Text
Memanjat Keberanian
Sebuah pengalaman berharga yang patut diukir. Bersama kawan-kawan dari Astacala, menantang diri untuk menang atas diri sendiri bagi saya adalah sebuah kepuasan. Nol persen pengalaman memanjat tebing membuat saya lebih bergairah mengubah angka bulat itu tak lagi tersemat dalam diri. Tidak terlalu tinggi memang, hanya 48 meter.
Sebagaimana amatiran, rasa ragu menyerang saat berada di tengah-tengah. Rasanya tak ada lagi tempat kaki ini berpijak untuk mengangkat tubuh yang tak bisa dibilang ramping ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa nol persen pengalaman saya turut berkontribusi menggoreskan luka-luka panjang di kaki dan tangan. But it's okay! Rasanya malah bertambah semangat.
"Naik lagi lah, Kak!", kata Alam salah satu anggota Astacala yang juga adalah junior saya di iKom. Tidak ada alasan untuk menolak. Naik lagi is a must! He's my belayer and I have to trust him and of course, myself.
TOP! I REACH THE TOP!
I never feel lyk that before. Meskipun harus dengan goresan-goresan perih di kaki dan tangan, semua itu saya yakini sebagai tanda cinta dan salam selamat datang dari Tebing Citatah Jungle Stone. Darah yang menempel di bebatuan biarlah meresap sebagai pengingat bahwa Hantam pernah sampai top, right after the moment saya jatuh terperosok.
Special mentions, terima kasih buat Titin, Verly, Alam, Wage, Iqbal, Ryan, Atoz dan teman-teman dari Astacala maupun Khauf yang telah memberikan semangat dan dukungan!
#nanda tri mahar#hantam#jungle#rock climbing#experience#climbing#rock#mountain#nature#telkom university#trimahar#sanjaya#sharing#story
2 notes
·
View notes
Text
Ngapain Ya Ke Ha Noi?
Hei!
Tanpa tedeng aling-aling langsung saja gue bakal cerita tentang pengalaman tak terlupakan gue selama empat hari di Hanoi, Vietnam. Yup! Vietnam. Lo ga salah baca. Vietnam adalah salah satu negara yang masuk dalam list tempat yang harus gue kunjungi. Gue suka negara-negara macam begini, yang nggak begitu glamor banyak pernak-pernik lampu ibu kota.
Gue melipir ke Hanoi di sela-sela waktu magang gue di Bangkok. Alibinya siih, buat memperpanjang visa karena gue ogah bayar buat visa tinggal di Thailand lebih dari sebulan. Lagi pula, waktu itu juga ada libur empat hari. Jadinya gue pilih opsi terbaik ini saja, visa dapet, liburan dapet. ^^v
Sebenernya nih, gue hampirrrrr saja gagal ke Hanoi waktu itu. Bukan lain adalah karena gue kesiangan! Sial! Serius. Untung saja gue udah packing ya. Udah gue masukin semuanya ke dalam koper, jadi tinggal cuss berangkat. Tapinya nih, abis packing Papi gue telepon. Ya biasalah nelepon, lebih dari sejam dan gue sambil tiduran di kasur. Naasnya, abis itu gue ketiduran padahal udah niat ga tidur soalnya pesawat gue pagi. Parah bangettt. Gue kaget dan langsung loncat dari kasur terus mandi bebek. Sumpah ya waktu itu kek orang kesetanan banget. Gue bangun SEJAM SEPEREMPAT SEBELUM PESAWAT GUE TAKE OFF!!!
Untung banget gue ada Grab dan langsung gue pesen buat antar ke Stasiun ARL Makassan. Soalnya kalau dari kosan ke Swarnabhumi naek Grab, gw takut ga kekejar karena mungkin aja macet yekan. Sebelumnya gue udah ngitung, kalau naik kereta bandara cuman habis sekitar 20an menit sampai bandara. Jadi, gue masih ada lah waktu 50an menit buat ini itu di bandara. Padahal itu waktu muepett banget. Kamu jangan sampai seperti gue ya. Jangan ketiduran!
Keluar kereta, gue lari tuh nyeret2 koper gue. Serius! Beneran lari dari lantai bawah tempat stasiun ARL ke atas buat check-in Thai Airways. As Always, Thai Airways. Diskonan soalnya wkwkwk. Fyuhhh untungnya masih bisa check-in. Beruntung banget gue masih bisa. Keknya, gue penumpang terakhir yang check-in, soalnya udah sepiii banget tuh tempat. Alhamdulillah, ga ada gangguan.
Kalau kamu pernah ke Swarnabhumi, kamu pasti tahu kan gimana panjangnya tuh bandara? Belum lagi biasanya antrean di imigrasi yang luarrrr biasa padatnya. Serius gue panik dong waktu itu, waktu tinggal 30 menit. Beneran 30 menit waktu gue masih antri di pengecekan imigrasi. Belum lagi abis itu harus lewat scan-scan barang bawaan. Keringat dingin gue udah gak karuan gimana itu. Mungkin kalau ditampung, udah bisa buat mandi kali. Yvck!
Alhamdulillah ya Tuhan! Semuanya lancarrr. Gue tetep lari tuh dari pengecekan terakhir. Kalau kamu belum tahu betapa panjangnya jarak dari pengecekan imgrasi ke gate, coba googling ya. PANJAAAANG BANGETTT. Mana gue kemaren kelewatan lagi, jadi harus balik. Saking paniknya. Ada lah waktu gue tinggal nggak lebih dari 5 menit sebelum tuh gate ditutup. Puji Tuhan, at least gue gak telat dan ga dijadiin buli-bulian penumpang yang lain karena telat. Tapi keknya tetep, gue jadi penumpang terakhir. Fyuhh banget dan itu hari. Deg-deg-an parah.
Pas udahnya take off gue masih deg-deg-an. Wkwk. Selama duduk di kabin itu pula, gue ngebayangin tuh gimana ya Ha Noi, panas ga, makanannya gimana ya, ada mesjid ga, terus temen-temen gue mau ngajakin gue kemana ya nanti, dan sebagainya. Yoks, gue milih Hanoi buat pelarian juga bukan lain karena gue ada tiga temen di Hanoi. Kalau di Vietnam, totalnya ada enam, tapi tiga sisanya tinggal di Hue. Daerah bagian selatan Vietnam. Temen-temen gue itu gue kenal dari program Kumamoto University 2017 Spring Program.
LANDING!
Yak, it’s landing time!
Gue tiba di Noi Bai Airport, Hanoi, Vietnam. Bandaranya terlihat besar hanya saja agak sedikit sepi. Hmmm, gue deg-deg-an lagi nih. Kali ini, ngebayangin gimana petugas-petugas di bandara-nya. Mengingat, Vietnam negara sosialis kan jadi gue mikirnya petugas bandara terutama imigrasinya akan sangat menyeramkan. Dan ternyataaa, ehem, they seem like don’t have any expression. Gue ngeri sebenernya. Sunyi. Senyap. Serem. Suasana bandaranya pun errrrrrrrrrrr buat bulu kuduk gue berdiri semua. Bukan angker hantu-hantuan tetapi auranya mencekam karena dingin, sepi, dan well “gelap” atau “dim” kali ya istilah lebih tepatnya. Sejauh ini, Noi Bai Airport adalah bandara paling sepi yang pernah gue tahu.
Akhirnya gue ketemu sama temen gue. Mereka jemput gue di Noi Bai, baiknyaa. Namanya Ha Tien, Oanh dan Dung Phan. Padahal waktu itu, mereka lagi nyusun skripsi lho dan bentar lagi mau sidang akhir. Tapi mereka bela-bela-in buat ketemu sama gue. Gue bersyukur banget.
Dari Noi Bai ke Ha Noi, kami naik bus metro gitu. Sepanjang jalan, gue lihat bentangan sawah yang luasss banget, dan tiang-tiang listrik sutet yang super gede-gede. Jalannya halus. Kalau di rumah, jalan-jalan yang pinggirnya sawah biasanya hanya jalan-jalan kabupaten, bukan jalan kota/propinsi. Oiya, di sepanjang itu gue juga banyak lihat poster-poster propaganda pemerintah. Vibe-nya merah-merah kusam gitu lah.
Perjalanan naik bus butuh waktu sejam lebih. Ternyata, gue baru ngeh kalau Noi Bai letaknya jauhh banget dari Ha Noi. Wkwkwk. Kami harus dua kali ganti bus, baru sampai tengah-tengah Hanoi. Oiya, masih ingat gue biaya dari Noi Bai ke Hanoi kalau di total Cuma sekitar 15 ribu Rupiah. Yang bus pertama biayanya 7000 VND, kalau dirupiahkan berarti 0,7 x 7000 = 4900, ya IDR 5000 lah ya.
Hal pertama yang gue beli di Ha Noi adalah SIM CARD buat internetan. Haha. As usual lah ya, Milenial. Harus tetep up to date. Yang perlu kamu tahu nih, di Vietnam ga sembarang orang bisa punya kartu sim loh. Jadi, pas gue beli kartu sim nih, penjualnya gamau pakai passport gue. Dia maunya cuman pakai ktp temen gue. Katanya, biar aman dan emang regulasi di sana gitu. Jadi, cuman warga Vietnam aja yang boleh didaftarkan id-nya kalau beli sim card. Gue belinya di warung gitu sih, gatau kalau di bandara ya. Mungkin aja bisa. Since, masa iya pelancong dari luar negeri gabisa beli kartu sim buat internetan.
Berhubung gue tiba di Ha Noi pas banget sama waktu makan siang, gue langsung diajak ke warung andalan dekat kampus mereka. Kami pesan sup namanya Bun Cha. Karena gue gabisa nulis aksara Vietnam, jadi gue tulis sesuai apa yang gue ucapin ya. Bun Cha itu sup yang isinya bihun, irisan nanas, ikan goreng krispi, sama beberapa rempah. Semacam soto lah, tapi isinya beda. Enak kok. Seger banget kalau di makan siang hari. Porsinya gede banget -,-a
Gue tinggal di salah satu hotel dekat Hoan Kiem Lake. Itu loh danau yang terkenal banget di jantung Ha Noi, Vietnam. Hotel gue terletak di Old Quarter, jadi ramai gitu suasananya karena banyak pelancong luar negeri yang tinggal di daerah itu juga. Soalnya, daerah itu juga memang daerah hotel-hotel sih.
Kalau kamu tanya tentang cuaca, waktu itu gue dateng pas musim panas. Jadi, kalau gue lilin mungkin udah meleleh kali ya. Hampir 40 derajat. Gue lebay kali ya, soalnya belum pernah ngerasain panasnya gurun atau orang-orang yang haji atau umroh di daerah Arab sana. Ya bagi gue, itu udah panas banget walaupun gue masih bisa handle.
Di sana, gue nyobain buah namanya Man. Ternyata, gue baru tahu nama Bahasa Inggrisnya pas saat gue udah balik. Ternyata itu buah plum. Wkwkwk. Setahu gue, Plum kan merek BH buat cewek. Soalnya Mami gue dulu jualan BH dan kawan-kawannya. LoL. Ternyata gue malah udah makan buah plum-nya yang asli. LoL.
Orang-orang di Vietnam sejauh mata gue memandang semuanya sehat-sehat dan bugar! Nggak ada yang segendut gue ☹ huhu. Ga ada juga yang setinggi gue. Hahaha. Eh tapi yang jelas kalau kamu nanti ke Ha Noi dan setiap sore jogging di Hoan Kiem Lake, kamu bakal dapat pemandangan banyak om-om dan cowok-cowok kekar lagi olahraga. Ibu-ibu juga remaja cewek juga banyak. See? Mereka suka berolah raga. Bahkan, mereka bermain seperti sepak takraw tapi bolanya diganti semacam “kok” badminton tapi ada pemberatnya. Nggak tahu namanya. Pemandangan di sana manusiawi banget deh. Jarang banget gue lihat kerumunan seperti gini, setiap hari, bukan hanya saat CFD.
Anw gue seneng banget nih sama salah satu pertunjukan tradisional di depan Ha Noi. Namanya Hat Cheo, semacam nyanyian tradisional Vietnam dibawakan oleh salah seorang perempuan.
Gue sepertinya beruntung banget ya kedapatan ke Ha Noi pas week-end. Pas hari itu, malam-malam gue jalan-jalan sama temen-temen gue keliling Hoan Kiem Lake. Gue kagum sama orang-orang di sana. Gils, mereka hidup di kota yakan, IBU KOTA, tapi masih main congklak, nyinden, nari-nari, nonton drama, dan semua itu mereka lakukan di jalan. Jadi, mereka kek ngebentuk lingkaran gitu, dan setiap lingkaran ada satu atraksi. Oiya, bahkan ada permainan tali juga rangkuk alu. Vibe-nya tradisional banget. Hal itu bikin gue seneng dan takjub ya. Soalnya ya itu tadi, mereka masih senantiasa melakukan hal-hal tradisional tetap hidup.
Kalau kamu muslim, jangan khawatir karena di Ha Noi ada masjid lho. Gede pula. Kalau naik Grab Bike dari kawasan Old Quarter hanya sekitar IDR 7000. Masjidnya ada di kawasan kedutaan negara-negara Arab, deket pula sama KBRI di Ha Noi.
Kamu mau tahu tentang kondisi jalanan di Ha Noi, nggak? Gue beri tahu nih ya, tapi jangan shock wkwkwk. Gila banget! Gue udah nganggep macetnya Bandung gila ya, tapi ini lebih stressful temen-temen. Semacam orang-orang tuh cuman modal “tin tin” klakson aja terus ngeeeng -,- Beberapa kali aja ya gue hampir ketabrak di sana, bahkan saat naik Grab Bike pun gue was-was banget. Gila deh gila! Hampir semua pengendara di Ha Noi ga ada ekspresi. Wkwk. Kebanyakan pula pada pakai jaket dan masker penutup muka. Berdebu banget maaan. Wajar sih, gue maklum juga karena Ha Noi lagi dalam masa pembangunan besar-besaran. Jadi, sebenarnya ini ancaman buat Jakarta nih kalau ga segera beres masalah-masalah icikiwir-nya. Kesalip baru tahu rasa.
Serius, gue bisa lihat sendiri Ha Noi terang-terangan lagi membangun diri. Masif lagi. Ga Cuma gedung, MRT, jalan, bahkan gorong-gorong saluran air pun. Oke, sekarang Ha Noi tampak chaos ya tetapi perlahan-lahan dia akan menggeliat, besolek dan moncer. Hati-hati aja kita, tetap waspada dan jangan mau kalah.
Sekarang, gue bakal kasih tahu tentang warung-warung makanan yang ada di Ha Noi. Di Ha Noi nih, sepanjang mata memandang, gue lihat semua warung itu ngga ada yang glamor banget. Maksudnya, ada lampu-lampu ala-ala permata, atau yang lain. Semuanya terlihat sederhana dan biasa. Bahkan uniknya nih, kursi-kursi yang ada di setiap warung makan ataupun cafe di Ha Noi semuanya rendaaaaaaaaah banget. Kalau gue duduk, sama aja kek gue jongkok wkwk. But, ini pengalaman baru gue banget sih dan justru dari sini gue salut sama mereka. Ini unik banget, dan gue pikir hanya di Ha Noi meureun ya ada kursi-kursi ini dipakai di warung-warung makan, cafe, bahkan club malam lho. Ha Noi maaan, ibu kota. Keren ga tu? Ngga so’ so’ -an.
Jujur saja, lidah gue nggak cocok sama masakan Ha Noi. Errr. Maaf. Gue agak kesusahan ya makan di Ha Noi, walaupun gue omnivora juga wkwkw. Pas di sana gue malah kangen Nasi Padang dong hahaha. Di sana gue coba Pho Ga Tron (baca : Fo Ga Cok), Banh Mi semacam hot dog, es kacang merah dan waduh gue lupa nama es satu lagi pokoknya ga terlalu manis terus ada cincaunya. Gue beli itu di pedagan keliling. Seru banget masih ada pedagang panggul di ibu kota. Tradisional.
