Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Forum Group Discussions.
Pada hari ini, 11 Agustus 2017, interaksi keempat dalam acara Macaroon yang diselenggarakan HMPG ITB dilaksanakan. Peserta berkumpul di lapangan parkir GKU pukul 6.45. Peserta hari ini berjumlah 36 orang. Ada lima orang yang tidak hadir dikarenakan sakit, yaitu Tosca, Muna, Aisyah, Catherine, dan Okta. Seperti hari-hari sebelumnya, kegiatan dimulai dengan pemeriksaan spek yang harus dibawa pada hari itu di mana saya membuat suatu kesalahan yaitu foto angkatan seukuran A4 yang seharusnya ada pada map tidak tertempel dengan baik.
Kami kemudian dimobilisasi menuju selasar gedung perkuliahan dengan dipandu oleh mentor. Di selasar, mentor memberi kami sebuah karton asturo dan selembar kertas berisi pertanyaan seputar industri oleokimia. Rupanya, hari ini adalah Forum Group Discussion dengan tema berbagai jenis industri yang ada di dunia pangan di mana setiap kelompok mendapatkan topik yang berbeda dan nantinya akan dipresentasikan di depan massa HMPG dan Teknik Pangan 2016.
Industri oleokimia adalah pengolahan bahan kimia yang berasal dari minyak atau lemak dalam skala industri untuk kegunaan rumah tangga, industri, kosmetik, makanan, dan lain sebagainya. Ada dua hal yang menjadi sumber oleokimia, yaitu sumber alami seperti minyak kelapa sawit dan minyak biji karet serta bahan petrokimia seperti propilena. Salah satu contoh produk pangan yang berasal dari industri oleokimia adalah margarin, di mana margarin tersebut terbuat dari minyak biji kelapa. Terdapat pula HACCP, di mana faktor-faktornya dianalisis berdasarkan dengan tahap yang ada dalam pemrosesan.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, presentasi kelompok lain memiliki tema yang berbeda dengan kelompok kami yang menjelaskan mengenai Industri Oleokimia. Kelompok pertama menjelaskan tentang industri pengemasan bahan pangan. Pada kesempatan ini, kelompok satu menjelaskan tentang perbedaan mencolok antara kemasan produk pangan dan kemasan produk nonpangan. Mereka juga menjelaskan mengenai materi-materi yang dirasa cocok untuk menjadi bungkus dari suatu produk pangan.
Salah satu kelompok yaitu kelompok lima menjelaskan mengenai edamame sebagai pengganti tepung gandum. Kelompok ini menyinggung masalah banyaknya produksi edamame di Indonesia dan kurangnya pemanfaatan dari tumbuhan tersebut dibandingkan roti yang terbuat dari gandugn yang merupakan tumbuhan yang tidak bisa tumbuh di Indonesia.
Kelompok dua menjelaskan mengenai dairy products. Pada sesi ini, kami dijelaskan mengenai pemrosesan susu yang menggunakan system UHT yang memakan waktu tiga-lima detik di dalam pipa dan pasteurisasi yang membutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan dengan UHT.
Kelompok terakhir yang melakukan presentasi adalah kelompok tiga yang menjelaskan mengenai FMCG, yaitu fast moving consumer goods. Industri ini dijelaskan sebagai Industri yang memiliki modal paling kecil namun dapat memberikan hasil yang baik.
Setelah makan siang, sesi dilanjutkan dan kami dibagi menjadi dua bagian. Di tempat yang berbeda, dilaksanakan kuis mengenai materi Macaroon dan Massa Teknik Pangan 2016. Setelah itu, kami dimobilisasi untuk diberikan evaluasi dan tugas untuk interaksi selanjutnya.
0 notes
Text
FOR۰MA۰TUR
Pada hari ini, 10 Agustus 2017, telah dilaksanakan interaksi hari ketiga dari program kaderisasi HMPG yaitu MACAROON. Sama seperti hari-hari sebelumnya, kegiatan dimulai dari pukul tujuh pagi di lapangan GKU di mana dari tempat tersebut kami dimobilisasi untuk selanjutnya melaksanakan pemeriksaan terhadap spek yang kami bawa. Setelah pemeriksaan spek, berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini kami langsung dikelompokkan berdasarkan kelompok masing-masing dan dimobilisasi secara terpisah.
Kami sampai di pos pertama yang merupakan divisi internal dengan Kak Vira sebagai narasumber. Di pos pertama ini, Kak Vira menjelaskan bahwa materi hari ini adalah pengenalan dari badan formatur HMPG. Divisi Internal sendiri diketuai oleh Natasha Emanuella dan memiliki empat orang anggota. Menurut Kak Vira, Divisi Internal berperan sebagai perekat antar massa himpunan. Program Divisi Internal terdiri dari lima macam, yaitu MARTABAK yang merupakan program nonton bareng, pengumpulan identitas massa himpungan dalam bentuk databse, BARBERQUE atau beres-beres sekre, perayaan ulang tahun massa himpunan setiap akhir bulan, serta olahraga bersama yang sering dilaksanakan di sela-sela waktu kuliah.
