#ustad seni
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tenang, Semuanya sudah dalam Jaminan-Nya
Kupandangi sosok perempuan berkerudung mocca itu, yang sedari tadi menitihkan airmata, sembari tersenyum di samping gundukan tanah.
Aku sangat mengenal perempuan berusia 28 tahun itu, bahkan aku tau arti tangisnya. Dia adalah sepupuku yang tangguh, Alea, sedang menangis bahagia karena bisa menuntaskan amanah dari almarhum ayahnya.
Semuanya berawal sejak ia tinggal di kontrakanku 5 tahun yang lalu.
—
“Kak Nay! Aku langsung berangkat kuliah dulu yaa! sama nanti aku pulang telaat! assalamulaikum!” seru Alea sambil bergegas menyalakan mesin motornya.
“Hati-hati di jalan Al, lancar kuliahnya yaa! balasku
Aku kembali masuk rumah dan bergegas bersiap untuk pergi berangkat bekerja.
Aku dan Alea tinggal satu kontrakan. Sudah 3 bulan kami tinggal bersama, semenjak Alea memutuskan untuk tidak melanjutkan kost. Seluruh biaya kontrakan dan operasional, aku semua yang menanggung. Alea sudah aku anggap sebagai adik sendiri.
—
Hari ini aku pergi kuliah lebih awal, karena ingin mempersiapkan presentasi supaya lebih matang. Aku berharap bisa memperoleh hasil yang baik, sedikit lagi aku pasti bisa segera lulus kuliah! batin Alea.
Usai kuliah, pukul 15.00 Alea bersiap untuk mengajar les di bimbel seni dekat kampusnya. Begitulah rutinitas Alea, Padat. Sesekali ia iri dengan teman-teman kuliahnya, sehabis kuliah bisa nonton bioskop. Sedang ia menanggung beban dirinya sendiri, dan orangtuanya. Membayar uang kuliah dan membantu melunasi hutang ayahnya.
“hmmmm, kapan yaa aku bisa kayak mereka,” gumam Alea memandangi gerombolan teman-teman kuliahnya yang riuh akan tawa sambil memegang tiket bioskop.
—
Usai bekerja, pukul 19.15 Alea mampir ke masjid tempat biasa dia mengistirahatkan fisik dan batinnya. Alea mematikan ponselnya, dia ingin me time. Usai berkeluh kesah, dia ikut kajian yang sudah berlangsung setengah.
Dalam khotbah itu ustad menyampaikan sebuah potongan hadist qudsi,” Wahai anak Adam, Janganlah engkau cemaskan sempitnya rezeki, selama perbendaharaan-Ku masih ada, dan perbendaraan-Ku tidak akan habis selamanya, Wahai anak Adam, Aku ciptakan tujuh langit dan tujuh bumi, dan aku tidak berat menciptakan itu semua, Lantas apa beratnya bagi-Ku menyediakan roti untuk hidupmu?” tutur ustad itu
Hati Alea serasa diguyur es, sejuk menenangkan. Ia nyalakan lagi handphonenya. Betapa kaget ia jumpai 10 missed call dari ibunya, dan 2 chat dari Inayah- sepupu Alea. “Segera pulang, Nay! Ada yang mau aku omongin.” tulis Inaya
Kira-kira ada apa yaa yang mau di sampaikan Ibu Alea sampai telfon 10x? Dan apa yang mau disampaikan oleh Inayah?
nantikan kelanjutannya di postingan berikutnya yaa!
4 notes
·
View notes
Text
Atraksi Debus Meriahkan Milad Ke-1 Pendekar Banten Korda II Lampung Tengah
Dalam rangka memperingati Milad Ke-1, Pendekar Banten Korda II Lampung Tengah mengadakan acara pentas seni pencak silat yang bertempat di halaman Kantor Pendekar Banten Korda ll Lampung Tengah, Jl. KH Dewantara, Kampung Gaya Baru, Kec. Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah, Senin (03/07/2023). Acara yang mengusung tema “Loyalitas dan Kesetiaan Dengan Jiwa Pendekar Satu Komando” itu, dihadiri oleh Ketua Pendekar Banten Korda II Lampung Tengah H. Timbul Arisandi, tokoh Pendekar Banten TB Mat Rais, Dewan Guru Ustad M. Ali Ma’ruf, sejumlah alim ulama, dan sekitar 1000 orang anggota dan pengurus Pendekar banten Kabupaten Lampung Tengah. Pentas seni pencak silat khas Pendekar Banten tersebut, menampilkan atraksi debus dari Pendekar Banten yang piawai menggunakan senjata tajam berjenis golok. Golok itu berkali-kali dihujamkan ketubuh pendekar banten itu, dan menyayat lehernya sendiri, tetapi tidak terluka sama sekali. Ditampilkan juga unjuk kebolehan sejumlah Pendekar Banten secara berkelompok, yang memperagakan jurus-jurus seni bela diri pendekar banten. Selain itu ada penampilan pertarungan dua orang pendekar banten yang sama-sama membawa golok. (Harun Al Rasyid) Read the full article
0 notes
Text
Majlis Ta'lim Ust. Seni (ustad satul)
Kp. Umbul Kapuk, Taktakan, Serang - Banten
Ustad Seni atau yang lebih akrab dengan nama Ustad Satul merupakan salah satu alumni Ponpes Bani Ali pada tahun 1990an sampai dengan tahun 2010an. Dahulu saat beliau masih di pesantren selain belajar mengaji, beliau juga mengajarkan ilmu-ilmu nahwu dan Qur'an kepada santri-santri yang junior atau menjadi salah satu badal di pesantren Bani Ali. Selain dari pada itu, beliau juga aktif mengkoordinasikan pondok pesantren Bani Ali.
Semoga beliau selalu sehat dan terus mensyiarkan Agama Islam. Aamiin YRA.
#ponpesjiba #antigalau #alumnisantri #kisahsantri #santri #santribanten #santriindonesia #ustadsatul #ustadseni #umbulkapuk #taktakan #serang #banten
#baniali#ponpes jiba#Jam'iyyatul Ikhwan#Jam'iyyatul Ikhwan Bani Ali#alumni santri#ustad satul#ustad seni#umbul kapuk#Taktakan#serang#banten#majlis ta'lim#majlis talim#pengajian#ustad serang banten#ngaji#santri serang banten#santri cilegon
0 notes
Text
Ikuti Allah saja, walau kadang bertentangan dengan perasaan kita
Jika kita bicara tentang ujian kehidupan, maka tak akan pernah habis. Sebab Hidup adalah seni menyelesaikan masalah. Selama kita masih bernafas, maka ujian tak akan pernah berhenti menghampiri. Sebab kita hidup karena kita telah meng ACC permintaan Allah untuk taat kepada-Nya. Nah, untuk menjawab itu semua, maka allah hadirkan segala bentuk cobaan agar Allah bisa menyeleksi orang-orang terbaik yang mampu menyelesaikan misi yang telah ditermanya sebelum menatap dunia ini. Sebab nantinya akan ditempatkan ke tempat yang indahnya tiada tara yaitu Syurga-Nya.
