Text
Mereka bilang Persib Day
85 Tahun yang penuh cerita, yah, Sib. Iyalah masa 85 tahun diem2 bae. Suka duka baik busuk menang kalah, dah pernah, bangkit lagi dalam kondisi yang nggak fit2 amat emang susah. Banyakan yang kayak gue nggak mau tahu, pokoknya Persib harus ini harus itu harus anu.

Gue enggan komentar tentang jeroan2 perkara pepersiban, ga paham gue bo’. Then you semacam: nggak boleh gitu mbak, persib harus dikritik, dibongkar kalo emang ada busuk2 dalamnya, kalo perlu dikulitin sampe kita nemu komposisi persib sesungguhnya, yang fight, yang bukan titipan.
Gue: iya gue iyain, ang. Sing sareh to. Gini, gue nggak pingin sotoy tentang pepersiban, awam gue emang lihat persib sulit pisan bersaing sama tim2 kayak persipura, arema, bhayangkara (hoy mbak jangan samain! Hoy masnya bisa diem nggak!). Makanya gue suka ikutin tweet atau postingan akun2 yang njlentrehin tentang kondisi persib untuk memahami apa yang terjadi dan mencernanya dengan akal dan hati (PAAN SIH LO MBAK!)

Suka ikutin twit akun suporter persib kayak si wabil expert bikin baper simamaung, viking persib club, frontline, stadsiliwangi dkk. Mereka semacam, paan sih si ini masih di sini, ah udah gue duga bakal begini, lah emang si itu gitu si ini gini. Ya karena mereka emang ngarti dan gitulah caranya nunjukin cintanya ke persib. Gimanapun yakali ngga ada yang ridho lillahita'ala tim yang didukung kok mendadak dangdut, bukan, mendadak butut.
Nggak ada yang salah, bukan rangga bukan cinta dan bukan teman2nya cinta. Keadaan memaksa persib ‘mengalami’ dan harus 'mengakhiri’ kebututan yang sudah dimulai. Maap gue ter-Pram: Kau telah memulai, kau harus juga dapat mengakhiri… - Jejak Langkah.

Kado apa yang persib kasih tahun ini? Masih rame tuh di twitter menunggu sebelum 00.00 apa yang bakal persib persembahkan di HUTnya yang ke 85. Bahwa hemat gue, apapun yang dikasih persib nanti, semua orang cuma bakal peduli sama performa tim di liga 1 yang kabarnya bakal digelar 23 Maret nanti (semoga betulan y Lord), karena barusan gue lihat iklannya di tipi. Kay, bhay.
Ada bobotoh yg kritis, gue bahagia pisan, dalam hati mereka pasti sayangnya ke persib berkali2lipat lebih luas dari gue. Ada berita yg kasih tunjuk dalem2nya tim, jadi awam bego kayak gue tahu gimana mereka siapa mereka, gue pun bahagia, banyak yang peduli dan cari tahu 'catri'nya tim ini tuh di mana sih pusatnya. Yang lagi 'in’ postingan tergress tirto.id gue baru baca yg pertama, mungkin abis ini coba buka lagi kali udah posting lanjutannya.
Pada akhirnya, filter ada di kita, di gue sebagai pembaca untuk telan mentah2 atau cari tahu lebih dalam atau kepo lebih jauh, masuk lebih lagi. Atau untuk 'oazayakan’, atau untuk pensiun jadi bobotoh, atau berkeputusan untuk menyerah.
Gue milih yang terakhir, nyerah. Menyerah untuk fight kalo gue nggak peduli sama Persib dan bodoamat. Bohongin diri sendiri ternyata cukup saat lo harus pura2 bahagia sama orang yang nggak bikin lo bahagia (ini gue curhat maap) tapi pura2 nggak peduli sama persib adalah kemustahilan. Maka gue memutuskan untuk berdamai dengan kebututan yang semoga aja hanya sementara ini, GUE TETEP DUKUNG LO SIB, PERSIB!

0 notes
Text
Hari Musik Nasional. So what?
