#vaksinasi dosis 2
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tempat Pengobatan Hepatitis: Panduan Terlengkap untuk Pengobatan Hepatitis A, B, dan C

Najmuddin merupakan sebuah klinik pengobatan tradisional yang sudah berdiri sejak tahun 1985 hingga sekarang dan bertempat di kota Bandung.
Kontak dan Janji Temu Hubungi
Jl Guntur Madu No. 03 Kel. Turangga, Kec. Lengkong, Kota Bandung
0812 1440 8050 https://wa.me/6281214408050
Kunjungi website djamilah-najmuddin.com
Follow juga akun sosmed yang lainnya : Instagram | https://www.instagram.com/nydjamilahnajmuddin/ Youtube | https://www.youtube.com/@djamilahnajmudin Tik Tok | https://www.tiktok.com/@djamilah_najmuddin
Tempat Pengobatan Hepatitis: Panduan Terlengkap untuk Pengobatan Hepatitis A, B, dan C
Hepatitis adalah penyakit yang menyerang hati, menyebabkan peradangan yang dapat merusak fungsi organ penting ini. Terdapat beberapa jenis hepatitis yang paling umum, yaitu hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C. Setiap jenis hepatitis memiliki penyebab, gejala, serta pengobatan yang berbeda-beda.
Dalam artikel ini, kami akan membahas tempat pengobatan hepatitis, pilihan pengobatan yang tersedia, serta bagaimana cara mengelola penyakit ini agar kualitas hidup Anda tetap terjaga. Kami juga akan menjawab beberapa pertanyaan umum yang sering muncul mengenai hepatitis. Jadi, mari kita mulai dengan memahami lebih dalam tentang hepatitis dan bagaimana cara terbaik untuk mengobatinya.
Apa itu Hepatitis?
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus, konsumsi alkohol berlebih, serta penggunaan obat-obatan tertentu. Namun, penyebab paling umum dari hepatitis adalah infeksi virus, yang terbagi dalam beberapa jenis, yaitu hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C.
Hepatitis A: Disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV), yang biasanya menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
Hepatitis B: Disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV), yang ditularkan melalui kontak dengan darah, air mani, atau cairan tubuh lain yang terinfeksi. Ini juga bisa berdampak pada "ibu hamil hepatitis B", yang berisiko menularkan virus kepada bayinya.
Hepatitis C: Disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV), yang menyebar melalui kontak langsung dengan darah yang terinfeksi, seperti penggunaan jarum suntik secara bergantian.
Sekarang mari kita bahas lebih lanjut mengenai metode pengobatan yang ada untuk masing-masing jenis hepatitis.
1. Hepatitis B Pengobatan: Apa Saja Pilihan yang Tersedia?
Hepatitis B adalah salah satu jenis hepatitis yang paling serius karena dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti sirosis dan kanker hati. Pengobatan hepatitis B berfokus pada mengendalikan infeksi dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Untuk "hepatitis B pengobatan", berikut beberapa pilihan yang tersedia:
a. Pengobatan Medis
Ada beberapa obat yang digunakan untuk mengendalikan infeksi hepatitis B, seperti:
Antiviral: Obat seperti entecavir, tenofovir, dan lamivudine dapat membantu mengurangi jumlah virus dalam tubuh dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut.
Interferon: Terapi interferon pegilasi bisa digunakan pada beberapa pasien, terutama untuk pasien yang masih muda dan tidak ingin menjalani pengobatan jangka panjang.
Pengobatan ini perlu dipantau secara ketat oleh dokter karena obat-obatan tersebut dapat memiliki efek samping yang cukup signifikan.
b. Vaksinasi dan Pencegahan
Jika Anda belum terinfeksi hepatitis B, vaksin hepatitis B adalah cara paling efektif untuk melindungi diri Anda. Vaksin ini biasanya diberikan dalam tiga dosis, dan sangat dianjurkan bagi mereka yang berada dalam kelompok berisiko tinggi, seperti tenaga medis dan ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B.
2. Hepatitis C Pengobatan: Apakah Ada Harapan untuk Penyembuhan?
Hepatitis C dahulu dianggap sebagai penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Namun, kemajuan dalam dunia medis telah membawa harapan baru dengan adanya terapi obat antivirus yang sangat efektif. Pengobatan hepatitis C saat ini dapat menyembuhkan sebagian besar pasien yang terinfeksi, tergantung pada kondisi kesehatan dan tingkat keparahan penyakit.
a. Terapi Obat Antiviral
Terapi antivirus dengan Direct-Acting Antivirals (DAA) telah merevolusi pengobatan hepatitis C. Obat-obatan ini bekerja dengan menghentikan replikasi virus di dalam tubuh. Beberapa contoh obat DAA yang umum digunakan adalah sofosbuvir, daclatasvir, dan ledipasvir.
Pengobatan dengan DAA biasanya berlangsung selama 8 hingga 12 minggu, dan banyak pasien dapat sembuh total setelah menjalani terapi ini.
b. Pantau Fungsi Hati
Selama menjalani pengobatan, pasien hepatitis C harus melakukan tes darah secara rutin untuk memantau fungsi hati mereka. Dokter juga mungkin menyarankan perubahan gaya hidup, seperti berhenti mengonsumsi alkohol, agar hati tidak mengalami kerusakan lebih lanjut.
3. Mengobati Penyakit Hepatitis A: Apakah Bisa Sembuh Total?
Hepatitis A adalah jenis hepatitis yang relatif ringan jika dibandingkan dengan hepatitis B dan C. Virus hepatitis A tidak menyebabkan infeksi kronis dan biasanya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu hingga bulan. Meskipun begitu, penyakit ini tetap memerlukan penanganan medis agar pasien bisa pulih lebih cepat dan mencegah komplikasi.
a. Pengobatan Simtomatik
Pengobatan untuk hepatitis A umumnya berfokus pada meredakan gejala yang dialami pasien, seperti demam, mual, dan kelelahan. Dokter mungkin meresepkan obat penghilang rasa sakit dan antipiretik untuk mengatasi demam dan nyeri.
b. Vaksinasi dan Pencegahan
Vaksin hepatitis A sangat efektif dalam mencegah infeksi. Vaksin ini umumnya diberikan kepada orang yang bepergian ke daerah dengan sanitasi yang buruk atau daerah dengan tingkat infeksi hepatitis A yang tinggi. Selain itu, menjaga kebersihan makanan dan air juga penting untuk mencegah penularan virus hepatitis A.
Pengobatan Tradisional untuk Hepatitis: Apa yang Perlu Anda Ketahui?
Selain pengobatan medis modern, beberapa orang juga mencari alternatif pengobatan tradisional untuk mengatasi hepatitis. Walaupun beberapa metode mungkin bermanfaat, penting untuk tetap berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba pengobatan tradisional apa pun.
a. Penggunaan Rempah-rempah
Beberapa rempah-rempah, seperti kunyit dan jahe, sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk membantu meningkatkan kesehatan hati. Kedua rempah ini diyakini memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan yang dapat membantu mengurangi peradangan pada hati. Namun, penelitian ilmiah yang mendukung efektivitas rempah-rempah ini dalam pengobatan hepatitis masih terbatas, sehingga tetap penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis.
b. Perubahan Diet dan Pola Makan
Banyak pengobatan tradisional juga melibatkan perubahan diet yang bertujuan untuk memperkuat kesehatan hati. Misalnya, menghindari makanan yang berlemak dan memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar dapat membantu mengurangi beban kerja hati dan mempercepat pemulihan.
Hepatitis pada Ibu Hamil: Bagaimana Mengelola Risiko?
Hepatitis, terutama hepatitis B, bisa menjadi masalah serius bagi wanita hamil karena risiko penularan kepada bayi. "Ibu hamil hepatitis B" harus mendapatkan penanganan khusus untuk mencegah bayi terinfeksi.
a. Pengobatan Selama Kehamilan
Untuk ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B, dokter mungkin akan meresepkan antiviral tertentu yang aman digunakan selama kehamilan untuk mengurangi risiko penularan kepada bayi. Selain itu, setelah bayi lahir, bayi tersebut akan diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B dalam waktu 12 jam setelah lahir.
b. Penanganan Pasca Persalinan
Bayi dari ibu yang terinfeksi hepatitis B perlu dipantau dengan cermat setelah lahir. Selain vaksinasi awal, bayi juga akan menerima dosis vaksin lanjutan pada usia 1 bulan dan 6 bulan untuk memastikan perlindungan jangka panjang.
Mengelola Hepatitis untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik
Mengelola hepatitis membutuhkan perawatan medis yang tepat serta perubahan gaya hidup. Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kualitas hidup jika Anda atau orang terdekat Anda menderita hepatitis:
Konsultasi rutin dengan dokter: Pastikan Anda selalu mengikuti jadwal konsultasi dengan dokter untuk memantau perkembangan kondisi Anda.
Hindari alkohol: Konsumsi alkohol dapat memperburuk kerusakan hati, jadi hindari alkohol sepenuhnya.
Jaga pola makan sehat: Makanlah makanan yang sehat dan seimbang untuk membantu hati Anda bekerja dengan lebih baik. Kurangi makanan berlemak dan perbanyak asupan serat.
FAQ tentang Pengobatan Hepatitis
1. Apakah hepatitis dapat menular melalui toilet umum?
Hepatitis A bisa menyebar melalui kontak dengan feses yang terkontaminasi, tetapi risiko penularan melalui toilet umum sangat rendah. Penularan biasanya terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi, bukan dari permukaan toilet.
2. Bagaimana penggunaan rempah-rempah dalam pengobatan hepatitis?
Rempah-rempah seperti kunyit dan jahe sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mendukung kesehatan hati. Namun, efektivitasnya dalam pengobatan hepatitis belum terbukti secara ilmiah. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan pengobatan alternatif.
3. Bagaimana hepatitis dapat memengaruhi perjalanan wisata?
Jika Anda memiliki hepatitis, terutama hepatitis B atau C, Anda harus berhati-hati saat bepergian. Pastikan untuk membawa obat-obatan yang diresepkan, dan hindari makanan atau air yang tidak bersih, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk. V
Sarijadi Bandung,Sukarasa Bandung,Babakanciamis Bandung,Braga Bandung,Kebonpisang Bandung,Merdeka Bandung,Cigending Bandung,Pasanggrahan Bandung,Pasirendah Bandung,Pasirjati Bandung
Pengobatan Tradisional Hepatitis Cijerah Bandung,Pengobatan Hepatitis C Cijerah Bandung,Pengobatan Hepatitis A Cijerah Bandung,Pengobatan Hepatitis B Cijerah Bandung,Pengobatan Alami Hepatitis Cijerah Bandung,Pengobatan Alternatif Hepatitis Cijerah Bandung,Pengobatan Hepatitis D Cijerah Bandung,Pengobatan Penyakit Hepatitis Cijerah Bandung,Pengobatan Herbal Hepatitis Cijerah Bandung,Pengobatan Alternatif Hepatitis B Cijerah Bandung
#PengobatanTradisionalHepatitisCijerahBandung #PengobatanHepatitisCCijerahBandung #PengobatanHepatitisACijerahBandung #PengobatanHepatitisBCijerahBandung #PengobatanAlamiHepatitisCijerahBandung #PengobatanAlternatifHepatitisCijerahBandung #PengobatanHepatitisDCijerahBandung #PengobatanPenyakitHepatitisCijerahBandung #PengobatanHerbalHepatitisCijerahBandung #PengobatanAlternatifHepatitisBCijerahBandung
#Pengobatan Tradisional Hepatitis Cijerah Bandung#Pengobatan Hepatitis C Cijerah Bandung#Pengobatan Hepatitis A Cijerah Bandung#Pengobatan Hepatitis B Cijerah Bandung#Pengobatan Alami Hepatitis Cijerah Bandung#Pengobatan Alternatif Hepatitis Cijerah Bandung#Pengobatan Hepatitis D Cijerah Bandung#Pengobatan Penyakit Hepatitis Cijerah Bandung#Pengobatan Herbal Hepatitis Cijerah Bandung#Pengobatan Alternatif Hepatitis B Cijerah Bandung
0 notes
Text
Menyambut Hari Bhayangkara Ke 77 Polres Lampung Tengah Gelar Bakti Kesehatan