Jadi, ketika kita mendapatkan sedikit cobaan, maka hadapilah sesuai tuntunan yang telah ditetapkan-Nya. sebab Allah tau yang terbaik untuk hambanya.
Seperti kata ustad Budi Ashari bahwa :
“Iikuti Allah saja, walau kadang bertentangan dengan perasaan kita”
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (Albaqarah : 216)
22 notes
·
View notes
Text
BINTANG JATUH
[4]
New york -Jakarta, Desember 2018
.
"Juan, aku jatuh cinta"
Itu Kalimat pertama yang diucapkan rara saat juan mengangkat telponnya. Juan baru selesai sarapan, bersiap memulai hari. Sedangkan rara yang kini berada dibelahan dunia yang berbeda, baru saja hendak menyudahi satu hari panjang lainnya.
"Dia dari Canada. Kami bertemu saat di perpustakaan lalu secara kebetulan bertemu lagi di kelas yang sama."
"Apa kekurangannya kali ini?"
"Tidak ada, dia sempurna. Matanya berwarna biru, dan dia jago main piano"
Juan tidak tertarik, ia sibuk mengikat tali sepatunya. Juan bisa bertaruh kali ini tidak akan sampai 2 minggu. Rara akan menemukan satu alasan yang akan membalikkan hatinya seketika.
"Namanya steve, kami akan nonton baseball hari minggu nanti"
Kedua sepatu juan selesai diikat, kini tinggal memanaskam mobil sedan peninggalan papanya. iya berjalan ke garasi, dengan sebelah tangan yang masih menggengam ponselnya, mendengarkan celotehan rara di ujung sana.
"Juan kamu masih dengerin gak sih?" Rara akhirnya kesal, setelah sadar lelaki itu tidak menanggapi semua ceritanya.
"Enggak"
Rara kini diam. Juan bisa tebak, perempuan itu pasti sedang memanyunkan bibirnya.
"Ra, cerita kamu sudah tidak menarik sejak kamu mulai dengan kalimat aku jatuh cinta. Karna aku udah bisa nebak ending nya gimana"
juan mencoba meniru nada suara rara, setelah berhasil menghidupkan mobil tua itu "Juan, ternyata noah gak tau indonesia itu dimana. Noah bahkan gak tau kalau sudah ada yang pernah sampai ke palung mariana. Juan, masa billy gak suka harry potter dia bahkan bilang kalau novel fiksi bukan karya seni. Atau siapa itu yang bau mulutnya kamu bilang ganggu?"
Rara tidak menjawab, sekarang wajah perempuan itu sedang memerah menahan amarah.
"Intinya Ra. Aku bosan denger kamu cerita kalau kamu jatuh cinta. Kamu cuma perlu kabari aku, kali ini apa. Steve gak suka makanan pedas, atau Steve gak suka film star wars”
Juan yakin kalau saja keduanya tidak dipisahkan samudera, maka rara akan memukul keras bahunya.
"sialan! Kamu sendiri gimana? Aku gak pernah dengar kamu jatuh cinta"
"Aku gak mau jatuh cinta, jatuh kan sakit ra" balasnya sambil tertawa
Namun tawa Juan tidak berlangsung lama saat ia lingat bahwa gitar kesayangannya tertinggal di meja makan. ia keluar dari mobilnya setengah berlari kedalam rumah.
"Alesan, bilang aja gak ada yang suka sama kamu"
"Kamu harusnya datang ke kampusku terus tanya sama tiap perempuan disana. Oh kamu juga harus datang waktu aku manggung, itu semua perempuan di baris depan teriakinnya nama aku"
"Gak percaya"
Juan kembali tertawa "Ra, jatuh cinta butuh momentum yang pas. waktu, tempat, dan dengan orang yang tepat"
"Kamu itu terlalu banyak teori, juan"
Juan tertawa lagi, kini ia sudah memundurkan mobil dari garasi. “Ra, Jangan bergadang”
“Iya iya. hari ini kamu kemana?”
"kampus. terus nanti siang aku mau kerumah kamu, tante minta antarin belanja bulanan. malamnya manggung di caffe biasa”
Rara diam sejenak, perempuan itu pasti kini menahan sesak saat mendengar nama mamanya disebut. "Kamu baik banget, kamu gak lagi berusaha jadi papa baru ku, kan"
"Kalau kamu mau" juan tertawa, ia tau rara hanya bercanda. Rara tidak pernah ingin terlihat menyedihkan karna memilih New york, kota gemerlapan yang katanya lebih baik dari manapun.
Mobil juan sudah berada dijalan, ia kemudian turun untuk menutup garasi rumahnya. tetap dengan sebelah tanggan yang memegang ponselnya. Juan tahan berbicara dengan rara berjam-jam lamanya. Namun pak Budi tidak akan membiarkan ia selamat di mata kuliah ini kalau ia terlambat datang.
“Ra, udahan yah.”
"Iya Juan, makasih yah"
“buat.?”
“semuanya”
Juan mengerti
"Iya ra, santai aja. oh ya nanti kita juga mampir ke makam om. Mau titip do'a?"
"Kata pak ustad dimanapun kita berdo'a pasti tetap sampai kok ke papa"
Juan mengangguk setuju. "Aku berangkat dulu"
Panggilan itu ditutup.
Meninggalkan Rara yang kini diam membatu. Pandanganya tertuju pada foto keluarga di nakas sebelah tempat tidur. Foto terakhir sebelum rara memilih kabur dari kota tempatnya lahir. Kota dimana semua orang yang mencintainya berada. Kota yang sama dimana hatinya patah.
Saat papa nya pergi meninggalkan dunia, rara sedang ada ujian. Ia baru bisa pulang 15 hari setelahnya. Rara mengutuk dirinya sendiri karna hal itu. Ia pernah bertanya pada juan apakah dia jadi anak durhaka sekarang. Namun juan mengeleng cepat.
"Ra kata orang jaman dulu, kalau belum 40 hari arwah orang yang sudah pergi masih ada di bumi. Mereka berada dekat dengan orang yang mereka cintai. Om pasti sekarang masih disini, lagi bangga karna anak perempuan nya bawa pulang nilai A dari salah satu universitas paling keren didunia"
"Ra, papa kamu pasti menghadap Tuhan sambil senyum senyum karna sukses ngebesarin anak yang pintar kyk kamu. Terus ngerumpi deh sama papaku. Bilang kalau aku suka numpang makan disini"
Juan tertawa pelan setelah mengatakannya. Rara tau, lelaki kurus itu mencoba menghiburnya. Meskipun sebenarnya Juan adalah orang yang paling mengerti betapa porak porandanya dunia rara saat ini. Juan lebih berpengalaman karna papa nya meninggal saat juan masih smp.
