Text
"yOuR trAuMa mAde yOu sTroNger" no bitch it made me prone to disassociation and afraid of loud noises
14K notes
·
View notes
Text
When you’re growing up in abusive family, you don’t feel like “oh, I’m being abused, this is wrong.” You don’t even think about that. Instead, you feel guilty all the time. You feel like a horrible person. You feel useless and wrong, like something is fundamentally wrong with you, and you deserve every bit of harm coming your way.
For every time your parents hurt you, you feel it was justified and you deserved and provoked it. You keep feeling horrible and guilty about everything you’ve done to cause it. Even when something extreme happens, you dismiss it with “they didn’t mean that” or “it was just once, in anger, so it doesn’t count.”
You feel like a burden, because you know these people don’t want you in their house, and you don’t feel capable of being independent, and it’s on you that you keep bothering them with your existence, and don’t seem to be capable of getting out of there. You don’t feel like you deserve food, shelter, clothes, or anything. You feel like a burden no matter what you do. You don’t feel welcome anywhere, you don’t feel like you have a home, like there’s a place on this planet where you could be loved and cared for. You doubt yourself so badly, you struggle to see any value in your existence and it becomes hard. You break down and feel weak and lost and like everyone else is leaving you behind. You don’t feel like a part of anything. You feel guilty for existing the way you are.
If you felt this, you’ve been thru abuse. There is no one on this world who is useless, unworthy of love, or deserves to feel so guilty and to be hurt all the time. These ideas didn’t come from you, but from how horribly you were treated. Feeling this way is not normal. You did not deserve to feel this way.
8K notes
·
View notes
Text
I also want to wrap all this heartbreak feelings for tonight. Get over it, sleep and live the next day with lesson-learned.
But i can't. The tears won't stop falling.
2 notes
·
View notes
Text
"amazed how people feel like she's the victim on a drama she's been busy making it up."
-in every single time a girl try to hide her feeling.
1 note
·
View note
Text
Suatu hari disalahpahami bakal terasa biasa saja. Sampai nggak terasa apa-apa. Karna saking seringnya.
pada setiap post yang diasumsikan sendiri tanpa ditanya dulu apakah kedua hal yang diasumsikan dan dipost ini relate apa enggak.
0 notes
Text
Berangkat pagi
Akhir-akhir ini kembali berangkat ke kampus pagi-pagi. Beberapa semester sebelumnya berangkat ke kampus sekena jamnya karena paling ngedatengin ten sidang, konsul laporan yang dosennya gampang ditemui dan yaaaa main aja ke kampus. Tapi akhir-akhir ini entah kenapa seneng ke kampus pagi. Mungkin karena tahu dosen yang dicari adanya jam 9 an. Jadi ya uda nunggu dari jam 8. Atau ada juga dosen yang dicari emang ngajak ketemu jam 8.
I was shocked suatu kali sampe di daerah kampus jam setengah delapan. Gerbang kampus yang biasanya sepi rame banget, macet. Dan beneran dikira ada kecelakaan apa. Ternyata emang karena itu jam hectic masuk kuliah.
Dari gerbang kampus ke gedung kampus fakultasku ini ga jauh, semenit dua menit bisa kali kalo lancar. Tapi pagi itu setelah lolos dari kemacetan rasanya lega banget. Sampai di dekanat rasanya lama banget di jalannya. Setelah dipikir-pikir dulu juga kayaknya sering deh kejar kejaran sama waktu pas jam hectic masuk kuliah.
Sekarang yang diurusin cuma skripsi. Di mana kita mau ngurus kapan aja terserah kita. Kita ga terpatok jam masuk kelas, jam ganti kelas, jam praktikum, masuk praktikum pake kuis, ujian tengah semester dan segala jadwal yang mereka tentuin. Sebenernya ga cuma skripsi yang sukses bikin lupa rasanya hari-hari penuh patokan waktu. PKL, KKN juga bikin lupa hype nya kuliah di kelas. Praktikum, bikin laporan seabrek.
No, i didn't complain about seberapa dulu melelahkan dan sekarang kangen rasanya lelah. Nggak, bukan itu. Lebih kepada akhirnya ngerasain bahwa waktu tersebut udah berlalu. Berkali-kali ngeyakinin diri bahwa i'm on the right track. Bahwa ga ada yang namanya ketinggalan, kesalip, bahkan stuck. Meski banyak banget omongan yg bilang diri ini kesalip, keduluan, kapan kelar, kenapa ga 4 tahun, kenapa belum, dia udah lho, wah km kesalip, padahal dia udah and what's over. Bapak di rumah bilang gitu dengan seringnya.
