tinscloud91
cloud walker
53 posts
He Found You Lost, and He Guided You (Ad-Dhuha)
Don't wanna be here? Send us removal request.
tinscloud91 · 20 days ago
Text
By : @thefallenpoe.t
0 notes
tinscloud91 · 30 days ago
Text
"Tapi, aku masih ingat, bentuk dan rasa cake pertama yang ku makan. Cake pertama yang bapak bawa sepulang kerja. "
Tumblr media
0 notes
tinscloud91 · 2 months ago
Text
Sabtu Bersama Abah
Bismillahirrahmanirrahim,
Aku dan Bu Lia sepakat pergi sabtu ini. Dari semua tempat yang kami rencanakan, akhirnya Curug Wangun terpilih menjadi tujuan kami.
Setelah 2 jam melewati Bandung-Subang, kami sampai di tempat parkir. Hanya ada 2 mobil dan 1 motor yang kami lihat. Kami saling melempar tanya,
"Apakah memang ramai oleh pengunjung? "
Kami tegap melangkahkan kaki dijalan setapak menuju tujuan kami. Teteh pengjaga warung mengatakan, jaraknya hanya 1km. Ku pikir, itu tidak jauh. Aku terbiasa menghabiskan kurang lebih 15 menit untuk 1km. Jika tempat tujuan kami memiliki jalan yang menanjak, setidaknya pasti sampai dalam 30 menit.
Ya, benar saja. Meski katanya hanya 1km, tapi jalannya menanjak. Setelah 15 menit, dipertengahan jalan, kami menemukan saung dan seorang Nenek. Ia sedang memetik cengek. Senyumnya indah, tatapannya hangat. Ia mengatakan bahwa tujuan kami dekat. Tidak perlu khawatir.
Melanjutkan perjalanan, suara nafasku terdengar makin berat dan sengal. Kami bertemu seorang Abah yang bertelanjang kaki. Ketika kami menyapanya, senyum lebar tanpa gigi berkembang indah di raut wajahnya. Ia menjelaskan, tujuannya adalah mencari botol Aqua. Hati ramah Abah menjaga kami sampai ke Curug Wangun, tujuan kami.
..
Alhamdulillah.
Ketika sampai, hanya ada beberapa orang saja disana. Aku berbincang singkat dengan mereka, bahwa mereka datang dari jakarta. Oh, mobil yang kulihat diparkiran nampaknya milik mereka. Baiklah hati-hati dijalan.
Abah sibuk mencari botol Aqua kosong yang sering ditinggalkan pengunjung. Meskipun tempat ini seperti sangat sepi, kulihat cukup banyak sampah manusia. Ya, namanya juga, manusia?
Aku dan Bu Lia menikmati air terjun.
Cantik
Ada 2 mata air terjun yang jatuh. Kami bahkan bisa memanjat ke atas. Sungguh cantik.
Kami sangat bersenang-senang. Setelah hampir satu jam, hanya ada kami berdua,
Bersama Abah.
Ya, Abah benar-benar mengamati kami dan menjaga kami saat kami bersenang-senang.
Ia tidak pergi meskipun sudah ia temukan semua botol Aqua, tapi aku membaca raut wajahnya yang menunggu kami selesai bermain.
Betul saja, Abah sengaja menunggu kami. Kami turun menyusuri jalan setapak bersama Abah.
Abah yang bertelanjang kaki sedangkan kami bersepatu.
Abah yang hanya memakai baju tipis, sedangkan kami merasa kedinginan meski memakai jaket.
Abah yang tetap berjalan tenang, sedangkan kami bernafas tersengal-sengal.
Abah mengajak kami mampir ke saungnya, kulihat ada keluarga disana. Kami cukup sungkan, jadi kami putuskan tetap pulang dan mencium tangannya.
Ia benar-benar murni. Hatinya benar-benar baik.
..
Aku dan Bu Lia saling bertanya dan menyalahkan. Mengapa kita tidak memiliki photo Abah, atau berphoto dengannya?
..
Abah, InshaAllah kebaikan Abah akan selalu aku ingat. Dan setiap aku ingat abah, akan selalu ada do'a ku untuk Abah. Meskipun aku ga punya photo abah, aku ingat senyum lebar Abah menyambut kami, dan menperhatikan kami saat bermain. 🤍
Terimakasih, Sabtu Bersama Abah.
Tumblr media
0 notes
tinscloud91 · 3 months ago
Text
Happy birthday
And happy anniversary to you
But don't be too happy
'Cause you will see your face of death
Yeah, you will see your face of death
Happy obituary day
Tumblr media
0 notes
tinscloud91 · 3 months ago
Text
At the end, you just all alone.
