ultracing
Tanpa judul
4 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
ultracing · 2 days ago
Text
Mengenang Mantan: Menutup Hari Dengan Menghubungi Orang Tua
Tumblr media
“Kekecewaan terhadap seseorang tidak akan menghilangkan kebaikan yang dibuat atau contoh kan”
Ketika saya mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan dengan mantan terakhir saya, Ayu Pita. Tentu didasari kekecewaan yang tidak hanya berasal dari satu atau dua masalah. Dapat saya katakan, keputusan tersebut adalah akumulasi dari banyak kekecewaan yang terus bertumpuk. Hingga akhirnya lelah, pusing disebabkan pekerjaan ditambah kekecewaan yang telah terakumulasi membuat saya mengambil keputusan tersebut.
Saya mengatakan satu-dua masalah dan kekecewaan bertumpuk yang ditujukan kepada dia bukan berarti tidak ada kesalahan sama sekali pada diri saya. Bahkan lebih banyak atau mungkin masalah yang dia lakukan dan kekecewaan tersebut berasal dari diri saya sendiri.
Tetapi sudahlah, tulisan ini bukan untuk mengungkit penyebab saya putus dan kesalahan saya tau dia. Sebab saya sendiri sudah berdamai dengan semua akibat dan kondisi dari keputusan tersebut. Bukan berarti pula ketika tulisan ini dibuat karena saya belum move on melainkan lebih kepada mengingat hal-hal baik yang pernah dia contohkan. Saya berprinsip bahwa kekecewaan terhadap seseorang tidak akan menghilangkan kebaikan yang dibuat atau contohkan. Termasuk cara berbakti kepada orang tua.
“Gak nelpon Mamak?” atau “Udah nelpon Mamak?” merupakan salah pertanyaan yang beberapa kali dia tanyakan kepada saya. Dia bertanya demikian mungkin merasa aneh dengan kebiasaan saya yang hanya menelpon orang tua satu minggu sekali. Yaitu di Sabtu malam atau Minggu pagi itu pun hanya 5 menit.
Kebiasaan tersebut amat sangat berbanding terbalik dengan dia yang terbiasa menutup hari dengan menghubungi orang tuanya. Saya tekankan sekali lagi, setiap hari. Jika dia merasa aneh dengan kebiasaan saya yang menelpon orang tua seminggu sekali begitu pun sebaliknya. Saya berfikir apa yang dibicarakan setiap harinya?
Dengan kebiasaannya yang selalu menyempatkan untuk menelpon orangtuanya tersebut, saya pernah merasa bersalah bahkan hingga hari ini. Yaitu ketika Ayahnya meninggal. Sebab ketika saya menjalin hubungan dengannya intensitas dia untuk menelpon atau menghubungi orang tuanya berkurang. Waktunya habis bersama saya entah untuk mengerjakan skripsi, berdiskusi atau membaca buku bersama. Satu lagi pelajaran untuk saya kedepan nya untuk tidak menjauhkan anak dari orang tuanya. Atau jika memang menjadi dosa biarlah saya tanggung.
Baiklah kita kembali lagi kepada pokok tulisan ini, sepertinya saya terlalu banyak membahas “dia.” Saat itu saya memiliki alasan mengapa hanya seminggu sekali menelpon orang tau atau ketika benar-benar mendesak saja. Sebab menurut saya ketika orang tua dirumah menerima telpon mereka akan khawatir dengan keadaan saya yang tiba-tiba menelpon. Hingga akhirnya saya berfikir bahwa alasan ini tidak masuk akal dan hanya masalah waktu saja. Mereka kaget dan khawatir ketika saya menelpon sebab belum terbiasa anaknya yang biasanya hanya menelpon di hari minggu tiba-tiba menelpon di hari Senin, selasa, dan seterusnya.
Alasan kedua saya mengapa jarang menghubungi orang tua dirumah yaitu saya hanya membagi informasi penting atau mendesak saja kepada mereka. Misalnya ketika saya diterima kuliah atau kerja. Bahkan ketika saya masuk rumah sakit pada akhir tahun 2023 lalu saya tidak menghubungi atau memberitahu kedua orang tau saya.