Dalam rangka menyambut Hari Bhayangkara Ke-77, jajaran Polres Lampung Tengah Polda Lampung menggelar bhakti kesehatan. Acara berlangsung di Balai Kampung Putra Lempuyang, Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah pada, Jum'at (16/6/2023). Kegiatan tersebut dihadiri oleh, Kasi Dokkes Polres Lampung Tengah dr. Denny Selendra beserta Tim Nakes RS Islam Asy-Syifaa Bandar Jaya, Kapolsek Way Pengubuan Iptu Andi M. Putra, S.H., M.H, Camat, Kepala Puskesmas, Kakam Putra Lempuyang dan seluruh lapisan masyarakat. Mewakili Kapolres Lampung Tengah, AKBP Doffie Fahlevi Sanjaya, S.I.K., M.Si, Kasi Dokkes dr. Denny Selendra mengatakan, dalam rangka menyambut Hari Bhayangkara Polri Ke-77, kami jajaran Polres Lampung Tengah menggelar bhakti kesehatan meliputi : - Pemeriksaan kesehatan gratis kepada masyarakat - Vaksinasi kepada masyarakat (Dosis 1, 2, 3, dan 4) - Melaksanakan penyuluhan Stunting kepada masyarakat - Pembagian beras, vitamin dan susu kepada masyarakat yang terdampak Stunting Kegiatan tersebut kata dr. Denny merupakan wujud kepedulian Polri terhadap kesehatan masyarakat sekaligus membantu meringankan beban para warga yang kurang mampu dan terdampak stunting,” ujarnya. “Semoga bantuan yang telah diberikan dapat membantu dan bermanfaat bagi sesama mereka yang membutuhkan,” tambahnya. Sementara itu, salah satu warga yakni Ibu Pertiwi mengucapkan terimakasih kepada Kapolres Lampung Tengah dan jajarannya yang telah menggelar bhakti kehesatan, khususnya di Kampung Putra Lempuyang. “Kami ucapkan terimakasih kepada Kapolres Lampung Tengah dan jajarannya, semoga Polri semakin Jaya dan semakin dicintai oleh masyarakat,” pungkasnya. (Hms/BS) Read the full article
0 notes
Text
Story 8: Vaksinasi
Satu tahun sudah berlalu sejak Sexflu pertama kali mengguncang dunia. Pemerintah, berkat dukungan dari para ilmuwan di seluruh dunia, akhirnya berhasil mendatangkan vaksin Sexflu. Presiden menargetkan agar 2 juta orang dapat divaksin per hari. Hal ini harus segera dilakukan untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap virus Sexflu sehingga perekonomian kembali pulih.
Oleh sebab itu, pemerintah dan berbagai entitas swasta bekerja sama membuka sentra-sentra vaksin di seluruh penjuru negeri. Seluruh tenaga kesehatan dikerahkan, termasuk tenaga bantuan dari berbagai profesi non-medis.
Belajar dari penanganan Covid-19 dahulu kala yang lambat dan berbelit-belit, dalam penanganan Sexflu ini pemerintah bergerak secara masif dan efisien. Masyarakat dapat diwajibkan mendatangi berbagai sentra vaksin yang tersebar mulai dari sektor perkantoran hingga tingkat kelurahan, menunjukkan KTP, dan langsung divaksin. Tidak ada lagi persyaratan berbelit-belit atau dosis yang tak mencukupi.
Ismi, seorang ibu muda, berencana untuk divaksin hari ini. Diantar oleh suami dan anaknya yang masih TK, ia datang ke gedung aula di sebuah pusat perbelanjaan. Sebuah spanduk besar menyapa mereka ketika tiba di area parkir: VAKSIN SEXFLU MASSAL GRATIS. PEDULI SESAMA PULIHKAN NEGERI.
Ismi mengenakan jilbab krem, celana jeans, dan kaos lengan panjang yang longgar sehingga mudah digulung lengannya. Ia sengaja memilih pakaian yang senyaman mungkin untuk mempermudah proses penyuntikan.
“Mama mau disuntik ya, Pa?” tanya Kayla, gadis kecil berkepang dua sambil menatap lugu kepada ayahnya.
“Iya, Mama mau divaksin, Sayang,” jawab sang ayah sambil menepikan mobilnya di area parkiran.
“Emangnya Mama sakit?” tanya Kayla lagi, kali ini menoleh ke arah sang ibu.
“Mama nggak sakit, kok. Justru supaya Mama nggak sakit, mama harus divaksin. Vaksin itu membuat tubuh Mama kebal dari virus penyakit,” jawab Ismi sambil mengusap kepala putrinya.
“Papa kok nggak divaksin?” tanya Kayla lagi.
Sang ayah menghela napas, mencoba bersabar menjelaskan kepada anak yang penuh rasa ingin tahu itu.
“Papa nanti akan dapat giliran vaksin di tempat kerja Papa. Karena Mama udah nggak kerja dan tinggal di rumah sama Kayla, jadi Mama nggak bareng Papa vaksinnya. Kebetulan Mama bisa duluan,” jawab sang ayah.
Kayla mengangguk-angguk, seolah mengerti.
“Kalau Kay? Kay juga mau divaksin!”
“Kayla masih kecil, jadi belum boleh divaksin,” jawab Ismi.
Kayla akhirnya mengangguk, seolah-olah sudah puas dengan semua jawaban itu.
Melihat putrinya sudah tak menunjukkan tanda-tanda keberatan, Ismi bersiap untuk turun dari mobil. Ia memeriksa KTP di dompetnya, kemudian mengenakan masker dua lapis.
“Mi, kamu yakin nggak mau ditemenin?” tanya suaminya.
“Nggak usah, Pi. Aku takut banyak kerumunan, nanti malah jadi bahaya buat kamu dan Kayla. Lagian aku kan masih mahmud, bukan lansia yang mesti kamu tuntun kemana-mana,” Ismi tertawa. “Kamu temenin Kayla aja di rumah, nanti kalau udah selesai pasti aku telepon untuk minta jemput.”
“Oke deh.”
“Oh ya, jangan lupa cucian dijemur, halaman depan disapu, terus sama cuci piring juga. Pokoknya, aku pulang nanti rumah udah beres, ya?” ucap Ismi sambil tertawa meledek suaminya.
“Iya, iya, sayangku. Tenang aja, pokoknya selama aku WFH, kerjaan rumah pasti aku bantuin.”
“Nggak salah emang aku pilih suami,” ucap Ismi sambil mencium tangan suaminya.
“Nanti aku boleh nonton kartun kan, Ma?” tanya Kayla.
“Boleh. Tapi kalau Mama udah pulang, kamu juga selesai ya nontonnya,” jawab Ismi sambil mengecup kening putrinya.
Ismi pun turun dari mobil dengan membawa tas kecil kesayangannya. Ia melambaikan tangan ke arah suami dan putrinya yang langsung pulang meninggalkan tempat itu.
Ketika mobil sedan mungil itu sudah tak terlihat dari area parkir, Ismi menghela napas. Ada rasa kesepian yang muncul, tapi ada pula perasaan lega atas kebebasan kecil yang sudah lama tak ia dapati sejak menjadi ibu rumah tangga. Dalam hati, ia berharap agar proses vaksin ini dapat berjalan lancar.
====
“Bapak dan Ibu silakan berbaris, jaga jarak, dan ambil nomor antrian,” ujar seorang pria berseragam tentara dengan menggunakan pengeras suara.
Mendengar itu, para peserta vaksinasi segera berbaris rapi. Seperti yang sudah diduga, antrian itu segera mengular sangat panjang. Hal ini membuat si petugas kembali memberikan instruksi.
“Hanya peserta vaksinasi yang boleh masuk ke ruangan utama. Bapak Ibu, suami atau istri peserta dimohon menunggu di depan pintu keluar. Nanti akan dipanggil apabila dibutuhkan,” ucap petugas itu lagi.
Ismi melirik ke para peserta lain di sekelilingnya. Hampir seluruh peserta didampingi oleh pasangan masing-masing. Mau tak mau, para pendamping itu pun harus memisahkan diri demi mencegah kerumunan.
Dalam hati, Ismi terkekeh: “Masa cuma vaksin saja harus ditemani suami atau istri? Untung suamiku sudah kusuruh pulang, jadi nggak ribet seperti mereka.”
Setelah para suami dan istri memisahkan diri, panjang antrian menjadi berkurang setengahnya. Ismi menghela napas lega. Ia melihat beberapa ibu-ibu kebingungan saat ditinggal suaminya, seperti orang yang kehilangan arah. Ia tersenyum melihatnya.
Untunglah antrian itu berjalan dengan tertib. Para petugas dari kalangan tentara memang tegas, tapi tetap sopan dan simpatik. Sekitar lima belas menit kemudian, Ismi akhirnya bisa masuk ke dalam aula.
Aula itu sangat besar. Dalam kondisi normal, mungkin aula ini sering digunakan untuk konser musik, pameran, atau bazaar. Ismi duduk di salah satu kursi yang kosong. Tak jauh dari tempat ia duduk, terdapat meja-meja yang diisi oleh para petugas kesehatan. Meja pertama adalah meja registrasi dan screening, meja kedua untuk pengukuran tekanan darah, meja ketiga adalah bilik penyuntikan, sementara meja keempat adalah observasi.
Di belakang meja keempat, ada banyak sekali bilik-bilik yang berjajar dengan dibatasi papan partisi serta ditutupi tirai. Ia tidak tahu untuk apa bilik-bilik itu. Mungkin untuk peserta yang malu harus membuka bajunya? Untunglah lengan baju yang ia kenakan sangat mudah digulung hingga atas.
Sekitar setengah jam kemudian, Ismi sudah melewati proses screening dan pengukuran tekanan darah. Semua berjalan lancar, tekanan darahnya pun normal. Para petugas kesehatan sudah menyimpulkan bahwa Ismi memenuhi syarat untuk disuntik vaksin.
“Bisa digulung Bu lengan bajunya?” tanya seorang dokter pria.
Meski tertutup masker dan mengenakan APD, Ismi dapat menebak bahwa dokter itu masih sangat muda. Mungkin baru lulus kuliah. Di masa darurat seperti sekarang, semua tenaga kesehatan memang harus diberdayakan tanpa memandang senioritas.
Ismi mengangguk dan segera menggulung lengan bajunya. Di balik bajunya, ia memang tidak mengenakan dalaman lagi selain bra, sehingga ketika lengan kaosnya digulung, terlihatlah kulit lengannya yang putih dan mulus.
“Tarik napas yang dalam ya Bu, ini cuma sakit sedikit, kaya digigit semut,” ujar sang dokter seramah mungkin.
Ismi tertawa kecil mendengar perintah itu, kemudian ia menarik napas. Ujung jarum itu akhirnya menembus kulit lengan Ismi yang halus. Ia dapat merasakan benda keras dan tajam itu masuk ke dalam tubuhnya, kemudian mengalirkan sebuah cairan ke dalam darahnya. Tak lama kemudian, jarum itu kembali ditarik keluar. Dokter mengusap bekas tusukan itu dengan cairan alkohol.
“Sudah, Dok?” tanya Ismi.
“Sudah, Bu. Silakan dirapikan lagi pakaiannya. Setelah ini, Ibu tunggu di kursi sebelah sana, kurang lebih tiga puluh menit untuk observasi. Nanti akan ada petugas yang memantau apakah muncul efek samping atau tidak,” ujar dokter itu sambil merapikan peralatannya.
“Memang ada efek sampingnya, Dok?” tanya Ismi sambil menurunkan kembali lengan bajunya.
“Nggak semua, Bu. Memang biasanya sekitar 40% peserta vaksin ada yang mengalami gejala efek samping. Tapi nggak ada yang perlu dikhawatirkan, kok. Ibu sudah menikah?”
“Sudah, Dok. Kenapa?”
“Ya sudah, tidak ada masalah. Silakan, Bu. Antrian masih panjang.”
Ismi menoleh ke belakang. Benar saja, masih banyak peserta lain yang menunggunya berpindah dari tempat itu. Ia segera bangkit dan pindah duduk ke kursi observasi.
Area observasi terdiri dari sebaris kursi yang diposisikan sedemikian rupa menghadap meja observasi. Di meja observasi terdapat tiga orang petugas yang mengamati para peserta vaksinasi. Jika ada yang merasakan gejala, mereka diminta segera melapor kepada petugas.
Di sebelah kanan dan kiri Ismi, duduk dua orang perempuan yang umurnya sedikit lebih tua darinya. Ibu di sebelah kirinya sudah melewati masa observasi tanpa menunjukkan gejala apa pun. Ia dipanggil ke meja observasi, kemudian diberikan sebuah surat oleh petugas. Setelah itu, ia pun langsung pulang. Beruntung sekali dia.
Ibu di sebelah kanan Ismi agak berbeda. Setelah sepuluh menit, tubuhnya tampak gemetar. Ia memeluk tubunya sendiri, seperti orang yang menggigil kedinginan. Dari mulutnya mulai keluar erangan-erangan.
Menyaksikan itu, petugas observasi segera menghampiri Si Ibu.
“Suami Ibu menunggu di luar?” tanya petugas itu.
Si Ibu yang masih menggigil hanya bisa mengangguk. Petugasi itu kemudian mengambil mikrofon dan memanggil suami ibu itu untuk segera masuk ke ruangan aula.
Tak lama kemudian, seorang laki-laki masuk dari pintu samping. Sepertinya itu adalah suami dari perempuan tadi. Petugas dengan sigap mengarahkan pasangan suami-istri itu untuk masuk ke salah satu bilik yang ada di belakang meja observasi. Entah untuk apa.
Ismi menunggu sambil membaca postingan di media sosialnya. Sesekali ia juga mengirimkan chat kepada sang suami.
- Aku udah disuntik. Sekarang lagi nunggu observasi. Gimana kondisi rumah? -
- Aman, Bos! Cucian udah dijemur, lantai udah disapu, tinggal cuci piring -
- Kayla? -
Tak lama kemudian, sang suami mengirimkan foto Kayla sedang menonton acara kartun kesukaannya di televisi. Ismi tersenyum melihat putrinya itu. Padahal baru sebentar, tapi ia sudah mulai merindukan Kayla.
- Kalau udah bilangin ya, biar aku jemput -
- Iya, Pi. Nanti aku chat lagi -