0 notes
tinscloud91 · 4 months ago
Text
Pulang Sekolah
Saat itu usiaku belum genap 7 tahun. Tapi aku sudah masuk sekolah dasar.
Hari pertama sekolah, ku ingat Mama mengantar dan menjemputku pulang.
Hari ketiga sekolah, yang ku ingat adalah..
Aku keluar dari kelas, mencari sosok Mama atau Bapak. Setelah beberapa saat tak kutemukan, aku berjalan menyusuri jalan. Aku jelas hafal betul jalan menuju rumah. Baru setengah perjalanan, aku lihat Bapak berjalan menuju ke arahku.
Senyumnya lebar, khas, menunjukkan gigi-giginya yang saat itu masih utuh. Ku lihat matanya berbinar melihatku.
Dengan badan gempal, beliau seraya tertawa menghampiriku..
"Ndo, hafal jalan to. Sudah bisa pulang sendiri. Pinterrrr. "
..
Diperjalanan, tak lupa ia ceritakan pada para tetangga. Cerita itu masih sama bertahan sampai beberapa hari kemudian.
0 notes
tinscloud91 · 4 months ago
Text
Sleep Tight
Saat itu, mungkin ketika aku berusia 10 tahun, aku ingat, malam itu kami berada di sebuah mobil. Menuju suatu tempat, keluar dari Bandung.
Badanku terasa tak nyaman. Ingin tidur namun tak dapat nyenyak.
Dipangkunya tubuhku dalam dekapan bapak, di peluknya kakiku dalam dekapan mama.
Agar nyaman kantukku menemui nyenyak.
....
Sekarang usiaku akan beranjak ke-33. Tetap saja aku tidak bisa tidur nyenyak. Mungkin, itu satu alasan mengapa aku tidak pernah bisa terbiasa tidur nyenyak dalam posisi duduk ketika berada di sebuah bis atau kereta api. Dan ketika aku merasa sendiri.
Tumblr media
Pic: Pinterest
0 notes
tinscloud91 · 4 months ago
Text
Tumblr media
0 notes
tinscloud91 · 5 months ago
Text
Wisuda Ingatan
Hari itu, pukul 04.30 Aku sudah bergegas menghadap cermin dengan satu tas penuh make-up. Bapak sudah terbangun dan duduk dikursi. Setelah terdengar adzan, aku bergegas memakai mukenaku dengan wajah penuh foundation. Bapak juga sibuk membangunkan Mama dengan intonasi khasnya.
Setiap ada acara seperti ini, Bapak memang sedikit menyebalkan. Selalu ingin cepat pergi dan bersiap. Tentu saja membangunkan Mama pun dengan sedikit ketegangan yang sudah biasa kudengar. Selagi membangunkan Mama, Bapak juga sibuk menelpon adikku agar segera sampai kerumah.
Biarpun Bapak selalu sedikit menyebalkan ketika suasana seperti ini, tapi Bapak selalu sangat antusias disetiap perayaan anaknya.
Pertama kali aku mendapatkan sebuah sertifikat adalah ketika aku baru saja masuk SMP. Aku mendapatkan sertifikat siswa terbaik pesantren kilat. Ya, itu tidak seberapa sebetulnya. Tapi Bapak menyukai hal itu dan dengan cepat sertifikat itu telah terbingkai menggantung di dinding rumah kami.
Adapun setiap pembagian Raport sejak SMP. Bapak selalu melihat di balik jendela, pengumuman peringkat kelasku. Aku selalu mendapatkan posisi 5 keatas, terkadang 2 keatas. Walaupun kalau kuingat, nampaknya belum pernah menjadi no.1 saat itu. Tapi Bapak selalu sumringah mendengarkan namaku disebut.
Ketika aku memberi tahu Bapak bahwa aku sudah daftar kuliah, Bapak menjawab dengan tenang "bismillah. Yang tenang kuliahnya, yang rajin. Cepet selese-in". Ia terlihat tenang. Tapi juga mengatakan kabar kuliahku kepada semua orang yang ia temui.
"Anak saya ngajar di G****** . Sekolah mahal itu, padahal sekolah TK. Tapi anak saya juga sekolah lagi sekarang."
Antusiasme Bapak menemaniku wisuda bahkan sudah diumumkan dari 6 bulan yang lalu. Ia mengatakan pada setiap orang bahwa aku akan diwisuda. Ya, aku sebentar lagi di wisuda. Bapak membanggakan dan menantikan acara wisudaku, disaat aku bahkan belum menyelesaikan skripsiku. Hahaha, .