Tetapi saat ini saya menyadari bahwa semua hal tentang orang tau penting untuk saya dan begitu pun sebaliknya. Semua hal tentang saya penting untuk mereka. Mungkin ini terlalu jauh, tetapi saya tidak ingin pada kemudian hari menyesal ketika mereka telah tiada bahwa saya tidak mengetahui apa pun tentang mereka dan keseharian nya.
Dan betapa menyesalnya saya hari ini bahwa berinteraksi dengan orang tau setiap harinya menambah semangat serta mendatangkan banyak hal-hal baik kepada saya. Sehingga saya mulai mencontoh dan membiasakan yang dilakukan mantan saya, menghubungi orang tua setiap hari.
0 notes
ultracing · 24 days ago
Text
Saya dan Agama Islam
Tumblr media
Jum’at, 06 Desember 2024 Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan panggilan Gus Mistaf. Mengundurkan diri dari jabatan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Pengunduran diri tersebut disampaikannya melalui konferensi pers di di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta.
Dalam konferensi pers tersebut beliau mengungkapan alasan mundur dari jabata tersebut adalah bukan karna ditekan siapaun bukan kaena permintan siapapun tapi semata-mata keputusan ini saya ambil karena rasa cinta Alasan tersebut sampai diucapkannya berulang, tidak tahu tujuannya apa. Tetapi dilain pihak dan kesempatan Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa pengunduran diri tersebut merupakan bentuk tanggung jawab atas pernyataan yang dilontarkan Miftah Maulana Habiburrahman.
Seperti diketahui, bahwa sebelum pengunduran dirinya tersebut Miftah Maulana Habiburrahman tengah ramai menjadi perbincangan public karana ucapannya yang kurang pantas terhadap penjual Es teh. Selain terhadap penjual tes ternyata masih ada beberapa kontroversi serupa yang dilukan oleh Miftah Maulana Habiburrahman. Diantara seperti yang dihimpun oleh Detik.com, yaitu menghina pedagang es teh, enoyor kepala istri di depan umum, bagi-bagi duit saat kampanye, sebut pks sebagai partai wahabi, hina pendakwah lain, dakwah di gereja, dakwah di kelab malam, bandingkan larangan speaker masjid dengan dangdutan, samakan pembawa kopi dengan najis besar dan hina yati pesek.
Meski pun berlindung balik kata bercanda dan ciri khas dakwahnya tentu hal-hal semacam ini tidak pastas untuk sesorang yang menyandang gelar “Gus” kemudan memiliki tanggung jawab sebagai pendakwah, pemuka agama dan ditambah lagi sebagai utusan khusus presiden.
Selain Miftah Maulana Habiburrahman dalam kontroversinya dengan penjual es tes masig ada lagi yaitu KH Usman Ali Salman pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) API Al-Huda Nepak dan Habib Zaidan bin Yahya pemimpin Majelis Sekar Langit.
Apabila dibayangkan secara normative tentu majelis pada hari tersebut penuh dengan ilmu dan barokah, sebab sudah ada pemuka agama bergelar “Gus”, pimpinan pondok pesantren bergelar “Kiai Haji” dan anak muda cucu nabi bergelar “Habib.” Tetapi jangankan ilmu nyatanya majelis tersebut penuh dengan olok-olokan dan tawa yang terpingak-pingkal oleh sosok yang seharusnya menjadi contoh tersebut.
            Terlepas dari kontroversi Miftah Maulana Habiburrahman dan kawan-kawannya, mengingatkan saya kembali dengan kekecewaan pribadi terhadap umat beragama khususnya Islam. Kekecewaan tersebut akhirnya muncul dengan berbagai macam sikap pada akhirnya bermuara pada kekecewaan agama tersebut.
