adalah ketaatannya. Ia menyadari bahwa setelah menikah, dirinya tidak lagi bebas. Ada suami yang menjadi pertama dan utama. Ada keputusan-keputusan yang dulu ketika masih sendiri, ia bebas memilih, kini harus melalui izin suaminya. Dan berbagai hal lainnya.
Dan ketaatan itu sungguh akan mengalahkan seluruh atribut kosmetik yang menghiasi wajah, jilbab lucu yang ditawarkan di online shop, dan gamis-gamis panjang yang warna-warni yang melekat di tubuh para model dan endorser. Maka, beruntunglah bagi laki-laki yang mendapatkan perempuan yang memahami tentang ketaatan. Dan beruntunglah perempuan yang mendapatkan laki-laki yang tidak semena-mena dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Ketaatan perempuan itu bisa menjadi jalan surga bagi perempuan. Juga bagi laki-laki. Dan kini, kami sama-sama belajar untuk memaknai ketaatan kami kepada Tuhan sebagai jalan kami dalam menjalani rumah tangga ini. Bismillah :)
Yogyakarta, 15 Maret 2015 | ©kurniawangunadi
2K notes
·
View notes
Quote
Jangan melawan orangtua Jangan melawan mertua Jangan melawan guru
nasihat prof ditengah hujan.
0 notes
Text
Nah ini nih..
Salah Paham yang Berlanjut
Salah Paham yang Berlanjut
Berperasangka buruk kepada saudara akan menimbulkan suatu kesalahpahaman jika tak dicari suatu kebenarannya. Namun lagi-lagi adapula ketika seseorang mencoba untuk berprasangka baik kepada saudaranya, namun realitanya hal buruk memang terjadi pada saudaranya. Namun perlu diketahui, berperasangka buruk yang tidak dicari permasalahannya akan menimbulkan kesalahpahaman yang fatal, bahkan bisa membuat seseorang berasumsi, apa yang selalu dilakukan oleh orang yang dituju adalah sebuah kesalahan. Tak hanya itu, prasangka buruk akan membuat pelaku menjadi keras hatinya, dan tak tenang. Akan lebih baik jika seseorang selalu berpersangka baik kepada saudaranya, untuk hasil akhirnya serahkan kepada Allah.
Baca selengkapnya di: http://bit.ly/24Q0pnp
1 note
·
View note
Text
A Message for Us
:::Yang Tidak Kasat Mata, Yang Lebih Terjaga::: Mau mengerti agama atau tidak, pemuda (ikhwan) sekarang sama saja. Tetap saja yang diutamakan adalah yang cantik saja. Sudah berlalu zaman ketika lelaki melamar seorang muslimah disebabkan karena pemahaman dan ilmu." begitulah keluh beberapa muslimah kepada saya. Ya benar, tidak dapat dipungkiri, saat ini zaman telah berubah. Jenggotan bukan milik orang shalih saja. Buktinya komedian saja jenggotan panjang bahkan hingga di kepang. Pembicaraan group ikhwan atau group akhwat saja sudah melebar entah kemana-mana. Kalau dulu ikhwan akhwat sebanding dengan akhlak yang cukup terjaga dan mulia, sekarang ikhwan akhwat cukup dikenali dari pasang profil di akun jejaring sosial dengan gambar kartun jenggotan atau perempuan berjilbab yang cantik jelita. Menurut saya, fenomena mendahulukan lamaran yang cantik mulai bergeser sejak tahun 2007 keatas. Fenomena cantik yang di dahulukan ini masuk sejak populasi 'the invisible akhwat' menurun drastis bahkan sekarang masuk kategori langka. Apa itu the invisible akhwat? hehehe...artian harfiahnya adalah akhwat tidak kasat mata. Artinya akhwat yang tidak terlihat. Tapi ini bukan berarti mereka punya selendang ajaib Harry Potter yang bisa membuat seseorang tidak mampu melihat mereka. Tidak pula karena mereka adalah para mutant yang berregenerasi selnya. Para akhwat tidak kasat mata ini adalah