Antusiasme Bapak mengapresiasi anaknya terkadang membuatku risih. Kenapa sih harus ngomong-ngomong kesemua orang? Apalah bagusnya... Padahal ya, karena aku saja belum bisa memastikan wisudaku akan berhasil atau tidak.
.....
Ah, memakai makeup sedari subuh demi sebuah acara memang terasa melelahkan. Aku harus mempersiapkan penampilanku dengan layak, pun aku harus mengejar waktu agar tak terlambat atau terkena wisata traffic.
Pfft.... Seharusnya aku dapat berangkat pukul 06.30 . Tapi aku baru saja selesai di pukul 07.00. Sumpah, bulu mata ini sulit sekali. Dan Scotch mata yang telah kubeli sebanyak 1 gulung juga akhirnya tidak kupakai. Euforia membeli kebutuhan makeup untuk wisuda malah seperti membakar uang percuma. Huhuhu...
Aku gegabah mengira jam karet Negera ini masih berlaku di acara sepenting ini. Ternyata acara dimulai tepat waktu dan aku terlambat masuk 5 menit. Aku menunggu pintu gedung dibuka kembali di menit ke-10. Akhirnya aku bisa masuk gedung wisuda pada pukul 08.10 .
Perasaanku campur aduk. Sambil melihat ke tribun atas, aku mencari keberadaan Mama, Bapak.
Ah.. Ko ngga terlihat ya? Ah, mereka pilih kursi yang ngga bisa terlihat dari tempatku. Mama Bapak lapar atau haus ngga ya? Kalau mereka kebingungan gimana? Haduuhh.. Semoga ngga kenapa-kenapa deh.
Ya, meninggalkan Mama Bapak untuk mencari kursi di suasana seperti ini saja aku sudah khawatir. Mereka sudah sepuh. Takut terdorong oranglain, takut mereka kecapekan, takut mereka kebingungan.
...
"Nanti dadah ke kamera ya" Ujar adikku di Whatsapp.
Perhelatan wisuda berlalu begitu saja. Rasanya seperti ingatan yang hanya selintas kuingat. Aku bahkan tidak bisa mengingat rasanya berjalan menghampiri Ketua STAI ketika prosesi wisuda. Aku melambaikan tangan kearah kamera seperti yang telah diperintahkan adikku . Rasanya buyar, padahal sudah kuhafalkan koreo yang asyik jika aku menghadap ke kamera.
Akhirnya acara selesai. Semua orang bergegas keluar berdesak-desakan. Aku kembali khawatir Mama Bapak kesulitan keluar. Aku menunggu dibawah tangga tribun barangkali aku bisa menemukan mereka. 15 menit tidak juga kudapatkan Mama Bapak turun. Apa mereka sudah keluar?
Aku keluar gedung. Alhamdulillah Mama, Bapak, Adikku telah menunggu. Ah.. Lega rasanya. Kupikir mereka kesulitan keluar gedung. Kucium tangan Mama Bapak. Mama mengangguk tenang, "alhamdulillah".
Berbeda dengan mama yang dapat mengendalikan perasaannya. Bapa selalu melankolis dengan suara serak dan mata berair " Alhamdulillah ndo, alhamdulillah" .
"Aaa.. Bapak ko nangis ah!. "
Kata-kata yang sering kuucapkan pada Bapak. Terkadang aku hanya bermaksud menenangkan bapak untuk tidak perlu menangis. Tapi aku lupa bahwa Bapa memang sejatinya lembut dan mudah menunjukkan sisi melankolisnya.
Ya, semua keluargaku dan kakak-kakakku bahkan sudah memahami karakter Bapak. Kadang keras, padahal melankolis. Mudah menangis dan terisak. Selalu antuasias, ingin cepat pergi, ingin cepat pulang.
Hari itu aku bertanya "mau mie atau nasi? "
Bapa hanya tersenyum dan tertawa lebar, dengan suara keras "ayoo! Apa aja lah".
Adikku mantap menjawab "mie". Seakan dia tau akan kemana aku membawanya makan. Ya, ketempat yang kukatakan itu enak tapi dia belum pernah mencobanya.
Sedangkan Mama selalu menunjukkan ekpresi ikhlas. "Apa aja gimana Mpi".