Ismi meletakkan ponselnya kembali ke dalam tas. Sudah dua puluh menit. Tinggal sepuluh menit lagi. Ia mulai membayangkan makanan apa yang ingin ia masak untuk nanti siang.
Saat sedang membayangkan menu makan siang, tiba-tiba gejolak yang aneh muncul dalam tubuhnya. Sekujur tubuhnya tiba-tiba saja terasa lemas, dadanya mulai terasa sesak, dan selangkangannya seperti berdenyut-denyut. Ismi mencoba menahan reaksi aneh itu, tapi semakin ia menahannya, semakin sering ia melepaskan desahan dari mulutnya.
Melihat itu, soerang petugas observator menghampiri Ismi.
“Ibu merasakan gejala?” tanyanya sambil memperhatikan Ismi.
“Saya nggak tau, Pak. Rasanya ... kok ... aneh beginii....” ujar Ismi.
“Baik, kalau begitu saya panggilkan suami ibu dulu,” ucap dokter itu.
Ismi menggeleng sambil menahan getaran di tubuhnya. “Mmm.... suami saya .... nggak ikut, Pak.”
Sang petugas tampak agak kebingungan. Ia menoleh ke belakang, ke arah rekan-rekannya. Mereka semua menggeleng.
“Baik, Bu. Ibu sudah tahu kan efek samping dari vaksin ini?” tanya dokter itu sambil menunjuk sebuah kalimat di form registrasi.
Ada sebuah teks kecil dalam kotak di bagian paling bawah formulir. Tulisan itu rupanya juga tercantum pada spanduk dan poster pengumuman, hanya saja Ismi tak teliti membacanya.
>> Perhatian! Dalam beberapa kasus, vaksinasi Sexflu dapat menimbulkan efek samping peningkatan libido drastis secara temporer yang cukup fatal. Peserta dimohon membawa pasangan/suami/istri masing-masing untuk membantu menanggulangi kondisi darurat <<
“Terus bagaimana? Aahhh.....” tanya Ismi. “Rumah ... rumah saya jauhhh.”
“Ibu tetap tenang. Jangan khawatir,” ucap sang petugas.
Petugas itu pun mengarahkan Ismi untuk masuk ke salah satu bilik yang masih kosong. Namun karena tubuh Ismi sudah terlalu lemas untuk melangkah, dua orang petugas lain segera merangkulnya dan membantunya berjalan.
Saat tubuhnya dirangkul, Ismi semakin tak dapat mengendalikan diri. Gesekan-gesekan kecil antara tubuhnya dengan tubuh kedua petugas itu malah semakin membangkitkan hasrat seksual di dalam tubuhnya. Ia melirik ke arah kedua petugas itu: dua orang pria muda bertubuh tegap dan bermata tegas. Ia tiba-tiba saja membayangkan tubuh kedua pria itu, dan itu membuatnya merasa sangat bersalah.
Di dalam bilik yang ditutupi tirai itu, terdapat sebuah matras berwarna putih dan sekotak tisu. Ismi ditidurkan di atas matras itu. Matras itu lumayan tebal dan terasa empuk, tapi tetap tak berhasil membuat tubuh Ismi berhenti menggeliat.
===
Ismi tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Desahan demi desahan, erangan demi erangan keluar dari mulutnya yang masih tertutup masker tanpa bisa ia tahan. Denyutan-denyutan geli semakin ia rasakan di area kemaluannya, lalu menjalar ke perut, dada, dan seluruh tubuhnya. Ia dapat merasakan kedua putingnya mengeras sementara punggungnya meliuk-liuk di atas matras.
Salah seorang petugas menghampiri Ismi dan bersimpuh di sampingnya.
“Bu Ismi, mohon maaf sebelumnya,” ucap petugas itu dengan suara yang berat. “Berhubung suami Ibu tidak ada di sini, dan kondisi Ibu sepertinya cukup fatal, ngg... dengan berat hati saya sampaikan bahwa kami harus menjalankan sesuai protokol.”
Mendengar kata-kata itu, Ismi mulai membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Bayangan itu membuat hasrat di dalam dirinya bergejolak semakin kuat, seperti gunung vulkanik yang menanti erupsi. Namun bayangan itu juga menimbulkan penyesalan besar di dalam hatinya.
Di dalam hati, Ismi terus mengutuki kebodohannya sendiri. Seharusnya ia membaca tulisan peringatan itu. Seharusnya ia meminta suaminya menemaninya di sini. Seharusnya ia tidak boleh berada dalam situasi absurd ini.
“Jangan, Pak! Mmmhh... saya nggak mau .... jangan....!” Ismi berusaha melawan letupan hasrat di dalam dirinya sendiri. Air mata mulai mengambang di kelopak matanya.
Sang petugas memberi kode kepada kedua orang rekannya. Mereka berdua mengangguk, kemudian berjalan ke sebelah kanan dan kiri Ismi, memegangi pergelangan tangan Ismi agar tak bergerak.
Bagaimanapun, mereka punya target yang harus dipenuhi. Kalau sampai salah satu peserta vaksin mengalami efek samping yang membahayakan jiwa, mereka pasti akan ikut dimintai pertanggungjawaban.
“Mohon izin ya, Bu,” ucap petugas itu dengan lembut.
Petugas itu melepaskan sarung tangannya, kemudian meletakkan kedua telapak tanggannya di atas sepasang payudara Ismi. Meski sudah pernah menyusui, tapi payudara Ismi masih cukup kencang dan bulat sempurna. Meski hanya disentuh dari luar baju, tapi sentuhan itu sudah cukup mengirimkan sinyal listrik ke pucuk-pucuk putingnya. Apalagi ketika petugas itu meremasnya perlahan.
“Aaaaah! Ja... jangan ... Aaah!” Meski berusaha menolak, Ismi tak kuasa menyanggah kenikmatan yang ia rasakan.
Dengan sabar dan telaten, petugas itu meremas dan memijat payudara Ismi. Gerakan tangannya sangat teratur, tapi juga lembut dan lentur. Setelah beberapa kali meremas payudaranya, petugas itu kemudian menarik baju Ismi ke atas. Tampaklah bra warna krem tanpa renda dan belahan dada Ismi yang sempit terjepit.
Tangan petugas itu berpidah. Ia mencari celah ke belakang punggung Ismi, kemudian dengan sangat lihai, ia melepaskan pengait bra Ismi dengan satu tangan saja. Klik! Bungkusan bra itu melonggar, sepasang buah dada itu kini dapat bernapas lega.
Sang petugas melepaskan bra Ismi dan meletakkannya di sebelah matras. Setelah itu, ia pun melepaskan maskernya sendiri. Benar dugaan Ismi, petugas itu ternyata seorang pria muda dengan wajah yang lumayan tampan. Alisnya tegas, hidungnya agak mancung, dan ada kumis tipis di atas bibirnya.
“Bu Ismi, maaf, payudaranya saya hisap ya,” ucapnya.
“Aaah! Tunggu! Se... sebentar! Mmmh! Maas! Ahhh!”
Tanpa mengindahkan kata-kata Ismi, bibir petugas itu perlahan mendarat di puting kiri Ismi. Ismi mendesah keras ketika merasakan kumis tipis pemuda itu mengelus permukaan payudaranya, apalagi ketika bibir sang pemuda mengulum dan menghisap putingnya. Sementara itu, tangan kirinya mulai meremas dan mengusap puting payudara kanan Ismi.
Sambil menikmati rangsangan di sepasang puncak dadanya, kedua paha Ismi pun berhimpit erat, berusaha mengendalikan denyutan-denyutan liar di vaginanya yang semakin menuntut untuk dipuaskan.
Setelah puas menghisap dan menjilati payudara Ismi, sang petugas akhirnya turun ke bawah. Ia memerosotkan celana Ismi hingga memperlihatkan sepasang pahanya yang mulus dan celana dalamnya yang berwarna krem.
“Saya cek dulu ya, Bu,” bisiknya.
Petugas itu kemudian meraba bagian selangkanan Ismi yang masih tertutup celana dalam. Ia mengangguk-angguk ketika menyadari betapa basahnya celana itu. Sambil memerosotkan celana dalam Ismi, ia memberi kode kepada kedua rekannya yang sejak tadi masih memegangi lengan Ismi.
Kedua rekan petugas itu melepaskan masker, kemudian masing-masing mulai menjilati puting payudara Ismi yang kiri maupun kanan. Mereka menjilati, mengulum, dan menghisapnya tanpa memberi jeda.
Pada tahap ini, Ismi sudah pasrah. Ia mencoba mencari pembenaran atas apa yang ia rasakan. Ya, semua ini memang bermula dari kecerobohannya, tapi ini bukan sepenuhnya kesalahannya. Ia tidak selingkuh, ia tidak bermain curang. Ia hanya menerima prosedur medis demi menyelamatkan nyawanya sendiri. Tidak ada yang salah dengan semua itu. Dan tak ada salahnya juga jika ia ikut menikmatinya. Bukankah memang itu tujuannya?
Ibu muda itu memejamkan mata, menikmati jilatan dua orang pria yang bergerak liar menyerbu puting dan bukit payudaranya. Rasanya seperti ada sengatan-sengatan listrik kecil yang terus-menerus menyerang syaraf kenikmatan di otaknya. Saat sedang meresapi semua sensasi itu, tiba-tiba saja ia merasakan sebuah benda tumpul dan keras yang mendesak masuk ke lubang vaginanya.
Ia melirik ke bawah, melewati celah dua kepala pria yang sedang melahap payudaranya, dan ia melihat seorang petugas sedang memasukkan penisnya. Ia sadar, sesaat lagi, ia akan disetubuhi, oleh lelaki selain suaminya yang tak ia kenal sama sekali.
Benar saja, sedetik kemudian, batang penis itu menerobos masuk ke dalam lubang vaginanya. Suaminya pernah bilang, bahwa meski sudah menjadi seorang ibu, vagina Ismi sama sempitnya dengan seorang perawan. Ismi berkali-kali menjelaskan kepada suaminya bahwa vagina wanita adalah organ yang sangat kuat dan elastis sehingga selalu dapat kembali ke bentuk semula. Selain itu, toh ia juga melahirkan Kayla secara caesar.
“Aaah! Aah! Pelan-pelan, Mas! Mmmh! Oooh!” desah Ismi sambil merasakan batang penis petugas itu keluar masuk di lubang vaginanya.
Ia terkejut dengan ucapannya sendiri. Ia sudah tak lagi menyuarakan penolakan, hanya permintaan.
“Baik, Bu!” ucap petugas itu dengan napas terengah-engah dan pinggul yang maju-mundur.
Meski sudah berjanji akan menggenjot dengan perlahan, tetapi tetap saja tempo genjotannya terus meningkat menjadi semakin cepat dan kasar. Ismi berusaha memaklumi hal itu. Mungkin si petugas juga kesulitan mengendalikan nafsunya. Wajar saja, kan? Pria mana yang bisa tetap tenang ketika menyetubuhi seorang wanita manis, berjilbab, bertubuh ramping dan berkulit mulus seperti dirinya? Membayangkan itu membuat Ismi semakin semangat mendesah dan melenguh.
Kira-kira setengah jam kemudian, petugas itu pun menyerah. Ia memuncratkan spermanya ke wajah Ismi, membiarkan cairan putih kental itu mengalir di jilbab, hidung, dan pipinya. Petugas itu terduduk lemas, kemudian segera mengambil selembar tisu dan mengelap wajah Ismi.
“Maaf ya, Bu. Jadi kena jilbabnya,” ucapnya.
“Nggak apa-apa.... Mmmh....”
Ismi pun melepaskan jilbabnya dan membiarkan rambutnya yang hitam panjang terurai begitu saja. Napasnya masih tersengal-sengal, dadanya naik turun, tetapi prosedur belum selesai.
Kedua petugas lain yang tadi sibuk menjilati payudara Ismi kini bergantian memasukkan penis mereka ke vagina Ismi.Genjotan demi genjotan diterima Ismi dengan pasrah dan penuh kenikmatan. Sesekali ia pun berganti posisi antara missionary dan doggy style, sambil terkadang melakukan oral kepada penis para petugas agar tetap tegak sempurna.
Satu jam sudah berlalu. Bilik Ismi adalah bilik paling sibuk dan berisik. Setelah semua itu selesai, yang tersisa hanyalah Ismi dan tiga orang petugas yang terkapar lemas.
Dengan tubuh yang terasa seperti jelly, Ismi menatap langit-langit gedung aula. Ia teringat pada keluarganya.
===
“Mama! Itu Mama! Pa, itu Mama!” jerit Kayla sambil wajahnya menempel ke kaca mobil.
“Iya, iya. Papa juga tau, kok. Kamu tenang aja,” ujar ayahnya sambil membuka kaca jendela mobil.
Di ujung sana, Ismi sedang berjalan ke arah tempat parkir. Melihat wajah anaknya yang mengintip dari jendela mobil, Ismi melambaikan tangan. Kayla ikut membalas melambaikan tangan.
“Papa! Kita susul Mama ke sana yuk!” jerit Kayla.
“Nggak usah. Panas. Kita tunggu di sini aja, nanti juga Mama ke sini,” jawab sang ayah.
Tak lama kemudian, Ismi tiba di mobil. Ia duduk di kursi belakang dan langsung memeluk Kayla. Anak itu menjerit gembira melihat ibunya kembali.
“Kalian kaya udah nggak ketemu sebulan aja,” ledek sang suami.
“Namanya juga anak-anak,” balas Ismi.
“Gimana? Lancar tadi? Kok lama banget sih keluarnya?” tanya suaminya.
Ismi termenung mendengar pertanyaan itu. Dadanya terasa sesak. Ia merasa telah melakukan pengkhianatan yang menyakitkan, tapi ia tak punya pilihan lain.
“Alhamdulillah lancar. Cuma agak lama nunggu sertifikatnya dicetak,” jawab Ismi perlahan.
“Oh, gitu.”
“Maafin aku, ya ...,” ucap Ismi berbisik.
“Hah?”
“Iya, maafin aku. Gara-ara aku kan kamu jadi nunggu lama.”
“Oooh.... No problem! Aku juga jadi punya banyak waktu buat beres-beres rumah,” ujar sang suami. “Yuk kita pulang!”
“Yuk!” balas Ismi.
“Ayooo! Pulang!” teriak Kayla sambil duduk di pangkuan ibunya.
STORY 8: END
0 notes
Photo

