Tumgik
tullabulilmi · 2 years
Text
15. BERTANYA KEPADA SIAPA?
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (Qs. an-Nahl : 43)
Point Halaqah Minggu Lalu
Orang awam harus mengambalikan masalah agama kepada ahli ilmu, kepada pihak yg mengetahui dalil dan bisa mengolah dalil tersebut sehingga lahirlah produk hukum yg tepat
وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِلٰٓى اُولِى الْاَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْۢبِطُوْنَهٗ مِنْهُمْ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (Qs. an-Nahl : 43)
0 notes
tullabulilmi · 3 years
Text
14. Tanda Tanya?
Tambahan Halaqah Minggu Lalu
Orang berilmu akan mendapatakan efek positif. Disampaikan oleh ibnul qayyim dalam kitab Miftahi Daris Sa'adah 150an keutamaan orang yang belajar dan punya ilmu, sebagian keutamannya diantaranya dinaungi malaikat, dapat istighfar dari ikan-ika yang ada, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَعَنْ أَبِيْ الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قََالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طََرِيْقاً يَبْتَغِي فِيْهِ عَلْماً سَهَّلَ اللهُ لََهُ طََرِيْقاً إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ المَلَائِكَةَ لََتََضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالبِ الْعِلْمِ رِضاً بِِمَا يَصْنَعُ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لََيَسْتَغْفِرُ لََهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمنْ فِي الَأرْضِ حَتَّى الحِيْتَانُ فِي المَاءِِ، وَفََضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كََفَضْلِِ الْقََمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلََمَاءَ وَرَثََةُ الَأنْبِيَاءِِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لََمْ يُوَرِّثُوا دِيْنَاراً وَلَا دِرْهَماً وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فََمَنْ أََخَذَهُ أََخَذَ بِحَظِّ وَافِرٍ . رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ
Dari Abu al-Darda’ Radhiyallohu Anhu. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya kepada pencari ilmu, karena ridha terhadap apa yang ia perbuat. Sesungguhnya, penghuni langit dan bumi sampai ikan-ikan di laut pun memintakan ampun bagi orang yang berilmu. Keutamaan seorang berilmu dibandingkan ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama dibandingkan semua bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau pun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mendapatkan bagian yang banyak. (HR Abu Daud dan al-Tirmizi) I'tibar : Para ulama tidak peduli terhadap hartanya yang di manfaatkan untuk menuntut ilmu, sebab mereka mendapatkan sesuatu yang lebih dari pada kenikmatan harta yaitu berupa ketenangan. Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَس��ونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada didekatnya. Barangsiapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak mengangkatnya.” [Dari Abu Hurairah rodhiyallahu anhu , Riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah]
Manisnya Ilmu didapatkan dengan cara:
Ikhlas dalam beramal
Mencintai Allah dan RosulNya
Kontennya benar (sesuai pemahaman para sahabat)
Bersungguh-sungguh dallam menuntut
ilmu Harus diamalkan
Imam asy-Syafi’i rohimahullah mengatakan, “Seseorang tidak akan meraskan manisnya ilmu sampai ia merasa sakitnya belajar(menuntut ilmu)”
I'tibar : Abul Waqti al-Sijsi rohimahullah,untuk menentut ilmu beliau disuruh berjalan kaki oleh ayahnya, padahal ada kuda ada unta, sampai ada yang menawarkan untuk menaiki kudanya, namun ayahnya berkata, “Tidak, biarkan ia berjalan. Jika ia tidak mampu biarlah saya gendong anak saya.” itu karena emang dididik untuk capek
وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُواْ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Ankabut : 69)
Allah ﷻ katakan jihad padahal ayat ini turun sebelum adanya kewajiban jihad, apa maksudnya? anda harus bersungguh-sungguh seperti anda berperang baru Allah ﷻ kasih petunjuk.
Nasihat : Jadi kalau ibadah kita itu masih jauh dari kata lelah, capek, perjuangan dan lempeng-lempeng aja agak berat untuk dapatkan manisnya ilmu.makannya dulu para berdarah-darah memperjuangkan al-Qur'an, sumayyah rela mati karena mereka tau kenikmatannya
Dalil ke-4 tentang keutamaan ilmu
Allah Azza wa Jalla berfirman :
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (Qs. an-Nahl : 43)
0 notes
tullabulilmi · 4 years
Text
13. Selami Keindahannya !
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Nabi bersabda, “Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir(Majelis Ilmu.”
