Text
لو علمت السرعة التي سينساك بها الناس بعد موتك، لن تعيش لإرضاء أحد سوى اللّه."
“Andai kau tahu betapa cepatnya orang-orang melupakanmu setelah kematianmu, niscaya kau tak akan hidup untuk mencari keridhaan siapapun kecuali hanya keridhaan Allah.”
177 notes
·
View notes
Text
Bertahun berjuang
Jauh dari kata nyaman seperti yang dilihat di layar sosial media
Beberapa berlalu lalang
Dalam tahun-tahun itu aku bertanya
Akankah takdirku seterusnya disini?
Kutemui kau malam sepulang kerja di warung indomie kesukaan kita
Aku masih belum yakin
Kau seperti terlalu besar dan luas untukku
Setelah kau datang mengajakku makan di Sarang Oci siang itu
Dari barat, selatan, pusat, utara sudah kujelajahi demi mengenalmu lebih lanjut
Pada satelitnya pun sudah ku gali
Walaupun Jogja yang paling istimewa
Namun saat ini, Jakarta adalah hal favoritku nomor dua setelah senyummu
Dia selalu ada, membuka tangan, menyambut dengan hal menyenangkan walau pedih sakit kecewa berbunga bangga dan semua pengalaman baru aku dapati disini
Terima kasih, Jakarta
1 note
·
View note
Text
Segelap-gelapnya masa lalu seseorang, ia akan tetap berusaha menutupnya dengan kebaikan dan berharap kebaikan untuk masa depannya. Segelap dan sepekat apapun masa lalunya.
Karenanya, jangan mudah menceritakan kisah pilu nan gelap masa lalu seseorang pada orang lain. Bukankah kita juga punya kenangan yang ingin ditutup dan dikunci?
Sungguh, tidak mudah bagi seseorang untuk berdamai dengan keburukan masa lalunya. Terkadang, saat malam datang ia akan menangis, perihal penyesalannya dan rasa ingin kembali memutar waktu.
Tapi begitulah, hati yang telah dibasuh dan disembuhkan lukanya oleh Allah itu akan sering menangis, mengkhawatirkan masa depan akhiratnya. Ia tidak terlalu memusingkan soal dunianya, sebab baginya ia sudah pernah dikecewakan oleh dunia yang pasti menipu dan mempermainkannya. Tujuannya kini telah berubah, cara pandangnya sudah berputar arah.
Untuk setiap hati yang sedang sakit dan lelah oleh dunia yang seakan ia harus kita kejar, untuk mata yang sering menangis karena terbayang masa lalunya yang buruk, tenanglah. Percayakan semuanya pada Tuhan, pemilik akhirat dan masa depan kita.
Mulailah memeluk iman dalam nikmatnya shalat dan tenangnya tilawah. Aku pun sama, sedang meminta pada Allah agar diselimuti iman dan kebaikan.
Semoga kita semuanya selalu Allah jaga dan lindungi. Jangan sungkan untuk selalu berdoa, ya :')
— Perjalanan dari Gambir
@jndmmsyhd
437 notes
·
View notes
Text
Huaaa ya ampun maafkan pak…
Suka langsung suruh beli gas ma galon
Hikz
Kalau pasanganmu baru pulang dan buka pintu, jangan langsung disuruh. Jika kamu gak mampu menyambutnya dengan baik, minimal biarkan dia masuk rumah dulu dengan tenang karena kamu gak tahu apa yang sudah ia hadapi di luar sana.
Taufik Aulia
435 notes
·
View notes
Text
2 minggu lalu anakku sakit, lanjut suami sakit.. sakitnya beda
Tapi karena kondisiku sedang lemah, jadi salah satu dari kami bertiga sakit begitu terasa seperti kepingan puzzle yang blm lengkap
Sungguh sehat dan waktu luang adalah rejeki yang berharga dan mahal
Ketika sehat kita ingin a,b,c,d sampai banyak. Namun saat sakit, kita hanya ingin sehat
Pesan ibu mertuaku saat suamiku jatuh sakit / sedang drop malah suruh menjaga aku menantunya agar tidak sakit
Hiks
Ibu..
Terima kasih..
Baik sekali..
Sudah membolehkanku bersama anakmu lebih banyak..
Sekarang kau menyuruhnya menjagaku..
Kalau orang bilang mending di penjara daripada dirumah mertua.. tapi kami lain..
