#widodari
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kaliyan Widodari
Sebuah AU dari ilustrasi Kak Nepa. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tokoh, kejadian, atau cerita hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
TRIGGER WARNING: 18+, Suicidal attempt, angst, not happy ending.
Suara berkelentang sebuah benda yang jatuh, menyadarkanku dari rasa kantuk. Sekarang masih pukul tiga pagi, namun, aku harus sudah bangun untuk dirias. Aku membungkukkan tubuh untuk mengusir rasa kantuk, berniat mengambilkan benda tersebut, namun kedua pundakku dicengkeram kuat-kuat oleh asisten perias pengantin yang bertugas membuat sanggul.
“Mpun kakehan obah sirahipun, Mbak,” ucap sang asisten. Meskipun disebut asisten, namun beliau lebih senior dari sang perias. Aku menuruti perintah tersebut. Dari ekor mata, kulihat sebatang pensil alis berwarna oranye kini sudah berada dalam genggaman wanita muda tersebut. Ah, rupanya seorang perias manten yang kondang di daerahku memakai jenama pensil alis yang sama denganku. Merek klasik ini lazim dipakai perias pengantin Jawa lainnya sebab memberikan hasil tegas dan menambah pikat manglingi. Meski begitu, alasan kami memakainya mungkin tidak sama.
***
“Mbak, permisi,” sapaku sambil mencolek pundak seseorang yang berada di sebelah kanan. Kuliah pertama pagi ini dimulai pukul setengah tujuh, sementara aku baru bangun jam enam karena lupa memasang alarm semalam. Kalang kabut karena khawatir terlambat, aku melupakan tas jinjingku di meja belajar kemudian berlari lintang pukang menuju parkiran motor dan memacu kendaraan menuju kampus. Kini, setelah berhasil masuk kelas sebelum dosennya datang, aku baru sadar jika tidak membawa kotak alat tulis.
“Ya?” jawabnya meski dengan pandangan tetap terpaku pada lembaran handout di tangan. Jemarinya yang lentik berhias beberapa buah cincin logam yang masing-masing tersemat pada jempol, jari manis, dan kelingking. Pagi ini kami ada kuis, jadi wajar jika orang-orang di sekitarku sibuk mengejar ketertinggalan belajar mereka, atau sekadar mengulas kembali hasil belajar mereka semalam.
“Maaf Mbak, bisa pinjam pulpen? Pulpenku ketinggalan.”
“Oh … bisa, sebentar.” Ia mengeluarkan kotak pensil dari dalam ransel, lalu merogoh satu pulpen.
Tanpa melihat ke arah kotak pensilnya, hanya dengan mengandalkan intuisi dan indra peraba, ia menyerahkan pulpen tersebut. Aku yang terburu-buru langsung menerima tanpa pikir panjang seraya berterima kasih. Barulah ketika tutupnya kubuka, lalu aku hendak mencoret sesuatu pada lembar handout-ku, kusadari ini bukan pulpen. Bukan pula pensil, melainkan sebuah pensil alis.
Aku mendengkus geli, menertawakan kebodohanku sepagi ini yang melupakan banyak hal, hingga berakhir dipinjami pensil alis. Gadis di sebelahku menoleh. Untuk pertama kalinya pandangan kami berserobok. Mataku terjerembab dalam kolam cokelat madu miliknya yang dibingkai kacamata. Dadaku seketika berdesir, menatap paras ayu di hadapanku. Kami saling berpandangan kemudian ia mengalihkan perhatian ke pensil alis di tanganku. Kemudian, kami saling tertawa tanpa aba-aba.
“Waduh, maaf, maaf, Mbak,” ucapnya. Ia meraba tasnya lagi, kemudian mengambil kotak pensil yang berbeda. Kali ini berwarna kuning, sebelumnya biru. Aku mengembalikan pensil alis di tangan, kemudian ia menukar dengan pulpen sungguhan. Sebelum aku sempat bertanya mengapa ia sampai tertukar dengan kotak makeup-nya, gadis ini menjelaskan padaku. “Ibuku perias manten. Tadi beliau telepon minta diantarkan kotak riasnya yang ketinggalan, tapi aku bilang aku ada kuis pagi ini, sebelum mampir ke sana.”
“Ooh,” gumamku lirih. “Nggak keburu dimulai acaranya kalau diantar nanti?”
Seraya mengibaskan telapak tangannya, ia menyanggah, “Acara akad nikahnya nanti dimulai sehabis Jumatan, kok. Kelas kita selesai jam delapan, jadi masih sempat.”
Lalu, obrolan kami terputus karena kehadiran asisten dosen yang membagikan materi kuis. Dosen kami di mata kuliah ini selalu tepat waktu, jadi tidak ada lagi kesempatan untuk berbicara dengannya sepanjang kelas. Barulah setelah kelas kami selesai dan aku menemukan teman-temanku di bangku paling belakang, mereka menarik lengan bajuku lalu berbisik lirih.
“Kowe lapo omong-omongan karo Mbak Laras?”
Aku mengerutkan kening. Oh, mungkin maksud mereka perempuan yang tadi duduk di sebelahku. Jadi, dia-lah senior kami yang menjadi bulan-bulanan bahan gosip anak-anak se-angkatan karena dia mengulang kelas di semester ini. Tidak, dia bukan satu-satunya orang yang mengulang, hanya saja jika nama ‘Laras’ yang disebut, seluruh dunia terasa seperti gonjang-ganjing karena kabar miring yang melekat padanya.
“Terus kenapa?” sanggahku. “Orangnya baik, kok.”
Temanku mencibir. Namun, sepertinya dia bisa merasakan ketidaknyamananku terhadap pembicaraan ini sehingga ia mengalihkan pada topik lain.
***
“Merem, Mbak,” perintah periasku. Aku langsung menuruti dengan patuh.
Kali ini ia memulaskan perona mata di sepasang kelopakku yang terkatup erat. Gerakan tangannya halus dan penuh kehati-hatian. Meski ini bukan pertama kalinya aku dirias oleh orang lain, namun tubuhku berguncang hebat dalam badai perasaan nan carut-marut. Sebab, kenyataan bahwa aku akan menjadi istri Mas Pandu dalam beberapa jam lagi perlahan mengendap dalam alam sadarku, dan membuat perutku bergejolak. Atau bisa jadi ini hanya guncangan yang ditimbulkan dari asisten perias pengantin yang sedang menyasak rambutku dengan sedikit kasar, bahkan rasanya seperti dijambak. Aku ingin sekali membuka mata, berharap kenyataannya akan berubah jika aku melihat secara langsung, tetapi tentu saja ini mustahil.
Gedung sudah dibayar lunas. Petugas katering mungkin sedang mondar-mandir di markas mereka mengolah hidangan untuk siang ini. Penghulu akan datang tepat pukul delapan pagi ditemani petugas dari KUA sebagai saksi. Para tamu undangan menyusul kemudian. Tidak ada jalan lain. Aku telah mengambil sebuah keputusan besar, dan kini harus menghadapi semuanya seorang diri.
Jauh di balik sana, diam-diam aku menangis. Meratapi keadaan yang memaksaku berada dalam situasi ini. Memisahkan paksa dua insan yang saling mencintai, hanya karena hubungan kami yang mesra dianggap terlarang oleh kebanyakan orang.
***
“Jangan mengintip!” Ia terkikik geli ketika aku menggerak-gerakkan bola mata di balik kelopak yang pejam. Aku mencibir, merengkuh pinggang rampingnya di hadapanku untuk menggodanya.
“Aku nggak ngintip, Mbak Laras,” balasku.