Laporan Hasil pelaksanaan Vaksinasi Dinamis Booster Dosis 3 usia 18-59 tahun di Puskesmas Kelurahan Manggarai Selatan dilaksanakan pada : Hari : Kamis Tanggal : 9 Maret 2023 Dengan rincian sbb ; Terdaftar : 36 orang Terdiri dari : JAKI : 0 MANUAL : 36 orang Tidak Balik : 0 orang Batal : 2 orang Tunda : 2 orang Ter vaksin : 32 orang Terdiri dari : D3 Booster1 : 13 orang D4 Booster2 : 14 orang D1 Pfizeer : 0 orang D2 Pfizeer : 5 orang Jumlah total = 32 org Total : Teregistrasi : 36 orang Hadir : 36 orang Tervaksin : 32 orang Tidak balik lagi : 0 orang Tunda : 2 orang Batal : 2 orang Demikian laporan ini disampaikan dan terima kasih. Lurah Kelurahan Manggarai Selatan (di Puskesmas Kelurahan Manggarai Selatan) https://www.instagram.com/p/Cpkq1h8viu_/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
Terapkan Program Vaksinasi Door to Door Ketua TP PKK Badung Tinjau Vaksinasi Kedua Untuk Penyandang Disabilitas
Terapkan Program Vaksinasi Door to Door Ketua TP PKK Badung Tinjau Vaksinasi Kedua Untuk Penyandang Disabilitas
JBM.co.id, Mangupura – Tim Penggerak PKK Kabupaten Badung berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan, Pemerintah Kecamatan, Desa dan Kelurahan berkomitmen untuk mengakselerasi penuntasan program vaksinasi bagi penyandang disabilitas. “Kita di Kabupaten Badung menerapkan program vaksinasi door to door atau jemput bola ke rumah untuk melayani saudara kita yang disabilitas. Itu upaya konkrit terkait…

