butitsoke - Tumblr blog

[butitsoke]

Dan aku sekarang tahu, seseorang tidak akan mau repot-repot menanyakan 'are u okay?' kepada orang yg jelas-jelas bukan orang penting dihidupnya.

[butitsoke]

"Bahwa hidup di dunia memang ladangnya ketidaktenangan, justru jika hidup dunia dirasa begitu tenang, mungkin kamu memang sudah mati"

[butitsoke]

Dulu ada trauma sampai-sampai untuk ketemu sama orangpun sama sekali gamau. Sampai sekarangpun, padahal udah berusaha tapi tetap saja tidak bisa gampang dekat sama orang baru. Alhasil, untuk ngomong secara urut pun tidak bisa. Kadang mulut baru sampai mana ngomongnya, otak udah berpikiran sampai ujung pembicaraan. Dari situ, banyak orang yang ga nyambung sama obrolan saya. Ditambah lagi, kalau ngomong suka lupa kosakata yang mau keluar. Akhirnya ya, krik-krik tiap ngomong sama saya. Dan itu sering terjadi. Makanya, saya proud banget sama teman-teman yang masih mau berteman sama saya. Walaupun saya begini, diajak ngobrol sering ga nyambung.

Memang hal itu terjadi, berawal dari Riska yang gamau ketemu sama orang lain, sekalinya ketemu lebih sering memilih diam, ngomong kalau perlu, dibully karena gatau salah saya apa, ditambah lagi setiap kali saya ngomong, sering tidak didengarkan sampai akhirnya ya lebih memilih diam lagi. Ya karena tidak dihargai ucapan saya, padahal untuk mengucapkan satu kata saja bagi saya sendiri itu adalah 'proud' untuk saya sendiri.

[butitsoke]

Ini foto diambil sebelum kecelakaan. Emang dari berangkat pun sudah ada firasat ga enak. Firasat yg dirasakan itu mulai dari hati ga tenang tapi pingin cepet-cepet sampai rumah, akhirnya ngebut. Ban juga sempet kempes, kayak dari awal tidak diperbolehkan untuk pulang. Yah, udah kejadian mau gimana lagi? Untung masih selamat.

Tapi...

Insecurities sudah terbiasa dihidup seorang Riska, harusnya ya sudah tidak kaget lagi kan? Namun masih tetap saja wajah ketika utuhpun masih bisa insecurity, apalagi ini? Alis ada jahitan panjang sudah seperti boneka cuccky, jidat benjol seperti hell boy, lingkar mata menghitam 11 12 seperti panda.

Adalagi permasalahan yang lainnya.

Kalaupun belum bisa membanggakan orangtua, paling tidak membebaninya. Tapi apa yang saya lakukan? Sebaliknya, saya sudah membuat orangtua khawatir sampai malah tambah menjadi membebaninya. Dari sini, orangtua harus yang mengeluarkan uang buat semua biaya. Padahal biaya itu ya harusnya digunakan untuk keperluan yang lain (terpaksa buat bayar rumah sakit saya jadinya).

Satu lagi,

Urusan kerja sekarang memang berbeda dengan sekolah. Kamu bakal ketinggalan kalau mengikuti alurnya saja tidak bisa zagzeg. Ada saja yang dilakukan itu salah, padahal udah berusaha seteliti mungkin. Emang otak saya saja kali ya yang lurusan. Alhasil, ya bu bos kurang respect sama saya. Dan itu membuat saya bekerja tidak nyaman, yah kilas balik lagi emang saya bisa nyaman sama orang baru dengan gampang? Kan engga juga, dan itu kesalahan cara adaptasi saya sih sebenernya. Apa aku perlu ke psikolog? Psikiater?

[butitsoke]

Hampir mati, tapi masih diberi kesempatan buat bertahan itu harusnya saya lebih bersyukur. Udah ngerasain gimana rasanya nyawa masih melayang, walaupun belum sepenuhnya melayang.

[butitsoke]

Semakin dewasa, semakin milih-milih tempat cerita.

[butitsoke]

Akhir-akhir ini ada satu kata yang sering dilontarkan orang terhadap saya. "kamu sih mending lulus langsung dapat kerja, lah aku begini blablabla... "

Ya mungkin memang rezekinya saya lagi dipermudah sama Allah ketika dagangan orang tua lagi sepi-sepinya. Tapi lama-lama kok ya, malas juga dengarnya. Seolah-olah mereka adu nasib tapi jatuhnya malah meremehkan saya.

[butitsoke]

Mau cerita apa hari ini?

Sekarang sudah mulai bisa ketemu banyak orang, bahkan mendengarkan orang lain berkeluh kesah. Ya walaupun itu tuntutan pekerjaan sih, tapi itu lebih baik di dalam hidup saya.

Namun, masih ada aja orang yang gamau atau kurang mendengarkan saat saya mulai berbicara. Dari itu juga, saya masih menahan untuk banyak mengeluarkan kata dari mulut (lebih baik mendengarkan dulu).

Makin hari makin ada saja masalah di dalam keluarga. Di umur saya segini (dalam artian harusnya sudah bisa membantu, namun nyatanya belum) kadang merasa sedih. Orang tua yang tenaga sudah mulai berkurang. Saya sebagai anak ya belum bisa memberi apa-apa.

Menjadi dewasa difikiran saya saat kecil sepertinya menyenangkan, namun saat melaluinya sendiri ternyata tidak seekspektasi fikiran saya saat kecil itu.

[butitsoke]

Rasa ini sudah lama tumbuh tapi harus dimatikan secara kejam. Betapa sakitnya..

[butitsoke]

Besok kamu ulang tahun, selamat ulang tahun. Semoga keberkahan selalu menyertaimu, semoga tahun ini juga adalah rezekimu dan rezekiku tentunya. Aamiin

Setidaknya aku pernah seperti mereka. Saling melindungi, dan saling berbagi (ya walaupun aku yg lebih mayoritas. Read:Kakak). Dimana ada Dimas kecil, di situpun pasti ada Riska kecil. Tetapi momen itu rasanya kian berubah ketika kita mulai menginjak di bangku sekolah. Hingga sampai sekarang, perubahan itu semakin nyata dan terlihat jelas. Keakraban itu semakin hilang dan nyatanya menghilang. Seolah angin menerpa dandelion, rindu ini kian menerpa angan.

[butitsoke]

Semesta tercipta tidak untuk begitu-begitu saja. Masih banyak yang perlu dilakukan.

[butitsoke]

Apa aku salah membiarkan mereka tetap mencaciku? Aku lelah.

[butitsoke]

Dengan kadar kecantikan yang biasa, namun hatimu begitu angkuh untuk menerimanya. Lantas apa yang sebetulnya kurang dari sosok dia?

[butitsoke]

Pagiku terjebak nostalgia.

[butitsoke]

Kadangkala ada luka yang sesakit ini. Tidak ada goresan atau ruam namun mampu membuat perih. Ah iya, ini yang dinamakan luka hati.

[butitsoke]

Aku ingin kedamaian. Dengan dalih kamu tetap disisiku. Namun aku sadar, kamu bukan milikku.

[butitsoke]

Ku mencoba untuk tak peduli. Namun hati kian ingin melepas pergi.