Pos kedua yang kami datangi adalah Nilai dan Budaya. Pada pos ini, Kak Carla dan Kak Felicita memaparkan bahwa peran divisi ini adalah sebagai pembuat atau perancang dari identitas itu sendiri. Divisi ini diketuai oleh Abdurrafi Zakaria. Divisi ini memiliki tiga program kerja utama. ASINAN, analisis nilai & budaya himpunan, bertugas untuk melakukan Analisa dan menentukan nilai budaya yang diperlukan oleh himpunan. Terdapat tiga nilai HMPG yang dirumuskan, yaitu apresiasi, solidaritas, dan daya juang tinggi. Program kerja kedua adalah SARDEN, atau sayembara identitas, di mana programnya adalah untuk merancang identitas himpunan seperti logo, salam, dan jaket himpunan. Yang terakhir adalah BISTIK, bendera dan artistic, yang bertugas untuk membuat atribut yang bersifat fisik.
Kami kemudian bergerak menuju pos ketiga kami, yaitu pos keprofesian yang dipandu oleh Kak Ati Devara. Ketua divisi dari keprofesian sendiri adalah Evelyn Angelica. Divisi Keprofesian memiliki tiga program kerja yang tengah berjalan, yaitu trivia pangan, kajian teknik pangan, serta info lomba, magang, dan kunjungan industri. Trivia pangan merupakan kerjasama dengan Divisi Medkom di mana isinya menjelaskan mengenai fakta-fakta seputar dunia pangan. Untuk kajian sendiri, HMPG pernah melakukan satu kajian dengan bekerja sama dengan HIMATEK mengenai mikro/makro alga yang bertempat di Jatinangor. Menurut Kak Ati sendiri, alasannya berada di divisi keprofessian adalah karena ia senang untuk berkomunikasi dengan orang-orang di dunia industri yang memiliki bahasan yang cukup berbeda dengan mahasiswa.
Setelah itu, kami bergeser ke pos yang beranggotakan ketua, sekretaris, dan bendahara dari badan formatur HMPG. Ketua dari badan formatur sekaligus PJs HMPG adalah Kak Hafizh, dengan Kak Zisma sebagai sekretaris dan Kak Linda sebagai bendahara. Pada pos ini, kami dijelaskan mengenai struktur badan formatur HMPG. Kami juga diberi tahu mengenai konsep berhimpun, yaitu berlajar, berkumpul, dan berkarya. Selain itu, Kak Hafizh menjelaskan tiga asas dari HMPG, yaitu Pancasila, tri darma, dan kekeluargaan. Pos selanjutnya adalah Divisi Akademik yang diketuai oleh Musrhofa Anshori. Divisi ini memiliki enam program utama, yaitu PROLIN yang merupakan buku soal, TRIPTOFUN yang merupakan tutorial sebelum ujian, pendataan IP dan mata kuliah belum lulus dari massa pangan, menjadi penghubung dosen dan mahasiswa, menyebarkan informasi akademik, serta membagikan materi perkuliahan ke anggota HMPG.
Divisi keenam yang kami kunjungi adalah AD/ART dengan Kak Stefanie dan Kak Felly. AD, Anggaran Dasar, merupakan Undang-undang dasar atau peraturan yang mendasari keberadaan suatu himpunan dan merupakan patokan dari tujuan dan asas himpunan itu sendiri. Sedangkan ART, Anggaran Rumah Tangga, merupakan penjabaran dari AD. Pada pos ini, kami dijelaskan mengenai tujuan dari HMPG, yaitu pertama menjadi wadah bagi anggota HMPG ITB untuk berkumpul dan melaksanakan kegiatan kemahasiswaan dalam lingkup ITB, kedua turut serta mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan mahasiswa Teknik Pangan ITB dan memajukan keilmuan teknikpangan di Indonesia, ketiga sebagai sarana anggota HMPG ITB dalam menentukan nilai daya juang tinggi, solidaritas, dan apresiasi untuk menjunjung pengembangan anggota HMPG, keempat dan yang terakhir adalah untuk membina anggota HMPG untuk ikut membangun masyarakat Indonesia melalui program himpunan yang berlandaskan keprofesian teknik pangan.
Setelah istirahat makan siang, kami diberi kertas karton dan diminta untuk mengeluarkan amplop yang diberikan oleh narasumber di setiap pos. Kelompok dua berhasil mengumpulkan amplop dari seluruh pos dan memegang tujuh pos. Ternyata, tiap amplop memiliki sejumlah kata yang harus disusun dan akhirnya membentuk tujuan dari HMPG.
Interaksi hari ini ditutup dengan evaluasi mengenai performa angkatan selama interaksi serta pemberian tugas dan ketentuan untuk interaksi selanjutnya yang akan dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Agustus 2017.