View On WordPress
0 notes
Link
DPC Partai Gerindra Kabupaten Tangerang menggelar vaksinasi dosis 2 di enam kecamatan selama dua hari, Sabtu - Minggu.
0 notes
Text
Tinjau Vaksinasi di Aceh, Kapolri: 3 Bulan Setelah Dosis 2, Booster Bisa Diberikan
Tinjau Vaksinasi di Aceh, Kapolri: 3 Bulan Setelah Dosis 2, Booster Bisa Diberikan
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meninjau akselerasi percepatan vaksinasi di Pidie Convention Center, Kabupaten Pidie, Aceh, Sabtu (26/2/2022). Dalam kegiatan ini, Sigit juga terhubung secara virtual dengan 6.441 titik di 34 Provinsi Indonesia yang juga melaksanakan vaksinasi. “Alhamdulillah, kita baru saja melaksanakan kegiatan vaksinasi serentak. Hari ini kita hadir langsung pada…

View On WordPress
0 notes
Text
(WA) 0812-1440-8050 Ramuan Tradisional Untuk Hepatitis Ny. Djamilah Najmuddin di Karanganyar Bandung

Kontak dan Janji Temu Hubungi 0812 1440 8050 Balai Pengobatan Tradisional Ny. Djamilah Najmuddin merupakan sebuah klinik pengobatan tradisional yang sudah berdiri sejak tahun 1985 hingga sekarang dan bertempat di kota Bandung. obat herbal untuk penyakit hepatitis,cara mengobati penyakit hepatitis secara alami,cara pencegahan dan pengobatan hepatitis,obat herbal penyakit hepatitis a
Kontak dan Janji Temu Hubungi
Jl Guntur Madu No. 03 Kel. Turangga, Kec. Lengkong, Kota Bandung
0812 1440 8050 https://wa.me/6281214408050
Kunjungi website djamilah-najmuddin.com
Pengobatan Hepatitis B: Penanganan dan Terapi yang Tepat untuk Kesehatan Anda
Hepatitis B adalah penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Penyakit ini dapat menular melalui darah, cairan tubuh, atau hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi. Meskipun hepatitis B sering kali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, jika dibiarkan tanpa pengobatan, bisa menyebabkan komplikasi serius seperti sirosis atau kanker hati. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara mengobati hepatitis B, termasuk terapi yang dapat membantu dalam proses penyembuhan serta langkah-langkah pencegahan.
Artikel ini akan membahas berbagai aspek penting tentang pengobatan hepatitis B, termasuk terapi yang dapat digunakan, langkah-langkah pencegahan, serta pengobatan pendukung yang bisa membantu mempercepat pemulihan.
1. Apa itu Hepatitis B dan Bagaimana Terjadinya?
Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus ini dapat menyebar melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, seperti melalui jarum suntik yang tidak steril, hubungan seksual, atau dari ibu ke bayi saat kelahiran. Hepatitis B bisa bersifat akut atau kronis, dan penderita hepatitis B kronis berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi serius, seperti sirosis hati dan kanker hati.
Gejala dari hepatitis B dapat meliputi kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, nyeri perut, dan kulit atau mata yang menguning (jaundice). Dalam beberapa kasus, hepatitis B tidak menunjukkan gejala sama sekali, yang membuatnya sulit untuk didiagnosis tanpa pemeriksaan medis.
2. Pencegahan dan Pengobatan Hepatitis B
Vaksinasi Hepatitis B
Langkah pertama dalam mencegah hepatitis B adalah vaksinasi. Vaksin hepatitis B sangat efektif dalam mencegah infeksi oleh virus ini. Vaksin ini diberikan dalam beberapa dosis yang biasanya dimulai sejak bayi baru lahir, namun orang dewasa yang belum menerima vaksin juga dianjurkan untuk mendapatkannya.
Vaksin hepatitis B bekerja dengan merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap virus, sehingga jika tubuh terpapar dengan virus hepatitis B, tubuh dapat melawan infeksi tersebut. Vaksinasi adalah salah satu cara terbaik dalam pencegahan dan pengobatan hepatitis, karena membantu mengurangi kemungkinan terinfeksi hepatitis B di kemudian hari.
Terapi Antivirus untuk Hepatitis B
Bagi pasien yang sudah terinfeksi hepatitis B, pengobatan dengan terapi antivirus merupakan langkah utama. Obat-obatan antivirus digunakan untuk mengontrol jumlah virus dalam tubuh dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Beberapa obat antivirus yang sering digunakan untuk hepatitis B antara lain:
Tenofovir: Obat ini membantu menekan replikasi virus hepatitis B dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada hati.
Entecavir: Obat ini juga digunakan untuk menekan aktivitas virus hepatitis B dan efektif dalam mencegah komplikasi hepatitis B.
Lamivudine: Obat ini bisa digunakan sebagai pilihan terapi, meskipun beberapa strain virus dapat berkembang menjadi resisten terhadapnya.
Penggunaan obat antivirus ini tidak hanya bertujuan untuk mengatasi infeksi akut, tetapi juga untuk mencegah hepatitis B berkembang menjadi hepatitis kronis yang bisa menyebabkan sirosis atau kanker hati.
Terapi Pendukung Hepatitis B
Selain pengobatan antivirus, terapi pendukung juga penting dalam pengelolaan hepatitis B. Terapi ini bertujuan untuk membantu tubuh pulih dari efek infeksi hepatitis B dan mendukung kesehatan hati. Beberapa bentuk terapi pendukung yang dapat membantu antara lain:
Pola makan sehat: Makanan yang kaya akan nutrisi dan rendah lemak serta garam membantu mendukung fungsi hati.
Penghindaran alkohol: Alkohol dapat memperburuk kerusakan hati, jadi sangat penting untuk menghindari alkohol selama proses pengobatan hepatitis B.
Istirahat yang cukup: Tubuh membutuhkan waktu untuk pulih, jadi pastikan untuk cukup tidur dan istirahat.
3. Pengobatan Hepatitis B pada Ibu Hamil
Penyakit hepatitis B pada ibu hamil memerlukan perhatian ekstra, karena risiko penularan dari ibu ke bayi sangat tinggi, terutama pada saat melahirkan. Pengobatan hepatitis B pada ibu hamil mencakup terapi antivirus yang aman digunakan selama kehamilan serta vaksinasi untuk bayi setelah kelahiran.
Bagi ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B, cara mengobati HBsAg pada ibu hamil dapat melibatkan penggunaan obat antivirus seperti tenofovir, yang aman digunakan pada kehamilan dan dapat mengurangi risiko penularan kepada bayi. Vaksinasi bayi yang baru lahir juga sangat penting untuk mencegah infeksi hepatitis B.
Terapi Pendukung Hepatitis A: Perbedaan dan Keterkaitannya dengan Hepatitis B
Walaupun hepatitis A dan hepatitis B keduanya adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus, keduanya memiliki perbedaan dalam cara penularannya dan pengobatannya. Hepatitis A umumnya ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi, sementara hepatitis B lebih sering ditularkan melalui kontak darah atau cairan tubuh.
Meskipun terapi untuk hepatitis A lebih berfokus pada pencegahan dan pengelolaan gejala dengan terapi pendukung, pengobatan hepatitis B lebih mengarah pada penggunaan obat antivirus untuk menekan replikasi virus. Namun, terapi pendukung hepatitis A juga penting, seperti menjaga hidrasi, istirahat, dan pola makan sehat, yang juga berlaku untuk pasien hepatitis B.
FAQ: Pertanyaan Umum Tentang Pengobatan Hepatitis
Bagaimana Mempersiapkan Diri Sebelum Vaksinasi Hepatitis?
Sebelum vaksinasi hepatitis, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, terutama jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau alergi terhadap bahan-bahan yang terdapat dalam vaksin. Vaksinasi hepatitis B aman dilakukan, dan biasanya hanya membutuhkan beberapa dosis untuk memberikan perlindungan jangka panjang. Pastikan untuk memberi tahu dokter tentang riwayat kesehatan Anda.
Apakah Ada Perbedaan Antara Hepatitis A dan B?
Ya, ada perbedaan antara hepatitis A dan B. Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang menyebar melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, sedangkan hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang lebih sering ditularkan melalui kontak darah atau cairan tubuh. Hepatitis A biasanya tidak menyebabkan komplikasi jangka panjang, sementara hepatitis B dapat berkembang menjadi penyakit hati kronis.
Bagaimana Penggunaan Obat Antivirus dalam Pengobatan Hepatitis?
Obat antivirus digunakan untuk menekan replikasi virus hepatitis B dalam tubuh, yang membantu mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Obat-obatan seperti tenofovir dan entecavir adalah pilihan umum yang efektif dalam mengobati hepatitis B, dan digunakan baik untuk infeksi akut maupun kronis.
Apakah Ada Pengobatan Alami yang Efektif untuk Hepatitis?
Saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pengobatan alami sebagai alternatif pengobatan utama untuk hepatitis B. Namun, beberapa perubahan gaya hidup, seperti pola makan sehat dan penghindaran alkohol, dapat membantu mendukung pemulihan. Pengobatan utama untuk hepatitis B tetaplah terapi antivirus yang diresepkan oleh dokter.
Bagaimana Hepatitis Memengaruhi Sistem Pencernaan?
Hepatitis dapat mempengaruhi sistem pencernaan dengan menyebabkan gejala seperti mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan perasaan tidak nyaman di perut. Selain itu, hepatitis yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan hati yang lebih serius, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi fungsi pencernaan secara keseluruhan.
Penutup
Pengobatan hepatitis B memerlukan pendekatan yang hati-hati dan berkelanjutan, termasuk terapi antivirus, pencegahan melalui vaksinasi, serta terapi pendukung untuk mempercepat pemulihan. Untuk ibu hamil, pengelolaan hepatitis B menjadi lebih penting karena risiko penularan kepada bayi yang baru lahir. Meskipun tidak ada obat alami yang terbukti efektif untuk hepatitis B, perubahan gaya hidup sehat sangat penting dalam mendukung kesehatan hati. Jika Anda atau orang terdekat Anda terinfeksi hepatitis B, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan terapi yang paling tepat sesuai dengan kondisi masing-masing.
Sarijadi Bandung,Sukarasa Bandung,Babakanciamis Bandung,Braga Bandung,Kebonpisang Bandung,Merdeka Bandung,Cigending Bandung,Pasanggrahan Bandung,Pasirendah Bandung,Pasirjati Bandung
pengobatan hepatitis adalah,pengobatan hepatitis a b c d e,pengobatan hepatitis akut pada anak,terapi hepatitis a,pengobatan hepatitis berapa lama,pengobatan hepatitis b pada anak,pengobatan hepatitis b pada bayi,pengobatan hepatitis b kronik,pengobatan hepatitis b untuk ibu hamil,pengobatan hepatitis b pada ibu menyusui
#pengobatanhepatitisapadaanak #pengobatanhepatitisabc #pengobatanuntukpenyakithepatitis #hepatitisapengobatan #hepatitisapenyebabdanpengobatannya #hepatitisbpengobatan #hepatitiscpengobatan #ibuhamilhepatitisb #mengobatipenyakithepatitisb #menyembuhkanhepatitisa
(WA) 0812-1440-8050 Ramuan Tradisional Untuk Hepatitis Ny. Djamilah Najmuddin di Karanganyar Bandung
#pengobatan hepatitis adalah#pengobatan hepatitis a b c d e#pengobatan hepatitis akut pada anak#terapi hepatitis a#pengobatan hepatitis berapa lama#pengobatan hepatitis b pada anak#pengobatan hepatitis b pada bayi#pengobatan hepatitis b kronik#pengobatan hepatitis b untuk ibu hamil#pengobatan hepatitis b pada ibu menyusui
0 notes
Text
Polres Lampung Tengah Buka Gerai Vaksin