Pada Sekolah Menengah Atas hingga dengan kuliah, saya melihat bagaimana islam dijadikan alat politik praktis. Pada kondisi tersebut saya melihat bagaimana organisas kampus mejadi underbouw partai politik. Kondisi tersebut sebenarnya tidaklah salah sebab mungkin ini adalah salah satu cara partai melakukan kederisasi dan menyebarkan gagasan kepartaian. Tetapi yang akhirnya menjadi salah adalah ketika mencampur aduk antara agama dengan partai dan mengatakan bahwa pertai tersebut yang benar-benar partai umat dan menifestasi agama. Selain itu juga yang sering terjadi adalah membodohi kader atau anggota dengan iming-iming agama dan surge. Tentu hal semacam ini jauh dari kata mencerdaskan.
Kekecewaan lainnya adalah ketika agama menjadi ladang bisnis. Pada beberapa waktu lalu kita sempat diramaikan dengan berita tentang “Obral Gelar Habib.” Apa tujuannya? Tidak lain dan bukan  adalah wanita, harta, jabatan dan status social.
Selain dua hal yang saya sampaikan diatas masih banyak lagi yang membuat saya kecewa, hingga pada akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa, saya ingin menjadi orang Islam yang benar-benar Islam. Bukan orang Islam seperti para “habib” yang mencaci maki, menjual kisah dongeng palsu dan orientasi harta,wanita dan jabatan. Bukan orang Islam yang menjadikan agama iming-iming politik. Dan Bukan orang Islam yang mengajarkan kebencian kepada orang islam lainnnya dengan mengkafir-kafirkan.
0 notes
ultracing · 3 months ago
Text
Catatan Sales: Kenapa Saya Menjadi Sales?
Tumblr media
Sejak awal kelulusan tanggal 20 Mei 2023 lalu, bekerja sebagai sales tidak pernah menjadi pilihan bahkan alternative. Melainkan bidang pekerjaan yang paling saya hindari. Bagaiman tidak, gambaran saya saat itu pekerjaan sebagai sales penuh dengan tantangan dan orientasinya selalu berupa target baik secara nomial atau individual (nasabah). Walau pun setelah saya pikir-pikir saat ini, pekerjaan apa yang tidak memiliki target?
Selain gambaran sebagai pekerjaan yang sulit karena harus mencari dan memenuhi target. Pekerjaan sebagai sales bagi saya pribadi saat itu tidaklah keren. Karena menurut saya pekerjaan yang saya ambilh haruslah linier dengan bidang keilmuan atau jurusan saat berkuliah. Yaitu Ekonomi Pembangunan. Alasan lainnya adalah sebab perjaan sales tidak membutuhkan keterampilan atau bidang tertntu. Hal ini terlihat dari persyaraan yang tertera untuk kualifikasi pelamarnya yaitu, “terbuka untuk semua jurusan.”
Tidak bertahan lama, alasan gengsi karena harus bekerja sesuai jurusan dan gambaran sebagai pekerjaan yang sulit. Seketika tidak berlaku ketika tawaran pekerjaan sebagai education consultant (sebutaun untuk sales di Mentari Group) masuk pada tanggal 10 September 2023. Pada saat menerima tawaran tersebut saya sedang bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai data entry.
Tawaran yang datang pada 10 September tersebut bukan untuk langsung bekerja, namun untuk tes pada tahap interview. Saya benar-benar mulai aktif bekerja pada tanggal 10 Oktober 2023.
Tidak banyak pertimbangan saya saat itu melanjutkan tes dan mengusahakan yang terbaik agar diterima. Yaitu kecintaan saya dengan dunia pendidikan.
Persentuhan saya dengan dunia pendidikan dimulai tahun2020 saat melaksanakn program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dibarengi juga dengan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Sehingga selain melaksanakan program kerja KKN kami juga memiliki kegiatan tambahan untuk mengajar, yang sebenarnya khusus untuk mahasiswa FKIP.