Saat beli minuman itu, gue juga sempet ngobrol sama pedagang dan Ibu-Ibu yang kebetulan lagi nongkrong juga sama pedagang es itu. Untunglah Ibu itu bisa sedikit berbahasa Inggris, jadi gue ga terlalu kesusahan buat ngobrol. Gue ditanya asalnya dari mana dan lain-lain. Gue jawab aja dari Indonesia. Terus dia seneng dong pas denger gue dari Indonesia. Katanya Indonesia bagus banget, dan dia pengen banget bisa ke Indo. Di situ, gue seneng dan bangga bisa ngenalin Indonesia ke dia.
Sehari sebelum gue udahan mainnya di Ha Noi, gue diajak Ha Tien ke rumah orang tuanya. Dari Ha Noi, sekitar 40-an menit lah naik motor. Oiya, di sana model helm-nya masih helm keong. Kurang aman banget >.< Buat pebisnis helm standard full face keknya prospek banget tuh. Ok, back to story, gue dijamu banget tuh di rumah orang tuanya Ha Tien. Seneng banget.
Ternyata eh ternyata, tuh temen gue udah sounding tuh kalau gue bakal mampir ke rumah orang tuanya. Jadi mereka masak besar. Duh, gue jadi sungkan banget. Orang tuanya ramah banget ke gue. Kami ngobrol ke sana ke mari. Anw, gue “dicekoki” teh hijau sama Bapaknya Ha Tien. LoL. Biar sehat katanya. Asli, beda banget rasanya emang.
Kami makan bersama di ruang tengah lantai tiga secara lesehan. Beugh, vibe-nya kekeluargaan banget. Di sana juga ada kakek kakek-nya Ha Tien. Masih sehat! Senengnya lagi, mereka juga tahu Indonesia.
Super duper kenyang karena makanan besar di rumah orang tua Ha Tien. Bahkan, gue takjub lagi dong soalnya itu bukan sembarang makanan. Nih ya gue ceritain, jadi tiap-tiap menu masakan itu melambangkan elemen-elemn di dunia. Ada ayam yang dari darat, ikan dari sungai, cumi-cumi dan kerang dari laut, kambing dari gunung, burung dara dari udara, tumis bayam dari tumbuhan, dan nasi. Juga ada sambal-sambalan. Macam-macam! Gue terharu banget di-seperti-begini-kan oleh mereka. Suatu saat, mereka pengin ketemu gue kalau mereka ada kesempatan ke Indonesia. Aamiin.
Gue diajak Ha Tien minum kopi khas Vietnam. Kopinya unik dan bersejarah banget buat masyarakat Vietnam. Kopi yang gue maksud adalah kopi telor. Gue lupa sih nama Vietnamnya apa, tapi gue ingat betul nama cafenya adalah Cafe Giang. Beruntung banget dah gue punya temen di Ha Noi bisa diajak ke tempat-tempat asik. Cafe Giang juga masuk dalam salah satu cafetaria kuno dan bersejarah lho.
Ah, semalam sebelum balik ke Bangkok gue puas-puasin main di sekitar Hoan Kiem Lake. Di sana setiap malam week-end juga ada pasar malam yang di dalamnya ada penjual pernak-pernik souvenir dari Ha Noi. Keren-keren dan gue suka. Karena gue suka yang memang etnik-etnik gini.
Oiya, perlu kamu tahu nih meskipun kurs IDR kita lebih tinggi, tapi harga-harga di Ha Noi menurut gue lebih mahal dari pada di Indonesia atau di Bangkok sekalipun. Gue nggak ngerti nih ya apa karena gue turis jadi harganya dinaikkan atau memang harga aslinya memang segitu. Masa iya gue mau beli buah plum lagi, gue dikasih harga 60.000 VND per kilo, padahal temen gue yang beli harganya 20.000 VND per kilo. Tapi, pas di pasar gue beli suvenir harganya umm cenderung mahal sih. Contohnya, serenteng gantungan kunci ala ala di Bangkok yang biasa isinya 12 harganya paling mahal sekitar 100 THB (sekitar IDR 40.000). Tapi nih, di Ha Noi dihargai 150.000 – 200.000 VND (sekitar IDR 100.000 – 140.000). Jauh kan? Padahal bahannya sama.
Kalau kamu mau beli suvenir buat oleh-oleh, mending di pasar aja. Selisih harganya cenderung terasa meringankan walaupun ga banyak-banyak amat ya, tapi pilihan jenis suvenirnya banyak. Gue beli beberapa suvenir buat P’ P’ P’ P’ gue di Atdag dan buddies gue di Telkom University. Worth It kok.
Pssst, terakhir gue mau share tentang perjalanan gue dari hotel ke Noi Bai. Karena temen-temen gue ga bisa antar ke Noi Bai, maklum skirpsi akhir, gue rental taksi dari hotel. Harganya 400.000 VND sekali jalan. Hahaha, mantab ya. Ya mau gimana lagi, dari pada telat kalau naik bus dan gue juga ga ngerti naik bus apaan. Jadi pilihannya hanya itu. Kirain teh, harganya bakal wajar-wajar saja kek di Bandung atau Bangkok hehe.
Anw, suasana terminal keberangkatan dan kedatangan di Noi Bai Airport bedaaa banget. Kalau di kedatangan tuh suasananya kek mencekam gitu, tapi kalau di keberangkatan lebih hangat lah. Lebih banyak orangnya juga *yaiyalaaah, secara banyak pelancong.
Oiya, karena memang sesuai rencana gue ke Ha Noi bakal main-main saja bareng temen-temen, jadi gue ga kemana-mana nih. Soalnya ternyata teh banyak penawaran open trip ke Halong Bay dan sebagainya. Sekitar 1,5 juta VND. Lumayan murah tuh, udah all in. Next time, kalau kamu mau ke Ha Noi, ambil open trip itu aja. Seru keknya. Gue juga pengen lagi ke sana, walaupun jalanannya crazy banget di sana tapi ada rasa ingin explore lebih, terlebih untuk hal-hal yang tradisionalnya. Someday lah ya.
Cam On (baca : Kha Meung)
Artinya, terima kasih ^^v
#hanoi#vietnam#trip#hantam#nanda#tri#mahar#nandatrimahar#nanda tri mahar#pengalaman#jalan jalan#trip to hanoi#experience#socialist#ho chi minh#jalan-jalan
2 notes
·
View notes
Text
Indah Pada Waktunya
youtube
Salam.
Gue rasa, lagu Dewi Persik yang berjudul Indah Pada Waktunya itu benar-benar sedang entah gue harus mengatakan bahwa lagu itu menyindir atau menceritakan tentang apa yang gue alami sekarang. Yah, bukan berarti gue sedang menye-menye karena percintaan. Bukan. Gue belum pernah anw. Hehe. #kode
Gue sekarang sedang ada dalam masa mengerjakan skripsi. Seperti layaknya orang-orang yang sedang nyekripsi, pastilah dihadapkan dengan pemilihan tema, judul, latar belakang dan sebagainya. Nah, sampai tulisan ini gue terbitkan gue masih belum fix dengan judul skripsi gue. Hahaha. Itu semua karena gue saja yang kurang pas milihnya. Seperti lirik di bait-bait awal.
"Gagal dan selalu gagal lagi. Salah dan selalu salah lagi."
Entah mengapa, gue akhir-akhir ini merasa insecure. Gue kebocoran kepercayaan diri, tidak seperti waktu-waktu lalu ketika bahaya seberapapun gue ayok-ayok saja. Mengapa ya?
Akhir-akhir ini gue sering merasa sangat bodoh. Gue jadi orang yang hmmm berbeda dengan semester-semester lalu ketika gue sangat on fire. Sepertinya gue butuh Estes atau Rafaela.
"Sebelum sisa umurku habis, tak 'kan pernah aku menyerah."
Berkah dalem.
anw itu gue yang main lho. :D
2 notes
·
View notes
Text
Terkesan Lelangen Beksan
youtube
Gue – ekhm, saya maksudnya (postingan kali ini pakai istilah “saya” aja ya, hahah) masih ingat benar pada tanggal 2 Agustus 2017 kemarin saya mengontak Landung Anandito untuk tahu caranya menonton pagelaran tari yang akan ia tampilkan, setelah saya lihat ia mengunggah gambarnya yang sedang latihan menari di lini masa instagramnya. Dan wooohooo kemarin Jum’at, 8 September 2017 saya sampai juga di Jakarta, bertemu dengan teman sebangku tiga tahun tidak terpisahkan satu-satunya itu. Seneng banget rasanya! FYI, kami kemarin baru saja bertemu kembali setelah tiga tahun ke belakang waktu dia masih magang dan nyusun skripsi. Dahulu sih kami berkumpul di Istiqlal bersama pula Woro, Deliani dan juga Novi :”) subhanallah. Kami Islami sekali yakan? Haha.
Nampaknya pula ini sudah menjadi suatu kejadian yang dipersiapkan Tuhan (duh bahasanya), karena waktu dan kondisi saya yang longgar sehingga bisa bertemu dan menyaksikan pagelaran yang keren banget, soalnya saya sedang dalam masa menyelesaikan tugas akhir jadi banyak tidak ada kelas. Do’akan kerjaan skripsi saya lancar dan saya bisa lulus Desember atau awal Januari 2018 ya (numpang minta berkah, biarin).
Lelangen Beksan adalah pagelaran tari Jawa pertama yang saya tonton secara langsung. Beneran! Soalnya kalau di kampus saya seringnya melihat pagelaran seni dari teman-teman UKM Bali. Ada juga sih UKM Jawa di Telkom Univesity, pun saya juga pernah terlibat dalam pagelaran tahunannya yang berjudul Parama Budaya. Hanya saja, saya selalu tidak melihat pagelarannya karena saya ketiban jadi pembawa acaranya terus. Jadi, ya saya banyak di backstage ehehe. Ah, jadi ingat Parama Budaya.
Lelangen Beksan tahun 2017 diselenggarakan di Gedung Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah. Demi Mbah Mujaer yang menemukan Ikan Mujaer, saya baru pertama kali hlo menginjakkan kaki di TMII. Hahaha. Itu pun juga hanya masuk ke Sasono Langen Budoyo karena ingin menonton Lelangen Beksan. Jangan dikasihani, please.
Perasaan saya senang sekali saat masuk gedung. Landung mau tampil! Saya tahu benar manusia satu itu benar-benar suka dengan kesenian tradisional, salah satunya ya seni tari Jawa apalagi yang klasik. Maka dari itu, saya datang dengan senang hati dari Bandung ke Jakarta untuk menontonnya. Because it’s like one of his dreams would be come very soon. Dan saya ingin melihatnya mencapai itu.
Ada empat tarian yang dibawakan : Pradapa Ngambar, Sekar Puri, Enggar-Enggar dan Kumolo Bumi. Eh, tetapi dalam praktiknya ada lima tarian hlo. Ibu Retno Maruti dan Pak Sulistyo Tirtokusumo menari bersama secara spontan di awal-awal acara. Yah, namanya juga sudah maestro ya se-spontan apapun, hasilnya menakjubkan! Mantab Bu, Pak!
Tarian pertama yang dibawakan Padnecwara berjudul Pradapa Ngambar. Kalau dari deskripsi yang ada di teks, tarian ini menceritakan tentang rasa syukur kepada Tuhan karena sampai sekarang Padnecwara masih tetap dilimpahi berkah dalam berkesenian dan menjaga kebudayaan. Tarian ini dibawakan oleh enam wanita gemulai. Bagus banget. Apalagi saat keenam penari itu menyanyi sembari menari. Itu memberikan suatu sentuhan magis bagi saya. Pada saat mbak-mbak penari memecang cawan, kemudian bergerak pelan sedikit demi sedikit dengan gemulai tubuh mereka disertai bunyi gending yang sungguh sangat lamat-lamat membuat bulu-bulu saya berdiri semua.
Merinding!
Sekar Puri menjadi tarian kedua yang ditampilkan. Ada depalan penari wanita yang membawakan tarian yang nge-Bondan ini. Tarian Sekar Puri menceritakan tentang bagaimana seorang wanita yang memang lembut di saat yang bersamaan menjadi lincah dan terampil. Tarian ini juga ditampilkan oleh seorang cucu dari Ibu Retno Maruti. Bagus banget.
Melihat tari yang memakai payung ini mengingatkan saya bagaimana saya dahulu suka menjahili mbakyu saya yang sedang latihan menari jawa. Yah, dulu kakak kedua saya penari saat masih kecil. Latihannya di GOR Gelarsena Klaten. Kalau di rumah, saat dia latihan pasti saya ganggu sampai dia dongkol hahaha.
Masuk ke penampilan tarian ketiga, berjudul Enggar-Enggar yang ditampilkan oleh Landung Anandito dan Mbak Retno Proborini. Tari Enggar-Enggar ini bercerita tentang bagaimana Damarwulan (diperankan oleh Landung Anandito) mencoba menenangkan hati istrinya, Anjasmara (diperankan oleh Mbak Retno Proborini) saat ia hendak pergi berperang. Tariannya romantis.
Saya tertawa terbahak sebenarnya saat seusai pagelaran Mbak Retno Proborini bertanya jika Landung ini sudah pernah pacaran atau belum. Hahaha. Sebagai seorang yang duduk bareng selama tiga tahun, jujur yaa, saya belum pernah lihat beliau menggandeng sosok itu, Mbak. Tetapi Mas Landung ini pujaan banyak wanita kok. Beliau saja malu-malu. Xixixi. Buat readers wanita yang penasaran dengan Mas Landung, japri saya aja ya kalau mau kontaknya. Dijamin saya tidak akan saya kasih. Haha. Lol.
Akhirnyaaaa, saya bisa melihat Mas Landung menari! Ini bagi saya adalah suatu kepuasan tersendiri. Ya seperti yang sudah saya katakan di atas. Bahkan ya pas di hotel ya, dia nari-nari sendiri. “Gini lho be, harus “ndegek” nggak boleh bungkuk.”, katanya saat memperagakan bagaimana “kuda-kuda” tariannya. Da urang yakin lah, habis ini semakin banyak ciwi-ciwi yang “aw aw aw aw” melihatnya.
Tarian terakhir adalah yang membuat bulu kuduk saya semakin berdiri. Tarian ini berjudul Kumolo Bumi, yang terinspirasi dari kisah pertempuran Dewi Adaninggar dari China dan Dewi Kelaswara dari Jawa. WowowowowowoW. Kira-kira mengapa ya kedua wanita itu sampai bertempur satu sama lain? Apakah ada hati yang sedang mereka perjuangkan? Semua akan dibahas secara kasar sekasar, SIKAT! LoL. Iya, saya tahu saya nggak lucu. Dah ya.
First impression ketika menyaksikan tarian Kumolo Bumi ini adalaaah, pakaiannya. Semacam orientalis banget ala-ala Asia Timur. Musik yang dipakai untuk suara latar tarian itu pun semakin menunjukkan bahwa tarian ini ada unsur-unsur orientalisnya. Walaupun memakai biola, tetapi telinga saya tetap masih bisa mendengar seperti suara rebab China, saya kurang tahu sih namanya apa. Yang pasti berarti nayaga-nya sudah pro benar. Tak hanya itu saya yang membuat saya kagum, gerakannya pun saya yakin bukan gerakan khas Jawa yang terlihat lentik dan gemulai. Gerakan-gerakan di Kumolo Bumi menurut maya saya terlihat ekstrim. Suwerrr. Saya yang awam ini melihatnya sebagai suatu hal yang keren buangettt. Apalagi ketika saya tahu ceritanya memang tentang pertemuan dua kebudayaan : China dan Jawa. Ya jadilah seperti Kumolo Bumi. Mantab.
Nah, saya jadi teringat ketika Desember tahun lalu saya berkunjung ke Museum Ulen Sentalu di Kaliurang bersama teman saya dari Korea, Taegyun dkk dan buddies. Di dalam museum sejarah Mataram itu oleh pemandu museumnya sempat dijelaskan tentang tarian Golek Menak yang dibuat oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Ceritanya tentang pertempuran dua wanita dari China dan Jawa. Seru banget yaaa.