Semoga hubungan baik ini selalu senantiasa terjaga ya bu…
Sehat-sehat ibu disana…
1 note
·
View note
Text
bayangkan
bayangkan sebuah pernikahan
yang masing-masingnya tidak perlu khawatir yang lainnya tidak setia. karena kuat agamanya, kokoh komitmennya.
bayangkan sebuah pernikahan
yang jarak separuh bumi pun tidak akan membuat jauh apalagi terpisah. karena rindunya diwujudkan dalam bentuk menjaga. karena hatinya sudah selalu bisa ditata.
bayangkan sebuah pernikahan
yang keduanya tidak perlu khawatir akan hari yang belum datang. karena kesadaran bahwa semuanya adalah titipan. karena keyakinan bahwa rezeki selalu tepat takaran. karena keimanan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
bayangkan sebuah pernikahan
yang pasangannya tidak perlu khawatir menjadi tua, diuji kesehatannya, menjadi lupa, atau tidak lagi elok rupa. karena cintanya jauh lebih dalam dari yang terlihat, jauh lebih besar dari yang memikat.
bayangkan sebuah pernikahan
yang orang-orangnya hanya khawatir akan perpisahan. khawatir bilamana kehidupan yang selanjutnya tidak mempertemukan mereka. khawatir bilamana bekal mereka belum cukup. sehingga mereka pun berupaya bersama, mencukupkan semua perbekalan.
pernikahan itu bisa saja adalah pernikahan kita.
1K notes
·
View notes
Text
Menapaki 6 tahun pernikahan dengan keadaan tiap hari bersama pasti tidak jarang kita berbeda pendapat. Dalam berbelanja, pencatatan keuangan, pemilihan tempat tinggal, barang dan lain lain.
Padahal dulu sebelum menikah, kami rasa kalau kami berdua cocok, banyak kesamaan, banyak pandangan yang searah, dll yang memutuskan kami ternyata cocok untuk menikah.
Setelah waktu kian berjalan. Wkwkwk rumah tangga itu rumit dan detail, belum lagi dengan paket cobaan didalamnya. Mungkin karena itu balasannya surga.
Dulu, aku melihat bapak ibu cocok sekali, serasi, sepasang yang pikirannya selalu sama. Kenapa setelah aku berumah tangga banyak bedanya?
Misal aku ingin masak pasta, pakai smokebeef beli di frozen food krn lebih mudah dan enak, sementara suami lebih memilih masak pasta pakai daging cincang/daging yang dipotong kecil dengan alasan lebih sehat.
Hal kecil tapi berpengaruh wkwkwk
Itu baru satu contoh, dan baru dari satu kejadian. Belum lagi hal-hal besar lainnya yang membutuhkan pemikiran matang-matang untuk mengambil keputusannya.
Semakin kesini, saya merasa semakin benar karena saya merasa tidak salah memilih suami. Saya merasa beruntung memiliki pasangan yang selalu berpikir realistis dan berlandaskan teori. Tidak seperti saya kadang mikir pake ego dan emosi. Yang kadang pinginnya sesuatu yang besar tapi tidak nyaman dan tidak sesuai realita. Suami saya pun mengingatkan tidak serta merta dengan nada tinggi/menyalahkan. Dia lebih sering memberi saya contoh kasus untuk saya selesaiakn sendiri. Dengan gambaran yang lebih ringan jadi ga kebawa emosi dan ego saya. Wkwkwkw
Pada akhirnya saya benar-benar bersyukur mendapati kamu yang sabar, cerdas dan tenang.
3 notes
·
View notes
Text
Ridha Tidak Bisa Dipaksa
Ridha itu seperti mata air yang datang dari kedalaman hati. Sedangkan maaf itu ada di permukaan.
Seseorang bisa saja memberi maaf sekalipun ada luka yang belum sembuh, tergantung seluas apa hatinya. Lisannya bisa saja berkata ia ridha, tapi jika ridha itu ada di hati yang paling dalam, maka bagaimana mungkin orang yang sedang terluka bisa ridha begitu saja?
Ridha adalah perasaan itu sendiri dalam wujudnya yang paling murni. Sedih, senang, puas, atau kecewa. Ridha ada di dalam rasa-rasa itu yang saling berkelindan.
“Ridha itu diraih dengan susah payah, tidak seperti maaf yang bisa diminta kapan saja.”
—@taufikaulia
435 notes
·
View notes
Text
Oh, Allah.. terima kasih atas segala yang terjadi kehidupanku… ampuni kesalahan masa laluku dan berkahi jalan didepanku… 🤲🏼
2 notes
·
View notes
Text
Dulu saat seumuran SD aku suka sekali bersepeda
Semua merk sepeda sudah kucoba masa itu. Dari wim cycle kecil untuk SD, federal untuk SMP, polygon pas SMA, sampai ‘pit jengki’ bapakku sering aku pakai untuk sepedaan sore-sore.
