Text
MYLYFE IN KOREA
Sebenarnya ini tulisan mau dishare awal libur kemarin, tapi banyak hal tak terduga terjadi. Iya, besok Senin sudah mulai semester baru, musim semi yeay spring is coming. Waktu itu ada yang request cerita bagaimana kehidupan selama disini, akan saya cobaa
17 September 2021 aku bersama 4 teman berangkat ke Korea, kabarnya kami gelombang terakhir dari Indonesia yg berangkat (penerima GKS). Waktu itu memang kasus covid di Indonesia sedang tinggi-tingginya sehingga akses masuk ke negera lain sempat ditutup termasuk Korea. Setelah karantina 14 hari di sebuah resort di daerah Yangpyeong, Gyeonggi. Mulai bulan Oktober kami tinggal di Asan. Sebuah kota kecil di Provinsi Chungcheongnam tidak jauh dari ibukota Korea Selatan, Seoul. Di Asan inilah lokasi Sun Moon University, tempat kami belajar Bahasa.
Berdasarkan aturan beasiswa yang kami terima, kami diwajibkan menjalani program Bahasa Korea selama maksimal 1 tahun dengan hasil final tes TOPIK (semacam toefl tapi Bahasa korea) minimal level 3 sebelum bisa melanjutkan ke graduate study. Walaupun kami tinggal di Asan, namun tempat kuliah kami berada di Cheonan (semacam kampus wilayah).
Beberapa bulan di awal, perkuliahan kami masih full online, mulai bulan November ada kebijakan kuliah tatap muka seminggu dua kali. Karena kampus kami ada di Cheonan, jadi kami perlu naik bus kampus dari kampus Asan, butuh sekitar 20 menit untuk sampai dan hanya ada 1 jadwal di pagi hari.
Kehidupan kuliah Bahasa korea yang saya alami di awal sangat sulit karena benar-benar belajar dari nol. Dari speaking, reading, listening dan writing, speaking adalah yg tersulit. Tapi Alhamdulillah, sistem di Sun Moon ini memudahkan orang yang belajar dari nol, kurikulumnya meningkat berdasar level. Bulan Januari lalu kami menjalani tes TOPIK yang pertama. Karena ini kali pertama, jadi saya belum ada gambaran sesulit apa tes ini, akhirnya saya ikut tambahan kelas khusus TOPIK yg diadakan setiap dua kali seminggu selama satu bulan. Alhamdulillah kelas itu sangat membantu untuk menyelesaikan TOPIK kami yg pertama itu..
Selain cerita mengenai kelas Bahasa, yang menantang adalah kehidupan sosialnya. Selama hampir lima bulan tinggal di asrama dan berteman dengan orang berbagai negara membuat komunikasi multibahasa yang begitu menarik. Sometimes I forgot kosakata Bahasa Indonesia karena terlalu sering dengar dan baca Bahasa Korea terus komunikasi sama teman pake Bahasa Inggris LOL. Positifnya bisa ningkatin kemampuan Bahasa inggris juga, kaya yang direncanakan di study plan.
Kehidupan sehari-hariku sangat menyenangkan hahaha (TT), berada ditempat yang baru membuat ingin mengeksplor semua hal-hal baru. Karena saya suka travelling, jadi sering pergi ke tempat-tempat yang dekat. Dengan pikiran bahwa di Asan ini hanya satu tahun dan selanjutnya bakal jauh dari kota (Seoul), membuat kami ingin mengeksplor kota ini dan sekitarnya.
Saya juga suka mengeksplor pasar tradisional XD. Disana bisa langsung komunikasi sama orang korea, ya walaupun bisa ngomongnya itu itu aja haha tapi asik aja lihat interaksi orang korea secara langsung. Dulu sebelum datang ke Korea ada perasaan takut tidak diterima karena cara berpakaian. Entah karena disini masih dekat kota jadi penduduknya sudah terbiasa dengan muslim atau memang mereka acuh, saya belum pernah mengalami hal buruk terkait rasisme atau pandangan buruk mengenai kami. Biasanya kalau sedang jalan sendiri, ada beberapa orang yang liatin gitu (yak arena beda aja), terus sapa ajaa nunduk gitu. Selain memberi kesan positif juga bisa membuka jalur komunikasi aja.
Oh ya, karena suka jalan-jalan, kami harus pintar-pintar luangin waktu dan cari tempat untuk sholat. Di awal sampai di Korea kami masih bingung, dimana mau sholat gimana caranya kalo lagi pergi sama temen2 yang gak sholat, tapi lama2 bisa terbiasa juga kokk. Misal lagi di luar atau tempat terbuka, bisa sholat di pendopo atau halaman yang luas terpencil gitu tapi pastikan gak najis soalnya biasanya banyak orang jalan2 bawa anjing gitu. Kalau di dalam ruang bisa sholat di ruang ganti (mall), di tangga darurat maupun pojok2 yang gak ada orang. Tantangannya banyak tapi asikk!
Awal-awal tinggal disini masih sulit untuk mencari makanan halal, secara harfiah. Apalagi daging yang bisa saya makan itu cuma ayam XD. Jadi waktu awal-awal disini hanya bisa makan sayur dan roti-rotian, kalua mau daging ayam harus pesan online atau beli di Seoul. Tapi beberapa saat lalu Alhamdulillah kantin asrama mulai jual ayam halal jadi menu yang ada tinggal ganti aja dagingnya sama yang halal certified. Dan kalau mau fast food, burger misalnya, bisa makan burger udang aja ^^. Kemudian setelah makin mengeksplor, restoran halal lumayan banyak di kota, jadi kalau pengen yang beda tinggal kesana aja sekali-kali. Oh ya asrama juga ada dapur tapi terkhusus untuk muslim dan vegan, jadi tidak campur sama yang lain. Kami bisa memasak lauk sekali seminggu dan disimpan di kulkas yang ada di setiap lantai asrama. Kebijakan asrama bisa berbeda tiap kampus..
