Text
Kenapa semakin kesini semakin sulit menemukan manusia2 yang humble ya.
Sifat2 dasar seperti rendah hati, sabar, dan sifat baik lainnya jadi komoditas yang cukup langka untuk ditemui saat ini.
12 notes
·
View notes
Text
Beberapa bulan yang lalu saya berkomitmen untuk terus membaca setiap harinya either itu tentang finance atau yg lainnya. Banyak hal yg saya pelajari dari membaca. Mulai dari hal filosofi seperti tujuan hidup sampai hal pragmatis seperti finance.
Cuma kadang kala rasanya overburden. Saya sangat ingin punya skill yang bisa menggerakkan capital di market. Ya setiap hari saya habiskan waktu lebih dari 3 jam hanya untuk belajar finance. Meanwhile disaat yg sama masih harus membaca buku2 lainnya. Seorang bijak pernah berkata lebih baik lupa makan daripada lupa membaca buku. Membaca buku ibaratkan bernafas.
Hal tersebut memang benar terasa. 1 hari saya biasanya baca 6 buku dengan topik yang berbeda. 1 buku minimal baca 5 halaman. Kenapa tidak menyelesaikan 1 buku baru lanjut yang lain? Dulu saya seperti itu. Namun saya rasa mencoba cara lain tidak ada salahnya. Buku yg tidak saling berkaitan yg dibaca disatu waktu memaksa otak untuk cepat shifting dan berpikir lebih luas dari satu topik saja. Saya rasa hal itu cukup membantu untuk membaca pattern2 dalam kehidupan sehari2.
Ya ditengah2 rasa ketidakpuasan akan ilmu pengetahuan ini tidak bisa dibohongi bahwa adakalanya badan capek dan otak jenuh. Setelah menghabiskan waktu 2 harian belajar finance rasanya mau muntah dan enek asal dijejalin dengan hal2 keuangan. Belum lagi ditambah materi CFA level 2 untuk ujian Februari 2022 dan sertifikasi financial modeling. Rasanya kepala mau meledak. Untuk seminggu ini toefl preparation terpaksa saya drop. Saya belum sekuat itu menahan fokus untuk lanjut lagi belajar.
Jakarta, 3 Agustus 2021
4 notes
·
View notes
Text
Character
Setiap manusia yg lahir punya keunikan masing2. Begitu juga dengan rekan2 dikantor saat ini. Semua punya warna masing2. Mulai dari yg sangat berintegritas sampai dengan yg "licin". Karakter yg dibentuk selama puluhan tahun cukup sulit ditutupi. Ada rekan yg cukup lihai menampilkan kemampuannya dan sebagian besar org terkesima. Hanya butuh waktu kurang dari 6 bulan untuk orang2 sadar sepenuhnya bahwa rekan yang satu ini hanya bisa berbicara saja.
Ada juga rekan yg punya kapabilitas besar dan bekerja keras tapi tidak terlihat karna tidak lihai dalam menampilkan pekerjaannya. Butuh waktu 1 tahun lebih untuk org2 sekitarnya memahami kemampuan hebat dari rekan ini.
Saya rasa pada akhirnya, sepandai pandai tupai melompat akhirnya akan jatuh jua. Trust dibangun dengan landasan karakter. Menampilkan sikap tertentu yg berlawanan dengan warna dasar pada akhirnya tidak berakhir baik jua.
Jakarta, 21 Juli 2021
2 notes
·
View notes
Text
Career
Keinginan seseorang ketika berkarir di suatu korporasi saya rasa memiliki hubungan yg kuat dengan kurva perkembangan setiap orang. Ada kebahagiaan tersendiri ketika dalam pekerjaan yg baru pertama kali dilakukan, kita dapat menyelesaikannya. Namun seiring waktu berjalan, hal tersebut menjadi hal yg rutin. Dulu saya mengolah data bisa memakan waktu 8 jam. Sekarang cukup 3 jam while in the same time teman saya 2 hari kerja wkwkw.
Kurva belajar saya sekarang saya rasa sudah masuk pada fase stagnan dimana increment setiap harinya tidak begitu besar. Itu kenapa dalam 1 hari saja cuma kerja 4 s.d. 6 jam. Selebihnya saya habiskan untuk membaca dan belajar. Kalaupun dikasih pekerjaan yg lebih saya juga malas karna apresiasi yg diberikan kepada pegawai yg kerja extra tidak lebih baik dibandingkan pegawai yg sudah berkeluarga dan memiliki banyak beban hidup wkwkwk.