Juan adalah orang pertama yang mengabari rara, saat mamanya sendiri bahkan tidak punya tenaga untuk berdiri. Juan juga orang yang yang menjempunya dibandara. Memeluknya erat, dan tetap berada disinya selama ia masih dirumah.
Rara ingat betul saat lelaki itu hanya duduk beranda kamarnya. tidak berbicara sama sekali.
“Juan, kamu ngapain sih.? kalau kamu disini untuk memberitahu agar aku melanjutkan hidup mending kamu pulang”
“Ra, kamu gak harus melanjutkan hidup sekarang. Biar bagaimanapun, kehilangan tidak pernah baik dilihat dari sisi manapun. Perasaan sakit, dan sedih kamu juga berharga. kamu gak perlu mengabaikannya cuma untuk terlihat baik-baik aja. Tuhan memang kadang bisa sejahat itu, Ra. kamu boleh marah”
Rara ingat tangisnya pecah saat itu. juan memeluknya erat sekali.
Sama halnya dengan hari ini. Rara Kembali menangis, hanya tak ada juan. New york terlalu jauh bagi juan. samudera yang membela New York dan Jakarta terlalu luas seberangi juan dan mobil sedan tua milik papanya.
Kadang saat seperti ini, rara baru akan menyadari kalimat yang juan ucap saat mengantarnya ke bandara. usaha terakhir juan untuk menghentikannya.
“Ra, pelarian tidak akan membebaskanmu dari apapun” ucap juan sebelum kemudian memeluknya.
Malam itu, di antara kerlip kota yang tak pernah padam. Rara menangis sembari memeluk dirinya sendiri. Pikirannya berkelana jauh. mengarungi samudera, dan sampai di kota sialan yang merenggut orang orang yang ia cintai. sampai sejam kemudian ia tertidur, setelah sebelumnya mengajukan do’a agar malam ini ia tak perlu susah susah bermimpi.
Sebab besok ia akan kembali berlari.
— Mei, 21 2021
1 note
·
View note
Text
Nganu, pak pulisi...
Biar saya cerita dulu deh ya. Saya tuh bisa suka mbaca buku dimulai dari waktu saya SMA dulu. Sebagai seorang santri yang nggak boleh pegang handphone, laptop, dan harus hidup terasing dari dunia luar, selain ngobrol, makan, dan tidur, satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah mbaca buku. Alkisah ada seorang teman yang memperkenalkan saya pada buku Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye. Katanya bagus buanget. Sedih. Dan sebutlah saya nggak mau ketinggalan karena hampir seluruh teman-teman asrama sudah menamatkan buku tersebut, membacalah saya. Eh ya bener, buat seorang santri super ngeyel yang nggak suka belajar kayak saya, buku tersebut lumayan seru. Beneran sedih. Dan akhirnya, bikin saya tertarik buat baca buku tere liye yang lain.
Kok cuma tere liye? Gini loh, di pesantren saya dulu, kalau ada buku-buku yang dianggap aNeH dan MeLeNceN9 dikit dari nilai-nilai yang diusung para penghuni pesantren, buku-buku itu bisa diambil, terus disita, dan nggak bakal dibalikin lagi. Persis kayak pak pulisi ya? Hehehehe. Nah kebetulan buku-buku tere liye terkenal betul kan sama nilai-nilai religi dan kebijaksanaannya. Walaupun ada satu dua buku yang temanya cinta-cintaan, tapi masih aman dan sesuai lah di mata ustad/ah pesantren saya dulu. Begitulah awalnya, saya bisa suka baca buku-buku tere liye sampek kalau saya hitung ulang di lemari buku di rumah, ternyata saya punya 14 buku belio. Semuanya asli, pulak. Kan, betapa baik saya turut serta mendukung kemajuan karya sastra Indonesia dengan menolak membeli hasil bajakan!
Jadi, sebagai mantan penggemar dan pembaca tere liye nih pak pulisi, saya kok ya sadar betul, sehabis mbaca buku-bukunya tere liye—termasuk negeri para bedebah yang bapak sita itu—saya sama sekali ndak kepikiran buat bertindak anarkis ya, ya mungkin ada lah keinginan buat maki-maki pemerentah sedikit, tapi kan wajar kalau sedikit ya pak pulisi namanya juga warga negara endonesa yang katanya demokratis, bukan begitu? Yang ada, efek habis mbaca buku-bukunya tere liye saya malah pingin tobat kepada gusti allah swt. Ya—walau tobatnya belum jadi-jadi, tapi mari diaminkan saja bole? AMIIIIIIIIINNNNN.
Saya tau saya cuma mantan pembaca buku-bukunya tere liye karena sehabis lulus dari pesantren, saya sadar semua yang ditulis dan diambil sarinya dari buku-buku tersebut hanyalah halah, hadeh, huft yang jauh sekali sama kenyataan di lapangan. Jadi saya mulai mbaca buku yang lain-lain kayak bukunya Sindhunata, Danarto, HB Jassin, Achdiat, NH Dini, Armijn Pane, Pram, Leila, Yusi, eh—pak pulisi tau nggak nama-nama penulis yang saya sebutin? Aduh muun maap ya, tapi coba pak pulisi baca buku tere liye dulu deh satu, kalau habis itu nggak langsung pingin rajin ibadah, ya banter-banter pingin berbakti deh sama kedua orang tua.
Terus saya liat juga tuh ada bukunya Eka Kurniawan yang Corat Coret di Toilet? Yaa duh pak pulisi, itu mah cuma kumpulan cerpen. Saya abis mbaca buku itu boro-boro mau jadi ketua anarko, malah saya pingin bengong sambil sebat sambil mikirin kapan saya bisa jalan-jalan ke Finlandia. Kebetulan saya juga udah mbaca semua bukunya Bung Eka nih pak pulisi. Cantik itu Luka? Seperti Dendam? Lelaki Harimau? Nah iya sih kalau abis mbaca ketiga buku tersebut saya pingin kritik pemerentah tapi saya lebih pingin misah-misuh sama sistem patriarki yang dari dulu nggak pernah berubah buat rakyat yang tertindas juga secara sistemik. Tapi ngga kok ngga sampe berbuat aksi, cuman ngritik aje gitu terus ngomongin di belakang sama temen-temen. Abis saya takut diciduk kalau terlalu vokal padahal saya tau ini bukan jaman suhartoe hehehehe. Kalau bukunya yang lain? Cinta Tak Ada Mati? Perempuan Patah Hati? O? yah, itu lagi. Nih pak pulisi, abis mbaca tiga buku itu saya malah pingin kontemplasi tentang eksistensi saya di bumi sambil mikirin, tuhan kalo sebat kira-kira rokoknya apa ya? Pak pulisi tau ndak?
