Text
Hidup Itu Ibarat Naik Argo Dwipangga dari Purwokerto ke Cirebon
Enaknya bentar doang, ndak menikmati
5 notes
·
View notes
Text
Tuhan, terima kasih. Kau telah menyandingkanku dengan bidadari ciptaan-Mu yang paling sempurna. @albiziailyass
- Dimensi rindu, waktu hujan
6 notes
·
View notes
Text
AI di Ngawi
18 February 2019
Oleh : *Dahlan Iskan*
Anak-anak SMA kumpul. Sabtu lalu. Di pendopo kabupaten Ngawi. Sekitar 300 orang. Dari berbagai kecamatan. Termasuk kecamatan pelosok seperti Sine dan Ngrambe.
Saya bertanya pada mereka: _Siapa yang bapaknya menanam jagung._ Empat anak unjuk tangan.
Saya minta mereka naik panggung. Bersama saya.
Saya tanya lagi: _Berapa harga jagung saat ini_?. Empat-empatnya bisa menjawab. Dengan harga berbeda-beda. *Kian ke pelosok kian murah harganya. Hanya Rp 3000/kg.*
Saya tanya lagi: _Berapa harga jagung dua bulan yang lalu. Khususnya bulan Nopember dan Desember._?
Mereka juga tahu. *Tinggi sekali. Sampai Rp 6.000/kg.*
Pertanyaan berikutnya: _Mengapa jagung mereka tidak bisa dipanen pada saat harga lagi tinggi-tingginya._
Juga bisa menjawab.
_Karena baru bisa tanam di bulan Oktober. Saat sudah ada hujan. Jadi baru bisa panen di bulan Maret nanti,_ katanya.
Empat anak SMA itu saya minta mencari ide. *Agar bapaknya bisa panen jagung di bulan November atau Desember.*
Saya minta empat siswa itu berunding. Di bawah pohon rindang. Di halaman sebelah pendopo bupati. Yang bisa kami lihat dari pendopo.
Mereka duduk di atas rumput. Melingkar. Berdiskusi.
Hasil rundingan itu akan dipresentasikan. Di depan teman mereka. Di pendopo ini. Menjelang akhir acara nanti.
Siswa lain tetap di pendopo. Untuk sharing DI’s Way. Yang themanya klise: *mempersiapkan generasi milenial.*
Saya coba lemparkan pertanyaan lain: _*Siapa yang tahu apa itu 5G.?*_
Dua orang unjuk tangan. Saya minta keduanya naik panggung. *Jawaban keduanya sangat bagus. Akurat. Kekinian*.
*Dari mana mereka tahu semua itu?*
*Dari youtube,* kata mereka. *Kami sering lihat youtube. Cara menjelaskan nya,* tambahnya. Dibanding dengan cara sebagian guru mereka mengajar.
*Memang banyak guru yang membosankan siswa. Itulah tantangan guru ke depan: bersaing dengan GURU dari negara YOUTUBE. Juga bersaing dengan GURU yang BUKAN MANUSIA*.
Saya pun melontarkan satu istilah: *AI ?*
_Siapa yang tahu apa itu AI,_ tanya saya. _Hadiahnya salaman dengan pak Wakil Bupati dan Mas Tomy Cahyo Gutomo,_ tambah saya.
Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, memang hadir di forum itu. Nyentrik. Umurnya baru 36 tahun. Ini periode kedua. Saat terpilih pertama dulu baru berumur 28 tahun.
Pak Wabub selalu pakai celana jeans. Dan mengenakan blangkon tanpa pentolan di belakang. Blangkon khas Ngawi.
Tagline pribadinya: *Cah Angon.* Si Pengembala. Itu mengena sekali di pemilih pedesaan. Cara Cah Angon itu rupanya sudah mulai ditiru. Saya lihat di salah satu perempatan Ngawi. Ada baliho besar. Kampanye caleg DPR. Gambarnya si caleg lagi menggendong kambing.
Si Caleg, kata Tomy yang juga lagi nyaleg, memang peternak kambing yang sukses.