Biar rasanya sebel parah, pengen marah, tapi untungnya masi punya kemampuan buat nahan. Karena udah sadar sendirinya, setiap berangkat pagi masi dilakukan dengan niatan untuk berprogress, mau seberapa kecil yang didapat, I'm on a certain phase. Fase yang emang harus dilakukan. Fase sekarang. Tahu kan sekarang ga bisa diajak mundur, terus ngelakuin hal yg 2 bulan lalu harus dilakukan. Misalnya 2 bulan lalu males malesan terus pengen diulang dan pada saat itu tiba tiba rajin banget demi bisa ngejar ujian sarjana. Nope, ga akan pernah bisa.
Jadi sekarang, all i can do adalah ngelakuin apa yang bisa dilakuin. Ga ada yang terlambat, semua ada konsekuensinya. Kalo masih mau menunda ya ga papa. Toh you will know bahwa fase orang beda beda sekaligus sama. Beda waktu tapi sama rasanya. Dulu lelah, kemudian seneng, terus lelah lagi. Kalo yang lain masih mau seneng habis seneng lagi ya gapapa. They will get their time to feel tired somehow.
Dari segala lelah yang ada, untungnya kuliah dan skripsi belum bikin diri ini sampe nangis darah. Berangkat pagi untungnya ga seburuk yang dirasa, nunggu dosen juga seneng-seneng aja, you just wait, it doesn't cause pain or sting on your body. Kalo ada yang bilang nikmatin prosesnya, hmmmm.. i can't. I can't get happier when i wait my professor. Ga seneng tuh harus ke sana kemari ngejar dosen atau ngerjain revisi yang kadang stuck ga tau mau nulis apa. Tapi dari segala hal yang ga bikin seneng ketika proses tersebut, untungnya ada aja yang bikin ngeluh rasanya sayang banget.
Berangkat pagi, seneng karena dampe dekanat belum banyak orang nunggu dosen, ga ada malah. And it make me easier to meet dosbing. Nunggu lama, seneng karena ada wifi gretongan yang bikin betah lama lama browsing apa pun. Kalo ga ada wifi, make sure ada temen nunggu yang asik. Sering banget barengan nunggu sama temen yang untungnya lagi mereka asik-asik. Sumpah jadi ga bosen. Ataubkalo ga ada temen yang begitu, biasanya ada orang yg nunggu juga tapi dia ga sabaran. Terus gelisah terus mondar mandir terus terus terus. Ini bukin aku bersyukur karena untungnya masi bisa nunggu dengan cool. I can't stand 'orang ga sabaran, grusah grusuh, misuh misuh'.
Jadi rather than nikmatin prosesnya, kayaknya akan lebih seneng kalo proses tersebut dibarengin dengan hal-hal yang emang ngebuat kita seneng. Hari ini yang bikin seneng adalah : wifi di dekanat lancar, dosen ketemu super cepat dan mudah(lupakan sejenak hasil revisian bakal gimana), download an selesai, dan beberapa titipan ibuk terlaksana dengan baik. Pulang sebelum hujan deras. Itu yang terpenting. Bersyukur? Hamdalah. 💃💃💃
2 notes
·
View notes
Photo

https://www.instagram.com/p/BY0T7eRArJq/ laughing machine.
0 notes
Video
youtube
Berapa kali diputar ulang dan belum bosan.
1 note
·
View note
Photo

ada banyak alasan kenapa kaki kami malas ke pantai setiap ke jogja.
0 notes
Photo


This place is certainly addicting. Best in town. Kedai Amarta.
0 notes
Text
kenapa orang percaya kita?
Ditulis setelah pulang dari kampus abis ngedatengin 3 temen yang sidang skripsi. Diawali ngedatengin yang satu kelas. They look happy, and I am happy for them. Rasanya gak ada sedih sedihnya macem iri atau ngerasa tertinggal. Karena emang tertinggal jadi ya jangan sedih. Semua itu berkat kerja mereka jadi ya kenapa harus sedih mereka sidang duluan. Dicari dari celah manapun gak ada yang bisa benerin kalo kita patut sedih atas kerja keras orang lain. Jadi jangan suka pada iri kalo ada yang sidang duluan. Ya namanya juga manusia, susah emang buat gak iri. Tapi coba dipikir lagi lah, kurangin iri irian macem begitu. Kerjain tuh skripsi dong jangan malah update ngedatengin sidang orang dg caption áku kapan sidang’sambil emot sedih. Setelah dari temen sekelas beralih ke temn se sma. Lagi-lagi kok bahagia ya. Seneng liat si temen ini akhirnya sidang. Akhirnya lulus. Akhirnya. No, he’s not a kind of mahasiswa tua yang gak sidang sidang. He’s on the right track in people’s eyes. Karena yang gak sidang-sidang sampe semester 12 pun bukan berarti dia gak in the right track.
