#ziarahMadura
Explore tagged Tumblr posts
iczizah · 8 years ago
Text
Wisata Religi @MaduraIsland
Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh. Mau sharing nih makam ulama yang ku dan keluarga singgahi di Madura pas liburan kemarin dan nambahin sedikit kisahnya:3
Sini sini silakan dibaca mungkin yang berminat-berniat ziarah ulama di Madura, atau kepo aza juga boleh hihi. Ini ku urutin yaa, jadi jalurnya Bangkalan - Pamekasan - Sumenep 
1. KH. Kholil Bangkalan. makamnya terletak di dalam Masjid Agung Bangkalan.
Tumblr media
Siapakah beliau?
Keberadaan Nahdlatul Ulama (NU) tidak bisa dilepaskan dari peran Syaikhona Kholil Bangkalan. Syekh Kholil bisa dibilang orang yang "memulai" gagasan pendirian NU dengan mengutus santrinya KHR As'ad Syamsul Arifin untuk menemui KH Hasyim Asy'ari. Kiai Kholil dikenal sebagai sosok ulama yang melahirkan cukup banyak ulama berpengaruh.
Untuk peranan beliau dalam kelahiran NU setelah membaca kisahnya itu ringkasnya begini. KH. Hasyim Asy’ari awalnya masih ragu untuk mendirikan NU, kemudian KH Kholil memberikan amalan untuk KH Hasyim melalui KHR As’ad : “Saat ini Kiai Hasyim sedang resah. Antarkan dan berikan tongkat ini kepadanya,” titah Kiai Cholil kepada As’ad. “Baik, Kiai,” jawab As’ad sambil menerima tongkat itu.“Setelah membeerikan tongkat, bacakanlah ayat-ayat berikut kepada Kiai Hasyim,” kata Kiai Cholil kepada As’ad seraya membacakan surat Thaha ayat 17-23.Allah berfirman: ”Apakah itu yang di tangan kananmu, hai musa? Berkatalah Musa : ‘ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya’.” Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu dilemparkannya tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat”, Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaan semula, dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula), untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang besar.”
Setelah setahun waktu berlalu sejak Kiai Cholil menyerahkan tongkat kepada Kiai Hasyim. Namun, jamiyyah (NU) yang diidam-idamkan tak kunjung lahir juga. Tongkat “Musa” yang diberikan Kiai Cholil, masih tetap dipegang erat-erat oleh Kiai Hasyim. Suatu hari KH As’ad datang lagi untuk menyampaikan  titipan khusus dari Kiai Cholil Bangkalan. “Kiai, saya diutus oleh Kiai Cholil untuk menyerahkan tasbih ini,” kata As’ad sambil menyerahkan tasbih. “Kiai juga diminta untuk mengamalkan bacaan Ya Jabbar (Maha Memaksa) Ya Qahhar setiap waktu,” tambah As’ad. Entahlah, apa maksud di balik pemberian tasbih dan khasiat dari bacaan dua Asma Allah itu. Mungkin saja, tasbih yang diberikan oleh Kiai Cholil itu merupakan isyarat agar Kiai Hasyim lebih memantapkan hatinya untuk melaksanakan niatnya mendirikan jamiyyah. Sedangkan bacaan Asma Allah, bisa jadi sebagai doa agar niat mendirikan jamiyyah tidak terhalang oleh upaya orang-orang dzalim yang hendak menggagalkannya. Setelah menerima tasbih dan amalan itu, tekad Kiai Hasyim untuk mendirikan jamiyyah semakin mantap
2. Makam Batu Ampar Pamekasan.
Tumblr media
Makam siapakah ini?
Jadi gaess, makam batu ampar ini terdiri dari beberapa makam wali (bisa dilihat di photo) 
sedikit kisahnya..