Tanggal 9 Maret kemarin baru aja ramai hari musik nasional lagi. Bangga nggak sih beberapa tahun belakangan ini banyak banget musisi-musisi keren yang go public? Gue sih bangga banget! Secara pendengar lokal jadi bisa tahu kalo musisi-musisi sekarang mang keren pisan. Media nggak bisa dikesampingkan sih, pemberitaan ke luar dan promosinya mereka tetap melibatkan media meski nggak semuanya ngasih dampak positif.
Salah satu yang sempat bikin geger warga sosial media adalah curhatan Is ex Payung Teduh (harus banget gue bahas ini padahal masih dongkol banget waktu doi decided to leave Payung Teduh. Huhu) yang ‘protes’ lewat video sehubungan sama maraknya yang coverin dan duitin lagu Akad mereka. Nggak lama setelah Is mengupload video itu ke instagram, ramailah jagad per-instagraman dan diskas-diskas serius, debat kusir sampe segala bentuk komentar pun berdatangan merembet ke twitter, ada yg bkin video reaction nggak?
Gitu deh ada yang dukung ada yang menganggap Payung Teduh dan Is pada khususnya terlalu 'lebay’ dengan mengeluarkan statement demikian. Gue? Di team yang concern patah hati ketika lagunya Payung Teduh dinyanyiin di mana-mana dan dicover siapapun dan dibawain penyanyi di berbagai acara. Hehe.

Dan kelar itu gue lihat di ig story following gue Is naik isi sebuah acara di Bandung dengan pake nama Pusakata kek akun sosmednya. Eh kemarin malam gue didm temen yg ngasih tau kalo dua personil Payung Teduh yang lain juga gabung grup musik Logamulia, itulah pkoknya. Dan ketika gue buka akunnya their bio be lyke: metal band hailing from jakarta. Lalu gue semacam: okay, fine. Let’s see, babes!
Gue penikmat band itu sejak 2014 dan jatuh hati banget sama 'berdua’ dan overall jatuh nggak ngerti lagi apa namanya sama lagu-lagu mereka. Dan kaget antara senang dan sedih ketika Akad rilis dan direspon sangat baik bahkan gue bilang over baik sama pasar. Gue semacam, 'eh lo tahu nggak lagu payung teduh yang lain?’. Jadi kayak pacar posesif apalagi pas dijawab 'kan lagunya cuma akad’
.

Yasudah bebaskeun! Bukannya dengan pecahnya (pecah bhaaaaang! Mang gelas!) Payung Teduh ini jadi muncul benih2 baru yang bikin musik indonesia makin kaya? Dari satu grup sekarang jadi 3 grup berbeda, Payung Teduh (yg ngakunya masih ttep eksis, semoga), Logamulia (maafin gue kalo salah ejaan atau kurang lengkap info ya gengs), dan Is Pusakata. Bisa jadi dengan aliran musik dan muatan pesan yang juga berbeda. Kan justru asik!
Bertepatan sama hari musik nasional, ada sempat rame juga kemarin tuh perihal Efek Rumah Kaca sama Bekraf mengenai keberangkatan ke SXSW di US. Nggak ngerti ini salah paham atau nggak transparan pihak Bekrafnya, dua belah pihak ngasih komentar dan klarifikasi. Riweuh pisan, ERK juga sempat cari dana sendiri buat tetep tampil di acara itu. Tapi kemarin ini gue lihat ERK udah sampe US. Masalah sama Bekraf kelar apa engga ngga ngerti juga, mereka berangkat pake duit pribadi atau gimana ya gue tambah ga ngerti. Tapi rangorang yang kayak gue ini cuma bisa menyesalkan adanya kejadian itu sih.

Bukti kalau penikmat musik harus terus diedukasi, bukan cuma pendengar yang bukan siapa-siapa tapi juga semua pihak yang bisa bkin musisi makin besar atau makin dibatasi ruang berkaryanya, macam Bekraf. Pendengar kayak gue perlu tahu kalo datang ke konser yang berbayar itu masih penting dan akan selalu penting, sama pentingnya dengan beli karya musisi itu mau rilisan fisiknya atau versi digitalnya. Di tengah aplikasi telegram yang bisa pake utube downloader yang dewa itu dan bisa automatically ngonvert ke mp3 astaga sudah, sungguh, iman betulan diuji.