Salah satu properti yang digunakan dalam Kumolo Bumi adalah kipas. Wowowowow. Sekilas saya saat di dalam gedung itu malah teringat MV-nya VIXX yang Shang Ri La. Hahah. Karena hyeong-hyeong boyband Korea itu juga menari pakai kipas.
Saya sangat tertarik ketika tarian Kumolo Bumi masuk dalam bagian tarian kipas. Apalagi saat penari-penari itu melemparkan kipas, menangkapnya kembali lalu memutar-mutarkannya. Beugh!!! Terperangah saya. Lebay nggak sih? Biarin. Soalnya pertunjukan itu pertama bagi saya secara langsung. Dengan gerakan yang saya pikir diambil dari intisari gerakan-gerakan silat, penari-penari wanita itu walaupun masih lembut tetapi juga terlihat garang. Rawr! Seperti pasukan Kyoshi dalam kisah serial Avatar : The Last Airbender. Eh, atau Kyoshi Warrior seperti penari Kumolo Bumi. Kkkk.
Satu bagian yang membuat saya semakin merinding ketika melihat Kumolo Bumi adalah ketika gending mulai lambat dan suaranya memelan, penari-penari mulai bersenandung. Brrrrr. Seperti ada ulat di leher saya. Demi Tjokorda Raka Sukawai penemu teknik Sosrobahu pada bangunan jalan, saya lebai! Entah mengapa gending-gending pelan dan suara-suara syahdu para penari itu mampu membuat saya merasakan hal yang berbeda. Auranya beda. Semacam ibaratnya biasa makan nasi gudhangan eh tiba-tiba dikasih ayam kaefsi. Eh bukan deng, saya masih sangat suka nasi gudhangan apalagi kalau ditambah sayur lethok. Beuh, kenikmatan tiada duanya jika dimakan pagi-pagi dengan tempe nggembus dan teh ginasthel (legi, panas, kenthel).
Anw, jika Kumolo Bumi bercerita tentang pertempuran antara dua wanita dari China dan Jawa, saya tidak bisa menemukan mana yang China dan Jawa eh. Soalnya pakainnnya sama semua hehehe. Baiklah, biarkan itu menjadi PR untuk saya telaah sendiri.
Oke kawan-kawan, begitulah cerita saya tentang pengalaman saya menyaksikan Lelangen Beksan yang overall saya sangat puas. Saya sangat puas dengan pertunjukannya yang dengan tata cahaya pas, penampilan luar biasa dan gending-gending serta pengiring yang membuat suasana malam itu begitu terasa khidmat. Apalagi, saya juga bisa bertemu kembali dengan Landung Anandito dan menyaksikannya menari di atas panggung. Yeay!
Lelangen Beksan adalah salah satu wujud nyata bagaimana masih ada entitas yang peduli dan bertindak nyata untuk menjaga, memelihara, dan selalu berproses dalam menemukan jati diri sebagai identitas bangsa yang berbudaya. Saya sangat berterimakasih masih sempat bisa menyaksikan pagelaran yang sarat nilai kebudayaan adiluhung seperti ini. Semoga tetap langgeng. Rahayu.
0 notes
Text
Ceritanya Hantam Magang di KBRI Bangkok : Hari Terakhir
Jika kamu bertanya-tanya tentang mengapa gue lama banget nggak update tumblr tentang magang gue, kamu benar!
To be honest and frankly gue bakal bilang kemaren-kemaren gue berada dalam situasi yang membuat gue tidak nyaman. Situasi dimana gue bertanya-tanya dengan diri gue sendiri tentang tulisan gue sebelum-sebelumnya. Gue pada waktu itu, pada waktu idle untuk tidak lanjut nulis gue berpikir bahwa gue terlalu show off. Jujur, itu membuat gue nggak nyaman banget.
Entah rasa itu hanya gue saja yang merasakan atau kamu juga merasa, sebagai orang yang membaca. Gue juga sempat diskusi dengan Buddies tentang perasaan yang gue alami ini. Ya, mereka bilang sih fine-fine aja. Hmm, hanya saja saat itu gue nggak fine-fine aja. Karena gue sendiri muak dengan orang yang terlalu show off. That’s why bisa dikatakan mungkin waktu itu gue muak dengan diri gue sendiri.
Anw, ini gue paksain lagi buat nulis karena gue mau ngelunasin apa yang udah gue janjikan. Yah, gue bakal cerita tentang hari-hari terakhir gue magang di Atase Perdagangan KBRI Bangkok. Well, semoga di sesi ini gue nggak bisa nulis dengan baik-baik saja.
Ok!
Sawasdee khrab!
Hari-hari terakhir gue magang di Atdag terasa menyenangkan dan memorable banget. Di hari-hari terakhir itu ternyata Mas Richard dan P Prim ulang tahun. Nggak bareng sih, tetapi kan kemudian imbasnya ada momen khusus untuk bareng-bareng. Entah itu makan bareng (walaupun tiap hari juga hampir selalu), tetapi kan tema-nya beda. :D
Mas Richard neraktir kami doong di After You Durian. Terima kasih ya Mas Chad!
Kami merayakan ulang tahun P Prim di Red Sky, Bangkok. Tempatnya cozy banget buat ngumpul bareng-bareng. Konsepnya bar on the rooftop gitu sih, jadi ya pemandangan lampu-lampu gedung kota Bangkok jadi endeuss banget. Nanti kamu kalau ke Bangkok, cobain deh mampir ke sana ya.
Kami berkumpul di Red Sky waktu itu pas semalam sebelum gue balik ke Indonesia. Jadi bener-bener meluangkan waktu banget. Gue terharu. Ya karena P P P P gue itu sampai meluangkan waktu buat bikin momen sebelum gue balik, bertepatan dengan merayakan ulang tahunnya P Prim. Menurut gue, ini tanda sayang. ^^
Sebelum ini sih, kami juga sempet main ice skating bareng. Seru banget main bareng kakak-kakak di Atdag. Jarang-jarang hlo sebenernya bisa berkumpul gini selain di kantor.
Kalau kamu tanya tentang pekerjaan sih ya biasa aja seperti yang udah gue tulis di sebelum-sebelumnya. Jadi gue nggak akan terlalu banyak bahas tentang kerjaan ya.
Hari-hari terakhir itu juga gue berkesempatan diundang Bu Rita untuk makan sore bersama semua staff Atdag dan juga Pak Dodo sekaligus Syifa dan Deni. Di sana, seperti perpisahan gitu. Jadi emosional.
Oiya, gue inget banget nih, kan kita makan bareng itu di Asia Bangkok. Nah, di sana ada penyanyi yang bagus banget suaranya. Dan hal yang buat gue emosional banget adalah lagu terakhir yang ia bawakan adalah “Country Road”. Sumpah gue merinding banget. Emosional banget saat itu. Soalnya, lagu itu juga adalah lagu farewell pas dulu gue ikut program 10 hari di Kumamoto. Aah. Gue nggak akan bakal bisa mudah lupa momen itu.
Gue beruntung banget. Terima kasih ya Tuhan.
Oh iya, gue juga mau cerita tentang naik perahu sungai di Bangkok. Kemarin gue nyempetin ke Show DC naik perahu dari Pratunam. Harga tiketnya hanya THB 12, ya sekitar Rp 4.800 lah. Asik banget naik perahu. Cepet pula. Dari pada naik taksi mahal kalau dari Pratunam ke Show DC bisa sampai THB 100an, 10 kali lipat!!! LoL
Benar-benar hari terakhir, gue pamitan ke Bu Rita. Gue dikasih banyak banget nasihat. Aaah gue beruntung. Ibuk nitip-nitip pesan ke gue, ya biar gue bisa jadi orang yang lebih baik lagi dari sekarang. Terima kasih banyak banget.
Pengalaman magang di Atdag ini membuat bekas dalam hidup gue. Bertemu dengan orang-orang yang sayang dan lovely, pengalaman hidup nggak punya sodara atau siapapun di negara orang, eh ternyata gue dapat sodara di sana. P It juga baik banget. Kalau bukan karena keberuntungan dan berkah, gu ga yakin akan dapat pengalaman seperti ini.
Terima kasih :)
0 notes
Text
Ceritanya Hantam Magang Di KBRI Bangkok : Berkah
Bahagia sekali rasanya ketika gue tahu ada yang ngasih feedback postingan di blog gue ini dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan melalui media sosial gue entah itu twitter, direct message instagram, private message Line di id @nandatrimahar ataupun inbox di facebook. Maksudnya, gue seneng aja bisa ngasih gambaran tentang kegiatan apa saja yang gue alami selama magang di KBRI Bangkok, terkhusus di Atase Perdagangan (Atdag). Siapa tahu, jika kamu yang sedang baca-baca tulisan gue ini bisa terbantu yakan.
Saat gue nulis ini, gue denger lagu "Di Doa Ibuku Namaku Disebut”.
youtube
Teringat Mami :D
Sawasdee Khrab!
Selasa, 6 Juni 2017 menjadi hari kesepuluh gue magang. Kalau hari di kalender sih udah lebih dari dua minggu gue di Bangkok. Nggak kerasa euih. Asa baru kemarin sampai di sini. Atau karena gue enjoy-enjoy aja kali ya nyobain “kerja” di sini. Hehehek.
Gue tahu, gue udah telat lagi nge-blog. Makanya postingan ini gue jadiin postingan selama dua hari. Rekapan dari hari kesembilan, which means kemarin tanggal 5 Juni dan hari ini tanggal 6 Juni. Selama dua hari itu, gue lagi-lagi mendapatkan sesuatu. Sesuatu itu membuat gue merasa sangat berterima kasih. Sesuatu itu adalah trade mark-nya Incess Syahrini. Wkwkwk
Hari Minggu, balik dari Hanoi gue langsung cabut ke Impact tempat acara Thaifex 2017 berlangsung. Di sana gue ikut unloading barang pameran soalnya hari itu acara Thaifex udah selesai. Jadinya, ya langsung saja dari Suwarnabhumi ke Impact, eh tapi mampir kosan dulu deng buat mandi. Gue ke Impact naik Grab dan driver-nya seru abis soalnya bisa bahasa Inggris. Jadi kita ngobrol saja selama perjalanan yang alhamdulillah nggak macet. ^^v
Kalau bisa ditunda gue mau deh nunda keberangkatan gue ke Hanoi saat itu. Soalnya ya seperti biasa, kalau pameran-pameran gini pasti hectic. Maksudnya, tenaganya harus di-boost beberapa kali lipat. Jadi, lebih baik kalau ada tenaga tambahan bukan? Tapi ya karena gue udah fix pesan tiket jauh sebelum gue berangkat ke Bangkok, dan ribet banget pastinya kalau reschedule, dan gue juga udah bayar hotel di Hanoi jadinya gue berangkat ke Hanoi. Cerita tentang Hanoi gue posting setelah magang gue selesai.
Unloading dari pameran tidak lebih singkat dari saat loading barang. Dan beginilah kira-kira kerjaan Atdag kalau ada acara-acara pameran. Kamu harus siap ya kalau nanti magang di Atdag. Seperti yang sudah gue sebut di postingan-postingan terdahulu, harus siap baik itu secara fisik, mental, dan mindset. Itu penting banget kamu maintain.
Eh itu yang baju hitam namanya P’Bird. Driver andalan yang pinter banget. : )
Alhamdulillah banget ya, gue dapet tempat yang match dengan gue. Gue menilai, gue bisa berguna aja di sini. Gue ngerjain beberapa pekerjaan dan itu dipakai. Rasanya seperti saat kamu nembak gebetan, tapi kalau mau diterima harus melewati struggles. Dan saat kamu diterima, kamu tentunya bahagia. Nah, mungkin kira-kira gitu kali ya perasaan lebay gue. Walaupun gue belum pernah pacaran sebelumnya tapinya yang naksir banyak. Eh?
Dan cerita terkait dengan judul yang gue kasih di postingan ini berupa “berkah” dimulai. Berangkat dari disetujuinya video yang gue edit buat ditampilkan di big screen Palladium, pusat perbelanjaan gede di Bangkok, hadiah-hadiah, dan berbagai berkah lainnya yang gue syukuri. Alhamdulillah banget gue juga bisa bergaul dengan kru Atdag tanpa canggung. Baik saat mengerjakan kerjaan atau ngobrol santai tentang kehidupan dengan Ibu Atase dan/ataupun mas mbak di Atdag. Gue harus mention lagi, pengalaman aktif di IOSBC dan berbagai kegiatan di kampus yang gue ikuti turut membantu gue banget.
Nah, gitulah gambaran kegiatan gue di hari Minggu dan Senin gue. Buat kamu yang orang acara atau kepanitiaan, atau getol aktivis (cieee) yang sering grudak-gruduk ngurusin acara-acara pasti nggak bakalan kaget. Ini salah satu makanan kalian lah. Biasa aja kan sebenarnya? Hanya saja kita berkejaran dengan agenda-agenda lain yang menunggu harus diselesaikan. Ah, kamu yang lebih aktif dari gue di kampus pasti kalau baca cerita gue ini cuman ngakak aja kali ya karena kamu udah expert banget di acara-acara. Narasi gue lebay ya kan? Hehe. Sip deh.
Berkah banget nggak menurutmu kalau kamu dikasih sesuatu? Menurut gue, apapun yang gue dapet itu berkah. Apalagi jika ada catatan-catatan kecil semacam tulisan di sticky notes itu selalu bisa bikin gue senyum alhamdulillah. Terima kasih banget lah gue nggak henti-henti karena banyak hal dan pengalaman yang gue dapat selama dua minggu di sini.
Sirup stroberi dan bingkisan-bingkisan kecil menjadi bukti tanda kasih. Pas gue pulang kosan, ada bingkisan tergantung di gagang pintu kamar gue. Dan itu dari P’Susan. Baik banget ><
Dah lah, biar gambar-gambar di bawah ini yang berbicara. ^^v
Kemarin, P’Prim kasih hadiah ke semua staff Atdag berupa dua voucher di Blue-O. Voucher itu bisa ditukar dengan gratis karaoke, ice skating, atau main bowling. Yeay! Gue rencananya mau ngajak P’It buat main bareng.
Gue merasa seperti terbang saat gue melihat hasil editing gue dipajang di Palladium. Palladium itu gedung gede banget untuk berbelanja. Ya salah satu shopping center di Bangkok lah. Letaknya di Pratunam, kawasan ramai. Alhamdulillah banget.
Nah, kemarin Atase Perdagangan ingin nampilin iklan Trade Expo Indonesia 2017 di billboard. Gue diminta untuk membuat desainnya. Alhamdulillah ya, gue merasa berguna banget jadi orang.
Gue memang bukan mahasiswa dari jurusan Hubungan Internasional tetapi gue alhamdulillah banget terpakai di atase ini. Gue dari jurusan Marketing Communication yang sebenarnya juga masuk banget dengan dunia kerja seperti ini. Jadi ya, gue hanya mau bilang ke kamu kalau mau ambil magang di KBRI tidak perlu ragu atau takut karena bukan berasal dari jurusan Hubungan Internasional. Bahkan Deni teman gue jurusannya DKV lho. Dia juga lagi edit video tentang pariwisata Indonesia. Dia di Atase Pensosbud. : )
Oiya, gue di bagian ini banyak banget ya rasanya cerita tentang video atau masalah desain visual untuk pemasaran. Gue juga masih ngerjain tugas tentang nyebar-nyebar undangan Trade Expo Indonesia 2017 kok. Juga follow up calon peserta di Pameran Industri yang diselenggarakan Kementrian Perindustrian Thailand pada Juli besok.
Nah, itu cerita gue di hari kesembilan dan kesepuluh magang di KBRI Bangkok khususnya di Atase Perdagangan. Banyak hal yang gue dapatkan dan gue anggap sebagai berkah buat gue seorang. Haha. Karena gue yakin pasti yang lain juga mendapatkan berkah yang unik sesuai dengan mereka. Jadi, berkah yang gue dapet ini pasti juga unik hanya untuk gue seorangan. Yang gue ceritakan ini juga hanya serpihan dari keseluruhan kok. Sengaja gue gak umbar biar kamu nanti unik ngerasain sensasinya sendiri.
Oke, segitu dulu ya sampai jumpa besok ;)
Berkah dalem.