Di sebuah desa di wilayah Bangkalan, Madura, hiduplah seorang ulama bernama Sayyid Husein. Beliau termasyhur dan memiliki banyak santri karena ketinggian ilmu, keluhuran budi akhlaknya dan karomah yang dimilikinya berkat kedekatannya dengan Sang Khaliq. Beliau sangat dihormati oleh penduduk sekitar, namun ada segelintir orang yang benci dan iri dengki kepadanya atas kedudukan beliau yang terhomat.Suatu hari datanglah sekelompok orang yang iri tersebut dan berniat menghancurkan kedudukan Sayyid Husein. Mereka merekayasa berita bohong bahwa Sayyid Husein bersama para santrinya merencanakan pemberontakan dan berencana menggulingkan kekuasaan Raja Bangkalan. Berita ini terdengar ke telinga Raja dan ia menjadi gelisah. Tanpa berpikir panjang, raja mengutus panglima perang dan sejumlah pasukan untuk membunuh Sayyid Husein yang tidak bersalah.  Sayyid Husein yang sedang beristirahat di kediamannya pun dikepung dan dibunuh dengan keji tanpa sempat menjelaskan oleh para tentara kerajaan. Beliau wafat seketika dan oleh masyarakat setempat dimakamkan di perkampungan tersebut. Selang beberap hari sejak Sayyid Husein wafat, Raja pun memperoleh informasi yang sebenarnya bahwa Sayyid Husein tidak pernah melakukan apapun seperti rumor yang beredar. Raja sangat menyesali keputusannya yang tidak berdasar pada bukti kuat. Ia pun bingung harus dengan cara apa menebus kesalahannya. Akhirnya, Raja memberi gelar kepada Sayyid Husein dengan sebutan Bujuk Banyu Sangkah (Buyut Banyu Sangkah) .  Kedua putra Sayyid Husein pun pergi dari desa. Salah satu putranya bernama Abdul Manan pergi mengasingkan diri ke sebuah hutan lebat di wilayah Pamekasan yang terletak di perbukitan Batu Ampar. Beliau mendekatkan diri kepada Allah dengan bertapa di bawah pohon kosambi selama 41 tahun, sebelum akhirnya ditemukan oleh anak perempuan yang sedang mencari kayu bakar. Singkat cerita, Abdul Manan dibawa oleh ayah sang anak perempuan ke rumah mereka dan dinikahkan dengan anak perempuan tersebut. Keanehan terjadi pada hari ke-41 pernikahan mereka, istri Abdul Manan yang menderita penyakit kulit mendadak sembuh dari penyakitnya dan kulitnya menjadi putih bersih yang membuat parasnya cantik jelita. Pernikahan mereka dikarunia dua orang putra. Bertahun kemudian setelah berdakwah, Abdul Manan wafat dan dimakamkan di Batu Ampar. Beliau mendapat gelar Bujuk Kosambi. Sejak saat itu, keturuannya pun dimakamkan disana.Hingga hari ini, banyak masyarakat yang berkunjung untuk berziarah di makam Batu Ampar tersebut. Baik masyarakat lokal maupun dari luar daerag ramai berziarah kesini terutama saat Bulan Ramadhan dan Maulid Nabi. Menurut cerita para sesepuh, bila peziarah dating dengan niat yang baik, mereka akan mendapatkan ketenangan batin yang membuat mereka betah berdoa lama-lama di tempat tersebut. Selain kesuciannnya yang memancarkan aura tersendiri, suasana makam tersebut juga sangat sejuk dan rindang. Dipercaya, bila kita dapat menamatkan ayat suci Al-Quran saat berkunjung kesini, hidup kita akan menuai keberkahan dan segala doa dan permohonan kepada Allah akan lebih mudah dikabulkan. Hal ini yang menjadikan tempat ini selalu ramai diziarahi oleh banyak orang.
http://tempatwisataunik.com/info-wisata/wisata-religi/batu-ampar-madura
3. Asta Sayyid Yusuf Talango Sumenep. Kalau kesini asyikk loh, kudu nyebrang laut pake ferry 15 menitan dari pelabuhan Sumenep hihi
Tumblr media
Siapakah beliau?
