chspwn
Bicara pada diri sendiri
53 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
• Sampai Jumpa Di Simpang Jalan! Momen paling berharga dalam hidup adalah saat kau berubah pikiran. Saat kau punya prinsip, lalu kau menyesuaikannya. Saat kau punya keyakinan, lalu kau membuatnya semakin mutakhir. Dengan pengetahuanmu, dengan ilmu yang kau peroleh, dengan tambahan pengalaman. Melalui penilaian yang lebih bijaksana, lewat pertimbangan-pertimbangan yang lebih luas. Berubah pikiran akan mengubah keputusanmu, mengubah hal-hal yang akan kau lakukan. Orang-orang yang telah lebih dulu menjadi bijaksana menyebutnya sebagai kedewasaan dalam mengambil sikap. Kau jadi mampu menentukan pilihan sendiri karena ada pertimbangan. Menjadi diri sendiri itu tentu tidak mudah. Kau harus menolak berbagai sudut pandang semu yang kau ada-adakan sendiri di benakmu, sebagai manifestasi pendapat orang lain. Menjadi diri sendiri berarti kau harus mencari jawaban dari dalam dirimu. Padahal seluruh bahan pertimbangannya ada di luar. Ada di lingkunganmu. Ada di mulut-mulut orang lain. Ada di otak orang-orang terdekat yang kau percayai. Ada pada doa yang ingin kau tukar dengan jawaban dari-Nya. Kau hanya perlu percaya diri. Tapi kau tetap membutuhkan itu semua. Bahan-bahan itu. Sampai-sampai ada orang yang percaya bahwa menjadi diri sendiri itu tidak mungkin dilakukan. Katanya, kau adalah jelmaan orang lain yang kau inginkan. Kau hanya mengambil pendapat orang lain yang kau inginkan. Padahal kau tidak pernah mungkin bisa menjadi seperti orang lain. Tapi keinginan untuk meneladani tentu saja boleh, bahkan mungkin itu baik. Menjadi diri sendiri adalah menentukan jalan mana yang akan kau lalui. Mengarang cerita yang akan kau perankan tokohnya. Menemukan cara untuk tidak berpura-pura. Mempertahankan suatu prinsip yang kau bangun sendiri. Tapi ketika jalan sudah terbentuk lalu kau goyah mencari keseimbangan, momen berharga dalam hidup adalah saat berubah pikiran. Berubah pikiran akan mengubah keputusanmu, mengubah hal-hal yang akan kau lakukan. Menjadi diri sendiri itu tentu tidak mudah. Menjadi diri sendiri adalah menentukan jalan mana yang akan kau lalui. Sampai jumpa di simpang jalan! Tujuan kita sama, kan? _________ #efekrumahbaca https://ift.tt/2XCZsGm
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
• Hidupku Seperti Fiksi, dan Memang Fiksi Setidaknya ada dua buku, yang pernah saya baca, yang menggunakan latar belakang tempat Jalan Margonda Raya. Keduanya sama-sama fiksi, imajinasi, tapi bukan yang aneh-aneh seperti Superhero Kocak atau Avenger. Apalagi Harry Potter. Bukan. Kedua buku itu adalah: (1) novel tipis dalam foto di atas, berjudul Hujan Bulan Juni karya Eyang Sapardi D. Damono. Daerah Margonda disebutkan dengan hanya sepintas lalu, saat membicarakan tempat makan. Novel ini memang banyak latar di Depok dan universitasnya. Kejadiannya, bisa dialami dalam kehidupan sehari-hari, tapi perih; (2) Novel fiksi-ilmiah berjudul Negara Kelima gubahan E.S. Ito yang seorang minang. Lagi-lagi Margonda disebutkan hanya sekali sebagai salah satu jalan yang dilalui lakon jawara, sang polisi baik, ketika kondisi sedang tegang. Fiksi-sejarah ini kental dengan nuansa politik dari zaman Plato-Aristoteles sampai politik Indonesia, serta