Tapi nggak lupa juga lah sama konferensi musik yang kemarin juga diadakan di Ambon, keren! gue ga begitu paham di sana acaranya ngapain karena kepo aja dari instastory Shalahita yakan, semoga apapun hasil dari konferensi musik kemarin bisa bikin musik Indonesia makin YAY~

#harimusiknasional#konferensimusiknasional#banggamusikindonesia#erkforsxsw#efekrumahkaca#harimusiknasional2018
2 notes
·
View notes
Text
Panggung Pertama Yogyakarta
2017!
Akan kubunderi besar-besar sebagai tahun ter-complicated.
Terima kasih Ngayogjazz, sudah memberi ruang yang lega untuk menumpahkan rindu yang menggelora. Hehe, meskipun wish list untuk nonton Sri Hanuraga perform harus kurelakan. Berat hati, sih, sebenarnya tapi itu keputusan terbaik sepertinya. Bayangkan aja di tanggal 18 itu, ada 3 gigs besar di Jogja yang jaraknya uadoh-uadoh semua. Ngayogjazz yang dilangsungkan di Kledokan, Selomartani, Kalasan, Sleman, ini detail karena aku nyontek :) terus ada Barasuara, Kimokal, Mocca dll di Stadion Maguwoharjo. Payung Teduh juga, ding (lagi nggak mau bahasin Is yang keluar dari band). Lokasi ini juga dilewatin pas on the way menuju lokasi Ngayogjazz. Lalu ada Geophoria di Stadion Kridosono, ini nih yang menggoyahkan iman karena ada FSTVLST. Sudah lama tahu band ini tapi nggak terlalu ngikutin, lalu dari nggak terlalu ngikutin kok jadi suka dan suka banget dan langsung masukin ini ke wish list nonton konser. Secara mereka sering banget manggung di Jogja yang jaraknya dari rumah cuma tiga jam-an, kan parah banget kalo kelamaan nggak done-done.
Sementara kerinduan yang membara pada Ngayogjazz yang sudah terakumulasi dari kegagalan nonton 2 kali events membuat saya enggan untuk melewatkan remah remah sekecil apapun dari acara ini. Terlalu benyak kenangan yang belum dibuat dan akan terukir selamanya di sana. Yang belakangan saya lihat di official youtube Ngayogjazz, ternyata saat livestreaming dari panggung Merdeka kala Rveryday main, ada saya dan dia berbagi punggung dengan penonton lain J ini yang saya maksud akan terus ada selamanya, selama youtube masih ada dan akun Ngayogjazz tidak menghapus postingannya. Saya ingin berbahagia dan merayakannya dengan cinta, dan sudah, saya sudah menggenggam tangannya bersama sajian When You Love Someone-nya Endah and Rhesa. Moment go publik pertama dan akan dilanjutkan di kesempatan berikutnya. Coming soon.
Juga segenap mbak dan mas yang saya tak kenal tapi kita berjabat tangan, terima kasih sudah membuat Ngayogjazz sebegini rindu-able.
Namun akhirnya dengan pertimbangan yang sangat alot, setelah suruh milih antara ngabisin malam minggu sambil ngabisin Ngayogjazz atau siang sampai malem sebelum jam 8 nonton Ngayogjazz dan setelah itu langsung meluncur ke Kridosono. Akhirnya saya pilih yang ke-dua, hemat saya- Ngayogjazz dapat, FSTVLST-pun dapat. Sempat kecil hati saat seorang teman yang dengannya saya bertemu di venue Ngayogjazz mengirimi saya pesan WA, dia bilang rute saya “keniaten” banget. Hhe. Terlebih dia tahu saya sangat suka Sri Hanuraga dan malah melewatkannya demi FSTVLST yang intensitas manggung di jogjanya lebih sering dan kemungkinan saya nontonnya akan lebih besar. Dia bilang lagi mungkin ini kali pertama dan terakhir Sri Hanuraga diundang ke Ngayogjazz, secara musisi jazz kan makin ke sini makin banyak dan asoy asoy aja. Makin ciut iman saya, tapi kata hati kok tetap ke Kridosono dengan segala kemungkinan macet yang tak terelakkan di Sabtu malam.