Eh terus kebetulan karena saya kuliahnya kemarin ambil jurusan Kajian Gender, mbaca buku-bukunya Sartre adalah kewajiban yang hQQ. Lah ya terus kok ada buku Seks dan Revolusi malah pak pulisi sita. Pak pulisi tau nggak, habis mbaca buku-bukunya Sartre tuh saya langsung pingin bilang ke seluruh perempuan di alam semesta, kalau; masturbasilah! Masturbasilah! Sambil ngomongin ranah seksual lain yang bisa membantu perempuan mengenali tubuhnya sebagai dirinya. Boro-boro mau jadi bagian dari kelompok anarkis nih pak pulisi, saya malah pingin tahu gimana rahasia Sarte bisa punya hubungan super gemes sama Beauvoir abis baca karya-karya beliau.
Oh iya, ada juga tuh ya buku Syekh Siti Jenar sama Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat? Lah ya hadu itu ngapain disita juga pak pulisi. Saya pertama kali baca buku Syekh Siti Jenar tuh disuruh sama bapak saya, katanya bagus ini buat memandang agama dari banyak segi. Udah lama banget, saya lupa isinya, tapi yang pasti bikin saya pingin belajar banyak tentang tasawuf sementara kalau buku Bodo Amat itu isinya nggak seru pak pulisi. Maksudnya ya biasa aja gitu. Nggak kok nggak bikin mau ngelawan rezim yang berkuasa, malah pingin tetap melanjutkan hidup dengan baca buku lain yang lebih seru lagi.
Kalau buku-buku lain yang pak pulisi sita saya belum baca, maap ya, soalnya saya kadang capek juga baca buku melulu walaupun seneng sih tapi saya juga suka nonton drama koriya, nonton ftv, terus mantengin selebtwit ribut sama selebgram.
Saya nggak tau kenapa pak pulisi bisa nyita buku-buku yang—begitu? Oh gapapa mungkin pak pulisi dari lahir emang sibuk bangat sampe nggak sempet baca buku banyak-banyak. Atau sebenernya pingin tapi pak pulisi baru baca berapa halaman aja udah ngantuk? Gapapa juga, banyak kok temen saya yang begitu. Tapi kalau pak pulisi emang niaaaaat banget pingin suka baca buku, boleh kok pak pulisi mulai baca buku-buku sederhana yang kalimatnya mudah dipahami kayak baca teenlit, ada deh yang judulnya Summer Breeze atau A Little White Lie itu seru banget saya yakin habis itu minat baca pak pulisi langsung meningkat.
Terus kalau semisal pak pulisi udah suka mbaca, boleh deh tuh baca buku Fahrenheit 451 punyanya Bradburry atau 1984 deh karyanya Orwell, pasti abis itu langsung mikir “loh loh kok kayak dejavu ni” gitu hehehehehe. Tapi abis itu nggak boleh malu dan harus jadi lebih baik ya pak pulisi, masak, pemerentah takut sama buku? :(
Tapi kalau misalnya menurut pak pulisi buku-buku tersebut mengancam rejim dan disebut sebagai dalang dari tindak kelompok anarkis, pak pulisi nggak mau coba nuntut yang mbikin Money Heist? Atau Breaking Bad, atau Narcos, atau Prison Break? Tu kan juga bisa menginspirasi buat melawan pemerentah pake cara-cara ekstrim. E tapi, pak pulisi nggak tau gimana cara nyita itu semua ya :(
yaudah deh. Daripada tar saya disangka kelompok anarko-anarkoan, saya mau kirim hati dan salam aja buat pak pulisi semoga tetap sehat di tengah pandemi ini. amin!
13 notes
·
View notes
Text
Bucin, Wajar ngga sih ?
Di jaman yang sekarang, siapa sih yang gatau apa itu bucin:” budak cinta katanya orang orang. Tapi, apa iya definisi budak disini bisa disamakan dengan definisi budak secara hakekat?. Yang mana kalau dinilai dari segi output yang dikeluarkan, lebih banyak minusnya dari pada plusnya.
Jadi gini Bucin itu gabisa disamakan sama definisi budak secara hakikatnya ya.., soalnya gini dari segi reason misalnya, Bucin memiliki tingkat memilih yang lebih luas dan tidak terikat akan suatu keadaan, alias Bucin terjadi karna itu pilihan Individu nya memilih itu atas dasar-dasar yang sudah di pikirkan sebelumnya. Di dunia percintaan wkwk, menurut saya bucin itu wajar aja sih ya hahaha. Soalnya gini, saya crita sedikit. Dulu saya itu menolak banget bucin ke pasangan, menilai bahwa Bucin tuh punya definisi “Budak” secara hakikat gituloh. Padahal kan ngga juga. Setelah makin berumur, saya cari sebenrnya kenapa orang Bucin, ternyata alasannya ya Cuma satu sebenernya gituloh, ya karena mereka mau melakukannya. Dan kebanyakan mereka melakukannya secara gasadar.
Saya pernah tanya ke sepupu saya, yang mana dia sudah menikah gitukan, pastinya berpengalaman, setidaknya lebih berpengalaman lah daripada saya gitu. Saya tanya “koh prnah tengkar ga waktu dulu pacaran sama istri?” terus dia jawab “ngga.”. Saya kaget dong, soalnya kok bisa sih pacaran gatengkar gitukan. Sedangkan, saya ini setiap menjalin hubungan sama orang, ada saja yang mau diperdebatin dan akhirnya kebaperan gituloh. Karena penasaran ya saya akhirnya bertanya tanya dong kok bisa gitukan. Terus dia lanjut bales ngomong kalo misal dia baru tengkar ketika udah punya anak. Wew.. disitu saya langsung mikir sambil duduk diayunan, muncul banyak pertanyaan di kepala saya. Kayak misal, bukannya kalo punya anak itu harusnya lebih seneng ya? Tapi kok malah tengkar gitulo. Yaa, maklum lah ya saya kan terbatas sama ilmu ginian jadi amatir banget perihal ini. Mangkanya, saya cari tahu. Terus lanjut, sepupu saya ini ngomong intinya kehidpan setelah pernikahan itu beda banget gitulah intinya.
Dan disini dia jelasin sesuatu yang menurut saya banyak orang lain lupakan saat ngejalin hubungan pacaran gitu. Dia bilang kalo “pacaran adalah proses belajar buat neken ego, mau ngertiin pasanganmu, maafin pasanganmu polae ga ada manusia seng sempurna” dan saya tertampar sama ini wkwkww. Kayak langsung mikir, iya juga.. saya diem bengong diayunan.. mikir, kenapa baru sekarang saya sadar itu, jelas dulu saya memperlakukan pacar itu layaknya otoriter gitu, kek diktator banget. Dia juga ngomong kalo misal pacaran terus sering tengkar itu berarti kita masih di tahap menye menye gitu wkwkwk. Dia jelasin kalo misal pas merit permasalahan yang akan datang itu bakalan lebih kompleks, sudah bukan di tahap dimana kita cemburu sama orang yang deketin pasangan kita, pasangan kumpul sama temen cowoknya, dll. Tapi udah di tahap pengeluaran belanja alias UANG, wkwkwk .