Setelah hampir lima bulan tinggal di asrama, awal bulan kemarin saya pindah keluar. Semacam kos an tapi lengkap sama dapur dan alat cuci-cuci. Alhamdulillah karena tinggal berdua jadi biaya sewa lebih murah dibanding di asrama dengan berbagai aturan yang ada hehe. Dan disini saya merasa bisa lebih mengembangkan diri, seperti mencoba masak sesuatu baru, melakukan hal baru.. Walaupun bukan di asrama tapi lokasi tempat tinggal kami masih di dalam kampus, bahkan belum keluar gerbang kampus haha. Jadi kalau keluar gedung buat ke 7eleven atau kafe sekitar situ masih banyak mahasiswa.
Ya, kalau dilihat-lihat liburan ini hampir gak keluar kota. Selain karena kasus covid yang naik (lebih dari 400k/hari), uang beasiswa pun belum turun TT. Namun sebelum liburan berakhir, kemarin saya sempatkan ke Seoul (kurang lebih 2jam dari sini). Iya, ada konser BTS. Cuma pengen tau segimana sih fanatiknya fans2 domestik sini dan gimana konser offline pertama di Seoul semenjak pandemi. Seperti yang terlihat di story-story sebelumnya, kami cuma memantau dari luar XD dan mengambil pelajaran… (ini butuh platform lain haha)
0 notes
Note
Kalau mau ngajuin beasiswa ke korea gitu kita harus jago bahasa inggris mbak?
Emm sebenernya kalo ke luar negeri manapun, sebisa mungkin bisa bhs inggris, buat komunikasi. Tapi kalo bisa bahasa lain yg dipake dinegara itu sih baguss
0 notes
Text
Mimpi dan Korea
Waktu jeda semester telah berakhir, pekan depan kami memulai semester musim dingin. Banyak dari teman-teman yang bertanya mengenai bagaimana bisa sampai ke Korea, bagaimana hidup disini sebagai muslim, bagaimana cara mendapatkan makanan halal, bagaimana berkomunikasi dengan mahasiswa beda negara maupun penduduk lokal.
Ini mungkin akan jadi tulisan pertama saya mengenai Korea. Berawal dari bagaimana saya bisa sampai disini. Semuanya terasa begitu cepat, tepat setahun yang lalu memutuskan untuk melanjutkan studi di luar negeri. Hanya seperti memutuskan melanjutkan S2 yang hanya kurang dari 4 bulan sebelum lulus S1. Setelah lulus pada Juni 2019, saya, dengan support orangtua, segera bersiap untuk program S2. Bahkan di awal-awal S2, banyak yang bertanya, ‘mau jadi apa? Kenapa lanjut? Kenapa tidak cari uang dulu? Kenapa tidak nikah dulu?’ Ups…
Sebenarnya jauh sebelum itu, mimpi saya adalah menjadi dokter, yaa dokter haha. Sejak di sekolah dasar tertarik dengan dokter kecil, dan semakin dewasa semakin kagum dengan profesi itu. Bagaimana mereka bisa terlihat ‘sangat bermanfaat’ bagi orang. Sampai akhirnya ‘terjerumus’ di Teknik Kimia… dan berlanjut sampai sekarang. Setelah ditelusur lebih dalam ternyata jurusan ini juga bisa ‘lebih bermanfaat’, saat kita bisa mengerti bagaimana suatu produk dibuat, bagaimana suatu proses itu terjadi, bagaimana sifat suatu material, bagaimana limbah bisa menjadi energi yang tentunya sangat penting saat ini. Masih banyak lagi hal menarik tentang jurusan ini, begitu terjerumus dan sukaa wahhhh soo amazing!!
Saya sangat tertarik mengenai material dan energi sejak saya di program sarjana. Bagaimana suatu material yang bahkan strukturnya tidak terlihat langsung namun bisa menyimpan berbagai macam sifat dan manfaat. Itu yang mendorong saya untuk terus mempelajari topik tersebut dan membawa saya sampai ke Korea. Dimulai dengan riset sederhana mengenai adsorben limbah batik hingga material-material di dalam baterai. Saya sadar bahwa pengetahuan saya masih dititik-titik awal, dan semakin saya gali saya semakin sadar bahwa saya tidak tahu apa-apa. Bergabung dengan tim riset material maju, bimbingan Prof Agus Purwanto, memberikan saya banyak kesempatan dan pengalaman yang sangat berharga. Ini juga yang membuat saya berpikir bahwa, ini akan sulit mendapatkannya di tempat lain. Saya sangat berterimakasih kepada Prof Agus dan tim atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk terlibat dalam berbagai hal, sehingga menemukan berbagai hal baru baik mengenai riset maupun kehidupan.
Saya tidak akan menyebut S2 Teknik Kimia itu mudah, tentu ada banyak tantangan, jatuh bangun yang dilewati. Rasa ingin berteriak dan menyerah tentu pernah hadir. Tidak semulus itu. Tapi selalu ingat bahwa Allah selalu bersama kita. Kita tidak sendiri. Ada target-target yang perlu diusahakan untuk tercapai. Itu yang selalu menguatkan saya. Selalu khusnudzon atas ketetapan yang diberikan Allah. Semua akan indah pada waktunya, jika bukan di dunia maka di akhirat nanti, tenang saja. Benar saja di akhir-akhir studi saya merasa bahwa saya sangat beruntung, entah mengenai riset tesis maupun pekerjaan, semua terasa memihak ke saya. Bahkan kemudahan yang Allah berikan waktu pengurusan beasiswa. Sepertinya Allah menjawab ‘ini loh kalo kamu sabar, memang bukan sesuai ekspektasimu, tapi lebih’. Saya menangis mengingat hal-hal itu. Dengan bergabung di tim ini saya menemukan jalan untuk mengenal orang-orang hebat yang membuka peluang saya untuk studi di luar negeri.