Kemarin belum lama aku pulang kerumah ibukku. Setiap pulang aku senang, karena seperti mengenang masa lalu. Aku kembali menyusuri jalan, gang-gang di sekitar rumahku masa kecil. Jalan yang dulu terasa jauh, sekarang terasa dekat. Jalan yang tadinya persepsiku besar, ternyata sekarang ga besar-besar amat. Jalan yang tadinya turunannya aku kira ekstreme, ternyata masih ada tanjakan dan turunan lebih ekstrem di jalan lain.
Aku pikir jalannya tidak ada yang berubah. Cenderung beberapa jalan tidak diperbaiki dan tetap seperti dulu waktu kecil. Sambil menyusuri jalan satu yang kupahami, aku bertumbuh. Dulu merasakan jalan-jalan itu saat kecil, pakai sepeda wimcycle oren yang untuk anak SD, jadi semua terlihat lebih besar, lebih jauh, dan lebih tinggi. Sekarang menyusuri pakai sepeda yang lebih besar/motor.
Pada rumah masa kecil, kenangan tidak pernah hilang dan selalu indah. Aku ingat di sebuah jalan suatu sore sekitar tahun 2000an, aku pulang les bersama teman2ku, Junda, Ita, Rida, dan Rifky (alm). Kami bergurau di jalan depan rumah bu Sulis sambil terpingkal kegelian. Pulangnya kami berjanjian beli kerupuk dekat situ dulu ada pabrik kerupuk (walaupun sekarang sudah tutup pabriknya) dan kami sering dititipi orang tua kami untuk beli kerupuk. Dulu 500 rupiah setiap beli.
Sekarang bu Sulis sudah sepuh, anaknya yang dulu suka mengintip kami les sekarang pun sudah punya anak. Hehehe ternyata kita beranjak dewasa. Mengenang masa kecil, itu sangat menyenangkan bagiku. Aku seperti punya duniaku sendiri.
Setelah merantau, setiap menapaki jalan masa laku, terasa lebih sendu dan syahdu. Bukan ingin kembali, tapi terkenang masa indah-indahnya senyum-senyumnya dan bahagianya. Walau ada perasaan lain yang bercampur tapi aku selalu dahulukan kenangan baiknya.
Purworejo, you will always be missed 😊
2 notes
·
View notes
Text
Yang menikah ingin bercerai, yang belum menikah ingin menikah segera
Yang muda ingin cepat dewasa, yang tua ingin awet muda
Yang miskin ingin menjadi kaya, yang kaya menginginkan kedamaian dalam hatinya
Yang tidak terkenal mendambakan ketenaran, yang populer menginginkan privasi di hidupnya
“Sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat (tidak bersyukur)”
QS. Al Hajj 22:66
152 notes
·
View notes
Text
1 note
·
View note
Text
Suatu hari nanti aku akan menunggumu di salah satu sudutnya,
Dengan kerinduan yang membuncah di dada
Seakan telah lama tiada berjumpa
Padahal baru sesaat sebelumnya bersama..
24 notes
·
View notes
Text
Pabila engkau bertanya apakah aku merindukanmu
Atau apakah aku masih terus mencintaimu
Jawabnya akan tetap satu,
“Selalu..”
33 notes
·
View notes
Text
Ditempat yang aku suka besama orang yang aku suka. Semoga Allah suka 🤍
5 notes
·
View notes
Text
“Dan jangan mengencangkan pelana (melakukan perjalanan jauh) kecuali untuk mengunjungi tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidil Aqsha, dan Masjidku (Masjid Nabawi)," (HR Bukhari).
Dari Ibnu Az-Zubair bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekali shalat di masjidku ini lebih utama daripada 1000 kali shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram dan sekali shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100 kali shalat di masjidku ini.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, hadits ini sahih menurut Ibnu Hibban) [HR. Ahmad, 26:41-42; Ibnu Hibban, 1620. Sanad hadits ini sahih].
“Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga." (HR. Bukhari, no. 1196 dan Muslim, no. 1391)
"Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syi'ar (agama) Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumroh, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah [2]: 158).
Hadist-hadist yang saya nukil diatas merupakan hadist Shahih
Tahun ini merupakan tahun terberat dan tahun penuh hadiah dari Allah.
