Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Istana Hijau Telur Asin
Berawal dari postingan feed Rania Yamin dengan style kain dan kebayanya yang berulang kali muncul di explore Instagram di bulan Juli 2022, berujung tertarik dengan salah satu highlight yang berjejer di akunnya. Solo. Judul highlight yang singkat tapi sepertinya ini tipe highlight yang saya bakal suka. Di awal postingan highlight, Rania sedikit sedih banyak yang bertanya apa itu Pura Mangkunegaran. Semakin dilihat & dibaca (keterangan-keterangan kecil yang Rania tambahkan di IG story-nya), semakin penasaran dan ingin tahu.
Sebenarnya di bulan Oktober ada keinginan kecil memasukkan Pura Mangkunegaran ke dalam list tempat yang dikunjungi waktu ke Solo saat liburan bersama teman-teman, tapi waktu itu saya nggak ngebet-ngebet amat. Singkat cerita, anak Bapak Presiden menggelar resepsi pernikahan di sana di awal bulan Desember. Alhasil, semakin banyak yang ingin tahu tempat tersebut. Akhirnya, 27 Desember lalu bisa berkesempatan berkunjung ke sana.
Pintu masuk ke area utama Pura Mangkunegaran dari loket pembelian tiket. Cantik ya warnanya?
Untuk tiket masuk yang hanya dua puluh ribu rupiah (sudah termasuk guide yang akan mengantar kita & menjelaskan selama tour), sangat super worth it sekali. Langsung saja kita mulai tour virtual via foto-foto yang saya ambil waktu ke sana, yuk!
Masuk pendopo harus lepas alas kaki. Tenang, sudah disiapkan tote bag sama guide-nya.
Warna hijau muda kebiruan (atau nama kerennya hijau tosca) dengan garis keemasan yang mendominasi tempat ini disebut pari anom (padi muda) yang mana adalah warna khas keluarga Mangkunegaran.
Langit-langit Pendopo Ageng yang cantik. Tidak sekedar cantik, tapi ada maknanya juga. Jika diamati ada 8 warna di tiap persegi yang memiliki maknanya masing-masing.
Akhirnya kesampaian juga lihat jendela-jendela Pringgitan ini.
Setelah melewati jendela-jendela tadi, kita akan diajak masuk ke Ndalem Ageng yang menyimpan koleksi-koleksi unik Mangkunegaran dan... tidak boleh didokumentasikan. Jadiii, langsung main ke Mangkunegaran buat yang penasaran, ya! 😁
Bagian yang paling surreal adalah waktu masuk ke area tempat tinggal keluarga Mangkunegaran.
Di belakang kursi ini berderet foto Gusti Bhre (kalau tidak salah ingat memakai jas kuning Universitas Indonesia) dan Gusti Sura juga foto-foto anggota keluarga yang lain.
Mimpi apa bisa masuk ke sini?
Kursi-kursi di Pracimoyoso yang sering dipakai keluarga Mangkunegaran saat foto keluarga.
Ruangan yang sering saya lihat di IG story bisa saya lihat secara langsung hari itu.
Ingin rasanya duduk bengong di sini sambil lihat air macur di sore hari.
Kaca di ruang makan. Kata mas guide ini bagus untuk wallpaper laptop.
Lorong impian.
Foto keluarga yang benar-benar membuat area ini "hidup". Rasanya bukan seperti tour wisata tapi lebih ke berkunjung ke rumah kerabat.
Sebelum mengakhiri tour, ada toko souvenir kecil juga di sini yang bisa kalian kunjungi dan beli pernak-perniknya sebagai buah tangan.
Selesai sudah virtual tour via foto-foto kali ini. Rasanya seperti habis mengisi daya diri. Senaaaang sekali bisa berkunjung. Saat akan melewati pintu keluar Pura Magkunegaran dalam hati berjanji akan mampir lagi. Semoga diberi kesehatan supaya berkesempatan kembali ke sini.
Instagram Pura Mangkunegaran: klik di sini
8 notes
·
View notes
Text
0 notes
Text
Glamping dikelilingi tanaman rosemary.
26 Maret 2022
Setelah 2 tahun tidak kemana-mana, akhirnya tahun ini mengunjungi satu tempat yang dinanti untuk dikunjungi setelah semuanya membaik.
Berlokasi di Desa Plumbon, Tawangmangu, Solo, Jawa Tengah, Rumah Atsiri Indonesia dulunya adalah pabrik citronella di tahun 1963. Untuk sejarah lengkapnya bisa dilihat di sini.
Kami mengikuti Wellness Program selama 2 hari 1 malam dan menginap di glamping tipe Citronella.
Setiap glamping diberi dua diffuser (di lantai 1 dan 2) serta signature essential oil dari Rumah Atsiri.
Perlengkapan kamar dan perlengkapan mandi dari produk Atsiri Shop.
