Text
Akhirnya, terjawab sudah seluruh pertanyaan yang memenuhi pemikiran beberapa tahun terakhir
Tentang siapa, kapan, dan akan seperti apa
Adalah dia, yang Allah hadirkan tepat waktu setelah doa-doa panjang yang terlantun selama ini
dia yang hadir dengan berpegang pada syariat, berpijak pada kesederhanaan dan berjalan tegap dengan keberanian,
dia yang siap membimbing dan berjalan beriringan menyambut masa depan penuh tantangan
dia yang tidak menjanjikan kemudahan, namun memastikan akan tetap bertahan dalam berbagai keadaan
Sungguh, seluruh bagian cerita dari pertemuan hingga hari ini tentu adalah KehendakNya dan Campur TanganNya, maka, mari percayakan apapun kedepanya hanya padaNya.
Notes :
"Masing- masing kita punya penggaris yang berbeda maka jangan pernah mengukur kehidupan kita dengan penggaris mereka"
Terakhir,
Untuk dia, terimakasih telah bersedia untuk selalu bersama apapun keadaannya
Tanda (?)
Terkadang aku bertanya-tanya
Tentang siapa dia
Tentang kapan waktunya
Tentang seperti apa nantinya
Sembari melaju, waktu berlalu
Terkadang terasa seru, namun lebih sering terasa sendu
Tenanglah dan bersabarlah dalam menunggu
Sungguh, kelak akan ada saatnya untuk tau
4 notes
·
View notes
Text
Penghargaan
Penghargaan, bukan selalu tentang gelar kehormatan ataupun hadiah berupa barang mewah
Kita hanya perlu menjadi manusia seutuhnya dan memandang manusia lain sebagai manusia seutuhnya pula untuk memberikan penghargaan itu. Apapun profesinya seberapapun derajat seseorang tersebut di mata tatanan sosial, tapi sama sekali kita tidak berhak menilai rendah mereka. Terlebih mereka yang mengorbankan hidupnya untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan. Kemanusiaan dalam hal ini bukan hanya tentang dunia kesehatan, tapi apapun itu pekerjaan yang membantu hajat hidup manusia.
Pernahkah kita bayangkan bagaimana jika di dunia ini tidak ada orang yang mau menjadi sopir bus malam yang merelakan waktu istirahatnya untuk hajat hidup banyak orang atau perawat yang harus bergelut dengan hal-hal menjijikkan yang bahkan terkadang keluarga pasien enggan melakukannya meskipun itu pasangan atau anaknya sendiri atau petugas pom bensin dinas malam, petugas KAI yang dinas malam atau masih banyak lagi yang seringkali kita tidak menyadarinya
“Ah itu kan risikonya mereka, toh mereka di bayar”
Oke, siapapun yang memiliki jawaban demikian, kita patut menyampaikan belasungkawa atas matinya hati nurani.
Meskipun mereka dibayar dan kalian merasa membayar mereka sehingga kalian bisa semena-mena memperlakukan mereka tanpa ada penghargaan sama sekali, sungguh kalian memiliki pemikiran yang sangat picik.
Uang yang kalian bayarkan adalah untuk menebus jasa atau layanan professional yang mereka berikan, tapi kalian lupa bahwa kalian tidak akan pernah bisa membayar harga diri mereka yang kalian injak-injak dengan kesombongan dan attitude buruk kalian. Jika kalian tetap keras kepala bersikap demikian justru kalianlah yang akan mendapat bayaran yang pantas atas sikap buruk kalian itu, bukan mereka yang membalasnya, namun bisa jadi orang lain. Bukan langsung kepada kalian namun bisa jadi kepada orang-orang tersayang kalian. Ingatlah bahwa Tuhan Maha Adil :)
3 notes
·
View notes
Text
Chorea
Jaga kali ini seperti biasa, visit bangsal malam. Salah satu pasien yang ku tengok adalah anak perempuan usia sekitar 6 tahun. Keluhannya tidak dapat bicara secara tiba-tiba serta tangan dan kaki bergerak-gerak sendiri diluar kendali. Anak itu terbaring gelisah dan hanya bisa menangis. Sejumlah pemeriksaan penunjang tengah direncanakan untuk menggali apa yang menjadi penyebabnya.