Nasihat : Sebagaimana taman memeberkan ketenangan, kenyamanan, kebahagiaaan dan relaksasi setelah menjalani hiruk-pikuk kegiatan sehari-hari.dan Taman surga adalah taman paling prestisisus di muka bumi ini.
Point Halaqah Minggu Lalu
Ada perbedaan antara orang yang berilmu dengan yag tidak menurut Ibu Atsur dalam surat Ad-Dzumar:9
Resep untuk menjadi orang yang mulia di dunia adalah Tidak bergantung pada makhluk dalam artian tidak untuk sombong atau tidak mau bersosial, melainkan agar hati ini tidak terpaut pada orang. Nasihat : Mintalah pertolongan kepada Allah ﷻ terlebih dahulu sebelum kemudian minta kepada orang lain.
Bahayanya jika seseorang berbicara tentang agama tanpa Ilmu. akibatnya akan fatal didunia maupun diakhirat.
Salah satu fondasi kesyirikan seperti yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim adalah tergantung kepada makhluk.
Lanjutan dari 6 perbedaan yang diulas dalam kitab Tahrir wa Tanwir.karangan Ibnu Asyur:
Kelima: Orang yang belajar/berilmu, dia akan menikmati keindahan serta manisnya ilmu.
Allah ﷻ berfirman dalam QS. Fatir : 19, 20, 21 وَمَا يَسْتَوِى ااَعْمٰى وَالْبَصِيْرُ ۙ
وَلَا الظُّلُمٰتُ وَلَا النُّوْرُۙ
وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُوْرُۚ “tidak sama antara yang buta dengan yang bisa melihat. Dan tidak sama antara kegelapan dengan cahaya. Dan tidak sama antara orang yang berteduh dengan orang yang kepanasan”
Ibnu Asyur menjelaskan bahwa orang-orang yang berilmu itu seperti orang yang berteduh berlindung dari sinar matahari
Abu Uba’id, menjelaskan “Dalam proses menulis buku ini , aku susun selama 40 tahun, dan seringkali ketika aku mendapatkan ilmu/faidah dari lisan-lisan ulama lalu aku masukkan ke dalam buku ini sesuai dengan bab-nya, itu malamnya aku suka tidak bisa tidur karena begitu bahagiannya”
Imam adz-Dzahabi dalam Tadzkiratu Huffadz mencertikan dua Imam besar bertemu di dalam masjid Ali bin Hasan bin Syaqiq "Aku berada di sebuah masjid bersama Imam bin Mubarak di malam dingin, di saat kami ingin keluar dari masjid, tiba-tiba saat sampai pintu keluar, Abdullah bin Mubarak melemparkan sebuah hadist kepada diriku, maka tanpa sadar aku merespon dengan semangat dan akhirnya kita berbincang, sangking serunya obrolan di pintu masjid tersebut tiba-tiba adzan dikumandangkan.
I'tibar : Sangking serunya berbicara tentang hadist Rasullullah ﷺ mereka berbincang sampai adzan subuh berkumandang dan dalam keadaan berdiri.
Abu Ja’far Al Qosri bercerita mengenai perjalanannya ke sebuah kota Susah untuk bertemu dengan Yahya bin Umar. Tapi begitu ketemu dengan Yahya bin Umar, ternyata ia sedang menulis buku. lalu beliau mengecek dompetnya ternyata tidak punya uang untuk beli kertas untuk ditulis. maka yang ia lakukan adalah membuka bajunya dan menjualnya untuk bisa membeli kertas.
Proses mendapatkan ilmu itu memiliki kenikmatannya sendiri.
Imam ar-Radzi, syaikhul islam Thaimiyyah, dan para ulama-ulama yang lain mengatakan kenikmatan ilmu itu lebih indah dari kenikmatan fisik, badan dan kenikmatan fasilitas dunia bahkan bisa melupakan kenikmatan-kenikmatan di dunia. Imam Baihaqi mengatakan "Nikmatnya ilmu pengetahuan itu bisa melupakan nikmat anggota badan"
Nasihat : Ketika antum makan-makanan yang nikmat dan lezat yang merasakan nikmat itu anggota tubuh Antum, namun ketika sariawan anggota tubuh antum merasakan sakit atau sariawan rasa nikmat bubur ayam jadi tidak ada nikmatnya.
