telisikasik
Menelisik Lalu Berbisik
20 posts
Instagram @dnmr_
Don't wanna be here? Send us removal request.
telisikasik · 5 months ago
Text
Sebuah prinsip yang kontradiktif ketika mengharap anak sholih/sholihah tapi usaha orangtuanya terbatas dunia.
Tumblr media Tumblr media
Terlepas dari bahasan proses bagaimana pra-nikah sampai me-nikah nya sesuai syari'at atau tidak. Hal ini mungkin masih bisa diperbaiki sesegera mungkin, meski tak sempurna.
Ane ingin membahas dikit terkait proses menuju kelahiran. Bagi antum-antum InsyaAllah calon ayah, ketika istri antum itu diperiksa oleh laki-laki lain apakah tidak ada rasa cemburu di hati antum?
Lebih jauh dari itu, apakah kita tidak takut sebagai seorang _qowwam_ yang diminta pertanggungjawaban nantinya, istri kita dipegang dan dilihat aurat vitalnya oleh laki-laki non-mahram?
Khawatirlah kita sudah menjadi suami dayyuts.
Bukan berarti gaboleh berobat ke nakes laki-laki, boleh dan ada rukhsohnya. Tapi beda halnya ketika menyangkut persalinan ini, sangat-sangat ketat seleksinya untuk memilih siapa yang membantu proses bersalin.
Berusahalah sedikit lebih banyak, untuk mencarikan perawat, bidan, dokter perempuan di kota anda. InsyaAllah ada jalan. Jikalau pun tidak ada dan mentok, ber-tawakkal lah kpd Allah krn kita sudah berusaha sedangkan kondisi darurat bisa kehilangan nyawa bila tidak SC segera dan yang tersedia hanya dokter obgyn laki-laki.
Yang ingin ane highlight adalah jangan bermudah-mudahan dalam hal ini, membolehkan laki-laki lain melihat, memegang aurat istri kita. Alasannya hanya karena disana nyaman, sudah cocok dll. Usahalah dikit wahai suami.
Ridho kah Allah dg hal itu? Salah satu usaha dan prinsip kita itulah yang kelak bakal mendorong anak-anak kita menjadi generasi Sholih-Sholihah. InsyaAllah
Wallahu a'lam bis showab
-Dari ane yang masih belajar banget menjadi suami dan calon ayah-
0 notes
telisikasik · 6 months ago
Text
Tumblr media
Menjadi renungan yang besar, berdo'a berulang-ulang setiap hari namun masih melakukan hal-hal yang menjadi penghalang dosa? Untuk apa kita berdo'a?
Apakah kita ingin sesuatu yang instan sebab tak mampu lagi mengurangi keburukan? Lalu akhirnya mengharap Tuhan mau mengabulkan pendosa yang sengaja berdo'a tanpa mau berubah?
Begitu pula nanti anak-anak kita, tak hanya mendo'akan kita setelah wafat. Namun kita harapkan mereka shalih mushlih agar menjadi amal jariyah.
Jangan lupa ada kata "Sholih"-nya ya, bukan sekedar anak saja.
2 notes · View notes
telisikasik · 2 years ago
Text
[Lost Morning]
Pemanasan itu dimulai di pagi hari, ada yang pukul 2, ada yang pukul 3, ada yang beberapa menit sebelum adzan shubuh menyapa.
Membuka mata, membaca hamdalah atas kembalinya nyawa, membasuh wajah, lalu sujud di atas sajadah, dzikir melangit dari lisan yang basah.
Seyogyanya begitu, apalagi bagi seorang Muslim. Tuntunan ini sangat jelas, sangat ditekankan, runtut dicontohkan. Khasiat bangun di pagi hari dan dimulai dengan membangun komunikasi dengan ilahi, Sang Pemberi Rejeki sebelum bertransaksi dengan para mahluk Bumi.
Berbeda dengan kebanyakan penduduk bumi yang bangun lebih siang, misal pukul enam, tujuh atau lebih -karena paginya orang Islam sudah dimulai pada sejak ⅓ malam tadi-. Mereka tak sempat pemanasan, tak sempat bersiap, mata terbuka lalu melihat jam sudah mepet jam sekolah, kuliah atau kerja. Terburu-buru menjalankan sholat yang entah itu shubuh atau dhuha. Ruhiyah tak tertata dengan sempurna, apalagi hubungan dengan Pencipta untuk menjalani satu hari ruwetnya kehidupan dunia.
Jangan heran bila harimu sering lesu, karena bangun saja sudah terburu-buru. Tak sempat pemanasan langsung digeber tugas menumpuk seharian.