Kami tiba di Marugame Udon. Bapak antusias makan Mie besar-besar. Bapak yang selalu senaaaang aja makan enak dimanapun. Bibirnya tidak pernah menutup, membentuk setengah bulat menunjukkan giginya yg beberapa sudah tanggal. Sembari duduk menikmati mie, menggoyangkan kepala kekiri dan kekanan seperti menggoda. Tersenyum malu-malu dan tertawa melihat aku mengambil banyak lemon tea yang kumasukkan dalam botol minumku.
Mama senyum tipis. "Memang boleh? " Tanya Mama.
Aku menjawab, "boleh aja kalau ngga malu mah. Lagian emang free refill. Ya asal jangan ketauan lah..Hehehehe "
Bapak begitu senang sampai tertawa dengan kepala mendongak keatas, dan aku mencubit perutnya agar Bapak diam. " Diem! Nanti ketauan!! "
...
Ya, dijalan pulang. Tentu saja Bapak dan Mama tidak lupa membanggakan diri.
"Tos timana bu? Pak? "
Jawabannya adalah "nganter anak, anak saya wisuda"
Kalimat itu setidaknya terus menggema disudut pikiranku, entah sampai kapan.
.....
WISUDA INGATAN
Tumblr media Tumblr media
0 notes
tinscloud91 · 5 months ago
Text
Tumblr media
0 notes
tinscloud91 · 5 months ago
Text
❤‍🩹
18 notes · View notes
tinscloud91 · 5 months ago
Text
Tumblr media
Dengan sumringah, bapak memuji "kucingku yang putih cantik, yang abang yo Ganteng ya".
Pun saat aku meraung berpisah dengan Cah Lanang ku, beliau turut menangis, menenangkanku mengusap "Gapapa to ndo. Nanti punya lagi ya"
0 notes
tinscloud91 · 6 months ago
Text
Give yourself the time you need to grieve
Ini hari ke-53 aku masih berusaha menelan pil pahit kehilangan. Rasanya sesak. Hampir selama 50 hari aku bahkan tidak memiliki hari untuk duduk diam dan mengurai emosiku.
Ya.. Setelah hari itu, deadline skripsiku harus segera kutuntaskan. Aku pikir Itu bukan kewajibanku, aku bisa memilih untuk menyelesaikannya atau berhenti. Tapi, aku berusaha mengatakan bahwa itu bagian tanggungjawabku terhadap diriku juga dosen-dosenku dan terutama Mama, yang selalu terdengar desahan doa di setiap shalat malamnya saat aku berpura-pura lelap di sampingnya.
Di waktu yang sama, pekerjaanku terasa melelahkan. Aku harus mengikuti berbagai rangkaian kerja, deadline raport siswa dan banyak hal. Sabtu-mingguku harus ku isi dengan mengerjakan skripsiku lalu juga raport siswa. Dirumah aku harus mempersiapkan pengajian, mengurus administrasi kependudukan dan memastikan Mama baik-baik saja ketika aku tinggalkan.
Semua orang berpikir aku kuat, saat aku merasa tidak mampu bernafas.
Aku ingin membiarkan pendapat itu, mengamini-nya.
Seminggu sebelum sidang, temanku tiba-tiba mendaftarkanku kesebuah festival pecinta alam. Itu pertama kalinya setelah satu windu aku tidak melakukan hal yang kusukai, camping. Aku menerimanya meskipun aku pikir itu adalah hari dimana akhirnya aku bisa dirumah dan membereskan keadaan rumah yang terlihat seperti kapal pecah.
Aku pikir, setelah kegiatan camping perasaanku membaik. Tapi ya.. So-so?
...
Sidang skripsiku dimulai. Aku mendapat nilai yang.. Ah harus kuterima. Toh, aku mengerjakan skripsiku dengan sesak yang membuatnya tidak sempurna. Ditambah aku juga terlalu ngeyel menjawab bagian yang sudah sepatutnya kuperbaiki.
Hari sidang itu berhasil menumpahkan air mataku.
Tapi aku tidak yakin apa yang aku tangisi.
Apa aku menangisi simpati dan empati yang kudapatkan dari selendang pemberian teman-temanku?
Apa aku menangisi hasil lelah kuliahku?
Atau apa aku menangisi nilaiku yang buruk?
Atau aku menangisi diriku sendiri?
Sampai hari ini aku masih bertanya, apa yang membuatku menangis?
0 notes
tinscloud91 · 6 months ago
Text
"Melihat kebawah untuk bersyukur"
Lihatlah kebawah untuk urusan dunia, maka engkau akan bersyukur.
Ya, itu salah satu hadist riwayat Bukhari.