0 notes
Text
Kemahasiswaan dan Studi Kasus
Interaksi kedua MACAROON 2017 dimulai pada waktu yang sama seperti kemarin, yaitu pukul 07.00 di lapangan parkir GKU. Adapun jumlah kami sebanyak 34 orang dengan tujuh orang berhalangan hadir. Pemeriksaan spek dilakukan seperti interaksi sebelumnya di mana pada hari ini terdapat delapan orang yang berhasil membawa spek secara lengkap dan benar.
Sesi hari ini dimulai dengan pemaparan mengenai kemahasiswaan dan KM ITB oleh presiden menjabat KM ITB, Ardhi Rasy Wardhana TA’13. Sebelum menjelaskan mengenai materi hari itu, Kak Ardhi berbagi mengenai pengalamannya beraktivitas selama menjadi mahasiswa ITB. Aktivitas yang pernah ia lakukan meliputi kegiatan kemasyarakat yang bergerak di bidang advokasi pada tahun pertama, coordinator lapangan OSKM di mana ia mendapatkan banyak sekali pembelajaran terhadap hidup, serta kiprahnya kini di KM ITB. Pada kesempatan kali ini, Kak Ardhi menjelaskan sejarah dari KM ITB yang awalnya bernama Dewan Mahasiswa ITB yang berfokus pada gerakan eksternal mahasiswa. Pada awalnya, setelah Dewan Mahasiswa di Indonesia dibubarkan atas perintah dari Menteri, beberapa universitas di Indonesia beralih pada senat mahasiswa. Akan tetapi, ITB sejak awal menolak adanya Senat Mahasiswa dan tetap berpegang teguh hingga akhirnya terbentuklah KM ITB. Selain itu, Kak Ardhi juga menjelaskan struktur dan visi-misi dari KM ITB, serta mengulas kembali mengenai tujuh budaya kampus dan rancangan umum kaderisasi. Sesi pertama hari ini ditutup oleh sejumlah pertanyaan, yang mana salah satu jawaban dari Kak Ardhi sangatlah menginspirasi saya. Kak Ardhi mengatakan, bahwa ketiak kita dihadapkan oleh pilihan akademik dan kemahasiswaan, skala prioritas dari kedua hal tersebut adalah tidak mutlak. Ada kalanya kita harus mementingkan akademik, dan ada kalanya kita harus lebih memprioritaskan kemahasiswaan. Apapun itu, kita harus sadar betul akan pilihan kita dan bertanggung jawab atas konsekuensinya.
Setelah sesi mengenai KM ITB dengan Kak Ardhi, sesi kedua tetap mengenai kemahasiswaan yaitu mengenai urgensi dari berhimpun itu sendiri. Ahmad Shodiq dan Muhammad Ghazi dari Teknik Kimia 2013. Menurut Kak Shodiq, adanya HMJ dilandaskan oleh hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Selain itu, HMJ merupakan sarana untuk mengakomodasi kebutuhan mahasiswa dan mengembangkan penelitian serta pengabdian masyarakat. Kak Shodiq juga berpendapat bahwa himpunan merupakan suatu organisasi yang ada dari, oleh, dan untuk kita sendiri. Pada sesi kedua ini, Kak Ghazi juga menjelaskan mengenai kepengurusan dan program yang umumnya ada pada himpunan. Program tersebut meliputi kaderisasi, pengembangan minat bakat, kajian keprofesian, pengabdian masyarakat, dan lain sebagainya.
Usai istirahat, shalat, dan makan, kami masih berada di sekitar ruang seminar. Perbedaannya dengan hari kemarin, sesi ketiga hari ini diisi oleh studi kasus. Kami diberikan sebuah kasus di mana akan diadakan perayaan ulangtahun HMPG yang pertama. Pada kasus tersebut, kami diminta untuk menetukan organigram dari kepanitiaan berdasarkan sejumlah karakter yang diberikan pada modul sekaligus konsep acara dan beberapa pertanyaan.
Interaksi hari kedua diakhiri sekitar pukul enam sore setelah evaluasi kinerja angkatan dan pemberian tugas untuk interaksi selanjutnya.
Jasmine Raihana
14316036
#MACAROON2017
0 notes
Text
Program Studi, Pekerjaan, Kuliah
Pada Hari Selasa, 8 Agustus 2017, calon massa himpunan HMPG melaksanakan hari pertama interaksi MACAROON di bawah bimbingan massa himpunan HMPG. Kegiatan dimulai pada pukul tujuh pagi. Seluruh peserta MACAROON memeriksa seluruh spek yang perlu dibawa pada hari itu. Pada saat pemeriksaan spek, saya menyadari keteledoran saya sebagai penanggungjawab yang tidak sengaja kurang dalam menyampaikan amanah.
Setelah pemeriksaan spek, peserta melakukan mobilisasi ke lantai tiga GKU, tempat kegiatan inti MACAROON hari itu dilaksanakan. Kegiatan intinya adalah seminar yang diisi oleh sejumlah narasumber yang berpengalaman di bidang pangan—mencakup kepala prodi teknik pangan, seorang entrepreneur, dan mahasiswa ITB.
