Text
Apa yang pada akhirnya mampu membeli semua duka dalam jiwamu? Apakah mimpi-mimpi yang tercapai? Ataukah cinta sebesar dunia yang menyelimuti hati? Bahkan, sekalipun seisi dunia diberikan, duka mu tetap milikmu, mengakar dan terawat subur. Sakitnya tetap membangunkan mu di malam malam sunyi. Pedihnya tetap menjadikan berat harimu. Pikiranmu yang berantakan, batinmu yang meringis, jiwamu yang tercabik, lelahmu yang terjaga, mematikanmu perlahan.
Satu yang membuatmu bertahan, kamu yang menolak mati dengan mudah, kamu yang merawat jiwa jiwa lain yang juga terluka, kamu yang dibutuhkan hadirnya.
0 notes
Text
Kita terus berlari lari, bermain peran, bertukar sandiwara. Entah apa yang kamu cari ? Dialog ku nyata walaupun punya mu aku tidak tahu.
Kita masih berlari entah dari apa. Bisakah kita berhenti ? Menatap, menerima, dan lalu membuka hati juga peluk.
Kamu tak lelah berlari, sering hilang untuk kemudian kembali seperti tanpa salah. Seolah tau bahwa aku akan jadi pulang mu yang menerima. Sibuk berkelana, mungkin menimbang apakah kali ini akan pulang atau berpindah.
Aku ingin berlari, ke arahmu. Menuju pelukmu dan singgah disana dalam waktu seumur hidup.
Kita berhenti berlari. Berjanji sehidup semati mencintai seada adanya.
2 notes
·
View notes
Text
Dunia berporos pada dirimu, dan aku benci itu.
Seperti sebuah pelarian yang manis.
Dalam 2 jam duniaku lebih hangat
Seperti oasis ditengah gurun
Dahagaku sejuk dibuatnya
Tapi kita sama tau kalau fatamorgana ini akan hilang
Setelahnya kita kembali pada porsi masing masing
Aku tak pernah meletakan hatiku padamu, juga dirimu
Kita mencari rumah masing masing dan singgah sementara
Saat dunia kacau, saat kiamat kembali di prediksi
Dan saat merasa sepi.
Aku masih tak suka terlihat lemah di hadapanmu
Masih tak suka mengakui semua lukaku
Dan bagaimana mungkin aku mampu memulai ini
Kita adalah kekacauan,
Kau berbuat sesukamu, dan aku menerima semauku
Kita mengucap sumpah tanpa suara
Kau pura pura mengingkari, aku pura pura menepati
Kita dijalan pulang masing masing,
Sebatas terima kasih dan kembali lenyap seperti terbangun dari mimpi.
Film yang diputar selesai,
Menyisakan kosong dan sepi tanpa ujung
0 notes
Text
Takut
Dengan luar biasa, ia berusaha bertahan. Hari-harinya tak mudah, seperti di pengadilan, semua orang di tempatnya tinggal saling menunjuk menyalahkan. Sementara ia duduk di pojok ruang menanti reda semua gema dan teriakan yang menusuk telinga dan hatinya.
Namanya adalah takut. Baginya dunia adalah tempat penuh ancaman tanpa ada satu pun tempat sembunyi. Menurutnya semua orang adalah kepentingannya sendiri yang tak akan berusaha menjaganya atau sekedar peduli. Ia sepenuhnya sendirian, bertahan dengan kedua tangan menutup telinga dan mata yang terpejam erat sebab hanya dengan begitu ia tak perlu bersentuhan dengan dunia, dengan menutup indranya.
Sesekali ia akan bangkit dari duduknya, berusaha berjalan dengan sekujur tubuh gemetar dan kaki yang dipaksa kuat untuk mengambil langkah-langkah kecil. Berpindah mencoba mencari tempat aman yang lebih tenang. Namun, tak pernah ketemu.