Laras membebaskan diri dari dekapan, kembali fokus memulas mata. Aku bisa rasakan hela napasnya yang secara tidak sadar tertahan jika dia sedang menggambar celak. Acara wisudaku akan dimulai beberapa jam lagi, tetapi kami masih tampaknya belum membuat kemajuan yang berarti dalam urusan merias wajah. Laras bilang, aku harus tampil manglingi di acara ini. Dia lupa jika aku hanya akan menghadiri wisuda, bukan menjadi mempelai pengantin.
Orang tuaku janji akan menjemput di rumah Laras kurang dari satu jam lagi, namun kami tidak kunjung bersiap juga. Laras sudah lulus tahun lalu, aku menyusulnya dua semester kemudian. Ia bekerja sebagai asisten ibunya yang memiliki usaha sebagai pengelola acara pernikahan, bekerja sama dengan vendor-vendor lain yang jasa mereka saling melengkapi seluruh rangkaian kebutuhan pengantin; dekor pelaminan, tenda, katering, pemain musik—tradisional gamelan lengkap dengan sindennya, atau musik band—hingga pembawa acara dan penari tradisional cucuk lampah. Latar belakang pendidikannya di bidang Ekonomi mungkin kurang sesuai dengan profesi rias pengantin, namun Laras lebih banyak bekerja di belakang layar dalam mengatur keuangan bisnis mereka.
Helaan napas Laras yang menggelitik kembali terasa di leher hingga merambat ke tengkuk, ketika ia sudah selesai membuat celak. Tidak sepertinya yang lebih jago berhias, aku tidak pandai memakai kosmetik. Pensil alis yang tersimpan di laci meja di kamarku, masih utuh tidak terpakai. Aku membelinya sebagai memento, untuk pengingat pertemuan pertamaku dengan seseorang yang mengisi tempat paling spesial dalam diriku.
“Oke, udah sama belum ya?” gumam Laras lirih.
“Mana cerminnya, aku mau lihat,” desakku. Aku membuka mata, hendak merebut cermin meja yang terletak di balik punggung Laras.
“Nggak boleh, nanti dulu.”
Namun, Laras menghalangiku dengan tubuhnya. Kami sempat bergelut meski tidak bersungguh-sungguh, hingga akhirnya aku berhasil mengunci tubuh Laras di kasur. Tempat tidurnya yang berada di lantai—tanpa dipan—menahan kepalanya untuk tidak membentur permukaan pualam yang keras. Cermin mejanya telah berpindah tangan ke dalam genggamanku, sementara kedua tangan Laras terkulai di sisi tubuhnya. Kudekatkan cermin tersebut ke hadapan wajah, namun belum sempat kulihat pantulan bayangan di sana, Laras menubrukku.
Bibir kami bersentuhan secara tidak sengaja selama beberapa detik ia berusaha mempertahankan cerminnya. Aku mematung. Begitu juga dengannya. Pandangan kami terpaku pada satu sama lain, lalu entah siapa yang memulai duluan—sespertinya aku—aku mengunci Laras di kasur, bibir kami saling tertaut dalam tarian nan gemulai. Berpagut di antara ceruk antara kedua bibir ranum dan sedikit menganga, membalut satu sama lain dalam jala-jala yang terbentuk dari tetes saliva.
Damba di antara kami telah tertambat begitu lama, terselip dalam bulan demi tahun yang dijalin bersama. Aku ingin terus mencumbunya demi menuntaskan dahaga, pun demikian Laras tampak tidak lagi sanggup menyembunyikan percik nyala di antara kami yang kian berkobar, dari balik matanya yang jernih serupa cermin, memantulkan asaku nan membara.
Satu-persatu helai kain yang menghalangi kami mulai terlucuti. Waktu seolah terhenti di sini, dalam surga kecil yang kami ciptakan berdua. Lenguhan Laras dan suara paraunya saat memanggil-manggil namaku serupa nyanyian paling merdu di telingaku. Kami asyik masyuk merayakan sebuah pernyataan akan cinta kasih yang ingin bersatu dalam peraduan.
“Gusti Pangeran! Laras! Anindya! Apa-apaan kalian?”
Cinta kami indah dan murni. Hanya karena kami berdua saja yang bisa merasakan, bukan berarti ini tidak boleh terjadi. Seandainya saja pada saat itu kami sudah memastikan kalau pintunya sudah terkunci dengan benar.
***
Sudut-sudut mataku yang tiba-tiba basah, diseka dengan kapas kesat oleh periasku. Aku membuka mata, menatap bayangan seorang wanita dengan mata memerah, sanggul setengah jadi, dan wajah yang tidak lagi bisa kukenali. Aku tidak mengerti mengapa orang-orang begitu terobsesi menjadi ‘manglingi’ pada hari pernikahannya, sementara aku merasa menjadi orang lain dengan penampilan seperti ini.
“Jangan bersedih, Anin,” bisik periasku. Kini ia sedang memulas perona pipi dengan polesan lembut dan satu arah. “Ini hari berbahagiamu.”
Hanya ada satu orang yang memanggilku demikian. Keluarga, teman-teman, dan Mas Pandu menyebutku dengan Nindya.
Asisten perias pengantin berdeham, kembali menarik rambutku sedikit lebih keras agar bisa disanggul dengan rapi. Padahal aku sudah diperingatkan dari jauh hari untuk tidak memotong rambut sampai hari pernikahan tiba, namun semalam aku menggunting rambutku yang sepunggung menjadi sebatas pundak dengan gunting dapur yang beraroma bumbu mie instan sekenanya saja sebagai bentuk perlawanan terakhirku pada ibu dan bapak.
Mas Pandu adalah seseorang yang diperkenalkan padaku, segera setelah insiden sebelum wisuda itu sampai ke telinga bapak dan ibu. Dia anak teman sekantor Bapak ketika masih aktif sebagai PNS. Memiliki wajah rupawan, pendidikan bagus, serta pekerjaan yang menjanjikan hari tua, tampaknya tak bisa menggoyahkan hatiku, sebab aku telah seutuhnya tertawan pada seorang gadis. Namun, perkenalan ini pun berujung menuju pelaminan juga, karena masing-masing orang tua telah setuju dan tanggal telah ditentukan.
Satu permintaanku yang dengan terpaksa dituruti oleh bapak dan ibu adalah kebebasan memilih sendiri perias pengantin. Mereka berdua tahu siapa yang akan kupilih, namun dengan berat hati menyetujui karena aku mengancam akan mengakhiri hidup dengan mengacungkan sebilah pisau dapur di leherku sendiri. Rasa sakit di kepala saat ditancapi tusukan konde tidak sebanding dengan ngilu di hatiku saat melihat Laras kembali sedekat ini. Dia terlihat baik-baik saja, masih bisa tersenyum mendampingi segala rangkaian prosesi pernikahanku mulai dari siraman, malam midodareni, hingga akad nikah yang dilanjutkan dengan resepsi. Sejauh manapun kami berusaha mempertahankan perasaan ini, pada akhirnya akan kandas juga.
Aroma asap rokok yang mulai disulut oleh asisten perias pengantin, perlahan menyeruak masuk dalam penciumanku. Sepertinya, sudah tiba waktu untuk sembogo, prosesi meniupkan asap rokok ke bagian kepala pengantin wanita untuk memecah aura dan agar pengantin terlihat ‘manglingi’. Asisten perias pengantin sudah bersiap untuk melakukannya, namun perias pengantinku menghampiri beliau, lalu meminta dengan lembut.
“Biar saya saja Bu.”
