zakihauna

[zakihauna]

Stasiun Kejasan, Cirebon

Kata orang, menikah adalah ibadah terpanjang dalam hidup anak cucu adam. Sepertinya tidak. Bagi saya, hidup itu lah justru ibadah terpanjang kita. Semoga yang jauh menjadi kuat dan yang dekat dapat saling terikat.

1 September 2020

[zakihauna]

Perumahan Taman Mahkota, Tangerang

Tentang keterwakilan sebuah kehadiran dan kebaikan yang mengantarkan senyuman. Terima kasih, kebaikan. Jangan sungkan berbahagia, it brings you the power and more 🔥

5 Juni 2020

[zakihauna]

Mereka memilih tinggal, untuk setiap tanya yang tak henti menyoal. Mari menemani, meski tak saling membersamai.

“Penjaga-Menjaga”

— Sungguh pekerjaan menjaga tak pernah sederhana, karena di dalamnya terdapat banyak aspek yang saling berkesinambungan. Menjaga hubungan agar tetap baik misalnya; nyatanya aspek yang dijaga bukan hanya satu. Aspek komunikasi, kepercayaan, perasaan, emosi, tingkah laku/perbuatan, ucapan, penampilan, pikiran dan hati juga harus selalu dalam penjagaan dan kontrol diri. Memang tak mudah jika harus dilakukan bersamaan tanpa ada satu dua kesalahan yang selanjutnya akan menjadi pembelajaran. Maka jangan pernah berhenti menjaga dengan terus memohon dan menggantungkan penjagaan pada sebaik-baik Penjaga.  

[zakihauna]

Masjid Alazhar, Kebayoran Baru

Yang tersisa adalah mereka yang menjaga meski tak dekat.

8 Maret 2020

[zakihauna]

Tuku Coffee Shop, Cipete.

Enggak harus jadi besar. Kata “Cukup” udah lahir untuk jadi lebih mewah dari kemewahan itu sendiri

14 Juli 2019

[zakihauna]

Kenalin. 170 orang luar biasa yang pernah mengajari saya tentang banyak hal dalam kehidupan. Mereka membuat hari demi hari menjadi jauh dari kata sederhana. Beragam serpihan batasan-batasan individu yang ada mampu disulap dalam sebuah bingkai karya kolektif bernuansakan kekeluargaan. Welcome home, MATRICE!!

[zakihauna]

Tidak ada penyesalan untuk sesuatu yang pernah membuatmu bahagia

Ibu Linda Primandari - 2015

[zakihauna]

Surabaya, 25 Mei 2015.

Kadang kala menjadi berbeda membutuhkan tenaga. waktu. bahkan kelapangan hati yang luar biasa. Bahwa setiap pendaki pasti mengorbankan lebih banyak usaha, waktu, dan kenikmatan pribadinya untuk dapat mengibarkan bendera di puncak gunung kejayaan. Lain cerita dengan mereka yang berkecukupan dengan hanya berduduk manis menyeduh secangkir teh hangat di depan beranda rumahnya. Baginya, puncak itu tak lebih dari sebatas angan dan harapan.

Ya, karena selama hidup kita masih sederhana, maka kita hanya kan menjadi seonggok manusia yang seadanya.