Ketika malam semakin larut dan gelap semakin pekat baginya itu tidak seberapa. Karena yang lebih mengerikan dari semua adalah ketidaktahuannya tentang apa yang akan terjadi, dan juga adegan-adegan yang terus berputar dalam kepalanya tentang hal-hal buruk yang seperti akan terjadi entah kapan.
0 notes
Text
Seperti landak yang penuh takut, aku sangat ingin sembunyi. Maaf sembunyiku melukaimu.
Aku hanya pengecut yang terjebak, sebab kepalaku adalah penjara paling nyata. Sebab aku tak bisa lari dari diri sendiri.
Sebab seberapa pun aku mengerti, aku selalu kembali seperti anak kecil itu. Gadis kecil yang hatinya terluka, gadis kecil yang tak mengerti, gadis kecil yang kesepian. Gadis kecil yang menahan tangis dan berpura pura selamanya.
Aku tak pernah cukup dewasa untuk merawatnya, untuk bilang bahwa ia tak perlu takut, untuk meredakan tangisnya, bahkan untuk sekedar menemuinya.
Semuanya menyesakan, rasanya seperti selamanya
0 notes
Text
Untuk semua benci yang menguasai
Semua jahat yang berdiam di kepala
Semua yang masih sulit dimaafkan
Semua ketidak relaan yang mengikat
Semua marah yang di redam
Semua sepi yang menggema
Semua senang yang sementara
Semua palsu yang diusahakan nyata
Semua jalan yang tertutup buram
Semua harapan yang habis
Semua teori yang memuakan
Semua esok yang gelap
Semua aku yang berkali-kali mati
Semua yang merusak dalam diri
Diam
0 notes
Text
Di minggu sore,
lampu jalan yang masih mati
sebagian sibuk siapkan esok
sebagian duduk menikmati kosong
Ada yang mencuri waktu menolak tidur
Ada yang menjual waktu untuk tenang
Semua berjalan dan bertahan satu hari lagi
Semua membawa pengharapan masing masing
Menjaga baranya tetap nyala dan hangat
Agar tak mati beku di dunia yang riuh sepi
Kota yang tak pernah tidur, tapi tak pernah sadar
0 notes
Text
0 notes
Text
Berpadu sempurna jingga dan ungu pada langit yang ditatap si buta
Berirama merdu melodi yang bersenandung disisi telinga si tuli
Sedang di gagu merangkai kata tanpa mampu menyuarakannya
Persis kamu yang diberi beribu isyarat namun enggan bersikap
Seperti hadir yang disisimu ini tak lebih dari asing yang tak lama
Padahal seluruh waktu yang tak bisa kembali, kau terima tanpa malu
1 note
·
View note
Text
Awal bulan Juni,
Tanggal masih bugar dan muda, isi saku masih tenang dan perut masih kenyang. Tak ada yang kurang walau tak juga berlebih. Hidup sedang dalam kata cukup yang meski sederhana namun mampu mengalahkan harga berlian paling mahal sedunia.
Awal bulan Juni,
Saat semua hening walau masih ada bisik bisik halus berusaha mengganggu. Aku menghentikan langkahku, berdiam pada pijakan yang tak stabil tapi tenang. Mataku menyusuri kembali sisa-sisa jejak kaki dibelakang sampai yang terjauh. Bukankah hebat kakiku masih utuh setelah melewatinya? Aspal rata yang panas, tanah basah yang menghisap, jalanan biasa, juga kerikil dan beling yang beberapa tak sengaja terinjak.
Awal bulan Juni,
Ketika sebuah doa mencapai langit paling tinggi dan sampai pada pelukan Tuhan. Pelukan paling nyaman dengan cinta paling sempurna untukku yang jauh dari kata utuh.
Awal bulan Juni,
Seharusnya dulu tak perlu ada ragu itu disana. Tapi ya manusia tetap manusia kan?
