Text
Lelaki dan perempuan adalah seperti dua sayap dari seekor burung
Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya. Jika patah satu dari dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali
Ir. Soekarno
0 notes
Text
Perjalanan ini dihiasi oleh bunga juga duri, jika yang dituju memetik bunga, maka duri sebagai pelindungnya. Saat duri yang diinginkan, maka bunga penghiasnya.
Suka menjadi hasrat setiap insan, lantas kenapa Tuhan menciptakan duka? Sedih diterjang duka, haruskah bahagia disaat suka?
Kaki ini juga tidak tunggal dalam melangkah, kanan dan kiri berpacu dalam nadanya. Kiri dianggap kotor, mengapa kiri dibutuhkan?
Bukankah hitam dan putih harus ada?
Atas dan bawah harus ada?
Baik dan buruk harus ada?
Siang dan malam juga harus ada?
Tidak mungkinlah hanya mengharapkan siang saja di dunia, dan tidak bahagialah tanpa ada kedukaan mendalam.
27/10'20
0 notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/e8c849d9bfb65f79afb47118d8dd83bd/c8d4ac5cfdd2ab74-cf/s540x810/51a854713ae9bbe2deb3af4d80773983cd2c1f28.jpg)
Biarpun matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, dengan maksud-maksud mereka hendak menghentikan prinsip dan perjuangan hidupku, aku tak akan berhenti sampai kapanpun, bahkan hingga mati sekalipun!
0 notes
Text
Untukmu Dewiku..
Ketika senja hadir di Sumbawa, membangun ruang-ruang sendu
Ketika aksara dan rasaku tak saling menyatu
Ketika itu aku putus asa untuk mencoba menggapaimu
Tetapi tenanglah Dewiku..
Aku adalah orang yang akan selalu mendampingimu
Bukan karena apa-apa
Tapi untuk membuktikan bahwa aku adalah lelaki yang paling dalam mencintaimu
Sumbawa, 08/10'19
0 notes
Text
Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Hanya saja di setiap perjuangan harus ada pengorbanan.
Wayan Suardiyasa
0 notes
Text
Janganlah hidup terlalu lurus atau terlalu jujur, sebab begitu Anda pergi ke hutan Anda akan melihat bahwa pohon-pohon yang lurus ditebang, sedangkan pohon-pohon yang bengkok dibiarkan hidup.
0 notes
Text
Dilan '20'
Tak pernahku sangka tiap harinya aku menyambut indahnya mentari pagi hari, melewati detik demi detik, hari demi hari di area pertambangan. Minggu pertama disini terasa seperti menjalani kurungan penjara berbulan-bulan, karyawan tambang seperti robot yang bisanya kerja selama 12 jam lalu sisa hari itu untuk istirhat. Tidak ada basa basi, tidak ada hiburan, tidak ada waktu untuk menikmati rokok merk Dunhill kegemaranku. Aku sangat muak dengan situasi ini. Untuk menghilangkan rasa itu, aku terkadang menikmati Vodka Martini di satu-satunya Bar disana. Sendiri! Ya.. hanya sendiri tidak ada yang menemani terkecuali karyawan Bar yang hanya menyapa "Malam Mas.. Menu biasa ya?" Dia paham apa yang hendak aku pesan, aku hanya menjawab dengan senyum menggoda. Hanya itu hiburanku disini.
Hari berganti dan bulan berlalu pertanda tugasku di tambang ini sudah berakhir dan aku harus kembali menjalani tugas itu dalam beberapa bulan kedepan, begitulah seterusnya. Aku bagian dari keluarga besar salah satu pasukan bersenjata di republik ini, teman-teman memanggilku Dilan (adalah singkatan dari nama panjangku).
Desember 2018, aku kembali mendapatkan tugas yang sama, sungguh berat rasanya aku harus berangkat menuju tambang lagi. Aku pun tak sempat menolak tugas ini, karena memang tak ada alasan menolaknya. Sekarang hanya berusaha menikmati "penjara" tambang ini. Aktivitas yang sama, orang-orang yang sama, rasa terkurung yang sama seperti tugas beberapa bulan sebelumnya. Sampai pada akhirnya aku menatap seorang gadis berambut panjang, mengenakan jaket warna kuning dengan senyuman sederhana bersama teman-temannya di Bar, lalu hati ini berkata "Sungguh indah ciptaan Tuhan" sambil menikmati minumanku. Dan naluriku sebagai lelaki muncul untuk kenal gadis itu. "Dilan..." panggil seorang teman yang sengaja mengundangku ke acara perpisahan salah satu karyawan tambang di Bar itu "Apa mas lihat? Serius amat.." hanya bisa senyum lalu aku jawab "Setelah acara ini kita bicara serius mas, saya baru saja menemukan keindahan tambang, ternyata ada permata di dalam penjara". "Ada apa mas Dilan?" balas Dedy panggilan akrab temanku itu. "Udah nanti aja mas kita bahas di mobil!" Aku terus melempar pandanganku untuk gadis cantik yang membuat hatiku bergetar.