Studi ke luar negeri memang sudah menjadi cita-cita saya setelah lulus SMA. Saya tidak akan menyangka akan secepat itu. Entah bagaimana ceritanya jika dulu saya berakhir memilih UGM di akhir-akhir tenggat daftar ulangnya. Memang ini baru dimulai, rasanya masih belum nyata bahwa saya berada disini. Cita-cita saya bukan menjadi dosen, saya hanya ingin menjadi bermanfaat dengan apa yang saya bawa. Entah itu sebagai pengajar, peneliti atau engineer atau ibu rumah tangga. Selama itu membawa manfaat untuk banyak orang maka akan saya lakukan.
Desember tahun lalu saya mengikuti suatu webinar yang diadakan oleh UNS, pembicara berasal dari berbagai negara, berbagai topik riset baik saintek maupun soshum. Dari UNS sendiri, Prof Agus memberikan materi mengenai baterai lithium. Diantaranya juga ada dosen dari Korea Selatan yang menyampaikan mengenai ‘material’, solid state Na battery. Walau hanya iseng mendengarkan karena topiknya mirip dengan yang sedang saya lakukan, saya mulai tertarik dan bertanya beberapa hal. Tidak menyangka beliau memberikan kontaknya. Saya menghubungi untuk kemungkinan kolaborasi riset dengan beliau. Beliau sangat ramah dan membuka peluang untuk saya bisa melanjutkan studi di lab riset beliau, padahal sebelumnya belum ada niat kesana. Beliau akan memberikan support transport dan tuition berupa gaji jika saya mau mendaftar saat itu juga. Namun, saya pikir jika hanya dengan itu maka untuk biaya hidup akan kesulitan. Sehingga saya mulai mencari jalan lain.
Perjalanan terbukanya gerbang studi ini membuat saya semakin yakin bahwa tulisan yang kita buat tentang mimpi-mimpi itu akan mendorong kita kesana. Pernah saat baru memulai program master saya di tahun 2019, saya mencari-cari beasiswa dan menemukan Global Korea Scholarship Graduate Degree… saya tulis di sticky notes. Dan dua tahun kemudian, atas izin Allah, saya benar benar mendapatkannya.
Meski bukan Jerman maupun US, jika dilihat, Korea memiliki kemajuan teknologi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena itu pula penelitian mengenai material sangat berkembang. Selain itu dari segi Bahasa, saya tidak asing dengan Bahasa korea. Walaupun Inggris dan Jepang mungkin lebih baik karena saya pernah mempelajarinya. Jika banyak orang mengaitkan dengan KPOP-KPopers saat saya menyebut ingin melanjutkan studi ke Korea, maka itu tidak sepenuhnya salah. Hal pertama yang saya tahu mengenai Korea adalah KDramanya yang tayang di televisi ketika saya masih SMP dan juga teman-teman Kpopers di sekitar saya. Namun setelah lulus SMA dan memulai kehidupan pasca remaja, saya mulai belajar mana yang baik dan buruk, tentu menurut agama, saya mulai menyibukkan diri dengan berbagai organisasi dan perkuliahan sehingga tidak ada waktu untuk melihat tentang Korea. Jadi jika mengatakan ke Korea karena saya mengagumi Kpop dan pengen ketemu oppa oppa atau ‘bts’ ya salah hahaha.
0 notes
Photo
AMAZING JUNE... Alhamdulillah puji syukur bagi Allah telah menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Kalau belum coba, usaha, kita gak akan tau. Kalimat itu yang selalu tertanam saat ragu melanda. Tidak ada bayangan akan melangkah sejauh ini, tentu ada mimpi-mimpi yang akan selalu tersimpan. Akhir tahun lalu setelah mengikuti webinar mengenai topik energy storage yang diadakan oleh UNS membuka rasa penasaran. Apakah mungkin melakukan kolaborasi riset sedang saya ada di semester akhir? Ternyata itu malah membuka kesempatan saya mengejar yang dulu merasa tidak terkejar. Hmm mungkinkah? Setelah menghubungi salah satu dosen Korsel yang menjadi salah satu pembicara, he is very welcome. Having chit-chat with @farikaasna has opened my mind! GKS (Global Korea Scholarship), emm sepertinya sulit. Modal nekat dan bismillah akhirnya apply melalui jalur universitas yang saat itu, bisa dibilang sudah 'dapat tempat'. Alhamdulillah, I got it! Tentu dengan banyaknya support orang-orang terdekat. Terimakasih Bapak dan Ibu mendukung apa yang anisa pilih, dan selalu mendoakan yang terbaik. Tim Lectro UMG yang jadi jalan... Teman-teman yang luar biasa, tala terimakasih sudah selalu menemani mengerjakan printilannya, asna mufti faruq dan hasan sebagai pengkoreksi esai yang luar biasaa serta Prof. Younki tentunya, vitra dan ayahnya yang bantu proses notaris dokumen dan kirim ke nandika , dan tentunya nandika yang mau ribet bolak balik ke kedubes buat legalisir in. I'm nothing without you all~ wkwk Meskipun tampak sepele, hal ini dirasa sangat membanggakan. Tadinya pikiran yang bisa study abroad hanya yang punya previllege ntah itu kuliah di PTN unggulan, punya budget banyak buat tes sana sini atau anak sultan haha ternyata bisa terpatahkan. And another relief, I got my unofficially master's degree in this kind of situation that I never imagined before. Alhamdulillah. Mohon doanya dan semoga dapat membanggakan kalian guys~ Nulis ini masih ketar-ketir dapat visanya gak haha.