Jangan heran bila rezekimu lambat sekali bertambah, karena ia dibagikan pada pagi hari yang berkah, sedangkan kau masih tidur pulas seperti tak bersalah.
Padahal spektrum alam sedang berwarna biru muda, mempengaruhi tiroid, baik untuk metabolisme, komunikasi dan ini tak bisa ter-aktivasi bila tubuh tak sadarkan diri.
Perbaiki pagi harimu, siapkan ruhiyah, curhat dengan Pencipta yang turun ke langit dunia, ada dua raka'at yang lebih baik dari dunia dan seisinya -bahkan lebih besar lagi-, lalu lanjutkan Persiapan-persiapan menjelajah dunia.
_________________________________________
Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
(HR. Abu Daud no. 2606.)
________________________________________
Ibnul Qayyim berkata, “Empat hal yang menghambat datangnya rizki adalah [1] tidur di waktu pagi, [2] sedikit sholat, [3] malas-malasan dan [4] berkhianat.” (Zaadul Ma’ad, 4/378)
6 notes · View notes
telisikasik · 2 years ago
Text
Tak ada bekas luka yang terukir di tangan, kaki atau wajah. Padahal tamparan itu nyata. Seringkali dirasa, membuat hati menjadi gundah. Namun syukur belum matin rasa.
Ah, aku ingat rasa ini. Aku pernah terpukul tapi bukan di raga. Ah, ternyata mereka. Jiwa-jiwa yang pernah berkumpul jiwaku dengannya, sedang bersinggungan mengingat sosok yang lalu mempunyai militansi menggebu-gebu.
Jiwa-jiwa itu menyenggol jiwaku. "Kemana aja?", "Bisa kali yok bantu² lagi", " Kontennya ditunggu ", " Cangkruk 'ala minhaj kapan ada lagi?". Jiwa mereka menegur sambil berlalu-lalang mengerjakan segunung amanah yang ada dipundaknya. Menciut jiwa ini, insecure, sedih tapi juga rindu.
Mungkin belakangan ini aku terlalu banyak bicara tanpa dzikir didalamnya, terlalu sering tertawa hingga tidak peka, lupa bahwa akan mati didunia.
Mungkin aku terlalu banyak lelap tanpa ber-muhasabah sebelum tidur tentang progres jiwa dalam sehari, apalagi kondisi ummat hari ini.
Mungkin aku terlalu banyak makan, menghabiskan banyak waktu hanya untuk memilih menu dan resto yang dituju. Berdalih mengisi energi, padahal kepuasan diri.
Mungkin juga, doa-doaku selama ini palsu, hanyalah formalitas tanpa hadir jiwa dalam lisan yang berkata.
Tapi.. Ada juga jiwa-jiwa lain yang diam padahal sering bertemu tapi seakan tak kenal. Mudah marah tanpa mengerti. Tak peka untuk menghargai dan merawat karena sudah pasti sedang dalam satu visi. Seperti luapan emosi itu bisa ditukar harganya daripada satu jiwa ini. Tak apa, bukankah itu serunya tinggal di bumi.
Mungkin jiwaku merasa sudah baik, merasa harusnya lebih dihargai, merasa sudah banyak andil dalam perjalanan ini. Padahal semuanya hanya perasaan, bukan kenyataan.
Terimakasih jiwa-jiwa pengingat diri!
5 notes · View notes
telisikasik · 3 years ago
Text
Masih tentang standart dewasa menurut masyarakat kita. Adalah ketika umur sudah 23, 25 bahkan 33. Padahal ada orang yang berumur 35, usianya sudah lewat dewasa menuju tua tapi tingkah laku tak berbeda halnya dengan anak SMA.
Ternyata, dewasa itu bukan tentang usia, tapi tentang sampainya pemahaman kita. Tentang Tuhan, tentang konsep kehidupan, tentang penciptaan, tentang hukum alam, tentang bermuamalah, tentang kemanusiaan dan semua hal yang 24/7 kita lakukan serta semua bekal yang dipersiapkan sebelum menuju kuburan.
Dan semua proses "sampai" atau "baligh" itu tak akan bisa terpenuhi hanya dengan berlalunya usia tanpa pembelajaran.
1 note · View note
telisikasik · 3 years ago
Text
PERJALANAN KEMBALI
Aku tak pernah lupa bagaimana ekspresi kaka tingkat yang sekaligus menjadi ketua panitia kegiatan orientasi mahasiswa baru saat menyampaikan sesuatu dengan berapi api.