Dari percakapan ini saya jadi sadar gitu. Kek “kalo saya gabisa menerima kekurangan pasangan saya ketika kekurangan itu muncul, lalu letak komimen nya dihubungan ini tuh dimana?” gitu. Akhirnya mikir keras saya pada saat itu sumpah, kek aku mikir wow, gini ya “when someone in love”. Bagi orang,, yang liat kita gini, itu sudah pasti mikir “bucin banget”, tapi bagi yang ngejalanin Bucin itu sendiri ya ini bentuk perjuangan yang dilakukan oleh pasangan gituloh. Ini tuh kayak strategi dalam sebuah bisnis internasional. Saya pernah baca definisi strategi di bukunya dosen saya, disitu dosen saya bilang kalo misal strategi adalah “cara kita untuk bertahan dan sebuah seni dalam menggunakan alat”, itu strategi. Kita aplikasikan ke sebuah hubungan. Misal, agar hubungan langgeng kita anggap bahwa kesabaran, dan keadaan mau menerima itu kita jadikan sebagai “cara” agar hubungan kita langgeng dan Hati atau perasaan kita, kita jadikan sebagai “Alat” untuk melakukannya, bisa dengan neken ego, memaafkan pasangan, ngasih kesempatan dan lain sebagainya, paham ? Oke. Saya bertanya tanya terhadap pemilihan diksi kata yang digunakan oleh dosen saya gitu, kenapa beliau memakai kata “Seni”. Ternyata saya sadar bahwasannya Seni itu kan identik sama interpretasi creator ya, alias setiap orang punya daya tarik dan ciri khasnya masing masing gituloh dalam berseni. Mungkin disini beliau ngomong seni karna memang gasemua orang pandai buat gunain sebuah alat untuk mendukung caranya dalam bertahan ya? Gatau aja semoga dosen saya baca dan bisa jelasin apa maksud dari diksi kata seninya. Tapi insyallah kayaknya maksud saya bener.
Selain itu ada alasan kenapa saya berani ngomong Bucin itu wajar, saya pernah ngaji sama ustad saya. Waktu itu kita duduk terus beliau cerita, bahwasannya melihara peliharan itu sudah kayak diperbudak gitu. Iyakan? Kita ambil lucu lucuan aja dari melihara kucing ajadeh, kucingnya makan makanan yang harganya up to 50k keatas, majikannya makan tahu tempe.. logis ga? Gatau ya menurut saya itu galogis gituloh. Lanjut, beliau lanjut ngomong ngasih peribahasa arab “man uhibbuka syai’an fahuwa abduh”. Saya tanya apartinya, terus beliau jawab “ barang siapa yang mencintai maka dia akan menghamba”. Cukup relevan kan dengan kebucinan? Wkwkwk.
Nah semoga ini bisa menjelaskan bahwasannya kalian gaperlu takut buat dibilang bucin sama seseorang. Karena dalam sebuah hubungan, yang tau itu bakal kayak apa ya Cuma yang ngejalanin aja (anda dan pasangan anda). Bucin gapapa, asal kalian tau alurnya kemana. Belajar sayang sama kekurangan pasangan itu perlu. Kebanyakan orang orang yang ngejalanin hubungan yaa u know lah salah ambil keputusan buat, menyerah disaat kekurangan pasangan muncul. Yang awalnya masih bisa diselametin malah akhirnya jadi buyar. Mbuahahahh just it guys, kurang lebihnya mohon maaf. Stay healty, semoga semuanya sejahtera. And last but not least Keep loving. *cheers.
1 note
·
View note
Text
Ruangaksara #39
Bahagia sewajarnya, sedih ala kadarnya
"Segelap-gelapnya malam, pasti akan ada paginya", ucap Sang Ustad saat kajian rutin minggu ini.
Aku mendengarkan dengan seksama, Ustad lalu melanjutkan bahasan tentang serial kehidupan, seni menyikapi hidup.
"Sedih boleh singgah, tapi tidak boleh lama-lama. Semua yang Allah tuliskan dan takdirkan untuk terjadi, pasti baik adanya.
Kerjakan saja apa yang sekarang ada, maka insyaAllah nanti kamu akan dipertemukan dengan rezeki dan takdir yang telah ditetapkan untukmu.
Karena batas sedih dan bahagia itu sangatlah sederhana, ia ada dalam syukur dan sabarmu."
Ustad menutup kajian pagi itu dengan satu kalimat yang membuatku refleksi dan muhasabah berkali-kali.
"Bahagialah sewajarnya, bersedihlah ala kadarnya."
-AS-
1 note
·
View note
Text
👀....... Respon Apa yang Ingin Allah Lihat dari diri kita.......?? 👀
Hatiku memberi alarm.... "Awas loh,, hati-hati... Jangan larut, jangan terhanyut,, karena ada kemungkinan akan hadir rasa kecewa, bisa juga sedih,, mungkin juga akan kesal,, atau akan berbuah kabar gembira,,, hei jangan mudah terkejut,,, bersiap-siaplah dengan segala kemungkinan yang terjadi, ,, tapiiiii,,, tapi nih yaaa,,, jika kau tak hanyut,,, jika kau tak larut,, maka takkan ada mara bahaya,, itulah kenapa Allah berpesan melalui surat Alhadid ayat 23..... Bahwa hati manusia akan aman,, takkan bersedih terhadap apa-apa yang telah pergi,, karena kesadarannya bahwa tak ada yang dia miliki,, karena setiap apa yang ada di sisi adalah titipan,, yang kapan saja bisa di diambil kembali..... Dan takkan pernah terlalu gembira apalagi sampai terlena dengan apa Allah berikan kepadanya,, karena sadar... Bahwa hal tersebut juga merupakan ujian, untuk melihat rasa syukur kita kepada-Nya.....
Jadi,, aku harus merespon dengan cara apa...?? Atas keadaan yang aku sendiri tak tahu,, apakah ini akan berakibat baik atau buruk kepadaku...??
Nah karenanya aku teringat pesan ustad nuzul zikri,,, agar kita menguasai seni melihat kehidupan dunia ini..... Bahwa setiap perbuatan,, bahwa setiap keadaan terjadi pasti karena udah ada ACC dari Allah... ACC dari Allah Yang Maha Baik lagi Maha Bijaksana..... Selalu ada kebaikan jika kita menyikapinya dengan benar,, sarana untuk beristighfar jika keadaan itu menjadi hingar bingar.... Sarana untuk mengamalkan ilmu, agar paham menghadapi hal-hal yang rancu,,, sarana latihan bersabar jika keadaan mengajakmu untuk bertengkar... Semua bisa menjadi ladang amal,, sarana untuk mendapatkan pahala.... Jadi kenapa harus khawatir berlama-lama...??