Pembicara pertama adalah Ibu Dr. Ir. Melia Laniwati Gunawan, M.Sc selaku ketua prodi dari Teknik Pangan. Pada sesi pertama ini, beliau menjelaskan mengenai sejarah program studi Teknik Pangan di ITB, hal ini meliputi perjuangan beliau serta asal mula Teknik Pangan yang awalnya merupakan sub-prodi dari Teknik Kimia dengan nama Teknologi Pangan. Selain sejarah mengenai program studi, Ibu Melia juga memaparkan perbedaan antara Teknik Pangan dan Teknologi Pangan, di mana perbedaan yang paling menonjol ialah Teknik Pangan merupakan program studi yang merancang dan mengembangkan teknologi dari pengolahan pangan sementara Teknologi Pangan mmendalami tentang pemakaian dan penerapan dari teknologi itu sendiri. Sesi ini ditutup dengan penjelasan lebih lanjut mengenai silabus dan mata kuliah pilihan yang tersedia untuk mahasiswa teknik pangan.
Setelah istirahat, shalat, dan makan, sesi kedua dilanjutkan oleh Bapak Agung Setriyadi Wibowo, S.T. M.Sc yang merupakan alumni dari Teknik Kimia ITB angkatan 2007. Pada kesempatan kali ini, Bapak Agung membagikan pengalamannya bekerja di sejumlah perusahaan seperti Givaudan dan Nutricia, serta pengalaman beliau sebagai seorang pengusaha yang pernah bergerak di bidang pangan di mana beliau memanfaatkan salah satu bahan baku khas Indonesia, yaitu jahe. Bapak Agung menjelaskan mengenai jabatan dan deskripsi pekerjaan dari posisi yang pernah beliau lakukan selama bekerja di Givaudan dan Nutricia. Selain itu, beliau juga menceritakan mengenai suasana dunia kerja yang jauh berbeda dengan suasana kuliah. Menurut beliau, dunia kerja merupakan dunia dengan lingkungan yang sangat berbeda di mana ktia merupakan seorang “single fighter” yang harus memenuhi ekspektasi orang lain yang tinggi terhadap lulusan alumni ITB. Beliau juga berpesan untuk memiliki banyak teman di disiplin ilmu yang berbeda dan jangan takut untuk mencoba sebagai pengusaha di kala muda.
Sesi terakhir hari ini ditutup oleh pemaparan dari Kak Devina Regina yang merupakan mahasiswi Teknik Kimia angkatan 2014. Seperti yang kita ketahui, angkatan 2014 merupakan angkatan terakhir Teknik Kimia memiliki sub-prodi Teknologi Pangan. Pada sesi ketiga ini, Kak Devina menjelaskan tentang titik tertinggi dan terendahnya selama menjadi mahasiswa, di mana penjelasannya berfokus pada titik tertingginya ketika ia berhasil melakukan training yang difasilitasi oleh sejumlah instansi dan internship di perusahaan bidang pangan seperti Nutrifood dan Garudafood. Sebagai sesama mahasiswa, Kak Devina mengatakan bahwa hal yang ia lakukan untuk mencapai seluruh pencapaiannya adalah dengan selalu bahagia, disiplin terhadap diri sendiri, menjadi pribadi yang bertanggung jawab, selalu membuat prioritas dan tujuan, serta menjadi seseorang yang dapat menerima kegagalan.
MACAROON hari ini ditutup dengan evaluasi angkatan serta penjelasan mengenai tugas yang perlu dipenuhi untuk pertemuan selanjutnya.
Jasmine Raihana
14316036
0 notes
Text
Insinyur Pangan dalam Industri Pangan dan Realisasi Kedaulatan Pangan
Sebagai pemimpin Republik Indonesia untuk tahun 2014-2019, Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kalla memiliki sejumlah program kerja untuk direalisasikan. Dari sejumlah program kerja yang ada, terdapat sembilan agenda yang menjadi prioritas. Nawacita, sebutan dari Sembilan agenda tersebut, merupakan agenda prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk menuju Indonesia yang berdaulat dalam bidang politik, mandiri secara ekonomi, serta memiliki kepribadian berbudaya. Secara garis besar, agenda yang tercantum pada nawacita adalah mengenai keamanan negara, tata kelola pemerintahan, kesetaraan pembangunan, pemberantasan korupsi, peningkatan kualitas hidup rakyat, peningkatan produktivitas sumber daya manusia, perwujudan nyata dari kemandirian ekonomi, revolusi karakter bangsa, serta peningkatan nilai ke-Bhineka-an.