Saya rasa ada pentingnya untuk melangkah ke tempat yg baru. Usia dibawah 30 sangat sayang kalau tidak dipergunakan untuk belajar sebaik baiknya
1 note
·
View note
Text
Perspektif
Sudah 2 tahun lebih saya bekerja di tempat saat ini. Banyak teman2 baru yg masuk dan senior2 yg keluar baik karena resign ataupun dimutasikan. Saya berkesempatan untuk mengamati mereka baik melalui diskusi langsung, melalui kerjaan, ataupun mendengarkan melalui teman2 dekat mereka.
Saya mengamati bahwa setiap orang memiliki perspektif yang berbeda akan suatu hal. Dalam 1 kejadian yg sama, dapat interpretasikan kedalam beberapa makna. Dari perspektif yg mereka percayai, terdapat korelasi langsung ataupun tidak langsung dari perkataan, pekerjaan, ataupun tingkah laku mereka.
Setiap saya mendengar mereka bercerita, sebagian besar dari mereka takut untuk bermimpi dan memilih realistis dan tunduk pada norma yg sudah ada. Keseringan saya bingung kenapa tidak ada yang "radikal" dari pemikiran mereka. Untuk teman2 yg muda masih berani untuk bermimpi S2 ataupun mencari pekerjaan dengan gaji yg kompetitif. Sementara itu untuk org2 tua tidak ada niatan untuk mengejar pendidikan lebih tinggi, tidak ada niat untuk improve kerjaan dsb dan susah untuk melakukan perubahan. Mungkin karna sudah menikah dan memiliki anak, pertimbangan mereka menjadi lebih banyak dalam mengambil keputusan.
Banyak hal yg membuat saya bertanya2. Dari sekian banyak perspektif yg saya temui, saya masih bingung mana yg baik dan mana yang cocok untuk saya. So far perspektif akan dunia yg saya lihat hanya berdasarkan kacamata para penulis2 dari buku2 best seller dan sangat jarang perspektif tersebut saya temukan di kehidupan sehari hari.
Saya masih dalam tahap berapi2 untuk mengejar pendidikan dan self development lainnya. Saya tidak tahu apakah ini perspektif yang cocok bagi saya. Cuma rasanya sepi saja ketika diskusi dengan teman2 dikantor. Posisi saya sebagian besar hanya bisa sebagai pendengar. Pernah sekali kali saya bicara tentang idea mengejar pendidikan di luar negeri, either pendengar menjadi demot atau resistent. Saya rasa saya perlu menemukan lingkungan dengan ritme yang sama wkwk.
1 note
·
View note
Text
Banyak hal yg ingin saya ceritakan dan terlalu capek untuk menulisnya sekarang. Mungkin di list dulu saja ya dalam bentuk poin2
1. Perspective (perbedaan view antara saya dan manusia2 di kantor)
2. Career (kurva growth yang sudah mulai stagnan)
3. Character (setiap manusia unik, begitu juga saya)
4. Uang (saya gak bisa bohong kalau saya gak butuh uang yg banyak saat ini wkwk)
5. Sekolah (niatan S2 yg masih dalam proses)
6. Buku (komitmen membaca)
Setidaknya sudah ada topik yg akan saya tulis kedepannya. Semoga ada waktu.
Jakarta, 20 Juni 2021
0 notes
Text
Lagu Aku Bisa - Morinaga Platinum
youtube
Gambatte!
1 note
·
View note
Text
Panik banget ternyata kalau mau ujian kaya gini. Masih banyak materi yg belum dikuasai.
0 notes
Text
Minggu ini kenapa bawaannya pengen maki2 orang ya? Baru juga seminggu tahun 2021 dijalanin.
0 notes
Text
Sudah 2 tahun lebih saya dan teman2 jurusan lulus kuliah. Ada yg masih bertahan di oil and gas, ada yang banking, dan ada juga yg berwirausaha.
Setelah lulus hal yang paling jelas terasa adalah keputusan yg kita ambil setiap harinya membentuk jalan hidup selanjutnya. Tidak ada kurikulum ataupun tutorial struktur tertentu yg harus diikuti. Semua kembali pada keputusan masing2 mau jadi apa dan bagaimana cara mengejarnya.