Akhirnya hampir jam 8 saya undur diri dari venue Ngayogjazz, tak lupa memandang ke belakang setelah memasuki jalan pintu keluar sambil berkata dalam hati, tahun depan aku akan menyaksikan hiruk pikuk ini lagi, akan, dan tetap bersama dia yang sekarang sedang membawa motor matic ini di depanku, dalam suasana hati dan sosial yang lebih membahagiakan. Lalu saya memandang kembali ke depan, ke jalan yang harus kami lalui untuk sampai ke Kridosono. Kami tak banyak bicara, saya menyelami setiap detik yang kami hitung ketika tangan saya masih bisa memeluk dan menjaganya dari belakang. Akan selalu begitu.
Saya lebih sering menghabiskan waktu di jalan untuk menikmati sekitar, terlebih dia yang di depan saya adalah cinta. Terlalu banyak bicara akan membuat konsentrasi saya tak penuh, kami menyukainya. Keluar dari jalan-jalan desa sampai di kota dengan antrean traffic light yang mengekor sampai mana-mana. Kepala saya pening, lampu kendaraan berpendar-pendar menerobos masuk ke mata dengan saru-nya. Saya yang menerjang padatnya lalu lintas jogja di malam minggu tanpa helm hanya bisa berpaling muka menutup diri dari serangan cahaya, untung ada dia di depan saya. Sebentar, ini terlalu romantis. Dia memang akan selalu di depan saya sampai kami tiba di Kridosono, bukan?
Jalan-jalan familiar yang saya lewati tanpa satupun saya hapal lokasinya mengingatkan saya pada KLa Project. Kenapa lagi Yogyakarta-nya KLa Project bisa sebegitu legendaris, mungkin inilah alasannya. Saya yang tak terlalu paham jogja merasa jalanan yang terlewati adalah sesuatu yang memeluk dan terindukan. Lepas dari macet dan polusi dan sama saja nyaris njiplek seperti Jakarta, tapi jogja adalah jogja. Ketika saya SMA, saya pernah begitu tergila-gila pada Jogja hanya karena pada masa itulah saya membaptiskan diri menjadi KLanese. Padahal barang sehari-dua haripun saya belum pernah habiskan di jogja. Hanya dari seluruh album KLa lewat suara Katon dan kadang Lilo, juga petikan piano Adi Adrian, saya menjadi begitu cinta pada Jogja. Lihatlah betapa magisnya kota ini :)
Nggak begitu ingat jam berapa saya sampai di Kridosono dan parkir di lokasi yang cukup jauh dari pintu masuk. Saya curiga sebenarnya ini dia tahu nih parkir yang betul di mana tapi sengaja aja biar ada esensinya malam minggu selain ikut menyesaki jalanan jogja dengan ribuan kendaraan lain juga ingin menyejukkan jogja dengan jalan bergandengan di trotoar mingin-mingini pengendara yang sedang kalut dalam macet. Semoga kecurigaan ini benar karena kalau sampai nggak benar maka ini saya bakalan malu.
Selamat datang di konser pertama dengan sepasang mata lain, batin saya seraya masuk ke venue Geophoria. banyak polisi euy, segala tas diperiksa dan dengan udiknya merasa bahwa ini nggak penting. Apa emang ini nggak penting? Eh kali aja ada yang bawa senjata tajam atau minuman keras yakan, es batu kali Dek keras. Dan acara ini ternyata berbayar, ga peduli amat saya sih, lha iya orang dia yang bayarin. Lah ketahuan. Intinya adalah dia lapar dan kami langsung cari lokasi di mana bisa duduk dan makan dan kenyang. Saya makan dengan tidak terlalu bersemangat karena terlalu excited menanti FSTVLST, padahal masih Bravesboy yang perform saat itu. Eh btw, asik juga nih Bravesboy, nih :) kupingan perdana yang menyenangkan, mas mas. Saya masih dapat mereka nyanyi antara 4 lagu-an kayaknya sebelum panggung dikuasai pembawa acara sambil menanti FSTVLST bersiap.