Hampir saja air mataku tumpah melihat kekhawatiran yang tampak jelas di kedua mata orang tuanya. Demikianlah orang tua, mereka sanggup menahan dan menyembunyikan rasa sakitnya sendiri, namun sama sekali tak mampu menyembunyikan kekhawatiran akan apa yang terjadi pada anaknya.
Semoga Allah berikan kesembuhan untuk adek tersebut, semoga Allah kuatkan kedua orang tua adek tersebut.
Aamiin
1 note
·
View note
Text
Jasuke
Memulai hari dengan pulang kerja, apalagi jika bukan turun jaga. Alhamdulillah jaga semalam aman terkendali, terkadang memang seharusnya seperti ini. Rupanya pagi ini tidak sepanas hari-hari biasanya. Benar saja, sekitar jam 11 pagi langit makin meredup, yakni beberapa saat sebelum ak merebahkan diri ke kasur untuk "membalas" waktu tidur semalam. Qadarullah juga sedang ada tamu bulanan, sehingga aku baru terbangun sekitar jam 2 siang, dan saat itu hujan sedang deras-derasnya. Demikianlah hujan turun hingga ba'da maghrib.
Karena cukup dingin, hasrat makan sesuatu yang hangat dan berkuah muncul begitu saja di benak. Sepemikiran denganku, Ibuk memintaku mengantar untuk membeli bakso keluar. Si bontot adikku, tidak mau ketinggalan. Alhasil kami bertiga keluar membelah hujan. Kuah bakso yang hangat ternyata belum cukup memuaskan adikku, hingga dia meminta untuk membeli "Jasuke". Adalah jagung, susu, keju, sejenis camilan yang terbuat dari bahan-bahan persis seperti namanya.
Qadarullah kami menemukan penjual "Jasuke" di pinggir jalan, dengan motor dan semacam gerobak yang berisi kompor untuk memanaskan jagung rebusnya. Setibanya kami disitu sudah ada "pembeli", tampaknya keluarga muda (bapak, ibuk, dan anak yang masih kecil) mengendarai sepeda motor dengan mengenakan jas hujan seperti si penjual "Jasuke". Penjual dan "pembeli" ini terlibat pembicaraan yang dalam sepenangkapanku mereka saling kenal, dan dalam adegan yang aku tangkap sekilas, si penjual memberikan secara cuma-cuma 2 porsi "Jasuke" spesial. Mengapa spesial karena ada toping cokelatnya, dimana pada daftar menunya tetera harga seharga 10 ribu, dan ia memberikannya 2 porsi. Sekilas si "pembeli" ini meyakinkan penjual apakah tidak mengapa?, apakah sedari tadi dagangannya sudah terjual banyak?. Penjual itu dengan tenang dan senyum meyakinkan bahwa silahkan dibawa saja. Tak lama "pembeli" ini pergi menyisakan aku dan si penjual. Karena penasaran akhirnya aku memulai percakapan :
Aku : "Kenalannya ya mas?"
Penjual : "Iya mba, katanya anaknya pengen Jasuke, ini tadi mereka baru dari RS, anaknya sakit"
Aku : "ooh, hujan-hujan gini rame mas?"
Penjual : "Alhamdulillah mba, mba nya pembeli pertama, tadi awalnya ragu mau berangkat jualan atau tidak karena hujannya awet, tapi Bismillah tadi berangkat jam 3 sore"
Aku : "Alhamdulillah semoga berkah ya mas"
Lalu aku pamit setelah se porsi "Jasuke" berada ditangan. Langkahku yang hanya beberapa menuju ke mobil, dipenuhi pikiran yang berkecamuk. Malu, haru, dan yang jelas tertampar karena sikap si penjual "Jasuke" ini.
Terkadang kita merasa ujian kita yang paling berat, kita yang paling capek, dunia tidak adil, dan banyak hal lain yang menjauhkan diri dari rasa syukur.
Bahkan karena terlalu sering kita menengok ke atas, maka sulit sekali kita menangkap sinyal-sinyal peringatan untuk bersykur. Karena justru sinyal-sinyal itu kebanyakan berasal dari sekitar atau justru dari bawah kita.
Teruntuk mereka yang memiliki hati yang lapang dan pemikiran yang tenang bahwa rizki tidak akan pernah salah menuju pemiliknya, semoga tindakan-tindakan mulia kalian yang menginspirasi dan menjadi pengingat ini mendapat balasan kebaikan.