Aku ingat betul bagaimana bunyi ayat Al quran yang beliau bacakan di depan mahasiswa baru saat itu
اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا
Yang artinya:
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”
Dan baru ku ketahui itu adalah ayat ke 172 dari surah Al A'raf (7) ketika membaca Al Qur'an.
Pertemuan dengan ayat ini cukup unik sekali. Karena aku mengetahui bunyinya terlebih dahulu, baru kemudian keterangan ayatnya. Ayat yang terngiang di benakku ini menjelaskan bahwa setiap ruh kita sudah bersaksi hanya Allaah-lah Tuhan semesta Alam.
Hari ini, semakin memperdalam lagi pembahasan mengenai ayat ini. Sesungguhnya setiap manusia sudah terinstal sesuatu yang bernama ruh, jasad, dan akal. Dan semua hal itu tersinkron dengan baik untuk membuat kita kembali menuju apa yang sudah ruh kita ucapkan jauh sebelum kita lahir ke dunia. Yaitu seperti yang disebutkan dalam surah diatas.
Bahwa sejatinya, perjalanan hidup kita di dunia adalah kembali kepada Allah. Bahwa sebenarnya, manusia terinstal fitrah baik yang seringkali tersesat oleh hawa nafsunya sendiri
Dan bulan puasa adalah cara yang paling tepat untuk melatih ruh kita agar menguasai jiwa kita. Ruh dan akal yang mendominasi jasad agar mengendalikan hawa nafsu
Masya Allah hari ini belajar banyak sekali di Kelas Mengejar Cahaya bersama Ustadz Akmal Sjafril.
SUB 02.Ramadhan.1433 | 03.04.22 22.16
13 notes · View notes
telisikasik · 3 years ago
Text
Amanah itu ternyata aktif dan reaktif. Dia ga diam saja dan pasif.
Bila ada tubuh yang sebelumnya diberi amanah besar karena mampu, lalu tetiba seiring waktu menjadi layu, pada saat itu amanah dalam dirinya bereaksi, bila dia ingat maka terpantik-lah raganya menjadi bergerak lagi memenuhi tugas yang diberi.
Tapi kemudian dilain sisi, bila tubuhnya apatis, lupa terhadapnya. Maka tak salah kemudian amanah itu bergerak ke luar mencari pundak yang lebih mumpuni dari yang sebelumnya.
Makanya bila ada sesuatu yang tidak kunjung datang kepadamu atau lari darimu, sadarlah mungkin dirimu belum layak untuk mengembannya.
18 notes · View notes
telisikasik · 3 years ago
Text
[HEALING?]
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat"
[Al-Isrā : 1]
Amul Huzni, tahun kesedihan Rasulullah.
Tahun dimana Dakwah yang dibangun tak kunjung terbangun, pengikut tetap kerucut, ancaman, caci-maki terus berlanjut, padahal sudah sedasawarsa dakwah diwartakan. Jangankan seluruh alam, satu kota saja seakan tak mendengarkan.
Ditambah kemudian pelindungnya dalam dakwah Islam selama ini menutup umur, dilanjutkan support system dalam segala hal dihidupnya juga Allah panggil kemudian.
Rasulullah, tetaplah manusia. Sebagaimana mempunyai rasa dan asa. Oleh sebabnya beliau juga bisa merasakan sedih, lalu kemudian Allah beri healing terbaik yang tak pernah beliau sangka..
Healingnya adalah isra' dari kiblat kedua ke kiblat pertama, manaiki kendaraan istimewa, memimpin sholat berjamaah bersama ratusan ribu Rasul sebelumnya, lalu mi'raj ke Sidratul Muntaha bertemu Allah Tuhan Semesta lalu diberi perintah langsung berupa sholat yang lima.
Ternyata,
Healing itu berupa pendekatan kepasa sang Pencipta, bukan nongkron ga jelas, nonton drama, atau hanya jalan-jalan semata.
Selain itu buat temen-temen yang belum tau kiblat pertama itu dimana, yaitu di Masjidil Aqsa, Tanah Syam tepatnya hari ini di wilayah Palestin. Bumi yang Allah berkahi..
Saat itu keadaan Masjidil Aqsa berada dibawah penjajahan romawi, lalu kemudian saat Rasul melihatnya, pada saat itulah dimulai perencanaan Pembebasan Al-Aqsa.
Buat kita juga yang bermadzhab Syafi'i, Imam Syafi'i itu lahir pula di tanah Syam. Tepatnya di Gaza :)
Oleh sebabnya, menjadi hal yang wajib bagi kita untuk membela dan membebaskan Palestin dari cengkraman Z1onis.. Itu juga cita-cita pembukaan undang-undang negara kita "bahwa kemerdekaan adalah ialah hak segala bangsa".