Malik bin Dinar, Imam Malik bin Anas pernah mengatakan, “Ahli dunia pada saat meninggal dunia, ternyata mereka meninggal tanpa pernah merasakan hal yang paling manis dan indah di dunia.”Hal yang paling nikmat di dunia adalah “Mengenal Allah “ kata Malik bin Dinar.
Imam Ibnu Jauzy pernah mengatakan, “Aku benar-benar merasakan manisnya menuntut ilmu. Bahkan ketika aku mendapatkan kendala dalam menuntut ilmu yang rasanya lebih manis daripada Madu”
Nasihat : Jadi datang kemesjid baju lepek karena hujan, tetap fight jalan terus itu lebih manis daripada madu.
Dalam sebuah cerita, Ibrahim bin Agdham pernah setelah makan dan minum kemudian ia mengatakan, “Kalau para raja-raja dan anak para raja-raja itu mengetahui apa kenikmatan yang kita rasakan pada detik ini, maka mereka berusaha merampasnya dari kita sekalipun harus membunuh agar dapat ikut merasakan bagaimana manis dan nikmatnya apa yang kita rasakan kali ini”
Lalu pertanyaannya, Makanan apa yang dimakan oleh Ibrahim bin Agdham?
Dalam kitab “Zuhud” dijelaskan bahwa menu yang dimakan oleh Ibrahim dan teman-temannya adalah Sepotong kecil Gandum keras yang sebelum dimakan harus dicelupkan ke dalam sungai. Sebelum memakannya mengucapkan bissmilah dan setelah memakannya mengucapkan Alhamdulilah.
Mereka Sangat Bahagia karena mengamalkan ilmu : Bassmalah, Alhamdulilah, Qonaah, Ridho.
Imam Baihaqi dalam Tadrib li Dzhohiriddin, beliau menukilkan bahwa kenikmatan ilmu dapat membuat kita lupa dengan nikmatnya jasmaniah.
Al Imam Nador bin Syumain mengatakan bahwa, “Seseorang tidak akan merasakan lezatnya ilmu sampai pada titik dimana seharusnya dia lapar namun dia lupa dengan rasa laparnya”
Nasihat : Ilmu itu adalah kegiatan hati, jiwa dan pikiran kita, dan kenikmatan hati dan jiwa jauh lebih tinggi dari pada kenikmatan fisik kita.
Contoh :Seorang istri yang sedang menikmati nyamannya BMW s class, namun tiba-tiba begitu lagi nyaman-nyamannya dapat pesan dari WA dari suaminya kalimatnya " Saya cerai kamu", kira-kira nikmat gak itu s class? kenapa? karena kalimat itu menyerang pikirannya, menyerang hatinya, dan menyerang jiwanya. Ketika pikiran, hati, dan jiwanya bermasalah fisik itu sudah ga ada enak-enaknya lagi.
Contoh : Lain halnya ketika Hati, Pikiran dan Jiwa merasa Bahagia. Sakit Fisik seperti apapun menjadi tidak terasa. Misalnya seorang Ibu yang lagi sakit, namun mendapatkan kabar dari anaknya yang diterima di sebuah perguruan tinggi negeri yang diidamkan, maka rasa sakit tersebut menjadi tidak berarti karena tertutup oleh rasa Bahagia dan senang.
Blindspot manusia itu berfikir bahwa kenikmatan sejati itu kenikmatan fisik
Nasihat : Majelis ilmu itu tidak menawarkan kekayaan, harta dan jabatan tapi ilmu menawarkan kenikmatan sejati yaitu hati, pikiran dan jiwa kita.
Jangan tertipu dengan dunia.
Allah sudah menerangkan dalam surat al-Imran:185 وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ "Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
Kelezatan haqiqi itu ilmu karena yang dibicarakan adalah jiwa, hati dan pikiran manusia.
Keenam: Bahwa orang yang berilmu akan mendapatkan efek positif dari ilmunya sepanjang dia hidup di dunia dan di akhirat.
Dia akan mendapat keberkahan dari setiap ilmu yang diamalkan. Mendapat peluang menjadi wali Allah. Efeknya menjadi wali Allah adalah mendapat perlindungan dari Allah dan segala permohonannya dikabulkan oleh Allah ta’ala. Pahalanya pun akan terus mengalir selama ia hidup bahkan ketika ia sudah meninggal dunia.
