Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Catatan Sales: Kenapa Saya Menjadi Sales?
Sejak awal kelulusan tanggal 20 Mei 2023 lalu, bekerja sebagai sales tidak pernah menjadi pilihan bahkan alternative. Melainkan bidang pekerjaan yang paling saya hindari. Bagaiman tidak, gambaran saya saat itu pekerjaan sebagai sales penuh dengan tantangan dan orientasinya selalu berupa target baik secara nomial atau individual (nasabah). Walau pun setelah saya pikir-pikir saat ini, pekerjaan apa yang tidak memiliki target?
Selain gambaran sebagai pekerjaan yang sulit karena harus mencari dan memenuhi target. Pekerjaan sebagai sales bagi saya pribadi saat itu tidaklah keren. Karena menurut saya pekerjaan yang saya ambilh haruslah linier dengan bidang keilmuan atau jurusan saat berkuliah. Yaitu Ekonomi Pembangunan. Alasan lainnya adalah sebab perjaan sales tidak membutuhkan keterampilan atau bidang tertntu. Hal ini terlihat dari persyaraan yang tertera untuk kualifikasi pelamarnya yaitu, “terbuka untuk semua jurusan.”
Tidak bertahan lama, alasan gengsi karena harus bekerja sesuai jurusan dan gambaran sebagai pekerjaan yang sulit. Seketika tidak berlaku ketika tawaran pekerjaan sebagai education consultant (sebutaun untuk sales di Mentari Group) masuk pada tanggal 10 September 2023. Pada saat menerima tawaran tersebut saya sedang bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai data entry.
Tawaran yang datang pada 10 September tersebut bukan untuk langsung bekerja, namun untuk tes pada tahap interview. Saya benar-benar mulai aktif bekerja pada tanggal 10 Oktober 2023.
Tidak banyak pertimbangan saya saat itu melanjutkan tes dan mengusahakan yang terbaik agar diterima. Yaitu kecintaan saya dengan dunia pendidikan.
Persentuhan saya dengan dunia pendidikan dimulai tahun2020 saat melaksanakn program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dibarengi juga dengan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Sehingga selain melaksanakan program kerja KKN kami juga memiliki kegiatan tambahan untuk mengajar, yang sebenarnya khusus untuk mahasiswa FKIP.
Kegiatan yang hanya dilaksanka 40 hari ini memberikan saya banyak gambaran buruk tentang dunia pendidikan. Khususnya tempat kami melakukan praktik PPL. Saya melihat bagaimana guru mengajar hanya sebatas untuk melaksanakan kewajiban. Tidak penting murid mengerti atau tidak, yang penting materi tersampaikan. Kemudian praktik korupsi dana pendidikan yang dilakukan secara terang-terangan. Membuat saya bertanya, apa hasil yang diharapkan oleh hasil didikan dari guru tidak kompeten dan fasilitas sekolah yang kurang akibat korupsi?
Persentuhan kedua saya dengan dunia pendidikan adalah dalam kegiatan Kampus Mengajar. Saat itu saya tergabung dalam Kampus Mengajar Angkatan 2 dan menjalani pengabdian di daerah 3T kabupaten Lampung Utara dengan 5 tema lainnya yang berbeda kampus.
Dalam program tersebut dapat dikatakan saya cukup beruntung karna merasakan 2 sekolah yang berbeda. Sehingga dengan pengelaman tersebut saya memiliki lebih banyak lanskap tentang dunia pendidikan, namun sayangnya bukan hal-hal baik. Kembali saya lihat permasalahan seperti korupsi dana pendidikan, nepotisme guru, pemalsuan administrasi, guru yang jarang masuk dan lain sebagainya. Sehingga apa dampaknya? Murid yang tidak memilki buku, siswa banyak yang tidak bisa membaca, gedung dengan prasarana kurang dan banyak lagi.
Selain dua pengalaman tersebut masih ada beberapa pengalaman lainnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Seperti pengabdian mata kuliah Pancasila, kegiatan volunteer, pengalaman saya mengajar di lembaga bimbel serta sebagai guru privat.
Semua pengalaman tersebut akhirnya berakumulasi yang menjadikan saya cinta dengan dunia pendidikan dan ada keinginan besar untuk berkontribusi pemperbaiki kondisi yang saat ini terjadi. Sehingga pada akhirnya tawaran sebagai sebagai education consultant di Mentari Group datang dan membuat saya berfikir bahwa saya dapat memperbaiki kondisi pendidikan melalui bahan ajar yang berkualitas.
0 notes
Text
Catatan Sales: Penting Tapi Tidak Semua Bisa
“Jika ingin banyak duit jangan jadi PNS tapi jadi sales.”
Pernyataan diatas adalah kalimat yang dilontarkan oleh Leader saya sebagai jawaban dari pertanyaan mengapa beliau tidak menjadi PNS. Pertanyaan tersebut saya lontarkan bukan tanpa sebab, mengingat beliau adalah lulusan dari salah satu kampus terbaik di Indonesia dan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang tinggi. Namun apakah saya merasa puas dengan jawaban beliau? Tentu saja tidak, tetapi setidaknya dapat memberikan saya satu alasan kenapa beliau bertahan lebih dari 20 tahun hingga menjabat sebagai Associate manager yang awalnya sales seperti saya.