Terakhir jangan lupa sholat yang lima itu Allah berikan perintah langsung tanpa perantara. Berarti hal yang sangat mendasar dan penting selalu dinomorsatukan. Semua hal baik dalam hidup kita dimulai dari sholat yang baik:)
5 notes · View notes
telisikasik · 3 years ago
Text
[Ga Punya Ayang, Punya-nya ALLAH]
“LAPER, soalnya belum diingetin makan sama AYANG”
“DEKIL, soalnya belum disuruh mandi sama AYANG”
“GA SEMANGAT, soalnya belum liat AYANG”
“BEGO, soalnya belum disuruh belajar AYANG”
“NGANTUK, soalnya belum diucapin selamat tidur AYANG”
Mungkin ga lama lagi hidupmu selesai, gara-gara AYANG
Bisa ga sebentar aja berhenti dari semua hal cringe ini? Setelah AMEDIKETU sekarang AYANG. Istighfar 99x
Bro Sis! Ayang itu siapa mu si? Ayah? Ibu? Kakak? Adik? Tuhan? seakan-akan hidungmu ga bisa kembang kempis kalo ga ATAS IJIN AYANG. Semua perintah wajib ditaati, semua larangan wajib dijauhi. Bila tak ada perintah diam kek benda mati.
Kalo AYANG-nya udah HALAL, masih mending. Ini masih ga ada status, ikatan yang sangat mudah Putus. Pacaran kek bocah TK udah macam ga bisa hidup kalo ga ada dia. Kamu terus-terusan inget dan ngarep perhatian dari AYANG padahal dia SERING LUPA sama kamu, bahkan ketika butuh doang nge-chat kamu. Kontraproduktif banget.
Yang bikin jantung-mu tetap berdetak itu ayang apa ALLAH?
Yang ngasih oksigen untuk masuk ke paru-parumu itu ayang apa ALLAH?
Yang menghidupkan kamu setelah mati dalam tidur itu ayang apa ALLAH?
Yang menurunkan hujan supaya kamu bisa makan dari tanaman itu ayang apa ALLAH?
Ga pantas banget membandingkan ciptaan dan PENCIPTA, Astaghfirullah..
Tapi pemuda zaman ini jatuh jauh dalam kekacauan dunia, memposisikan pacar bak pencipta
Bayangkan aja bila Allah lupa ngasih kamu oksigen 10 menit aja, pasti kamu tinggal nama. Tanpa diminta Allah selalu memberikan rezeki yang adil bagi semua umat manusia, bahkan ketika kamu lupa! Allah tetap nunggu kapan waktu-mu bertaubat, Allah liatin kamu kapan mau menjemput hidayah.
Tinggalkan AYANG-mu segera, kembalilah pada PENCIPTA:)
Yang selalu ingat tanpa diminta, semua perintah dan larangan sudah jelas nyata, tinggal kau jalankan saja, lalu berharap kelak bertukar Ridho-Nya lalu masuk Surga.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah 2 : 186)
5 notes · View notes
telisikasik · 3 years ago
Text
[SuperDewan Organisasi]
Ku mau julid sedikit dan berbagi pengalaman (sebenernya yang benar adalah yang pertama si hihi)
Diantara sebagian kalangan aktivis kampus, banyak mereka memilih "pensiun" dari gelarnya itu selepas kelulusan. Seakan beralih jabatan dari "aktivis" menjadi "Dewan Penasehat Organisasi" di tempat dirinya dulu menjadi seorang aktivis.
Ternyata gelar organisator dan aktivis itu hanya sebatas waktu satu, dua periode saja. Setahun, dua tahun paling lama mungkin tiga tahun, lalu sirna pasca kuliah. Sungguh kondisi yang sangat kontra.
Setelah hilang sirna jejaknya, tetiba ia kembali sewaktu sudah bekerja dan punya karir di idam-idamkan adik kelasnya, bak superhero dunia maya menjadi "Dewan" katanya. Seakan orang paling tau keseluruhan dan sendi pergerakan organisasi, seakan orang paling bisa memberikan solusi, seakan orang yang tak akan salah bila jejaknya kita ikuti.
Tapi tak apa sebenarnya ini bagus, bagus.. bagus banget, serius! Anda sudah menjadi alumni yang peduli. Yang ga bagus adalah ketika KITA, para pensiunan aktivis ini hanya menjadi event hunter undangan-undangan alumni untuk kegiatan kampus, tentu sudah terbayang apa yang diinginkan event hunter ini.