0 notes
Text
I see my self on her - baru aja mau dapet temen eh problems coming
Kemarin adalah hari yang sangat luar biasa. Tuntutan kerjaan proker mendadak yang sekelas seminar dilakukan h-3. Badan ini rasanya remuk tidak karuan, ketika berbaring terasa kenikmatan tiada tara. Hingga sampai kemarin h-1 acara.
Kejadian terjepit pintu gerbang sepertinya jadi awal sialnya hari itu. Aku membuat kesalahan, uh sepertinya sudah lama aku seperti ini. Hanya saja kali ini efeknya gede banget, ketampar plak plek berkali kali, sadar woi.
Dua hari lalu aku merasa punya teman baru, she can share everything that made her comfort, i'm ok, even if it is a big problem. Dia gabutuh apapun selain pendengar, touched sekali. Tapi bodohnya insiatifku made it worst, even worst. I feel bad, so bad, i don't know how to face it. My body is really in bad condition, pikiranku mentok, i can't even to face it. Aku marah pada apa yang kusebabkan sendiri.
Sebenarnya cukup bodoamat saja dari awal. Kalau begitu bagaimana kalau semua bodoamat saja. Begitu kata sisi burukku. Gila. Bukan seperti itu cara kerja kehidupan ini nis. We have down and upper phase so we should face it whatever our condition.
Kejadian itu, mungkin membuatku kehilangan teman(s). Mungkin teman baikku itu tidak akan mau lagi dekat denganku. Tak apa. Kalau jodoh takkan kemana. Aku sungguh menyesal tetapi yang bisa kita lakukan hanya menerima kan? Khikmah terbaik pasti sudah Allah siapkan. Tinggal perbaiki perbaiki dan perbaiki. Mungkin kita memang butuh jarak, untuk berdamai dengan diri sendiri, denganmu mungkin jika aku sanggup. Maaf~
4 notes
·
View notes
Text
CITA CITAKU JADI DOKTER
Kala itu anak berusia sekitar lima tahun menjalani rawat jalan di RS Sardjito Yogyakarta. Dia sering kontrol ditemani ayahnya, sekitar sebulan sekali hingga menginjak Sekolah Dasar. Laser kejut yang jadi perawatannya tiap datang membekas diluka gawan hingga beberapa hari. Dia bahkan tidak tau nama penyakitnya karena terlalu susah disebut. Namun dia senang karena akan mengunjungi gedung itu, iya saat di awal, tempat berobatnya di gedung fakultas kedokteran UGM. Tepat didepan RS Sardjito. Dia takjub, heran dengan yang orang orang lakukan disana. Sampai suatu saat dia berpikir, "kelak aku akan jadi dokter juga disini". Sekarang anak itu berusia dua puluh dua tahun. Anak itu adalah aku. Ya dahulu sampai lulus SMA masih sama yaitu ingin menjadi dokter. Aku mengikuti organisasi palang merah remaja di SMP dan SMA sebagai dalihku mencari dasar-dasar menuju cita-citaku. Ya, hampir lima tahun lalu bergulatan itu datang. Aku gagal di SNMPTN karena sangat payah dengan pilihanku yang sangat tidak rasional. Aku mulai berjuang tahap selanjutnya, SBMPTN dan UM. Mulai fokus di bimbingan belajar untuk seleksi mandiri itu. SMA ku beda kota, 1 jam dari rumah. Kosan sudah habis jangka waktunya, artinya selain belajar dirumah karena itu pasca UN, aku laju untuk ke bimbingan belajar. 2 jam pp. Jika ingat, itu sungguh gila. Setiap hari, kecuali sabtu dan minggu tentu. Dalam benakku aku harus dapet PTN apapun itu. Ya aku lupa cita citaku. Aku menempatkan FK di pilihan pertama untuk sbmptn, tekkim dipilihan kedua kemudian kimia murni. Aku tidak peduli jurusan lain, optimisku tinggi! Dapat FK! Aku juga mencoba beberapa ujian mandiri, UGM dan UNSOED. Pengumuman pun tiba. Aku diterima SBMPTN di pilihan kedua! Rasanya? Setengah bersyukur setengah kecewa. Astaghfirullah. Beberapa hari kemudian pengumuman ugm dan aku lolos, sayang pilihan pertamaku bukan fk :(. Ini penyesalan kesekian. Aku bingung. Dua duanya bukan yang aku cita-citakan sebelumnya. Huh. Akhirnya aku pilih di Tekkim. Baik, aku memang anggota klub osn kimia di sma, tapi itu tidak menjadikanku gila kimia. Teman klub ku bilang, "Nis jangan di teknik kamu cewek, ambil satunya aja". Ya kebanyakan teman pasti nyaranin di sana. Iya emang kampus impian. Tapi sama aja bukan tujuan, nanti keblasuk pie jal. Setelah keputusan itu kuambil dengan saran ibu. Aku yakin jika teman temanku tau, mereka heran kenapa ambil yang itu sih nisss. Iya salah aku menyia nyiakan kesempatan. Deng deng, masuk jurusan yang tidak terplan sama sekali. Yang terpikir olehku, mari kita coba lagi tahun depan. Santai saja aku jalani kuliah disana. Baik. Dari hari kehari aku mulai sadar dan ingin mencoba menikmati. Kuikuti sebanyak mungkin organisasi. Mencari sebanyak mungkin teman. Hingga suatu saat kuliah bahasa indonesia, aku juga heran, tapi Dosen menanyakan cita cita kami. Deg. Aku udah gapunya cita cita, batinku. Oke baiklah. "Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat pak". Haha. So klise but deep. Aku lulus. Lulus dari kuliah. Tentunya dengan roller coaster luar biasa. Aku belajar dunia luar. Wow nis ketemu! Mimpi luar biasa itu sekarang benar benar bisa kamu kejar! Sekarang kucoba mendaki lagi! I have new dream. Aku suka energi dan aku ingin energi semakin baik. Doakan ya, next ESDM leader! Bayangkan jika aku memilih jalan lain. Tidak bertemu teman sekompleks itu. Belajar berkembang di banyak organisasi. Dan lain sebagainya. Mungkin ini memang jalan yang baik yang Allah pilihkan untukku. Memang, dokter itu mulia, kuliah di sana juga bergengsi. Tapi tidak akan mengalahkan rencana Allah untukmu nis. Stay strong :)