Berdasarkan selebaran yang diberikan kepada para peziarah di Astah Sayyid Yusuf, nama Sayyid Yusuf sendiri merupakan seorang keturunan Nabi Muhammad yang lahir di Makkah. Sayyid Yusuf juga sempat mengenyam pendidikan Al-Qur’an serta Hadist. Ia kemudian melakukan perjalanan sebagai seorang musafir ke arah tenggara hingga tiba di Kalimantan lalu ke pulau Madura.Yang menjadi simpang siur, bahkan masyarakat setempat sekali pun tidak yakin bahwa makam yang dikunjungi puluhan hingga ratusan peziarah setiap harinya ini, merupakan makam Sayyid Yusuf. Hal ini sebagaimana keterangan berikut :Ada hal yang menarik tentang awal mula keberadaan makam Sayyid Yusuf . Berawal dari perjalanan Raja Sumenep Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat, beserta pasukannya berangkat dari Keraton Sumenep Madura dengan tujuan untuk menyebarkan syiar agama Islam di Kepulauan Bali. Ditengah perjalanan terdapat cahaya terang, sehingga membuat perjalanan mereka terhenti di Pulau Poteran (Kecamatan Talango). Sultan Abdurrahman lantas memasuki hutan belantara tempat asal cahaya itu muncul. Terdapat gundukan tanah, sehingga ketika Sultan Abdurrahman mengucapkan salam, namun suara itu masih tidak jelas. Beliau bermunajat memohon petunjuk tentang siapa dan darimana asal suara itu. Akhirnya sebuah daun yang bertuliskan “Hadza Maulana Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-hasani”. Sebelum meninggalkan tempat gundukan tanah yang dipercayai adalah Sayyid Yusuf, Sultan Abdurrahman menancapkan tongkat di dekat makam dan berjanji akan kembali untuk memagar makam itu jika beliau beserta rombongan selamat. Dari cerita Abu Hasan, salah satu asli warga Talango, memang tidak ada yang tahu pasti tentang keberadaan jasad Sayyid Yusuf . Karena hanya orang-orang yang mempunyai mukasyafah ( orang yang memiliki penglihatan secara batin ) yang dapat melihat kejelasan ada tidaknya jasad pada kuburan Sayyid Yusuf. Hal lain mengenai riwayat kuburan Sayyid Yusuf adalah banyak sekali kuburan Sayyid Yusuf di tempat lain, bahkan diluar negeri, Namun dari cerita Sayyid Yusuf dalam enam tempat itu terdapat pembedaan versi dalam menceritakan sejarah Sayyid Yusuf. (Doc. Majalah ACTIVITA)
http://www.emadura.com/2015/03/sejarah-dibalik-keramaian-astah-sayyid_27.html
4. Asta Joko Tole Sumenep.
Tumblr media
Siapakah beliau?
Diceriterakannya didalam sejarah Madura bahwa cucu Pangeran Bukabu mempunjai anak bernama Dewi Saini alias Puteri Kuning (disebut Puteri Kuning, karena kulitnya yang sangat kuning) kesukaannya bertapa. Dengan perkawinan bathin dengan Adipoday (suka juga bertapa), putera kedua dari Panembahan Blingi bergelar Ario Pulangjiwo, lahirlah dua orang putera masing2 bernama Jokotole dan Jokowedi. Kedua putera tersebut ditinggalkan begitu saja dihutan. Putera yang pertama, Jokotole, diketemukan oleh seorang Pandai Besi bernama Empu Kelleng didesa Pakandangan, didalam keadaan disusui oleh seekor kerbau yang putih. Sedangkan putera yang kedua, Jokowedi, diketemukan di Pademawu, juga oleh seorang Empu.
Jokotole sempat ke Kerajaan Majapahit untuk membantu membuatkan gerbang dan membantu bidang pertahanan kerajaan. Sehingga Raja menikahkan anaknya Dewi Ratnadi dengan Jokotole. 
Beliau pernah berperang di Sumenep. Didalam peperangan itu, Pangeran Secoadiningrat III mengendarai Kuda Terbang, sesuai dengan petujuk dari pamannya (Adirasa). Pada suatu saat setelah ia mendengar suara dari pamannya, yang berkata : „ Pukul maka Jokotole menahan kekang kudanya dengan keras sehingga kepala dari kuda itu menoleh kebelakang dan ia sendiri menoleh sambil memukulkan cemetinya (cambuknya) yang mengenai kendaraan musuhnya sehingga hancur luluh jatuh ditanah. Dari kejadian-kejadian inilah, maka kuda terbang yang menoleh kebelakang dijadikan Lambang bagi daerah Sumenep. Sebenarnya sejak Jokotole bertugas di Maja¬pahit sudah memperkenalkan lambang kuda terbang. Di pintu gerbang dimana Jokotole ikut membuatnya terdapat gambar seekor kuda memakai sayap, dua kaki belakang ada ditanah, sedang dua kaki muka diangkat kebelakang. Demikian pula di Asta Tinggi Sumenep di salah satu congkop (koepel) terdapat gambar kuda terbang yang dipahat diatas manner. Juga dipintu gerbang rumah Kabupaten (duhulu Keraton) Sumenep ada lambang kuda terbang. Di museum Sumenep juga terdapat lambang kerajaan yang ada kuda terbangnya.
