Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Deal Breaker
Alkisah seorang demigod memimpin organisasi bayangan dengan tujuan yang unik yakni menghancurkan perdamaian dan menghalangi perdamaian terjadi. Sebabnya adalah organisasi ini mengerjakan tugas yang seharusnya memang ada dari Dewa penghancur.
Organisasi ini terkenal dengan motto mereka "Peace was Never an Option". Kadang Quest yang diberikan kerajaan bisa berupa akibat dari pekerjaan mereka.
Pertanyaan sering muncul di benak setiap adventurer yang baru mengerjakan quest tingkat S, "mengapa mereka mau mengerjakan sesuatu yang bersifat destruktif dan membuat kekacauan?"
Kenyataannya pengikut organisasi ini tidaklah sedikit, dengan iming iming harta, tahta dan kekuasaan.
Chaos menciptakan keuntungan disisi lain, ada demand untuk senjata dan uang untuk membiayai perang, beberapa orang memanfaatkannya, mengeruk keuntungan, kemudian selanjutnya adalah lingkaran setan yang tidak terputus.
Sejauh 2000 tahun terlewati mahluk penghuni dunia ini berjalan, setidaknya ratusan perang baik berskala kecil atau besar bahkan kelas dunia telah tercipta dari tangan organisasi ini.
Para penyihir agung berpendapat ada tangan raksasa yang tidak ingin terlihat yang mengatur dunia ini, dan kenyataanya seperti itu.
0 notes
Text
Inkuisitor
lkisah di sebuah organisasi yang sudah berdiri ratusan tahun, melewati beberapa perang besar dan ratusan perang kecil, berusaha mempertahankan kenetralannya.
Organisasi yang memayungi job Monk, di kota Albamdra.
Segala sesuatu berjalan seperti biasanya kegiatan di organisasi, pelatihan monk yang keras.
Hingga setiap enam puluh tahun sekali seorang inkuisitor ditugaskan untuk menilai organisasi ini, cukup unik memang penentuan inquisitor ini, setiap monk yang ada baik masih dalam pelatihan organisasi maupun sudah menjadi adventurer diseleksi secara rahasia oleh delapan High Inquisitor yang setiap individunya tidak diketahui dan mereka hanya berhubungan lewat cara yang amat rahasia.
Salah seorang kepala bagian di Organisasi ini terkenal dengan kedekatannya dengan beberapa orang yang tidak seharusnya, tercium transaksi dan kegiatan aneh yang tersembunyi, delapan high inkuisitor sudah menciumnya, sehingga ditugaskanlah seorang inkuisitor baru.
seorang monk yang sudah menjalani pelatihan inkuisitor tingkat atas, serta melakukan petualangan ke negeri kabut dan gurun di ujung timur dan barat, melaksanakan misi tingkat S lebih banyak dibanding adventurer kebanyakan, kemudian menghilang mengembara selama tiga tahun lamanya.
Inkuisitor ini menyamar sebagai gelandangan datang ke Albamdra mencoba menyelidiki seorang kepala bagian ini, terkuak bahwa ada rencana kudeta raja.
Bekerja sama dengan organisasi terlarang, republik negara lain, dikarenakan haus akan kekuasaan, namun yang lebih mengejutkan adalah dalang dibalik kejadian ini adalah anak sulung sang raja yang saat ini masih memimpin.
Ini adalah awal dari perang besar yang terjadi dikerajaan.
0 notes
Text
Tantrum
Alkisah grup adventurer terdiri dari seorang Summoner, Knight dan Mage sedang menjalankan Quest tingkat C, yakni mengawal beberapa pedagang dari kota Arsin melewati padang rumput dan hutan Gandawood ke kota selanjutnya Elca dengan selamat.
Knight adalah seorang yang dianggap pemimpin dalam grup ini, dikarenakan memang dialah yang akan bertanggung jawab dalam serangan jarak dekat, Mage bertugas serangan jarak jauh dan summoner bertugas untuk melindungi para pedagang ketika kedua adventurer lain bertarung
sejauh melewati padang rumput segalanya berjalan normal, dan ketika malam menjelang mereka berkemah dipintu rimba dan bersiap karena tantangan sebenarnya adalah keesokan hari dimana dalam hutan Gandawood.
keesokan harinya mereka mulai memasuki jalan didalam hutan, muncullah segerombolan goblin mencoba mencuri perbekalan dan menjarah barang barang dagangan, dikarenakan jumlah goblin yang lebih banyak dan mereka menyerang tidak berkesudahan, antara Mage dan Knight mulain kewalahan, summoner mencoba memanggil berbagai pasukan pawn bayangan menghalau gerombolan goblin dari sisi lainnya, namun tidak lama kemudian keributan yang ada memancing sosok lainnya datang, sosok yang berperawakan lebih besar, dengan taring yang mencuat, membawa gada ditangan kanannya, seorang Orc dan tidak hanya satu tapi empat.