Kegiatan yang hanya dilaksanka 40 hari ini memberikan saya banyak gambaran buruk tentang dunia pendidikan. Khususnya tempat kami melakukan praktik PPL. Saya melihat bagaimana guru mengajar hanya sebatas untuk melaksanakan kewajiban. Tidak penting murid mengerti atau tidak, yang penting materi tersampaikan. Kemudian praktik korupsi dana pendidikan yang dilakukan secara terang-terangan. Membuat saya bertanya, apa hasil yang diharapkan oleh hasil didikan dari guru tidak kompeten dan fasilitas sekolah yang kurang akibat korupsi?
Persentuhan kedua saya dengan dunia pendidikan adalah dalam kegiatan Kampus Mengajar. Saat itu saya tergabung dalam Kampus Mengajar Angkatan 2 dan menjalani pengabdian di daerah 3T kabupaten Lampung Utara dengan 5 tema lainnya yang berbeda kampus.
Dalam program tersebut dapat dikatakan saya cukup beruntung karna merasakan 2 sekolah yang berbeda. Sehingga dengan pengelaman tersebut saya memiliki lebih banyak lanskap tentang dunia pendidikan, namun sayangnya bukan hal-hal baik. Kembali saya lihat permasalahan seperti korupsi dana pendidikan, nepotisme guru, pemalsuan administrasi, guru yang jarang masuk dan lain sebagainya. Sehingga apa dampaknya? Murid yang tidak memilki buku, siswa banyak yang tidak bisa membaca, gedung dengan prasarana kurang dan banyak lagi.
Selain dua pengalaman tersebut masih ada beberapa pengalaman lainnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Seperti pengabdian mata kuliah Pancasila, kegiatan volunteer, pengalaman saya mengajar di lembaga bimbel serta sebagai guru privat.
Semua pengalaman tersebut akhirnya berakumulasi yang menjadikan saya cinta dengan dunia pendidikan dan ada keinginan besar untuk berkontribusi pemperbaiki kondisi yang saat ini terjadi. Sehingga pada akhirnya tawaran sebagai sebagai education consultant di Mentari Group datang dan membuat saya berfikir bahwa saya dapat memperbaiki kondisi pendidikan melalui bahan ajar yang berkualitas.
0 notes
ultracing · 3 months ago
Text
Catatan Sales: Penting Tapi Tidak Semua Bisa
Tumblr media
“Jika ingin banyak duit jangan jadi PNS tapi jadi sales.”
Pernyataan diatas adalah kalimat yang dilontarkan oleh Leader saya sebagai jawaban dari pertanyaan mengapa beliau tidak menjadi PNS. Pertanyaan tersebut saya lontarkan bukan tanpa sebab, mengingat beliau adalah lulusan dari salah satu kampus terbaik di Indonesia dan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang tinggi. Namun apakah saya merasa puas dengan jawaban beliau? Tentu saja tidak, tetapi setidaknya dapat memberikan saya satu alasan kenapa beliau bertahan lebih dari 20 tahun hingga menjabat sebagai Associate manager yang awalnya sales seperti saya.
Terlepas dari keinginan untuk mengetahui alasan leader saya bertahan lebih dari 20 tahun sebagai seorang sales. Tetapi sebenarnya saya sedang mencari alasan dari jawaban orang lain untuk diri saya pribadi agar tetap bertahan dalam perkerjaan tersebut. Sebab dari dulu saya tidak membayangkan akan menjadi seorang sales. Meskipun pada akhirnya tawaran pada program MT Sales & Marketing yang datang mungkin hanya berjarak 7-9 bulan dari Wisuda saya terima.
Alasan ingin bekerja sesuai dengan bidang keilmuan adalah sebab utama saya menghindari pekerjaan tersebut. Maklum, sebagai lulusan baru pikiran-pikiran idealis sebagaimana  Mahasiswa masih melekat. Apalagi ditambah dengan kualifikasi yang tertulis “terbuka untuk semua jurusan.” Membuat saya berfikir bahwa pekerjaan sebagai sales tidak keren karena tidak harus memiliki kemampuan dan keterampilan khusus.