Kiat-Kiat mendapatkan Kenikmatan Ilmu Agama:
Ikhlas dalam belajar, hanya mengharapkan ridho Allah ﷻ. Contoh : Mental seorang ibu yang memiliki mental "anak adalah anugrah" akan bahagia dengan memiliki anak yang banyak, sedangakan ibu yang memiliki mental "anak adalah beban" akan stress walaupun anak yang dimilikinya cuma satu.
Harus mencintai Allah dan Rasulnya. Orang yang jatuh cinta pastinya akan lebih menikmati proses dibanding hasil. Pecinta itu melakukan apapun rintangan yang akan dihadapi dan akan menganggap sebuah kenimatan dari cinta. Apakah kenikmatan sebuah ilmu itu setelah di amalkan atau setelah kita dapatkan? jawabannya dari awal.
Konten ilmunya harus benar.
Bersungguh-sungguh. Barang siapa yang tidak bertahan merasakan sakitnya ilmu maka dia tidak akan merasakan nikmatnya ilmu.
Berusaha untuk mengamalkan ilmu.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
3 notes · View notes
tullabulilmi · 4 years
Text
12. PEMBEDA DALAM SEBUAH KEHIDUPAN
Allah ﷻ mewanti-wanti kita dalam surah Al Hujurat ayat 2:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.”
Ketika berbicara masalah adab tentunya kita berbicara tidak berbicara adab secara sempit(hanya berkaitan dengan teman, saudara, keluarga, guru dan sebagainya) tapi adab yang harus kita prioritaskan adalah adab kepada Allah ﷻ dan rasul-Nya.Sehingga, ketika sudah berada didalam sebuah majelis, bukan saja menghargai di depan seorang pemateri/ustadz tetapi beradab terhadap firman Allah ﷻ dan juga sunnah Nabi ﷺ.Karena ketika mengobrol dalam kajian, beberbicara, ribut dalam kajian yang tidak kita hormati adalah pencipta kita dan nabi kita ﷺ.
Nasihat : Kalau ada orang yang tidak bisa menjaga sikapnya dihadapan penciptanya, ya ga usah berharap banyak dia mau menghargai gurunya, ga usah berharap banyak menghargai temannya, atau menghargai lainnya?
Materi
Melanjutkan dari Surah Az-Zumar:9
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.
Ayat ini menegaskan bahwa pembeda dari sebuah kehidupan adalah : Ilmu
Lanjutan dari 6 perbedaan yang diulas dalam kitab Tahrir wa Tanwir.karangan Ibnu Asyur:
Pertama: Mengetahui Arah Hidup
Orang yang hidup tanpa ilmu, walaupun kaya itu ibarat naik sebuah maskapai elite begitu duduk ada welcome drink, dikasih fresh juice lalu ketika mau take off pilot mengatakan "saya juga bingung kita mau kemana". Kira-kira bahagia gak? Orang tau itu harus tau mau kemana lewat mana.
Kedua: Lebih Mengetahui Lubang-lubang/kerikil dalam kehidupan dan bagaimana cara menghindarinya.
Karena kehidupan itu ga begitu aja ada lubang, ada badai, tanjakan. Kalau orang yang tidak berilmu itu tidak, ketika punya masalah dia akan buntu. Jangankan mengetahui obatnya, akar masalahnya aja tidak akan tau. banyak orang bingung karena tidak tahu mendiagnosa masalah-masalah dalam hidup. Kisah seorang yang ahli dalam maksiat yang membunuh 99 orang. Namun di penghujung hidupnya ia memiliki keinginan untuk bertaubat. Lalu ia menanyakan kepadata pendeta tersebut yang bernama rahib "Wahai pendeta, aku telah banyak melakukan dosa. Aku sudah membunuh 99 orang. Apakah Tuhan akan menerima taubatku?" kemudaian pendeta tersebut menjawab "Tidak. Tuhan tidak akan mengampuni dosa-dosamu yang terlalu besar itu." Mendengarkan jawabannya akhirnya ia marah. pun akhirnya juga membunuh rahib tersebut dan akhirnya ia genap membunuh 100 orang. I'tibar : padahal yang punya masalah ahli maksiat tapi akibat ketidaktahuan membuat orang mati. karena salah menjawab Nasihat : Dan ingat..!, setiap maksiat pasti selalu ada side effect di dunia maupun diakhirat. Ingat dengan Asy Syuro : 30 وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu). Apa yang menimpa kita pasti ada andil maksiat, dosa dan kesalahan. orang yang hidupnya tanpa ilmu itu pasti akan kena masalah/musibah terus dan gak akan selesai selesai. karena dia rutin melakuna dosa, dan dosa itu mengundang masalah dan musibah. Betul memang, Allah berfirman: “orang yang melakukan dosa karena tidak tahu itu dimaafkan”. Tapi kita harus ingat 3 hal:
orang yang tidak mau belajar dengan alasan ini (menghindar dari mengaji agar tetap tidak tahu dalilnya), maka dia bisa terkena dosa. (dihubungkan sabda nabi, “Menuntut ilmu itu hukumnya wajib”).