Secara khusus, terdapat dua point yang akan digarisbawahi pada tulisan ini, yaitu nomor enam dan tujuh, mengenai produktivitas sumber daya manusia, serta kemandirian ekonomi. Poin nomor enam dalam nawacita adalah, “Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. (Joko Widodo, 2014.)” Luaran yang diharapkan dari agenda ini adalah agar Indonesia dapat bangkit dan bergerak Bersama bangsa-bangsa lain, terutama di wilayah asia. Program kerja yang tercakup dalam agenda ini meliputi pembangunan dan peremajaan sejumlah infrastruktur seperti jalan, kawasan pelabuhan dan bandara, pasar dan pusat perdagangan, serta kawasan industri. Inftastruktur tersebut dinilai memiliki peran penting dalam kemajuan bangsa dan ekonomi. Presiden Joko Widodo juga mencanangkan layanan inventasi, membenahi efisiensi perijinan bisnis, serta meluncurkan insentif kebijakan fiskal dan nonfiskal. Selain itu, pada poin keenam ini, Presiden Joko Widodo dalam visi misinya juga akan memaksimalkan BUMN, Badan Usaha Milik Negara, sebagai salah satu agen dari pembangunan yang ada. Selain dari sisi infrastuktur, produktivitas sumber daya manusia dapat diraih dengan peningkatan mutu dari sarana pendidikan. Menyadari hal itu, dalam poin ini juga dipaparkan rencana Presiden Joko Widodo untuk menambah anggaran riset guna mendukung pada innovator dan inventor di berbagai bidang serta meningkatkan efisiensi dari instansi urusan hak cipta. Sejumlah techno park juga akan dibangun di lingkungan pendidikan, seperti daerah ramai SMK atau politeknik, dengan harapan dapat menjadi sarana pembelajaran yang baik untuk menghasilkan inovasi teknologi. Peremajaan serta pembangunan infrastuktur, penyediaan layanan masyarakat, serta peningkatan sarana belajar ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas rakyat Indonesia dalam menghasilkan sesuatu yang memiliki daya saing di pasar internasional khususnya di bidang industri manufaktur, industri pangan, sektor maritim, serta pariwisata. Di mana hal tersebut nantinya akan memberi pelung bagi negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Keberhasilan dari program nomor enam dapat berdampak pada poin nomor tujuh yaitu, “Kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis domestik. (Joko Widodo, 2014.)” Pada poin ini, Presiden Joko Widodo mengagendakan kedaulatan pangan, energi, serta keuangan. Di bidang keenergian, Presiden menargetkan pengurangan impor energi minyak dengan peningkatan efisiensi dari BUMN yang bergerak di sektor energi serta pengembangan energi yang terbarukan. Sementara itu, di bidang pangan, Presiden Joko Widodo mengagendakan pembangunan kedaultan pangan yang berbasis agribisnis kerakyatan. Agenda ini dilaksanakan dengan melalui empat pendekatan; Yang pertama adalah pengendalian atas impor pangan di sektor beras, jagung, daging sapi, kedelai, bawang merah, dan cabai merah, yang ditujukan untuk memaksimalkan potensi dari pertanian, perkebunan, dan peternakan yang ada di Indonesia. Yang kedua, adalah meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus regenerasi petani dengan mencanangkan desa berdaulat benih, peningkatan kemampuan tani, pembangunan dan peremajaan irigasi, serta pembentukan organisasi tani dan pola hubungan antara petani dan pemerintah. Yang ketiga adalah reforma agraria, yang mencakup permasalahan lahan, di mana akan dilakukan peningkatan redistribusi tanah untuk petani serta peningkatan akses petani terhadap kepemilikan lahan pertanian. Yang terakhir adalah perencanaan pembangunan sejumlah organisasi yang bergerak di bidang tani, seperti pembangunan bank tani, UMKM, Koperasi, serta gudang yang dapat memfasilitasi pengolahan produksi hasil tani. Dari dua poin di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan agenda nawacita poin enam dan tujuh akan sedikit banyak memenuhi agenda Presiden Jokowi pada poin ke lima nawacita, “Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.” Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah pada poin keenam, industri pangan merupakan salah satu sektor yang diharapkan untuk meningkatkan perekonomian nasional, sedangkan pada poin ketujuh telah dijabarkan mengenai kedaulatan pangan yang menjadi salah satu prioritas Presiden Joko Widodo pada masa kepemimpinannya kali ini. Dari dua hal tersebut, dapat terlihat bahwa bidang industri pangan dan kedaulatan pangan merupakan dua hal beriringan dan bersifat penting dalam perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pangan, pada dasarnya, adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Menurut undang-undang nomor 18 tahun 2012, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, serta perairan, berbentuk bahan mentah ataupun olahan, yang diperuntukkan sebagai bahan konsumsi manusia. Industri pangan sendiri, mencakup keseluruhan proses produksi bahan pangan dari bahan mentah hingga ke proses distribusi (Winarno, 