Polres Lampung Tengah, Polda Lamppung kembali membuka pelayanan vaksinasi Covid-19 untuk masyarakat sehat, bertempat di Poliklinik Pratama Polres Lampung Tengah, Selasa (13/6/2023). Kapolres Lampung Tengah AKBP Doffie Fahlevi Sanjaya, S.I.K., M.Si melalui Kasi Humas AKP Sayidina Ali menjelaskan bahwa tujuan kegiatan tersebut masih sama dalam rangka meningkatkan imunitas masyarakat guna menekan penyebaran virus Covid 19, khusunya di wilayah Kabupaten Lampung Tengah. Kasi Humas mengatakan, vaksinasi yang tersedia saat ini adalah vaksin dosis 1, 2, 3 dan 4 jenis Sinopharm serta untuk pelaksanaannya yakni pada jam kerja hari Senin hingga Sabtu pukul 08.00 pagi s/d selesai di Poliklinik Pratama Polres Lampung Tengah . “Pelayanan vaksinasi ini akan terus kita buka selama stok vaksin masih tersedia,” ujarnya. Untuk itu, kami mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat yang berada di Lampung Tengah ataupun luar wilayah, bagi yang belum menerima vaksinasi untuk segera datang ke gerai vaksin Presisi Polres Lampung Tengah, pungkasnya. (Humas LT) Read the full article
0 notes
Photo

Laporan Hasil pelaksanaan Vaksinasi Dinamis Booster Dosis 3 usia 18-59 tahun di Puskesmas Kelurahan Manggarai Selatan dilaksanakan pada : Hari. : Kamis Tanggal : 2 Maret 2023 Dengan rincian sbb ; Terdaftar : 44 orang Terdiri dari : JAKI : 0 MANUAL : 44 orang Tidak Balik : 0 orang Batal : 1 orang Tunda : 1 orang Ter vaksin : 42 orang Terdiri dari : D3 Booster1 : 10 orang D4 Booster2 : 32 orang D1 Pfizeer : 0 orang D2 Pfizeer : 0 orang Jumlah total = 42 orang Total : Teregistrasi : 44 orang Hadir : 44 orang Tervaksin : 42 orang Tidak balik lagi : 0 orang Tunda : 1 orang Batal : 1 orang Demikian laporan ini disampaikan dan terima kasih. Lurah Kelurahan Manggarai Selatan (di Puskesmas Kelurahan Manggarai Selatan) https://www.instagram.com/p/CpSTqJjP8Xl/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
Ny. Antari Jaya Negara Rajin Pantau Vaksinasi Bagi Disabilitas
Ny. Antari Jaya Negara Rajin Pantau Vaksinasi Bagi Disabilitas
JBM.co.id, Denpasar – Pendampingan dan fasilitas yang sama dalam menerima pelayanan vaksinasi covid-19 kepada disabilitas di Kota Denpasar terus berlanjut. Tampak pada Rabu (22/9/2021) Sinergitas Ketua TP PKK Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara dan TP PKK Kecamatan Denpasar Selatan (Densel) kembali memberikan dukungan kepada disabilitas di Kelurahan Pedungan yang menerima vaksinasi Covid-19…

View On WordPress
0 notes
Text
Bupati Murung Raya Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi Massal
Bupati Murung Raya Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi Massal
MURUNG RAYA, RADAR-X.net – Bupati Murung Raya, Drs, Perdie MA. M, Yoseph meninjau secara lansung pelaksanaan vaksinasi massal Covid-19, dosis ke-2 yang diselenggarakan di Stadion Mini dan Gedung pertemuan umum (GPU) Tira Tangka Balang, Kota Puruk Cahu, Kamis (5/8/2021). Vaksinasi massal COVID-19 tersebut, dihadiri Kapolres Murung Raya, AKBP I Gede Putu widyana, SH, SIK, MH, Kepala Satpol PP…

View On WordPress
0 notes
Text
Vaksinlah, kalau bisa AstraZaneca
Alhamdulillah saya sudah divaksin dosis pertama, tapi bukan Sinovac atau AstraZaneca. Loh?
Saat ini saya sedang berada di Singapura, menjalani final quarter studi PhD saya dengan beasiswa kampus negeri di sini. Izin tinggal saya di sini namanya student pass yang termasuk kategori 'long-term resident' sehingga berhak mendapatkan vaksin gratis walaupun foreigner.
Setelah tiba giliran untuk resident dengan rentang umur 18-39 tahun untuk menerima vaksin, kampus dengan segera mengirim pengingat kepada seluruh mahasiswa untuk mengecek dan memperbarui data nomer HP masing-masing. Karena kampus nantinya mengirim database civitas ke kementerian kesehatan. Dua minggu kemudian, saya dapat kode unik untuk bisa 'booking appointment' vaksin dosis pertama.
Dalam tautan 'booking appointment' untuk vaksin, kita bisa memilih tempat (community centre atau CC gitu umumnya) dan waktunya sesuai kenyamanan dan availability masing-masing. Menariknya kita bisa tahu di CC mana vaksin yang dipakai apa. Pemerintah Singapura sejauh ini meng-endorse dua opsi vaksin saja untuk vaksin gratis ini: Pfizer atau Moderna, yang mana keduanya tergolong mRNA vaccine.
Saya secara sadar memilih CC yang dekat kampus dan awalnya tidak terpengaruh soal preferensi yang beredar di masyarakat. Setelah booking tanggal dan jam vaksin, barulah saya tanya-tanya ke teman-teman yang sudah duluan. Karena saya cuma mau yang dekat kampus saja, opsi tanggalnya sisa akhir Juni. Kalau saya mau, bisa saja dapat lebih awal tapi CC-nya yang agak jauh. Ya, intinya saya ga mau ribet (dan keluar uang transport buat vaksin doang).
Kembali soal preferensi vaksin, saya melihat banyak yang prefer Pfizer karena menurut testimoni yang beredar efek sampingnya lebih enteng dibandingkan dengan Moderna. Ya jadi tidak begitu mengganggu aktivitas setelah divaksin, karena saya tidak mau sakit saat bulan-bulan terakhir menuju deadline laporan tesis S-3 saya. Kebetulan di CC dekat kampus, vaksinnya Pfizer :)
Normal saja ketika setelah divaksin ada efek samping. Ini pertanda tubuh sedang bereaksi dengan konten vaksin denga cara membentuk antibodi. Karena efek samping itu normal atau bahkan 'expected', saat vaksinasi kita akan menerima briefing yang kurang lebih seperti ini:
1) Tidak berolahraga selama 1 minggu ke depan agar tidak kelelahan
2) Pantau suhu tubuh 2x24 jam ke depan, jika deman dan tidak hilang dalam dua hari maka segera kunjungi dokter--dan biaya pengobatan GRATIS karena itu bagian tanggung jawab pemerintah yang telah mengimbau warganya untuk vaksin.
3) Jika merasa tidak enak badan, minum saja PANADOL. Iklan gratis buat perusahaan swasta :)
Oh ya, sebelum divaksin kita akan ditanyain dulu, "Ada demam atau nggak enak badan 1x24 jam yang lalu?" Ini ditanyain dua kali. Sekali pas registrasi ulang, satu lagi sebelum disuntik. Semua protokol dan briefing dilakukan untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan buruk pascavaksin.
***
Sepulang divaksin, saya teringat di Indonesia vaksin yang awalnya beredar cuma Sinovac, kemudian menyusul AstraZaneca. Bedanya apa yaaa?
Setelah ngobrol sama istri dan cari info-info tambahan, setidaknya ada empat pegangan buat saya pribadi:
a) Data keampuhan vaksin bisa jadi bias sesuai sampel waktu dan tempat (https://www.youtube.com/watch?v=K3odScka55A). Sehingga, berpatokan murni pada angka keampuhan (efficacy) hanya membuat kita menolak mentah Sinovac yang sudah ada di Indonesia dan dibeli dengan anggaran pemerintah. Di saat krisis, setiap negara akan berusaha untuk melakukan pengadaan dengan pertimbangan masing-masing karena butuh cepat, supply-nya terbatas, dan semua negara berkompetisi untuk itu. Jadi, kita vaksin karena bersyukur dengan opsi yang kita punya.
b) Setelah muncul AstraZaneca (AZ), ada testimoni teman-teman istri saya @syofarahals bahwa pascavaksin efek sampingnya lebih berasa dibandingkan Sinovac. Yang kedua, setelah divaksin tapi tetap tertular Covid-19 maka yang sudah divaksin AZ akan memiliki gejala lebih ringan dan recovery lebih cepat. Jadi, jika ada info fasilitas kesehatan yang ada stok AstraZaneca, sebaiknya pilih itu dan arahkan keluarga dan kenalan Anda ke sana jika memungkinkan.
c) Vaksin bekerja dengan cara yang berbeda untuk membangun imunitas sesuai kategorinya, mRNA (Pfizer, Moderna), viral vector (AstraZaneca), atau inactivated virus (Sinovac). Sila lihat perbandingannya di sini: https://www.youtube.com/watch?v=osRo-yz1VQ8