muslimah yang kehadiran mereka atau keberadaan mereka selayak batu disamping jalan. Tidak akan diperhatikan karena fisik, namun dibutuhkan karena kemanfaatannya. Dahulu, di zaman akhwat tidak kasat mata. Mereka adalah sekumpulan manusia aneh yang di nilai norak karena memakai jilbab panjang. Warnanya cenderung itu-itu saja. Menghindari khalwat (berdua-duaan dengan non mahram) dan ikhtilat (campur baur ikhwan dan akhwat). Bicara sepentingnya, jarang berhaha-hihi, kecuali dengan sesama rekannya saja. Pembicaraan mereka asiknya di seputar fiqh sunnah, kajian wanita, ilmu hadist, persiapan rumah tangga islami, fadhilah amal, hal-hal yang sungguh menarik untuk dibahas dan dibincangkan. Akhwat tidak kasat mata ini memang istimewa. Umur mereka 19 tahun mereka sudah menggendong anak kakak tingkatnya yang sedang belajar di ruang kuliah sedangkan anaknya di titip di mushalla / Masjid kampus karena tidak mungkin membawa anak masuk kedalam ruang belajar. Itu suatu hal yang lumrah karena sang kakak tingkatnya menikah di umur 19 dan telah memiliki dua orang anak. Anak lelakinya kemana saja ikut abinya yang juga baru berumur 20an. Anak perempuannya nempel pada ibunya yang masih kuliah di semester akhir. Nah, siapa pula yang mau menggoda perempuan umur 20an yang hobinya gendong anak kakak tingkatnya kemana-mana? Akhwat tidak kasat mata juga sangat menjaga. Jarang pakai make up yang kentara apalagi pakai parfum tingkat tinggi. Baju dan jilbabnya.. uhhh.. jadul benar. Jilbab segi empat dan gamis. Penampilannya seolah tua sebelum waktunya. Siapa yang menyukai gadis seperti emak-emak itu? Tapi rata-rata mereka menonjol di IPK dan studi. Mungkin karena mereka tidak mikir pacaran, cinta-cintaan, atau hal- hal tidak penting lainnya. Nah, jaman akhwat tidak kasat mata itu pun mulai pudar serta populasinya mulai punah dan langka dimulai dari perubahan gaya dan bacaan serta kepercayaan akhwat masa kini. Bila dulu jodoh banyak percaya di tangan Allah. Kini jodoh masih ditangan Allah namun diyakini juga berada di pakaian menarik, wajah yang cantik, serta cara bergaul yang lebih terbuka. Bila dulu bacaan wajib adalah fiqh sunnah wanita, buku-buku ilmu mengkaji Alquran dan Hadist, kini sudah digantikan dengan kitab berjudul "katalog jilbab terbaru" atau "gamis cantik terbaru." Ini menandakan masuknya era baru. Yang dulu bagaikan batu dijalanan. Hanya diambil bila dibutuhkan, kini eranya berubah menjadi era bunga di samping jalan. The Invisible akhwat punah dan berkembang populasi akhwat nivea, wardah. Apalagi akhwat Ponds? hehehe.. Itulah populasi akhwat yang selayak iklan produk kecantikan. "Wajahmu memalingkan duniaku." Akhwat Ponds, Wardah ini memang lebih anggun, modis, ceria, menarik dipandang mata dibandingkan akhwat tidak kasat mata. Senyuman mereka selalu tersungging merekah cantik, baik di dunia nyata maupun maya. Akrab di koment status dan dekat di dunia nyata. Suara lembut menjadi kebiasaan, beda dengan para akhwat tidak kasat mata yang suaranya tegas dan jarang bicara sembari tersenyum dengan lawan jenisnya. Akhwat Ponds, Wardah ini hasil produk dari katalog jilbab dan gamis masa kini. Baju gamis mereka tidak kuno, jilbabnya tidak segi empat lagi. Bermerk ternama setidaknya rabbani atau zoya. Ya, walau tidak sampai di lilit di kepala, setidaknya jilbabnya mulai di aksesoriskan dengan bermacam gaya. Bajunya aduhai