Dua orang pedagang terbunuh, perbekalan rusak, dan barang dagangan hilang dicuri, knight terluka, mage dan summoner mengalami kelelahan parah serta luka disana sini, misi kelas C ini mendadak menjadi Misi kelas A, dan gagal.
Masalah sebenarnya belum selesai dan baru dimulai, selama perjalanan pulang menuju Arsin, keheningan menyelimuti mereka, hingga knight memecah kesunyian dan menyalahkan temannya karena tidak mencoba lebih keras dan mengganggap mereka takut untuk bertaruh nyawa, hanya berdasarkan luka yang diterimanya lebih parah dibanding kedua adventurer lainnya.
Pertengkaran pun tidak terelakkan dan akhirnya sesampainya di kota, mereka bubar jalan.
sebenarnya bukan kedua adventurer kurang berusaha keras, tapi memang role dalam grup itu sudah disepakati, dan knight sudah seharusnya bertarung melee, namun kesulitan misi yang tiba tiba berubah, dikarenakan segerombolan Orc datang (yang mana diluar kuasa dan prediksi) maka kegagalan tidak terelakkan, dalam dunia ini pertaruhan dalam misi adalah nyawa, dan seorang "pimpinan" yang "tantrum" semacam ini bukannya menyelamatkan grup yang gagal dari sanksi yang lebih besar namun malah menghancurkan reputasi setiap anggota, dan yakinlah bahwa knight, mage maupun summoner ini akan kesulitan mendapat misi untuk selanjutnya karena stigma buruk.
Sulitnya menjadi pemimpin ya seperti itu, seorang knight seharusnya mampu mengesampingkan egonya, namun dalam grup gagal ini pemimpinnya malah mencoba melempar kesalahan ke rekannya.
0 notes
Text
Ronin
Alkisah seorang adventurer dengan job sebagai Swordsman dengan sub job Samurai, memutuskan untuk menjadi Ronin.
Ronin atau samurai tanpa tuan adalah super sub job, memutuskan menjadi ronin bukan perkara mudah karena ini sama saja menjadi seorang yang tidak mapan, tidak ada keistimewaan, dan seringkali tidak dihargai.
namun, ronin dalam cerita ini adalah seorang yang sudah bertahun tahun mengabdi sebagai samurai di sebuah guild, menjalankan kode etik sebagai mana seorang terhormat, yang tidak berbanding terbalik dengan apresiasi dari orang orang.
Sebagai seorang adventurer, selain Gold, ada yang namanya keinginan untuk diakui, tidak heran kalau banyak yang memutuskan untuk keluar dari guild, keluar dari serikat adventurer dan memutuskan menjalani kehidupannya selayaknya sesuka sukanya, atau bahkan menjadi bandit dan mungkin juga mendirikan serikat dan guild sendiri.
Karena untuk seorang Samurai bekerja setengah setengah adalah memalukan namun bekerja tanpa pengakuan adalah kesia siaan.
0 notes
Text
Pembual
Bayangkan ada Adventurer yang saking seringnya membual menjadi Joker di Guild Taverns meski kemampuannya untuk Fight sebenarnya serba bisa dan mampu mengerjakan misi tingkat A bahkan di masa lalu pernah sesekali Misi tingkat S.
Sehingga warga guild tavern menganggap remeh dia.
Inilah yang terjadi pada seseorang di lingkungan pekerjaan, bukan hal yang buruk sebenarnya kalau kita kadang membual dan menjadi "badut" di pekerjaan, tapi "kadang" ya bukan untuk terus menerus.