lengkapnya : https://jawatimuran.net/2013/12/26/riwayat-jokotole/ 
5. Gua Pajudan Sumenep. Perjalanan kesini butuh effort hehe, letak guanya di Gn. Pajudan Sumenep. Tapi seru banget soalnya pemandangan dan suasananya so cool ^^
Tumblr media
photonya adanya ini maapkan :3 
Jadi kalau sudah sampai sana, nanti kita diperbolehkan masuk ke dalam gua menuju ke tempat pertapaan2 raja tersebut. Bisa ngerasain gimana rasanya duduk-duduk di gua hueee gelap, lembab, sunyi... belum lagi, kan ada tuh bapak2 (yang nganterin kita dari bawah sampe naik ke gua) yg juga masuk, dia bilang kalau misal kita memejamkan mata, kemudian merenung, tanpa suara nanti lama-lama akan mendengar jeritan orang yang disiksa dari neraka. wadaw gimana tuhhh -- serem gile kan :”) . katanya emang disini kadang dibuat tempat orang-para pendosa- untuk bertaubat, yaiya tobat beneran deh kayanya kalo denger begituan hikss . but we dont try it *ampunilah hambaMu ini, semoga terhindar dari dosa huhuuu
sejarah gua ini...
Gua ini banyak memiliki arti penting bagi masyarakat Madura khususnya Sumenep, karena keterkaitannya dengan sejarah Raja-raja Sumenep pada Abad ke 14 – 17. Karena Gua Payudan ini dulunya digunakan sebagai tempat bertapa/bersemedi sebagian Raja-raja Sumenep, yang diantaranya Potre Koneng yang merupakan putri dari Pangeran Siccadiningrat II, Pangeran Jokotole, Pangeran Jimat, Ke’ Lesap dan masih banyak lagi Raja-raja yang bersemedi di Gua Payudan ini.
Adapun raja-raja Sumenep yang pernah bertapa di Goa ini adalah:Potre Koneng, adalah Putri dari Pangeran Soccadiningrat II Raja Sumenep yang berkuasa sekitar tahun 1366 sampai 1386 yang keratonnya pada waktu itu masih berada di Desa Banasare Kecamatan Rubaru. Potre koneng ini mempunyai suami yang juga raja di Sepudi yang bernama Adi Poday sekitar tahun 1399-1415 yang masih cucu dari sunan Ampel Surabaya.Pangeran Jokotole, adalah Pangeran yang bergelar Pangeran Soccadiningrat III Raja Sumenep pada Tahun 1415-1460. beliau adalah Putra tertua dari Pasangan Potre Koneng dengan Adipoday. Jokotole tidak hanya di kenal di wilayah Madura saja, tetapi sudah keluar Madura seperti Jawa dan Bali. Konon Jokotole merupakan raja yang sangat disegani karena keahlian ilmu kanoragannya. Hal ini terbukti pada jaman kerajaan Majapahit, Jokotole mampu mengalahkan Blambangan yang pada akhirnya di jadikan Menantu raja majapahit yaitu Raja Brawijaya. Pangeran Jimat, Raja Sumenep tahun 1731-1744, adalah putra Pangeran Rama (Pangeran Cakra Negara II) Ke Lesap, Raja Sumenep tahun 1749-1750, beliau berkuasa hanya sebentar karena tewas terbunuh ketika berperang melawan raja dari bangkalan. Adapun Ke Lesap sendiri adalah keturunan dari Bangkalan. Bindara Saod. CR. Tumenggung Tirtonegoro) Raja Sumenep tahun 1750-1762
http://kunjungjatim.blogspot.co.id/2016/05/gua-payudan-pajudden-pertapaan-para.html
SEMOGA BERMANFAAT :) 
1 note · View note