1989). Karena adanya laju pertumbuhan penduduk dan perubahan demografi penduduk yang ada di Indonesia yang mengakibatkan perubahan permintaan dan kebutuhan akan bahan pangan—baik itu bahan mentah maupun hasil olahan, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa indsutri pangan merupakan salah satu komoditas industri yang menjanjikan dan akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Alasan lain yang memicu perkembangan indsutri pangan adalah kenaikan indeks harapan hidup dan banyaknya masyarakat urban di Indonesia. Hal ini mengakibatkan daya beli yang bertambah sekaligus tuntutan akan produk pangan yang lebih berkualitas meningkat—di mana, produk hasil olahan pangan yang bermutu tinggi tentu nantinya akan dapat bersaing dengan produk sejenis di pasar internasional. Kedaulatan pangan Indonesia juga turut diatur dalam undang-undang nomor 18 tahun 2012, di mana kedaulatan pangan itu sendiri didefinisikan sebagai hak negara untuk menentukan kebijakan pangan secara mandiri, di mana kebijakan tersebut menjamin hak rakyat atas pangan dan memberi hak bagi masyarakat untuk menentukan system pangan yang sesuai. Kedaulatan pangan sendiri kerap dikaitkan dengan kemandirian pangan, yaitu kemampuan negara dalam melakukan produksi bahan pangan dengan memanfaatkan segala potensi di dalam negeri yang dapat menjamin terpenuhnya kebutuhan pangan yang cukup hingga tingkat perseorangan. Sampai saat ini, Indonesia masih belum dapat dibilang berhasil dalam mencapai kemandirian pangan, mengingat masih banyaknya daerah yang dilanda gizi buruk yang mengindikasikan bahwa produk pangan—baik itu produk segar ataupun olahan—di Indonesia masih belum bias memenuhi kebutuhan pangan masyarakat hingga tingkat perseorangan. Industri pangan dan kedaulatan pangan dinilai sebagai salah dua faktor yang akan mendorong keberhasilan agenda prioritas dari Joko Widodo tersebut, terutama dibidang produktivitas sumber daya manusia dan guna mencapai kemandirian ekonomi. Layaknya program kerja pada umumnya, agenda ini tentu saja membutuhkan campur tangan dari sumber daya manusia professional guna merealisasikan agenda yang ada di dalamnya. Untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan perkembangan industri pangan, layaknya kita memerlukan ahli ekonomi, tenaga pendidikan, insinyur sipil, insinyur pangan, dan lain sebagainya. Keprofesian insinyur pangan masih terbilang asing di Indonesia. Insinyur pangan sendiri merupakan luaran dari program studi teknik pangan yang ada di perguruan tinggi, misalnya Institut Teknologi Bandung yang memiliki program studi Teknik pangan yang dilokasikan di kampus Jatinangor. Pada program studi teknik pangan sendiri, pembelajaran difokuskan pada teknologi pengolahan pangan. Maka dari itu, seorang Insinyur pangan merupakan sosok yang dapat mengetahui komponen dan potensi pangan di suatu daerah sehingga nantinya ia dapat merumuskan solusi dari masalah yang berhubungan dengan pemrosesan dan pengolahan pangan di bidang industri. Dari deskripsi tersebut, kita dapat meyakini bahwa seorang insinyur pangan sejatinya dibutuhkan dalam mengembangkan industri pangan dan untuk mencapai kedaulatan pangan. Bagaimana insinyur pangan dapat berperan untuk meningkatkan industri pangan di Indonesia? Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah kita lebih cenderung untuk mengekspor bahan segar dibandingkan produk pangan olahan, hal ini dikarenakan minimnya lahan indsutri yang dapat memaksimalkan potensi dari banyaknya bahan pangan yang ada. Padahal, ada banyak kemungkinan bahwa bahan segar tersebut akan dibawa kembali ke Indonesia dalam bentuk produk olahan dengan harga yang lebih tinggi. Jika kita berhasil menciptakan suatu lahan indsutri untuk memaksimalkan bahan pangan segar yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang ada, nilai jual dari produk pangan olahan tersebut akan lebih tinggi jika diekspor dan lebih terjangkau dibanding produk impor sejenis. Produk olahan pangan yang berkualitas ekspor nantinya akan memiliki daya saing dan mutu yang tidak jauh berbeda dengan produk yang beredar di pasar internasional, di mana hasil dari produk ekspor di pasar internasional tentu sedikit banyak akan berpengaruh positif terhadap ekonomi negara. Di sinilah insinyur pangan akan banyak berperan guna meningkatkan indsutri pangan. Seorang insinyur pangan telah terkualifikasi untuk dapat memformulasikan solusi dari masalah yang menyangkut pemprosesan dan pengolahan bahan pangan pada skala industri sekaligus memiliki pengetahuan mengenai kondisi pangan yang ada. Setiap daerah memiliki hasil bahan pangan segar dan kondisi alam tersendiri, sehinga metode pengolahan yang perlu dilakukan pun menjadi berbeda. Peran dari seorang insinyur pangan akan sangat penting, Karena pengetahuannya mengenai kondisi pangan akan dapat menciptakan suatu system yang sesuai dengan kondisi dari suatu