Entah, sepertinya dari sekian orang yang menonton Geophoria malam itu, hanya saya yang begitu tak tahan dengan tetek bengek pembawa acara ini dan ingin nonton FSTVLST secepatnya, mungkin juga saya orang satu-satunya yang nonton mereka untuk pertama kali. Seperti saya bilang, slot band ini manggung di jogja suk-suk-an, bagi beberapa warga jogja mungkin band ini sudah para taraf rodo bosen untuk ditonton saking seringanya manggung, seperti orang jabodetabek nonton barasuara. Hehe. Tapi tidak bagi saya.
Cuap-cuap yang penjang itupun berakhir jua, saya ingin teriak saat satu-persatu personil memasuki panggung, rasanya seperti menonton mereka dalam layar monitor laptop saking seringnya saya nontonin mereka saat menggung dan didokumentasikan di youtube. Sungguh music mereka ekstase, saya ingin berbaur dan menjadi yang ada. Farid memberikan kado terlambat untuk ulang tahun saya, lagu baru yang perdana diperdengarkan di Geophoria, begitulah yang disampaikan Bapaknya Tun. Nggak sih, dia nggak bilang ini kado buat saya juga, lah koe ki sopo Dek J lagu demi lagu yang dibawakan benar-benar membuat saya merasa jadi orang paling bahagia malam itu, sangat amat bahagia. Penggalan kalimat yang terdengar berlebihan dan boros kosakata tapi tidak bisa dipungkiri membuat saya lebih lega untuk mengungkapkan perasaan hati.
Sungguh malam itu Farid bernyanyi dan saya berteriak tanpa melodi kacau tanpa malu terus mengikuti Farid. Apalagi kalau dikasih jeda untuk nyanyi bareng ya semakin tak tahu malu saja diri ini. Heran dia yang di samping saya lebih kalem dan nggak terkesan teriak-teriak. Hu jaim. Eh bukan sih, bukan karena jaim juga sepertinya, ini lebih ke memang mungkin dia sudah sering nonton dan parahnya sudah berkarib dengan bapaknya Tun. Meski sama-sama berteriak saat bernyanyi, nadanya jauh lebih bisa dikompensasi kuping dibanding suara saya. Poor me. FSTVLST mengakhiri panggungnya dengan menyedihkan, bukan dia, tapi saya yang sangat melancholis melepas mereka ke backstage. A’la-a’la nggak rela mereka kelar nyanyi.
Sudah makin larut tapi Geophoria mesih membiarkan panggungnya menyala dengan teriakan-teriakan mbak mbak-mas mas yang menanti NDX AKA perform. Yhaaa. Saya nonton ndx aka famila, seraaaaaa. Eh, bukan, ini bukan dangdut pantura.
Penggalan kebahagiaan ini adalah fase yang bagi saya akan lebih mendewasakan, setidaknya untuk menghargai hidup itu sendiri sebagai tujuan dan jalan. Ya, tujuan sekaligus jalan. terima kasih untuk 3 hari-nya Yogya :)
tiga hari untuk selamanya.
1 note
·
View note
Text
Arunika yes You are
Noted:
He was fulfill my 3 days holiday with a home full of love. Definitely home to come back every time after routine. I don't wanna miss a thing but oh no it was already happen.
Hey baby, look at me here. No one can did it as good as you did to me. You are surprised me with a bunch full of love.
Sunshine you are. So stay like that and spoiled me in everything.
0 notes
Text
06/11/2014
On the day, 2014.
Sibuk reschedule many appointment dari terang hangat sampai terang terik sampai matahari nyaris hilang. Kebanyakan janji yang udah terlanjur diteken buat besok sangat mengganggu huf. The boss harus terbang di Russia karena anaknya mbuh ada apa nggak mau tahu juga urusan keluarga mereka.
Diomelin yang pada janjian sudah pasti, "bikin janji udah 2 minggu yang lalu, Sus. Ini mendadak banget cancelnya. Kenapa nggak dari kemarin", they said. Ada yang udah pesen tiket pulang luar kota ada yang entah pokoknya harus aku yang salah. Seharian mateng dalam ruangan ber-AC diomelin dari ujung telepon sono. Si boss sih enak aja gitu yha.
But on the other side, ada hikmahnya bos pergi, it means besok bisa nonton final Persib lah! anggap kantor apartment pribadi. Takis! (Waktu itu ga ngomong 'takis' juga si). Kalo ingat itu lalu segala omelan omelan klien berasa ngga ada arti. "Sebodo! Gue mo nnton Persib main final besok!"