Teruntuk diri yang penuh keluh kesah ini, malu-lah atas segala buruk sangka pada Rabb yang maha segalanya. Cukupkanlah hatimu dari segala keluh kesah itu, maka ikhlas dan rasa syukur akan hadir menjadi penggantinya.
1 note
·
View note
Text
Aku.
Ada yang meronta,
namanya ego
Ada yang logis,
namanya akal
Ada yang teriris,
namanya perasaan
Ada yang kecewa,
namanya hati
Ada yang terluka,
namanya jiwa
Ada yang harus luas,
namanya sabar
Ada yang menguji kesabaran,
namanya masalah
Ada yang harus sabar,
namanya aku
1 note
·
View note
Text
Tanda (?)
Terkadang aku bertanya-tanya
Tentang siapa dia
Tentang kapan waktunya
Tentang seperti apa nantinya
Sembari melaju, waktu berlalu
Terkadang terasa seru, namun lebih sering terasa sendu
Tenanglah dan bersabarlah dalam menunggu
Sungguh, kelak akan ada saatnya untuk tau
4 notes
·
View notes
Text
Nggak Nyangka Si
Masa tugas sudah berlalu beberapa waktu, ya sekitar hampir 2 bulan. Terakhir, kami ditugaskan di Puskesmas. Waktu itu Pandemi sedang naik-naiknya, bahkan sampai sekarang pun masih terus naik kasusnya.
Jika ada satu kasus positif, maka pihak yang paling sibuk adalah Puskesmas karena harus melakukan tracing. Juga saat istilah New Normal mulai di munculkan, Puskesmas juga yang turun untuk sosialisasi. Kami diperbantukan sekitar 2 bulan, terkadang pelayanan, terkadang ke masyarakat. Tapi sungguh, semua tidak terasa menyulitkan. Seluruh pegawai di Puskesmas saling support dan membimbing kami. Dan dari tugas itu sebenarnya sudah ada gaji dari kemenkes.
Suatu hari setelah sekitar 2 bulan bebas tugas, grup obrolan yang dulu dipakai untuk koordinasi dengan Kapuskes muncul kembali. Ada sebuah pesan masuk dari Kapuskes. Isi pesannya adalah bahwa baru saja kami di transfer uang jasa pelayanan dari puskesmas. Kemudian, waktu berselang beliau mengirimi kami pesan bahwa baru saja di transfer uang insentif untuk kami. Selang beberapa minggu ada pemberitahuan lagi bahwa ada uang jasa penyuluhan. Dan hari ini berulang lagi. MaasyaaAllah Alhamdulillahi bini'mati tatimusshalihat. Sungguh tak pernah satupun ada yang kami harapkan pada mulanya. Namun rezeki itu datang begitu saja. Hal terbesar yang harus disyukuri dibalik itu semua adalah dipertemukan dengan orang-orang yang amanah, bukan aluamah (read: tamak). Seandainya Puskesmas tidak memberikannya ke kami bisa-bisa saja, karena kami toh tidak akan tahu. Berarti masih ada orang-orang yang sadar bahwa Allah Maha Tau. Semoga keberkahan dan kasih sayangNya senantiasa dilimpahkan untuk mereka.
-Ingatlah, bahwa rezeki bukan sekadar uang-
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْ��ُهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بَا لِغُ اَمْرِهٖ ۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
"dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."
(QS. At-Talaq 65: Ayat 3)
3 notes
·
View notes
Text
Kapan aku mati?
Waktu-waktu seperti ini ada saja yang menggoda pemikiran. Tentang kekhawatiran-kekhawatiran akan menjadi seperti apa diri ini di masa mendatang. Apakah aku akan sukses? apakah aku akan menjadi seseorang yang selama ini aku ingin menjadi sepertinya?, apakah nantinya aku bisa membangun keluarga yang baik?, bagaimana nanti aku mendidik anak-anak? bagaimana masa tuaku?.
Pada dasarnya itu manusiawi, namun dari sekian pertanyaan itu terkadang bahkan seringnya terlewat satu pertanyaan yang paling krusial yaitu, kapan aku mati?. Seketika setelah pertanyaan ini muncul rasa-rasanya seluruh pertanyaan diatas terasa hampa. Karena tidak ada jaminan bahwa nanti aku masih hidup, apalagi kedepannya.