Asisten perias memicingkan mata ke arahnya, seolah sangsi jika dia bisa melakukan prosesi sendiri pada klien pertamanya seumur hidup.
“Mbak Laras ndak boleh macem-macem lho,” ancam beliau sebelum menyerahkan rokok tersebut. “Nanti kalau ada apa-apa, saya yang harus tanggung jawab ke ibunya Panjenengan.”
“Kulo mangertos, Bu.”
Pada saat ini, aku berani bersumpah, jika Laras yang selama ini selalu tenang dan tampak penuh pertimbangan, membiarkan suaranya yang lembut terdengar sedikit serak dan pecah. Laras berdeham sekali, kemudian menghampiriku sambil membawa rokok tersebut. Diisapnya lamat-lamat dengan mata setengah terpejam, kemudian diembuskan ke arahku. Aku sedikit terbatuk karena asapnya membuat tenggorokanku tersekat dan hidung sedikit gatal. Siapa yang menyangka, jika Laras yang dulu paling anti merokok kini bisa melakukan sembogo dengan lihai, seolah telah berlatih lama sebelum ini untuk persiapan.
Setitik air mata, disusul dengan yang lain kembali menetes. Meski buru-buru diseka agar tidak membuat riasanku luntur, namun aku tidak lagi bisa membendung tangisanku untuk tidak membanjur sekujur wajah. Saat aku membuka mata, kulihat punggung Laras kian menjauh dan asistennya membantu mengusap wajahku dengan tepukan pelan.
“Wis yo Mbak, rasah ditangisi malih,” hibur ibu asisten. “Kulo dungaaken jodohipun Panjenengan langgeng, kanthi pinaringan tresna lan kamulyaan,” tambah beliau dalam bahasa Jawa halus. Namun, bukan pernyataan itu yang ingin kudengar.
Sidoarjo, 12 Juli 2024
1949 kata
0 notes
Text
10 Lagu Jawa Denny Caknan yang Mencuri Hati Jutaan Orang
Di tengah gempuran musik modern, Denny Setiawan, atau yang lebih dikenal dengan nama Denny Caknan, hadir sebagai oase bagi para penikmat lagu Jawa. Penyanyi dan penulis lagu asal Jawa Timur ini telah berhasil memikat hati jutaan orang dengan suara merdunya dan lagu-lagunya yang sarat makna.
Lahir di Ngawi, Jawa Timur, Denny Caknan memulai karir musiknya sejak usia muda. Ia terinspirasi oleh musik campursari dan koplo yang populer di daerahnya. Denny kemudian mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri, memadukan unsur campursari dan koplo dengan lirik bahasa Jawa yang indah dan menyentuh.
Salah satu ciri khas lagu-lagu Denny Caknan adalah liriknya yang puitis dan relatable. Ia sering mengangkat tema cinta, patah hati, dan kehidupan sehari-hari dalam lagunya. Liriknya yang lugas dan mudah dipahami membuat lagu-lagunya mudah diingat dan dinyanyikan oleh banyak orang.
Beberapa lagu Denny Caknan yang paling populer antara lain "Cundamani", "Kartonyono Medot Janji", "Sugeng Dalu", "Los Dol", "Satru", "Widodari", "Sampek Tuwek", "Angel", "Kalih Welasku", dan "Ngawi Nagih Janji". 10 Lagu-lagu tersebut telah ditonton jutaan kali di YouTube dan diputar di berbagai platform musik streaming.
Kesuksesan Denny Caknan tidak hanya diukur dari popularitas lagunya, tetapi juga dari penghargaan yang ia peroleh. Ia telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, seperti Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards, SCTV Awards, dan Indonesian Dangdut Awards.
Denny Caknan tidak hanya dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu, tetapi juga sebagai seorang entertainer yang handal. Ia sering tampil di berbagai acara musik dan televisi, dan selalu berhasil memukau penonton dengan aksi panggungnya yang energik dan penuh karisma.
Denny Caknan adalah sosok inspiratif bagi para musisi muda yang ingin berkarya di industri musik Indonesia. Ia menunjukkan bahwa dengan bakat, kerja keras, dan dedikasi, seorang musisi dapat mencapai kesuksesan dan membawa nama harum bangsa Indonesia.
Berikut beberapa fakta menarik tentang Denny Caknan:
Denny Caknan adalah penggemar berat klub sepak bola Persebaya Surabaya.
Denny Caknan memiliki usaha sampingan yaitu peternakan sapi.
Denny Caknan sering berkolaborasi dengan musisi lain, seperti Happy Asmara, Ndarboy Genk, dan Cak Percil.
Denny Caknan aktif di media sosial dan sering membagikan momen kesehariannya kepada para penggemarnya.
Denny Caknan adalah salah satu penyanyi dangdut dengan bayaran termahal di Indonesia.
Denny Caknan adalah aset berharga bagi industri musik Indonesia. Ia adalah seorang maestro lagu Jawa yang telah berhasil membawa musik dangdut ke level yang lebih tinggi. Denny Caknan adalah bukti bahwa dangdut bukan hanya musik tradisional, tetapi juga musik modern yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Berikut adalah lirik 10 lagu Jawa Denny Caknan yang paling populer dan video musiknya telah ditonton hingga ratusan juta kali:
1. Cundamani
Saben wayah wengi Mikirno isi ati Opo tenano tresno iki Dadi siji
Mantep anggonku mikir Ra ono sitik kuatir Cerito iki Bakal apik keukir
Yakin-yakin no Yakin aku tenanan Sumpah ing janji Iluhku netes tenan
Kurang-kurange Kurangku sepurane Cen anane ngene
Sayang.. Titip rogoku Titip roso tresnaku
Seneng iki mung koe seng ngerti Dadio konco ceritaku Sepanjang uripku
Lintang.. Suwon ngancani Suwon sampun nyekseni Padangi dalan seng tak lewati Cidro ne ati Gusti pun ngrampungi
Kurang-kurange Kurangku sepurane Cen anane ngene
Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang sedang memikirkan kekasihnya. Ia yakin bahwa cintanya tulus dan ingin bersama kekasihnya selamanya.
2. Kartonyono Medot Janji
Kok kebangeten men Sambat belas raono perhatian Jelas kubutuh atimu Kubutuh awakmu Kok kebangeten men
Loro ati iki Tak mbarno karo tak nggo latihan Sok nek wes oleh gantimu Wes ra kajok aku Mergo wes tau, wes tau jeru
Mbien aku jek betah Suwe suwe wegah Nuruti kekarepanmu Sansoyo bubrah
Mbiyen wes tak wanti-wanti Ojo ngasi lali Tapi kenyataannya pergi
Kartonyono ning Ngawi medot janjimu Ambruk cagak ku nuruti angan-anganmu Sak kabehane wes tak turuti Tapi malah mblenjani
Budalo malah tak duduhi dalane Metu kono belok kiri lurus wae Rasa nyawang sepionmu sing marai ati Tambah mbebani
Mbien aku jek betah Suwe suwe wegah Nuruti kekarepanmu Sansoyo bubrah
Mbiyen wes tak wanti-wanti Ojo sampe lali Tapi kenyataannya pergi
Kartonyono ning Ngawi medot janjimu Ambruk cagak ku nuruti angan-anganmu Sak kabehane wes tak turuti Tapi malah mblenjani
Budalo malah tak duduhi dalane Metu kono belok kiri lurus wae Rasa nyawang sepionmu sing marai ati Tambah mbebani
Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang kecewa karena kekasihnya telah mengingkari janjinya. Ia merasa sedih dan hancur karena cintanya telah dikhianati.
