Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a wa rizqon thoyyibaa wa ‘amalan mutaqobbalaa
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Part Of Growth
Ketemu lagi di bulan keenam
Memasuki radar tengah tahunan
Saatnya berhenti sejenak mengevaluasi diri
Ternyata bertumbuh tidak selalu menyenangkan yah prosesnya, terkadang ada perasaan letih,sakit dan bersiap berkorban atau mengorbankan banyak hal.
Mungkin juga jauh dari riuhnya dunia, yah tapi dari perjalanan ini ada saja hal hal yang membuatmu cukup terhibur, bertemu teman teman seperjuangan,,ketemu orang yang tepat membantumu.
Semoga saja buahnya manis, Allah kan ga akan ubah nasib suatu kaum kalo kitanya ga berupaya.
Gapapa ya Ya Allah kalo langkah diahuha baby step, pelan pelan,, semoga Allah mudahkan.
Solo Jebres, 2 Juni 2023.
216 notes
·
View notes
Text
BISMILLAH, TENANG AJA ELSA, SEMUA AKAN TERLEWATI DG BAIK AAMIIN
0 notes
Text
SUUUUUDAH SIMPAN SAJA RASAA, INI TANPA KAU TAUUU BAGAIMANA KUBISA DAPATKAN HATIMUU MENUNGGUMU MUNGKIN ADAA
3 notes
·
View notes
Text
aku juga mau kerja.... aku bingung dan kek ngerasa blm terlalu siap.................................................
0 notes
Text
kayaknya hidup emang gini deh, harus terus belajar berteman dengan sepi
0 notes
Text
bismillah semoga aku bisa ngebanggain kedua orang tua aku di dunia dan di akhirat serta bisa bahagiain dan bantu mereka, aamiin yaAllah
0 notes
Text
just feeling unworthy to everyone but i know Allah made us with the greatest things
but it was like, came from my own self, just realize that i was like unworthy to everyone cause.... many thingsssss i just couldn't to tell the details😭
feelin' like they misundertood to me, i'm never enough to them, they just searchin' for everyone who's better n more anything than me, etc
i'll try to be ok ^^
0 notes
Text
but i know i can, cause Allah sure that i can through all of these things in this lyf
0 notes
Text
nowadays sangat sangat amat belajar, menjadi dewasa emang harus siap namanya diacuhkan, diasingkan, dan lainnya.
kita harus belajar berteman dengan sepi, ricuhnya pikiran, berjuang sendiri, dan lainnya.
tak apa, semangat ya aku, kamu hebat
0 notes
Text
Quarter Life Crisis : Sebuah Fase Hidup
Banyak di antara kita, khususnya para milenial, yang mengkambinghitamkan permasalahan hidup yang dialami dengan alasan “gue lagi ada di fase quarter life crisis, nih.” Apakah kamu salah satunya? Sebenarnya apa sih Quarter Life Crisis (-selanjutnya ditulis QLC) itu?