Saya sendiri ga akan membahas hal-hal rinci yang diinginkan ini, silahkan di asumsikan sendiri, karena ini juga urusan niat di hati.
Yang pasti akan ada yang bicara, rekam, posting nantinya.. Tentu ini lumrah, tentu saja lumrah gapapa. Mungkin ya karena rasa rindu dan senang bertemu teman seperjuangan dan euforia organisasi masa kuliah.
Tapi pasti ada saja pembeda antara yang tulus dan yang "mencari muka", yang bikin hati terenyak dan bertanya
" Apa itu satu-satunya yang menjadi tujuan hadir di sela-sela kegiatan penerus estafet organisasi di kampus?"
"Apakah anda hadir hanya untuk popularitas semata?"
"Sungguh individualis sekali, padahal anda dulu katanya aktivis?"
Memang tidak semua para pensiuan begini, mungkin hanya beberapa saja (saya bedoa begitu). Banyak pula mereka yang memang tulus datang untuk berbagi cerita, ada mereka yang bergerak dalam senyap memberikan rekomendasi arah gerak, ada mereka yang diam-diam memberikan motivasi bahkan donasi tanpa harus diketahui jagat sosial media. Anda masyaAllah luar biasa! Semoga Allah membalasnya
Terakhir, "kita" yang sudah selesai dari organisasi kampus harusnya tetap menjadi aktivis di manapun berada, tetap menjadi orang yang mempunyai kebermanfaatan sosial bagi sekitar kita, mengorganisir sekitar menjadi kumpulan kebaikan masa.
Bukankah kontradiktif ada orang yang dia udah ga punya produktifitas sosial tapi menjadi "Dewan Penasehat" atau memberikan arahan bagi adik-adiknya? :)
Padahal dunia terus berubah, pola gerak organisasi juga berkembang, waktu terus berlalu... Solusi 4 tahun lalu belum tentu mampu menyelesaikan peliknya permasalahan masa kini.
"Kualitas sejati seorang manusia diukur dari bagaimana dia memperlakukan seseorang yang tidak bisa memberikan kebaikan apa pun baginya."
3 notes · View notes
telisikasik · 3 years ago
Text
DI ATAS KAKI SENDIRI #4 (Cerpen Faksi)
“Eh Mir, denger-denger kamu jalanin usaha buat nyukupin kebutuhan sehari-hari ya?”
“Wah hebat memang jiwa intel sahabatku satu ini, iya aku lagi buka jasa desain baru beberapa bulan ini. Aku juga part-time kerja di restoran Lif.”
“Wih! Manajemen waktu macam apa yang kau punya itu Mir.” Alif terkejut, tangannya yang khusyuk mengambil snack terhenti sejenak, cerita Amir sudah lebih seru ketimbang nonton drama di TV.
Amir tidak menggubris lalu dia bertanya, “Kamu kenal Abdurahman Bin Auf ?”
“Ngga.” Jawabnya singkat.
“Kalo Zubair Bin Awam?”
“Ngga.”
“Klo Zaid Bin Tsabit?”
“Ngga.” Alif menjawab dengan cepat seakan mengikuti lomba cerdas cermat.
“Haduh! kalo Isyana tau?”
“Ya tau lah!”
“Dasar pemuda zaman now ya,” jawab Amir setengah mengejek
“Emang tiga orang tadi itu siapa sih, pejabat negara? Politikus? Tokoh Publik?”
“Bisa dibilang mereka adalah ketiganya sih. Keren bukan? Selain itu mereka adalah orang-orang hebat, yang berdiri diatas kaki sendiri, berjuang tanpa bergantung pada orang lain termasuk orang tua, mereka hanya bergantung kepada Rabb-Nya, hidup sederhana tak silau jabatan dan harta. Bahkan salah satunya Abdurahman Bin Auf adalah orang yang gagal untuk miskin selama hidupnya, betapa tidak. Ketika beliau Hijrah ke Madinah, beliau ga membawa hartanya sedikit pun. Tapi tak lama, beliau bisa menjadi orang terkaya se-Madinah!”
“Wih gila sih, kok bisa begitu ya Mir?”
“Ya bisa lah, setiap mahluk sudah Tuhan atur rejekinya. Ga mungkin tertukar. Kita hanya perlu berusaha sekuat mungkin dan berdoa setelahnya. InsyaAllah pasti ada jalan.”