3. Sugeng Dalu
Sugeng dalu Ati seng biyen tau ngelarani Wes suwe we ra rene We lungo mung masalah sepele We golek liane
Tambah loro Yakin we teko nambahi sengsoro Ngrusak tatanan ati seng wes pengen lali Karo gedhe duwure balungan mu
Aku wes ora gagas kata luka Wes cukup wingi rapengen mbaleni Mario leh mu dolanan ati Wes wayahe we kapok mblenjani
Udan tangise ati Saiki wes rodo terang Masio isih kadang kelingan Kowe seng tak sayang-sayang
Saiki mung crito loro Mpun kadung mbekas ning dodo Perihe ati seng mbok paringi Wes cukup ra bakal tak baleni
Aku wes ora gagas kata luka Wes cukup wingi rapengen mbaleni Mario leh mu dolanan ati Wes wayahe we kapok mblenjani
Udan tangise ati Saiki wes rodo terang Masio isih kadang kelingan Kowe seng tak sayang-sayang
Saiki mung crito loro Mpun kadung mbekas ning dodo Perihe ati seng mbok paringi Wes cukup ra bakal tak baleni
Perihe ati seng mbok paringi Ora tak baleni
Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang ditinggalkan oleh kekasihnya. Ia merasa sedih dan kesepian, dan hanya bisa mengenang momen-momen indah bersama kekasihnya.
4. Los Dol
Los Dol ndang lanjut leh mu WhatsApp an Cek paket datane, yen entek tak tukokne Tenan dek elingo yen mantan nakokno kabarmu, Tandane iku ora rindu, Nanging kangen kringet bareng awakmu
Tak gawe los dol blas aku ra rewel Nyanding sliramu sing angel di setel Tutuk-tutuk no chating an karo wong liyo Rapopo, aku ra gelo,
Kok tutup-tutupi, nomere mbok ganti Firasat ati angel diapusi Senajan mbok ganti tukang las, bakul sayur, lan tukang gas Titeni, bakale ngerti
Los Dol ndang lanjut lehmu WhatsApp an Cek paket datane, yen entek tak tukokne Tenan dek elingo yen mantan nakokno kabarmu, Tandane iku ora rindu, Nanging kangen kringet bareng awakmu
Kok tutup-tutupi, nomere mbok ganti Firasat ati angel diapusi Senajan mbok ganti tukang las, bakul sayur, lan tukang gas Titeni, bakale ngerti
Los Dol ndang lanjut lehmu WhatsApp an Cek paket datane, yen entek tak tukokne Tenan dek elingo yen mantan nakokno kabarmu, Tandane iku ora rindu, Nanging kangen kringet bareng awakmu
Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang mengajak kekasihnya untuk chatting dan bercanda bersama. Ia ingin melupakan masalah dan menikmati waktu bersama kekasihnya.
5. Satru
Unine batin dungoku Ra luput ko jenengmu Aku ngedem-ngedem atimu Bakoh mempertahankanmu
Gusti kulo pun manut dalane Mung jenengan sing ngatur critane Sing jelas aku mikir kedepane Opo bakal hubungan satru seteruse
Tulung percaya aku sayang awakmu Buktine sampean nglirik liane Sumpah ra koyo sing mbok pikir selama iki Mas isoku meneng, ngajeni awakmu
Sepurane yen pancen salah Sepurane yen aku neng uripmu mung masalah Rangkulen aku iki gur mung salah pahamku
Satru hubungan mung salah pahammu Sampean kudu ngerteni, aku cemburu
Gusti kulo pun manut dalane Mung jenengan sing ngatur critane Sing jelas aku mikir kedepane Opo bakal hubungan satru sak teruse
Tulung percaya aku sayang awakmu Buktine sampeyan nglirik liane Sumpah ra koyo sing mbok pikir selama iki Mas isoku meneng, ngajeni awakmu
Sepurane yen pancen salah Sepurane yen aku neng uripmu mung masalah Rangkulen aku Iki gur mung salah pahamku
Unine batin dungoku Ra luput ko jenengmu
Lagu ini menceritakan tentang hubungan cinta yang penuh dengan pertengkaran dan kesalahpahaman. Namun, kedua pasangan saling mencintai dan tidak ingin berpisah.
6. Widodari
Tembangan sepele ku Tondo seneng marangmu Karna ku terpuruk sendiri dalam hampa Dan kau datang merubah cerita
Aku nemu widodari Motomu kebak pelangi Hadirmu dalam hidupku beriku warna Dari kisah masa lalu yang pernah terluka
Ku pernah terjatuh. Ku pernah ditinggalkan Pupus cerita tinggallah impian Maha sempurna tuhan Kirimkan kau untuk ku kekasih yang tulus Dan kisah kelam ku kini hilang terhapus
Sayang, gondelono atiku Yen takdire gandeng yo bakale gandeng
Tuhan terima kasih hadirkan penjaga hatiku Yang selalu setia menemaniku
Ku pernah terjatuh. Ku pernah ditinggalkan Pupus cerita tinggallah impian Maha sempurna tuhan Kirimkan kau untuk ku kekasih yang tulus Dan kisah kelam ku kini hilang terhapus
Sayang, gondelono atiku Yen takdire gandeng yo bakale gandeng
Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku Yang selalu setia menemaniku
Sayang, gondelono atiku yen takdire gandeng yo bakale gandeng
Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku Yang selalu setia menemaniku
Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang jatuh cinta pada seorang wanita yang cantik dan sempurna seperti bidadari. Ia merasa beruntung bisa memiliki wanita seperti dia.
7. Sampek Tuwek
Seneng-seneng bareng, susah-susah bareng Nyanding sliramu, sayang sliramu Wes tak angan-angan we bakal dadi jodohku Wes tak angan-angan kowe dadi pilihanku
Tenang, rasah sepaneng tenang, Aku wes seneng rene, rangkulen aku tak nggo sangu turuku Mbesuk miliho dino kowe tak lamar Rasah nduwe roso, aku ninggalno, awake dewe wes dadi siji
Sampek tuwek wes ra bakal tak culno Masio wes ra wancine sayang-sayangan neng kene Siji-siji ne wong seng gawe ayeme ati Gawe urepku seneng, mesem saben bengi
Wes tak angan-angan wes bakal dadi jodohku Wes tak angan-angan kowe dadi pilihanku
Tenang, rasah sepaneng tenang, Aku wes seneng rene, rangkulen aku tak nggo sangu turuku Mbesuk miliho dino kowe tak lamar Rasah nduwe roso, aku ninggalno, awake dewe wes dadi siji
Sampek tuwek wes ra bakal tak culno Masio wes ra wancine sayang-sayangan neng kene Siji-siji ne wong seng gawe ayeme ati Gawe urepku seneng, mesem saben bengi
Sampek tuwek wes ra bakal tak culno Masio wes ra wancine sayang-sayangan neng kene Siji-siji ne wong seng gawe ayeme ati Gawe urepku seneng, mesem saben bengi Gawe urepku seneng, mesem saben bengi
Lagu ini menceritakan tentang janji cinta seorang pria kepada kekasihnya. Ia berjanji akan selalu mencintai dan setia kepada kekasihnya sampai akhir hayat.