0 notes
Text
Biidznillah
Bismillah semoga tulisan ini bukan untuk sombong. Semoga bisa menjadi inspirasi dan pengingat ketika lupa. Dulu kayanya masih galau kenapa ngga diterima di FK wkwk, mungkin anisa ngga cocok jadi dokter ya . Allah pilihkan jalan lain hehe. Di awal perkuliahan, sepertinya saat itu ada training motivasi, ada saran membuat rencana masa depan. Iseng iseng buatlah itu, tempel deh di kamar. Bismillah. IPK 4 walaupun ngga kesampean karna badai yang menerpa wkwk, but alhamdulillah Allah sungguh baik, yang diberikan bukan yg aku inginkan tp cukup yang aku butuhkan. Aktivis. Wow anisa itu introvert yg gak berani ngomong didepan umum masa mau jadi aktivis wkwk. Aku tulis deh caranya biar jadi aktivis, ngomongnya benerin, dan alhamdulillah bisa lulus dari beberapa organisasi yang di smp maupun sma anisa cuma ikut pmr dulu :(. Disini bener bener latian aktif jadi aktivis, ngga cuma numpang nama daftar pengurus tapi berusaha kontributif. Ngga nyangka juga atas izin Allah ikut berkontribusi jadi salah satu nahkoda lembaga dakwah, dimana banyak mengubah hidup anisa. Asdos. Aku tulis 'serius?'. Wkwk karena itu gak bercanda cuy, tapi beneran deh Allah kasih kesempatan itu, beberapa kali jadi asdos dan disitu kemampuan anisa yg belum seberapa itu diasah. Dan atas izin Allah, penguji di sidang kemarin 3/4 adalah dosen yg pernah anisa asistenin jadi kami sudah lumayan akrab. Atas izin Allah, tulisan Lulus 3-4 th tercapai Alhamdulillah huhu terharu ya Allah. Yang masih berprogres adalah yang 2 terakhir itu, hafalanku dan MIT. Why hafalan? mungkin teman2 yang basisnya pondok atau sekolah islam lebih paham kenapa pengen punya hafalan, kenapa hafalan itu penting. Kalau kata orang untuk istiqomah itu berat, iya memang, tapi tidak ada salahnya mencoba bukan. Why MIT? perguruan tinggi kelas dunia yang peringkatnya tidak main main Semoga kita senantiasa istiqomah dalam meraih apa yang apa inginkan, menyandarkan semuanya kepada Allah, karena yang lebih tau baik buruknya adalah Allah. dan tidak lupa berharap yang terbaik sama Allah, terus perbaiki diri karena bisa jadi diperjalanan menuju itu kita dipanggil sama Allah. Semoga yang terlihat baik dapat memberi semangatnya. Mungkin banyak yang ceritanya lebih wow dari anisa, percayalah, jalan cerita Allah adalah yang terbaik. Tetap sabar dan shalat, kerjakan yg Allah perintahkan. Terus terus jangan bilang "aku mau kaya mba Anisa", karena belum tentu yg aku alami baik untukmu. Ikhtiar dan terus berdoa, lalu serahkan semuanya kepada Allah. Karena yang memang untukmu tidak akan terlewat barang sedikit. Orangtua yang selalu mendukung dan memberi support terbaik, dan adik adikku yang kadang lupa aku perhatikan wkwk, semoga kita selalu bisa jadi anak yang sholeh dan sholehah yaa huehue. Dan terimakasih untuk teman teman seangkatan, Teknik Kimia 2015, ngga sebanyak jurusan lain. Tapi bisa jadi kaya keluarga karna bayangin aja selama hampir 4 tahun sekelas terus, ketemu dia dia aja, jadi jarang ada yang baper to insyaAllah. Jangan lupa ingat ingat jaman kita reaktor ya teman teman :)
0 notes
Text
[Belum siap untuk merindu]
Rabu, 16 Januari 2019 pertama kali menginjakkan kaki di Dusun Desa Beleq. Sebelumnya DPL kami mengungkapkan suatu kabar “posko kalian belum ada, jadi nanti kita carikan”. Dan benar saja, sampai disana kami harus membuat sendiri posko kami, tangan-tangan yang biasa memegang pena dan laptop dipaksa untuk memegang batu bata, paku dan palu. Tapi kami senang, karena kesan pertama kami terhadap dusun ini sangat luar biasa, kita belum saling mengenal, tau namanya pun belum, tapi warga dengan senang hati membantu kami mendirikan posko. Dihari itu pula saya melihat anak-anak Desa Beleq, salah satunya bernama Patriawan, Pat panggilannya, anak yang berani dan menarik perhatian saya, dia sangat aktif dan mau berkenalan dengan kami, dari situlah kami mulai mengenal anak-anak lain di Desa Beleq. Sungguh mereka luar biasa, kaki-kaki mereka sangat kuat untuk berjalan ke kebun, ke sekolah yang saya bilang cukup jauh. Tapi mereka tidak mengeluh, coba bandingkan dengan anak-anak kota atau kita sajalah, apakah sanggup untuk tidak mengeluh barang semenit? Yang kedua adalah andika, dia punya adik namanya andini, cantik, mirip sekali. Dika anaknya berani, teman dekatnya Pat, bareng Pat bisa kolaborasi yang unik, penasaran? Ya pengalaman kami bersama mereka adalah ketika ditemani menuju sungai, mereka bilang itu dekat, dekat bagi mereka yang terbiasa, jalan yang dilewati bagaikan jalan tebing gunung yang curam, dengan nekat memakai rok turun, akhirnya kami sampai dibawah. Dan bayangkan, seperti itu saja mereka sudah bahagia. Beberapa hari kemudian kami