Jadi cobalah melihat keadaan dengan lebih jeli, kebaikan apa yang Allah inginkan bagi kita dari peristiwa yang kita alami?........ Respon apa yang Allah ingin lihat dari kita?.... Hei Allah telah banyak membekali dirimu dengan ilmu,, dan ilmu yang di berikan bertujuan untuk kita amalkan.
Semoga setiap keadaan menjadi sarana untukmu semakiiiin jadi menghamba kepada Allah ta’ala yaaahhh..... 😉 jangan berserah pada diri sendiri,, udah ngerasain kan, gimana rempongnya mengandalkan diri sendiri...??? Lalukan apa yang Allah mau,, sekalipun berat,, sekalipun terkadang tidak berkenan di hatimu.... "Ku lakukan semua ini untukmu ya Allah,, ku terima semua ini untukmu ya Allah"..... Sungguh aku ingat betul senyum mu setelah mengatakan kalimat itu untuk pertama kalinya bertahun2 yang lalu......
Selalulah menyadari,, respon apa yang kira2 ingin Allah lihat dari dirimu duhai dinda...???
Berdoa... Nah udah dapat kan clue sebagai langkah pertamanya....?
Merendahlah..... Merendahlah hamba Allah......
Kau bukan lagi hamba keinginan, bukan hamba perasaan,, hatta jangan pernah menjadi hamba keadaan..... Kau hamba Allah..... Maka buktikanlah...... 💞
0 notes
Text
Hari Esok
Tiga bulan berlalu sejak meninggalnya ayah Alea. Dalam bulan-bulan itu setiap hari terasa berat bagi Alea dan ibunya. Tidak mudah bagi Alea melalui ini semua.
Berkali-kali dalam satu minggu dia kepergok ingin mengakhiri hidupnya. Memotong pergelangan tangan, sengaja menggantungkan lehernya dengan tali, menelan pil dalam jumlah banyak dll.
Mengetahui hal ini Inaya selaku sepupu yang dekat dengan Alea, membawa ia ke psikolog dan psikiater. Selama dua bulan Alea melakukan terapi. Selama tiga bulan itu Alea menghilang dari peradaban kampus. Nisa selaku kesma dijurusan itu, mulai khawatir. Ia memutuskan untuk menemui Alea di kampungnya untuk mengajak kembali meneruskan tugas akhirnya. Ditambah dosen pembimbingnya juga sedang mencari-carinya. Ia mengontak Inaya menanyakan alamat Alea.Di depan teras rumah Alea, Nisa mendapatinya sedang duduk santai menikmati udara pagi. Ya, Nisa malamnya berangkat dari kost menuju rumah Alea di kampung, dan pagi itu baru sampai. Mata mereka bertemu, Alea kaget. Nisa sampai datang ke kampungnya “NIS! astaghfirullah, kok sampai sini! yaampun.”“hehehe Iyaa Al, ada urusan disekitar sini. Pengrajinku ada yang daerah kampung sebelah.”“Oh iya? sini masuk dulu Nis.”Keduanya bercengkrama di ruangtamu, tak lupa Nisa memberikan salam pada Ibu Alea.“Jadi gini Al, kamu dicariin dosbingmu. Kamu suruh kelarin TA mu. Sidang 2 bulan lagi. Masih bisa dikejar Al. Kalo kamu butuh bantuan ini adek-adek tingkat semester 1 dan 2 mau bantu soalnya sekalian buat latian gambar produk katanya. Nah produknya itu hasil TA kita. Lumayan kan Al, beban kelengkapan TA hilang satu. Ntar ada yang bantu bikin mockup juga.” “Gimana ya Nis, aku juga pengen lanjutin TA. Tapi ngerasa udah lelah.”“hmmmm, Al semisal ada beasiswa luarnegri fully funded bahkan termasuk biaya hidup ditangggung dan masih ada uang saku berlebih, apa kamu mau ambil kesempatan itu?”“Ya mau lah. Tapi buat ninggalin ibuku sediri dirumah, apalagi pasca ayahku meninggal, aku ga sanggup Nis”“Kamu bisa ajak ibumu juga lo”“Serius bisa?”“Bisa! Besok kamu temui dosen pembimbingmu. Karena beliau yang menitipkan pesan ini ke kamu. Tapi ya itu Al, kamu harus bisa selesein TA ini dulu.” — Rayuan maut Nisa berhasil. Esoknya Alia menemui dosen pembimbingnya. Dia benar benar tertarik dengan tawaran beasiswa itu. Seusai berdiskusi ia menjadi semangat untuk menyelesaikan TA-nya. Lalu untuk persiapan beasiswa itu juga tidak serta merta setelah wisuda bisa apply masih banyak yang perlu di persiapkan. Disela persiapan itu, dosen pembimbing menawarkan untuk bekerja di lab nya seusai wisuda.Alea keluar dari ruangan dosen membawa tangki semangat yang penuh. Di tangannya ada beberapa brosur. Salah satunya, beasiswa dari negara Inggris, tempat tinggal client nya tinggal. — Perjalanan masih berat. Tapi kini Alea memiliki pasukan bala bantuan yang banyak. Seperti yang disampaikan oleh ustad kajian selepas isya kemarin,”(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”Disamping cobaan tiada henti menggempur, Alea dikelilingi bala bantuan beruntun.—11 bulan berlalu, Alea sudah lulus kuliah, walaupun molor satu semester, setidaknya ia lulus. Kini ia sedang di Inggris bersama ibunya. Keputusan ini dirasa tepat. Suasana baru untuk Alea dan ibunya agar tidak kalut dengan kedukaan kepergian ayahnya. — Hutang Ayah Alea berangsur lunas. Alea selama itu masih meneruskan untuk bekerja di bimbel seni, ikut proyek dosennya, dan mengerjakan proyek client yang dari Inggris. Dan betapa kebetulannyac saat ini, Kantor client Alea yang dulu masih satu daerah dengan kampusnya! Alea tidak khawatir lagi dengan urusan finansial.Impiannya menonton film di bioskop bersama teman usai kelas? Ya! impian sederhana itu kini tercapai!Tiba-tiba Alea kangen sekali dengan orang-orang yang membantu Alea sampai bisa bertahan di detik ini.“Buuk, akhir tahun liburan semester nanti pulang ke Indonesia yaa.”Ibu Alea mengangguk pelan sambil tersenyum melihat putrinya yang lebih banyak bahagianya akhir-akhir ini.—Tamat—
1 note
·
View note
Text
Gelitik Suara Malam (genre: Horror)
Kutukan Rumah Gothic Sayidan: Gelitik Suara Malam