Membayangkan Jakabaring aja waktu itu udah merinding, apalagi membayangkan akan present nonton langsung ke sana (yang ini nggak kesampean). Di tengah ramainya hastag #modalfinal saya sendirian sambil scrolling timeline twitter dan mojok di setarbak baywalk yang waktu itu bau ikan mati, menikmati coklat dingin bersirup rasberi. Semoga besok Persib benar benar juara, juara untuk kado terindah di hari jadi yang sudah terlalu sering dilewati tanpa pretensi.
*baru sadar kalau punya tumblr (barubanget) dan masih kebingungan dengan fiturnya. Dan iya saya masih berusaha mengingat-ingat password blog lama (banget) tempat di mana saya pernah posting perihal juaranya Persib 2014 lalu*
0 notes
Text
Benar, konstitusi menjamin kebebasan berbicara, tetapi hukum akan menghukum tindakan apapun yang bisa ditafsirkan sebagai melecehkan negara. Siapa yang bisa mengatakan kapan negara bisa mulai bertindak bahwa kita ini atau itu melecehkannya.
Milan Kundera
2 notes
·
View notes
Text
Privasi, Dokumentasi dan Hukuman Sosial berkedok Moralisasi
Moral adalah mengenai atau berhubungan dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku manusia, dianggap benar dan baik oleh kebanyakan orang sesuai standar perilaku yang tepat pada kelompok atau masyarakat tersebut, Merriam-Webster.
Itulah salah satu definisi moral yang dipaparkan satu sumber, coba kita baca lagi sumber yang lain,
Hurlock menjelaskan moral sebagai sopan santun, kebiasaan, adat istiadat dan aturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
So, moral antara sesuatu yang dianggap baik dan kebiasaan. di mana korelasinya? (sek, aku mumet).
Kata itu belakangan jadi booming cenderung disgusting dibaca atau didengar di media dan dunia maya. Ya kalo media sosial sih namanya juga 'media sosial', mereka yang nggak 'nyosial' update postingan tentang topik ter-IN bakal dianggap ga eksis. Nyata kebanyakan orang memang cenderung mengikuti trend yang ada agar diakui dalam pergaulan sosialnya (a'la-a'la bandwagon effect bukan sih).
Kasus HA adalah kunci pencarian yang minggu-minggu pasti sampe jebol. Some ppl penasaran siapa dia, beberapa lainnya sama sekali nggak tahu ada kabar apa, dan sisanya adalah orang-orang yang tahu sepintas dan penasaran sama rekamannya. Nggak ada yang salah, namanya juga cari tahu. Perkara setelahnya adalah tanggung jawab masing-masing untuk adil sejak dalam pikiran (ini sih ngutip dari Pram) untuk menilai atau menghakimi (?).
Ada yang langsung percaya dan malah disimpan lalu (mungkin) disebar lagi, ada juga yang terus cari tahu kebenaran rekaman itu. Secara, teknologi makin canggih nggak perlu nunggu pakar telematika cem roy suryo dilogo (bukan nama sebenarnya) untuk mengidentifikasi keaslian sebuah rekaman. Ya bukan saya juga yang jago identifikasi begituan (red: rekaman, foto, dll), maksudnya ada banyak di luar sana yang jago seperjagoan pakar telematika itu berhubung doi udah jadi mantan menteri.
Dari rekaman yang banyak beredar dan dikabarkan sebagai HA, lepas dari itu betulan orang yang dituduhkan atau bukan adalah direkam dengan sengaja (serius cmiiw). So, salah nggak ya kalo saya secara pribadi menganggap itu sebagai privasi dia (red, mereka berdua). Kalo udah nyinggung ranah privasi sih saya kira masalah rekaman ini boleh dan memang sejajar dengan rekaman biasa (red, bukan adegan seks) misal: rekaman pribadi bersama keluarga, makan di warung, beli tomat di pasar, dokumentasi liburan dll. Selama disimpan di folder pribadi atau memang tidak disebarkan misal diunggah ke youtube atau instagram dan media sosial lain, maka itu sifatnya privasi, privat, pribadi, dokumen rahasia.
