Text
Bab II
Ia mengirim perasaannya, ketika aku bisa melihat hal itu di matanya. Wanita yang manis, bahkan diamnya bisa mematahkan semua tulang.
Suara dan wajahnya cukup baik, tak ada sama sekali penyesalan aku sudah terpedaya dalam waktu yg singkat. Gapapa biarin. Insya Allah, aku senang.
Matanya bagus dan berkata, ”Dunia akan lebih membutuhkan diriku untuk gembira, seperti kamu membutuhkanku”.
Aku diam memastikan diriku masih ada, ketika matanya bicara lagi: “Yang datang dariku, lebih baik dari siapa pun. Dan kamu akan memiliki harinya sendiri bila ingin merusak semuanya dengan membuatku kecewa”
Dengan kekuatan yang tak kenal ampun, dia terus masuk, membuka pintu, dan mengubur semua hal, kecuali dirinya. Seperti sesuatu yang harus, maka lahirlah hari ini, yang baru. Apakah dia datang untukku?
Ia datang, bagaimana bisa aku melayaninya di sebuah tempat yang indah, jika kemudian hal-hal yang darinya itu adalah palsu? Jika semua hal darinya itu adalah sesuatu yang akan mengerikan ketika aku sedang sunyi?
Tapi aku menyambutnya, Selamat datang, terimakasih sudah mau berbagi kenangan indah denganku. Untuk membuat mu segera hilang. Hilang bersamaan dengan kenangan itu, bahkan ketika sudah mati.
0 notes
Text
Bab I
Dia sudah tinggal di bumi selama dua puluh lima tahun, sebelum akhirnya bertemu lagi denganku 2 hari yang lalu. dirumah nya yg biru.
Aku msh ingat matanya bekerja dengan baik untuk membuat dirinya menjadi makin penuh pesona sebagai seorang warga cihanjuang yg ada disampingku skrg.
Angin pohon telah diadakan di ruangan ini sebelum kami datang. Keindahannya terbuat dari ranting-ranting pohon yang tumbuh di tepi jalan. Satu matahari di sana, sedang pergi ke area yang lebih gelap, didorong oleh awan berwarna-warni. Kami datang, untuk kopi, kue dan progres, dalam perjalanan pulang dari sekolah.
Dia tersenyum. Seorang wanita dengan rambutnya yang bagus dalam uraian yang panjang. Tubuhnya dilindungi oleh seragam agar bisa membentuk sebuah keserasian.
Pada matanya aku selalu merasakan sensasi yang akrab. Segalanya, termasuk helaian rambut di keningnya, tampak cocok untuk disesuaikan dengan dirinya. Hingga kiamat dan bahkan mungkin setelah itu.
Angin berhembus bersama nafasku. Beberapa daun berguguran. Parfumnya melayang adalah keinginannya. Dari semua bintang yang ada, hanya dia yang hidup di mataku, rasanya.
Malam sudah sedang merayapi langit. Membimbing kami untuk mulai berasa lebih dekat. Dan kata-kata, saling mencari pemahaman perasaan untuk menemukan satu sama lain di sana.
Di kepalaku tidak ada tempat yang begitu menyenangkan, selain duduk bersama denganmu. Aku ingin berjalan-jalan di bawah pohon berdua denganmu, dari pagi sampai malam, atau di mana pun, semuanya aku yakin akan indah.
Kemudian dia berbaring utk istirahat. Suara tanah seperti laut yang bergumam utk memeluknya. Apakah aku menyukainya begitu cepat? Semua orang akan begitu, meninggalkan berjuta tanya
0 notes
Text
Bab IV
Dari kota itu, sampai ke teh yang aku minum di sore hari, untuk suatu hasil kesepakatan yang kukuh bersamamu kemarin sore. Ah, seperti tak akan pernah ada kesedihan. Jika cintamu dirimu masih ada.
Dan kenyataan perasaanmu ada pada yang aku yakini. bayanganmu, tempat tinggalmu, semua kini di dalam kepalaku. Aku tidak bisa bergerak untuk datang ke tempatmu dengan bergegas agar itu menjadi nyata.