Sungguh manusia benar-benar diuji dengan dunia dan diliputi dengan kekhawatiran hingga melupakan tujuan akhirnya yang abadi.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَاِ نَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّا رِ وَاُ دْخِلَ الْجَـنَّةَ فَقَدْ فَا زَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا مَتَا عُ الْغُرُوْرِ
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 185)
#selfreminder
1 note
·
View note
Text
Jeda
Aku baru saja tersadar, betapa sibuknya aku satu dekade ini
demi mengejar ambisi hari ini
diiringi rutinitas yang silih berganti
Hampir saja aku melupakan
apa-apa yang menjadi kawan perjalanan
yang aku temui di sepanjang jalan
Ternyata aku telah cukup jauh berlalu
sedangkan ada yang seakan membeku oleh waktu
seperti seorang ibu dengan tenda biru
Ia masih sama, meski masa telah berbeda
meski kini ia sendiri tanpa didampingi suaminya
kue kering yang menjadi andalannya, sama sekali tak berubah, rasa dan harga
Ribuan jejak menetap
seiring jutaan memori tertancap
hingga tak terasa mata dan hati ini sembap
menyisir masa lalu dalam senyap
Tenang saja,
aku menangis bukan karena sedih
tapi jalan ini masih terlalu panjang untuk diperjuangkan dengan gigih
untuk hari ini dan untuk masa lalu, sungguh aku menyampaikan terimakasih
Aku pamit,
barangkali suatu saat nanti aku kembali singgah, semoga rasa pahit ini telah terkikis sedikit demi sedikit
1 note
·
View note
Text
Layaknya rasa sakit saat dicubit, pun perasaan yang terluka menandakan masih ada respon terhadap impuls yg menyakitkan. Setidaknya hati tidak mati
Yang jelas, yang paling tau adalah masing-masing pribadi
Tiap-tiap kita berhak menyaring masukan meskipun tidak semua yang nyaring harus dimasukkan (hati)
#staypositive
0 notes
Text
Refleksi Pandemi
Masih segar di ingatan, waktu itu 26 Januari 2020. Saat perjalanan dari Semarang ke Magelang ketika bus belum berjalanan, aku sempat membeli sebuah koran. Halaman pertama memuat tentang 10 Rumah Sakit Rujukan di Jawa Tengah, dan RS tempatku internsip menjadi salah satunya. Istimewanya, aku masih bertugas di IGD saat itu. Indonesia masih awam sekali tentang hal ini kala itu. Belum ada standar operasional atau alur penerimaan dan perawatan pasien ketika aku bertanya pada pembimbingku. Tapi aku berusaha membuat standar sendiri untuk diriku, disiplin mengenakan masker saat bertugas di IGD, misalnya.
Dua bulan berselang, Indonesia mengumumkan kasus pertama COVID-19 yaitu ada tiga orang terkonfirmasi positif, dan sejak hari itu selalu terjadi kenaikan angka pasien baik ODP, PDP, terkonfirmasi positif bahkan kasus meninggal. Hari ini, 11 Juli 2020 terjadi kenaikan kasus positif sebanyak sekitar 1600 kasus, setelah beberapa hari yang lalu mencapai 2600. Angka tersebut tidak akan menjadi masalah jika sekadar angka, tapi banyak nyawa melayang karenanya. Juga, banyak perdebatan yang sebagian besarnya justru sia-sia tentang hal ini.
Pandemi ini, sungguh telah mengubah banyak hal termasuk manusia itu sendiri. Banyak yang menajdi lebih baik, namun tidak sedikit yang justru tampak sekali perangai buruknya. Tidak penting melihat punggung orang lain, yang terpenting adalah diri kita. Menyedihkan sekali jika ternyata setelah pandemi ini berakhir kita menemukan diri kita terjerembab di palung dosa, sedangkan kawan-kawan kita tengah menikmati puncak pahala. Kebahagiaan bukan ukuran, maka tanyakanlah pada secuil daging bernama hati, karena ia tak akan pernah berdusta.