Setelah sidang sidang ritual akhirnya kami end up nunggu waktu maghrib di mc d. Berhubung kalo pulang jam 5 an jalanan masih kayak arena konser . Jadi ditunggu sampe habis maghrib biar redaan dulu. Obrolan kami sampe kepada mereka nanyain kira-kira kapan aku sidang skripsi. I cant give them an exact answer. Bahkan sampe aku bilang keknya wisuda periode Oktober pun ga akan kekejar. And they start asking kenapa. Emang sebulan gabisa acc. Ya mulai aja aku nyeritain seberapa dosbingku yang ini lumayan ribet dan lama. Salah satu si temen nyeletuk, kenapa sih kok nggak bisa, aku harusnya bisa karena dulu dia juga dapet dosen yang susahnya minta ampun tapi dia jadi yang tercepat di antara temen temen lainnya. I don’t want to say bahwa kemampuan orang beda beda dan segala macemnya. Karena dia cuma pengen ngasih tau dari awal bahwa apa pun itu harus diusahakan dulu. Jangan pesimis di depannya. Uuuuuuhhhhh terharu. Haha. Dan kejadian macem ini gak sekali dua kali aku alamin. Nemuin temen yang gatau kenapa selalu percaya kalo diri ini bisa tapi sendirinya suka gak percaya. Setelah dipikir -pikir ternyata banyak banget hal yang secara gak langsung suka ngeraguin diri sendiri akan suatu hal itu. Dulu pernah suatu kali cerita sama temen yang cuma sama dia aku banyak nyeritain tentang cita-cita dan segala macem tujuan hidup yang pengen dicapai. Ada salah satu cita-cita yang dari dulu banget sudah tertanam sampe beranak sekarang. Ada pokoknya. Kemudian kami curhat tentang aku yang semakin merasa bahwa cita-cita ini kok rasanya jauh banget. Tinggi banget dan gak mungkin banget. And she told me so many things. She said she believes in me, she knew many people yang dia ga se capable temennya yang pesimis ini tapi bisa dapet cita-cita yang sama dengan apa yang aku inginin. Dia bilang aku punya bekal untuk segala cita-cita ini dan cuma butuh niat dan kemauan buat meniti segala step untuk mencapainya. She said I can dan dia percaya banget kalau aku bakal dapetin ini dan pantes buat mencapai cita-cita ini. Dia sepercaya ini sama seorang temen yang penakut dan pesimis ini.
It always left me thinking. Kenapa mereka sepercaya ini sama aku padahal temennya ini setidak percaya sama kemampuannya sendiri. Kalau udah gini pasti mikir, apa emang akunya yang kurang bekerja keras jadi apa-apa ngerasa ga bakal bisa. Coba kalau diniati kayak si temen yang dia rela menjalani apa aja untuk mendapat apa yang dia inginkan. Coba mau ngejalanin banyak step untuk mewujudkan apa yang dia pengen. Gak mikir bahwa hal tersebut impossible hanya karena itu ribet, butuh duit atau karena banyak orang yang pengen bisa dapet hal tersebut sehingga bikin kita jiper duluan. Iya kali ya, gimana jadinya kalau aku seniat itu. Belum. Belum dicoba juga buat jadi seniat itu. Jadi ya belum ngerasain whether bakal gagal atau enggak. Karena kalo diusahain itu bisa kemungkinan berhasil atau enggak. Tapi kalau ga diusahain kemungkinan buat berhasilnya malah gak ada. Jadi kenapa gak milih diusahakan. Karena jelas-jelas cara mencapai apa yang kita inginin itu ya harus dilakukan. Enggak ada yang tiba-tiba dateng sendiri kecuali kalian ada kuasa yang ngejamin kalian buat dapet itu semua.
Hari ini sekali lagi rasanya ditampar, tapi gak begitu sakit. Lebih kaya disadarin dari hobi ngelamun yang susah ilang ini. Disadarin bahwa harusnya jangan pesimis dulu, pokoknya diusahain dulu jangan bilang enggak bisa. Jadiin enggak bisa sebagai pilihan terakhir karena dengan mengusahakan itu ada kemungkinan berhasil atau enggak. Sedangkan bilang enggak bisa dan berhenti mengusahakan cuma ada satu kemungkinan, yaitu gak bakal berhasil. Ya ada yang berhasil sih, tapi seberapa banyak Allah kasih cuma-cuma suatu cita-cita yang banyak orang mengusahakan tapi ada orang duduk di rumah aja uda dapet. One in a million banget sih sepertinya.