d) Pegangan terakhir adalah vaksin itu kayak ikutan "challenge" dan memang opsional. Reward-nya? Terbentuk imunitas. Cara mendapatkannya? Jaga kesehatan sebelum dan sesudah vaksin sampai kondisi kebugaran normal kembali.
Sebagai penutup, vaksin mungkin jawaban doa-doa dan qunut nazilah umat Islam se-dunia untuk diangkatnya wabah ini. Tapi, bukannya wabah yang diangkat tapi umat Islam "dipaksa" untuk lebih berpikir kritis dan saintifik.
Wabah ini sebuah pengingat bagi kita untuk menghargai ilmu pengetahuan. Pengingat bahwa kita butuh lebih banyak orang Indonesia yang ahli di bidang sains dan teknologi. Juga pengingat bahwa mati itu mudah saja, tidak pandang umur. Tapi kita diberi akal untuk berikhtiar dan mengusahakan yang terbaik untuk orang-orang yang kita sayangi.
Jika kaum tua sudah terlanjur termakan hoaks, maka harapan kita tinggal di pundak anak-anak muda (anak, ponakan, cucu-cucunya) untuk mengedukasi mereka.
121 notes
·
View notes
Text
On Being 29
Today supposed to be my last day of 6 months Tuberculosis medication. But apparently, not today. But it's ok. I am ok. Gimana kronologisnya Ket? Selama pandemi bisa dibilang gue hidup cukup sehat. Pola makan lebih baik, kayaknya sih. Selalu mengusahakan 30 minutes workout setiap hari sebelum kerja kalo WFH, kalo WFO gak maksain sih, yang penting seminggu 150 menit. Berat badan turun juga, dari 63 ke 58 kg, ini sebelum gue ngerasain ada gejala apa-apa ya. Tapi sekitar November-Desember 2020 ngerasa ada yang aneh sama napas gue, tiap olahraga kok napas gue jadi agak bunyi gitu ya. Tapi gue gak periksa ke dokter karena ya gak ada keluhan berat, cuma agak ngik ngik aja napas gue setelah olahraga agak berat. Lanjut terus, mulai Januari 2021 gue agak batuk tuh, sempet demam juga. Kalau udah kayak gini di masa pandemi pasti dikira covid gak sih. Pas banget ada jadwal swab antigen di kantor, Alhamdulillah aman. Lanjut konsul ke dokter umum dikasih obat biasa+antibiotik. Sampai obat abis masih batuk juga. Tapi batuknya gue itu bukan tipe batuk yang terus menerus, intensitasnya tinggi tiap pagi dan malem aja. Dan yang paling kerasa tiap mandi malem pulang kerja itu menggigil dan dada agak nggak nyaman. Memang di waktu itu kerjaan lagi agak banyak juga, mikir mungkin kecapekan. Selang beberapa minggu karena penasaran dan batuk gak sembuh-sembuh PCR Test lagi lah gue, ternyata negatif. Selama 2 bulanan yang gue rasain (gak kontinyu tapi sering): batuk tapi cuma pagi dan malem, batuk tiap ngomong agak panjang (ini ganggu banget kalo lagi meeting/presentasi), batuk kalo kelamaan pake masker, gak bisa tidur dengan posisi telentang jadi harus pakai bantal tinggi. Akhir-akhir ini gue baru tau ternyata tidur dengan posisi tinggi ini teknik untuk mengatasi sesak napas ya tapi gue nemu cara sendiri hehe. Makin kerasa gak beres tapi gue nunda ke dokter spesialis dengan alasan pandemi. Mana konsulnya ke dokter paru ya kan ngeri juga takut malah ketularan COVID di rumah sakit saat itu. Kondisi kayak gini tuh bertahan sampai 4 Maret 2021, gue pulang kerja, dari kantor badan anget, nyetir mobil gak fokus gak bisa pake masker sambil sesek napas, mana jalan macet banget, udah itu gue sepanjang jalan zikir aja Alhamdulillah sampe rumah dengan selamat. Sampe rumah mana harus ini itu bersih-bersih protokol COVID gabisa langsung rebahan, masih lemes. Begitu ngecek suhu tubuh 38.6 degC hehe mampos gue COVID apa gimana nih. Langsung minum paracetamol besoknya udah normal. Nah, besoknya harusnya gue tetep ngantor karena load lagi lumayan tinggi, tapi izin sakit lah gue karena masih lemes walaupun udah gak panas. Karena ngerasa udah lama nunda, akhirnya gue ke RS terdekat dari rumah yang ada dokter spesialis paru. Begitu cek, disuruh rontgen. Waktu terima hasil rontgen juga udah agak worry karena nih paru paru gak sebagus hasil rontgen gue biasanya, lebih banyak garis-garis putihnya. Ternyata TBC Paru, hehe. Langsung lemes karena dengan TBC Paru ini gerak gue akan terbatas minimal 6 bulan ke depan. Dan tanggal gue terdiagnosa TBC Paru adalah tepat umur gue 28.5 tahun tanggal 5 Maret 2021, yang berarti kalau lancar, gue akan sembuh tepat saat gue berumur 29. Saat dikasih tau kalo gue TBC ya udah biasa aja mau gimana lagi. Langsung laporan ke kantor, minta izin WFH sementara karena sedang TBC, karena kan TBC ini berpotensi menular jadi ya untungnya kantor gue bisa mengakomodasi. Mungkin karena pas pandemi juga kali ya, jadi gue pun masih dapat privilege bekerja dari rumah. Saat itu gue biasa aja tuh, mikir yaudahlah ya mungkin disuruh slowing down dulu sama Tuhan. Tapi selanjutnya ya sering nangis hehe sedih aja. Sebenernya setelah beberapa bulan lewat dari gue terdiagnosa sampai gue nulis ini gue jadi curiga sih ini karena gue pas habis demam gak PCR atau antigen. Jangan-jangan gue COVID + TBC atau COVID aja atau gimana ya hehe bingung. Karena gejalanya mirip banget sama COVID cuma bedanya emang batuk gue udah 3 bulan lebih dan hasil tes COVID selalu negatif padahal gue lagi batuk-batuk. Tapi gue di awal terdiagnosa itu udah memposisikan diri kayak
orang kena COVID juga sih. Asli ini sembrono banget sih gue nunda ke dokter spesialis, gue khawatir 3 bulan itu gue udah nularin orang rumah, tapi Alhamdulillah orang lain selain gue sehat, selama pandemi gue juga agak jaga jarak sama orang rumah karena gue masih aktif kerja ke kantor dan rentan bawa virus ke rumah. Setelah terdiagnosa TBC pun akhirnya gue pakai masker di rumah kecuali di kamar selama 2 bulan pertama. Alat makan terpisah, gak sholat jamaah bareng keluarga, pokoknya jaga jarak aja. Sebenernya kalau kata dokter, kuncinya jangan sampai batuk di depan orang aja, karena penularannya lewat droplet tapi nggak semasif COVID. Bener-bener kalau kita kena cipratan batuk orang aja. Jadi ya dengan kondisi gue yang bisa dibilang lumayan ringan karena nggak continously coughing sebenernya gak pakai masker di rumah ya gak papa asal kalau mau batuk langsung tutup pake siku tangan atau tisu. Tapi ya amannya pake masker sih hehe. Oya nggak boleh deket-deket anak kecil juga. Setelah 2 bulan juga kalo kata dokter udah gak menularkan jadi ya lumayan agak longgar.

Ketularan siapa? Gatau hehe. Tapi memang beberapa tahun yang lalu beberapa keluarga gue pernah ada yang kena TBC. Tapi mereka sakit pun pas gue masih tugas di luar kota jadi jarang ketemu. Hasil rontgen thorax kalau medical check up tahunan gue pun dari 2015 sampai 2019 akhir nggak pernah ada masalah. Pas pandemi juga keluar rumah selalu pakai masker, makan di luar selama gue sebelum sakit itu 2 kali, jadi ya gatau kenanya kapan dan ketularan siapa. Bisa jadi udah lama kali ya hmm. Pengobatan gimana? Minum obat minimal 6 bulan. Dua bulan pertama pengobatan intensif minum OAT (Obat Anti Turberkulosis) tiga tablet gede gede tiap pagi sebelum makan. Rasanya gimana dua bulan pertama? Seumur hidup gak pernah nyeri dada, gak pernah sesek napas, nah ini tiap hari sesek napas, kalo harus ngomong panjang di meeting gak kuat langsung batuk-batuk. Gak nyaman banget. Batuk batuk bolak balik. Gak kuat pakai masker karena jadi tambah sesek. Kalo mau tidur harus atur posisi lama banget ada kali 1-2 jam baru enak posisinya dan bisa tidur, karena gak bisa sambil telentang, harus setengah duduk. Oya tapi gue nggak ada batuk berdarah. Gampang banget ngos-ngosan, nyapu rumah aja ngos-ngosan, apalagi jogging, makanya gue sedih banget gak bisa olahraga yang high intensity. Ditambah lagi bulan puasa. OAT ini cukup keras buat orang yang punya penyakit lambung kayak gue, jadi begitu bulan puasa, jadi suffering banget. Tapi ya dari pada gue ganti puasa 30 hari kan ya jadi dikuat-kuatin walaupun rasanya perut perih dan kembung banget, terutama dari subuh sampai zuhur. Pokoknya pengobatan dua bulan pertama rasanya lebih berat daripada 3 bulan sakit gak jelas sebelum gue tau kalo gue kena TBC. Oya, waktu gue baru 1 bulan pengobatan, pas banget dapet jadwal vaksinasi COVID dari kantor, dikira gak boleh kan ya karena TBC ini komorbid. Tapi Alhamdulillah atas rekomendasi dokter gue diperbolehkan vaksin karena sudah minum obat >2 minggu. Jadi pas bulan puasa, gue sudah dapet 2 dosis vaksin Sinovac. Agak tenang dikit menjalani hari hari dengan TBC di tengah pandemi COVID. Setelah kedua vaksin itu juga gak ada gejala aneh-aneh, ya paling agak lemes aja standar lah ya efek vaksin.