Saya pribadi merasa cukup merasa minder melihat teman2 saya yg benar2 mengerahkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk sesuatu yg mereka kejar. Ada yg bisnis wedding dan sekarang sudah mampu membeli Tesla. Ada yg buka bimbel dan bisnis anggrek sudah mampu untuk membiayai pendidikan adiknya. Hal ini membuat saya berpikir saya sudah melakukan apa? Apa yg sudah saya berhasil dapatkan di tahun ini? Apa yg membuat hidup saya memiliki makna di tahun ini? Banyak pertanyaan lainnya yg saya tanyakan ke diri saya sendiri. Saya terkadang kesal dan marah pada diri saya yg masih belum melakukan apa2
Sekitar 2 minggu yang lalu, saya Whatsapp Video dengan teman dekat SMP. Salah satu dari mereka bekerja di BUMN Konstruksi di Padang. Dia merupakan pegawai kontrak dengan workload layaknya Project Manager. Sering dipanggil ke Jakarta untuk pelatihan while status masih kontrak. Kami ngobrol sampai jam 2 dini hari, while di saat yg sama doi masih mengerjakan tugas kantornya. Saya tidak paham kegilaan apa yg ada di kepalanya untuk mengerjakan tugas tersebut while status dan kompensasi doi tidak sepadan. Ada hal yg membuat saya iri. Saya tidak punya kegigihan seperti itu. Mental petarung yg bekerja sepenuh hati mengejar mimpinya. Malam itu diakhiri dengan rasa kesal 1 tahun ini saya kemana saja?
Minggu lalu salah satu teman saya sedang berduka. Saya dan beberapa teman pergi melayat ke rumah duka. Sembari mengobrol, salah satu teman saya di bully oleh teman2 lainnya. Saya merasa tidak enak mendengar bullyan nya, tapi teman saya ini merasa tidak ada yg salah. Salah satu konteks bahan ejekannya adalah teman saya ini cuma bisa ngomong tapi tidak ada hasil. Malamnya saya merenungi hal tersebut. Jika teman saya punya karakter sebatas ngomong doang, ada kemungkinan saya punya hal yg sama karna saya dan dia berteman.
Banyak hal2 yg saya lihat dan memberi pesan pribadi ke saya untuk hidup dengan tujuan dan memberi best effort untuk goals tersebut. Tidak begitu banyak pencapaian yg bisa dibanggakan tahun ini dan menyesalinya juga tidak ada artinya. Ada beberapa komitmen yg akan saya eksekusi tahun 2021 ini : CFA Level 1 (Ujian Mei), Full Marathon (So far cuma kuat 20km), Golf, dan Bahasa Inggris (Target test ibt awal 2022). Komitmen2 tersebut saya pilih berdasarkan kebutuhan. Sementara itu, untuk persiapan MBA saya suspend sampai saya lulus CFA level 3 dan dapat gelar. Tulisan ini saya tulis hanya sebagai catatan di tahun depan untuk tetap berfokus pada tujuan dan bertarung sepenuh hati. Tidak buang2 waktu dan tidak mengeluh.
Semoga diri saya yg membaca ini di tahun depan dapat menjadikan ini sebagai renungan untuk tetap berdiri teguh dengan tujuan hidup.
Jakarta, 23 Desember 2020
0 notes
Text
Last Day KDM.
Saya bukan penikmat kopi, tapi selalu ada alasan untuk kembali ke tempat ini. Tempat yg setiap minggunya saya datangi sekedar untuk belajar dan ngobrol bareng teman2. Tempat janjian kalau mau jalan atau ketemuan teman lama. Tempat kalau bingung dikost mau ngapain.
Terimakasih atas keramahannya selama ini, semoga bisnisnya semakin sukses di tempat yang baru.
Jakarta, 13 Desember 2020
0 notes
Text
Biasanya sampai di kost jam 22.30 WIB. Sekalinya sampai kost jam 9-nan bingung ngapain -_-"
Wkwkwkwkw
0 notes
Text
Saya rasa bahagia itu sesimpel tanggal merah adalah hari libur 😓😓
Bukannya di WA bos nanyain PPT udah kelar apa belum.
Saya rasa di UU Tenaga Kerja yg baru jam kerja gak sampai 60 jam seminggu. Ini weekdays saja sudah 60 jam. Weekend masih juga di hajar.