0 notes
Text
Ceritanya Hantam Magang Di KBRI Bangkok : Next
Semalam sebelum gue berangkat ke Hanoi, Papi telepon terus tanya, “Kok belum update blog-nya?” wkwkwk. Iya nih, parah banget seminggu belum baru bisa up sekarangan. Jadi gue kelewat 3 hari gitu nggak share hal-hal seru.
OK.
Kali ini gue bakal cerita tentang kegiatan gue dari Senin, 29 Mei 2017 hingga Rabu, 31 Juni 2017 yang mana adalah hari ke 6,7 dan 8 gue magang di KBRI Bangkok. Sebenarnya Hari Sabtu, 27 Mei dan Minggu, 28 Mei bisa gue masukin ke hari 6 dan 7 karena gue dapet kerjaan di hari itu. Walaupun Cuma edit video untuk Trade Expo Indonesia 2017 yang masih harus ada revisi.
Hari Senin, 29 Mei 2017 gue dapet tugas untuk menemani Atase Perdagangan, Bu Rita datang ke Thailand Rice Convention (TRC) 2017 yang diadakan di Centara Grand at Central World. Acara itu didatangi lebih dari seribu orang dari sedikitnya 40 negara termasuk produsen, importir, product developer, delegasi dari partner dagang baik dari China, Jepang, Malaysia, Iraq, Iran, Spanyol, Inggris, Nigeria, Kenya, Afrika Selatan, Vietnam, Kamboja dan Laos. Turut hadir juga para akademisi, petani dan agensi media. Pak Prayut, Perdana Menteri Thailand juga hadir di acara itu dan memberi sambutan.
Dalam TRC 2017 kemarin dibahas hal-hal yang berkaitan dengan industri beras. Dan gue dapet banyak banget pengetahuan tentang industri beras. Mulai dari tantangan industri beras ke depan, penggunaan teknologi seperti apa saja yang harusnya sudah dipakai, proyeksi pasar, hingga produk-produk turunan dari padi.
Gue ditugasi untuk membuat resume dari keseluruhan acara TRC 2017. Oiya, kemarin Atase Perdagangan dan Konselir Ekonomi KBRI Bangkok harus pergi duluan, jadinya gue sendiri di acara segede itu. Dan lagi, gue duduk di deretan bangku paling depan. Di samping perwakilan dari Kedutaan Besar Filipina di Bangkok.
Hehe.
TRC 2017 kala itu berlangsung dari jam 9 pagi hingga 4 sore. Dan gue full ada di sana dong. Di tengah-tengah acara, sekitar pukul 12 ada break buat makan siang. Oh, sebelumnya ada coffee break juga. Enak kali ya menunya kalau bisa nyicip. Soalnya kan Pak Prayut datang, yakali menunya nggak lezat. Akhirnya gue cuman duduk diem aja di kursi sambil beberapa kali jalan-jalan keluar aula selagi peserta yang lain menyantap makan siang. Wkwkwk.
Ya gitu deh!
Anw, besok ambil magang pas bukan bulan Ramadhan aja wkwkwk. Tapi OTOP Expo ada di tengah-tengah tahun dan kemungkinan tahun depan tepat pas Ramadhan. Eh, OTOP Expo ada dua kali deng. Mid year dan End year. Dah tuh, asik banget kalau kamu dapet kesempatan ke OTOP Expo. Atau malah Thaifex! Thailand Food Expo -__-
Di sesi-sesi awal masih enak tuh, karena bahasa pengantarnya pakai Bahasa Inggris. Tetapi, memasuki sesi tiga setelah coffee break hmmm mateng banget karen full bahasa Thailand -,- Mending-mending kalau slide presentasinya pakai Bahasa Inggris ya jadi kira-kira bisa dipahami. All in Thai, bro. Mateng tuh!
Hari selanjutnya, gue masih nyelesaiin edit video karena ada tambahan-tambahan khusus dari Pak Dubes. Jadi, gue harus tambah dan render lagi. Sebenarnya, gak ada kendala hanya saja kalau render itu lama. Pakai After Effects yakan, jadinya ya harus mau nunggu render. Edit-nya mah cepet, soalnya simple doang. Nggak yang gimana-gimana.
Rabu, 31 Mei 2017 gue ke Thaifex yang diadakan di Impact Muang Thong Thani. Tempat yang sama seperti OTOP Expo. Great! Thailand ga main-main kalau gini-gini. Thaifex adalah expo atau pameran khusus produk-produk makanan. Eh, tapinya jangan dikira seperti festival kuliner-kuliner biasanya ya. Ini festival lebih ke arah ke peningkatan expor. Jadi, sederhananya dalam expo ini dipamerkan produk-produk unggulan dari perusahaan atau negara-negara yang memiliki potensi untuk kerjasama ekspor. Jadi bukan seperti blok makanan pas di OTOP yang mana banyak banget makanan siap santap. Ini lebih ke tujuan B2B sih.
Dalam pameran ini, Indonesia buka lima booth. Banyak atau dikit? Coba kita bandingkan dengan booth Filipina yaa yang berjumlah tidak kurang dari dua puluh booth atau booth-nya Malaysia yang sampai dua blok bahkan ada yang nyempil di blok lain. Laos gue lihat ada lah setengah blok penuh. Banyak mana? Wkwk.
Pas jalan-jalan sambil ambil-ambil gambar, sampailah gue ke booth Korea. Karena memang gue ditugasi buat ambil-ambil gambar, gue klik aja dong booth Korea itu. Dan tau ga, ternyata di situ ada hyeong-hyeong yang lagi berdiri di dalam booth dan sadar kamera dong. Manteb ya!
Gitu aja sih tiga hari ke belakang. Sengaja gue ga kasih cerita tentang kejadian-kejadian seru yang gue alami dan dengar dari staff-staff Atdag, atau malah dari Atase Perdaganan sendiri karena rahasia. Wkwkwk. Makanya, kamu besok kalau magang di KBRI sini, yang aktif ya soalnya kamu bakal banyak banget pengalaman dan cerita yang gue yakin akan lebih banyak dan lebih seru dari apa yang gue udah share di blog gue ini.
Update-an kali ini pendek banget yak. -,-a
Gue sekarang lagi di Hanoi, perpanjang visa. Fyuh.~ so many things I got from this city. Abis magang ini selesai deh gue share. ^^v
0 notes
Text
Ceritanya Hantam Magang Di KBRI Bangkok : Surprise
Ciyeee yang malem ini udah Tarawehan. Selamat menjalani ibadah puasa ya.
Gila, nggak kerasa gue di sini sudah enam hari aja. Seminggu bro! Cepet ya rasanya. Padahal kelihatannya baru aja kemarin sampai Suvarnabhumi. Ckckck. Selama ini pula gue juga ngejalani magang di Atdag. Dan gue betah! Hahaha. Mungkin cerita gue bakal sedikit beda sama cerita-cerita yang beredar di blog-blog luaran sana ya, tentang magang di KBRI apalagi yang ditempatkan di Atdag.
Sawasdee Khrab!
Di hari kelima ini, Jum’at, 26 Mei 2017 gue dapat banyak kejutan. Yeah, that’s why gue kasih judul postingan satu ini dengan kata “surprise”. Kejutan yang gue dapet macem-macem, dari yang rupanya tugas hingga reward yang diberikan ke gue. Hehe. Alhamdulillah ya.
Masih inget nggak di postingan kedua kalau nggak salah gue cerita kalau gue dimintai tolong Mas Richard buat edit video? Nah, ternyata eh ternyata itu video buat kampanye Trade Expo Indonesia (TEI) 2017 yang akan ditayangkan di megatron Palladium dong. Asli gue ga ngerti sebelumnya. Gue ngerasa “WOW” aja sih. Hingga saat ini, gue masih nyelesaiin itu video dan akan ditayangkan hari Senin atau nggak Selasa minggu depan. Manteb ya?
Untung saja gue nggak instal ulang laptop gue. Bermodalkan kemampuan ngoperasiin After Effects, gue tadi sore coba-coba bikin template baru. Karena seriously baru tadi sore gue ngeuh gunananya video itu dan revisi dari atasan juga baru turun tadi sore pas sebelum pulang. Jadinya tadi pulang sedikit ngaret. But it’s okhay khrab, I like it! Gue seneng aja ngejalaninnya.
Gue tadi juga baru ngerti tentang bagaimana caranya menemani pejabat KBRI kalau datang-datang di acara seperti pameran atau seminar. Jadi gue tadi nanya-nanya deh sama Mbak Ria. Gue besok Senin rencananya akan jadi asistennya Ibu Rita untuk datang ke Thailand Rice Convention 2017 yang akan diadakan di Centara. Gue udah dikasih rundown dan TOR-nya sih buat belajar. Sumpah, ini akan jadi pengalaman pertama gue. Do’ain semoga lancar ya gue ngejalanin tugasnya. Soalnya gue kan nanti juga harus bikin-bikin laporan gitu tentang acaranya ngapain aja, dsb.
Belum sampai situ ternyata surprise yang gue dapetin. Banyak yang tahu lah kalau Atdag itu banyak banget punya acara. Entah itu acaranya sendiri atau acara karena diundang. Dan tadi, gue diajak lagi buat assisting Bu Rita di Propak Asia 2017. Da itu acara apa ya? Gue belum ngerti sampai saat ini. Besok gue ceritain ya kalau udah ngerti.
Gue bersyukur banget anw karena itu gue yang dapat kesempatan ini, bukan yang lain. Selain karena mas dan mbak staff Atdag udah punya kerjaan masing-masing, menurut cerita-cerita yang gue denger, kesempatan seperti ini jarang banget dikasih ke anak magang. Berarti ini adalah sebuah tanggung jawab yang besar, bukan? She already put her trust on me, so I will do my best!
Mungkin gue lo kata-katain norak kali ya. Gapapa kok. Soalnya ya gue emang ngerasa seneng aja. Itu hak kamu mau komentar hehehe. Nggak apa-apa (:
Nah, tadi siang nih gue juga diminta buat bantu urus booth Indonesia di Thaifex! Itu semacam pameran atau festival makanan skala gede Thailand punya. Tempatnya di Impact, persis sama dengan tempat OTOP berlangsung. Gue seneng-seneng deg-deg-an kalau dikasih kepercayaan gini teh. Walaupun kerjaannya kurang lebih mirip-mirip sama pas nge-buddy lah. Jadi gue udah punya agenda nih atleast buat seminggu ke depan. Semoga lancar.
Surprise lainnya yang gue dapet hari ini tinggal yang bikin senyum-senyum. Soalnya ternyata banyak banget yang sayang sama gue. Yang notabene gue gak kenal siapa-siapa hlo di sini, tetapi diperhatiin. Unch! Hahaha.
Kalau Mbak Ria sih udah biasa ya kalau nanya-nanya, “Kamu nggak makan?” atau semacam “Makan dulu lah.” Intinya nyuruh gue makan. Seneng ya ^^
Tadi siang, gue dikasih souvenir gitu dari P’Prim. Bentunya gajah ijo. Oh, itu tempelan kulkas gitu macemnya. Ada tulisan-tulisan Bangkok, Thailand, dsb. Lucu lah. Bisa nih ditempel di kulkas International Office ntar. Biar semakin rame. Terima kasih P’Prim : )
Gue nggak tahu kenapa tadi gue di kasih “gaji” oleh Atase Atdag gue. >.< Yang jelas, gue terharu banget dan nggak nyangka. Surprise banget lah. Tadi aja P’Prim bisik-bisik ke gue, “dipanggil Ibuk.” Gue jawab, “Ada apa, P’Prim?” terus P’Prim bilang kalau gue mau dikasih sesuatu. Sumpah da, terharu. Lebay sih emang gue. Tapi ya da kumaha deui ath?
Yang terakhir, gue pas sampai kosan tadi malam gue nemu plastik ngegantung di pintu kamar gue. Ternyata ada bingkisan dari P’Susan, Ibu Kosan gue. Terharu banget sumpah demi John S Pemberton Penemu Coca-Cola, gue dikasih bingkisan keripik ikan. Ada suratnya juga yang isinya ucapan selamat berpuasa. T^T Kesentuh ga kamu sama yang kecil-kecil gitu?
Sumpah da bageur pisan orang-orang ini teh. Semoga alam selalu menjaga orang-orang baik ini dan mereka juga senantiasa mudah mendapatkan bantuan, bahkan tanpa diminta.
Sebenarnya, ada satu surprise lagi yang gue dapat hari ini. Tetapi, biarlah gue simpan sendiri dan ceritakan ke mami papi gue. Pokoknya gue hari ini seperti sedang dikucuri keberuntungan banget. Alhamdulillah. Terima kasih banget Tuhan!
Selamat berpuasa ya kamu semua. Halah, puasa doang kok. Biasa aja.
0 notes
Text
Ceritanya Hantam Magang Di KBRI Bangkok : Target
First of all, gue mau minta maaf karena kemaren nggak sempat update karena gue begitu sampai kamar langsung bleg seg tidur. Hehe. Jadinya gue combine aja kali ya hari ketiga dan keempat gue magang di KBRI. Gue beri judul “target” karena memang dua hari itu penuh target banget. Bayangin aja ya di hari ketiga gue sama Mbak Ria harus nyebar undangan TEI lebih dari 100 undangan. Ditambah koneksi internet saat itu sedang so slow. Kemudian hari ini gue juga harus kejar-kejaran sama waktu karena hampir aja salah satu tenants OTOP Expo dari Indonesia ketinggalan pesawat karena jalanan ke Swarnabhumi muacet puol. Untung saja ada P’Bird yang jago banget manuver-manuver di balik kemudinya. Manteb deh.
Oke!
Sawasdee Khrab!
Sebenarnya, tulisan ini gue dedikasikan buat kesayangan-kesayangan gue di IOSBC. Teman-teman buddy gue yang gue sayangi. Bodo amat disayang balik atau enggak. Haha.
Jadi, selama gue ngejalanin magang di Atdag KBRI Bangkok ini persis banget sama kegiatan-kegiatan di International Office. Mulai dari acara assisting atau hospitality, last minutes information, dimintai tolong ini itu dan kadang bantu-bantu masalah dokumen di kantor. Jadi, kamu beruntung banget bisa masuk IOSBC karena jika kamu memang beneran ikhlas jadi buddy kamu bakal nemuin banyak pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan kamu di luar. Entah di dunia kerja atau pertemanan kamu di luaran sana.
Di postingan sebelumnya, gue udah bilang kalau kata “baper” itu udah harus hilang. Berada di lingkungan seperti ini, baik itu di IO as a buddy atau kamu yang lagi belajar kerja di Atdag, kamu buang jauh-jauh deh kata satu itu. Gak guna juga kamu simpan.
Soalnya ya memang kamu harus siap. Rencana itu kadang bisa berubah sangat drastis di last minutes. Just do it! Apalagi sebagai buddy, kita berada di bawah IO ya kalau IO minta tolong sesuatu kita usahakan itu. Karena memang itu gunanya buddy. Untuk ikut membantu. Begitu juga di Atdag sini. Karena itu kan yang sebenarnya kita cari? Kalau bukan, coba kamu lihat ulang lagi kenapa kamu ikutan masuk jadi buddy?
Udah nemu?
Bagus!
Hari ketiga gue magang di sini, gue dan Mbak Ria harus nyebar undangan TEI ke lebih dari 100 undangan. Sebenarnya sih kami sama Mas Richard mau nonton Pirates of The Carribean, tapi gajadi karena harus kejar target dulu. Soalnya, koneksi internetnya waktu itu lelet banget. Eh entah koneksi internetnya atau komputernya ya. Pokoknya kami kirim surel itu butuh waktu sekitar 4-5 menitan lah, walaupun lampirannya Cuma 6mb. Walaupun di hari kedua udah dicicil berapa puluh undangan, tetep saja masih terasa banyak karena koneksi itu. Jadinya kita tunda dulu aja nontonnya.
Nah, di hari itu juga aku jadi tahu kalau file pdf atau jpeg itu bisa dijadiin word memakai apps One Note. Hahaha. Jadi kalau kamu punya file jpg gitu yang isinya buku misalnya, bisa banget dijadiin word. Kamu cari aja tutorialnya di Google. Norak ya gue baru ngerti ginian. Lol.