Dua bulan berlalu, gue konsul dan kembali rontgen. Udah ada perbaikan. Lalu gue ganti OAT tahap 2. Dengan kandungan yang berbeda dan dosis yang lebih sedikit. Kali ini minum obat tiga tablet tapi seminggu 3 kali. Kondisi lebih baik tapi memang belum bisa terlalu dipaksa capek. Masih gampang ngos ngosan. Harus tetap maintain energi dan banyak istirahat. Tapi gue mulai workout dikit dikit biar terbiasa. Toh dokter juga gak ngelarang untuk jogging atau olahraga lainnya yang agak berat. Kondisi berangsur membaik, masuk bulan kelima pengobatan, Alhamdulillah bisa kuat jogging cimit-cimit 15 menit, lanjut terus pas masuk bulan terakhir pengobatan kuat 30 menit. Seneng banget kuat lagi walaupun masih lambat pacenya. Udah berani ikut virtual relay run juga 40 km. Oya walaupun udah berangsur membaik dari bulan ketiga, efek gampang lemes dan sakit lambungnya masih kerasa kalau jadwal minum obat sampai bulan terakhir pengobatan, ya mungkin efek sampingnya itu ya. Oya yang bikin sedih lagi, gue nggak berani puasa senin kamis karena senin itu jadwal minum obat, sampai bulan terakhir pengobatan. Kalau puasa efeknya bikin nangis nggak enak. OAT ini bikin perut gue rasanya harus diisi gak boleh kosong. Kalo gak diisi ya bloating dan asam lambung naik jadi ya daripada tidak nyaman ya ngga usah puasa dulu. For info, untuk obat TBC ini ada yang gratis dari Pemerintah, ada juga yang paten. Kalau berobat ke Puskesmas dijamin gratis tuh obatnya. Bahkan gue berobat di Rumah Sakit swasta aja di 2 bulan pertama pilih OAT yang generik, biaya obat gak dibebankan alias gratis jadi cuma bayar jasa dokter aja. Tapi karena sempet waktu itu stok OAT dari pemerintah ini kosong 2 mingguan dan diganti obat lepasan yang ada 4 macem, minumnya ribet lebih sering gitu, gue curiga bakal keulang lagi. Akhirnya pindah rumah sakit yang agak bagusan dikit (dimana dokter gue juga praktek di situ, jadi nggak ganti dokter) dan bisa ngasih obat paten (rumah sakit sebelumnya gak bisa kasih obat paten). Dari segi kandungan obatnya gak ada beda sih. Cuma itu aja pikiran gue, kalau obat paten, gak ada acara stok obat dari pemerintah akan kosong hehe jadi ya lebih ngerasa aman aja. Minum vitamin apa? Dokter gak ngasih vitamin macem-macem. Padahal udah minta. Bahkan pas gue nanya dan minta obat lambung untuk pendamping obat TBC ybs bilang gausah yang penting makan aja biar gak kosong, kebanyakan obat kasian hati dan ginjalnya. Tapi gue atas dasar inisiatif sendiri konsumsi Habbatussauda sama madu. Sunnah Nabi bener ya, tapi asli ngerasa badan lebih enak dan gejala mual efek samping obatnya jadi berkurang. Oya sama berjemur! Penting banget ini. Gimana sekarang? A lot better. Sudah normal. Makin berasa berkahnya kalau bisa hirup napas panjang. Makin menghargai berkah sehat yang Tuhan berikan. Pelan-pelan get back on track.
But then, seminggu yang lalu gue sekeluarga sakit. Mirip gejala covid, demam 38.6 degC, nyeri otot sekujur tubuh, mual muntah, ruam gatel sebadan. Hasil antigen negatif. Gatau sakit apa. Kayak orang kena cikungunya.
Terus gak bisa lari lagi. Even sampai hari ini. Hehe sedih banget. Alhamdulillah tinggal nyeri ototnya aja sih sekarang.
Kemudian jadwal ke dokter paru, beliau bilang masih harus minum obat 3 bulan untuk memastikan apakah fibrosis ini karena TBC aktif atau "bekas luka" dari sakit TBC yang dulu. Ok gapapa I can handle 3 months. Semoga cuma 3 bulan aja. Ga ada obat baru juga. Cuma lanjutin Obat TBC tahap 2 aja lagi. My last 6 months has not been easy for me. Dengan keterbatasan energi, kondisi, serta tuntutan lingkungan gue, kadang ngerasa ketinggalan. Tapi ya hidup harus lanjut dan dijalanin terus lah walaupun gini gini aja. Di sisi lain gue juga ngerasa dengan sakitnya gue ini jadi berkah dan pelindung buat gue dari beberapa hal yang nggak diinginkan dan yang nggak gue mampu ngejalaninnya. Semoga Allah masih kasih kesempatan, kekuatan, dan semangat buat gue untuk memberi manfaat dan berbuat kebaikan-kebaikan kecil sampai nanti waktunya habis. Semoga 3 bulan lagi bisa bener bener lulus.

Selamat ya udah ditahan sakitnya, semangat ya menjalani hari-hari kehidupan setelah 29 tahun ini. ((Peluk diri sendiri))
6 notes
·
View notes
Text
MUJARAB! (WA) 0812-1440-8050 Pengobatan Dm Tipe 2 ny. djamilah najmuddin di Cibadak Bandung

Kontak dan Janji Temu Hubungi 0812 1440 8050 Balai Pengobatan Tradisional Ny. Djamilah Najmuddin merupakan sebuah klinik pengobatan tradisional yang sudah berdiri sejak tahun 1985 hingga sekarang dan bertempat di kota Bandung. pengobatan hepatitis b setelah melahirkan,pengobatan hepatitis b kronis,pengobatan hepatitis pada ibu hamil,pengobatan hepatitis pada anak,pengobatan hepatitis pada ibu menyusui,pengobatan hepatitis pada orang dewasa,pengobatan penyakit hepatitis
Pengobatan Hepatitis B pada Ibu Hamil: Merawat Kesehatan Dua Generasi
Pendahuluan
Ketika seorang ibu hamil dihadapkan pada tantangan hepatitis B, perhatian kesehatan tidak hanya terfokus pada dirinya sendiri tetapi juga pada kesejahteraan bayi yang dikandungnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas dengan rinci tentang pengobatan hepatitis B pada ibu hamil, termasuk opsi medis dan alternatif alami yang dapat membawa dampak positif pada kedua generasi. Mari eksplorasi cara merawat kesehatan dua generasi ini dengan penuh semangat dan otoritas.
1. Pengobatan Hepatitis B pada Ibu Hamil: Keputusan yang Bijaksana
Penting untuk menyadari bahwa pengobatan hepatitis B pada ibu hamil memerlukan keputusan yang bijaksana dan terencana. Konsultasi dengan dokter adalah langkah pertama yang sangat penting untuk mengevaluasi kondisi kesehatan ibu dan mempertimbangkan opsi pengobatan yang paling sesuai. Terapi antiviral mungkin dipertimbangkan, dan dosis akan disesuaikan dengan keamanan untuk ibu dan bayi.
2. Pengobatan Alternatif Hepatitis: Jalan Ke Sehatan yang Holistik
a. Pengobatan Alternatif
Seiring dengan pendekatan medis, banyak ibu hamil mencari solusi alternatif untuk mendukung kesembuhan mereka. Pengobatan alternatif seperti akupunktur, yoga, atau suplemen herbal tertentu dapat memberikan dukungan tambahan. Namun, selalu penting untuk berbicara dengan dokter sebelum memulai pengobatan alternatif.
b. Pengobatan Hepatitis pada Bayi
Bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B mungkin memerlukan tindakan khusus. Dokter akan merancang rencana pengobatan yang sesuai dengan kondisi khusus bayi, dan pencegahan penularan virus kepada bayi menjadi prioritas utama.
Pertanyaan Umum (FAQ)
1. Bagaimana cara mencegah hepatitis?
Pencegahan hepatitis melibatkan langkah-langkah seperti vaksinasi, menjaga kebersihan pribadi, dan menghindari perilaku berisiko seperti berbagi jarum suntik. Untuk ibu hamil, vaksinasi hepatitis B selama kehamilan dapat membantu melindungi bayi dari penularan virus.
2. Apakah ada organisasi atau komunitas yang mendukung pengobatan tradisional hepatitis di Indonesia?
Beberapa organisasi dan komunitas di Indonesia menyediakan dukungan dan informasi terkait pengobatan tradisional hepatitis. Ini termasuk konsultasi dengan dukun atau ahli herbal yang terkemuka. Namun, selalu konsultasikan dengan dokter untuk memastikan keamanan dan keefektifan pengobatan tradisional.
3. Bagaimana hepatitis E menular?
Hepatitis E dapat menular melalui konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh feses seseorang yang terinfeksi. Penting untuk menjaga kebersihan dan memasak makanan dengan baik untuk mencegah penularan.
4. Bagaimana meramu obat tradisional untuk mengobati hepatitis?
Meramu obat tradisional memerlukan pengetahuan dan kehati-hatian yang mendalam. Beberapa bahan alami seperti kunyit, jahe, atau daun sirsak dapat digunakan, tetapi dosis dan kombinasi yang tepat harus dikonsultasikan dengan ahli herbal atau dokter.
5. Apa yang perlu diperhatikan saat menggunakan pengobatan tradisional untuk hepatitis?
Ketika menggunakan pengobatan tradisional, perhatikan dosis yang tepat, sumber bahan, dan kemungkinan interaksi dengan pengobatan medis yang sedang berlangsung. Diskusikan rencana pengobatan tradisional dengan dokter untuk memastikan keselamatan dan efektivitas.
3. Merawat Kesehatan dengan Kesadaran Sosial dan Dukungan
Dalam menghadapi hepatitis B pada ibu hamil, kita harus memandangnya sebagai peluang untuk merawat kesehatan dengan kesadaran sosial dan dukungan. Para pekerja sosial, dengan pengetahuan mereka tentang sumber daya dan bantuan yang tersedia, dapat menjadi mitra yang sangat berharga dalam perjalanan kesembuhan ini.
Penutup: Membawa Harapan untuk Masa Depan yang Sehat
Meskipun hepatitis B pada ibu hamil dapat menjadi ujian yang menantang, kita dapat membawa harapan untuk masa depan yang sehat. Dengan dukungan medis yang tepat, perawatan holistik, dan kebijaksanaan dalam memilih pengobatan, ibu hamil dapat membawa bayi mereka ke dunia dengan keamanan dan kesehatan yang optimal. Segera konsultasikan dengan dokter dan sumber daya sosial untuk mendapatkan bantuan yang diperlukan dalam perjalanan ini.
Kontak dan Janji Temu Hubungi
0812 1440 8050 https://wa.me/6281214408050
Kunjungi website https://djamilah-najmuddin.com
Jl. Sanggar Kencana Bandung,Jl. Cicalengka Raya Bandung,Jl. Gegerkalong Hilir Bandung,Jl Sari Madu Bandung,Jl IrSutami Bandung,Jl Sari Wangi Bandung,Jl Suka Warna Bandung,Jl Sarimanah Bandung Bandung,Jl Lemah Neundeut Bandung,Jl. Sarimanis Bandung
terapi hpv,terapi hpv pada pria,pengobatan kutil kelamin,pengobatan kutil kelamin pada wanita,pengobatan kutil kelamin pria,pengobatan kutil kelamin pada ibu hamil,mengobati kutil kelamin alami,penyembuhan kutil kelamin secara alami,pengobatan hsv 1,pengobatan hsv 2
#pengobatanpenyakithepatitis#pengobatanpenyakithepatitisb#pengobatanpenyakithepatitisc#pengobatanhepatitistoksik#pengobatanhepatitisbterkini#tempatpengobatanhepatitis#terapihepatitisb#terapihepatitisc#terapihepatitisbakut#pengobatantradisionaldiabetes
0 notes