bertemu dengan inaq lumi, kami berkenalan, rumah beliau dulu dijadikan posko kkn uns generasi sebelumnya, namun sekarang rumahnya sudah runtuh akibat gempa. Apa yang kalian bayangkan tentang masyarakat pasca gempa? Bayangan saya jauh dari realita yang saya temui di dusun ini. Motivasi itu perlu, dan mereka butuh itu, tapi disini saya yang merasa termotivasi. Mereka sudah mulai bangkit teman-teman. Kegigihan bekerja di kebun, semangat anak-anak belajar, semangat pemuda desa mengembangkan pariwisatanya. Dan yang paling membuat sayaa tertohok adalah semangat anak-anak untuk belajar al-qur’an ditengah aturan adat yang mengikat mereka, saya yakin mereka ingin bisa, ingin belajar dan sakit rasanya meninggalkan mereka disaat semangat belajar mereka begitu tinggi. Orang bilang ‘ngapain kkn ke Lombok? Nggak takut gempa? Llalallal’ dan berbagai pertanyaan meragukan lain. Untuk apa? Hey kesempatan baik tidak selalu datang, menjadi pendamping mereka pasca bencana sangat menantang. Kau tau? Tidak ada penyesalan yang dtatang setelah keputusan itu saya ambil. Allah memang sebaik-baik penolong, saya belajar banyak dari mereka, dari susahnya mencari ilmu dunia dan akhirat, padahal seringkali saya menyia-nyiakan mudahnya kita mencari disini, juga belajar dari rasa syukur untuk menerima apa yang Allah berikan. Jalan-jalan ke lokok maupun kebun menjadi kegiatan paling menyenangkan bagi kami, kenangan mengambil kelapapun menjadi satu hal yang tidak terlupa. Sungguh, beberapa hari sebelum kepulangan kami menuju solo, saya mencoba membayangkan, bagaimana ketika saya pergi. H-1 kepulangan kami, saya dibuat terharu oleh pemuda desa, yang kami ajak membuat kenangan dan dia menolak karena takut kenangan itu yang tidak bisa membuat lupa dengan kami. Sepulangnya dari pergi untuk ‘liburan’ kami, sajian mi rebus yang tiba-tiba diberikan pada kami membuat kami kembali merasakan mellow yang sungguh-sungguh tidak tertahankan, mereka tau kami belum makan dari pagi. Dan selepas magrib saya dan tala dipanggil oleh Amak Je “sini kalian mau saya hokum”, sudah deg degan, karena kami melakukan suatu kesalahan, eh ternyata kami diajak makan, bersama keluarga kecil mereka. Limpahan haru H-1 kami pergi pun menumpuk di malam hari, ketika ada sesi renungan, tangis tak mampu dibendung, waktu berjalan begitu cepat dan kami harus segera pergi dan kami tinggalkan mereka untuk kembali bangkit. Dan forum itu ditutup dengan tidur bersama di dalam desa adat. Tapi, tidak semudah itu untuk merelakan kami pergi. Hari perpisahan itu pun tiba. Awal pagi berjalan baik-baik saja, sampai akhirnya kami harus benar-benar pergi, benar-benar membawa koper kami ke ujung jalan desa untuk menuju bis yang mengantar kami ke bandara. Limpahan haru kembali menyelimuti perjalanan menuju bis, tangis tak bisa dibendung, bayangan tentang apa yang kami tinggalkan, apa yang telah kami berikan, tangisan anak-anak yang menambah sedu hari itu. Pemuda desa yang tanpa malu mengungkapkan harunya turut mengiringi langkah pulang kami. Mereka adalah orang-orang hebat, yang mau belajar, sanggup menerima masukan, tidak mudah putus asa, penerima tamu yang baik, pejuang yang tegar dan pelaku rasa syukur yang luar biasa. Dari mereka saya belajar, jangan terlalu banyak meninggalkan kenangan, karena rasanya begitu sakit. Ada pertemuan maka ada perpisahan, maka tunggu aku untuk kembali, disaat yang Allah berikan izin untuk kembali. Surakarta, 28 Februari 2019 Seorang Perindu #Lombok #Gumantar
0 notes
Text
[Amanah, eh tapi sibuk]
“Ya, tidak ketika menawarkan suatu amanah dia menanyakan kesibukannya terlebih dahulu. Karena dia berspekulasi, kamu mampu.” ” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Alloh dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfaal: 27) Adapun dari hadits adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: ” Tunaikanlah amanat pada orang yang memberikan amanat padamu dan janganlah mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad) Jelas sekali perintah Allah dalam QS. Al-Anfaal ayat 27 tersebut bahwa kita dilarang mengkhianati amanah yang telah dipercayakan kepada kita. amanah adalah hal yang berat dan perlu di emban dengan serius, sungguh-sungguh dan tidak bisa dengan setengah-setengah atau sambil lalu saja. Maka dari itu jangan main-main untuk dapat menerima amanah. Pertimbangkan tanggung jawab dan konsukensi bila kita menerimanya. Apakah kita mempunyai kemampuan? Apakah kita mempunyai waktu untuknya? Dan apakah kita siap bila pola hidup kita berubah karena mengurusi sebuah jabatan? Tidak ada salahnya bila kita mengambil amanah tersebut bila kita memang mampu untuk melaksanakan bebannya, bertanggung jawab dan dapat meluangkan waktu untuknya. Menolak karena keterbatasan tentulah dibenarkan karena hal itu bukan berarti kita menghindar dari beban dakwah. Melainkan daripada justru akan terbengkalai dan amanah tersebut justru dapat menjadi bumerang bagi diri kita dan dakwah umumnya. Dan bila kita telah terlanjur untuk