Kalaupun dimaafkan, sebagian ulama mengatakan itu adalah side effect di akhirat. Tapi side effect di dunia itu berlaku.
Orang yang tidak tahu namun memiliki jiwa pembelajar Berbeda dengan orang yang tidak mau tahu. orang yang berilmu itu memiliki kenyamanan.
Ketiga: Kenyamanan Dalam hidup
Orang yang berilmu itu akan tetap tenang apapun masalahnya karena:
Karena ketenangan dan kenyamanan adalah milik Allah. Maka untuk mendapatkannya, kita harus kembali kepada Allah ta’ala.
Karena dia tahu jawabannya
Allah Berfirman: وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِۦ خُبْرًا Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
Keempat: Tidak Bergantung Dengan Pada Manusia
Dalam hadist Muslim, nabi mengajarkan sebuah doa: اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى “Ya Allah aku meminta kepada engkau hidayah ketaqwaan, kehormatan, kekayaan” Makna dibalik al-ghina dari doa diatas, yang dimaksud disni bukan kekayaan harta, tapi kekayaan jiwa. Dan tidak bergantung kepada manusia atau apa yang dimiliki oleh manusia. Sehingga menjadi tidak mudah kepengen dengan apa yang dimiliki manusia lainnya. Nasihat : Seperti yang dijelaskan imam ahmad bin halim, sekaya apapun kalau jiwa kita miskin, ketergantungan dengan orang, maka kita akan menjadi budak. Dalam hadis Hasan yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Kemuliaan seorang muslim ketika dia tidak tergantung kepada manusia dan apa yang dimiliki manusia” Analogi sederhana, ketika kita punya ilmu mengemudi Mobil, maka kita tidak bergantung pada Supir. Saat kita punya ilmu memasak, maka kita tidak bergantung pada bibi’. قُلِ اللهم مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. عبْد الله بن عَبّاسٍ -رَضِي اللهُ عَنْهُما- قالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمًا، فَقَالَ: ((يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ)) Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” Imam Ibnul Qoyim dalam Madarijus Salikin,”Manusia yang paling hina/jauh dari taufik adalah orang yang bergantung pada selain Allah ta’ala”. Nasihat : Yang bikin kita stress adalah ketika kita ketergantungan dengan opini komunitas (masyarakat). bergantung dengan opini genk kita, dijauhi sedih karena ketergantungan. Asas dari kesyirikan adalah bergantung kepada selain Allah. Sedangkan bergantung pada manusia itu gak enak. Karena jumlah manusia itu banyak. Lain halnya jika hanya mencari ridho Allah. Karena Allah itu tunggal. Hasan Al Basri bukan orang kaya di Basrah, namun disebut paling mulia. Karena semua orang butuh ilmunya Hasan Al Basri dan di waktu yang sama dia tidak butuh dengan dunia. Karena dunia itu seperti sayap nyamuk. Mau eksis itu kata para ulama klasik rahasianya ada 3:
Ilmu
Amanah
Adab
Ketahuilah Ilmu itu berat (QS. Al-Muzzammil Ayat 5) اِنَّا سَنُلۡقِىۡ عَلَيۡكَ قَوۡلًا ثَقِيۡلًا‏ "Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu." Kaedah ilmu : Pengulangan itu pahala (QS. Ad Dzariat :55) وَّذَكِّرۡ فَاِنَّ الذِّكۡرٰى تَنۡفَعُ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin. ada frasa “berilah tadzkir” (artinya bisa peringatan atau pengulangan) berpahala karena pengulangan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Nasihat : Jangan bosen mengulang-ulangi pelajaran (QS. Al-Anfal Ayat 2) اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
3 notes · View notes
tullabulilmi · 4 years
Text
11. MEMANG BEDA?!
0 notes
tullabulilmi · 4 years
Text
10. BERSANDING DENGAN MALAIKAT
سْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌَحِ اللّٰهُ لَـكُمۡ "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan."