Maafkan hamba-Mu yg lagi suka mengeluh 🙏🙏
1 note
·
View note
Text
Semakin hari saya rasa lingkar pertemanan saya semakin kecil. Hanya sebatas rekan2 di kantor saja. Seperti nya semakin tua yg bisa dikatakan sebagai teman juga akan lebih sedikit. Mostly hanya sebatas rekan.
Sekarang saya tidak punya teman bercerita lagi. Tidak ada lagi kelakuan2 bodoh yg biasanya dilakukan bareng teman2. Semakin hari responsibility juga semakin bertambah. Kemarin2 saya mencoba menghubungi beberapa teman, tapi in the end tidak seperti ekspektasi. Mereka sudah berubah begitupun saya.
Saya bisa bilang kesendirian dan kesunyian adalah teman dekat disaat ini. Netflix ataupun Youtube yg berfungsi sebagai distraksi juga tidak membantu menemani. Hanya ada saya dan keheningan. Saya tidak tahu ini fase kehidupan yg mana. Mungkin ini fase menjadi Nabi 👳♂️👳♂️👳♂️
31 Oktober 2020
0 notes
Text
Hari ini di akhiri dengan argumen yg cukup menguras emosi dengan Ibu saya. Harga yg harus dibayar untuk masa depan.
Bapak
Bapak saya seorang mantan kontraktor irigasi di kabupaten dekat kota saya. Semenjak pertengahan tahun 2000an, jumlah kontraktor di kota saya semakin banyak. Nepotisme dan uang amplop menjadi suatu keharusan untuk mendapat kan kontrak pekerjaan dari proyek2 pemerintah. Hampir sebagian besar kontraktor menggunakan uang bank dalam memulai proyeknya. Sekarang mari berhitung.
Keuntungan proyek biasanya 10% s.d. 20%
Uang amplop 5% s.d. 10%.
Pajak 10%
Bunga bank selama setahun sekitar 12%.
Jika dikerjakan dengan waktu yg pas, kemampuan volume dan bahan yg pas maka masih dapat keuntungan yg kecil. Tapi mostly, kontraktor2 hanya melakukan suicide mission. Bekerja hanya untuk merugi. Pekerja kontraktor angkatan Bapak saya kalau tidak meninggal, ya stroke atau penyakit jantung atau lari dikejar2 hutang.
Bapak sudah berhenti melakukan pekerjaan tersebut namun masih ada sisa2 hutang mencapai 500 jutaan yg selama ini ditopang melalui pinjaman Ibu saya di Bank. Saat ini Bapak bekerja jadi pedagang kelontong di suatu daerah terpencil di suatu daerah terpencil di Riau (sekitar 12 jam perjalanan darat).
Ibu
Ibu saya seorang PNS di kota kecil di Sumatra Barat. Pendapatan Ibu saya sekitar 5 juta setiap bulannya di usia 50 tahun Maret tahun ini. Dengan uang segitu masih terbilang cukup untuk satu keluarga di kota kecil tersebut. Selama ini Ibu yg hampir menopang seluruh biaya di rumah dan juga pinjaman2 Bapak. Ya Ibu saya merupakan perempuan yg sangat super untuk handle seluruh hal ini. Ibu bisa melakukan kalkulasi bunga dan angsuran pinjaman perbankan hanya dengan modal kalkulator sayur. Paham skema kredit fixed, floating, fixed, flat, effective rate dll. Saya yg kerja di Bank saja bingung gimana cara hitung pakai kalkulator sayur. My mom is my superhero :)
Me
Saya adalah seorang anak paling tua dari 4 bersaudara. Adik saya laki2 semua dan jarak kami 3, 4, 5 tahun, jadi perbedaan umur saya dengan adik paling kecil sekitar 12 tahun (3+4+5). Setelah lulus kuliah dan nganggur 6 bulan akhirnya saya bekerja di suatu Bank. Gaji bersih saya saat ini 8.3 juta setiap bulannya (belum bonus dan THR). Untuk hidup di Jakarta di usia 23 saya rasa uang tersebut sudah lebih dari cukup.