Di hari keempat, which means today Kamis, 25 Mei 2017 yang harusnya hari libur, gue bareng staff Atdag lainnya harus ke OTOP Expo karena hari ini hari terakhir. Hari terakhir berarti adalah harus unloading barang dari Impact. Setelah itu nganter-nganter tenants balik ke hotel atau bandara buat mereka yang langsung pulang Indonesia.
Gue ngerasa sih ini suasana kerja di Atdag persis banget sama di IOSBC. Ga libur gitu. Even, kalau di IOSBC ya, bahkan 24/7. Contohnya, gue inget banget dulu setidaknya pernah 2 kali harus ke Boromeus dini hari karena ada mahasiswa international yang tiba-tiba sakit. Yang terakhir sih waktu gue lagi sama Abi, Dirga dan Tyas (alumae buddy) nongki-nongki sok-sok-an kece di Starbucks Buah Batu. Tiba-tiba ada pesan masuk dari Mas Riyan nginfoin kalau salah satu cewek dari Belanda sakit dan harus dibawa ke rumah sakit. Yaudah deh mau gak mau kami harus udahan nongki-nongki-nya dan cus ke Telkom University. Waktu itu weekend sekitaran jam setengah satuan lah. Jadi buddy itu segitunya hlo. Kalau kamu di saat itu dapet situasi yang seperti itu dan milih buat sok-sok-an gak lihat grup di Line/WA coba lihat lagi kenapa pengin jadi buddy?
Udah nemu?
Bagus!
I mean, itu weekend¸ dan malem dan itu waktu kamu ngumpul sama teman-teman kamu gitu. Ibarat kata, mau mau tidur dan udah tarik selimut, nyalain ac, eh tapi ada yang ngetok pintu kamar lo kenceng-kenceng. Hahaha. Gitu sih.
Salah satu kegiatan favorit as a buddy adalah ngejemput mahasiswa international atau tamu. Atau nganterin mereka balik ke bandara karena masa studi mereka udah abis. Ternyata kerja di Atdag ini juga gitu. Tadi aja kami deg-deg-an banget karena kena macet di Bangkok lamaaa banget. Pesawat boarding jam 20.05, eh kami baru bisa keluar jam 18.30an. Deg-deg-an gak tuh? Mana imigrasi di Swarnabhumi itu puanjangeee puooolllll. Untunglah kami ada P’Bird yang manteb banget nyetirnya. Jadi bisa sampai bandara sebelum jam 19.00. Oiya, sebelumnya kami juga antar ke Don Mueang. Lumayan kena macet tapi nggak parah. Pinggiran Bangkok tadi banjir sih. Di bawah mata kaki doang tapi.
Gue selama perjalanan tadi jadi inget banget waktu jadi buddy. Semacam flashback gitu. Gimana gue dulu sama iYun pernah jemput orang di CGK dari Bandung. Dan gue sama Yuli pernah nganter balek Yogesh orang India ke CGK dari Bandung. Kalau dibilang capek di jalan sih ya gitu. Bayangin aja PP langsung. Seru deh jadi buddy tuh. It’s like kamu bakal nemuin banyak banget pengetahuan baru ketika kamu harus berhubungan dengan orang lain. Apalagi orang lain itu berbeda jauh culture-nya. You have to nicely deal with it. Serius!
Kamu baik-baik ya jadi buddy. Sekarang, estafet IOSBC akan diserahkan ke Gen.4 karena kita-kita udah tua. Wkwkw. I mean, udah mau lulus. Gue udah ngebuktiin kalau semua pengalaman, kata-kata kasar (kalau ada), dealing in a rush mode, dsb yang bakal kamu temuin di IOSBC itu akan ngebentuk kamu jadi orang yang “biasa aja”. Maksudnya, kamu nggak bakal mudah kaget atau takjub. Most of things akan terlihat “biasa saja”.
Berkali-kali Mbak Ria itu nanya ke gue, “Kamu beneran nggak papa ngerjain kayak gini?”. Saat itu mungkin dirasa kerjaannya banyak dan nguras energi kali ya. Dan gue juga emang dasarnya ngerasa “Biasa aja” hanya bisa bilang begitu. Nggak yang terlalu gimana-gimana.
Oiya, satu lagi yang mirip itu kalau di IO kan banyak makanan ya. Makmur lah istilahnya. Lihat tuh perut Mas Riyan dan Mas Senna. Kalau Fajar mah udah kurus, iya gak, Jar? Wkwkwk. Di sini juga -__- Ya bagus. I mean, gue di sini diajakin makan mulu -,-a Dan porsi warung-warung di Bangkok kan guedeee minta tolong dah. But, unluckily my tummy doesn’t allow me to have big meals. Jadi gitu deh Mbak Ria aja sering nanya,”Kamu nggak makan?” atau dsb lah yang intinya doi pengen nyuruh gue makan. Selain nanya,”Kamu nggak apa-apa?” Hahaha. Biasa aja.
Boleh percaya atau enggak, tetapi gue percaya kalau selama ini jadi buddy, gue udah banyak banget dapet pelajaran. Dan gue sangat bersyukur lah, gue yang dapet pengalaman itu. Bukan yang lain. Eh, kesayangan gue di buddy juga dapet deng.
Buat buddy, kalau kamu baca ini, gue saranin besok kamu kalau magang ambil yang gini-gini. Sepertinya kamu bakal level up deh. Dan kamu bakal lebih keren karena kamu udah dapet ilmunya duluan di IOSBC. Di lapangan seperti ini, kamu tinggal jalanin saja dan upgrade level. Kamu bakal ngerasain sendiri, dan gue gabakal cerita kenapanya.
Eh, anw, gue mau lengser ya? Hahahaha.
0 notes
Text
Ceritanya Hantam Magang Di KBRI Bangkok : Lesson
Yes! It’s me again
Haha, gue baru aja selesai nyuci pakaian. Dan ini keberapa kali ya gue nyuci pakaian sendiri selama hidup? Dih. Ga perlu diceritain juga anw.
Gue baru nyadar seharian ini gue nggak take foto pas mau publish ini. Kecuali foto di Daiso. O.o
Skip!
Sawasdee Khrab.
Jadi, alasan pilih judul “lesson” karena gue hari ini setidaknya mendapatkan dua masukan dari mbak dan mas senior di Atdag. And I was like really grateful because it’s me who got this kind of suggestion. Lebih dari itu gue juga bakalan cerita tentang apa aja kerjaan yang gue kerjain hari ini, 23 Mei 2017 yang merupakan hari kedua gue magang di KBRI Bangkok. Selain itu, tadi gue dibawa Mbak Ria ke Big C buat nemenin doi belanja. Anw, gue tadi ditraktir Mbaknya ^^ #superLucky
Ok!
Selain tadi masih sempat terjemahin satu berita dari salah satu majalah bisnis Thailand, gue juga diminta tolong buat bantuin bikin banner dan kirim-kirim surel. Sebenernya bukan bikin sih tepatnya, tetapi mengganti foto dari template banner yang udah dibikin sebelumnya. Jadi, Oktober mendatang Kemendag Republik Indonesia akan mengadakan Trade Expo Indonesia (TEI) di Banten. Oleh Bu Rita, gue diminta untuk nge-list daftar-daftar yang akan dikirimi undangan untuk ikut di TEI. Jadilah gue tadi nge-list daftar perusahaan-perusahaan dari kumpulan kartu nama yang sudah dibukukan.
Gue baru tahu kalau berkas PDF teh bisa disunting. Gue tadi sebenernya amazed aja denger Mbak Ria minta tolong sunting nama tujuan sesuai dengan nama-nama yang ada di daftar. Ternyata perintahnya cuma klik dua kali, terus add text. Dan gue baru ngerti, banget baru hari ini. Nah, gue kirim-kirim tuh ke surel-surel yang sudah di-list dengan lampiran-lampiran yang udah gue sunting nama tujuannya. Lesson kan?
Sepertinya di blog gue ini kalau nggak salah ingat gue pernah nyebut atau bahas tentang buddy atau IOSBC. Udah belum ya? Kalau belum, next deh gue bikin post khusus. Pengalaman-pengalaman yang gue dapet selama ikut jadi buddy di IOSBC (International Office Student Buddy Club) berharga banget buat suasana kerja di KBRI ini, khususnya Atdag. IOSBC adalah klub hospitality-based yang berada di bawah International Office Telkom University. Sederhananya, kita bantu-bantu International Office (IO) yang berhubungan dengan assisting mahasiswa international dan juga kadang bantu-bantu jika IO atau kampus kedatangan tamu dari luar negeri. Kenal lebih dekat dengan IOSBC di sini. Semua hal yang pernah gue alami di Buddy, gue temukan sangat berguna buat kehidupan selama magang di sini. Walaupun, masih ada beberapa masukan buat gue, demi menjadi yang lebih matang.
Terutama saat ada tamu, as a buddy we have to know our position. Itu penting, karena jangan sampai kita malah berlagak seperti tamu. Haha, padahal kita mah yang harusnya bantu-bantu tuan rumah. Got it? Smart! Lesson kan?
Buddy itu bisa dikatakan juga representatifnya kampus, karena kami yang menemui pertama kali mahasiswa internasional atau kadang tamu. Ya karena salah satu tugasnya adalah menjemput mereka. Jadi, kita-kita nih harus look nice and proper kan? Nah, jika sebagai buddy sebenarnya dari sisi pakaian tidak terlalu bagaimana-bagaimana kecuali jika ada tamu. Di KBRI sini, pakaian harus kamu perhatiin banget : kemeja (lengan panjang, kalau batik boleh lengan pendek), celana bahan/katun, dan sepatu pantofel. At least itu deh kalau buat cowok ya. Nah, tadi gue ditegur karena pakai sepatu sneaker putih. Hehe. Ada sayapnya lagi. Jadi, buat kamu yang nantinya mau magang di sini persiapin dulu. Karena gue basically memang “agak” selengekan, ya namanya juga belajar, dan di mana bumi dipijak di situlah langit dijunjung.
Maksudnya gini lho, kalau di IO kan sering ya ada acara mendadak-mendadak gitu, nah di sini, khususnya Atdag juga mirip. Kalau di IO biasanya ada tamu mendadak atau kunjungan, sehingga jika staff tidak bisa nemenin, buddy turun. Sama halnya di Atdag di sini yang hanya ada 4 staff yang bantu-bantu Bu Rita. Jika semua staff masih ada kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, biasanya anak magang yang akan diminta menemani bantu-bantu. Entah seminar atau kunjungan atau keperluan yang lain. Gitu maksudnya, biar kita siap selalu jika dibutuhkan, tidak terkendala hanya karena masalah pakaian. Got it kan ya? Lesson kan?
Gimana? Udah mulai banyak kan hal-hal yang bisa kamu pelajari selama baca tulisan gue tentang pengalaman magang di KBRI? Lanjut ya.
Untunglah sejak jadi buddy itu gue insyaAllah sudah finish, putus hubungan dengan yang namanya baper. Wkwkwk. Jadi misalnya kamu masih hard feeling jika ada orang lain yang nasehatin kamu, mending masuk buddy yuk. Nanti diospek sama Mas Riyan CS wkwk. Gitu, masukan itu bukan buat menjatohkan harga diri kita. Justru karena orang lain itu berharap sama kita yang mana kita bisa perform lebih oke lagi, karena aspek lain dari diri kita udah oke. Cuman tinggal dibenahi satu sisi yang masih kurang cocok saja. Hanya saja, gaya orang memberi masukan itu beda. Ada yang low context dan high context. Apa itu? Japri aja gue di DM Instagram gue. Tapi follow dulu ya. Kalau dikit-dikit pas kita diberi masukan udah baper dan merasa offended ya gapapa sih, itu berarti kamu memang maunya gitu. Terima saja konsekuensinya. Toh, semua yang dipilih pasti ada konsekuensinya. Tinggal kamu nyaman nggak sama konsekuensi atas pilihan yang kamu pilih itu. Gmn, lesson kan?
Gue tadi pulang magang sekitar jam enam-an lah. Nggak langsung pulang sih, tapi muter-muter dulu di Big C bareng Mbak Ria. Di sana gue beli jambu bangkok super guedee isinya empat biji dan harganya cuma 65 Baht. Sekitar 20 ribu rupiah lah. Kamu tahu nggak sih kalau jambu biji Bangkok itu ruenyah banget? Damn! Anw, tadi gue juga ditraktir Mbak Ria dong. Biar di-mention di blog gue ini kali ya? Yakali. Hehek. Baik banget. Nanti jika kamu magang di KBRI dan ditempatkan di Atdag siapa tahu ditraktir beliau juga. Hahaha. Ngarep yaaa...~
Hari ini gue nemuin sesuatu yang baru saat makan di foodcourt Pantip dan Big C. Ternyata di sana gue harus isi saldo semacam kartu ATM gitu. 100 Baht. Nah baru kita bisa beli di tiap2 warung dan bayar pakai kartu itu. Kalau saldo kita nyisa, kita bisa refund di tempat deposit saldo tadi. Keren atau aneh? Kenapa ya Thailand nerapin sistem itu? Biar datanya transparan kali ya? Jadi pajak tiap pedagangnya bisa terlihat jelas. Mungkin saja. Gue juga ga tau sebenarnya.
Tadi kita juga mampir ke Daiso. -_______- jadi kangen Kumamoto. Gausah dibahas deh. Hmmm. Pengen minum dari keran lagi. Dahlah!
.
.
.
.
.
.
.
pengen jalan ke Shimotori lagi -____________-
.
.
dahlah
.
.
Oiya, ternyata gue termasuk orang yang beruntung hlo di Atdag ini. Karena gue anak magang yang sung diajak ke pameran seperti kemarin. Gue sih nanggepinnya ya alhamdulillah walaupun juga ga terlalu yang gimana-gimana karena kan staff-nya kan kemarin pada lagi sibuk dan tidak bisa diganggu dulu. Terima kasih juga anw. Kesempatannya luar biasa. Menurut cerita sih jarang aja ada anak magang yang diajakin gini. Yah, semoga ini adalah hal yang baik ya. Aamiin.
Gue suka heartbeat yang gue alami saat ngerjain tugas di Atdag. Mirip-mirip seperti kecepatan jantung saat IO mendadak ngasih info harus ini harus itu. Seru! Gue orangnya gitu sih. Biasa aja. Hahaha.
Udahan deh, lanjut besok. See ya!
0 notes
Text
Ceritanya Hantam Magang Di KBRI Bangkok : Atdag
Yeah I know it’s almost midnight. Dan gue juga baru aja kelar mandi karena abis pulang dari IMPACT Arena, Exhibition & Convention Center tempat berlangsungnya OTOP Expo. Gue bukannya jalan-jalan aja, tapi itu juga termasuk agenda magang gue yang baru berlangsung sehari. Endeuss kan?
Sawasdee Khrab!
Hari ini, Senin 22 Mei 2017 adalah garu pertama gue magang di KBRI Bangkok. Banyak sekali pengalaman seru yang gue alami di hari ini. Mulai dari ikut pertemuan kunjungan mahasiswa-mahasiswi agribisnis Pascasarjana IPB ke KBRI, ketemu sama Kak Jets, dan juga seru-seruan bantu-bantu di Atase Perdagangan KBRI Bangkok.
Sudah bukan cerita khayalan lagi kan kalau Bangkok itu panasnya bisa bikin mandi keringat? Bahkan pagi setelah mandi pun rasa-rasanya masih ingin tetap mandi. Lembab-lembab panas gimana gitu teh udara di sini. Bagi yang newbe seperti gue, harus beberapa jam buat adaptasi.
Gue tadi datang ke KBRI bareng Syifa (doi dateng kepagian, jam 7 udh sampai padahal masuk jam 9). Setelah bertemu dengan pak Sudarmanto, staff di Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud), kami langsung diajak bantu-bantuin persiapan nerima kunjungan dari Pascasarjana Agribisnis IPB. Dari nata-nata snacks sampai bantu-bantuin foto-foto selama acara.