Cah Angon sendiri alumni arsitek Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja. Sama seperti Tomy. Yang jadi ketua alumninya. Dengan jumlah anggota lebih 1.000 orang. Nama UII top di Ngawi.
*Ternyata ada juga anak SMA di pelosok ini. Yang tahu apa itu AI.* Padahal saya tidak mengkisikan kepanjangannya. *Milenial betul-betul tidak boleh dianggap enteng. Pun di pelosok-pelosok*.
Untung saya tidak sok ceramah pagi itu. *Bisa-bisa isi ceramah saya dianggap sudah tidak ada yang baru.*
Pertanyaan siswa pun berat-berat: _*Apakah guru AI nanti juga punya perasaan. Kan AI bukan manusia.?*_
Saya tidak ahli *AI (Artificial Intelligence)*. Saya tidak bisa menjawabnya. Hanya saya ceritakan sedikit. Bahwa perasaan itu bisa dirumuskan unsur-unsurnya. Yang mungkin terdiri dari ribuan unsur. Atau ratusan ribu. Mewujud dalam *Big Data*. *AI akan bisa memproses big data itu dengan cepat.*
*Kemenangan AI saat melawan juara catur adalah contohnya*. Bagaimana rahasia dan taktik lawan main caturnya dirumuskan. Menjadi big data. Lalu diproses oleh AI. Dianalisa. Ke mana langkah lawan caturnya itu.
Tapi saya tidak yakin dengan jawaban itu. Saya minta siswa mencari sendiri jawaban yang lebih tepat. Lewat internet. *Yang sudah mereka kuasai*.
*Sebenarnya gurulah yang harus bertanya begitu. Demi menyelamatkan masa depan pekerjaan mereka.*
Di Tiongkok sudah mulai dicoba. *Guru manusia digantikan oleh guru yang bukan manusia.* Jangan bayangkan itu robot. Seperti yang kita kenal selama ini. Itu adalah *bukan manusia* tapi *memiliki kecerdasan*. Hampir tak terbatas pula.
*Guru yang biasa-biasa saja akan ditinggalkan muridnya.*
*SEMOGA TIDAK DITINGGALKAN GAJINYA*.
Saya merenung sejenak. Saat Tommy lagi memanggil penanya berikutnya. *Masih di era 4G saja anak SMA di pelosok sudah begitu majunya.*
*Bagaimana kalau sebentar lagi 5G.? Yang kecepatannya 100 kali dari 4G.*
Kadang saya bisa maklum kalau banyak yang sewot pada Huawei. Termasuk Amerika. *5G akan sangat dramatik mengubah masyarakat dunia.*
Negara miskin, kalau pandai memanfaatnya, akan bisa menyalip di tikungan. Mengejar negara kaya.
Tapi saya tetap ingat tanaman jagung. Bagaimana agar petani miskin bisa panen jagung di bulan November atau Desember. Di saat paceklik jagung. *Agar penghasilan petaninya naik dua kali lipat.*
Empat siswa yang berunding di bawah pohon itu memberi tanda. Sudah berhasil merumuskan caranya.
*Kata kuncinya adalah air.* Sikap lama menyerah kepada alam harus berubah. *Biaya mencari air lebih kecil dari meningkatnya hasil penjualan*.
Ada pula ide intensifikasi. Saat jagung sudah tua, segeralah daun dan batang atasnya dipangkas. Sambil menunggu buah jagungnya kering di pohon benih baru sudah bisa ditanam. *Cara ini bisa membuat panen maju tiga minggu.*
Saya usul agar keempat siswa itu langsung diluluskan. Hasil rumusan mereka begitu bagusnya. Hanya setengah jam. Berunding di bawah pohon.
*Semua itu karena mereka berpikir. Membiasakan berpikir itulah tugas guru. Agar pekerjaan guru tidak diserobot AI di masa depan.* (*)
Copyright © 2018 - 2019 DI'S WAY
8 notes
·
View notes
Text
Basa Basi Rindu
Sayang, bagaimana kabarmu di sana?
Ah lupakan, itu hanya pertanyaan basa basi bagiku.
Aku hanya ingin kau tau, bahwa tak mudah rasanya bagiku untuk begitu lama jauh darimu.