Bisikanku datang untuk menjemputmu..... Datang ke kota Perak di saat liburan menyenangkan bukan? Banyak turis berkunjung di sekitar malioboro, atau pergi berkeliling di sekitar alun-alun bersama delman. Inilah wajah kotaku di saat liburan. Namun, aku di sini tak terpengaruh oleh suasana di luar sana. Masih berkutat dengan peta-peta geologi, yang sedang ku analisa. Beberapa waktu lalu sempat kulakuan field trip di daerah kaki Gunung Merapi, melelahkan. Aku butuh sebuah pencerahan! Beruntungnya sabtu minggu ini aku sudah ada janji untuk berkeliling kota bersama teman-teman lama. Akhirnya kami akan segera berkumpul, aku rasa akan menjadi refreshing untukku. Rasanya tak sabar bertemu Erka si gadis chinesse tomboy yang selalu usil, lalu Jibe seorang pemuda yang mengaku dirinya alim yang juga bercita-cita menjadi seorang ustad (Katanya sih ingin seperti Aa Gym gitu.), kemudian gadis manis yang mampu menjeratku dalam kerinduan beberapa tahun terakhir ini, sebut saja ia Tasya. Kami berempat adalah sahabat sejak SMA. Julukan kami adalah Bala Kumuh. Bukan berarti kami berempat ini sekumuh gelandangan di jalan ya. Itu semua karena kami lebih suka blusukan kemana-mana. Kami sudah menjelajahi beberapa gunung di pulau Jawa ini. Itulah salah satu sebab, yang membuatku memilih jurusan teknik geologi.Berbagai musim pun kami lewati, dari yang namanya musim nge-pump seharian sampai bolos sekolah, lalu berhenti karena sudah tidak punya cukup uang. Kemudian musim nge-band yang akhirnya cuma bertahan tiga hari, karena tidak ada yang bisa bermain alat musik. Dari banyaknya musim yang dilewati, ada satu musim yang benar-benar terkenang untukku. Musim kelabu namanya. Aku yang menyebutnya seperti itu. Malam perpisahan kami berempat, dengan busana abu-abu dihiasi lilin-lilin yang dibuat melingkar di alun-alun kidul. Menyeramkan, bukan? Malam itu kami duduk melingkar didalam lingkupan cahaya lilin-lilin itu. Hawa dingin mulai menyeruak, dan membangkitkan bulu roma yang sedari tadi menunggu. Tepat pukul 21.00 di tempat itu kami berikrar. Semenjak hari itulah awal dari segala petualangan kami. Kami berpisah. Erka memilih melanjutkan studi di China, lalu Jibe memilih menjadi pengajar sukarela di daerah Kalimantan, dan terakhir Tasya ia melanjutkan studinya di Jakarta. Mengingat semua kenangan tentang masa-masa SMA memang lucu. Ah, semakin rasanya ingin kupercepat waktu.
-000-
Seminggu kemudian... “Dimassss...!”Teriak seorang gadis dari kejauhan. Akupun mulai mencari-cari asal suara itu. Dan kulihat ia berlari datang ke arahku. Tasya! Ia tumbuh begitu cepat. Ia terlihat lebih jangkung dari padaku. Wajahnya memerah, dan bulir-bulir keringat menghiasi dahinya. “Hai.”Ucapku serambi memberikan tissue untuknya. Dia hanya tertawa dan menatapku dengan malu-malu. Tidak lama kemudian Erka dan Jibe datang, mereka terlihat kompak dengan busana ala tentara. Mereka memang aneh, tidak perlu heran lagi. Hari ini kami akan pergi ke rumah Om Thomas di daerah Sayidan. Om Thomas adalah pecinta seni yang juga paman dari Erka, tidak heran ia memiliki banyak gerai batik bahkan museum. Perjalanan kami bermula dari stasiun Lempuyangan, berombongan menaiki mobil beroda empat, singkatnya itu taksi. Yang kemudian menyusuri sepanjang Jalan M.Suharto. Sepertinya nama jalan ini mengingatkanku pada seorang tokoh. Ya, beliau adalah pemimpin saat orde baru. Tidak akan membahas lebih lanjut, baik kembali pada perjalanan kami rupanya banyak tempat di kota kelahiranku sendiri yang belum sempat kujamah, apa kata dunia? Dari tepi jalan seonggok bangunan tua mulai nampak. Sepertinya sudah lama tidak ditinggali, tiba-tiba taksi yang kami tumpangi berhenti. “Kenapa pak, kok berhenti?”Tanyaku. “Itu mas ada tabrakan,”kata pak taksi. “Yang tabrakan siapa pak?”Tanya Tasya. “Motor nabrak kucing mbak,” jawab supir taksi itu. Rasa seram mulai muncul, kepala kucing itu terlepas dari tubuhnya. Yang kemudian bergulir ke tengah jalan, darahnya mengalir tanpa henti. Motor yang menabrak tadi segera pergi tanpa peduli, jejak darah membekas di sepanjang jalan yang ia lewati. Kendaraan di belakang pun menggilas mayat kucing itu. Menjijikan. “Ada mitos mas, katanya kalau menabrak kucing tanpa minta maaf pulangnya bakal sial. Apalagi kejadiannya nggak jauh dari rumah tua itu,”ucap pak supir sambil menujuk rumah tua yang semakin jelas terlihat. “Wah, serem ya Pak,”ucapku. “Eh, itu rumah Omku. Stop, Pak,” sambung Erka. “Oh disini mbak, hati-hati ya mas-mbak rumahnya angker tuh,”kata Pak supir. Kami saling berpandangan heran. Angker? Aku kebal akan kata-kata itu, siapa takut. Ucapku sombong dalam hati. Raut wajah Tasya berubah, menjadi lebih serius. Dan Jibe hanya tertawa mengejek, lalu Erka wajahnya tenang seakan-akan ia tak terganggu akan ucapan sang bapak. Setelah membayar taksi, sampailah kami pada sebuah gang kecil nan sunyi. Kami berempat melangkahkan diri menyusuri dinding-dinding lembab. Di sisi kanan-kiri terlihat banyak lumut-lumut yang menghitam karena membusuk. Belum sampai 5 menit Erka menghentikan langkah. Ia menatap lama pada sebuah pagar tembok yang berdiri dengan kokohnya. Dan terlihat tampak sebuah pintu satu-satunya tempat jalan masuk ke rumah itu. Pintu kayu tua bercat merah dengan diatasnya ada plat bertuliskan “ullen sentalu”.Entah apa artinya itu, namun suasana seram mulai muncul. Ada sebuah bangunan tua berdiri dibalik pagar tembok ini. Tak sabar untuk memasukinya. “Er, bener nih ini rumahnya Om Thomas?” Tanya Jibe dengan ragunya. Erka hanya terdiam, seakan bibirnya telah terkunci rapat. Tatapannya semakin tajam mengarah pada pintu kecil itu. “Erkaaa....jawab