Seneng juga punya temen macam mereka. Rasanya masih punya harapan di saat diri sendiri yang seharusnya paling bisa menyediakan stok berharap udah berhenti memproduksi harap. I know berharap itu kadang mengecewakan. Sering malah. Tapi gak ada dosa buat mereka orang yang masih mau berharap tentunya dengan berusaha.
Kusediiiiiiiiiihhhhhhhhh……
Tulisan ini sangat ingin ditutup dengan quote Blonote nya Tablo.
He said “I thought about giving up, then I chose to give up the thought.”
Kalian juga harus berhenti buat berpikir untuk menyerah. Ada kalanya ita cuma perlu ketemu orang-orang yang see good in us di saat kita kadang ga bisa ngelihat sendiri. Butuh ketemu orang yang ngebantu kita buat melihat lagi siapa kita dan seperti apa kita. Sometimes, we don’t even know ourself well. And these friends can help us to recognize ourself. Semoga setelah ini jadi bisa lebih percaya sama kemampuan diri dan meminimalisir pesimisme yang kadarnya bisa naik tiba-tiba.
Udah jam 23.37 dan Ibuk udah mulai khawatir kalo anaknya sampe gak tidur ngerjain skripsian. Karena paginya mood pasti rusak, gak enak badan dan dikhawatirkan ngantuk pas naik motor ke kampus. Padahal mah nulis nulis keluh kesah yang harusnya disalurkan kepada Allah. Ini malah bikin tulisan di tumblr. Yassss… Semoga sidang skripsi, nulis skripsi dan penelitiannya selalu dilancarkan.
0 notes
Text
kutipan dari blonote.
Ngomong-ngomong temen yang exchange, kemarin nitip buku punyaannya Tablo. Judul bukunya Blonote. Isinya? Satu quote pada setiap lembar halamannya. Ibu pas tahu kaget banget dikira bukunya salah cetak. Temen dikampus juga heran pas liat aku nenteng buku dengan halaman kosong mereka bilang. Tapi aku yang baca ga pernah bosen dibaca. Gatau udah habis dibaca apa belum karena selalu dibuka random dan dapet macam quote yang random pula. Buku ini spesial banget sih aku bilang. Sekalinya dateng dari korea langsung seneng banget. Pas dibuka rasanya juga seneng banget. Pas dibaca rasanya kayak lagi dinasehatin sama Tablo. Do I need to explain who Tablo is? Ini Korean rapper, musician, a dad, a ceo, a scholar, a husband and an everything I know about him. Ini orang keren banget. Dia ini punya band namanya Epik High, what do I need to say, yang jelas dia keren. Dia punya anak yang ga kalah kerennya sama dia. Dah tonton aja epik high terus cari tablo yang mana. Sekarang mau ngomongin buknya aja.
Di lembar pertama pas ada catetan dari doi, rasanya pengen terbang ke korea peluk Tablo. Dia nulis kalo buku ini dia tulis di sela-sela balik dari kerjaannya jadi dj di sebuah radio tengah malem. Dia nulis atas keresahan-keresahan hati dia dan orang-orang di sekitar dia mengenai hidup mereka. Terus di baris terakhir dia bilang buat naruh bukunya deket-deket sama kita biar pas hati kita restless kita bisa baca si buku ini dan nemuin quote yang entah kenapa tiap baca kok seneng ya. Please jangan anggap ini jadi kesenangan yang berlebih yang bisa ngalahin Alquran sebagai sumber semangat kalo baca ayat-ayat dan artinya. Karena ibuk di rumah mulai menamai buku buku yang kubeli sebagai kitab. Huhu
Dari Blonote I knw many things yang kadang mikir kenapa orang-orang ini kepikiran banget. Tablo maksudnya. Judul di covernya yang tulisannya kecil di pojok kanan atas adalah hasil tulisannya Haru, anak satu-satunya Tablo yang sekarang umurnya mungkin udah belasan. Atau masih di bawah itu. Tulisan judul ini pengen ngasih tahu betapa si Haru punya impact yang gede banget di hidupnya. He wants to show how important his only daughter. Once I watched their tv show, superman returns. Di suatu episode setelah berlelah-lelah main sama anaknya di suatu camp yang isinya anak sama bapaknya, mereka makan malem. Masih bareng sama orang-orang se camp. And their conversation remains strong in my head. Tablo nanya sama Haru sampe umur berapa dia mau hangout sama Tablo. And she said till 100 years old. As simply as that, yang kalo diartiin dia pengen main sampe kapanpun. Dia pengen selalu sama bapaknya yang swag nya parah ini. I know mungkin ini ga semengena kalo ditulis. But as I remember, belum pernah ngeliat hubungan orang tua anak sesederhana mereka yang tidak ada yang ditutup tutupi. Yang simply bapak anak, gak ada jaim ngungkapin sayang, kangen, ga mau jauh satu sama lain. Karena kalo dipikir-pikir aku sekali pun gak pernah segampang orang-orang bilang ‘love you mom, pap, bro”easily. Kami awkward satu sama lain. Boro boro bilang, foto bareng aja yang tinggal gamapang ngomongnya ‘foto yuk’aja tidak pernah saudara-saudara.