daerah. Sehingga sangatlah memungkinkan bagi seorang insinyur pangan untuk merumuskan suatu proses pengolahan bahan pangan dengan kualitas tinggi yang dapat memaksimalkan potensi dari bahan pangan segar suatu daerah sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan perseorangan sekaligus meningkatkan harga jual yang nantinya akan berpengaruh pada keadaan ekonomi. Peningkatan industri pangan ini juga dapat mengurangi jumlah impor bahan pangan segar—di mana pengurangan impor bahan pangan segar merupakan salah satu program Presiden Joko Widodo untuk mencapai kedaulatan pangan dalam agenda nawacita. Sejatinya, Indonesia memiliki banyak sekali variasi bahan pangan segar yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti dari bahan pangan segar yang perlu diimpor. Pada Forum Group Discussion di Wisma Garuda Food tahun 2015 lalu, Tatang Hernas Soerawidjaja, seorang dosen Teknik Kimia ITB, menyatakan bahwa Indonesia sebaiknya mencoba untuk mencari pengganti dari bahan pangan segar impor dibandingkan dengan memenuhi permintaan dari sisi jumlah dengan melakukan impor untuk bahan pangan segar terkait. Sampai saat ini, Indonesia perlu melakukan impor untuk beberapa bahan pangan segar, misalnya gandum yang dibutuhkan untuk pembuatan tepung terigu. Permintaan tepung terigu sendiri cukuplah tinggi dalam industri pangan dan rumah tangga, misalnya dalam industri roti dan usaha kue rumahan. Sebagai seorang insinyur pangan, sangatlah mungkin untuk membuat suatu proses dengan skala industri yang dapat memanfaatkan bahan pangan segar lokal untuk membuat tepung yang memiliki struktur dan kegunaan mirip dengan tepung terigu. Sehingga nantinya, hasil olahan bahan pangan segar yang menggunakan bahan pangan lokal tidak hanya dapat menjadi pengganti dari bahan baku impor, tapi juga dapat menjadi suatu produk industri tersendiri yang memiliki keunikan dan daya jual. Selain tingginya jumlah bahan pangan yang diimpor, salah satu permasalahan pangan di Indonesia adalah belum terpenuhinya kebutuhan pangan pada tingkat perseorangan di seluruh daerah di Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh adanya daerah yang masih memiliki tingkat gizi buruk yang cukup memprihatinkan. Dalam pengembangan industri pangan, tugas seorang insinyur pangan adalah menciptakan suatu system pemprosesan pangan yang juga meliputi produksi, pengemasan, penyimpanan, serta pendistribusian. Adalah penting bagi seorang insinyur pangan untuk memastikan bahwa produk hasil olahan pangan dapat didistribusikan ke banyak tempat tanpa merubah nilai kualitas ataupun tingkat keamanan dari produk tersebut. Melalui industri pangan yang stabil, sangatlah mungkin bagi seorang insinyur pangan untuk memformulasikan suatu pemprosesan di mana bahan pangan diolah dengan sedemikian rupa hingga memungkan bagi hasil produk olahannya untuk didistribusikan ke berbagai daerah. Seperti yang kita tahu, perbedaan kondisi alam suatu daerah mengakibatkan perbedaan hasil pangan yang dihasilkan. Beberapa daerah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan bahan tertentu, sehingga tersedianya produk lokal yang berkualitas dan tahan lama tentu akan sangat membantu dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Sejatinya, kedaulatan pangan tidaklah bisa lepas dari ketahanan dan kemandirian pangan, di mana adanya insinyur pangan dan peningkatan industri pangan diharapkan dapat membantu negara untuk mencapai kemandirian pangan dan memaksimalkan kedaulatan pangan Indonesia seperti yang dicita-citakan Presiden Joko Widodo dalam agenda nawacita. Peningkatan industri pangan juga diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia sekaligus menghasilkan produk-produk berkualitas yang memiliki daya saing jika dibandingkan dengan produk-produk serupa di pasar internasional. Meningkatnya produk berkualitas dan tingkat ekspor negara tentunya berpengaruh positif pada keadaan ekonomi negara. Sehingga sangatlah memungkinkan bagi Indonesia untuk mencapai kemandirian ekonomi yang telah diagendakan oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Meskipun profesi insinyur pangan masih terbilang baru dan asing di Indoensia, seorang insinyur pangan memiliki peluang kontribusi yang sangat besar untuk berperan dalam kemajuan industri pangan sekaligus merealisasikan kedaulatan pangan bangsa Indonesia. Karena sesungguhnya industri pangan dan kedaulatan pangan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling berpengaruh. Kekayaan variasi bahan pangan segar dan peningkatan permintaan akan produk olahan pangan seiring berjalannya waktu menjadikan industri pangan sebagai salah satu komoditi industri yang paling menjanjikan dan berpotensi untuk terus berkembang di masa depan. Maka, tidaklah aneh jika dalam beberapa tahun ke depan, insinyur pangan merupakan profesi yang dicari oleh berbagai perusahan, termasuk Badan Usaha Milik Negara.