memegang banyak amanah, maka kita harus siap mengelolanya dengan baik. Pada umumnya para aktivis dakwah mengalami kesulitan dalam hal pengaturan waktunya. Dikarenakan beban yang cukup banyak dan keterbatasan waktu yang tersedia, banyak amanah yang akhirya terbengkalai dan ditinggalkan. Lalu apakah baik bagi kita mengabaikan permintaan suatu amanah karena menganggap diri kita paling sibuk? Mari berkaca pada keseharian Rasulullah Beliau seorang nabi. Apabila ada perang, beliau panglimanya. Pemimpin negara yg selalu sempat melayani rakyatnya. Pun, ketika datang utusan luar negeri, beliau sambut dengan sepenuh hati. Lalu, beliau juga kepala keluarga. Di sela kesibukan, selalu luang waktunya untuk mengunjungi istri-istri hingga anak cucunya. Jangan lupa juga kalau beliau adalah rujukan utama dalam masalah agama. Pemberian ilmu biasa beliau sampaikan di waktu dhuha, dengan masjid sebagai tempatnya. Oh, ya, ketika ada yg bertanya, beliau pun menjawabnya. Tidaklah ilmu dan sunnah beliau akan sampai pada kita jikalau pertanyaan-pertanyaan itu beliau tolak dengan alasan 'maaf, lagi sibuk'. Beliau juga rajin bersosialisasi dengan para sahabat dan tetangga. Biasanya, selepas Ashar ada undangan sajian makan. Dan beliau menghadirinya! Bila ada sahabat yg sakit, beliau menjenguknya. Atau menghadiri pemakamannya jika ada yg meninggal dunia. Ingat Surah Abasa? Bahkan Allah menegur Rasulullah karena mengabaikan seorang buta dan miskin yang ingin belajar agama Allah. Kemudian beliau memuliakannya. Soal ibadah? Keheningan malam beliau isi dengan shalat nan panjang. Terkadang beliau setoran bacaan kepada Jibril, memastikan bacaan Al-Quran semurni sebagaimana ia diturunkan. Untuk shalat fardhu, sudah pasti beliaulah imamnya. Dan tiadalah bergulir hari kecuali penuh amalan sunnah lain yg mengisi.. Lalu sudahkah 24/7 waktu kita manfaatkan dengan baik? Apa hanya alasan untuk menolak suatu permintaan tolong atau bahkan amanah dengan berkata “maaf saya sibuk”, “maaf belum sempat”, “maaf tidak ada waktu”. Bagi mereka yang memanfaatkan dengan baik setiap detiknya, maka sungguh, kebaikan bagi mereka. “Sungguh saya telah berjumpa dengan beberapa kaum, mereka lebih bersungguh-sungguh dalam menjaga waktu mereka daripada kesungguhan kalian untuk mendapatkan dinar dan dirham” (Al-Hasan Basri) Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menceritakan kepada kita, Ibnu Aqil berkata, “Aku menyingkat semaksimal waktu-waktu makan, sehingga aku lebih memilih memakan kue kering yang dicelup ke dalam air (dimakan sambil dibasahi) dari pada memakan roti kering, karena selisih waktu mengunyahnya (waktu dalam mencelup kue dengan air lebih pendek daripada waktu memakan roti keringi) bisa aku gunakan untuk membaca dan menulis suatu faedah yang sebelumnya tidak aku ketahui.” (Dia melakukan hal itu supaya bisa memanfaatkan waktu lebih). (Dzailut Thabaqatil Hanabilah, Ibnu Rajab,1/177) Sungguh Ulama salaf sangat berhati-hati sekali menjaga waktunya, mereka tidak akan membiarkan waktunya terbuang percuma dan berlalau sia-sia. Mereka cerdas dalam melakukan optimalisasi waktu. Meraka mampu merangkum dua kegiatan sekaligus dalam waktu yang berbarengan. Seperti yang telah disebutkan di atas, mereka berlajar sambil jalan, mendengarkan ilmu ketika di WC, memecahkan persoalan yang rumit disela-sela mandinya, membaca buku saat makan, berlajar disela-sela kesibukan dagang, memikirkan ide dan gagasan ilmu disaat berbaring di atas kasur, dan masih banyak lagi contoh-contoh yang mengagumkan tentang potret ulama salah dalam optimaliasisi waktu. Bahkan tetap memanfaatkan waktu, ketika memenuhi kewajiban mengadiri undangan, menerima tamu. Lalu bagaimana dengan kita? Mereka beruntung sementara engkau terlelap. Mereka meraih kemenangan, sementara engkau meraih tangan kosong. Maka segera kita manfaatkan detik-detik umur kita, tekadkan dalam hati bahwa hari ini kita akan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, memandang setiap kesempatan adalah penting. Marilah perbaiki pemanfaatan waktu kita lagi agar terhindar dari ke sia-siaan. Referensi: Ceramah Ust. Budi Ashari "Keseharian Rasulullah" dan Ceramah Ust. Nuzul Dzikri "Mengatur Waktu Sesuai Al-Quran dan Sunnah" yang ditulis oleh firanaini Imam Nawawi. Ayo Cerdas dengan Memanfaatkan Waktu Sesuai Syariat Islam. HYPERLINK "https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2015/08/31/77177/ayo-cerdas-dengan-memanfaatkan-waktu-sesuai-syariat-islam.html" ahmad Bin Ismail Khan. 2014. Beginilah Seharusnya Kita Memanfaatkan Waktu. https://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/beginilah-seharusnya-kita-memanfaatkan-waktu.htm#.W11kP9IzaDI ¤ di rangkai dalam perjalanan Solo-Batang
0 notes
Text
[Hidup itu Keras, Istiqomah itu Berat, yang Ringan itu Istirahat]