Mujadilah ayat 11 mengajarkan kita untuk memuliakan Ahli Ilmu dan saat kita memuliakan mereka maka berlaku sebuah kaidah :
الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ "balasan itu tergantung jenis perbuatan"
Balasan memuliakan adalah dimuliakan.
Pertanyaan Ustadz:
Menjatuhkan ulama/ahli ilmu itu akan menghilangkan masa depan kita di akhirat. Sebutkan dua tokoh di balik statement tersebut? Ahmad bin Ad’rai yang mengatakan, “Menjatuhkan ulama” Ibnu Mubarok yang mengatakan, “Barang siapa merendahkan ulama, dia baru saja kehilangan akhiratnya.”
Pertanyaan Ustadz:
Meremehkan ulama itu menyebabkan Suul Khotimah perkataan siapa? Perkataan dari: Ibnu Ats Sakir
Tambahan
"Bertaqwalah kepada Allah dalam menyikapi para masyaikh (bisa jadi orang tua, ulama, guru) karena bisa jadi doa mereka diijabah oleh Allah ta’ala " ~ Imam al-hafidz Abu Abbas Al-hasan bin Sufyan
I'tibar : doa orang terdzholimi diijabah walaupun yang berdoa orang non-muslim, bagaimana kalau yang berdoa itu ahli ilmu? Nasihat : Hati-hati dari doa orang yang terdzholimi karena tidak ada hijab yang menghalangi doa itu dengan Allah ﷻ. I'tibar : jika Allah ﷻ saja mengangkat derajat ahli ilmu/ulama, lantas siapa anda yang hendak menjatuhkan mereka? Nasihat : kaidah yang berlaku dari ulama klasik kita belajar buat diri kita bukan untuk menyerang orang, karena kita butuh belajar, dan kita yang banyak dosa, adapun saudara kita husnudzon dengan mereka, baik sangkalah dengan saudara-saudara kita dan selalu positif thinking
Memuliakan ahli ilmu itu bukan berarti fanatik buta dengan mereka bukan berarti membenarkan semua yang disampaikan
Walaupun itu ternyata sebuah kekhilafan atau kekeliruan, muliakan tapi tetap ilmiah, tetap kritis dan tidak ada kontradiksi.
"Kami sayang kepada beliau tapi Kebenaran lebih kami prioritaskan daripada beliau" ~ Imam Ibnul Qoyim kepada Syeikhul Islam Abu Ismail Al Harawi
kecenderungan seorang murid itu bukan hanya terinspirasi oleh gurunya tapi cendrung fanatik kepada gurunya. Empat imam mazhab selalu me wanti-wanti agar jangan fanatik. Murid terbaik Abu Hanifa adalah bukan yang paling fanatik. Namun yang paling ilmiah.
Materi
Ayat Ke- 2 tentang Keutamaan Ilmu
QS Ali Imron:18
شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَاُولُوا الْعِلْمِ قَاۤىِٕمًاۢ بِالْقِسْطِۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ “Allah bersaksi tidak ada dzat yang berhak diibadahi selain dirinya. (Demikian pula) Malaikat dan Ahli ilmu pun bersaksi. “
Ayat ini menjelaskan bahwa bersanding dengan malaikat itu mungkin, caranya bagaimana? jadilah ulama/ahli ilmu karena Allah ﷻ menyandingkan persaksian ahli ilmu dengan malaikatn-Nya.
Imam Qurtubi, arti bersaksi adalah menjelaskan dan memberitahukan. Contoh: si Fullan bersaksi di hadapan hakim. Kapan? Di saat pemeriksaan perkara.
Intinya, seseorang tidak mungkin menjadi saksi kecuali dia berilmu. Bukan hanya berilmu, namun juga menyampaikan ilmunya. Saksi itu seseorang yang mengetahui sesuatu lalu dia jelaskan. Makna ayat ini adalah, Allah ﷻ menjelaskan tidak ada dzat yang berhak diibadahi selain dirinya. Dan Malaikatpun menjelaskan hak tersebut kepada para nabi dan rasul-rasul Allah ﷻ.