————-‐—————— QLC adalah sebuah periode dalam hidup manusia, di mana pada fase tersebut banyak terdapat tantangan atau tuntutan dalam fungsi kehidupan yang bisa membuat cemas atau stres, QLC relevan dialami oleh individu yang berusia kisaran 20-35 tahunan. Sesuai dengan namanya, QLC biasa kita alami dalam usia krisis seperempat baya kita. Mengapa pada usia tersebut rentan mengalami stres dan cemas sehingga menimbulkan QLC? Karena pada usia ini banyak fungsi atau aspek kehidupan yang dirasa menjadi sangat challenging, misalnya: kehidupan setelah lulus kuliah, pilihan dan tekanan di pekerjaan, perkara jodoh dan hubungan romantis dengan pasangan, serta tanggung jawab yang lebih besar sebagai seorang dewasa yang seutuhnya. ———————– QLC dapat menjadi turning poin atau titik balik dalam hidup kita, apakah kita melihat masalah hidup sebagai sebuah ancaman atau tantangan. Pada usia ini, ada banyak tuntutan yang hadir sebagai gerbang kita menjadi seorang yang lebih dewasa, di mana harus dapat bertanggung jawab seutuhnya atas segala pilihan. Masalah apa yang biasa dialami dalam QLC? Menurut penelitian, 60% masalah yang dihadapi ketika QLC adalah terkait finansial. Hal ini sangat wajar karena pada usia seperempat baya ini kita memiliki tuntutan untuk dapat hidup lebih mandiri. Kemandirian finansial adalah hal yang sering menjadi alasan. Kita yang akan dan telah menyelesaikan bangku pendidikan, memiliki tuntutan untuk bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, tidak lagi bergantung pada orang tua dalam hal finansial. Masalah selanjutnya yang biasa dihadapi dalam QLC adalah perkara karir dan pekerjaan. Dream job, kadang tidak semudah yang dibayangkan dalam mendapatkannya. Bahkan yang sudah bekerja pun kerap kali mengeluh karena ternyata bidang yang digeluti tidak seusai harapan. Perkara jodoh atau masalah relasi dengan pasangan pun acap kali membuat kita kebingungan. Siapa teman hidup yang akan mendampingi kita ke jenjang lebih serius? Untuk yang sudah punya pasangan pun, kadang menjadi pertanyaan, “apakah benar dia orang yang tepat menjadi pendampingku kelak?” Belum lagi ketika semakin dewasa, circle pertemanan semakin mengecil. Merasa kesepian karena lingkaran pertemanan terbatas bisa jadi pemicu stres. Mungkin pada usia ini kita tidak punya banyak teman secara kuantitas, tapi bisa memperdalam hubungan yang lebih berkualitas dari circle yang ada. Kita juga gak bisa terlalu sering bergantung sama orang lain karena masing-masing tentu punya rutinitas dan kesibukan, tidak bisa selalu stand by untuk kita. Siapa yang pernah mengalami? —————- Apa bedanya QLC dengan Later Life Crisis? Later life crisis cenderung dialami ketika kita menyadari bahwa kita telah gagal mencapai goals atau tujuan dan rencana-rencana hidup; sedangkan QLC biasanya berakar dari permasalahan diri, di mana kita tidak punya goals atau rencana apapun dalam hidup, atau ketika tujuan hidup kita tidak realistis. Jadi, coba cek kembali rencana hidupmu saat ini, apakah sudah tersusun dan terencana dalam langkah-langkah yang realistis dan bisa kamu capai dengan kemampuanmu? Atau mimpi yang terlalu melangit sehingga sangat sulit kamu raih? Kita bisa coba refleksikan dalam diri kita sendiri :) ————— Ada dalam fase QLC adalah hal yang wajar. Tapi apa yang membuat QLC sedemikian rupa menjadi pressure atau tekanan? Ada beberapa hal yang bisa mempengaruhinya: 1. Karena kita membandingkan diri dengan orang lain. “Wah dia usia 25-an sudah punya usaha, gajinya gede, bisa punya mobil.” “Pacarnya dia cantik/ganteng. Relationship goals banget.” “Si dia lanjut kuliah ke luar negeri, dapet beasiswa lagi.” “…..sedangkan aku masih gini-gini aja.” Apa tidak lelah membandingkan diri? Padahal hidup bukan ajang balapan. Masing-masing punya jalur dan waktu mekarnya sendiri, bukan? 