“Hihi, iya iya. Siap Pak Ustadz.” Alif membalas mengejek.
“Udah ah, ayo berangkat pulang sekalian ke Masjid. lima menit lagi udah adzan nih!”
“Yuk Mir, skuyy lah.”
________
- Tamat -
2 notes · View notes
telisikasik · 3 years ago
Text
DI ATAS KAKI SENDIRI #3 (Cerpen Faksi)
“Di waktu sesulit itu, tak sedikit juga cobaan dan orang yang iri terhadap hasil kerja dan jerih payah orang tuaku. Fitnah dari tetangga, ditipu oleh saudara sendiri, jatuh bangun ketika mengantar dagangan ke pasar saking lelahnya.”
“Sepertinya aku mulai tau, alasanmu tetap rendah hati selama ini,” Alif menngomentari.
“Memang ibu dan ayahku tak pernah berkata kamu harus seperti ini, kamu harus seperti itu. Tapi dari kisah hebat mereka berdua hingga sekarang mampu membeli mobil dua buah, aku dapat mempelajari hal indah.” Amir menghentikan ceritanya.
“Apa itu Mir?”
“Setiap jejak yang kita tinggalkan pasti memiliki dampak. Perbuatan baik akan berdampak baik, jerih payah ikhlas bekerja keras akan terbayar lunas, ejekan dan tipuan hanya akan mempercepat kesuksesan. Dari mereka aku belajar juga, kesederhanaan adalah ketika kita bisa membeli lebih tapi memilih mencukupkan dengan hal yang dibutuhkan…. ITU!” Amir mengakhiri perkataannya dengan menirukan Mario Teguh.
“Luar biasa, Mario Amir. Kehidupanmu udah bikin hatimu sekuat ini ya Mir, berbeda dengan kami yang hidupnya udah mulus aja dari awal,” jawab Alif sambil bercanda.
“Jalan hidup memang berbeda-beda Lif, semua pasti ada hikmahnya.”
Amir meminum sisa setengah botol air mineral tadi untuk mengganjal perutnya yang mulai merasa lapar.
_______________
Bersambung....
0 notes
telisikasik · 3 years ago
Text
DI ATAS KAKI SENDIRI #2 (Cerpen Faksi)
Suasana hening sejenak, lalu Alif membuka kembali obrolannya.
“Kenapa sih Mir, kamu ga marah diejek sama temen-temenmu itu. Mereka gatau aja kalo kamu itu bukan orang miskin, padahal ayah dan ibumu PNS. Kenapa kamu ga bales perkataan mereka. Kalo mau, kamu bisa makan di restoran tiga kali sehari, beli baju terbaru, HP tercanggih dan semua yang mereka punya.” Alif berhenti dari ocehannya yang hanya satu tarikan nafas.
“Udah ngomelnya Lif?” jawab Amir dengan tersenyum.
“Ah, tauk lah Mir.”
“Lif, aku gamau terlihat sok kaya. Padahal kekayaan itu sendiri bukan milikku, itu hasil jerih payah orang tuaku. Apa aku tega memeras harta dari mereka hanya untuk memuaskan perkataan orang lain? Padahal harta ini juga titipan Yang Kuasa, yang nantinya diminta pertanggungjawaban setiap digit dan gramnya.”
“Tapi kan Mir, kamu kan bisa meminta uang lebih buat keseharianmu. Kamu ga perlu makan dua kali sehari, ga perlu diremehin mereka.” Alif masih tak terima dengan jawaban Amir.
“Lif asalkan aku ga kelaparan, bajuku masih layak dipakai, HP-ku masih berfungsi. Buat apa aku perlu membeli yang baru dan berlebihan?”
“Ah dasar kau Mir, aku tak bisa bisa berpikir seperti itu, otakku tak sampai.”
“Aku mempunyai prinsip untuk berusaha berdiri diatas kaki sendiri Lif,” jawab Amir bangga
“Jangan memasang wajah seperti itu, aku makin kesal karena hatimu yang kuat dan sabar itu” jawab Alif dengan membuang wajah.
Kemudian Amir menceritakan mengapa dia sampai sebegitunya, padahal dia masih berkuliah dan belum bekerja. Tentu, hal ini menurut Alif seharusnya masih tanggung jawab orang tua dan tak perlu dipikul sendiri.
“Lif, tau ga sebelum orang tuaku berkecukupan seperti saat ini. Apa pekerjaan mereka?” tanya Amir
“Ya gatau lah, kan aku bukan anaknya,” jawab Alif yang masih kesal.