Beberapa bulan ini aku merenungi kalimat itu. Melihat kebawah... Apakah seharusnya aku lebih bersyukur?
Aku pikir, sangat menyedihkan jika seseorang melihatku dan ia bersyukur karena hidupnya lebih baik daripada hidupku.
Kenapa aku harus bersyukur dengan melihat ke bawah? Untukku itu lebih menyakitkan melihat keadaan oranglain yang lebih sulit dariku, hanya dengan begitu aku dapat bersyukur.
Seharusnya, aku mampu bersyukur tanpa aku harus melihat kebawah dan membandingkan hidupku dengan penderitaan oranglain.
Aku harus bersyukur atas apapun yang aku miliki tanpa aku melihat kebawah ataupun keatas.
Aku harus bersyukur dengan merasa cukup karena telah hidup.
Itu saja.
0 notes
tinscloud91 · 6 months ago
Text
" Sok sekarang mah ga usah khawatir, nikah aja. "
Aku ingin terbang bersama kedua sayapku. Sayapku besar, lebar, hingga mampu memeluk tubuhku. Mungkin aku hanya bisa mengepakkannya kecil-kecil dan nampak berat saat aku terbang. Tapi, berat sayapku bukan beban.
Sayapku telah patah dan menghilang. Kini aku hanya memiliki satu sayap. Lalu, bagaimana bisa semua berpikir aku dapat lebih mudah terbang dan merasa ringan dengan hanya memiliki satu sayap?
Tumblr media
0 notes
tinscloud91 · 7 years ago
Photo
Tumblr media
"Di dalam negara Kita , niscaya tuan-tuan menginginkan satu pemerintahan Yang Adil Dan bijaksana , kalau benar demikian maka dirikeunlah Satu pemerintahan di atas ajaran agama Islam . Karena ajaran agama Islam telah memuat pesampaian dan sifat sifatnya . Dengan Islam sebagai dasar negara , maka hukum negara harus bersandar pada Alquran , karena Alquran telah memuat aturan aturan tentang tata negara , ekonomi Dan hubungan dengan negara lain . Syariat Islam sudah mengatur tentang hak agama lain . Oleh karena saya sebagai seorang bangsa Indonesia Dan sebagai seorang Muslim Yang mempunyai cita cita Indonesia Raya Dan merdeka , maka supaya Indonesia merdeka berdiri tegak , teguh , kokoh Dan kuat . Saya mengharapkan akan berdirinya negara Indonesia berdasarkan agama Islam . Tetap itu sesuai dengan rakyat terbanyak . Janganlah jiwa Yang 90% di abaikan atau tidak diperdulikan . Kita mengenal Budi Oetomo , Indische Partij , Dan Syarikat Islam , banyak berhasil menyatukan golongan terbanyak , jawa , Sumatra , sulawesi adalah Syariket Islam . Jadi sudah jelas bahwa dasar Negara Islam dapat diterima oleh rakyat Indonesia . Tuan Yamin Dan Tuan Hatta berkata negara tidak seharusnya dicampur adukkan dengan Agama . Tuan Soekarno bicara bahwa politik itu Kotor Dan Agama itu Suci . Maka , kenapa Negara Kita harus didirikan berdasarkan sesuatu Yang Kotor ? Dan bukan dari Allah Subhanahu wataa'la " . . Pada tgl 18 Agustus 1945 Ki Bagus Hadi Kusuma berusaha dengan tegas menolak permintaan Bung Hatta Dan Soekarno , untuk menghapus tujuh kalimat dalam Piagam Jakarta " Ketuhanan Yang Maha Esa , Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluknya . Atas bujukan Kasman yg didorong oleh Soekarno , setelah Shalat Istikharah akhirnya dengan berat Hati , Ki Bagus Hadi Kusuma melepaskan Tujuh Kata dalam Piagam Jakarta . Dengan hasil "Ketuhanan Yang Maha Esa" sebagai bentuk Tauhid yg hanya mengesakan Allah . Soekarno Dan Hatta berjanji untuk kembali melakukan Perundingan Dan mengembalikan tujuh kata Yang terhapus hanyalah sementara . namun janji itu tak pernah terlaksana Sampai Ki Bagus Hadi Kusuma meninggal . Duka Yang mendalam , Kasman harus menyesali bujukannya pada Ki Bagus . . .
0 notes
tinscloud91 · 8 years ago
Photo
Tumblr media
While we try to teach our children all about life , Our children teach us what life is all about 💕 Have no idea , my insta is my kids album 👼👼👼
0 notes