The Story
Suatu malam di bulan Agustus Ibu saya cerita tentang pinjaman Ibu di Bank daerah. Ibu sempat memfotokan salah satu potongan gaji Ibu senilai 2.7 juta
Terlihat bahwa dari total angsuran sebesar 2.7 juta sekitar 1.8 juta atau 66% merupakan bunga. Pembayaran yang sudah dilakukan baru 15 bulan. Sementara itu lama pinjaman 20 tahun (240 bulan). Saya yg bekerja di Bank melihat itu cukup geram dengan kredit tersebut.
Kalau dihitung sampai lunas selama 20 tahun maka total hutang Ibu adalah 2.7 juta x 240 bulan 648 juta.
Akhirnya saya berinisiatif untuk membantu Ibu dengan meminjam kredit ditempat saya lalu menggunakan uang tersebut untuk membayar kredit ditempat Ibu karna bunga nya yg cukup besar dengan jaminan gaji Ibu saya yg jadi angsuran hutang saya (pindah hutang kira2)
Oktober kemarin saya dapat kredit sebesar 200 juta (net) dengan angsuran 3.7 juta selama 7 tahun (84 bulan). Total uang keluar sampai kredit lunas adalah 3.7 × 84 bulan = 311 juta.
Anak SMA manapun juga tahu bahwa kredit yg saya ambil lebih menguntungkan.
Awal Oktober kredit nya cair lalu uang tersebut saya transfer ke Ibu saya. Tujuan awal uang ini adalah untuk menutup kredit Ibu saya.
Conflict
Ada sekitar 200 juta fresh money di rekening Ibu awal Oktober ini. 2 Minggu lalu saya telpon uang tersebut ternyata belum di bayar ke Bank. Ibu dan Bapak menggunakan uang tersebut untuk melunasi sejumlah lahan sawit yg pernah di DP karna takut di lelang. Jadi dulu Ibu dan Bapak pernah membeli sawit dengan DP 50% (sekitar 120 juta) dan janji lunas akhir tahun ini kalau tidak uangnya hangus. Karna takut kehilangan 120 juta, akhirnya Ibu transfer uang tersebut untuk melunasi lahan tersebut. Saya mendengar hal ini langsung marah. Setiap bankir pasti kesal mendengar ketika kredit yg diberikan tidak sesuai tempatnya. Tujuan kredit saya untuk menutup hutang org tua bukan melunasi asset yg akan di lelang.
Kemarin saya telpon ternyata lahan tersebut belum dijual. Saya sangat geram karna jika tanah tersebut tidak di jual maka hutang di Bank org tua saya tidak bisa dilunasi. Jika hutang Ibu tidak lunas, maka gaji Ibu akan tetap di potong Bank Daerah dan saya yg harus bayar seluruh angsuran sebesar 3.7 juta dan terjebak dalam hutang selama 7 tahun ke depan. Hal ini benar2 membuat saya kesal.
Tadi saya telpon Ibu kembali untuk menanyakan bagaimana progress nya. Ibu saya merasa tertekan karna saya ngotot minta Ibu jual tanah tersebut. Ibu sudah berusaha mencari pembeli tapi kebanyakan minta lahannya dibersihkan terlebih dahulu. Satu hal yg harus dipegang baik2, ketika anda berada pada hutang konsumtif, jangan berinvestasi dulu. Lunasi hutang konsumtif dan jaga likuiditas.
Malam ini perbincangan saya cukup menguras emosi. Saya marah karna tujuan kredit tidak sesuai dengan tujuan awal. Ibu juga merasa tertekan dan bersalah karna tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Cukup sulit untuk handle kredit ketika org yg kita beri pinjaman adalah keluarga karna kita harus memberikan pengertian terlebih dahulu atau hubungan kita yang menjadi taruhan.
Conclusion
Dalam mengambil keputusan yg berhubungan dengan keuangan pastikan tidak ada EMOSI atau PERASAAN yg ikut campur dan selalu tunduk pada tujuan awal rencana penggunaan uang.
Saya menyadari kenapa banyak org2 yg sudah dewasa gagal dalam financial planning bukan karna mereka bodoh atau tidak punya ilmu pengetahuan tapi ada aspek perasaan yg ikut campur dalam mengambil keputusan.
Ya malam ini isinya omongan konflik. Mungkin Ibu saya tersinggung dengan ucapan saya. Tapi itu harga yg harus saya bayar agar tidak terjebak dalam lingkaran setan pinjaman bank.
Jakarta, 25 Oktober 2020
1 note
·
View note