Lalu kutipan mana dari buku ini yang paling ngena? Ngena semua. Haha. Gak ada satupun yang rasanya cliché. Yang rasanya basi. Semua rasanya baru tapi familiar. Tablo vibe nya itu lhoooo. What is it like Tablo vibe? Tulisan Tablo itu gak cuma nyemangatin, tapi kadang juga mengandung sarkasme yang ditujuin buat diri sendiri juga. Yang dia mencoba nyemangatin orang lain padahal dirinya sendiri juga gak lebih baik. He said to follow our heart but then we both know kalo kita ga punya hati yang cukup untuk diikuti. Ini restless banget sih. Yang dia nulis kenapa semua orang nanyain hal-hal macem kehidupan dia, kayak keluarga, kuliah, kerjaan dsb tapi untungnya orang-orang ini gak nanyain keadaan diri dia. Dia bersyukur akan hal tersebut karena dia gak pengen menjelaskan seberapa berantakannya hidup dia saat ini. Jadi lebih baik nyeritain keluarga atau kerjaannya dia daripada perasaan dirinya sendiri. Dan aku selalu ngebayangin baca buku ini dengan Korean life vibe. Di mana orang-orang sana itu tipe orang yang selalu ingin memenuhi ekspektasi orang lain. Yang hidupnya banyak stress karena mikirin apa kata orang. Pokoknya kalo kalian sering liat drama pasti tahu kebiasaan orang sana kek apa. Kehidupan sosialnya kayak apa, persaingan sesama temen kayak apa.
Korean life itu emang kontras banget pas dilihat dari buku Tablo ini. Ada quote yang ngegambarin betapa si tablo ini optimisnya parah, yang dia semacam orang yang merdeka ngapain aja menurut dia dan apa keinginan dia. Tapi juga gak sedikit quote yang memperlihatkan betapa frustatednya dia akan hidup. I can capture every emotions he delivered through his book.
So I think buku ini cocok banget sih dijadikan salah satu buku wajib kalo kalian suka buku yang ringan dan sangat bermanfaat guna asupan untuk memperbaiki mood. Iya, nggak ada yang bisa ngalahin baca alquran dan artinya kalo mau bikin mood balik. Tapi realistis aja sih, I am in love with this book not in a way as a holy book yang keberadaannya kudewa-dewakan juga. This book just simply different from the other buku quote yang ada. Yang pertama juga sih tahu ada buku quote macem ini. Tablo nyebutnya kayaknya bukan buku quote juga sih. Entahlah buku apa namanya. Buku unfaedah bagi sebagian orang karena harganya yang mahal gak sebanding dengan isinya yang cuma quote paling banyak 8 baris itu pun kalimat-kalimat pendek. Masih menyisakan halaman kosong banyak banget. But bukannya nilai suatu barang untuk setiap orang beda. Ada yang beda ada yang sama.
Satu yang pasti, setiap quote di buku ini sukses bikin aku mikir. Semacam ini yang satu ini.
Not loving yourself back is also unrequited love.
Setelah baca ini lalu mikir. Seberapa selama ini kadang lupa do I love my self. Atau sibuk loving other self and forget loving our self. Diikuti dengan segala hal yang kita lakukan kepada orang yang kita cintai, apa kita udah ngelakuin hal tersebut ke diri kita juga. Ngangenin diri sendiri, atau sekedar ngekhawatirin diri sendiri seperti orang yang kita cintai bakal sakit kalo ga makan, kurang tidur dan kebanyakan pikiran terus stress. Pernah. Atau lupa. Atau udah bukan proritas lagi.
Masih banyak quote yang bikin mikir. Tapi yang barusan terlintas dan terpikir ya quote itu tadi.
0 notes