tidak ketinggalan teori konspirasi. Seperti filem detektif Korea atau Alif Lam Mim. Novel ini juga perih, prinsip & idealisme. Di kehidupan nyata, di sepanjang Margonda Raya, saya juga mengkhayalkan hal-hal utopis yang saya anggap fiksi saat melihat manusia dengan karung dipundaknya yang selalu lewat sekitar pukul 9 malam; kakek dengan kostum baju kampret dan mangkuk berisi koin yang sama jumlahnya (nyaris kosong) setiap saya lewati; calo angkot berwujud wanita kekar yang kelihatannya sudah ditempa nasib; kakek dengan celengan kodok yang banyak; Abang Punk rambut Dora telinga Tamiya, saya bayangkan masa lalunya lewat mukanya, dan tidak bisa. Kalau kamu sering berkeliaran di Margonda Raya, khususnya sekitar universitas yang luas itu, mungkin kamu tahu setidaknya salah satu dari orang-orang di atas. Mereka misterius dan memicu fiksi di otak saya. Kalau kamu tanya mereka tentang kisah hidup mereka, tentu mereka akan mengarang sebuah cerita. Bisa jujur, bisa disesuaikan dengan hanya yang teringat saja. Orang-orang juga menerka yang orang lain alami. Bahkan membahasakan cerita dengan asumsi masing-masing setelah mendengarnya dari orang pertama. Hidup memang fiksi, sampai ke hal-hal yang kamu anggap nyata. _________ #efekrumahbaca https://ift.tt/2XBSWQa
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
: Merangkum pernyataan "hidup itu sulit jika kau pandang demikian, tapi bisa semudah itu kalau kau tahu cara untuk bersantai" hanya dalam beberapa adukan saja. ___________ Café adalah bahasa Perancis untuk kopi. Tapi tentu saja kali ini kami bukan sedang ingin membahas perihal Perancis. Hanya saja, agaknya Perancis punya sudut pandang tentang strata sosial. Seperti yang sedang ingin kami kemukakan. . . Ada satu kawan lama berkata dalam caption yang ciamik dan menggelitik di jagat Instagram ini. Ia bilang bahwa "aku terlalu kopi sachetan untuk kamu yang starbucks". Kau tentu sudah cukup dewasa untuk mengerti maksud dari isyarat tersebut. . . Orang-orang sudah kadung dimakan filosofi sekaligus korban marketing. Kopi, seperti juga genre musik, sudah sangat sering dikaitkan dengan strata sosial. Ini boleh saja dilakukan selama orang-orang tetap senang. . . Namun hal yang tetap perlu kita amini bersama adalah kopi, apapun bentuknya, adalah untuk diminum selagi nikmat. Selebihnya kau bisa bercerita, memfoto, nyeni, kreasi, berfilosofi, bergaya, bermartabat, adil dan makmur. Terserah. . . Yang penting, nikmatilah @kopikopi_ku _________ #efekrumahbaca sedang minum #kopi di #ruangrindu yang penuh #filosofikopi http://bit.ly/2JReXDO
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
: YANG TAK JELEK-JELEK AMAT, UNTUK YANG TAK CAKEP-CAKEP AMAT Syarat memerdekakan malam. Amboy! http://bit.ly/2ZJK6xM
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
: UDARA TELAH BASAH HARI INI Berdiri bukanlah cara hidup yang baik. Tapi itu yang kami semua lakukan di sini. Berpuluh-puluh kilometer. Apakah kami orang-orang malang? Tidak, kisanak! Betapapun seringnya kami mengeluh. Hari-hari kami lalui dengan berjalan dan menunduk. Di jalan ada orang-orang tengadah. Kami melihat, dan pura-pura tidak tahu. Apalagi pemerintah yang tidak pernah turun ke jalan. Mereka tidak akan pernah tahu. Hujan hari ini menjelaskan dengan baik kepada kami tentang penat, yang membuat kami tunduk selama ini. Aku suka ketika udara mulai basah. Saking girangnya, lupa berdoa. Tapi, itu tidak sama dengan lupa bersyukur, bukan. Semoga tidak sama, ya. Aku takut jika lupa bersyukur. _______ #efekrumahbaca http://bit.ly/2WcPV4x