menarik, dari yang berwarna peach, blue sky, soft yellow dan warna mentereng lainnya. Akhwat nivea, wardah inilah yang kemudian mendorong para lelaki berjenggot yang dulunya suka diskusi kitab Manhaj Harakah, Bulughul Maram, Fiqhus Sunnah. Kini lebih suka diskusi MLM konon islami di grup-grup halaqahnya. "Butuh maisyah/ pendapatan banyak kalau menikah. Memangnya setelah nikah jilbab dan gamis cantik itu bisa beli pake daun" pikir sebagian ikhwan. Yah, wajarlah para jenggoter ini sibuk berpikir maisyah / pendapatan, bukan mudah memiliki keinginan memperistri akhwat nivea / wardah. Lihat saja baju dan kerudungnya, belum lagi parfum serta kebutuhan lainnya. Bila akhwat tidak kasat mata bisa dilamar dengan penghasilan minimalis, maka akhwat nivea / wardah setidaknya harus dilamar dengan penghasilan 3 jutaan sebulan keatas. Menyeimbangkan kemunculan generasi akhwat Ponds, maka muncul juga generasi ikhwan ayat-ayat cinta. Ataupun ikhwan ketika cinta bertasbih. Ikhwan ayat-ayat cinta dan ketika cinta bertasbih bukanlah mereka yang sealim tokoh fahri dan azzam di kedua novel tersebut. Bukan seperti itu. Itu sosok yang sulit di cari di Indonesia saat ini. Ikhwan AAC dan KCB itu adalah ikhwan yang lebih mementingkan membaca novel daripada sirah nabawy ah dan kitab-kitab islam. Mereka juga yang terpesona dengan fenomena para akhwat bintang film di kedua layar lebar tersebut. Maka mulai dianggap tidak tabu bila seorang ikhwan membicarakan artis di KCB atau AAC. bahkan sempat beredar dan gempar, pernikahan artis KCB membuat patah hati banyak ikhwan. ck ck ck.. menyedihkan... Parahnya lagi, bilapun mereka ingin mencari pasangan, sedapat mungkin kecantikannya mirip artis ini atau itu, setidaknya mirip bintang iklan jilbab sampul majalah mode islami. Ya, kembali pernyataan paling atas soal fenomena para pemuda shalih yang memilih menikahi seseorang muslimah karena ukuran cantik nomor satu dan hilangnya para pemuda yang memilih melamar seseorang karena ilmu, menurut hemat saya mungkin karena para pemuda jenggot masa lalu yang menundukkan pandangan itu sudah mulai punah juga populasinya. Bila jumlah mereka masih banyak, tentunya fenomena itu tidak akan terjadi. Maka sungguhlah zaman selalu menghadirkan populasi yang berimbang. Ketika akhwat tidak kasat mata hidup diantara kita, ikhwan yang menundukkan pandangan berada di sekeliling mereka. Ketika akhwat Ponds berkembang pesat, maka ikhwan Ayat-ayat cinta dan KCB lah yang menyeimbangkan kehadiran mereka, masih menurut saya yang awam. Mungkin saja, bila para muslimah masih mengharapkan hadir kembali para sosok pemuda yang menundukkan pandangan, memilih menikahi seorang muslimah disebabkan karena keilmuwan serta sifat qanaahnya, solusinya adalah tingkatkanlah kembali populasi akhwat tidak kasat mata. karena boleh jadi merekalah yang pemicu kemunculan kembali generasi pemuda yang menundukkan pandangannya. Semoga bisa menjadi bahan renungan... (Rahmat Idris)
1 note
·
View note
Text
minta sama Allah!
Kalau dulu saya pernah mendengar nasihat Ustadz Yazid, bahwa kalau kita ingin sesuatu, kita minta sama Allah.
Dan meminta itu bukan minta yang terbaik, tapi minta yg Kita inginkan, di situ lah rukun pertama roja tadi, berharap.
Lalu kita pun berdoa dengan bersungguh2 dan berusaha, untuk memenuhi rukun kedua, Khouf, saking bersungguh-sungguh-sungguhnya sampai takut tidak terwujud.