Hari ini, tepat bulan ke empat sejak terakhir aku pulang ke rumah, dan juga bertemu secara langsung dengan bapak dan ibuk. Melewatkan bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri di perantauan, sejatinya sama sekali bukan hal yang membahagiakan, tapi aku yakin kenangan ini bermakna besar terhadap kehidupan-kehidupan yang akan datang. Tidak terasa hari-hari terakhir di kota rantau ini akan segera berakhir. Terimakasih sudah banyak memberi pengajaran, tentang kebijaksanaan hidup, tentang berdamai dengan keadaan, tentang memeluk mimpi dan kepedihan, kelak jika ada waktu menyambangimu pasti salah satu yang melintas di benak adalah tentang pandemi ini. Mari tutup tulisan ini dengan kabar baik. Karena hari ini ada kabar membahagian datang dari negeri yang ingin sekali ku kunjungi yaitu Turki. Adalah dikembalikannya Hagia Sophia menjadi masjid sebagaimana asalnya, itulah kabar baiknya.
Terakhir, ingatlah kepedihan hadir sebagai pijakan untuk meraih bahagia.
2 notes
·
View notes
Text
Resensi Novel Selena dan Nebula
Judul : Selena dan Nebula
Genre : Fantasi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Tere Liye
Jumlah Halaman
Selena : 368 hlm
Nebula : 376 hlm
Nomor Edisi Terbit
Selena : ISBN 978-602-063-951-2
Nebula : ISBN 978-602-063-953-6
Sinopsis
"Pengintai terbaik bukan hanya semata-mata dia hebat sekali menggunakan panca inderanya, Selena. Melainkan dia juga hebat menggunakan otaknya"
Novel Selena dan Nebula merupakan buku ke-8 dan ke-9 dari serial BUMI, yang menceritakan kisah petualangan tiga anak remaja yaitu Raib, Seli, dan Ali dalam menjelajah dunia paralel. Tentu mereka bertiga tidak secara kebetulan bertemu. Adalah Selena, guru matematika di sekolah Raib, Seli, dan Ali yang sudah merencanakan persahabatan tiga remaja tersebut bahkan sejak awal mereka bertemu. Selena pula yang memberikan buku kehidupan kepada Raib. Hampir seluruh petualangan tiga remaja ini, tidak pernah luput dari pengawasan seorang Selena. Jelas saja, siapa yang bisa lolos dari pengamatan seorangan pengintai hebat seperti Selena.
Kedua novel tersebut menceritakan mengenai perjalanan hidup Selena. Namun, justru dari kedua buku inilah kisah Raib di mulai. Selena, remaja 15 tahun yang harus memperjuangkan kehidupannya dengan cara pergi dari tempat kelahirannya, Distrik Sabit Enam yang jauh dari kata sejahtera namun penuh makna. Menuju Kota Tishri, tempat terbaik di Klan Bulan. Bertemu dengan Paman Raf, dan Bibi Leh, serta kelima anaknya yaitu Am, Em, Im, Om, Um tidak serta merta mengubah hidup Selena. Berkutat dengan lorong-lorong bawah tanah, menjadi kaki tangan Tamus, serta menjadi mahasiswa di kampus terbaik Klan Bulan adalah sederet pilu yang harus Selena hadapi. Hingga besok lusa, ia akan mendapatkan makna kebahagiaan dan cinta sejati.
Adalah Mata dan Tazk, dua orang tak dikenal yang membela Selena di saat-saat terdesak. Maka sejak itu, mereka bertiga adalah sahabat yang tidak bisa dipisahkan bahkan dengan kejahatan sekalipun. Mata, teman sekamar Selena di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi (ABTT) seorang remaja putri dari Distrik Sungai- Sungai Jauh yang hampir sempurna jiwa dan fisiknya hingga kelak akan terkuak siapakah ia sebenarnya. Tazk, laki-laki mantan anggota boyband ternama di Kota Tishri yang menyukai kesempurnaan, hingga Selena menganggapnya saingan dalam berprestasi. Namun, sejak mereka bertiga menjadi sahabat, ada sesuatu yang tumbuh diantara ketiganya. Inilah muasal dari kisah-kisah berikutnya.
Perkamen tua, bulan purnama, kunci, portal menuju klan Nebula adalah hal-hal yang paling dicari selama puluhan ribu tahun terakhir oleh banyak pihak. Hanya demi cawan kehidupan yang menjanjikan banyak hal. Tamus, tentu saja menjadi orang yang terdepan dalam ambisi gelap ini. Juga Selena, ternyata tak kalah berambisi dalam hal ini. Inilah akhir cerita yang justru membuka lembar pertama kisah-kisah berikutnya.