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
: Belum punya kisah menarik tentang ikan. Aku sedang memikirkan hal lain. Suara air seperti sedang menyenangkan. #efekrumahbaca http://bit.ly/2DmfuZH
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
: "Seperti yang tadi malam kita bicarakan..." "Tapi, tak ada burung terbang di Jakarta." "Pejamkan saja matamu lalu lekas pergi tidur." "Berapa lama lagi waktu yang kau punya?" "... Cukup untuk mengulas kisah kemarin." #efekrumahbaca http://bit.ly/2v1X8sn
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Workshop Digital Marketing untuk Fisioterapis . 📆 Hari/tgl: Minggu, 31 Maret 2019 ⏰ Waktu: pukul 09.30 s/d selesai 🏢 Tempat: Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8 Lt.4, Jakarta Selatan . Daftarkan diri Anda melalui: workshopim.com . Informasi lebih lanjut: Andi (WA) 0838 7117 0543 . ____ #tempoevent #klinikfisioterapidotcom #fisioterapi #fisioterapiindonesia #tenagakesehatanindonesia #tenagamedis #physiotherapy #mahasiswafisioterapi #digitalmarketing #internetmarketing #physiotherapist #musculoskeletal #pediatri #geriatri #klinik #klinikfisioterapi #integument #pilihfisioterapi #fisiomenulis #physio https://ift.tt/2FzMZrT
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
: 3/30 MELIHAT TUYUL BEKERJA Ternyata, cari uang tanpa harus pergi ke kantor itu bisa dilakukan! Tidak usah repot mencari cara menjelaskan pada khalayak tentang sumber uang kita. Sekarang internet sudah masuk desa, dan semua orang paham cara kerjanya. Kini, tuyul tak seseram (atau selucu) di film-film. Meskipun tidak pernah punya cita-cita menjadi pekerja lepas—yang akan mati kutu pabila tidak terkoneksi ke jaringan—para kru #efekrumahbaca akhirnya nyemplung juga dalam hari-hari penuh usaha mengatur waktu. Terjebak dalam hari-hari penuh ragu karena harus punya jawaban atas pertanyaan: apakah hari ini mereka telah berbuat sesuatu. Villager dan citizen—a.k.a penduduk asli bumi—akan berpikir bahwa mereka adalah pengangguran yang memiliki sampingan tidur siang, tapi malamnya begadang. Atau sebenarnya anggapan seperti itu hanya efek samping paranoid saja. Bagi teman-teman futuristik, kekinian, dan menjalani hidup secanggih-canggihnya—dengan instagramable point of view—barangkali tidak keberatan berteman dengan para kru ini. Tapi umumnya para kru masih kebingungan bila berhadapan dengan bibinya saudara sepupu yang ibunya masih sepupu dua kali dengan ayah di kampung. Sungguh. Hal ini sudah diteliti oleh salah satu dari kru kami. Jadi, apakah kamu juga memelihara tuyul untuk makan dan minum sehari-hari? @30haribercerita #30haribercerita #30HBC1903 http://bit.ly/2Ar3g0m
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