Lalu kalau sampai tersebar ke media oleh tangan ketiga (bukan pelaku dalam video atau yang mengetahui ia direkam) maka kurang adil dan nggak adil jika yang disalahkan (red, dihakimi) adalah si pelaku dalam rekaman terutama yang perempuan :(
Lalu siapa yang harus disalahkan? Ya si penyebar rekaman itu! Menurut hemat saya, pertama dia menyebarkan tanpa seijin (eh sorry bagian ini saya kira nggak ada pelaku yang mengijinkan rekaman 'pribadi'nya jadi komsumsi publik ya. Beda bahasan kalo rekamannya memang sengaja disebar untuk kepentingan xxx guna mencari keuntungan) pelaku di rekaman. Kedua, dia menyebarkan konten bersifat pornoaksi pornografi itulah iya itu pokoknya. Ketiga, dia sudah mencemarkan nama baik orang lain.
Merekam atau mendokumentasikan suatu kegiatan dalam bentuk apapun menurut saya sih hak orang asal yang bersangkutan (yang ada dalam rekaman tersebut) bersedia. Bersedia juga bukan berarti berhak disebarkan, ada yang boleh didokumentasikan tapi menolak disebarluaskan, artinya dia hanya ingin dokumentasi itu bersifat pribadi antara dia dan si perekam. Ada pula yang mempersilahkan untuk dilihat orang lain dengan cara diunggah ke media sosial. Misalnya dalam skala yang lebih luas adalah sebuah pertunjukan. Tidak semua seniman berkenan apabila para penonton sibuk mendokumentasikan penampilannya, merekam, mengambil gambar dan yang masih saja menjadi trend adalah ber-swa foto menunjukkan dirinya hadir dalam acara dan lupa menikmati seniman yang sedang tampil. Tak heran beberapa penampil di pertunjukan atau acara seni lain memutuskan untuk melarang para penonton merekam dan mengambil gambar selama pertunjukan atau penampilannya. Sebut saja penyanyi Frau yang melarang penontonnya mengambil gambar atau video saat konser Tentang Rasa. Axl Rose dan Beyonce adalah dua nama yang juga pernah melakukan hal serupa (ngutip dari tirto.id)
Da kembali ke bahasan awal kita tentang skandal rekaman yang diduga HA, di sosial media semakin ke sini makin gampang nemuin orang-orang yang bercita-cita kerja di pengadilan rupanya. Main hakim main tuduh main duga, kejamnya lagi banyak yang pakai kata-kata nggak layak cenderung kasar. Twitwar di twitter tak terhindarkan, adu komentar, segala bawa dalil agama seakan dia paling suci dan yang lain ahli neraka (ini sih nggak semua orang alim begini ya, biasanya yang begini yang alim anyaran atau alim salah jurusan).
Mau tidak mau kita sebagai makhluk sosial harus menanggung resiko dari ke-sosial-an itu, Sosial di media ataupun sosial sesungguhnya. Tetek bengek ke-sosialan ini lah yang melahirkan benih orang-orang dengan spesifikasi fitur tambahan berupa easy judging less understanding (ini saya bikin kesimpulan sendiri jangan dibikin pusing).
Bahwa menyalahkan lalu mengucilkan pelaku dalam rekaman yang diduga HA bukanlah solusi yang bijak, polisi toh telah memeriksa yang bersangkutan dan sedang berusaha memburu penyebar rekaman tersebut. Di undang-undang jelas sih tertulis sih penyebar bisa dijerat pasal 45 junto 27 UU ITE atau pasal 29 junto pasal 4 UU Pornografi dengan ancaman pidana 6 tahun dan 12 tahun penjara.
Lalu gimana kalau HA benar dan bukan wanita yang diduga menjadi aktor dalam rekaman itu? Pemulihan nama baik dan trauma yang dialami akan lebih panjang dari sekedar booming rekamannya. Atas dasar apapun hukuman sosial nggak akan memberikan dampak positif bagi pelaku asli ataupun tang diduga pelakunya.
Ini nggak lebih dari pandangan gue secara pribadi sih. Nggak terafiliasi sama siapapun dan apapun.
Menerima segala koreksi :*
0 notes