Entah apa yang membuat otak ku ini tak bisa lepas dari bayang paras ayumu.
Dan aku pun tak tahu mengapa aku selalu merindumu.
Kau pikir 14 hari tanpamu itu mudah bagiku?
Kau pikir tak mendengar kabarmu seharian saja enteng bagiku?
Tidak,
Dilan benar tentang rindu.
Rindu itu berat.
Dan aku terkadang tak sekuat Dilan ketika menahan rindu.
Ada kalanya aku benar benar ingin bertemu denganmu.
Tak masalah seberapa jauh itu.
Aku hanya ingin bertemu.
Mungkin "Rindu" hanya sebuah kata sederhana.
Namun bagiku, itu lebih dari sebuah kata.
Rindu itu lah yang selalu bercerita,
bahwa ada engkau yang sudi menungguku di sana.
Ada engkau dan hatimu yang selalu kau jaga.
Sayang, terima kasih telah sudi menjadi pelepas rinduku ini.
Dan semoga, Allah selalu menjagamu.
(Purwokerto, 20 Januari 2018)
- Bamzato_
7 notes
·
View notes
Text
Hujan waktu itu seperti tau resahnya aku.
Rintikan-rintikan itu rela jatuh ke bumi tuk sekedar temaniku menunggu jawabmu.
Duduk bersanding bersamaku menanti sebuah kepastian dan menatap indah wajahmu.
Sebuah paras indah yang mampu mengguratkan kenangan indah di hati yang telah lama layu.
Entah jawaban apa yang akan engkau berikan padaku.
Satu hal yang pasti, ijinkan aku tuk sekedar menyayangimu dengan tulus.
(Waktu hujan, 14 September 2017)
- Bamzato_
7 notes
·
View notes
Text
Angin malam seakan tau resah diri ini.
Mengalun lembut membelai hati.
Ingin kutitipkan saja resah ku pada angin malam ini.
Agar engkau tau betapa resahnya aku tanpa hadirmu kasih.
Ntah, perasaan apa yang bersanding bersamaku saat saat ini.
Satu hal yang pasti,
Ijinkan aku merindu padamu kasih.
Magelang, 19 Oktober 2017
- Bamzato_
6 notes
·
View notes
Text
Kenapa Tidak Kita Anggap Saja Ini Sebagai Suatu Game?
Pernahkah kita merasa bosan dengan hidup yang kita jalani?
Pernahkah kita justru tak tahu apa tujuan akhir dari hidup kita dan menjalaninya begitu saja?
Pernahkah kita merasa panik tak tahu harus bagaimana untuk mempersiapkan pertemuan kita dengan pencipta kita?
Ya, aku yakin kita semua pernah merasakan salah satunya, atau bahkan ketiganya.
Lalu, mengapa tidak kita anggap saja hidup kita sebagai GAME? Ya, sebagai permainan. Ya ya, aku tahu mungkin itu terlihat konyol. Karena terkadang kita menganggap hidup tak sesederhana game. Tapi kan tidak ada salahnya sesekali kita berfikir konyol.
Bukankah ketika kita bermain game, ada perasaan yang cukup menyenagkan, tak bosan mungkin malah terkadang kita merasa ketagihan. Selain itu, ketika kita bermain game pun kita sering merasa tertantang. Bahkan uniknya, semakin menantang suatu permainan, kita justru semakin penasaran untuk terus memainkannya. Singkatnya, game dengan segala tantangannya memberikan hiburan tersendiri bagi kita.
Sadarkah kita bahwa kita sebenarnya sedang berada di sebuah Super Duper Hyper Ultra Multi Player Game?
Ya, dalam suatu "Permainan Multi Pemain" yang cukup besar dan kompleks. Setiap dari kita memainkan tokoh utama dari game ini. Seperti permainan multi player pada umumnya, kita dapat berinteraksi, berkolaborasi dan bersaing dengan "player" lainnya. Sama halnya game multiplayer, pasti ada yang menjadi Game Master, atau pihak yang memastikan permainan berjalan sebagaimana mestinya. Taukah siapa yang menjadi "Game Master" dalam game yang bernama kehidupan ini?