Tetapi pada akhirnya setelah saya mulai bekerja dan turun lapangan, pekerjaan sebagai seorang sales tidak simple bayangan saya sebelumnya. Dan harus menarik kembali kalimat “tida harus memiliki kemampaun dan keterampilan khusus.” Mengapa demikian?
Sebab setelah saya amati dari atasan dan rekan kerja yang memiliki omset besar serta telah lama bekerja. Masing-masing dari mereka memiliki skill dan pendekatan tersendiri yang akhirnya menjadi ciri khas dari mereka.
Dalam lingkungan kerja saya setidaknya terdapat tiga pendekatan untuk mendapatkan custumer. Pertama, pendekatan secara akademis. Orang-orang dengan pendekatan tersebut saya perhatikan mayoritas dari mereka adalah lulusan Magister, dari kampus-kampus terbaik dan tentunya Indeks prestasi komulatif (IPK) yang tinggi. Ciri khas mereka dalam berkomunikasi terlihat dari argument-argumen yang mereka sampaikan. Seperti Bahasa mereka yang akademis, pintar dalam mengkomparasi sebuah produk dan cara penyampaian yang sistematis.
Kedua, pendekatan negosiasi. Dalam berkomunikasi dengan PIC orang-orang dengan pendekatan tersebut terlihat sangat fleksibel. Tetapi yang perlu disadari bahwa mereka cukup pintar untuk menggali kebutuhan atau menciptakan kebutuhan PIC. Setelah menggali kebutuhan atau menciptakan kebutuhan tersebut mereka akan mengarahkan PIC kepada solusi yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Ketiga, pendekatan emosional. Salah satu yang paling mencolok dari pendekatan tersebut adalah mereka pendengar yang baik dan aktif. Tujuannya adalah agar terjalin kedekatan dengan PIC tersebut.
Namun pada praktiknya dilapangan tidak semua individu (sales) berhasil menemukan apa ciri khas mereka dalam komunikasi. Atau kondisi paling parah adalah mereka tidak dapat berkomuniasi yang efektif sesuai dengan kondisi dan siapa PIC yang mereka hadapi. Mereka dengan kondisi demikian sama hal nya dengan kaset atau rekaman yang diputar berulang.
Selain kamampuan dan skill pendekatan, seorang sales harus memiliki kemampuan problem solving dan critical thinking. Kedua kemampuan tersebut saling terhubung dan sangat penting untuk dimiliki. Misalnya dalam produk yang saya jual, yaitu bahan ajar sekolah. Dalam menawarkan program tentu tidak serta merta tanpa pertimbangan, sebab setiap sekolah memiliki karakteristik, hal yang ingin diunggulkan, kemampaun guru dan kondisi murid yang berbeda-beda dari sekolah lainnya.
Petimbangan-pertimbangan tersebutlah yang pada akhirnya menjadi acuan untuk menyusun program, bahan ajar yang cocok, slide presentasi, data atau fakta yang berkaitan dan poin-poin yang akan dikomunikasikan bahkan negosisasi dengan PIC atau pengambil keputusan.
Contoh sederhana yang saya berikan tentu sangat berkaitan dengan problem solving dan critical thinking. Sebab apabila dalam praktiknya tidak menggunakan dua kemampaun tersebut akhirnya apa yang ditawarkan dan sampikan kepada PIC hanya sebatas tamplate.
Dua kemampaun yang saya sebutkan diatas tentunya tidak mengharuskan spesifikasi pendidikan tertentu. Sehingga semua individu atau mereka yang berprofesi sebagai sales dapat menguasainya. Tetapi kenyataan dilapangan sangat semudah demikian. Banyak sales dilapangan tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik apalagi pendekatan. Mereka hanya sebatas menghapal produk yang mereka jual seperti halnya kaset. Atau pada kondisi lainnya, mereka memiliki skill komunikasi dan pendekatan yang baik namun tidak dengan problem solving dan critical thinking. Sehingga komikasi mereka tidak efektif hanya sebatas tamplate.
1 note · View note