: 2/30 BETAPA PHOTOSHOPNYA HIDUP INI Dahulu kala, si tubuh kecil pernah begitu centilnya sampai-sampai memakai gincu di kepala. Siapa kira, suatu hari ia menjadi orang yang banyak bicara hanya dari dalam kepalanya saja. Sampai di sini sebenarnya cerita telah usai dan tamat dengan sendirinya. Namun kami tidak rela jika kisah ini dibiarkan singkat tanpa ada bumbu-bumbu dramatis ala sandiwara politik yang penuh intrik. _____ Rupanya, si tubuh kecil senang dengan sandiwara-tragedi. Ia pernah pura-pura jadi Pikachu yang berkelana keliling kasur dan merasa hanya sendirian di dunia kamar yang luas itu. Seperti anak-anak sebayanya, si tubuh kecil tak pernah menganggap dunia ini kejam. Ia memang masih terlalu kecil untuk bisa mengerti. Kekejaman hanya ada di dalam pikiran orang-orang dewasa yang saat kecil pernah menyukai super hero. Dikisahkan bahwa dunia merupakan hukuman turun-temurun untuk sepasang penduduk surga agar kemudian dapat dipetik hikmah darinya, yaitu dari kehidupan dunia. Bahwa intisari hidup adalah kepatuhan. Suatu hari, si tubuh kecil ingin diakui sebagai keturunan penduduk surga. Maka, ia harus menerima konsekuensi bahwa kehidupan adalah tentang memetik hikmah. @30haribercerita #30haribercerita #30HBC1902 #efekrumahbaca _____ http://bit.ly/2Vp6cmZ
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
: 1/30 Tahun lalu, entah di bulan yang keberapa, saya nemu akun @30haribercerita tapi nggak follow karena alasan yang saya sendiri lupa kenapa. Pelajaran pertama: masa lalu nggak perlu disesali. Pertengahan tahun sampai akhir tahun 2018 saya "mogok instagraman" dengan cara menghapus aplikasinya dari ponsel. Saya merasa jadi punya kebiasaan buruk dengan hadirnya aplikasi instagram. Perlu digarisbawahi, bukan buruk dalam hal konten—karena banyak juga akun-akun positif (sangat)—namun lebih kepada kebiasaan saya yang jadi buruk. Konsumtif terhadap waktu. Bahasa lainnya, banyak waktu terbuang nggak produktif. Bukan berarti nggak punya manfaat sama sekali, manfaat tetap ada. Intinya, saya jadi nggak bisa mengontrol diri. Pelajaran kedua: meski putus hubungan kalian bakal tetap baik-baik saja. Jadi nggak apa-apa. Meski begitu, saya masih rutin cek notifikasi (kalau ingat) melalui web browser. Seperti pada hari pertama tahun 2019 ini, saya cek notifikasi lalu menemukan #30HBC19 masuk jadi 5 postingan terawal di beranda. Selanjutnya, mengarahkan saya ke akun yang dulu pernah sekadar singgah. Tuh, kan... Pelajaran ketiga: kalau jodoh nggak bakal kemana, tapi bukan berarti tanpa ikhtiar. Sudah ya, jangan baper. Begitulah cerita saya untuk memenuhi #30HBC1901 yang sekaligus menjadi alasan mengapa saya ikut #30haribercerita. Tapi aslinya alasan saya kenapa ikutan begini cuma gara-gara akun ini sudah terlanjur jadi tempat #cerita melalui tagar #efekrumahbaca. Sekian. http://bit.ly/2RlN5v9
0 notes
chspwn · 6 years ago
Photo
Tumblr media
: SEKITAR ENAM JAM SAJA Kami ingin berusaha mendefinisikan makna dari kata "perjalanan". Tapi nampaknya membuat definisi bukanlah cara yang baik bagi orang-orang yang selalu penuh kebingungan seperti kami. Biarkan kami bercerita tentang "perjalanan" dengan cara lain. . . . Tanpa bermaksud meniadakan ruang di mana rindu dan harapan bercampur-baur jadi satu, Adik bersedia menelpon Ayah-Ibu disela-sela waktunya yang digunakan sebaik mungkin untuk mengejar ambisi. Ruang itu memang sulit untuk ada. Tapi bukan soal. Adik bisa melakukan konversi ruang temu menjadi waktu bermutu. Lain anak, lain cara. Bagi Kakak, ponsel pintar adalah perkakas sejenis meja belajar yang dilengkapi