Allah Subhanallahu Wata'ala - lah yang menjadi Game Master dalam permainan ini.
Allah sebagai "Game Master" telah merancang, menyusun, dan mengelola permainan ini dengan sangat detail.
Semua pengaturan dan skenario itu telah dituliskan dalam sebuah file konfigurasi yang berukuran sangat besar bernama "Lauh Mahfuz".
Pada skenario itu, telah dijelaskan peran dan kewajiban setiap "player".
Sama halnya game pada umumnya, game bernama kehidupan ini memiliki suatu goal yang harus dicapai oleh setiap playernya.
Di dalam game ini goal yang harus dicapai oleh setiap playernya adalah suatu negeri bernama Kampung Akhirat, atau secara lebih spesifik Kampung Surga.
Di dalam hampir setiap game yang pernah kita mainkan, biasanya juga disediakan walktrough atau mungkin menu help. Walktrough ini biasanya digunakan oleh para pemain sebagai petunjuk untuk menyelesaikan misi-misi tertentu yang ada di dalam game.
Di dalam game kehidupan, Sang Game Master telah memberikan walkthrough-Nya kepada kita berupa kitab suci.
Setiap umat telah diberikan kitab sucinya masing-masing. Umat Nabi Musa a.s. diberi kitab bernama Taurat. Umat Nabi Daud a.s. diberi Zabur sebagai kitab sucinya. Umat Nabi Isa a.s. putra Maryam memiliki Injil sebagai panduannya. Umat Nabi Muhammad s.a.w. dianugrahi Al-Qur'an sebagai kitab sucinya.
Dalam dunia game, walktrough menjelaskan apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh setiap pemain. Jika para pemain berhasil melaksanakan perintah ataupun objective di dalam walkthrough tersebut maka pemain memperoleh poin tersendiri. Namun, jika pemain melanggar peraturan yang telah dibuat maka pemain akan mendapat pengurangan poin atau bahkan dapat membuatnya game over.
Di dalam kitab-kitab tersebut terdapat aturan-aturan main yang mengikat setiap pemiliknya. Jika si pemilik menaati semua peraturan dan menghindari setiap larangannya maka dia akan memperoleh poin (pahala) dan semakin dekat dengan tujuan akhirnya. Sebaliknya, jika si pemilik mengabaikan sebagian atau seluruh isi kitab tersebut maka dia akan mendapatkan pengurangan poin dan hal itu semakin menjauhkannya dari tujuan akhir.
Namun ketika game kehidupan sudah Game Over, kita tidak dapat melakukan Restart ataupun Respawan.
Bagian ini lah yang tidak bisa disamakan antara game kehidupan dan permainan di dalam dunia game. Jika di dalam dunia game kita bisa melakukan restart ataupun respawn ketika Si Player mengalami Game Over maka di dalam game kehidupan hal tersebut tidak dapat dilakukan.
Jadilah player yang baik..!
-bamzato_
(Di atas kereta jogja - pwt, 5-02-2019)
12 notes
·
View notes
Text
Monggo silahkan berbagi
[Di Bawah 3,3]
Sebagai orang yang biasa-biasa saja dalam bidang akademik, saya tidak kecewa ketika melihat IPK saya, saya sadar diri sih lebih tepatnya.ehehe
Entah kenapa dari awal kuliah saya tidak pernah terpaku dengan IPK yang harus diatas 3,5. Yang penting saya sudah berusaha, hasilnya nanti diserahin ke Allah.
Saya juga tidak mau memaksakan kemampuan saya, saya lebih ingin menikmati hidup sebagai mahasiswi. Mahasiswi yang punya banyak kenalan dari organisasi yang saya ikuti.
——————————
Selepas lulus kuliah, saya menjalani rutinitas seperti orang-orang biasanya. Mencari kerja.