“Benar sekali, betapa cerdasnya sahabatku satu ini. Orang tuaku dulu hanya seorang guru honorer dan karena gajinya itu tak cukup untuk membiayai hidupku dan kakakku, mereka harus bekerja ekstra sebagai petani dan menjual sayur ke pasar setiap harinya pukul 2 sampai pukul 5 pagi. Selain itu ibu dan ayahku juga mengajar Al-Qur’an setiap sore secara sukarela”
Alif menyimak sembari menyicil snack yang baru dibukanya, rasa kesalnya mulai pudar, Amir tetap melanjutkan ceritanya.
_____________
Bersambung....
0 notes
telisikasik · 3 years ago
Text
DI ATAS KAKI SENDIRI #1 (Cerpen Faksi)
Mahasiswa semester pertengahan itu duduk termenung di depan laboratorium sehabis praktikum. Setengah botol air mineral habis diminum, pikiran dan raganya merasakan dahaga yang memumbung.
“Hei Mir!” sapa Alif. Amir sontak terkejut lamunannya pun pecah.
“Apa sih Lif, kamu bikin jantungku hampir copot aja,” balas Amir dengan memukul kecil perutnya.
“Copot aja sekalian, hehe. Kenapa lagi kamu ini? Pasti masalah biaya menyabung nyawa ya.”
“Ya begitulah Lif, pengeluaran akhir-akhir ini lumayan banyak. Soalnya lagi padat kegiatan organisasi, persiapan lomba kelas dan lain-lain,” jawab Amir.
Amir memang anak yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari, tak banyak pemuda di jaman ini yang bisa hidup hemat sepertinya. Saking hematnya Amir makan hanya dua atau bahkan sekali saja dalam sehari. Padahal dia aktivis kampus, sibuk setiap waktunya, butuh asupan gizi yang harusnya ekstra dan di lain sisi kebanyakan mereka yang aktif dalam berbagai kegiatan kampus biasanya terkenal di kalangan mahasiswa. Karena hits tentu perlu nampak keren dan instagramable di sosial media. Tapi tidak dengan Amir, dia tak sekalipun memikirkan hal-hal remeh seperti itu.
“Mir, ayo ikut kami makan di Ka-Fried Chicken,” ajak salah satu teman seorganisasinya.
“Oh ngga dulu deh kayanya, aku udah makan tadi. Maaf ya.”
“Ngapain kamu ngajak Amir sih, dia gabakal mau. Bayar uang kas aja dia ngurangin jatah makan, baju juga ga pernah ganti dari jaman maba, apalagi HP-nya masih keluaran lama,” bisik teman yang lain dengan lirih tapi masih dapat didengar oleh Amir dan Alif.
“Woy kalian, aku bisa dengar lo! Asal kalian tau aja, Amir itu…”
“Udah Lif, biarin aja.” Amir memotong pembicaraan dan menutup mulut Alif yang sedang panas.
“Ih, apa sih dasar gajelas!” jawab mereka melengos lalu bergegas pergi.
____________
Bersambung...
0 notes
telisikasik · 3 years ago
Text
[Mengorganisir Manusia Layar Kaca]
Grup Whatsapp itu tak lagi ramai, mungkin hanya 10 dentingan saja tiap harinya berbunyi. Tak ada hal menarik lagi yang perlu dibahas sepertinya. Karena tidak ada cuan, puan, jabatan duniawi yang bisa dikejar didalamnya.
Semakin kesini semakin terasa semua koordinasi menjadi tak ada rasa, katanya dengan bertemu online menjaga diri aman dari pandemi yang melanda. Nyatanya membuat hati kita yang dekat semakin menjauh, yang jauh semakin menjauh :)
Tentu pandemi bukan satu-satunya alasan yang bisa dibabi-butakan. Semuanya kembali bagaimana muslim juga harus mampu menjadi dinamis dalam setiap kondisi.
Harusnya dalam kondisi tak bertemu secara langsung adalah sebuah kerinduan tersendiri dalam amal jama'i. Bukan sedikit-sedikit "ah, kita bertemu online aja bisa kan lewat aplikasi"
Secara tak sadar merasa nyaman di atas kasur rumah, kemudian aman ketika bekerja, tapi rentan ketika berdakwah :)
Hati-hati kita menjadi keras karena kenyamanan menikmati fasilitas duniawi, menjadi lupa tentang jati diri seorang da'i yang harusnya berpeluh-peluh menyebarkan risalah ilahi.
Kawan, mari kembali! ada saudaramu disini yang sedang berjuang sendiri. Ada qiyadah yang memanggul beratnya risalah yang tak sanggup diemban gunung yang kokoh dan tinggi. Mereka menanti engkau dengan penuh harap akan segera kembali.