Bismillah Libur lebaran lalu banyak menerima nasehat dari keluarga, begini kurang lebih, "Nis, liat, hidup di luar itu keras". Waktu itu tak sengaja meng iyakan saja karna juga pas nggak fokus. Sekarang baru sadar, usia ini, 20 tahun, dia baru sadar kalimat itu. Kalian tau kenapa hidup itu keras? Lihat saja orang-orang diluar sana memperlakukan hidup, padahal hidup cuma sekali, kita pun tidak tau sampai kapan kita hidup. Teringat pesan ini "Siapa yang enggan bekerja, ia tak akan dapat merasakan nikmatnya sesuap nasi." Analogi yang cukup menggambarkan kerasnya hidup ini. 'Menurut sebagian orang'. Padahal hidup itu sementara, dunia itu lahannya musafir. "Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? " [al-An’am/6: 32] Paham? Hidup keras yang banyak dibilang orang, yang di pahaminya adalah berasal dari rasa kurang bersyukur yang dihadapi, bisa timbul perbuatan yang diluar akal sehat, tidak memikirkan akibatnya, tidak peduli orang lain. Mungkin, jika kita lebih lunak dalam hidup, meletakkan dunia di tangan kita. Ceritanya akan beda. Lalu? "Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi." [ al-Munafiqun/63: 9] Tujuan hidup kita, tujuan kita untuk apa? Astaghfirullah, luruskan niat nis. Jangan sampai kita lalai mengingat Allah. Aku tau, istiqomah itu berat. Siapa yang bilang ringan? " Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS Al Baqarah : 148) Yang ringan itu istirahat, dan istirahatnya seorang muslim adalah saat ia menginjakkan telapak kakinya di pelataran surga. Wajar Imam Ahmad bin Hambal berkata, “istirahatnya kaum muslimin adalah saat kaki kanannya menginjak surga”. Selama kita masih hidup di dunia, tak akan pernah kita istirahat dari godaannya. Maka selalu ingatlah Allah dalam setiap aktivitas kita. Jangan pernah sedikit pun lalai, karena iblis teramat pintar memanfaatkan peluang sekecil apapun. (dakwatuna(dot)com) "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." [Ali Imran/3: 185] Di antara do’a yang sering dibaca Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah : يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ “Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.” HR. At-Tirmdizi dirangkai dalam perjalanan kereta Wijayakusuma Cilacap-Solo
0 notes
Text
Menjadi baik itu baik, baik di prosesnya
Membantu yang berproses menjadi baik itu juga baik
Berbaik sangka pada yang berproses menjadi baik itu juga baik
Semangat menjadi baik :)
Anonim
0 notes
Text
First Summit
Pertama kali naik gunung ke Prau, bersama teman super Tala, Anis, Asna dan Ulfa eh sama the boy Eko, Jihan, Nandika, Bagas dan Aan
0 notes
Photo
The National Science Foundation will invest more than $400 million over the next seven years to support fundamental wireless research and to develop platforms for advanced wireless research in support of the White House’s Advanced Wireless Research Initiative.
26 notes
·
View notes
Quote
Because heart can changed, i will not depend on my heart
Nisa
0 notes
Text
My move on from u*m
Throwback last year, hmm how glad i am that day. Aku diterima di perguruan tinggi yang aku impikan sejak usiaku mungkin masih 9 tahun. Dulu yang kupikirkan, wow its too great to study there, how lucky i am. But,I have another option. Aku punya Tekkim UNS. Tekkim-Kimia murni. Bingungnya setengah hidup setahun yang lalu, you know my dream univ i have reached it. Oh my, Alhamdulillah dapet.. Dua-duanya aku siapkan. Daftar ulang di UNS isi data udah, tinggal yang satunya nih. Data-data udah siap. And jengg jenggg biasalah seorang anis, kalo gak nangis dulu gak afdol. Ngurung diri dikamar-oh no aib banget. Dokter? Hmm. Itu mimpiku sejak SD, aku belajar PP, ikut PMR, mendalami ilmu kesehatan supaya bisa lebih dekat ke rumpun ilmu itu. Dan tahun ini pun aku coba lagi, FK UGM UNS UNDIP (somse banget ye). Dan hasilnyaaaaa.... Allah tidak mengijinkanku berprofesi sebagai dokter, mungkin tanganku yang kurang cekatan dibanding yang lain atau apapun yang hanya Allah yang tau bahwa ini yang terbaik buatku. Balik lagi ke setahun yang lalu, I chose chemical engineering (Wow i will be a engineer.. aamiin ). Penasaran sama apa yang orang katakan? Aku gak akan bilang karna kalian pasti tau, gimana seorang anisa bisa begitu mudahnya meninggalkan impiannya. Ada yang bilang, “ beruntung banget kamu, bagi-bagi dong”. Apanya coba yang dibagi, kalo bisa mah udah aku kasih. But sangat mubazir banget gasih, aku nyianyiain kesempatan dan merebut kursi orang yang pengen banget masuk situ. Ya gimana lagi, harus pilih satu dong. Yes its my way, it’s gonna be my long way to reach my success. Aku nggak menyesal. I will love it and reach it. Now, i have such great best friends. I enjoy my study, i changed a lot. Don’t matter where i’m studying, I will gratefull. Kupikir sekarang, gamasalah gak di UGM di UNS juga gak kalah asik. Walaupun tetep ada tapi-tapinya wkwk. Allah kasih aku lingkungan yang baik.. Lingkungan yang jaga aku, lingkungan yang dukung aku apapun yang aku usahakan. Dan kuharap pribadi ini semakin dewasa, gak nangis sana sini. Galau ini itu. Karena hidup itu untuk mencapai ridha Allah, bukan berlama-lama merenung dan gak hasilin apa aja.
0 notes