Masukin CV ke beberapa perusahaan, di tolak di beberapa perusahaan juga (hehe) entah sudah berapa CV, foto, dan copyan ijazah yang saya sebar ke beberapa perusahaan. Paling mentok tuh sampai interview doang. Setelahnya ya gitu (hahaha)
Pernah saking downnya di tolak di banyak perusahaan saya mikir “mungkin IPK saya terlalu rendah?” Saya juga sempat menyesal kenapa sih saya ga fokus akademik aja waktu kuliah, kenapa sih waktu kuliah ga gini, ga gitu. Dan beberapa alasan yang mendukung saya untuk lebih down lagi.
Tapi saya berpikir, kalau saya seperti ini terus bagaimana saya bisa berhasil? Saya kembali bangkit dengan mencoba lagi melamar pekerjaan sana-sini. Tapi hasilnya nihil.hehe
Saya kembali merenung, apasih yang buat saya gagal terus?
CV sudah dibuat semenarik mungkin, saya juga selalu menonton channel agar bisa mengembangkan diri saya lebih baik lagi, berharap HRD memberikan saya kesempatan bekerja.
Hasilnya…..
Masih gitu-gitu aja.
Sampai satu hari saya merenung “apa sih yang membuat saya gagal terus untuk mendapat pekerjaan?”
Saya mendapatkan jawabannya ketika ada suatu tragedi yang sukses membuat saya sadar, bahwa apa yang selama ini saya lakukan belum berjalan dengan semestinya.
Saya berusaha memperbaiki kesalahan itu, dan Alhamdulillah anak dengan IPK 3.11 ini diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi salah satu perusahaan BUMN, hingga saya Alhamdulillah sekarang sudah sampai ditahap wawancara psikologi. Mengalahkan orang-orang yang mempunyai IPK 3.5 keatas.
————————-
Dari pengalaman saya ini, saya berniat untuk membuat sebuah project buku “Di Bawah 3,3”
Saya ingin membuktikan pada anak-anak muda di Tanah Air, bahwa “Kesuksesan itu milik semua orang yang mau berusaha dan berdoa”
Kita yang punya IPK dibawah 3,3 pun BERHAK sukses. Karena kesuksesan bukan hanya milik mereka yang punya IPK 3,5 keatas.
Untuk menjalankan project ini, saya butuh bantuan kalian untuk reblog atau share informasi tentang project ini, agar mereka yang telah merasakan manisnya kesuksesan namun dulunya punya IPK hanya 3,3 kebawah dapat berbagi kisah inspiratif melalui project ini dengan mengisi form
Bantu saya menemukan 100 orang tersebut untuk menjalankan project ini.
Kalau ada yang ingin kalian tanyakan ttg project ini, kalian bisa langsung tanya saya dengan menggunakan fitur Ask atau Message yah:)
Atau kalian bisa langsung follow ignya @dibawah3.3 untuk mengetahui secara detail apa sebenarnya project di bawah 3,3 itu?
Yuk menjadi contoh yang baik!😊
691 notes
·
View notes
Text
Goresan senja di ufuk tak mampu lukiskan perasaanku padamu.
Bintang bintang di langit itu pun tak sanggup gambarkan paras indahmu.
Karena cukup aku saja yang tau bagaimana eloknya dirimu.
@albiziailyass
(Magelang, 12 Oktober 2017)
- Bamzato_
2 notes
·
View notes
Photo
0 notes
Text
Oh... Andai hujan yang menghujam bumi itu tak bersuara, pasti aku benar-benar sendiri.
10 notes
·
View notes
Text
Aku ingin sering tertawa agar hatiku mati dengan sendirinya
Albizia ilyas
11 notes
·
View notes
Text
Kita ini sebenarnya aktor yang tak terlatih bahkan tidak pernah dilatih sama sekali sebelum tirai teater bernama kehidupan itu terbuka. Jadi wajar jika kita terkadang berbuat salah. Tapi jika kita mengulangi kesalahan yang sama terus menerus itu artinya kita aktor yang sangat bodoh.
- Celoteh angin malam
5 notes
·
View notes
Text
Pernahkah kita berfikir bahwa rasa kasihan itu sebenarnya bentuk lain dari kesombongan? Karena ketika kita merasa kasihan, berarti kita merasa lebih baik dari yang kita kasihani. Itu sombong bukan?