Insya Allah, kalaupun yang terjadi sebaliknya kita ga akan kecewa, di situlah rukun yg ketiga muncul, hubb atau cinta dengan ketentuan Allah.
Kok bs ga terkabul malah “seneng”? Karena kita sudah melakukan apa yg harus kita lakukan. Apakah sama orang yg ga usaha dengan yg usaha? Tentu tidak. Orang yg ga usaha sudah tahu akan kecewa sejak awal.
Tapi orang yg usaha ketika tidak berhasil akan kecewa saat itu aja. Selebihnya dia akan menerima ketentuan Allah, dan dia yakin ini yang terbaik buat dia.
maa syaa Allah :’)
itu nasehat teman saya beberapa tahun yang lalu, yang saya simpan di notes hp.
2K notes
·
View notes
Text
“Bapak menyesal baru belajar ini di umur-umur segini. bagaimana enggak, semuanya karena pengalaman. seandainya saja Bapak paham ini sedari muda.”
“apa itu Pak?”
“di rumah, yang namanya istri adalah ratu. harus begitu. yang namanya menafkahi istri lahir batin artinya memberikan nafkah yang siap untuk dikonsumsi, dimakan, dan sebagainya.
memberi beras itu belum memberi nafkah. memberi nafkah itu ya memberi nasi. sudah siap tinggal makan. tugas memasak itu tugas suami, bukan tugas istri.
membelikan pakaian itu belum memberi nafkah. memberi nafkah itu ya memberi baju yang sudah rapi disetrika. sudah siap pakai. menyiapkan baju-baju itu tugas suami, bukan tugas istri.
memberikan rumah itu belum memberi nafkah. memberi nafkah itu ya menyediakan rumah yang bersih, rapi, dan nyaman untuk ditinggali. bersih-bersih rumah itu tugas suami, bukan tugas istri.
belum lagi dengan memberikan kasih sayang, memberikan perhatian, memberikan pendidikan, rasa diterima apa adanya, itu tugas suami.”
“iya Pak. saya juga pernah baca tentang itu. istri di rumah itu ratu. apa yang dilakukan seorang istri untuk keluarga, semuanya adalah sedekah.”
“betul. bayangkan betapa besarnya pahala seorang istri jika–ada catatannya ini Nak–jika melakukan itu semua dengan tulus dan ikhlas. makanya Nak, kamu nanti yang ikhlas ya. sudah mengalah saja prinsipnya. tidak usah menuntut dan meminta. apalagi di detik-detik semakin dekat begini, banyaak sekali cobaannya.”
“iya Pak. insyaAllah ya Pak. nggak mudah, tapi insyaAllah saya belajar begitu.”
“dulu kadang-kadang Bapak ngucap ke Ibu misalnya, kok Ibu belum masak. kok rumahnya belum rapi. sekarang Nak, Bapak malu mau bilang begitu karena sesungguhnya itu tugas Bapak. yang ada Bapak justru terima kasih sekali kalau Ibu melakukan itu semua untuk Bapak. yang ada Bapak justru carikan rewang untuk Ibu supaya Ibu nggak terlalu lelah mengurus rumah sendirian.”
“semoga semua laki-laki paham konsep ini dan semoga semua perempuan nggak serta-merta berpikir seperti ini ya Pak. gawat juga kalau perempuannya, sayanya, jadi malas-malasan mengurus rumah. hahaha.”
“hahaha. iya betul. Nak, ada satu hal lagi yang Bapak baru sekali tau. Bapak juga menyesal baru tau sekarang. bahwa sesungguhnya rezeki suami tergantung pada kebahagiaan istri. kalau istri bahagia, insyaAllah suami rezekinya lancar dan berkah.”
“oya Pak?”
“iya Nak. Bapak merasakan setelah menjadikan istri Bapak selayak ratu. setelah Bapak sungguh-sungguh berusaha membahagiakan istri Bapak.”
“…”
“tapi, kamu tau kan bagaimana seorang istri bisa bahagia?”
“bersyukur ya Pak?”