radio dan tumpukan kertas tulis. Tidak ada distraksi telfon di sana. Kabar-kabar diperdengarkan ke dalam otaknya melalui perantara tak langsung. Pesan-pesan darinya disuarakan melalui isyarat jari yang meskipun lengkap namun masih tetap sulit diterjemahkan. Yang bisa Kakak usahakan adalah membuat ruang khayal itu—ruang temu—menjadi lebih sempit dalam waktu hanya sekitar enam jam saja. Jika perjalanan adalah zarah dan waktu juga merupakan zarah, maka Ayah-Ibu bisa membuat suatu formula sederhana yang dapat menjelaskan perilaku anak-anak mereka yang sedang berjarak itu. Dibuatlah suatu faktor pengali untuk Adik dan juga Kakak. Melibatkan beberapa besaran (zarah) seperti: perilaku dalam jarak, fenomena perasaan, serta operasi aritmatika dan geometri. Andai rasa sayang bisa dihitung sebegitunya. Pabila aku tidak sedang berbicara tentang "jika". Nyatanya, Ayah-Ibu hanya menakar-nakar saja. Begitulah rasa rindu bekerja. Maka, tak pantas bagi Adik dan Kakak untuk mempersulit bacaan mereka. Jarak Kakak menuju ruang temu hanya sekitar enam jam saja. Mampukah ia membuat resultan rindu yang bekerja dalam sistem orangtua-anak ini menjadi sama dengan konstan? . . . #efekrumahbaca kembali ke #cerita. http://bit.ly/2TnMK8A
0 notes
chspwn · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Maaf kalau saya sulit menghadiri kebahagiaan kalian. Saya sudah sangat senang melihat ekspresi kalian dari sini. Sekarang teknologi sangat canggih. Maaf juga untuk tidak mengucapkan apa-apa, saat kalian berhasil, punya hari spesial, saat kalian bisa mencapai puncak dengan kondisi lelah yang sudah tidak terasa, saat kalian punya hari seremonial dan tanggal yang ditandai, diingat seumur hidup, dan lain-lain. Saya terbiasa diam dan membiarkan suasana yang lebih banyak bekerja, membentuk atmosfer emosi kita. Maaf karena saya tidak pandai bicara manis, saya khawatir kalian tidak percaya. Saya lebih suka membiarkan masing-masing sadar sendiri. Maaf untuk tidak membuat sesuatu yang spesial, tapi saya tetap bisa apresiasi walau ala kadarnya. Maaf karena saya biasa-biasa saja. Statis, datar, dan tidak menarik. Maaf karena ini cuma alasan atas kesalahan saya pada kalian yang lebih parah dan banyak. Saya tidak bisa sebutkan karena saya malu. Maaf karena saya bukan orang yang tepat untuk diandalkan. Maaf untuk ketidaktahuan dan kesalahpahaman saya yang lalu-lalu. Maaf karena ini malam terakhir bagi kita, untuk mencurahkan rasa rindu di dada (lagu dangdut), karena saya sedang merasa dekat dengan kematian. Saya harap kita akan bertemu lagi nanti. Semoga tempat itu adalah surga. Harapan boleh setinggi-tingginya, kan? Serius, saya sedih. Mungkin kalian tidak percaya karena saya sempat nyanyi dangdut tadi. Tidak apa. Saya hanya ingin permohonan maaf saya sampai. Itu saja. — Andi, dari balik layar #efekrumahbaca https://ift.tt/2HEE08r
0 notes
chspwn · 7 years ago
Photo
Tumblr media