Setelah check-in, host mengirimkan welcome drink dan canape serta menjelaskan rundown untuk hari itu. Beberapa menit setelah menikmati sajian kecil tadi, dua terapis datang untuk menyiapkan sesi 15 minutes footh bath. Kaki kami dipijat, dibasuh, dan discrub dengan bunga marigold sebagai scrub alami.
Pukul 5 sore, host menginformasikan kepada kami untuk menuju dining area karena akan memulai aktifitas berikutnya, harvesting herbal plants dan tisane session.
Kami menggunakan bunga kenop sebagai salah satu bahan tisane hari itu.
Pemandangan glamping pukul 17.30.
Kegiatan hari itu ditutup dengan menikmati makan malam dan dilanjutkan dengan istirahat malam.
_
Hari kedua dimulai dengan trekking di sekitar area Rumah Atsiri🚶♀️
So peaceful 🧘♀️
Setelah menikmati sarapan, kami kembali ke glamping untuk mandi serta packing. Pukul 9 waktunya museum & graden tour. Host menjelaskan sangat detail mengenai sejarah Rumah Atsiri, mengenai essential oil, bahkan setiap tanaman yang ada Rumah Atsiri. Semua yang disajikan di program ini memiliki cerita dan filosofi dibaliknya.
Karena tidak bisa upload semua foto di sini dan saya pikir saya bukan story teller yang baik (memang benar adanya, kata-kata yang dipakai hanya itu-itu saja), sudah saya buatkan video singkat untuk short trip kali ini. Bisa diklik di sini. Semoga kamu bisa main ke sini juga! Salam wangi 🌱
Instagram Rumah Atsiri Indonesia: klik di sini
0 notes
Text
Tanggal 22 September 2017, siang menjelang sore, kami berjalan menuju satu rumah. Kosan teman dulu waktu masih sekolah (setelah lulus sekolah di Surabaya dia balik ke Jakarta). Cuma rumah sederhana bergaya jadul. Tidak asing karena dulu juga sering lewat depan rumah itu semasa sekolah.
“Mbak Nah! Mbak Nah!”
Tidak lama seorang ibu-ibu paruh baya mengenakan kaus putih yang sedikit pudar dengan celana pendek warna hitam keluar dari rumah.
“Mbak Nah, sek inget aku, tah?”
“Ya ingat to, Nik.”
“Oma ada?”
“Oma lagi di Jakarta. Ayo masuk dulu.”
Rumah yang “rumah” menjadi kesan pertama saat memasuki rumah ini. Di ruang tamu, di sisi kanan, kita disambut oleh dinding yang dipenuhi banyak pigura berisikan foto-foto sang tuan rumah dan anggota keluarga. Di sisi kiri terdapat sofa, televisi, dan lukisan portrait Oma (sang tuan rumah) waktu masih muda.
Sudah pukul 3 sore. Kami pun pamit karena masih melanjutkan perjalanan ke tempat yang lain.
0 notes
Photo
2 notes
·
View notes
Photo
Setidaknya tadi cuma mimpi. Bisa langsung pergi kalau sedang di tempat yang tidak disuka atau tidak seharusnya.
0 notes
Photo
Kelas pagi, rasa kantuk yang tidak bisa ditahan, dan berusaha terjaga menghasilkannya.
0 notes
Photo
Entah kenapa semakin dewasa semakin hilang antusias kanak-kanak kita.
0 notes
Photo
Sepupu yang paling sebel kalau dikacangin dan kalah dalam permainan. Mari kita melukis saja. Tidak ada yang merasa dikacangi atau kalah dan menang dalam melukis. Hanya menikmati dan bersenang-senang!
0 notes
Photo
Bubaran sekolah, duduk-duduk menghabiskan waktu di depan TK, di sebelah sekolah. Bergurau, bergosip, cerita-cerita seram, atau sekedar makan jajanan sekolah dengan tatapan kosong sambil bengong.
Salah satu dari kami mengeluarkan pen correction-nya yang rusak. Karena sudah rusak, ditariklah pita pen correction-nya lalu dibuat main-main. Karena nganggur, yang lainnya iseng melilitkan pita pen correction ke sang empunya. Sambil tertawa menertawakan hal yang tidak jelas di mana lucunya, refleks mengambil handphone dan mengabadikan momen “ngakak tanpa alasan” ini.
Foto 3 tahun lalu, salah satu foto yang bikin rindu masa-masa sekolah. Saat masih masa bodoh dengan masa depan.
0 notes
Photo
Lukisan yang diletakkan di sudut tidak strategis. Wajahnya muram, mungkin kesal tidak ada yang melihatnya. Menunggu pengunjung sambil sebat.
0 notes
Photo
Cuma ingin kembali ke masa di mana hal yang bikin tidak bisa tidur di malam hari hanya sebatas ketakutan ada Godzilla lewat depan rumah, bertarung dengan Ultraman. Dan lupa mengerjakan PR matematika.
0 notes
Photo
Pertama kali belajar menggambar wajah lagi. Fix, saya lebih suka menggambar benda atau pemandangan saja.
0 notes