Tak apa meski dalam beberapa kurun ini kau tak ada kabar, menghilang, lalu kembali tanpa rasa bersalah. Sungguh tak apa, karena dekapan dakwah ini hangat, penuh maaf, dan doa baik yang terkabulkan tak boleh dihinakan dengan kemarahan :)
-berharap penulis sanggup berbuat seperti itu-
1 note · View note
telisikasik · 3 years ago
Text
[COVER DAKWAH]
Sejenak menepi, merenungi, #muhasabah diri, melihat jejak yang sudah ditapaki. Apakah benar ia #dakwah?
Mari kita lihat sebuah kenyataan, di aktivitas dimensi lain.
Tak sedikit lagu yang di-cover itu lebih banyak #viewers-nya, benar? Tentu. Sudah bukan rahasya umum lagi. Padahal kalo kita tengok dari sekian banyak #cover lagu, berapa persen yang benar-benar menghayati, paham dan mengerti apa yang dimaksud dari pencipta lagu tersebut? Berapa persen yang ga cuma ikut-ikutan dan mengejar dollar?
Lalu bagaimana kalo "cover" juga ada dalam dakwah? "Cover Dakwah" begitu. Ngeri juga ya kan. Tak perlu kita bayangkan, karena hal ini juga terjadi di lingkungan sekitar.
Mungkin kita sudah merasa berusaha dan melakukan usaha terbaik dalam menyampaikan kebaikan, mungkin kita sudah menghabiskan sekian bensin untuk menempuh kilometer menuju tempat tujuan, mungkin kita telah meluangkan putaran waktu bersama keluarga untuk melakukan pengabdian.
Mungkin kita merasa sudah melakukan #bestpractice dan baik-baik saja dengan keadaan. Padahal kita hanya terlena dalam kesibukan dan mencari kesenangan dibalik "cover kebaikan"
Bukankah output itu sesuai input? Sudahkah kebaikan dan konten-konten yang kita buat untuk ummat juga membuat diri kita menjadi baik? Sudahkan ruhiyah diri ini kemudian menjadi semakin baik seiring dengan intensitas dakwah yang kita lakukan?
Bukankah pesan kebaikan itu harusnya sampai dulu terhadap nurani sendiri sebelum nurani orang lain?
"Wa lâ talbisul-haqqa bil-bâtil", tentu tak akan bisa bercampur antara kebaikan dan keburukan.
Bukan berarti kemudian kita yang sudah terlanjur tidak tepat, lantas menghilangkan aktivitas dakwah kita. Itu hal yang salah!
Kalau kita bijak hilangkanlah penyebabnya. Mulailah dari niat yang ikhlas, tujuan yang lurus, Allah ghayyatuna, buang hal-hal yang dapat menyebabkan amal-amal dakwah kita menjadi cacat dan rusak, kemudian istiqomahlah.
0 notes
telisikasik · 3 years ago
Text
[Tak Ada Hati Yang Tak Bisa Luluh]
"Hatiku udah membatu, udah ga bisa masuk hidayah ini, udah susah buat berubah." Ucap kebanyakan remaja hingga setengah baya untuk membenarkan tindakan salahnya.
Atau..
"Udah ah, gua udah capek ngingetin dia, udah membatu kali hatinya." Kata seorang aktivis kebaikan yang membenarkan tindakannya untuk berhenti mengingatkan saudaranya
Pertanyaannya? Batu punya salah apasih sama kalian. Hehe. Sampai-sampai ia seperti sangat dibenci lalu dijadikan bahan tempat menyalahkan, pembunuhan karakter pada batu pun dimulai oleh manusia.
Mentang-mentang batu ga bisa melawan, bukan berarti kita seenaknya menjadikan batu sebagai alasan. Mari kita objektif kepada batu, kita telisik sisi lain darinya.
Dalam pelajaran geografi, kita tahu bahwa batu memang keras, tak bercelah dan solid. Tapi di sisi lain batu juga dapat melapuk karena tetesan air, lembapnya udara dan panasnya surya.
Se-Batu apapun batu, ia tetap bisa pecah, ia tetap bisa luluh. Nah! Apalagi hati, ia ga sekeras batu, ia pun hidup dan bernyawa.
Gempur saja terus dengan tetesan nasihat, dengan hikmah, dengan ayat-Nya. InsyaAllah akan ada masa dimana masuknya hidayah!
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya." (QS. Al-Baqarah : 74)
0 notes