8. Angel
Ketika semuanya terasa begitu abot Ku coba untuk tetap rapopo Di saat cinta ini terasa angel
Angel Tresno kuwi ra koyo Instagram Seng diklik langsung oleh ati Duh Gusti nopo kulo di-prank Ra kuat ati iki Pas dee medot janji
Ayumu tenanan ora editan Seng marai aku kedanan Pancen salahku dewe Ra ono seng ngongkon Abot sanggane aku angel move on
Ketika semuanya terasa begitu abot Ku coba untuk tetap rapopo Di saat cinta ini terasa angel
Angel Ku katakan dalam hati yo uwes Menurutmu aku kudu piye Apakah aku harus mengikutimu Yo aku mengkis-mengkis
Ayumu tenanan ora editan Seng marai aku kedanan Pancen salahku dewe Ra ono seng ngongkon Abot sanggane aku angel move on
Ketika semuanya terasa begitu abot Ku coba untuk tetap rapopo Di saat cinta ini terasa angel
Angel Ku katakan dalam hati yo uwes Menurutmu aku kudu piye Apakah aku harus mengikutimu Yo aku mengkis-mengkis Yo aku mengkis-mengkis Yo aku mengkis-mengkis
Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang sedang jatuh cinta pada seorang wanita yang cantik dan menawan. Ia merasa terpesona oleh kecantikannya dan ingin selalu bersamanya.
9. Kalih Welasku
Anane mung tresno kalih welasku Anane mung iki sing tak nduweni
Doyo doyo ngganduli Doyo doyo nangisi
Kesandung-sandung aku Maksane atimu
Gapuk meh tumbang Tak gawe-gawe dewe Raiso ngukur kurang kesadaranku
Kekarepanku yen pancen dadi siji Iso ngrumat lan baturi Tekan besok nganti petuk pati Urung kewujud we kesusu mutusi
Aku sembrono ning ra sepiro Malah dadi perkoro Nanging rapopo ketulo tulo Dadi tulisan kanggo cerito tuo
Anane mung tresno kalih welasku Anane mung iki sing tak nduweni
Doyo doyo ngganduli Doyo doyo nangisi
Kesandung-sandung aku Maksane atimu
Gapuk meh tumbang Tak gawe-gawe dewe Raiso ngukur kurang kesadaranku
Kekarepanku yen pancen dadi siji Iso ngrumat lan baturi Tekan besok nganti petuk pati Urung kewujud we kesusu mutusi
Aku sembrono ning ra sepiro Malah dadi perkoro Nanging rapopo ketulo tulo Dadi tulisan…
Anane mung tresno kalih welasku
Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang hanya memiliki cinta dan kasih sayang untuk kekasihnya. Ia berharap cintanya dapat diterima dan mereka dapat hidup bersama dengan bahagia.
10. Ngawi Nagih Janji
Kowe biyen ngomong tresno Janji rabakal ngeliyo Jare pun mantep atimu Bakal ngenteni baliku
Siseh wetan Kartoyono Aku pamit bablas lungo Pandanganmu sing tak jaluk Aku bakal mantuk
Rino wengi aku kelebon impenmu Tangi-tangi petukan bayangmu ning pikir iki Bungah ati sing tau nduweni bendino tak rasani, saiki aku bali
Ning ngawi aku teko nagih janji Kutho iki cen ngangeni
Sliramu tak anti-anti Ning Alun-alun Ngawi Roso iki iseh podo Ora ono sing bedo
Madep mantep karo kowe Nek ra gelem ora wae
Aku neng Ngawi Aku nagih janji Siseh wetan Kartoyono Aku pamit bablas lungo
Pandongamu sing tak jaluk Aku bakal mantuk Rino wengi aku kelebon impenmu Tangi-tangi petukan bayangmu ning pikir iki
Bungah ati sing tau nduweni Bendino tak rasani, saiki aku bali Ning ngawi aku teko nagih janji Kutho iki cen ngangeni
Sliramu tak anti-anti Ning Alun-alun Ngawi Roso iki iseh podo Ora ono sing bedo
Madep mantep karo kowe Nek ra gelem ora wae Ning ngawi aku teko nagih janji Kutho iki cen ngangeni
Sliramu tak anti-anti Ning Alun-alun Ngawi Roso iki iseh podo Ora ono sing bedo
Madep mantep karo kowe Nek ra gelem ora wae
Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang kembali ke kota kelahirannya, Ngawi, dan teringat dengan janji cinta yang pernah dia buat kepada kekasihnya. Ia berharap dapat bertemu kembali dengan kekasihnya dan melanjutkan kisah cinta mereka.
Itulah 10 kepopuleran lagu-lagu Denny Caknan menunjukkan bahwa musik Jawa masih memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia. 10 Lirik lagu Denny Caknan yang menyentuh hati dan melodinya yang indah telah berhasil memikat para pendengar dari berbagai kalangan.
0 notes
Text
Lagu denny caknan :
Satru
Widodari
Kartonyono
Kalih Welasku
Sugeng dalu
1 note
·
View note
Video
Link YouTube video Di Bio (FULL) @margarethaanggi24 . . . #widodari #widodaridennycaknan #widodaricover . . #musicians #musicanova #musicas #musicalinstrument #musicvideo #instamusic #musicalidade #musicadequalidade #musician #musicaaovivo #musicfestival #musiclover #musicanaveia #musicando #musicaboa #musicalinda #amomusica #musicislife #music #musica #musicstagram #goodmusic #musicaminhavida #musiclife #musical #musicnews @denny_caknan @ndarboy_genk (at Lampung) https://www.instagram.com/p/CSYg1PrH4J1/?utm_medium=tumblr
#widodari#widodaridennycaknan#widodaricover#musicians#musicanova#musicas#musicalinstrument#musicvideo#instamusic#musicalidade#musicadequalidade#musician#musicaaovivo#musicfestival#musiclover#musicanaveia#musicando#musicaboa#musicalinda#amomusica#musicislife#music#musica#musicstagram#goodmusic#musicaminhavida#musiclife#musical#musicnews
0 notes
Text
Lirik Lagu Widodari - Yeni Inka Feat Fendik Adella - OM DELLA Beserta Terjemahannya
Yeni Inka sangat terkenal di pecinta musik koplo, salah satunya yaitu lagu widodari yang dinyanyikan oleh Yeni Inka Feat Fendik Adella. Bagi yang belum tau lirik lagu widodari, kami sertakan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Lirik Lagu Widodari Yeni Inka Feat Fendik Adella Beserta Terjemahannya
Berikut ini adalah lirik lagu widodari berserta terjemahan bahasa Indonesia Yeni Inka Feat Fendik Adella: Tembangan sepele ku (Lagu nyanyian sepele ku) Tondo seneng marangmu (Tanda suka denganmu) Karna ku terpuruk sendiri dalam hampa (Karena ku terpuruk sendiri dalam hampa) Dan kau datang merubah cerita (Dan kau datang merubah cerita) Aku nemu widodari (Aku bertemu bidadari) Motomu kebak pelangi (Matamu penuh dengan pelangi) Hadirmu dalam hidupku beriku warna (Hadirmu dalam hidupku beri ku warna) Dari kisah masalalu yang pernah terluka (Dari kisah masa lalu yang pernah terluka) Ku pernah terjatuh ku pernah di tinggalkan (Ku pernah terjatuh. Ku pernah di tinggalkan) Pupus cerita tinggallah impian (Pupus cerita, tinggallah impian) Maha sempurna tuhan (Maha Sempurna Tuhan) Kirimkan kau untuk ku kekasih yang tulus (Kirimkan kau untuk ku, kekasih yang tulus) Dan kisah kelam ku kini hilang terhapus (Dan kisah kelam ku kini hilang terhapus) Sayang gondelono atiku (Sayang tahanlah hatiku) Yen takdire gandeng yo bakale gandeng (Kalau takdirnya bersama, Ya akan tetap bersama) Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku (Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku) Yang slalu setia menemaniku (Yang slalu setia menemaniku) Ku pernah terjatuh ku pernah di tinggalkan (Ku pernah terjatuh, ku pernah di tinggalkan) Pupus cerita tinggallah impian (Pupus cerita tinggallah impian) Maha sempurna tuhan (Maha sempurna tuhan) Kirimkan kau untuk ku kekasih yang tulus (Kirimkan kau untuk