- Inspired by #presidentjancukers
12 notes
·
View notes
Text
@albiziailyass bener katamu ,Dek. Relasi itu penting. 😁
Silaturahim
Sekarang gw ngerti kenapa di agama kita, diajarkan bahwa silaturahiim itu memperluas rezeki. Rezeki tuh ya, macem - macem. Ya uang, ya kesempatan, ya ilmu, ya kawan - kawan dalam kebaikan, ya amanah yang baik, ya banyak hal.
Jadi seintrovert-introvertnya kita, gw rasa perlu memperluas jaringan pergaulan. Ga musti kok kamu harus berteman secara pribadi sama orang lain, atau haha hihi nongkrong lama cem orang - orang sosialita. Ga perlu. Masuk aja komunitas ini itu yang positif, gabung diskusi, timba ilmu, silent reader, mengamati, simpan kontak orang - orang yang kira - kira akan menjadi partner di masa depan entah untuk urusan apa. Untuk pekerjaankah, untuk perkawanan kah, atau perjodohan. #eh.
Kalo masih kuliah, at least masuk himpunan lah, atau komunitas rohis. Kalo udah kerja, banyak juga komunitas baik. Di Tumblr aja ada komunitas juga, yang anaknya asik - asik dan gw ga nyangka sih pada pinter dan berasal dari banyak bidang. Jadi pas gw butuh belajar ini itu, ada aja yang bisa ngajarin. Tami yang banyak haters itu, ngajarin gw manajemen, dia cumlaude asal lu tahu. Pas gw butuh kos kosan atau tumpangan, ada aja yang nolong. Pas gw butuh sumber wawancara penelitian, eh temen gw kenal manajemen perusahaan sesuatu, yang orang itu lalu ngenalin ke dewan sesuatu dan sesuatu - sesuatu lain yang teramat gw butuhkan. Resepnya 1 : silaturahim!! Allah nolong kita tuh bisa banget lewat silaturahim.
Yang gw tahu agak gila adalah pergaulan di LPDP. Gilanya gimana? Gw amatin tuh di milis dan grup, ada yang butuh tumpangan nih di Australi atau dimana, ada aja yang bantu. Butuh jurnal ini itu nih yang ga bisa diakses di negaranya, ada juga yang bantu. Butuh research ini itu tapi kesulitan nih di software ini, ada aja yang bantu. Mau bikin ini nih, siapa disini expertise nya? Keluarlah tersangka-tersangka expertise yang ga nanggung - nanggung. Butuh seminar ini tapi mahal, eh si temen jadi pembicara jadi dapat gratisan. Mau ngadain ini nih, ada yang punya ruangan? Pada keluar deh tuh orang - orang yang nawarin ruangan kantor mereka. Mau adain agenda nih, ada yang kenal CEO ini itu gak? Ada aja yang kasih list kontak direktur - direktur, sampe gw pernah bilang, Kak ga bisa kasih kontak sekretarisnya aja? Jangan tanya soal lowongan pekerjaan, ada aja yang share. Ini baru di LPDP loh, gw yakin pergaulan - pergaulan lain bisa lebih gila dari ini. Komunitas atau organisasi yang lebih mature pergaulannya, pasti lebih sadis dari ini.
Gw sendiri merasakan betapa pertolongan Allah melalui teman - teman ini luar biasa banget gilanya. Kalau sedang tidak mendapat pertolongan di hal yang gw cari, gw yakin aja bahwa memang rejekinya ga di hal itu, makanya ga ditemukan dengan jawaban.
Saran gw sebagai orang yang susah bergaul juga, perluas pergaulan deh. Ga harus intens, ga harus secara personal, asal kita punya akses pergaulan aja. Walaupun kita hanya tergabung sebagai anggota invisible. Siapa tahu Allah menitipkan rejeki di tempat itu?
277 notes
·
View notes
Text
It's damn true...
“Sorry” and “Thank You” are almost polar opposites of each other, yet “No Problem” is a good response to both.
3K notes
·
View notes
Text
Menari indah bersama embun fajar. Sang lebah pun sabar menunggu tuk dapat bersanding mawar.
- Cerita mawar - lebah
3 notes
·
View notes