2. Adanya tuntutan sosial Kita memang hidup di negara dengan lingkungan yang sangat unik, di mana orang-orang bisa jadi terlalu ‘peduli’ (baca: merecoki dan julid) terhadap kondisi kita, sehingga sering kali bisa dianggap menekan. “Harusnya kan usia segitu sudah mapan.” “Kok belum lulus sih?” “Sudah kerja di mana?” “Kapan nikah?” Atau bisa juga kita yang terlalu baper dan sensitif, sehingga bisa menambah pikiran sendiri, padahal mungkin saja mereka cuma bertanya karena basa-basi. 3. Manajemen stres yang kurang efektif Kalau ada problem atau masalah, biasanya apa yang kamu lakukan supaya merasa lebih baik? Menangis, nonton film yang disukai, lakukan hobi, atau mengurung diri? It’s okay setiap orang memiliki caranya masing-masing. Merasa sedih, kecewa, ataupun marah adalah hal yang wajar. Tapi untuk mengatasi masalah, kita juga perlu mengelola emosi secara tepat agar masalah tidak berlarut. Jika stuck hanya pada satu cara, kita perlu mencoba cari cara lain untuk mengatasinya. ————- Quarter Life Crisis: You’re not that special, karena semuanya juga mengalami. Bukan cuma kamu, semua orang pada usia ini sangat wajar mengalaminya. Hanya saja banyak yang mungkin kita tidak tahu, banyak juga yang menyimpan dalam diam. Tapi, mengenali sejauh mana kita ‘mampu’ dan tahu 'batasan’ yang kita miliki juga penting. Sehingga bisa mengukur diri, kapan kita bisa atasi seorang diri, kapan kita perlu bantuan orang lain. Manusia pada akhirnya gak bisa hidup sendiri. Quarter life crisis ini bisa dianggap sebagai sebuah ancaman dan membahayakan, tapi bisa juga menjadi suatu kesempatan diri untuk bertumbuh dan berkembang. Bayangkan jika hidup kalian selalu flat tanpa masalah, tentu tidak akan terdorong untuk upgrade diri. Masalah bukanlah untuk dihindari, tapi dihadapi, tentu untuk menghadapinya perlu cara-cara yang tepat. Jadi apa yang bisa dilakukan untuk hadapi QLC? 1. Belajar hal baru dalam menyelesaikan masalah. Belajar banyak hal dan cara baru untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi. Kalau satu cara yang kita lakukan mentok, coba cari cara lain. Mungkin ada cara-cara yang belum kita coba, jangan berhenti pada satu hal saja. 2. Cari resource di sekitar kita untuk bisa menghadapi tantangan hidup. Berjejaring, brainstroming, speak up kalau memang kamu butuh bantuan sekitar. Ambil hal-hal baik yang ada di lingkunganmu. Jangan berhenti hanya di dirimu. 3. Cari kelebihan dalam diri untuk jadikan kekuatan hadapi tantangan. Membandingkan diri dengan orang lain sering kali membuat kita selalu merasa 'kurang’, sampai lupa kita padahal pernah melakukan hal baik atau memiliki kelebihan. Identifikasi apa sih kelebihan yang ada dalam dirimu. Jangan sampai hal baik yang ada dalam dirimu tertutup kabut gelap karena terlalu sering lihat rumput tetangga. 4. Buatlah rencana yang realisitis Punya mimpi yang idealis itu baik, tapi perlu membumi agar kamu bisa petakan dalam rencana-rencana realistis yang rasional dalam mencapainya. Sesuaikan dengan kemampuan yang kamu punya. Buatlah skala prioritas. 5. Change mindset Open your mind. Anggaplah ini sebagai tantangan hidup dan kesempatan untuk bertumbuh. Bukankah tidak semua harapanmu harus terjadi dan tidak semua yang terjadi adalah harapanmu? 6. Evaluasi diri Kalau cara yang satu gagal, evaluasi apa yang kurang dan masih harus diperbaiki, baik dalam langkah yang diambil atau diri kita secara pribadi. Mungkin dengan demikian bisa membantu kita lebih mengenal 'siapa kita’ dan apa 'kelebihan yang kita miliki’. ———– Akhir kata, Apakah kita membutuhkan QLC? Tentu saja. Kita butuh masalah untuk bisa keluar dari zona nyaman, agar bertumbuh menjadi seorang pribadi yang lebih dewasa dan bertanggung jawab atas segala pilihannya. QLC adalah hal yang lumrah, bukan untuk dihindari tapi dihadapi. QLC ini adalah sebuah kesempatan dan tantangan. Dan untuk dapat keluar dari krisis, kita perlu mengambil tindakan, juga berani dalam mengambil risiko. It’s a normal process. So, apakah kita telah siap menghadapi quarter life crisis? :)
hanalzulfan | Cimahi, 25 April 2020
145 notes
·
View notes