ku kekasih yang tulus) Dan kisah kelam ku kini hilang terhapus (Dan kisah kelam ku kini hilang terhapus) Sayang gondelono atiku (Sayang tahanlah hatiku) Yen takdire gandeng yo bakale gandeng (Kalau takdirnya bersama, Ya akan tetap bersama) Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku (Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku) Yang slalu setia menemaniku (Yang slalu setia menemaniku) Ku pernah terjatuh ku pernah di tinggalkan (Ku pernah terjatuh, ku pernah di tinggalkan) Pupus cerita tinggallah impian (Pupus cerita tinggallah impian) Maha sempurna tuhan (Maha sempurna tuhan) Kirimkan kau untuk ku kekasih yang tulus (Kirimkan kau untuk ku kekasih yang tulus) Dan kisah kelam ku kini hilang terhapus (Dan kisah kelam ku kini hilang terhapus) Sayang gondelono atiku (Sayang tahanlah hatiku) Yen takdire gandeng yo bakale gandeng (Kalau takdirnya bersama, Ya akan tetap bersama) Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku (Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku) Yang slalu setia menemaniku (Yang slalu setia menemaniku) Sayang gondelono atiku (Sayang tahanlah hatiku) Yen takdire gandeng yo bakale gandeng (Kalau takdirnya bersama, Ya akan tetap bersama) Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku (Tuhan terimakasih hadirkan penjaga hatiku) Yang slalu setia menemaniku (Yang slalu setia menemaniku)
Video Lagu Widodari Yeni Inka Feat Fendik Adella
Read the full article
#fendikadella#liriklagu#liriklaguwidodari#liriklaguwidodaridanartinya#liriklaguwidodaridanterjemahan#liriklaguwidodariyeniinka#yeniinka
0 notes
Text
Ada seorang perempuan yang perlahan merubah hidup saya. Yg tadinya saya adalah seorang bajingan kini menjadi lebih baik dan memiliki arti.
Saya menyebutnya widodari , ya karena dia sabar dia bisa memahami dan mengerti sifat karakter di diri saya. Saya sangat bersyukur dan bangga bisa mengenal dia, dan ya bisa menjadi bagian dari hidupnya hehehe. Mungkin saya belum bisa menjadi yg terbaik . Tapi saya akan menjadi lebih baik untuknya.
Terimakasih kehadiran dirimu sangat saya hargai dan tidak akan pernah saya sia sia kan . Karena bersama dirimu saya menemukan ritme dan tujuan dihidup saya.
Tangerang selatan, 28 September 2021
Arsa adilla putra
0 notes
Photo
Malam Midodareni 020318 Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya. Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang ke kediaman calon pengantin wanita, untuk menyempurnakan dan mempercantik pengantin wanita. 💄 : @makeupnovelly 💅 : @mimma_henna 📷 : @ficellephoto 🎁 : @rusticindonesia (di Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia)
2 notes
·
View notes
Text
Kembang Mlathi rerengganeng widodari,
Gondo wangi agawe ayeming ati,
Kembang mlathi yen sore disirami,
Kembang mlathi tinandur neng taman sari. 🎶
🎼 Kembang Mlathi
Ahh indahnya
26 notes
·
View notes
Text
PESTA ADAT PERNIKAHAN DI NUSANTARA
Upacara Siraman
Acara yang dilakukan pada siang hari sebelum ijan qabul atau upacara pernikahan ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka. Ada tujuh pitulungan atau penolong, biasanya tujuh orang yang dianggap baik atau penting yang membantu acara ini, airnya merupakan campuran dari kembang dsetaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air dan melambangkan kehidupan . Keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria. Acara siraman diawali oleh orang tua dan ditutup oleh Pemaes yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi.
Pecah Kendi
Kendi yang digunakan untuk siraman diambil, ibu pengantin perempuan atau Pamaes ( untuk siraman pengantin pria ) atau orang yang terakhir akan memecahkan kendi dan mengatakan : “ Wis Pecah Pamore “ artinya lsekarang sang pengantin siap untuk menikah.
Pangkas Rikmo lan Tanam Rikmo
Acara memotong sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan rambut tersebut ditanam di rumah belakang
Ngerik
Setelah acara siraman, pengantin perempuan duduk di dalam kamar. Pemaes lalu mengeringkan rambutnya dan memberi pewangi di rambutnya. rambutnya lalu disisir dan digelung atau dibentuk konde. Setelah Pameas mengeringkan wajah ,dan leher sang pengantin, lalu ia mulai mendandani wajah sang pengantin. Lalu sang pengantin akan dipakaikan baju kebaya dan kain batik, sesajian untuk upacara Ngerik pada dasarnya sama untuk acara siraman, bisanya supaya lebih mudah sesajian untuk siraman digunakan / dimasukkan ke kamar pengantin dan dipakai sesajian upacara Ngerik.
Gendhongan
Kedua orangtua pengantin perempuan menggendong anak mereka yang melambangkan ngentaske artinya mengentaskan seorang anak.
Dodol Dhawet
Kedua orangtua pengantin wanita berjualan minuman dhawet yaitu minuman manis khas Solo, tujuanya agar banyak tamu yang datang.
Temu Panggih
Penyerahan pisang sanggan berupa gedung ayu suruh ayu sebagai tebusan atau syarat untuk pengantin perempuan.
Penyerahan Cikal
Sebagai tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas
Penyerahan Jago Kisoh
Sebagai tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas
Tukar manuk Cengkir Gading
Acara tukar menukar kembang mayang diawali tukar menukar manuk cengkir gading, sebagai simbol agar kedua pengantin menjadi pasangan yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.
Upacara Midodaren
Acara ini dilakukan pada malam hari sesudah siraman. Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari, pengantin perempuan akan tinggal di kamarnya mulai dari jam enam sore sampai tengah malam dan ditemani oleh kerabat-kerabatnya yang perempuan. Mereka akan bercakap-cakap dan memberikan nasihat kepada pengantin perempuan.
0 notes
Photo
Legenda Jaka Tarub memiliki banyak versi, namun secara garis besar masih memiliki alur cerita yang sama. Jaka Tarub merupakan seorang pemuda yang tinggal di desa Tarub, sedangkan Nawang Wulan adalah seorang bidadari yang tidak bisa kembali ke kahyangan karena selendangya disembunyikan oleh Jaka Tarub. Konon kisah ini terjadi di desa Widodaren, kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, karena di desa tersebut terdapat petilasan makam Jaka Tarub. Nama desa Widodaren sendiri konon berasal dari kata widodari yang berarti bidadari. Kisah ini memiliki kemiripan dengan cerita rakyat Jawa Timur yaitu, Aryo Menak. Berikut kisahnya.
https://caritasato.blogspot.com/2014/04/jaka-tarub-dan-dewi-nawang-wulan.html
0 notes
Photo
SEMINGGU DI SRAGENTINA
14 Januari 2019, pagi itu dimulai tanpa tidur di malam harinya. Selepas menonton pertandingan MU melawan Tottenham Hotspur (MU menang 1-0, yeay!) waktu menunjukkan sudah hampir pukul 02.00 dini hari, di mana akan sangat tanggung kalau tidur malah akan bablas telat sholat subuh, dan tentu saja, telat menjemput bapak di Stasiun Balapan. “Setidaknya di hari minggu kemarin aku sudah banyak tidur di siang harinya,” begitu pikirku.