: BUMI MANUSIA (versi lain) Pada suatu hari di jendela rumahku, dunia tampak biasa-biasa saja. Guguran daun jati tiap hari jatuh ke atas genting. Angin terdengar sampai ke dalam rumah karena menghantam dahan, ranting, dan dedaunan di atas pohon jati. Burung masih ada. Tapi cuma satu jenis saja. Bunyinya masih bisa ditirukan oleh biola. Ayahku adalah seorang penjaga tumbuhan. Ia bisa menelusuri sejarah kusen dan daun pintu di rumah siapapun hingga ke hutannya. Menanam pohon bukanlah kegemarannya, karena itu sudah biasa dilakukan. Ia lebih suka anak-anaknya yang tumbuh dan berkembang. Jendela rumah tempatku melihat dunia tidaklah indah. Hanya dilapisi cat minyak warna coklat. Sama biasanya dengan dunia dari baliknya. Dari sana sungguh hutan jati melulu. Dalam hati, aku berharap bisa keluar rumah melewati pohon-pohon itu. Mendengar suara angin tanpa selingan bunyi gesekan daun. Mendengar bunyi burung lain yang sulit ditirukan alat musik apapun. Akhirnya aku keluar. Tapi, yang kuperoleh adalah bising kota, di mana guntur menjadi sangat mengerikan di sini. Hujan menjadi bencana. Angin jadi musuh karena merugikan bangunan tinggi. Dan yang paling menyedihkan adalah, aku kehilangan hutan jati. Barangkali ayahku sedang menasihatiku dari jauh, agar aku selalu bersyukur. Ya. Aku memang sedang bersyukur agar tampak dewasa. Yang artinya, bahwa aku sedang tumbuh dan berkembang. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Di kota ini, aku mempelajari cara mengubah hutan jadi rumah. Perhitungan dengan angin. Juga hujan. Karena air dan angin adalah hal yang harus dikelola. Dari jendela-jendela elok rumah kota, aku melihat dunia yang jauh lebih biasa saja. Karena yang luar biasa hanya produktivitas kerja. Atau tingkat intelejensi yang semua orang belum tentu punya. Itu kata mereka yang punya. Sungguh, dunia ini tidak luar biasa. Yang luar biasa hanya Penciptanya. #efekrumahbaca https://ift.tt/2Jk27KS
0 notes
chspwn · 7 years ago
Photo
Tumblr media
: BANGKU Menunggu Pesanan Tak Selamanya Membosankan Satu sore hujan lebat, ia sedang pulang dan gelap cepat turun. Selagi lapar ia berjalan bersama payung. Di bawah payung tergantung banyak menu makanan yang ditawarkan oleh kepala. Siap dipilih. Namun seperti orang-orang tak berduit lainnya, ia pura-pura berpikir tentang menu apa yang paling pas sambil membolak-balik daftar menu. Ujung-ujungnya tetap memilih menu yang itu-itu juga. Ya sudah, melipirlah ke gerobak-tenda nasi goreng. Sampai. Lihat sekitar. Tetap berdiri karena situasi. Hingga diberi tempat duduk oleh pembeli lain. Orang lokal, tua, dan sukses. Darimana bisa tahu? Rupanya selama menunggu sisa hujan dan kuali baja dipanaskan, orang ini banyak bercerita. Di atas bangku, beliau ungkapkan kegembiraan melalui pengalaman hidupnya, dan kebanggaan melalui kisah anak-anaknya. Tapi ada yang kurang di situ: semangat muda pendengarnya. Mungkin karena sedang lapar, sedang lelah, atau karena malam sudah mulai dihitung sejak saat itu. Usianya sudah lebih dari cukup untuk merayakan hari-hari penuh rindu, membuat masa depan baru, dan mengutamakan hal-hal yang perlu. Ia sudah menghabiskan banyak waktu untuk bermain. Tidak pernah tahu harus dari mana untuk membaca masa depan. Dan kini ia sudah tahu, dari bangku masa depan juga bisa dilihat. Tidak dengan tujuan meramal, tapi dengan upaya dan niat beramal. Ia berjanji, besok semangatnya akan tumbuh lagi. Malam ini ia memesan nasi goreng, agar besok ia bisa memesan hidup dari Tuhan. #efekrumahbaca https://ift.tt/2GdTinU
0 notes
chspwn · 7 years ago
Photo
Tumblr media