“betul, bersyukur. selalu merasa cukup. selalu merasa ada. rezeki istri datangnya lewat suami Nak. kamu harus percaya itu. jangan pernah berpikir kamu harus mandiri karena sewaktu-waktu bisa ditinggal suami. memang sewaktu-waktu suami bisa pergi, tapi tugas suami pulalah menyiapkan kepergiannya. percayalah selalu bahwa rezekimu akan datang lewat suamimu, nanti ada rezeki yang datang dari tangan-tangan lain.”
“iya Pak, percaya.”
“itulah mengapa jika istri bersyukur, rezeki suami pasti akan ditambah oleh Allah. itu janji Allah. jika hamba-Nya bersyukur, Allah akan menambah nikmat kepadanya.”
***
“mas, aku habis dapet pencerahan. terus aku merenung semalaman.”
“gimana Kica?”
“aku siap kalau habis nikah langsung jadi ibu. nunggu vaksin selesai dulu, tapi habis itu nggak papa kalau mau punya bayi. nggak usah ditunda. nggak papa mas yunus sibuk dan kita berdua doang di surabaya. nggak papa juga aku belum yakin kita kuat secara mental dan finansial atau enggak. kalau sudah cukup kuat, akan dikasih sama Allah. kayak nikah, kalau udah cukup siap, akan dipertemukan sama Allah.”
“Kicaaa. :’)”
“wlek. bahagia nggak? duh geli. cita-citaku membahagiakan mas yunus.”
“makasih ya Kica sayang. bahagia. cita-citaku membahagiakan Kica.”
“soal kuat atau enggak, akan kuat. cukup atau enggak, akan cukup. caranya bersyukur.”
“ilysmsm.”
lalu seharian mas yunus telepon berkali-kali–di sela jaga 24+10 jam-nya. mulai dari membahas tanggal kepulangan, rencana bulan madu yang hanya sehari, tempat tinggal di surabaya, vaksin dan nutrisi-nutrisi untuk mempersiapkan kehamilan, juga urusan persiapan pernikahan yang daftarnya tambah panjang setiap hari.
ternyata, begitu caranya menjadi pemenang bagi perempuan. mengalah dan mengabdi saja.
1K notes
·
View notes
Text
Agar Jangan Sampai Dikatakan
Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.
Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata, “Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!” “Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!”. Umar segera bangkit dan berkata, “Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?” Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, “Benar, wahai Amirul Mukminin.” “Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.”, tukas Umar.
Pemuda lusuh itu memulai ceritanya, “Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia. Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini.” “Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.”, sambung pemuda yang ayahnya terbunuh. “Tegakkanlah had Allah atasnya!” timpal yang lain.
Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh. “Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat’, ujarnya. "Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu”, lanjut Umar. “Maaf Amirul Mukminin,” sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, “kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa”. Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.
Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,“Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah” ujarnya dengan tegas, “Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash”. “Mana bisa begitu?”, ujar kedua pemuda. “Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?” tanya Umar. “Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?” pemuda lusuh balik bertanya. “Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji.” kata Umar. “Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman”, rajuknya.
Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, “Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin”. Ternyata Salman al Farisi yang berkata.. “Salman?” hardik Umar marah, “Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini”. “Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya”, jawab Salman tenang. Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh. Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang paling utama. Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh. Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi.
Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan. Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali. ”Itu dia!” teriak Umar, “Dia datang menepati janjinya!”. Dengan tubuh bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pengkuan Umar. ”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. Aku..” ujarnya dengan susah payah, “Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..”. ”Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana..” ”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, “Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” ”Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji..” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum. Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya, “Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal? “Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”, Salman menjawab dengan mantap. Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu. ”Allahu Akbar!” tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak, “Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”. Semua orang tersentak kaget. “Kalian..” ujar Umar, “Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru. ”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya” ujar kedua pemuda membahana. ”Allahu Akbar!” teriak hadirin. Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.
Begitupun kita disini, dihari ini, saat ini.. sambil menyisipkan sebersit rasa iri karena tak bisa merasakannya langsung bersama saudara- saudara kita pada saat itu.. “Allahu Akbar… ”
*note from group
0 notes