Kedatangan bapak ke Solo kali ini adalah untuk memenuhi undangan Pakde Man (abangnya bapak) dan Bude Nung yang akan mengadakan resepsi pernikahan anaknya, Siti di rumah di Sragen (nama resmi daerah: República Sragentina). Pukul 06.30 pagi harinya, dengan kuda besi kesayanganku, Satria Madangkara, aku menjemput bapak di Stasiun Balapan, yang kebetulan kereta apinya tiba tepat waktu pada pukul 07.00. Kebetulan, bapak sendiri sudah lama tidak pulang ke kampung halamannya di Sragen, kunjungan terakhir beliau yang aku ingat saat melayat Bude Iyem yang meninggal dunia pada 2015 lalu. Alhamdulillah, perjalanan selama 45 menit menuju Sragen lancar dan tiba di rumah sudah disambut oleh warga kampung yang kebetulan sedang menyusun kursi untuk acara keesokan harinya.
Oh iya, sebelum berangkat untuk memenuhi undangan resepsi ini, aku membekali diriku dengan renang ditambah dua kali melakukan senam ritmik “Ayo Bersatu” (senam sewaktu SD dulu), hal itu aku lakukan karena biasanya setiap selepas kunjungan ke Sragen mestilah bobot badan bertambah. Haha.
Bagi aku pribadi, kunjungan ke Sragen kali ini tidak sekadar untuk menghadiri resepsi pernikahan sepupuku saja, tapi lebih lanjut untuk mengetahui lebih jauh bagaimana prosesi pernikahan secara adat Jawa. Kebetulan di hari pertama tiba, aku lihat toko kelontong, warung makan, hingga bengkel di Kampung Cengklik tutup semua, dan setelah kutanyakan ke bapak memang umumnya kalau ada warga yang sedang menggelar resepsi, seluruh warga akan meliburkan diri (dari pekerjaannya) dan membantu pihak warga yang sedang menggelar resepsi tersebut, mulai dari anak-anak muda, sampai mbah-mbah yang sudah sepuh pun turut membantu, setidaknya membantu meramaikan. Pada kesempatan semacam inilah akhirnya aku bertemu dengan warga yang biasanya jarang aku temui di hari biasa, entah karena sibuk bekerja atau memang jarang keluar rumah.
Secara otomatis, ibu-ibu, mbak-mbak sekampung akan bertugas di dapur umum. Kali ini lokasi dapur umumnya tepat di belakang rumah, dengan memanfaatkan kandang sapi yang kebetulan sudah lama kosong. Bapak-bapak dan mas-mas akan bertugas menata lokasi acara, dari mulai menata kursi, memasang tenda tratak, sampai mengatur keamanan dan lokasi parkir bagi tamu yang akan hadir keesokan harinya. Aku juga dengar ada istilah munjung, yakni membagi-bagikan berkat berupa makanan kepada tamu-tamu yang diundang, hal tersebut juga merupakan tugas bapak-bapak dan mas-mas yang telah diberi arahan oleh keluarga penyelenggara resepsi terlebih dahulu.
Hari-H, aku yang telanjur memakai batik dan bersepatu pantofel diberitahu oleh Pakde Man bahwa aku telah ditunjuk sebagai among tamu, dan itu artinya harus mengenakan beskap. Dibantu oleh penata rias, akhirnya beskap Jawi jangkep lengkap beserta blangkon, selop, dan juga keris telah terpakai. Aku senyum-senyum saja saat bercermin melihat tampangku setelah memakai beskap ini, rasanya bak ningrat kerajaan Mataram yang hidup di lingkungan keraton. Muehehehe. Seingatku, ini kedua kalinya aku berkesempatan memakai beskap, yang pertama saat menghadiri acara ASEAN Youth Expo di Jakarta pada 2014 lalu. Selain aku, bapak, Pakde Suwono (abangnya bapak), dan Mas Warsito (anak abangnya bapak) juga bertugas sebagai among tamu. Tugasnya menyalami para tamu undangan yang hadir, sebagai perwakilan inti dari keluarga mempelai, dan duduk dengan formasi berjajar di jalur keluar-masuk lokasi resepsi.
Syukurlah, acara resepsi pada siang itu berjalan lancar tanpa kendala suatu apapun. Malam harinya, acara berlanjut dengan srawung atau kumpul-kumpul warga di lokasi resepsi, yang hanya dihadiri oleh tamu bapak-bapak dan mas-mas saja (aku belum tahu alasannya kenapa. Haha). Selepas makanan utama disuguhkan oleh tuan rumah, para tamu pun berpamitan pulang setelah sebelumnya ngamplop di kotak yang telah disediakan. Ada juga yang memberikan sumbangan berupa sembako bagi keluarga yang mengadakan resepsi.
Keesokan harinya, bapak pulang kembali ke Cirebon mengingat cuti tiga harinya telah selesai. Dengan kereta Ranggajati dari Stasiun Sragen, alhamdulillah perjalanan beliau lancar hingga tiba di Stasiun Kejaksan Cirebon. Aku yang tadinya juga berencana kembali ke Solo akhirnya menunda kepulangkanku setelah mengetahui ada tetangga di kampung yang juga akan menggelar resepsi pernikahan pada hari Sabtu, di mana bapak menugaskanku untuk mewakilinya hadir di acara tersebut.
Resepsi pernikahan pada hari Sabtu tersebut digelar oleh Paklek Gino dan Bulek Suti, yang tak lain merupakan penjual soto satu-satunya di Kampung Cengklik. Putrinya akan menikah dengan seorang pemuda dari kampung sebelah. Kamis malam, seluruh warga berbondong-bondong ke rumah Paklek Gino untuk menghadiri acara kumbokarnan. Acara ini dimaksudkan untuk mengatur kepanitiaan setiap warga dalam resepsi tersebut, mulai dari siapa yang menjadi pemandu acara, among tamu, pengiring kedua mempelai, juru masak, dan lain-lain. Kali ini aku hanya bertugas sebagai tamu saja, tukang icip-icip makanan yang disajikan. Haha. Oh iya, pada mulanya aku kira kumbokarnan ini ada kaitannya dengan tokoh pewayangan Kumbakarna, seorang raksasa bijaksana dari negeri Alengka, alias saudara dari Rahwana. Setelah kutanyakan kepada pakde-pakde di kampung, intinya adalah gotong-royong antar warga, sedang penamaannya sendiri asal-usulnya tidak diketahui pastinya.
Besok malamnya, diadakan prosesi lanjutan yang bernama midodareni. Menurut legenda, midodareni yang berasal dari kata widodari alias bidadari berasal dari cerita Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan. Tatkala anak mereka, Dewi Nawangsih hendak menikah, semalam sebelum pernikahan Dewi Nawangwulan yang berada di kahyangan turun untuk menemui putrinya. Dari situlah tradisi midodareni berasal. Pada intinya, acara midodareni saat ini dilangsungkan di mana mempelai pria beserta keluarga datang ke rumah mempelai wanita memberikan seserahan, sekaligus untuk memantapkan kembali pelaksanaan resepsi pernikahan keesokan harinya.