Malam itu Dedy menyumbangkan sesuatu yang bagiku sangat bernilai, dibisikannya nama gadis berjaket kuning nan mempesona, Gendis... (Nama yang cukup indah kan?) dari kata inilah aku memulai ceritaku. Tak butuh waktu lama, hanya 14 jam setelah nama itu tersimpan di otakku, aku mendapatkan biodata, nomor handphone Gendis tentunya langsung aku kirim pesan singkat via WhatsApp "Selamat sore, salam kenal Aku Dilan.. Aku ramal kita ketemu suatu saat nanti." kataku lewat pesan sore itu. Dia hanya membalas dengan emote senyum, itu harapan besar bagiku untuk mengenal dia, mungkin bagi Gendis, balasan itu sebatas cara menghormati chat nyasar yang sampai ke layar handphonenya. Namun aku yang keras kepala terus membungkamnya, tanggal 23 Desember dengan keberanian luarbiasa aku mengetuk pintu kamarnya dan memberikan dia hadiah coklat. "Maaf.. Siapa ya?" tegur Gendis. "Ramalanku tidak akan pernah salah Gendis!" jawabku berwibawa kemudian tanpa basa basi langsung meninggalkan kamar Gendis. Semenjak itulah kami sering berbalas pesan singkat.
Beberapa bulan setelah kejadian itu, aku kembali bertemu dengan Gendis. Kami tidak saling sapa, tak ada ramalan terucap lagi, Gendis lagi serius menghitung langkah kakinya, kebetulan aku di dalam mobil. Dia benar benar mengalihkan alam bawah sadarku, mengalihkan duniaku. Aku terpesona akan kecantikannya. Selama berbulan bulan aku hanya bisa menyapanya di pesan singkat. Aku berdoa dalam hati semoga langkahku selanjutnya beriringan dengan langkah Gendis. Tepat satu hari setelah kejadian itu, dengan segala upaya, aku menaruh cokelat dan bunga tepat di atas ranjang Gendis. Sebuah tindakan nekat, tapi semoga dia senang dengan cara ini. Dia satu-satunya karyawan tambang yang mampu memaksa untuk berlaku nekat dan sedikit romantis. Aku selalu membuat keadaan seolah-olah aku berada dekat dia secara kebetulan, aku menyusunnya dengan rapi. Sekira pukul 6 sore, jam pulang kantor Gendis, untuk pertama kali dia menelponku, mungkin karena ada cokelat dan bunga diatas bantalnya. Dia menvonisku menaruh benda romantis itu, tapi aku terus menyangkalnya untuk memastikan seberapa yakinnya Gendis kalau bunga itu aku yang siapkan? Pertanda kalau dia tidak dekat dengan laki-laki lain. Aku bahagia dia menerimanya, bunga dan cokelat itu sekarang adalah milik Gendis. Sungguh bahagia, sampai mimpiku pun ikut tersenyum malam itu.
Hariku yang terasa seperti "penjara" kini telah berubah, muka cuek karyawan tambang kini menebar senyum, semua aktivitas tambang kini menjadi hiburanku, bahkan rumput liarpun amat indah kupandang. Beberapa kali makan bersama Gendis, cerita, telponan sampai aku sering berkunjung ke kantornya, walaupun aku lebih sering terlambat 11 menit, mengingkari janji kita. Gendis sosok wanita hebat bagiku, jauh dengan keluarga, dia masih setegar itu untuk bekerja. Aku selalu memujinya, walaupun terkadang aku menyindir tentang berat badannya sebagai candaan, aku sungguh jadi pemujanya saat ini. Suatu malam ketika kami usai makan bareng, dan seperti biasa kuantar dia sampai depan kamarnya, aku selalu berusaha melindungi dia dengan caraku. Aku memberanikan diri menahan Gendis untuk bicara, senyum manisnya tak akan bisa dilupakan. "Gendis.. Aku tak pernah mencarimu, kamu juga tidak pernah mencariku. Tuhan mempertemukan kita disini. Aku suka kamu, mungkin rasa suka ini akan berubah jadi cinta!" ungkapku dengan lembut, tatapanku yang fokus ke matanya. "Hahahahaha... Kamu bohong kan?" Gendis tertawa, aku hanya diam, sampai Gendis sadar kalau tatap mataku menunjukan keseriusan.
"Kamu baik Dilan, pemberani, sosok yang selalu mengejutkan, romantis dan itu pasti dambaan setiap wanita. Tapi maaf Aku lagi dekat dengan seseorang di Surabaya (kota kelahiran Gendis)!" ucapan lembut sekaligus tegas seorang Gendis yang meleburkan segenap rasaku. Aku menarik nafas panjang sembari memperbaiki puing-puing dalam hatiku, dengan sangat hati-hati aku menjawab "Terimakasih Ndis atas jawabanmu.. Maaf ya buat malam ini, semoga kamu bahagia sama yang di Surabaya". Malam itu aku langsung meninggalkan tambang. Aku ingin membuang cinta, rindu ini sejauh mungkin. Aku juga sadar kalau rasa ini merupakan kehendak Yang Kuasa. Aku bingung, aku sungguh putus asa.