" Besok lusa kamu akan paham, Selena. Dunia ini terkadang tidak terlihat hitam putih seperti yang kita inginkan"
Kelebihan
Tere Liye, adalah sosok penulis yang tidak perlu diragukan dalam membangun suasana cerita. Meskipun novel Selena dan Nebula masuk dalam genre fantasi, yakinlah keseluruhan ceritanya terasa begitu hidup. Selain itu, seperti di buku-buku sebelumnya, Tere Liye konsisten menghadirkan tokoh bijaksana yang akan kalian temukan jika membaca dua novel ini secara utuh dan berurutan. Ide cerita dengan konsep "flashback" bahkan puluhan ribu tahun, cukup berhasil tersampaikan melalui susunan cerita yang rapi dan teliti. Pesan yang terkandung di dalam kedua novel ini tersampaikan dengan baik. Sebagiannya adalah tentang persahabatan, melawan egoisme, ketulusan, dan kebijaksanaan hidup yang tergambar melalui karakter-karakter yang ada. Kedua novel ini, sangat menjawab tanda tanya besar dari tujuh buku sebelumnya. Selain itu, yang menarik adalah, kedua novel ini juga menyisakan tanda tanya besar tentang kisah selanjutnya, jika memang ada. Maka dari itu, akan sangat menarik jika kalian membaca keduanya.
Kekurangan
Latar waktu di novel Selena dan Nebula terhitung mundur lebih dari satu dekade dibanding tujuh buku sebelumnya, namun suasana dan teknologi yang ada seakan sudah semaju dengan satu dekade selanjutnya. Hal ini cukup menjadi tanda tanya. Apakah memang seperti itu adanya, ataukah penulis terlewat dalam menggambarkan suasana yang lebih terbelakang. Selain itu, pada dasarnya novel ini bergenre fantasi tapi sebagian hal yang dibahas justru merupakan fakta ilmiah. Maka kedua hal tersebut tampak saling bertentangan satu dengan yang lain.
Selamat Membaca ...
0 notes
Photo
Shift kerjaku sudah berakhir sore itu. Atau tepatnya siang itu. Sekitar jam 2 siang. Tepat saat hujan makin deras. Sudah hampir seminggu ini memang seperti itu. Namanya saja musim hujan, maka cukup menikmatinya saja. Hari itu senin. Sambil menanti hujan reda, sekitar pukul 16.15 aku berinisiatif memesan makan buka puasa lewat ojek online. Entah ada hubungannya dengan hujan atau tidak, namun menanti selalu terasa lama. Akhirnya, ternyata sudah pukul 17.30 saat pesananku sampai. Allah memang paling tahu kapan waktu terbaik untukku pulang. Benar, tepat saat pesananku sampai, hujan sedikit mereda. Lalu aku berkemas dan mengenakan jas hujan, hingga sejurus kemudian aku sudah membelah jalanan yang basah. Di benak sudah tersusun rencana. Sampai kos aku akan, mandi, buka puasa lalu sholat. Namun, ternyata Allah juga tahu kapan aku harus di "didik" untuk bersabar dan bersyukur. Iya, tepat saat itu. Saat ban belakang motorku tiba-tiba oleng dan ternyata bocor tepat di gapura gang kosanku. Intinya, tidak segala yang manusia rencanakan Allah ridhoi. Namun, manusia wajib ridho dengan segala ketetapanNya. Seperti sore itu, mau sekeras apapun menggerutu, itulah takdir. Maka sebaik-baik ucapan adalah Qodarullah wa maa-syaa-a fa’ala (Allah telah mentakdirkan segalanya dan apa yang dikehendaki-Nya pasti dilakukan-Nya) 📷 : pemandangan seberang tambal ban sore itu #30haribercerita #30hbc2001 @30haribercerita https://www.instagram.com/p/B6yKSVGHW6CfmcRl-apM9eWkPK8-7PNqKJ4tSU0/?igshid=1c93c8zdxyo8a
0 notes
Text
Tertampar
Me: Aku
Mf : Mas Fuad (Nama samaran :D)
Me : "Mas kalo mau jaga malem gitu siangnya disempetin bobok dulu ndak?"
Mf : "ndak dok, ndak sempet. Anak2 ndk bisa di tinggal kebetulan lagi sakit juga ini hehe"
Me : "oiya ding beda ya kalo udah ada tanggungan. Lha anaknya umur brp e mas?"