Acara yang berlangsung pada hari Sabtu tersebut ternyata sangat ramai, setelah ngobrol-ngobrol dengan Bulek Suti, undangan yang disebar mencapai 1000 lebih. Aku melihat mas-mas dan mbak-mbak yang bertugas sebagai sinoman (mebantu distribusi makanan dan minuman kepada para tamu selama acara) terlihat lebih sibuk. Acara resepsi kali ini terlihat lebih kentara nuansa adatnya, karena turut mengundang kelompok seni karawitan untuk menghibur para tamu yang hadir. Acara resepsi tersebut juga berlanjut hingga malam harinya dengan srawung alias kumpul-kumpul antar warga kampung. Aku yang telanjur mengantuk dan berencana pulang ke Solo keesokan harinya pulang lebih awal, dan setelah kutanyakan ke Pakde Man, acaranya sendiri baru selesai pukul 02.00 dini hari.
Selama hampir seminggu menghadiri dua resepsi pernikahan, ada beberapa hal yang aku catat. Salah satunya adalah bahwa penguasaan bahasa daerah, khususnya dalam hal ini bahasa Jawa amatlah krusial, terlebih memahami tingkatan bahasa Jawa kromo (halus) yang umumnya digunakan sebagai bahasa pengantar dalam acara-acara resmi (pernikahan contohnya). Selama ini kalau ngomong ke Pakde/Bude, atau saudara-saudara lain di kampung, aku selalu bilang, “kulo nyuwun pangapunten nggih Mbah/Pakde/Bude, kulo mboten saget boso Jowo kromo” (saya minta maaf karena belum bisa berbahasa Jawa halus) sebelum akhirnya dipersilakan memakai bahasa Jawa Ngoko (kasar) atau pakai bahasa Indonesia.
Selain itu, aku juga mengetahui kalau rumah joglo, rumah tradisional masyarakat Jawa yang umumnya berbentuk persegi atau persegi panjang itu bisa dijadikan venue ideal bagi resepsi pernikahan. Sekat-sekat pemisah ruangan yang umumnya bersifat sementara bisa digeser untuk memberikan ruangan luas yang dapat didekorasi untuk keperluan resepsi. Kalau dipikir-pikir, bisa menghemat biaya sewa gedung pernikahan. Hahaha. Lalu, di manapun anda berada, penting untuk memiliki stok busana batik yang bisa digunakan untuk acara-acara resmi atau untuk menghadiri undangan resepsi pernikahan.
Sebelum bapak pulang di hari Rabu, aku sempat nyeletuk: “Pak, apa Dayat nanti kalau nikah ga usah pakai resepsi, ya? Jadi cuma ngadain akadnya aja. Kalau dilihat-lihat, kalau pakai resepsi kasihan warga sekampung repot bantuin.” Pertanyaan yang aku lontarkan saat makan bakso sembari menunggu kereta bapak tiba tersebut kemudian beliau jawab, “itu sih tergantung nanti kesepakatan dengan calon istrimu juga.” Haha. Ternyata, ga perlu jauh-jauh ke Jenewa atau ke Senayan buat mempraktekkan negosiasi dan lobi, kelak prosesi pernikahan pun juga membutuhkan negosiasi dan lobi antar keluarga. Kelak, kala waktunya telah tiba.
Masday | Surakarta, ditulis kala menunggu hujan reda agar dapat pulang ke kosan.
1 note
·
View note
Text
TEATRIKAL, Kekeringan Melanda Lereng Muria Lalu Muncul Sendang Widodari (Video)
Rini Ivanka TEATRIKAL, Kekeringan Melanda Lereng Muria Lalu Muncul Sendang Widodari (Video) Artikel Baru Nih Artikel Tentang TEATRIKAL, Kekeringan Melanda Lereng Muria Lalu Muncul Sendang Widodari (Video) Pencarian Artikel Tentang Berita TEATRIKAL, Kekeringan Melanda Lereng Muria Lalu Muncul Sendang Widodari (Video) Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : TEATRIKAL, Kekeringan Melanda Lereng Muria Lalu Muncul Sendang Widodari (Video) TEATRIKAL, Kekeringan Melanda Lereng Muria Lalu Muncul Sendang Widodari di Kabupaten Kudus. Diperankan Komunitas Tali Jiwo, Kamis (21/9/2017). http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
Lirik Lagu Empek-Empek – Didi Kempot
Lirik Lagu Empek-Empek – Didi Kempot
Empek-empek dik, dari palembang Nganti tuwek, sliramu tak sayang-sayang Snajanono widodari sing karipan Nggoda aku, ora bakal menggok ndalan
Empek-empek mas, gurih rasane Pengen sing teles, nopo sing garing wae Ora pantes, yen disawang tanggane Wong wis tuwek, koyo bocah enom wae
Lemak nian oi O ya
Reff :
Plastik gulo dik, taline karet Tambah tuwo, tresnaku semakin lengket
Plastik gulo…
View On WordPress
0 notes
Text
Thought via Path
Goro-goro tanggap warso silajugo temah dumadining wanci goro-goro, laih ing kono toh wau kawistoro jagad bade wonten goro-goro. Amargi jumbuh jangkeping wektu sangang perkoro ugo praptaning gantos alam kito andalang ngagem patet enem ginantos patet songo dayaning menopo ingkang andamel jagad wonten goro-goro sungkawaning wulu cumbu jimat urip manungso bebundeling jagad yoiku ki lurah Semar Bodronoyo. Kocap kocarito dug naliko semono jagad kalamon cinondro gumantiling ratri sasuruting arko saderenging ratri dereng wonten ingkang cinarito aming sangsmito resmi ingkang mijil saking imbanging cokrowolo arso mrabawani jagad. Dedep idep prabawaning ratri sosro doro wis manjer kawuryan tan kuciwo memanise jangkep srinating dalu sini woko sang yo dasih agelar ning cokrowolo winulet ngelangut parandene pakso kebegan saking pratingkahing taranggono kang sumiwis waroto tanpo selo. Eko bumi dwi sawah tri gunung catur samudro ponco taru sap pangonan sapto pandito asto tawang nowo dewo doso ratu. Yekti jagad kaprabawan dening sungkawaning wulu cumbu jimat urip manungso bebundeling jagad yoiku ki lurah Semar Bodronoyo. Dumadining goro-goro andamel risaking tegal pekarangan tanem tuwuh sami gagrag datan pikantuk ilening toya, sawah-sawah sami anelo dadi papan dedelikaning gegremetan kang mowo wiso. Jalmo pandito ratu sami nadang sungkowo dewo datan keno wewalering pepati nandang susah. Pandito tan bangkit memujo agung keno pangremcono manjing ing projo nyuwun pitulunganing ratu. Ratu piyambek nandang sungkowo awit negarane katrajang pageblug larang sandang tuwin larang pangan. Goro-goro sumundul marang suroloyo gawe gegonjinging bale cundo manik rengat sumune lembu nandini menceng wot si ogal-agil. Kayu andong kayu wuring sami rebah koyo babatan cacing. Mbludak kawah condrodimuko andamel ndut siblegedobo, ono lindu sedino kaping pitu bumi mbledag gunung njeblug nyembur-nyembur awu ngebaki jagat suryo condro ilang sorote kartiko sami ambrol peteng dedet lelimengan pindo bangun kasaputing lebu. Widodoro-widodari hapsoro-hapsari sami ngungsi marang arsaniro hyang Hodipat. Sideming goro-goro jumeduling lare bajang sakembaran siji nggowo batok mbulu sanggupe arep nawoni segoro kang sajugo nggowo sada lanang saler sanggupe arep nyaponi jagad kekalih pinagggih ing margi catur dendo ing mriku sami rebut biyodo teko ndamel trajanging goro-goro luhoro gurnito banyu masas musus winasus. #gorogoro #pathdaily – Read on Path.
0 notes