Kami juga ikut nyimak pertemuan itu yang intinya membahas tentang bagaimana strategi Thailand kok bisa gencar banget masuk pasar-pasar luar negeri di bidang pangan. Sudah nggak jadi pertanyaan lagi jika Thailand jadi semacam katalog dunia untuk makanan. Muacem muacem makanan ada di sini. Sejauh yang gue pernah icip, gue suka semua. Masih masuk lah di lidah gue.
Kenyataan itu semakin dikukuhkan dengan branding Thailand sebagai The Kitchen of The World. Sumpah nya, gue baru denger itu kalimat dan langsung keinget matkul Brand Management. Hehehehek. Maksudnya gue nggak takjub banget, hanya saja semacam ada kalimat “Damn, that’s so kewl!” Kitchen of The World gitu lho. Dapurnya dunia, yang mana pasti ada buanyak makanan di sana. Dan bener kan?
Dalam pertemuan tadi, Pak Widodo, Atase Pensosbud menambahkan jika Thailand benar-benar serius menggarap agrikultur dari mentah menjadi matang. Maksudnya, bukan hanya fokus pada komoditi pangan mentah, tetapi juga diolah. Itu ditunjang dengan pendidikan jurusan pangan di Thailand yang mumpuni mulai dari riset, pengembangan, sarana dan juga laboratorium pangan. Sampai segitunya Thailand serius menggarap sektor ini. Siapa sih yang nggak butuh pangan?
Dari mengikuti pertemuan itu, gue dapet banyak banget insight tentang banyak hal terutama di bidang strategi pangan. Nggak hanya itu saja, tadi juga dibahas tentang masalah-masalah yang pernah menimpa Thailand seperti saat cadangan beras Thailand sangat melimpah dan harga jadi drop banget. Hukum supply and demand lah. Ternyata teh masalah bukan hanya bisa terjadi karena kekurangan, kelebihan bahan makanan, beras dalam hal ini pun juga bisa jadi masalah dan itu serius karena menyangkut sikap yang diambil pemerintah Thailand. Manteb lah pagi tadi belajar banyak hal banget.
Gue dan Syifa sempat tinggal beberapa jam di ruangan Atdikbud sebelum dibagi ke fungsi-fungsi atase. Abis makan siang gue ketemu sama Kak Jets yang selama ini hanya bisa komunikasi lewat facebook. Sekedar say hai anw biar kenal. Hehek.
Nah, akhirnya gue kebagian tempat di Atase Perdagangan (Atdag) yang dikomandoi oleh Bu Rita. Dari beberapa blog yang pernah gue baca sih, fungsi ini yang paling hectic dengan adanya dering telepon setiap saat dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan. Ternyata memang benar adanya. Gue langsung dikasih tugas oleh Bu Rita untuk terjemahin berita-berita yang menyangkut kebijakan-kebijakan ekonomi, industri dan perdagangan di Thailand. Terjemahin beritanya dari majalah maupun koran.
Nggak hanya itu saja, tadi gue setelah jam pulang kantor juga diajak ke OTOP Expo yang diselenggarain di Impact Arena, Exhibition & Convention Center. Jadi, OTOP itu singkatan dari One Tamboon One Product. Njir keren banget. Jadi gini sederhananya, pemerintah Thailand itu support banget dengan komunitas-komunitas yang ada di daerah-daerah. Setiap daerah punya satu produk unggulan dan di OTOP Expo ini produk-produk itu dijajakan. Nggak main-main hlo, dari tempat, layout dan dekorasinya bener-bener keren. Produknya juga bermacam-macam.
Di OTOP Expo ini ada juga peserta dari negara-negara selain Thailand yang masih masuk dalam ASEAN. Indonesia tadi ada empat booth dan semuanya mengangkat batik. Tadi gue diajak buat nemenin Bu Rita dan Pak Widodo yang berkunjung ke sana.
Gue juga sempat jalan-jalan ke bagian booth belakang yang khusus makanan. Demi Nyonya Meneer yang sudah berdiri sejak 1919 gue langsung ngiler saat lihat berbagai macam makanan yang dijual di sana. It’s like, “damn! I should control myself!!!” karena ya semuanya terlihat lezat. Apalagi juga harga yang ditawarkan sangat terjangkau. Bahkan bisa dikatakan murah jika dibandingkan dengan harga di Bandung. Kalau nggak inget gue tadi juga diajak makan bareng, gue udah nyicip satu-satu dah itu makanan.
Gue dahulu beli kain tenun khas Lombok melalui toko daring di Instagram harganya 185 ribu rupiah, di OTOP Expo ini, kain tenun yang bermotif mirip-mirip seperti daerah timur Indonesia dengan uang segitu sudah dapat dua sampai tiga lembar. Murah!!! Gatau kenapa gitu bisa semurah itu.
Satu kain yang gue taksir adalah kain yang kelihatan seperti kain jeans, tetapi itu tenun. Warnanya biru dan ada aksen-aksen putih gitu. Kece banget dah. Naksir gue.
Nah, expo atau pameran-pameran gitu adalah juga salah satu acara yang di-handle oleh Atdag. Sudah terasa belum ke-hectic-annya? Jika belum masih ada beberapa hari lagi kok gue di Atdag. Dan gue yakin, gue bakal lebih seru-seruan lagi bareng Bu Rita, Khun Prim, Khun Dom, Mbak Ria dan Mas Richard. Gue belum terlalu kenal anw, walau gitu gue yakin besok juga bisa lebih kenal.
Nah, terakhir tadi gue ikut makan malem gitu bareng tenants dari Indonesia yang ikut OTOP Expo bersama Bu Rita juga Pak Widodo. Keren sih, manteb banget KBRI respek sama penggiat industri kreatif Indonesia dengan salah satu caranya yaitu mengundang mereka untuk mengisi booth di OTOP Expo ini. Masih banyak Expo lainnya anw seperti Pameran Industri yang akan diadakan Juli ini. Manteb!
Oke segitu aja ya cerita gue di hari pertama magang gue di KBRI. Next, insyaAllah bakal masih tetep update tiap hari. Tetap semangat!
0 notes
Text
Ceritanya Hantam Magang Di KBRI Bangkok : Hari 0
Hey!
Seperti yang udah gue bilang di instastory gue rencananya mau nulis tentang kegiatan gue selama ikut magang di KBRI Bangkok. Soalnya, kata Bu Hani, walaupun cowok juga harus bikin diary biar ga susah pas nulis laporan magang nantinya. But, tidak hanya itu saja, alasan gue maksain nulis tiap hari juga biar bisa share pengalaman gue selama ngejalanin magang di KBRI. Buat junior gue juga nanti biar ada gambaran, ngapain aja dan seperti apa kegiatan magang di KBRI (Bangkok khususnya).
Kalau sempat, nanti bakal gue usahain buat jadiin bilingual. Lihat sikon dulu.
Sawasdee Khrab
Nah, berhubung seri ini adalah hari pertama gue bakal cerita tentang perjalanan gue aja kali ya dari Bandung sampai Bangkok. Banyak hal-hal yang gue temukan menarik buat di-share. Dari mulai gue salah liat jadwal Primajasa yang kecepetan, ketemu sama orang Pattaya di CGK, pesan Grabcar sendiri di Bangkok tanpa bantuan orang Thai, hingga ternyata Ibu Kosan yang baik banget.
Di periode ini, dari Telkom University ada tiga orang yang bakal magang di KBRI Bangkok. Selain gue ada juga Syifa dan Deni. Nah, Syifa ini temen sekelas tapi dia ambil pesawat yang beda, jadinya jadwal keberangkatannya juga beda. Kalau Deni, dia anak DKV dan mulai magang bulan Juni. Kita masuknya jadi ga barengan. Gue pergi sendirian, nggak sama kesayangan gue Aldiaan atau yang lain.
Gue akuin gue sempat ceroboh karena gak ngecek lagi tiket Primajasa gue. Gue udah yakin bener kalau jadwalnya jam 3 pagi. Jadinya pagi-pagi sekitaran jam setengah 2 gue udah riweuh ngangkat-ngangkat barang bawaan ke bawah. Sampai-sampai gue dibonceng sama Pak Satpam yang baik banget di kampus. Untungnya pas hari itu kampus baru beres ada event kontes robotik. Jadinya gue nggak usah melas minta tolong dibukain gerbangnya ke Pak Satpam. Heheh.
Nah, sesampainya di pool Primajasa gue shock dong pas dibilangin sama mbak-mbaknya kalau di tiket gue jadwalnya jam 4 pagi. Tahu gitu kan mending tidur dulu yakan. Soalnya ngantuk berat. Gue ga sempat tidur pas masih di asrama karena nanggung banget. Baru ngecek bener-bener beres packing jam dua belasan. Tidur di kursi di pool juga gabisa. Ya jadinya di tahan aja sambil main Pokemon Go. Lumayan nambah-nambah koleksi. Jadi, buat kamu nantin pastiin itu cek bener-bener jadwal tiketnya. Masih untung gue kecepetan yakan, kalau gue terlambat gimana?
Gue tiba di CGK jam setengah tujuh. Cepet banget memang gue akui perjalanannya yang cuma habisin waktu dua setengah jam dari Bandung ke CGK. Padahal jadwal pesawat gue jam setengah satu. Enam jam nunggu itu ya bosen-bosen gemes lah. E tapi tiba-tiba ada ibu-ibu yang duduk di samping gue yang lagi nge-charge. Ternyata doi juga nge-charge powerbank tapinya doi tinggal. Ngobrol-ngobrol deh kita, sampai gue disuruh mampir ke tempatnya ke Pattaya buat main kalau lagi senggang.
Jujur, ngobrol sama ibu-ibu itu nggak bikin ngantuk lagi. Doi cerita, ke Indonesia buat liburan. Doi abis dari Bali. E dan ternyata doi kaget pas ngerti pecahan uang di Indonesia yang besar banget angkanya. Katanya doi pusing ngitung uang Indonesia. Terlalu besar jumlahnya jika dibandingkan dengan kurs Baht. Obrolan kami udahan karena gue harus check-in.
Di ruang tunggu, karena bosen, gue Cuma mondar-mandir sambil nangkepin Pokemon. It’s like, seru aja di sana lumayan banyak pokestop-nya. Frekuensi pokemon yang muncul juga lumayan sering. Sampai gue bisa naik ke level 20 dari level 19 selama main di CGK. Ehehe.
Sebelum ini, gue pernah sekali ke Bangkok dan gue udah seneng banget sama transportasi umumnya : kereta api (MRT & BTS). Maka dari itu gue udah susun rencana sebelumnya, sesampainya di BKK gue mau naik ARL (Airport Rail Link) buat pergi ke kosan di Petchburi Rd. Jadi, gue udah ngumpulin info-info mulai dari rute, harga, frekuensi, dan estimasi tiba di stasiun Phayathai. Gue seneng banget sama transportasi ini di Bangkok karena bersih dan cepet. Dari segi harga dan kecepatan, dibanding dengan taksi, ini jauh lebih murah dan jauh lebih cepat. Cuma 45 Baht saja dari BKK ke Stasiun ARL Phayathai. Kalau dirupiahin, sekitar lebih kurang 17 ribu lah. Kalau gak salah inget, tadi gue cuman ngabisin waktu sekitar 15 - 30 menit dari BKK- Phayathai.
Nah, kemudian gue juga niat banget ingin pesan grab sendiri di Bangkok. Ya walaupun kelihatannya gak penting banget ya kan keinginannya dan terlihat norak mungkin, tapi ini selalu jadi keinginan tersendiri kalau pergi ke tempat-tempat baru. Setelah yang pertama dulu gue udh pernah ngerasain get lost naik bus omprengan di Bangkok. Sama Itsaradech dahulu naik apa ya, lupa gue. Bukan tuk-tuk. Sekarang gue pengin pesen grab sendiri. Next, harus cobain tuk-tuk.
Gue nggak tahu juga sih di Bangkok ini apa Grab udah legal atau belum. Hanya saja, gue lihat di Stasiun ARL Phayathai ini ada pool Grab Taxi. Keren ya. Nggak rusuh.
Oiya, tadi driver grabnya cewek dan keren. Dari Stasiun Phayathai ke kosan kena THB 54, sekitar 21ribuan. Gue kasih 100 Baht, eh dikembaliin 50 Baht. Doi ga enak kali ya soalnya tadi gue nunggu lama karena doi kena macet pas mau jemput. Lumayan juga padahal yakan 4 Baht mah. Akhirnya, gue minta kembaliin 40 Baht ajalah biar simple.
Kosan gue namanya Manoo House, di Soi 9 Jalan Petchburi. Eh ternyata eh ternyata, yang punya orang Bali. Beliau juga salah satu pegawai di KBRI di Bangkok. Sesuatu. Saudaranya juga alumnus Telkom University. Hmm. Jarak kosan gue sama KBRI deket, 5 menitan paling kalau jalan. Kalau di kampus ya ibaratnya kampus FKB ke gerbang Permata Buah Batu. Harganya di THB 8500 selama sebulan (gue 35 hari). Bisa diisi dua orang. Isi kamarnya lengkap banget, worth it lah kalau gue bilang. Apalagi kalau berdua, biar ga sepi banget dan bisa share jadi lebih manteb. Oiya, ini bentuknya rumah private gitu tapi ada beberapa kamar yang sengaja disewain. Mungkin kebanyakan juga temen-temen yang magang di KBRI kali ya. Gue belum sempat ketemu dan kenalan euih. Mungkin besok. Gue rekomendasiin tempat ini deh buat kamu yang besok rencananya mau magang di KBRI di Bangkok.
Nggak sampai situ juga hlo, Ibu Susan, begitu namanya, juga nyiapin snacks gitu di kamar. Snacks Indonesia gitu macam Beng-Beng dsb. Baik banget sumpah. Di dalem kulkasnya juga disediain air. The best lah kalau gue bilang. Ga ada jam malam juga. Asalkan bisa jaga sikon aja, ga rame dan ga neko-neko. I sedddappp.
Anw, gue dapet kontak Ibu Susan ini dari Resti, anak Permitha dan juga temen gue waktu SMP dulu. thanks banget Rest!!! Walaupun di situ keterangannya Ibu Susan nyari perempuan, tapi gapapa kok cowok juga. Asalkan berkabar saja. Hehek.
Oiya, gue tadi makan Seafood Suki pinggir jalan. Enak njir. Senernya mirip pak lay, tapi ini seperti ada kuah tomyam-nya. Semoga nanti pas bulan Ramadhan bisa ngontrol nafsu makan lah. Kalau enggak, bisa-bisa gue membengkak banget badannya. Padahal mah ini udah bengkak banget kek bakso cincang Mang Japra Sukapura -,-a
Gue juga tadi sempet nge-take footage buat ala-ala flight review gitu. Jadi rencananya gue bakal unggah review Thai Airways : CGK – BKK, BKK – HAN, HAN – BKK, BKK – CGK. Soalnya gue pernah nyesel nggak ngelakuin itu pas kemarin ke Fukuoka. Padahal mah buat sekarang-sekarang ini kesempatan itu nggak setahun sekali. Kelarin skripsi dulu. Anw, pesawatnya tadi beda euih sama yang terakhir gue sama Aldi naikin yang ke Bangkok juga. Tadi seat-nya 3-3-3. Padahal dulu mah 2-3-2. Interiornya juga beda. Sayapnya juga enggak terlipat. Pesawat baru kali ya? Nggak tau deh.
Nah, buat prolog, segini dulu cerita gue. Rencana gue, insyaAllah gue bakal update terus per hari. Jadi biar ga lupa-lupa gitu. Masih fresh ceunah.
0 notes
Text
ESC : One In A Million Opportunity You Have To Grab
Hey Yo!!!
Actually it’s gonna my very late post. wkwkwkwk. In August 2016 I participated in a challenging yet amusing program, Engineering Service Community (ESC) for two weeks. ESC was a program held by Telkom University and it was an international events. The participants were from two countries : Indonesia (Telkom University) and South Korea (Pusan National University, Kyungsook National University, Dong-A University and Korea Maritime and Ocean University).
Most of the participants were engineering students. It’s just a lil’ peeps who were from non-engineering study including me. So, it’s my opportunity to have a new networks since I’m a marketing communication student.