Terlepas dari keinginan untuk mengetahui alasan leader saya bertahan lebih dari 20 tahun sebagai seorang sales. Tetapi sebenarnya saya sedang mencari alasan dari jawaban orang lain untuk diri saya pribadi agar tetap bertahan dalam perkerjaan tersebut. Sebab dari dulu saya tidak membayangkan akan menjadi seorang sales. Meskipun pada akhirnya tawaran pada program MT Sales & Marketing yang datang mungkin hanya berjarak 7-9 bulan dari Wisuda saya terima.
Alasan ingin bekerja sesuai dengan bidang keilmuan adalah sebab utama saya menghindari pekerjaan tersebut. Maklum, sebagai lulusan baru pikiran-pikiran idealis sebagaimana Mahasiswa masih melekat. Apalagi ditambah dengan kualifikasi yang tertulis “terbuka untuk semua jurusan.” Membuat saya berfikir bahwa pekerjaan sebagai sales tidak keren karena tidak harus memiliki kemampuan dan keterampilan khusus.
Tetapi pada akhirnya setelah saya mulai bekerja dan turun lapangan, pekerjaan sebagai seorang sales tidak simple bayangan saya sebelumnya. Dan harus menarik kembali kalimat “tida harus memiliki kemampaun dan keterampilan khusus.” Mengapa demikian?
Sebab setelah saya amati dari atasan dan rekan kerja yang memiliki omset besar serta telah lama bekerja. Masing-masing dari mereka memiliki skill dan pendekatan tersendiri yang akhirnya menjadi ciri khas dari mereka.
Dalam lingkungan kerja saya setidaknya terdapat tiga pendekatan untuk mendapatkan custumer. Pertama, pendekatan secara akademis. Orang-orang dengan pendekatan tersebut saya perhatikan mayoritas dari mereka adalah lulusan Magister, dari kampus-kampus terbaik dan tentunya Indeks prestasi komulatif (IPK) yang tinggi. Ciri khas mereka dalam berkomunikasi terlihat dari argument-argumen yang mereka sampaikan. Seperti Bahasa mereka yang akademis, pintar dalam mengkomparasi sebuah produk dan cara penyampaian yang sistematis.
Kedua, pendekatan negosiasi. Dalam berkomunikasi dengan PIC orang-orang dengan pendekatan tersebut terlihat sangat fleksibel. Tetapi yang perlu disadari bahwa mereka cukup pintar untuk menggali kebutuhan atau menciptakan kebutuhan PIC. Setelah menggali kebutuhan atau menciptakan kebutuhan tersebut mereka akan mengarahkan PIC kepada solusi yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Ketiga, pendekatan emosional. Salah satu yang paling mencolok dari pendekatan tersebut adalah mereka pendengar yang baik dan aktif. Tujuannya adalah agar terjalin kedekatan dengan PIC tersebut.
Namun pada praktiknya dilapangan tidak semua individu (sales) berhasil menemukan apa ciri khas mereka dalam komunikasi. Atau kondisi paling parah adalah mereka tidak dapat berkomuniasi yang efektif sesuai dengan kondisi dan siapa PIC yang mereka hadapi. Mereka dengan kondisi demikian sama hal nya dengan kaset atau rekaman yang diputar berulang.
Selain kamampuan dan skill pendekatan, seorang sales harus memiliki kemampuan problem solving dan critical thinking. Kedua kemampuan tersebut saling terhubung dan sangat penting untuk dimiliki. Misalnya dalam produk yang saya jual, yaitu bahan ajar sekolah. Dalam menawarkan program tentu tidak serta merta tanpa pertimbangan, sebab setiap sekolah memiliki karakteristik, hal yang ingin diunggulkan, kemampaun guru dan kondisi murid yang berbeda-beda dari sekolah lainnya.
Petimbangan-pertimbangan tersebutlah yang pada akhirnya menjadi acuan untuk menyusun program, bahan ajar yang cocok, slide presentasi, data atau fakta yang berkaitan dan poin-poin yang akan dikomunikasikan bahkan negosisasi dengan PIC atau pengambil keputusan.
Contoh sederhana yang saya berikan tentu sangat berkaitan dengan problem solving dan critical thinking. Sebab apabila dalam praktiknya tidak menggunakan dua kemampaun tersebut akhirnya apa yang ditawarkan dan sampikan kepada PIC hanya sebatas tamplate.
Dua kemampaun yang saya sebutkan diatas tentunya tidak mengharuskan spesifikasi pendidikan tertentu. Sehingga semua individu atau mereka yang berprofesi sebagai sales dapat menguasainya. Tetapi kenyataan dilapangan sangat semudah demikian. Banyak sales dilapangan tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik apalagi pendekatan. Mereka hanya sebatas menghapal produk yang mereka jual seperti halnya kaset. Atau pada kondisi lainnya, mereka memiliki skill komunikasi dan pendekatan yang baik namun tidak dengan problem solving dan critical thinking. Sehingga komikasi mereka tidak efektif hanya sebatas tamplate.
1 note
·
View note