Kami bersyukur atas setiap yang Allah beri, baik ujian, hidayah dan memperbaiki diri sehingga berusaha menjadi yang Allah suka, menjalankan keseharian dengan tenang karena Allah selalu mendampingi.
Setelah keguguran 2x, kami diingatkan untuk bersaturahmi kepada saudara kami yang sakit dan ‘sripah’. Silaturahmi yang tidak mudah tapi tetap kami jalankan.
Satu persatu pintu mulai terbuka, Allah tiba-tiba memberi saya ide untuk mewujudkan keinginan mertua. Pergi ke Bromo. Disitu, tidaklah selalu mudah dan selalu senang. Ada senang, tapi tidak mudah naik gunung (walaupun Bromo yang tidak mendaki) membawa balita. Anak kami mabok sepanjang jalan. Yang harusnya bisa gitu dia tidur aja kan gelap, tapi karena excited naik jeep jadi malah melek berujung mabok sepanjang jalan kelak kelok itu diisi mabok, diisi makanan/minum mabok lagi sampai lemas. Berasa naik halilintar di dufan kali dia. Tapi alhamdulillah dia sehat dan dapat bergabung sampai akhir dan lancar kembali 🥹 padahal habis turun dari Bromo menerjang kemacetan libur lebaran Malang yang swuperrr sekali langsung tolak ke Jogja.
Beruntung saya mempunyai suami yang Allah pasangkan untuk saya. Kami kompak menjaga anak kami dengan mood dan dalam keadaan nyaman walau tubuhnya mungkin tidak nyaman. Suami saya bisa diajak kerjasama. Saya dapat keyakinan itu (walau sebelumnya pun saya tahu dia begitu tapi kali ini makin yakin karena ini perjalanan kami terlama dan ter-menantang bersama anak balita kami)
Sampai ketika bapak ibu mertua sekeluarga berencana umroh. Saya juga sudah sangat ingiiin sekali berangkat umroh, impian sejak 2013. Tadinya saya ragu umroh membawa balita, banyak ketakutan. Takut tidak maksimal, takut anak lepas nanti tidak dalam pengawasan, takut biaya, takut dll dll. Banyak. Karena ini bukan umroh dalam bayangan saya, bayangan saya umroh tidak membawa anak dan memakai travel. Tapi ini tidak. Umroh ini umroh mandiri, umroh pertama kali, dan umroh bawa anak. Overthinking.
Tapi suami saya meyakinkan. Ayo gpp, mumpung bareng-bareng. Saya tanya, memang finansial kita siap? Suami jawab, kita bisa siapkan. Kita usahakan semaksimal mungkin.
Saya pikir-pikir lagi, anak kami pun sedang suka ke Masjid, suka hafalan surat pendek, dan suka tentang kisah nabi. Jadi itu menambah kecenderungan saya untuk mengajak dia yang sedang senang belajar agama untuk berangkat ke masjid terbaik, terbesar, termegah dan terramai di dunia ini.
Singkat cerita kami sering kontak dengan keluarga diluar kota dan diluar negeri. Kami janjian umroh bersama. Dari Indonesia berangkat bersama dan bertemu dengan keluarga yang lain di Madinah.
Suami saya senang sekali, setiap videocall dengan kakak adiknya di bersemangat. Padahal kalau bahas persiapan bisa sampai dini hari karena beda waktu. Ibarat kata harta benda badan terpakai untuk umroh gapapa.
Karena memang umroh ibadah fisik dan harta.
Dia senang bisa umroh bersama keluarga kecilnya dan keluarga besarnya.
Saya pun menawarkan kepada ibu saya, tapi ibu insyaAllah 1-2 th lagi berangkat ibadah Haji jika Allah mengijinkan. Ibu bilang ingin menyiapkan fisik dulu. Lagipula ini tahun terakhir ibu mengabdi di tempat kerjanya, tidak ingin melewatkan setiap momen.
Tiba hari-h saya berangkat, dengan penuh rasa khawatir karena umroh ini tanpa perencanaan jauh hari. Hanya 5 bulan. Prosesnya 5 bulan dari kami yang tidak punya paspor. Semua urus secara mandiri dari paspor, visa, pesan tiket dan hotel, persiapan, sampai akhirnya pulang dan semua terlalui dengan mengantongi perasaan bahagia dan kerinduan yang bertambah rindu.
Kenangan ini yang sungguh berarti dan tidak akan saya lupa.
Tahun ini banyak sekali yang Allah ajarkan kepada saya dan keluarga. Alhamdulillah ‘ala kulli hal.
4 notes
·
View notes