One of this program’s goal was to help the villagers to be more productive. We were divided into eight teams. Each of team had different issues and should helped the villagers to solve it. I was in MOA Team with Jin Soo-i Hyeong, Min Jeong-i Dongsaeng, Sita and Bang Jidin. We made a podium for a mosque in Cibuligir Village. We decided to make podium because the mosque didn’t have any podium with bookshelf so they put Qur’ans not properly and its were so dusty.
What interesting things in this program were the location, the participants and the local environment. Cibuligir village’s located in Tasikmalaya. It’s about 3-4 hrs by bus from my campus, Telkom University. The road was not always smooth amazing. If it’s not mistaken, we should ride a 4WD car to reach there because the area was so rocky-yet-muddy and slippery. High technique and terrific ability were a must have to across the road.
We stayed at the local houses. It was really comfy to stay there beside the hosts were really kind, the weather also nice. It’s not too cold yet it’s colder than Bandung. Of course, since we lived in the mountain. They also served us the local delicacies. I mean, they’re farmers and that time they had a cassava harvest time. They boiled cassava leaves and made such a creative cassava-based food. Unfortunately I forgot the names. They also fried fishes from their ponds. They had their own fish ponds in every single house. Interesting! Ah ya, if you want to try such a shockingly spice, you have to try their sambal. It’s really spicy for god’s sake.
We stayed in the village for two days. During that time, we had fun activities like warming up in the morning, briefing, having fun games, and observing the issues. The ESC 2016 committees were so helpful and friendly. They helped us in case we had something we didn’t know. Moreover they were always smiling, although we knew all of us were so tired.
For the rest days, we were producing our product in Bandung. We had to design first, buy the materials, cut, paint, and do all of the steps by ourselves. In each teams we were divided into five roles : designer, mapper, communicator, journalist and accountant. I was a mapper. The job was to take photos of my team’s activities and report it to the committees.
We were back to Cibuligir Village to install our products. I was really happy because the villagers were happy too. It’s not because we helped them, but they helped us to be more productive and had new skill. I would like to say thank you very much for this kind of one in a million chance Universe gave to me.
The other amusing part of this program was the outing session! Yeah we had one day outdoor program and we were so excited. We did rafting, flying fox, garden party in Pangalengan and we also visited Trans Studio Mall to have a shopping time.
Min Jeong, my team member was a coffee-addict. She asked me to find Luwak Coffee –one of the most popular and delicious coffee in the world, originally from Indonesia. We looked around TSM and finally we got it in Excelso. Actually, formerly it was just Min Jeong, but the other Koreans saw us. Soooo at that time, Excelso was so full of Koreans. Wkwkwk.
Aaah, I’ll never forget the moment I experienced by joining this program. ESC was so positive. Beside you could get new international networks, trust me you will find grace that God always blesses you in every single time. So for me, it’s not me helping the community but they helped me so much to improve myself.
Anw, I made a short video. Check this out!
youtube
I do recommend you to join ESC program this year. You may see the poster below. Have a great time friends!
youtube
0 notes
Text
Mercury And Health
Hey what’s up!
In the previous post, I’d already mentioned that Kumamoto University 2017 Spring Program was an amazing program. If you haven’t read my story, you may read it here.
Well, this morning I got an e-mail from Mr. Lander Bryant Sims, staff of Kumamoto University. He sent me the result of my mercury test I took when visiting Minamata. If next year you join this program, I do recommend you to take this test. It’s free. The result said that my mercury level inside my body was below 1 ppm. And it’s good because from the information I got from WHO (World Health Organization), anything below 5 ppm was considered as safe. Fyuh~
Because I don’t have any hair ( -,- ) I cut my nail to be analysed. Usually they use hair to analyse the mercury level inside the body. But in case we don’t have any, we still can use our nails. Isn’t it great?
Actually I was a lil’ bit worry because almost every day I ate fishes. I do like fish, especially sea fishes. Moreover when I was living in Japan, the hotel where we’re staying there always provided fishes as our breakfast menu. In the evening, we ate fresh sushi. So I could say that my life in Japan was lyk no day without fish. Yet it was really super ultra delicious! I like fish omg!!!
Talking about the history of Minamata Disease, it was began when Chisso Factory wasted the mercury waste to Minamata Shore. It was infecting the living creatures there, especially fishes. And when the citizens consumed those fishes, absolutely the mercury also entered their body. Because the fishes already contaminated by the mercury. You may search in youtube how terrible Minamata Disease is.
Anw, they gave me an e-flyer to describe anything about mercury. Let’s learn :
You may learn more about Minamata Disease here : http://www.nimd.go.jp/english/
0 notes
Photo
FOX RAIN
artwork by nandatrimahar (c) 2017
____
Yeay, finally I post new artwork on my dusty tumblr after ages! Recently I was practicing to play Fox Rain song (Gumiho OST) on keyboard. And when I drew this, Bandung was raining. So I think universe was giving me bless to create this simple artwork thing.
youtube
0 notes
Text
Awesomeness of Kumamoto University 2017 Spring Program
こんにちは !
Halo
Akhirnya aku sampai juga di negeri Sakura. Seperti yang sudah sempat aku sebut di sini, aku mengikuti Spring Program 2017 yang diadakan oleh Kumamoto University, Jepang. Programnya sepuluh hari terhitung dari tanggal 14 Februari 2017. Well, let’s take a look!
Hello
Finally I’m in The Land of Sakura! As I mentioned here, I was joining Spring Program 2017 which was being held by Kumamoto University, Japan. It was ten days counted from 14 February 2017. Well, let’s take a look!
Dari Telkom University ada lima orang peserta yang berangkat ke Jepang. Kami berasal dari jurusan yang berbeda-beda : Informatika, Teknik Industri, Managemen Bisnis dan Teknologi Infomatika, dan Ilmu Komunikasi. Kami membuat grup BDG48 karena ada satu mahasiswi ITB dan satu mahasiswa UGM yang juga turut dalam program ini.
From Telkom University there were five students who were going to Japan. We were from different majors : Informatics, Industrial Engineering, Business Management and Informatics Technology, and Communication Science. We call our group as BDG48 because we have one student from ITB and one student from UGM who also joined in this program.
Hari pertama di sini penuh dengan keterkejutan! Pesawat yang aku naiki bareng Aldiaan mendarat di Bandara Internasional Fukuoka pada pukul delapan pagi setelah sekitar empat jam mengudara dari Bandara Svarnabhumi, Bangkok. Selama kurang lebih delapan jam kami menunggu jemputan dari orang berjaket kuning dari Kumamoto University. Selama itu pula, kami mengamati beberapa orang yang juga berdiam diri di lobi bandara. Tetapi, kami lebih memilih untuk mojok di dekat 711 yang ada charger-nya.
Well, sebenarnya kami curiga mereka adalah juga peserta yang sama dengan kami. Semakin lama kecurigaan kami semakin benar ketika kami akhirnya berkenalan dengan tujuh orang rombongan dari Nepal yang ternyata juga peserta Kumamoto University 2017 Spring Program. Well, it’s kinda funny because why we didn’t just approach them earlier so we have chit-chat partners?
Dan mulai dari situ, satu persatu peserta ikut bergerombol dengan kami karena kami mengeluarkan brosur Kumamoto University 2017 Spring Program. Dan ternyata ada juga rombongan peserta yang satu pesawat dengan kami dari Bangkok. Duh. Jika kami tahu dari awal, pasti akan lebih seru. Salah satu rombongan dari China akhirnya juga bergabung dengan kami ketika menyangka Aldiaan adalah salah satu staff dari Kumamoto University karena berjaket kuning. Yah, hanya satu petunjuk itu yang kami dapat dari penyelenggara. Jaket kuning.
My first day here was so incredible! My flight that I took with Aldiaan was landed at Fukuoka International Airport at 8 A.M after flying around 4 hrs from Bangkok. We was waiting for the yellow-jacket-guys from Kumamoto University for about 7 hrs because they would picked us up in the afternoon. At that time we saw so many people were also sitting in the lobby. But, we chose to sit near 711 to charge our mobile phone.
Well, actually we thought that they’re also the participants same like us. And finally seven guys from Nepal recognized us as participants of Kumamoto University 2017 Spring Program because of the brochure I opened. Well, it’s kinda funny because why we didn’t just approach them earlier so we have chit-chat partners?
And then one by one was gathered with us. We also recognized there were the same flight passengers with us that also participants of this program. Hmm, if we knew form the beginning I might be more fun! One group from China finally found us because of the yellow jacket Aldiaan were wearing. They thought that he’s staff of Kumamoto University who would picked us up. Because we just had that one sign from the organizer. Yellow jacket.
Kami belajar banyak hal selama mengikuti program ini. Dari materi-materi yang diberikan, kami belajar tentang Kumamoto serta khasanah budaya Jepang pada umumnya. Kumamoto memiliki pesisir dan kaldera yang begitu luas. Kumamoto juga adalah daerah dengan sumber air yang melimpah serta memiliki kualitas air yang luar biasa bersih. Bahkan kami bisa meminum air itu mentah-mentah dan rasanya sungguh lezat. Satu hal yang sangat tidak mungkin kami lakukan di Indonesia, Bandung khususnya dimana tempat aku tinggal saat ini.
We learned so many things during participating in this program. From the lectures given, we also learned about Kumamoto and Japanese cultural itself. Kumamoto has beaches and wide-range caldera. Kumamoto is a land of water which has excellent quality of fresh water. We can directly drink the water from everywhere (except closet) and it’s really amazing delicious. That was one thing which I couldn’t do in Indonesia, especially Bandung where I live in now.
Kumamoto memiliki sumber pengelolaan air yang berada di Kengun. Ketika aku mencoba merasakan air di Kengun, rasanya seperti ada manis-manisnya. Enak banget! Seriusan deh. Lebih enak dari air kemasan paling terkenal di daerah tempat aku tinggal di Indonesia. Kengun memiliki banyak sumur yang di dalamnya menyemburkan air yang sangat kencang. Semua itu terjadi secara alami tanpa pompa elektronik.
Kumamoto has a water resource management in Kengun. At that time, I tried to drink fresh water in Kengun and you know what, the taste was like sweet and fresh! It’s was super yummie! I’m serious! It was more delicious than the famous bottle-ed water in Indonesia. Kengun has so many wells and the water spouted in it naturally.
Setelah mampir di Kengun kami mengunjungi Suizen Ji Jujou Park, sebuah taman yang sungguh luar biasa indah. Penataan lansekap-nya begitu apik dan aku benar-benar sampai tidak percaya melihat pemandangan yang biasanya hanya bisa aku lihat melalui lembaran buku atau layar kaca. This was really awesome! Bunga Sakura, jembatan kayu, kuil, pernah pernik Jepang semuanya menyatu menjadi perpaduaan yang sangat harmonis. Apalagi dengan suhu Kumamoto yang sejuk membuat suasana semakin nyaman.
After visiting Kengun we head to Suizen Ji Jujou Park, the most beautiful park I’ve ever seen. The landscape was soo pretty and it was like unbelieveable I could see this kind of scenery lively. This was really awesome! Sakura, wooden bridge, shrine, Japanese acessories united and formed a harmonic mood. Moreover, the weather in Kumamoto was so cool so it’s more enjoyable.
Kami juga sempat mengunjungi Kaldera terbesar di Kumamoto, Aso. Saat itu, Aso sedang bersalju. Dan itu membuatku sangat senang. Sebagai seorang yang lahir dan tumbuh besar di negara tropis, salju alami merupakan hal yang hampir tidak mungkin ada. Mengunjungi pegunungan bersalju merupakan hal yang tidak akan pernah aku lupakan selama hidup.
We also visited the biggest caldera in Kumamoto, Aso. At that time, Aso was covered by snow. IT MADE ME SO EXCITED! For sure! As a “tropical-land people” snow is so impossible for me. Visiting snowy mountain was one of my unforgettable moment in my life.
Aso merupakan daerah yang begitu subur dan sangat cocok untuk beternak kuda atau sapi. Aku sempat mencicipi susu segar dan es krim asli Aso dan rasanya sangat lezat. Sepertinya sapi-sapi perah ini memiliki kualitas pakan yang bagus sehingga bisa menghasilkan susu yang begiku nikmat.
Aso is a very fertile land and suitable for horse or cow farming. I tried fresh milk and ice cream in Aso and you know what, it’s sooo awesome delicious. I think cows in Aso have a very good meal so their milk tasted so good.
Penduduk di Aso juga sangat ramah. Kami mampir di satu rumah penduduk di pinggir jalan dan kami disuguhi satu set onigiri dan sup panas berisi sayur mayur. Jangan ditanya rasanya, sungguh kelezatan alami! “Sumimasen, ocha onegai simashu?” Bahkan aku beberapa kali meminta tambah teh hangat yang turut serta disuguhkan di sana. Berlatarkan Gunung Aso, aku menikmati hari layaknya penduduk lokal.
People of Aso were so friendly. We stopped by the villager house and they served us a set of onigiri complete with hot-fresh vegetable soup. Don’t ask about the taste, IT WAS SO NATURALLY YUMMIE!
“Sumimasen, ocha onegai simashu?”
Even I asked for more green tea. With the background of Mt. Aso, I enjoyed the day like a local.
Satu hari sebelum kami mungunjungi Minamata, kami mendapatkan materi tentang Tragedi Minamata. Tragedi Minamata merupakan satu momen ketika alam mengingatkan kita untuk tetap hidup saling menjaga bukan merusak. Selama berpuluh-puluh tahun, Chisso menyemburkan limbah merkuri ke perairan Minamata dan mengontaminasi kehidupan hayati di sana. Akibatnya, penyakit yang menyedihkan pun menyerang. Jika kamu pernah mendengar tentang Penyakit Minamata, nah seperti itulah keadaan manusia dan hewan yang terkontaminasi merkuri akibat limbah perusahaan itu. Anw, kamu bisa mengetahui penyakit Minamata di sini.
One day before going to Minamata, we had a lecture about Minamata Tragedy. It was a moment when mother nature warns us to keep each other and live wisely, not destroying. For tens years, Chisso wasted their mercury waste to Minamata Coast and it contaminated the nature life there. For the consequence a terrible disease stroke people. Anw, you can observe more about Minamata Disease here.
Adalah Eiko Ueno, salah seorang yang terkena dampak dari pencemaran merkuri di Minamata. Meskipun dia masih hidup sampai saat ini, tetapi ia harus mengalami kehidupan yang pahit karena kematian suami dan anaknya akibat merkuri yang meracuni tubuh mereka. Dia bersama teman-temannya sekarang masih aktif dalam restorasi Minamata. Tragedi Minamata yang Eiko Ueno ceritakan selayaknya membuka mata kita untuk tetap ramah dan turut menjaga lingkungan demi kehidupan masa depan, kehidupan keturunan kita.
It was Eiko Ueno, one of the victim of mercury pollution in Minamata. Tho she’s still alive until now, she has to face a very bitter life because of her husband and daughter death. Minamata Tragedy which Eiko Ueno told should be a warn for us to keep wise and take care of the nature not only for us but our next generations.
Hal yang sangat membuatku mengernyitkan dahi adalah ketika merasakan suhu dingin di Teluk Minamata. Minamata berada di daerah pesisir, tetapi dingin luar biasa. Apalagi saat itu angin menghembus kencang. Tetapi kami tetap bisa menikmati keindahan Teluk Minamata dan juga memberi penghormatan pada korban kelalaian manusia berpuluh-puluh tahun lalu, yang dimonumenkan dalam monumen peringatan Minamata.
One thing that I had to frown my forehead was the temperature of Minamata Bay. It’s a bay but it’s really cold! Moreover the wind speed was blowing fast. Anyway, we enjoyed Minamata Bay which also the monument for respecting the victims of Minamata Tragedy.