Lalu makna ulama bersaksi, artinya ulama mengetahui ilmu agama. Khususnya la ila ha ilallah, kemudian menjelaskan kepada manusia (umat).
Ayat ini menjelaskan bahwa hanya 3 pihak yang bisa berbicara tentang agama yaitu: Allah ﷻ, Malaikat, Ulama (termasuk para nabi dan rasul).
Nasihat : kalau kita belajar serius dan menjadi ahli ilmu. Maka ulama dapat menjadi Juru Bicaranya Allah ta’ala.
Imam al Sya’di menjelaskan, “Allah memilih ulama untuk menjelaskan konsep: la ilah ha ilallah, itu artinya Allah ﷻ merekomendasikan mereka (ulama).”
Nasihat : itu artinya kita harus percaya dengan ulama karena yang merekomendasikan adalah Allah ﷻ.
Masih dari Imam Al Sya’di, “Ayat ini menunjukkan bahwa ulama-lah rujukan untuk seluruh masalah agama. Khususnya masalah terbesar yaitu masalah tauhid.”
Beliau juga mengatakan, “Allah ﷻ menjadikan para ulama Hujjah bagi para manusia. Dan Allah ﷻ mewajibkan manusia mempercayai apa yang mereka sampaikan”
Kesimpulan dalam ilmu ushul fiqh adalah seseorang tidak boleh menyampaikan ilmu agama kecuali dia memiliki kriteria: (dari Syekh Sa’ad Saftri)
Dia harus mengetahui semua dalil secara terperinci tentang masalah tersebut;
Dia harus mengerti kaidah ushul fiqh;
Dia harus tahu tentang masalah Ijma’ dan masalah Khilaf.
Dia harus tahu bahasa arab.
Kelompok-kelompok yang boleh berfatwa: Mujtahid Mutlaq (mujtahid mutaqil), Ashabul wujuh, Ashabul tarjih, Ashabul Takrij, Ashabul Hifhd (Bisa dicek di kitab Adabul Fatwa dari Al Imam Nawawi.)
Takutnya para Ulama Membicarakan Masalah Agama
Arti dari fatwa: menjelaskan hukum syar’i
Setiap penjelasan tentang akhirat itu adalah fatwa dan orang yang boleh dipegang fatwanya adalah yang tahu 4 (empat) hal di atas tadi.
Pada hari ini banyak yang bicara hukum halal dan haram padahal tidak memiliki kapasitas.
Hadis yang diriwayatkan Imam Darimi, “Orang yang paling berani berfatwa maka dia adalah orang yang paling berani masuk neraka”
"aku pernah bertemu 120 kaum anshor dari sahabat-sahabat nabi ﷺ, setiap seorang dari mereaka ditanya tentang sebuah masalah agama, maka yang ditanya akan melempar ke temennya sampai balik ke orang yang pertama." ~Ibnu abi laila dibawakan imam nawawi dalam adabul fatwa
Nasihat : Kaum anshar yang dekat dan hidup berdampingan dengan Nabi saja sangat berhati-hati membicarakan masalah halal dan haram.
“Barang siapa yang bisa menjawab seluruh pertanyaan yang ditanyakan kepada dia, maka sebenarnya dia sudah Gila” ~Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas
Imam Al Sya’bi, Al Hasan, Abu Hasyin (3 tabi’in besar) bercerita tentang kehidupan mereka ketika hidup berdampingan dengan Umar "salah seorang dari kalian ketika menjelaskan hukum syar'i ketika berfatwa dalam sebuah masalah itu kalau masalah(masalah yang sama) tersebut ditanyakan ke umar, umar akan mengumpulkan seluruh sahabat besar yang ikut perang badr"
I'tibar : Meskipun Allah ﷻ membebaskan Ahlul bad'r dan sudah diampuni dosa-dosanya mereka tetap tidak mau berlaku semena-mena.