Untuk hidup denganmu dan cinta kepadaku. Apakah kebahagiaan berharap ini tidak akan pernah usai, sedangkan kita membutuhkan waktu dan ruang? Maka kenikmatan dan kesadaran ini adalah pikiranku yang akan pindah kepadamu untuk cinta agar tetap terus berkembang biak.
0 notes
Text
Bab III
Dia yang dapat berjalan adalah dia yang tidak perlu pergi kemana-mana, mencari apa yang akan membuatnya sukacita. Didapatnya di dalam diamnya bersamaku. Dia tidak perlu menunggu musim semi, untuk membuatnya merasa segar bersamaku, seperti yang terhembus dari sayap malaikat meskipun aku bukan. Dia yang dapat berjalan adalah dia yang tidak perlu pergi kemana-mana, tetapi dia pergi juga dariku.
Padahal dia cuma tinggal berbaring, dengan bunga-bunga di taman hatinya, dan dengan tanganku yang tersimpan di bahunya, menjadi bahagia seperti orang yang telah mendapatkan keinginan, bahwa itu sudah lebih dari cukup untuk dia tidak pergi.
Dia diam sampai tertidur dengan begitu tenangnya. Diam sampai dokter berkata bahwa dia akan terus hidup , tetapi harus melihat aku berada di sampingnya, tetapi dia pergi juga. Apa yang harus aku lakukan, Dokter?
Aku memohon kepada Tuhan untuk membantu, agar aku bisa melihatku sedang bersamanya meskipun tidak, seperti dalam gambar-gambar di masa lalu, sehingga tidak harus pergi mengejarnya, untuk mengatakan, bahwa aku akan selalu bisa menyenangkannya, menyayanginya. Jangan pergi.
Setelah pergi, dia ya dia. Menggunakan kendaraan malam untuk mengirimkan seribu kenangan. Jam setengah sebelas malam, sebelum aku tidur, tadi datang ke kamarku, tetapi diwakili hanya oleh suaranya. “Apa khabarmu, hey?”. Tapi aku seperti berbicara dengan diriku sendiri, ketika sunyi.
Harusnya dia tahu, bahwa dia itu adalah diriku juga. Dia harus mengeluarkan keraguan akan itu. Meninggalkan pikiran buruk ke luar dari tempat tidurnya. Bukan meninggalkanku. Mengeluarkan diriku dari tempatnya yang kini apa.
Miliknya adalah aku, yang selama ini selalu membuat dirinya bangga, meskipun sering kali ia banyak menangis, tetapi hujan juga pasti akan reda, karena dia tahu apa yang ia miliki sesungguhnya adalah jantung yang ada di dalam tubuhku, yang kelak dia temukan pada anak-anaknya bertahun-tahun kemudian, sekarang masih belum. Memang, tetapi bisa sabar.
Apa yang bisa kulakukan? Tapi aku pikir bahwa aku tidak pernah akan selalu bersama halilintar dan bersama berisik hujan di kaca jendela meskipun sekarang masih. Tidurnya tak akan riang selain oleh kesetiaanku yang langka kepadanya.
Kemudian di pagi hari, ia berdiri denganku lagi, dan tersenyum untuk mengetahui, bahwa kami percaya kepada orang yang sedang jatuh cinta, tak akan pernah peduli dengan apa pun yang ditakutkan. Tuhan mendengar, dan dia kembali.
1 note
·
View note
Text
My Beloved gave me a drink of the purest love so I became beloved in every way.
0 notes
Text
if you would ascend the path of the lovers, then, with sincere love, visit Layla on the way.
And pay no heed to those who blame you for loving her and journey to lovers in everyland.
Were sincere love a reality within you, you would see.
those lovers withoutjourney. (Diwan Shaykh Muhmmad lbn AI Habib, Shadhili Darqawi Habibi Hashimi, page 83, Editorial Qasida)
1 note
·
View note