Terlalu sering membual bisa membuat seseorang melewatkan hal yang penting dan pada akhirnya terlewat oleh kesempatan yang seharusnya diberikan, apakah salah? enggak, enggak ada yang salah, hanya jangan mengeluh kalau diremehkan dan jarang diberikan kesempatan.
namun, bayangkan juga seorang assasins yang duduk dipojokan taverns, jarang bicara, jarang bergaul dan hanya datang ke taverns untuk minum dan makan kadang tertidur sesaat, kemudian menghampiri quest board, mencabut salah satu misi tingkat S atau A, lalu pergi sendirian, pertanyaannya, ketika tidak ada misi tingkat S atau A di Quest Board, dan misi tingkat dibawah itu tidak menantang bagi sang assasin, serta misi misi tingkat S kadang tidak didaftarkan di Guild karena terlalu rahasia, dan diberikan langsung dari klien ke adventurer, apakah klien akan mau memberikan misi secara langsung ke sang Assasin? belum tentu, lagi lagi kesempatan terlewat.
secara enggak langsung saya merasa kalau sebagai adventurer yang baik, mau monk, swordsman, hunter, assasins, magician, ataupun acolyte seharusnya bisa menempatkan diri, dan menyesuaikan diri, setidaknya mampu membaca situasi sekitar.
0 notes
Text
Sejauh Cakrawala
Pekerjaan sering kali meminta kita untuk bersabar lebih, baik terhadap personal orang orangnya, atau dengan tugas tugas yang tidak bisa segera selesai karena perlu menunggu.
Ibaratnya kita seorang adventurer yang sedang melaksanakan quest, bisa kelas A-E yang artinya misi kelas kota atau misi simpel seperti mengantar seseorang ke pasar misalnya, tapi dalam proses yang dikerjakan kita harus menunggu perijinan antar kota untuk misi A atau sekedar menunggu yang diantar ke pasar saat memilih barang belanjaan (agak aneh sih misi ngantar ke pasar ini, tapi yaudahlah ya)
nah, disaat saat seperti itulah kesabaran kita diuji, apalagi kalau lagi niat niatnya ngerjain quest karena sekali lagi sebagai adventurer yang bertanggung jawab ya sebaiknya mengerjakan quest hingga tuntas.
dalam kondisi seperti ini, dulu sering stres enggak karuan, tapi belakangan ini ya lebih bisa mengatur kapan harus serius menanggapi stress ini kapan saatnya kita "yaudahlahya" sekali lagi gagal quest bukan berarti gagal menjadi adventurer, memang sementara akan di cap "tidak becus" tapi kan selama kita tidak berhenti ambil quest, maka tidak berhenti juga karir kita.
kesabaran yang besar harus dimiliki adventurer, namun sekali lagi quest itu hanya sepersekian dalam kehidupan kita, selama dijalankan sebaik baiknya, ya sudah, hasilnya kadang dipengaruhi variabel random diluar usaha kita.
btw, saya jadi punya rencana untuk buat lore terinspirasi dari kehidupan sehari hari di tiktok.. eheheh
0 notes
Text
Benda Mati
Sepertinya lebih menyenangkan bekerja dengan benda mati, lebih mudah diatur, diprediksi, dan diarahkan. Saya berani bilang kalau mungkin hampir semua orang yang bekerja atau belajar sering sekali bentrok dengan kepentingan dan keinginan orang lain, walau niatnya baik ya, tapi selalu saja ada penolakan.
Benda mati, layaknya bolpoint, batu bata, dan sebagainya, paling mentok masalahnya karena mutunya kurang bagus, lagi lagi tergantung orangnya alias benda hidupnya.
Alkisah terjadi kekacauan karena sekelompok pemuja dewa terlarang membangkitkan seekor monster yang sudah disegel ribuan tahun, dan anggaplah kita ini cuma adventurer kelas B, enggak jelek jelek amat tapi belum mampu untuk ngerjain misi yang gila gilaan, dan sebagai seorang yang memegang kode moral dan etik, maka sudah sewajarnya kita ikut ambil serta dalam mengamankan penduduk atau tipis tipis membasmi kroco kroco monster.
Namun, ada beberapa penduduk yang "ngeyel" tidak mau mengikuti arahan, dan ujung ujungnya malah menambah pekerjaan karena kesulitannya meningkat tiga kali lipat, karena selain harus melindungi diri supaya tidak terluka parah atau mati malahan, juga harus melindungi peduduk yang tidak tahu diri ini, sekaligus terus mengevakuasi penduduk lainnya.
Penduduk yang bebal macam begini bakal sadar kalau ada orang sekitar mereka yang udah keinjek atau dicabik cabik sama monster. saat saat macam kayak gini ini yang kadang buat bertanya ke diri sendiri, "kenapa harus merasa bersalah sih?" "kenapa enggak lari aja? toh ini bukan misi yang wajib wajib amat"
Tapi, ujungnya dilakuin dan dikerjain dengan berkeluh kesah, apakah sukses?
saat ini masih proses.
hopefully, warga bebal ini selamat, warga lain selamat, dan kalau sudah selamat semoga warga model macam kayak gini bisa pindah deh ke kota lain.
0 notes