Jika berkunjung ke Jepang tanpa menikmati pemandangan Sakura, sepertinya kurang afdhol. Masih di kawasan Minamata, rombongan bus kami berhenti di resto yang berada di atas bukit. Dari situ kami bisa leluasa memandangi laut, bukit hijau, kebun jeruk yang sedang berbuah, dan juga gugusan bunga sakura yang sedang bermekaran di sepanjang jalan. Kedamaian dan harapan baru aku rasakan saat itu ketika tunas-tunas mulai tumbuh dan kuncup-kuncup bunga mulai bermekaran, mereka siap untuk menghadapi hari esok.
If you visit Japan without enjoying Sakura landscape, I think it’s not Japan! Still in Minamata area, our bus stopped in a restaurant on the hill. From that place I could see sea, green hill, orange garden, and also blooming sakura trees along the way. I felt peacefulness and new hope when seeing blooming sakura. It’s like, they’re ready for facing next challenging days.
Kamu tahu wagashi? Wagashi adalah kudapan ringan berbentuk kue yang terbuat dari tepung beras. Rasanya manis dan bentuknya beragam. Di dalam kelas Japanesse Sweet kami belajar membuat wagashi. Di sini ternyata benar ya bahwa makanan adalah seni. Wagashi sangat kecil, tetapi beragam bentuk dan untuk membuatnya tidaklah mudah. Perlu keterampilan khusus untuk membuatnya begitu rapi. Oiya dalam membuat wagashi, harus memuaskan lima pancaindera lho : Penglihatan, berarti bentuk desainnya harus bagus; Peraba, ketika masuk lidah, wagashi harus bertekstur nyaman; Penciuman, wagashi harus harum; Pengecap, pasti, Wagashi harus lezat; Pendengaran, wagashi harus memiliki nama yang indah.
Do you know wagashi? Wagashi is a sweet snacks made from flour. Wagashi has so many cute-kawai shape. We learned to make wagashi in the class of Japanese Sweet. Wagashi is so artsy. Food is an art. Wagashi is so tiny but for making it’s not that easy. It needs such a special ability to make it well done. A good wagashi has to satisfy our five senses : vision, the shape must be so artsy; touch, well texturize; smell, wagashi should have a good smell; taste, it should be tasty, not too sweet; hearing, wagashi should have a good name.
Selain wagashi, kami juga belajar menulis kaligrafi Jepang. Para mahasiswa yang tergabung dalam klub kaligrafi di Kumamoto University membantu kami dalam melakukannya. Menulis kaligrafi membutuhkan tingkat konsentrasi yang begitu tinggi dan pengalaman berulang-ulang supaya hasil tulisannya bagus.
Beside wagashi, we also learned to write Japanese Calligraphy. The students from Calligraphy Club of Kumamoto University helped us to do it. Writing calligraphy needs such a high concentration and we have to do it oftenly.
Jepang termasuk menjadi negara di mana industri musiknya mempunyai ciri khas dan lumayan maju. Dalam program ini kami juga belajar tentang J-Pop dan tren industri musik yang sedang berkembang. Kami belajar bernyanyi dan juga menulis lirik lagu. Kelas yang sangat menyenangkan ini juga terasa bertambah seru saat Mr. Chang memainkan jemarinya di atas tuts piano.
Japan has advance music industry. In this program we learned about J-POP. We sang and wrote a song lyrics. This fun class was more exciting when Mr. Chang played his agile fingers on his piano tuts.
Untuk mengerti sistem keluarga di Jepang, kami belajar tentang pernikahan di Jepang. Kelas ini sangat menarik karena tren menunjukkan bahwa anak muda Jepang saat ini lebih memilih untuk tetap menjomblo. Wah, Jepang asik banget kan buat jomblowan jomblowati seperti kamu?
To understand about Japanese family system, we learned about Japanese marriage. This class was so interesting because it showed the trend about Japanese youth who recently chose to be single. Wow, Japan is so awesome right for single-men like you? :”)
Salah satu kebahagiaanku yang lain adalah aku bisa bermain piano saat farewell party. Woohoo !!! Aku main lagu OST Spirited Away – One Summers Day, AKB48 – Sonichi, OST Naruto – Nakushita Kotoba, Naotoru Moriyama - Sakura dan 2NE1 – Missing You. Aku sungguh bahagia bisa memainkan lagu Jepang di Negeri Sakura!
One of my other happiness was I played piano at the farewell party. Woohoo!!! I played song from OST of Spirited Away (Sen to Chihiro) – One Summers Day, AKB48 – Sonichi, OST Naruto – Nakushita Kotoba, Naotoru Moriyama - Sakura, and 2NE1 – Missing You. I was really happy playing Japanese songs in the Land of Sakura!
Mengikuti program ini merupakan salah satu kebahagiaan bagiku. Aku mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman baru tinggal di daerah yang sangat berbeda denganku selama ini. Aku merekomendasikan bagi adek-adek junior saya untuk mengambil progam ini tahun depan. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi kamu untuk tetap belajar dan stay humble.
Participating in this program was one of my own happiness. I got so many knowledge and new experience living in a very different place. I recommend you, my juniors to take this program next year. I hope this writings can be an inspiration to stay studying and stay humble.
Terima kasih :)
Thank you :)
ありがとうございました :)
PS : I made 3 videos about my activities during participating in Kumamoto University 2017 Spring Program. Take a look!
youtube
youtube
youtube
Once more, I would like to say thank you very much to the staffs of Telkom University International Office, The Helpful Mr. Lander Sims, The Wide-Nice-Smile Mr. Christoper Johnson, the lecturers, committee of Kumamoto University 2017 Spring Program, Mas Doni and the other member of PPIJ-K, Bu Mia and my lovely friends participants of this awesome program <3
Terima kasih :)
Thank you :)
ありがとうございました :)
0 notes
Text
Sekilas Mengintip Jakarta
Well, aku akhir-akhir ini memang sering Bandung-Jakarta, Jakarta-Bandung. Ada urusan yang harus aku selesaikan di Jakarta. Ceritanya, bisa kamu baca di sini. Dalam tulisan ini aku hanya akan bercerita tentang pengalaman singkatku menikmati Jakarta sebagai “turis” Ibu Kota Indonesia ini. Sebagai wisatawan walaupun dadakan, tidak afdhol jika tidak menikmati kota tanpa mencicipi fasilitas transportasi umum, jalan trotoar, mampir ke kuliner khas dan juga landmarks yang dimiliki Jakarta.
Sebagai gerbang utama dari jalur rel untuk memasuki Jakarta, Stasiun Gambir tampaknya sudah semakin pede menyambut tamu-tamu Ibu Kota. Sederhana saja, aku menilainya dari fasilitas toilet yang nyaman dan bersih banget. Musholla-nya juga begitu. Layak lah. Hal ini berbeda ketika beberapa tahun lalu aku ke Stasiun Gambir dan mampir ke toiletnya. Beuh, dahulu kotor banget. Tidak mencerminkan sebuah stasiun besar. Hanya saja, yang sekarang menurutku masih perlu diperindah ya di berbagai sisi seperti cat-nya yang bertahun-tahun kok warnanya hijau. Atau itu memang icon-nya ya? Kalau dibuat beda per-season itu kok sepertinya asik juga. Misalnya pas bulan Agustus gitu nuansanya merah-putih, musim-musim perayaan hari proklamasi lah. Anw bulan Januari kemarin di tengah-tengah aula Stasiun Gambir malah dipasang replika pohon sakura. Wkwk. Agak aneh sih sebenarnya. Area parkir menurutku juga jadi variabel penting dan sekilas kemarin aku lihat parkirannya rapi. Gatau deh kalau ada area yang masih kacau. Setidaknya area parkir yang di depan Kantor Kemenhub (lupa kantornya, semoga benar) sih rapi.
Jalan trotar di sepanjang jalan protokol Ibu Kota besar dan nyaman untuk dilalui. Aku sempat berjalan kaki dari Kedubes Jepang menuju Stasiun Gambir. Jaraknya ya lumayan lah, tidak terlalu jauh. Sepanjang jalan, aku tidak menemui sampah. Bersih banget. Di sekeliling juga melihat pohon-pohon yang disusun rapi baik itu di depan gedung atau di tengah-tengah jalan. Keren. Apalagi waktu itu tidak terik, jadi suasana jalan kaki ini semakin nyaman.
Terakhir aku mengunjungi monas itu saat aku masih SMP dahulu. Lama banget! Jelas lah feel-nya beda. Tugu phallic kebanggan Indonesia ini menjulang tinggi, mencerminkan kegagahan serta kesuburan. Yah, bisa dilihat dari suburnya rumput hijau di bawah Monumen Nasional. Monas berbentuk lingga yoni, bukan? Simbol kesuburan dari nenek moyang. Semoga selalu subur ya, negeri ini. Yang menarik, kenapa yaaa justru phallic ini menjulang tinggi di antara simbol-simbol agama? Maksudnya, kan kalau di foto dari gerbang masuk dari Gd. Sapta Pesona, Monas ini menjulang tinggi jauh melebihi Istiqlal dan Katedral. Does it make any sense? :) silakan.
Anw aku ada sedikit cerita tentang katedral dan aku. Tetapi aku belum bisa menuliskannya.
Pada kesempatan selanjutnya aku sempat mencicipi naik Mpok Silvy eh Mpok Sity maksudnya. Hehe *peace. Mpok Sity adalah fasilitas yang ada di Jakarta bagi masyarakatnya yang ingin merasakan keliling kota Jakarta. Mpok Sity berbentuk bus tingkat atau double decker. Dan demi Charles Goodyear Si Penemu Ban Karet, ini adalah kali pertama aku naik bus tingkat! And it was realy exciting! Norak ya? Pasti. Aku naik dari halte Monas, kemudian ambil yang jurusan kota, turun di daerah Gajah (lupa), naik lagi yang jurusan kota tua, dan akhirnya ambil yang jurusan Senayan di halte Juanda. Lengkap sudah aku mencicipi semua trayek Mpok Sity. Busnya keren hlo, adem dan tidak sumpek. Dan yang lebih kerennya lagi, aku tidak ditarik biaya alias gratis. Tidak peduli identitasku bukan KTP Jakarta, but still I got it for free. Petugasnya juga ramah, aku tanya-tanya banyak dan dijawab dengan sabar. Ya gimana ya, kan kepo yakan. Antara kepo atau norak malu-maluin aku juga kurang paham seh :D Oiya, supirnya juga fasih berbahasa Inggris hlo. Kemarin ada bule yang nyasar tapi terus dibantu dijelasin sama supirnya.
Aku ada sedikit kritik dan saran nih untuk Mpok Sity :
1. Lagu yang diputar di bus kalau bisa yang a la a la Jakarta atau Indonesia saja seperti keroncong bukannya malah lagu-lagu Barat. Tentunya lagu-lagu Indonesia pilihan dong ya bukan yang galau-galau seperti kamu. Maksudnya, kan konsep Mpok Sity ini kan City Tour Bus ya berarti kan doi mengenalkan Jakarta, sebagai Ibu Kota Indonesia lho. Walaupun yang naik kebanyakan juga masyarakat lokal. Tetap saja bus ini fokus peruntukanya untuk pelancong. Aku nggak paham sih apakah ada sistem yang juga ikut mengatur pemutaran lagu di dalam bus Mpok Sity ini, kalau pilihan lagunya sesuai kesukaan supir kok aku kurang setuju ya. Sebaiknya hal kecil seperti ini juga jadi perhatian pengelola. Selain untuk menemani perjalanan, ini juga bisa termasuk melestarikan kebudayaan. Apalagi jika diulang-ulang, kemungkinan bear akan masuk lebih dalam.
2. Halte Mpok Sity sebaiknya diremajakan secara berkala. Walaupun Mpok Sity ini gratis, halte yang menarik tentunya juga akan menarik pengunjung hlo. Apalagi jika dibuat pembatas antrian yang jelas sehingga orang bisa tahu di mana harus mengantri, dan di mana harus memberi ruang untuk penumpang turun.
3. Halte Mpok Sity kekurangan informasi. Sebaiknya dipasang infografis yang menarik dalam halte-nya, sehingga penumpang bisa tahu trayek-trayeknya. Oiya, ternyata tidak semua bus Mpok Sity berhenti di halte yang sama hlo. Nah, tentunya ini penting untuk memberi nama halte. Mungkin sudah ada ya dan penduduk Jakarta mungkin sudah tahu, tetapi aku sebagai turis pemula di sini tidak menemukan nama haltenya.
4. Sebaiknya papan penanda di halte Mpok Sity dibuat dari bahan yang solid. Menurutku ini miris sih, dibandingkan dengan busnya yang nyaman banget tetapi dari haltenya terlihat tidak eughh. Maksudnya, kurang cetarrr. Yakali penanda trayek cuma dibuat dari kertas, di-laminating, terus ditempel di tiang? Mana menarik? Nggak solid lagi. Jadinya kepleh kepleh. Aku membayangkan dibuat infografis simple dari bahan solid dan dengan warna kontras gitu pasti lebih menarik.
5. Kertas “tiket” buat apa ya? Aku menduganya untuk menghitung jumlah penumpang dalam satu hari. Tetapi apa itu efektif ya? Mengapa tidak menyisipkan teknologi presensi di dalam Mpok Sity? Lagi pula, kertasnya Cuma berisi tulisan highlight “GRATIS”.
Kemarin aku juga sempat mampir ke Ragusa yang konon katanya tempat makan es krim asli Italia tertua di Jakarta. Ini kali kedua setelah dahulu aku bersama teman-teman SMA-ku makan bersama di sana. Yaah, jadi kangen mereka lagi yakan. Kalau mampir di Ragusa, jangan lupa juga pesan asinan Jakarta. Enak hlo.
Jika ke Jakarta sebagai pelancong, tidak afdhol rasanya jika tidak merasakan naik bajaj. Dan ya, persis, ini pertama kalinya juga aku naik bajaj. Hehe. Sebenarnya aku sudah menyukai bajaj dari dahulu karena aku lihat doi kecil, lincah dan pandai ngeles. Kek rasanya geli sendiri pas lihat tuh bajaj jalan terus belok terus lari. Wkwk. Oiya, untuk menghindari oknum supir bemo yang malak harga, mending kamu hitung dulu jarak tempuh dengan gMaps atau aplikasi gojek. Nah, jika sudah tahu nanti kamu bisa tawar harga supaya dapat harga yang pas. Kemarin karena aku buru-buru takut tertinggal kereta, aku naik bemo dari dekat Sapta Pesona ke Stasiun Gambir dan aku bayar sepuluh ribu. Bagiku, itu tidak apa-apa sih, walaupun dekat hlo sebenarnya, tetapi kalau aku tempuh dengan jalan kaki, aku pasti akan ketinggalan kereta. Soalnya aku Cuma punya waktu 8 menit dari Gerbang Monas yang dekat Sapta Pesona ke Stasiun Gambir. Wah itu pengalaman paling rush aku selama ini dan alhamdulillah setelah melangkah sedikit dari gerbang ada bajaj yang berhenti.
Anw¸ selama aku jalan-jalan di tempat-tempat yang aku sebutkan di atas sama sekali tidak ada poster paslon Gubernur Wakil Gubernur DKI 2017-2022 lho. Keren ya. Tetapi ketika masuk perkampungan, langsung terpapar banyak banget. Aku kemarin sempat menginap di rumah teman di daerah Pasar Minggu, nomor 1 dan 3 mendominasi poster. Malah seluas mata memandang, hanya dua nomor itu yang banyak posternya. Yang nomor 2 malah tidak ada. Nggak tahu deh mengapa. Mungkin biar bersih kali ya. Atau mungkin temanku yang memilih jalannya adalah jalur pendukung 1 dan 3 ya. Memang aku juga sering muak sih kalau jaman-jaman pilkada seperti ini mendadak banyak banget gambar kepala manusia di jalan-jalan. Apalagi kalau pulang ke rumah sana. Beugh!
Good luck buat Jakarta yang sedang dan selalu berbenah diri. Semoga semakin keren ya. Dan juga yang rapi, bersih dan enak dipandang seperti ini bukan hanya di Jakarta Pusat saja. Terutama jalan-jalannya. Dan yang paling aku suka dari jalan sepanjang aku diputar-putar oleh teman naik motor di Jakarta adalah ada semacam hutan kecil di bawah jalan layang dan itu menurutku wow banget. Rasanya mata ini jadi seger.
0 notes