“orang yang paling cepat dan berani berfatwa dipastikan adalah orang yang paling sedikit ilmunya” ~ Sufyan bin Uayinah
Imam Ahmad dikatakan oleh anaknya abdullah sebagaimana yang dikeluarkan Ibnul Qayyim dalam I'lamul Muwaqi'in : "aku sering mendengar bapakku(Imam Ahamad) ditanya, dan jawabannya: saya tidak tahu, dan kalau itu perkaranya masalah khilaf, bapakku menjawab: tanya ke yang lain. kalau dikejar oleh penanya, terus kami mau nanya ke siapa? maka beliau menjawab: Tanyakan kepada Para Ulama”.
Imam Malik diriwayatkan oleh Imam Nawawi, “ Aku pernah menyaksikan imam Malik yang ditanyakan 48 pertanyaan masalah-masalah agama, 32 pertanyaan beliau jawab dengan jawaban : Tidak Tahu”
Nasihat : Orang yang bijak kan harus lihat dari dua sisi, benar dan salah.
Dan di beberapa kesempatan, Imam malik ditanya tentang 50 problematika, dan tidak ada yang dia jawab.
"Barangsiapa yang ditanya masalah agama atau ingin menjelaskan masalah agama sebelum bicara sebelum menjawab hendaknya dia bayangkan dia di hadapan surga dan neraka. Lalu ia renungkan bisa tidak membayangkan masuk surga atau neraka karena jawaban tersebut. Kalau memang bisa melakukan hal tersebut, maka lakukan"
Nasihat : orang yang bijak harus melihat dua sisi, tidak menggunakan kacamata kuda.
Imam Malik kalau tidak bisa jawab itu nggak ngeles. Karena Imam Malik tidak pernah menganggap remeh hal-hal yang berkaitan dengan Agama.
Tidak ada satu pun yang berkaitan dengan ilmu agama hal yang remeh dan hal yang mudah lalu Beliau sampaikan ayat:
إِنَّا سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا "Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."
Nasihat : walaupun berilmu hati-hati dalam menympaikan agama, karena pertanggung jawabannya berat.
Said bin Al Musayib ketika akan menjelaskan sesuatu selalu berdoa, “ya Allah berikan hamba keselamatan atas perkataa /penjelasan ini”
Penjelasan Al Imam Nawawi, “Berkata pemilik kitab Al Hawi (Al Imam Mawardhi), untuk orang awam: jika mengetahui kejadian tertentu dengan dalilnya. Bolehkan ia menjelaskan?
Ada tiga pandangan, dan beliau merojihkan(menguatkan) pandangan ketiga yaitu tidak boleh secara mutlak“
Penjelasan Al Imam Nawawi, “Berkata pemilik kitab Al Hawi (Al Imam Mawardhi), untuk orang awam: jika mengetahui kejadian tertentu dengan dalilnya. Bolehkan ia menjelaskan?
Ada tiga pandangan, dan beliau merojihkan pandangan ketiga yaitu tidak boleh secara mutlak“
“Bolehkan orang awam menjelaskan sesuatu hukum syari/fatwa dari penjelasan yang ia dengar dari para ulama:
Ada dua pandangan:
Imam Ibnu Sholah menjelaskan, maksudnya yang tidak boleh adalah menyampaikan jika seolah-olah ini adalah hasil ijtihadnya. Sehingga harus menyebutkan referensi. Sebutkan bahwa ini adalah penjelasan Imam. Contoh: Mazhab Syafi’I itu pendapatnya seperti ini, Mazhab Maliki itu pendapatnya seperti itu.”
Contoh: bagaimana dalil sholat wajib bagi laki-laki? Tadi saya ikut kajian, dan pendapat Imam Hanbali mewajibkan. Sebagai orang awam saya ikut pendapat tadi.
Al Imam Al Shoymari (Imam bermazhab syafi’iah) mengatakan, “Bahwa orang yang semangat berfatwa dan berusaha tampil untuk bicara tentang agama dan benar-benar usaha untuk itu kecuali Taufik yang Allah berikan padanya sedikit dan dia Guncang. Dan sebaliknya, orang yang gamau tampil, berbicara, berfatwa dan tidak memprioritaskan dirinya karena dirinya tidak ingin diprioritaskan. Maka dia akan lebih banyak mendapatkan pertolongan dari Allah. ”
Contoh: bukan karena ingin menyumbunyikan ilmu, tapi kalau ada bisa maju yang lain, yang lain aja maju. kalau udah ga ada yang lain baru maju, bukan karena takut kepada manusia, tapi hanya amanat ilmiah dia untuk menjawab.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
0 notes