1 note
·
View note
Text
Hansel dan Gratel yang terbuang mencari rumah yang menerima dan memberikan aman. Tapi kemanapun mereka berjalan, menjajaki satu per satu keluarga baru yang ditemui. Nyatanya tak ada satupun yang sempurna. Tak ada yang bisa memberikan apa yang mereka cari, bahkan ketika sudah banyak yang mereka korbankan. Hansel kehilangan dirinya dan Gratel kehilangan jarinya.
Hansel dan Gratel juga pada akhirnya menyerah dan memilih tak perlu lagi mencari rumah ataupun orang tua, sebab ternyata apa yang mereka cari sudah ada sedari awal dalam hubungan mereka yang hanya berdua. Seluruh cinta dan rasa aman yang menjaga mereka tetap bersama dan janji untuk tak akan melepaskan.
Hansel dan Gratel hidup bahagia di dalam gubuk kecil yang mereka bangun berdua. Tidak lagi mencari. Mereka kini merasa cukup
1 note
·
View note
Text
Setelah hujan, disebuah malam yang panjang.
Kincir ria dan suka cita bersanding dengan gelap alam semesta dan mata yang mati.
Seperti pembunuhan ditengah karnaval
Sekat antara bahagia dan derita yang terlampau jauh sampai kembali bersilangan.
Menyadari bahwa setiap luka juga lahir dari gembira yang berakhir atau yang tak pernah terwujud
Saat malam menggantikan siang, gelap menggantikan terang, juga tangis menggantikan tawa.
Pun sebaliknya
0 notes
Text
Waktu kecil, aku hanya tau rumah dan sekolah. Dunia terasa sempit dan mengekang, namun hangat.
Melihat dunia hanya dari jendela buku dan televisi. Waktu itu semua terlihat cantik, membayangkan banyak tempat bak negeri dongeng. Lalu bercita-cita ingin segera besar supaya bisa berjalan menjelang luas dunia.
Kini Dewasa, aku tau lebih banyak hal. Dunia terasa besar tak berujung, namun membingungkan.
Melihat dunia dari dalam langsung. Tapi kenapa tetap terasa seperti melihat dari dalam kaca. Ah rupanya orang-orang dewasa ini berjalan dikelilingi kaca masing-masing yang tak kusadari keberadaannya dulu. Semua terasa sempit dan terhimpit. Ada beberapa yang memiliki ruang besar didalam kacanya, ada yang terjepit sampai sesak.
Pada akhirnya dunia memang luas, tapi ruang ini semakin sempit.
0 notes
Text
Sementara Nala tinggal di puncak dunia,
Rena tinggal di sudut kota bersama warga biasa lainnya.
Sementara Nala dipuja seluruh negeri
Rena diuji untuk bertahan setiap hari
Ketika Nala memiliki segala yang diimpikan
Rena berusaha bangun dari mimpi untuk hidup
Nala dan Dunianya yang telah tiada
Rena yang diberikan serpihan terakhir dari dunia Nala
0 notes
Text
Untuk aku yang tak pernah berhenti menatap sinis pada diri sendiri. Meragukan, membandingkan, menyepelekan, dan menghancurkan.
*sebuah surat kosong*
Pertanda akan ku katakan bahwa harinya bukan hari ini, untuk memaafkan, memeluk, menerima, juga sembuh.
0 notes
Text
Sudah lama sejak terakhir kali tempat ini riuh dengan bunyi gema dan tawa yang bersautan. Sudah lama matanya kering dan kosong tak hidup.
Tidak disangka, sebuah pesta kecil mampu mengundang satu semesta berkumpul dan berkonspirasi mempertanyakan apa yang ada dalam cermin. Segala rumit yang entah bagaimana bisa lahir. Sebuah janggal yang rasanya mengusik. Sebuah kerinduan yang tak jelas pada apa atau siapa.
Seperti berada di tengah pusaran angin. Ketika semua hal ada disekitar namun dalam susunan yang tidak seharusnya.
0 notes