Referensi: 1. Visi, Misi, dan Program Aksi Joko Widodo & Jusuf Kalla. Jakarta, 2014. (disadur dari kpu.go.id, 21 Juni 2017.) 2. https://www.itb.ac.id/program-studi-sarjana-teknik-pangan (21 Juni 2017) 3. Syahyuti, Sunarsih, Sri Wahyuni, dkk. Kedaulatan Pangan Sebagai Basis untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional. Bogor, 2015. 4. https://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/3086403/indonesia-kaya-tanaman-pangan-tak-perlu-andalkan-impor (22 Juni 2017) 5. http://bkp.pertanian.go.id/bkp-sumsel/tinymcpuk/gambar/file/Industri%20Pangan%20-%20Sebuah%20Pendapat%20dari%20Warga%20Negara%20Indonesia.pdf (22 Juni 2017) 6. https://apwardhanu.wordpress.com/2009/06/26/pangan-dan-industri-pangan/ (22 Juni 2017) 7. https://indofishtama.wordpress.com/2012/12/25/uu-nomor-18-tahun-2012-tentang-pangan/ (22 Juni 2017)
0 notes
Text
Jasmine dalam 5W
Selain bagaimana, pertanyaan kita selalu meliputi lima kata ini: Siapa, Apa, Kapan, Di mana, Mengapa.
Jika pertanyaan ini tentang saya, adakah jawabnya?
Who Nama saya Jasmine Raihana, anak pertama dari empat bersaudra yang semuanya perempuan. Lebih akrab dipanggil Jasmine, dengan segala pemendekan dari kata tersebut, namun tidak suka jika dipanggil Hana.
What Sejak kecil, impian saya selalu berhubungan dengan seni ataupun gambar, dimulai dari illustrator, arsitek, hingga desainer grafis. Namun seiring dengan berjalannya waktu, saya bertanya pada diri saya sendiri, “Apa ini yang ingin kamu lakukan seumur hidupmu?” Mengenai apa yang ingin saya lakukan, apa yang ingin saya capai dalam hidup, jujur saja ada banyak hal yang masih terasa abu-abu. Tapi satu hal yang sudah saya mantapkan, saya ingin berada di bidang Industri—khususnya Industri Pangan. Dan satu hal lagi yang menarik dari masa kini, saya bisa memiliki banyak profesi, bahkan kadang hobi dapat menjadi profesi yang menguntungkan. Maka dari itu, saya berusaha untuk tidak melepas kecintaan saya terhadap membaca, kaligrafi, dan journaling.
When Lahir? Lebih sedikit dari pukul dua pagi, 28 Januari 1998, hanya satu hari sebelum hari raya, terdengar tangisan bayi perempuan di sebuah klinik bersalin di tengah hiruk pikuk Kota Bandung. Pertama kali jatuh Cinta? Mungkin sebaiknya perihal ini tidak perlu ditanyakan. Maksudnya—mencintai industri pangan. Saat itu saya kelas sebelas, dan salah satu guru kimia saya—Bapak Emil Yakun—memberi suatu tugas, menerjemahkan buku asing lalu mempresentasikannya di depan kelas. Pilihan saya tertuju pada suatu buku tentang coklat, tentang sejarahnya hingga proses pengolahannya dalam skala industri. Pada saat itu, saya mulai jatuh cinta.
Where Dilahirkan di Bandung, Kota Kembang itu menjadi suatu tempat special bagi saya. Tapi tidak, masa kecil saya bukanlah tentang menyaksikan Bandung menjadi kota yang seperti adanya saat ini. Masa kecil saya dihabiskan di Cikarang, pinggiran Bekasi yang sekarang lebih terkenal dengan gerbang tol mematikan dibandingkan dengan fakta bahwa satu dari dua pabrik Matel berada di sana, di mana saya mengalami perjalanan dalam pencarian jati diri. Saya menempuh pendidikan dasar dan menengah pertama di Cikarang, SD Al-Azhar dan SMP Negeri 1, di mana saya sadar bahwa sesungguhnya dunia itu sangat luas. Hal itulah yang menjadi salah satu motivasi saya untuk melanjutkan pendidikan cukup jauh dari rumah, yaitu ibu kota, tepatnya SMANU MH Thamrin Jakarta. Pada akhirnya, Bandung adalah tempat saya kembali. Diterima di Institut Teknologi Bandung, saya menghabiskan tahun pertama untuk mengeksplorasi diri dan belajar lebih banyak. Namun, perjalanan belum selesai, Karena buku baru tentang Jatinangor baru saja dimulai, sebagai seorang mahasiswi Teknik Pangan.
Why Jika memang benar-benar ingin dipikirkan, ada banyak alasan kenapa saya tertarik pada dunia makanan, khususnya bidang industrinya. Namun seperti layaknya jatuh cinta di novel romansa, semua jawaban hanya akan terdengar seperti excuse Karena sebenarnya, we just did, kita jatuh cinta pada hal yang membuat kita bahagia.
Pertama, segala hal di Industri Pangan tampak rapi, terorganisir, dan steril. Hal itu selalu berhasil membuat saya takjub. Kedua, Mega Food Factory, suatu acara televise mengenai proses pengolahan skala industry. Ketiga, makanan merupakan kebutuhan pokok seluruh manusia. Ada banyak alasan lain, tapi ini adalah satu dari sedikit jawaban “Ya” yang saya dapatkan dari pertanyaan yang selalu saya tanyakan pada diri saya sendiri, “Apakah ini yang kamu ingin lakukan seumur hidupmu?”
0 notes