Mf : "yang sakit dok? Tiga2 nya kok kebetulan bareng ini, hehe"
Me : "Ya Allah mas, semoga segera sembuh ya, udah di periksa-in kan?"
Mf : " Alhamdulillah udah dok, udah dapet obat juga"
Itu sepenggal percakapan kami pukul 02.30 WIB dini hari sambil menyusuri lorong-lorong ruangan rumah sakit, sehabis memenuhi panggilan code blue. Dari percakapan itu aku tertampar habis, dan lagi-lagi perkara syukur. Tentang merasa paling lelah, paling sibuk dan "paling-paling" lainnya.
Mas Fuad, perawat IGD yang barusan membantu melakukan pijat jantung 3 siklus lebih, dimana aku yang baru 1 siklus udah kecapekan. Mas Fuad dan mas mba perawat lainnya yang sejak pergantian shift tadi pukul 22.00 bahkan mungkin belum sempat duduk karena harus menginfus pasien, injeksi pasien, mengantar pasien ke ruangan, dan lainnya.
Sedangkan aku, yang mungkin secara pemikiran dan mental lebih banyak terpakai dibanding fisik seperti mereka, merasa paling capek, belum tidur, dan keluhan-keluhan lainnya. Sungguh memalukan dihadapanNya.
Hari ini aku kembali mendapat tamparan keras dan juga peringatan yang cadas, bahwa energi syukur itu luar biasa. Bisa meluruhkan lelah, bahkan obat mujarab untuk mata yang mengantuk dan hati yang cenderung mengutuk.
Astaghfirullah, mohon ampuni hambaMu ini :"
1 note
·
View note
Text
Surabaya
Hari ini Surabaya mendung. Beruntung aku tak ada satupun kenangan tentangnya, kecuali hari ini. Yaitu pertama kali aku menjejaknya, dan itu mendung.
0 notes
Text
Keep Husnuzon
Sekarang pukul 03.30 sehabis ada 2 partus dan mataku masih enggan terpejam.
Terlintas wajah-wajah mereka yang jauh dari jangkauan mata. Abah, ibuk sudah seminggu ku tak bersua bagaimana kabarnya semoga senantiasa dalam lindunganNya. Kakak dan adek-adek entah berapa lama aku tak menjumpa semoga senantiasa dalam rengkuhan berkah dan kasih sayangNya.
Perpisahan adalah kepastian, namun masih ada pertemuan abadi yang bisa diharapkan.
Maka, seketika teringat seluruh dosa yang menyelimuti diri yang hina ini. Bagaimana ku mengharap surgaNya. Namun keputus asa-an bukan jawaban. Sebab, Dia pemilik maaf seluas lautan.
Astaghfirullah,
Astaghfirullah,
Astaghfirullah,
Semoga istighfar menjadi pengantar tidur yang baik
Semoga esok, hati ini kian membaik. Didekatkan dengan penyesalan atas dosa, serta dijauhkan dari prasangka buruk padaNya.
Sekian, karena aku akan berusaha terpejam.
1 note
·
View note
Text
Terimakasih Pak!
Siang itu pasien IGD lagi penuh banget, krn bangsal pun penuh
Jadi pasien yg bahkan sejak kemarin pun masih ada yg menunggu di IGD
Ketika aku masi disibukkan dg melengkapi status pasien, tiba2 si bapak CS (maaf blm tau namanya) datang ke arahku dan melaporkan, "dok itu pasien anak yang di pojok katanya demam tinggi lagi dok"
"O nggih pak", kataku dan segera beranjak dengan penuh tanya kenapa keluarga pasien ndak ada yang lapor
Ternyata sampai di bed pasien ibu pasien cuman seorang diri, dan sedang menggendong putrinya yang tengah diinfus
jadi pantas saja ia ndk bs melapor dan mungkin krn si bapak tadi kebetulan lewat jadilah minta tolong ke bapaknya. Alhasil benar, setelah di ukur ulang suhunya memang si adek itu demam tinggi lalu kami tatalaksana sesuai protap yang ada
Intinya, sebagai apapun kita ternyata tak menghalangi kita untuk berbuat baik, seperti si bapak itu.
Terimakasih atas inspirasinya Pak :)
1 note
·
View note