: MIMPI KE PUNCAK Sama seperti kalian, orang-orang ini juga sempat nakal. Saat itu mereka masih remaja tanggung yang sedang dipersiapkan oleh sekolah agar mampu menghadapi ujian. Berhadapan dengan soal-soal ujian itu benar-benar bukan kemauan mereka. Buktinya, mereka lebih memilih untuk mendaki lereng gunung, berjalan jauh, tidur ditemani beruk, dan makan bersama di atas rontokan daun-daun pinus. Daripada ikut pengayaan di kelas. Ya, pesugihan. Kaya itu, kan, sugih, toh? Kita juga. Di kehidupan ini siapa yang pernah bilang dirinya mau diuji? Tapi semua tentu mau naik tingkat. Kita terima dan jalani saja ketika sedang diuji. Karena besoknya kita bakal naik tingkat, lho! Hai, anak muda. Mereka berenam yang hitam-hitam itulah anak muda. Saat itu, mereka belum tahu banyak tentang kehidupan. Tapi mereka yakin bahwa hari esok dua cabang jalan telah menunggu untuk dilalui. Ke surga, atau neraka. Mereka kala itu bukan manusia rumit yang otaknya masih mempertanyakan benar dan salah. Katanya sudah besar, sudah tahu mana yang baik dan yang buruk. Tapi seolah tidak mau tahu mana yang benar dan yang salah. Tumbuh dewasa itu pasti. Tentang "kapan", mereka masih coba resapi. Di sela-sela sibuk sekolah, pelajaran tentang cara memilih kehidupan justru datang dari selingan & senda gurau. Mereka seperti sedang sadar bahwa ruang kelas di negeri ini seolah menjadi hal yang tidak penting. Mereka selingi hari sibuk di kelas dengan bergaul di luar bersama alam, dengan dingin angin lembah malam hari, dengan sinar yang terbit lebih cepat kala pagi. Lalu mereka punya mimpi, ingin kembali satu hari nanti. Ke tempat yang lebih tinggi lagi. Dahulu, mereka sama-sama memimpikan puncak yang sama. Orientasi mereka sederhana. Keindahan alam hasil cipta karsa Sang Pemiliknya. Entah belakangan ini bagaimana. Barangkali mereka semua sudah jadi orang dewasa. Punya definisi puncak berbeda-beda. Tak apalah, toh, kami tetap sama-sama memimpikan puncak. Regards, #efekrumahbaca http://ift.tt/2IyURuf
0 notes
chspwn · 7 years ago
Photo
Tumblr media
: SEBELUM PANDAI BERDIAM DIRI Dahulu, saya ingin jadi... Berubah-ubah. Pernah ingin jadi ini, pernah ingin jadi itu. Pasti kamu juga. Seiring waktu, keinginan saya semakin sulit. Tapi kelihatannya semakin mungkin diwujudkan. Entah nanti ingin jadi apa. Sekarang, saya hanya ingin jadi seorang ayah yang dirindukan oleh anak-anaknya pada saat yang tepat. Tidak ketika sudah pergi, atau ketika belum pulang. Kasihan mereka nanti. Semoga tidak terlalu dini untuk merasa begitu. Aneh memang. Rasanya seperti merindukan diri sendiri. Bahkan ibunya saja saya belum kenal. (Sip! Bisa sambil ngode). Kadang hidup memang begitu. Umur hanya piranti, alat ukur. Sudah tidak penting lagi ketika kita sendiri sudah menyadari, tentang apa yang seharusnya sudah bisa kita lakukan dalam hidup ini. Tapi seiring makin larutnya malam, dengan hujan yang nggak tau kenapa jadi makin enak didengar, dan suara-suara tidak penting yang membuat saya jadi "oh, meeen, asik banget hidup ini, thanks God, alhamdulillah", saya jadi makin ragu: jangan-jangan tidak hanya saya yang sedang rindu. Beliau memang pandai berdiam diri. Usia bukan lagi hal penting. Setua apapun saya, predikat anak tetap jadi hal yang selalu layak melekat. _______ Anakku di masa depan, kamu (kalian) dapat salam dari #efekrumahbaca. http://ift.tt/2FvfV2S
0 notes