Hari-hariku kini ku isi dengan mengunjungi tempat kesayanganku. Aku bersandar di dahan pohon jambu monyet di ketinggian bukit yang menampilkan keindahan laut sore hari. Aku memandangi setiap pohon sekitar tempat itu, pucuk yang baru tumbuh, daun tua yang bertengger di rantingnya, sampai daun kering yang tergeletak di tanah. Sungguh alami pemandangan sore itu, dari setiap hembusan angin dan deburan ombak yang menyapaku, aku hanya menatap batu karang yang berdiri tegak ditepian pantai berpasir putih. Cukup jauh karang itu dari tempatku bersandar, tapi mampu mengalihkan sorot mataku. Dan akhirnya aku belajar dari Batu Karang untuk menjadi tegar walau gempuran ombak bahkan badai terus menghampiri. Aku harus tegar. Dan ditempat inilah harapanku terpanjat, darahku yang terus mengalir ke setiap nadiku, sampai doapun terucap dari bibirku "Semoga kau bahagia wanita hebatku, aku pasti bahagia pula. Aku selalu mencintaimu disetiap doa, Gendis.."
05'19 Bersambung...
1 note
·
View note
Text
Gajah Mada mempersatukan Nusantara dengan Sumpah Amukti Palapa
Soekarno mempersatukan Indonesia dengan Pancasila
Ayo sodara-sodaraku bangsa Indonesia, teruslah berjalan dan jangan berhenti, sebab siapa yang berhenti akan diseret oleh sejarah. Siapapun yang menentang sorak dan arahnya sejarah, tidak peduli tiada bangsa manapun, ia akan digiling digilas oleh sejarah itu sendiri. Jika ada pihak yang ingin menghancurkan Indonesia, suatu hari akan datang entah esok, entah lusa, yang dia pasti akan digiling gilas oleh sejarah.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/fac3538612b52b43761deb05ef22e925/tumblr_prw1phHw401wdf1c8_540.jpg)
0 notes
Text
Aku adalah aku yang sesungguhnya
Ketika aku lahir, saat itu bukan hanya awal dari hari yang baru, tetapi juga awal dari tahun yang baru. Aku dilahirkan pada bulan Januari 1992. Aku dilahirkan tidak kembar, dua sifat yang bertentangan sangat melekat padaku. Aku bisa halus, lembut; keras membara laksana api. Pribadiku adalah perpaduan pikiran dan perasaan. Aku seorang pemaaf namun aku juga keras kepala. Orang Bali percaya hari kelahiranku adalah perlambang Dewa Brahma (Sang Pencipta dalam ajaran Hindu), aku dianggap memiliki sifat panas bara dan bercahaya. Di bawah bintang Capricorn, lambang kambing gunung, aku diyakini memiliki sifat tabah dan selalu hati-hati. Dan memang itulah aku yang sebenarnya.
Masa kecilku penuh kekurangan, aku harus berkelahi dengan sepupuku untuk menonton TV, karena di rumah kecilku belum ada TV untuk kami tonton. Aku hanya terdiam ketika teman-teman bermain mobil remote control, karena memang tak punya itu. Tetapi ketika musimnya datang, aku selalu menang dalam permainan layang-layang. Ya.. Aku menguasai permainan tradisional itu, dan memang hanya itu yang bisa dilakukan bocah Wayan, panggilan kecilku di Bali. Dari kekurangan dimasa kecilku, tetap ada rasa syukur tentang keluarga, saudara, rumah kecil yang dibangun orangtua. Dari serba kekurangan inilah aku bermimpi untuk menata daerahku bahkan aku bermimpi untuk menata negaraku.
Dewasa kini tak banyak perubahan karakter, keadaan dan sifatku. Aku tak berbeda dengan anak kecil. Berilah aku pisang (buah kesukaanku) yang diiringi sedikit rasa kasih sayang dari hati terdalam, maka aku akan menyukaimu selama-lamanya. Bila aku diberi uang berjuta-juta dan bersamaan dengan itu aku dipermalukan, maka sekalipun nyawa taruhannya, aku akan memaki. Aku menyukai persahabatan dan rasa persaudaraan.
Aku selalu menarik nafas yang dalam saat melihat pemandangan indah dan selalu mengeluarkan pujian saat melihat benda benda seni/bersejarah. Ada atau tidaknya mengalir darah seni pada diriku, yang aku tahu aku mencintai seni itu. Aku mencintai negeriku, aku mencintai dunia dan isinya, aku mencintai keluargaku, aku mencintai perempuan, aku mencintai keindahan, dan tentu yang paling aku cintai adalah diriku sendiri.
1 note
·
View note