dong,”ucap Tasya sambil ketakutan. Lagi, Erka hanya membisu. Ia hanya bergerak maju mendekati pintu. Ia melihat ada benda kecil yang mengganjal pintu itu. Benda itu adalah sebuah gembok tua yang sepertinya berumur lebih dari sepuluh tahun. Namun, sebelum Erka menyentuh gagang pintu itu. Tiba-tiba terbuka dan muncul sesosok kakek tua dengan keranjang bunga di tangannya dan sekotak lilin beserta koreknya. Rupanya, gembok tersebut tidak mengunci pintu tersebut. “Mbak Erka, monggo masuk. Sudah di tunggu di dalam.” “Iya Pak,”ucap Erka dengan aura muka yang kembali bahagia. “Sebentar mbak, mbak sama rombongan?” Ucap kakek tua itu khawatir. “Iya,hehe. Kenapa to Pak?” “Enggak apa-apa, hati-hati saja di dalam nanti. Ayo masuk.” Kami mengikuti saja dari belakang, sampai sudah kami di dalam bangunan tua peninggalan Belanda itu. Sang kakek penjaga rumah itu bercerita tentang rumah Gothic ini. Katanya bangunan ini sudah berdiri sejak jaman dan sejak dulunya memang merupakan rumah tinggal. Tapi mengapa di sana-sini ada salib dan patung-patung yang menghiasi dinding dan puncak bangunan itu. Teka-teki lagi untukku. Tasya mengeluarkan kameranya, ia mulai memotret setiap sisi dari bentuk bangunan itu. “Maaf mbak, kameranya bisa dimatikan?” “Kenapa Pak, kok nggak boleh sih?” “Begini mas-mbak, saya hampir lupa, saya peringatkan tidak ada yang boleh membuka kamera, kemudian kamar untuk menginap nanti sudah saya siapkan, lalu jam sembilan nanti mas-mbak harus sudah tidur, maka dari itu makan malam sudah akan disiapkan jam 5 sore nanti. Pokoknya tidak boleh ada yang berisik, dan jangan pernah keluyuran lebih dari jam sembilan malam nanti. Karena bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saya tidak bertanggung jawab.” “Okay, Pak.” “Satu lagi jangan ada yang masuk ke bangunan yang ada patungnya itu. Berbahaya,”tegasnya sambil menunjukkan ke arah patung besar di puncak atas. “Maaf Pak, saya ingin bertanya.”ucapku tiba-tiba. “Iya dek.” “Di pintu masuk tadi sepertinya ada tulisan ullen sentalu. Artinya apa ya Pak?” “Ullen Sentalu. Itu singkatan dari “Ulating Blencong Sejatine Tataning Lumaku” yang kurang lebih bahasa Indonesianya Pelita Hidup Bagi Perjalanan Manusia.” Ucapan sang kakek, ditanggapi serius oleh kami. Suasana menjadi diam. Tidak ada yang mampu memprotes situasi itu. Kurasakan ada seseorang di ujung sana dekat pintu ada yang memandangiku sejak tadi. Ah, itu hanya halusinasiku saja.
-000-
Ruang tamu, Pkl. 11.00.
Bangunan rumah ini memiliki menara-menara kecil dan arsitektur bergaya eropa. Berkeliling di dalam rumah tua ini, ada hawa dingin yang menggangguku. Ada banyak ornamen-ornamen menghiasi dinding tua, namun anehnya rumah ini bak istana. Kamar yang disediakan hanya dua ruang. Ya, karena didalamnya hanya ada dua kamar tidur. Penasaran masih hinggap, ada apa di bangunan itu. Mengapa pula ada dua bangunan terpisah? Ukiran-ukiran khas eropa menjadi pemandangan indah di langit-langit. Ada foto yang terpajang di ruang tamu ini. Ada wajah yang kukenal, seorang gadis kecil yang mirip Erka dan satunya sepertinya kembarannya. Erka memiliki kembaran? Aku tak pernah tahu itu. “Er, itu foto keluargamu yah?”tanyaku tiba-tiba. “Iya dong. Kenapa dims?” “Yang satunya mirip banget sama kamu.haha. adikmu yah?” “masa sih? Bukan kok,”ucapnya singkat. Aura wajahnya berubah sendu. Aku tak dapat berucap apa-apa lagi. Kubiarkan saja pertanyaan bodoh itu berlalu, aku merasa bersalah. Jibe dari kejauhan nampak memperhatikan pembicaraan kami sejak tadi. Lalu ia memalingkan wajah, kembali berbincang dengan Tasya. Dan erka meninggalkanku, ia pergi berbisik dengan sang penjaga rumah. Entah apa yang mereka bicarakan. Dimas... dimas....dimas... Lirih kudengar, kumulai mencari-cari asal suara itu. Dimana dan siapa? Ada dorongan yang membuatku melangkah ke arah sebuah jendela besar. Tampak seorang gadis di lantai ketiga di bangunan kedua, yang dibilang terlarang itu. “Dimas,”ucap Tasya sambil menepuk pundakku. Aku pun sontak terkejut, dan sosok itu menghilang. “Kamu kenapa sih?” “Aku nggak apa-apa kok, sya.”ucapku tenang. “Guys, gua dah pegang kunci kamar nih. Kamar kita ada di atas, yang ujung dekat tangga itu kamar cowok. Kamar cewek didepannya. Dim, lo sama Jibe. Gua sama Tasya.”ucap Erka sambil melemparkan kunci kamar ke tangan Dimas. “siap er, oh ya kamar mandi di sebelah mana ya?” “Bilang aja udah kebelet dim,hahaha,”ledek Jibe. “Iye bro, udah kebelet nih.”ucapku sambil menyindir Jibe. “Tepat di bawah tangga itu,”ucap Erka sambil menunjuk.
-000-
Kamar Jibe dan Dimas, Pkl.11.45.
Kamar yang berisi satu ranjang tidur dengan ditutupi kelambu, lalu ada sebuah cermin besar berdiri. Ukiran-ukiran khas masih menjadi pemandangan di langit-langit. Jibe mulai membuka barang bawaanya. Dan dimas masih memandangi bangunan kedua itu dari muka jendela. “Dim, kamu ngerasa ada yang aneh nggak sih?”tanya Jibe. “Ada bee. Tapi aku ragu.” “Kamu ngerasa hal yang sama juga? Aku udah mencium sesuatu yang nggak enak nih dari awal rencana kita dateng ke sini.” “Emang kenapa be?” “Ya aneh aja...”
Kamar Erka dan Tasya, Pkl.11.45.
“Kamu suka dimas, sya?”tanya erka setelah meutup pintu kamar. “Apa???” “Kamu suka kan sama dimas?”desak Erka. “Aku harus bilang berapa kali sih, dulu iya sebelum ke Jakarta. Tapi sekarang udah nggak. Kamu tahu sendiri kan aku udah punya Dino. Lagian, bentar lagi aku juga mau ikut dia ke Austria.”ucap Tasya meyakinkan sahabatnya. “Aku nggak PERCAYA!”kesal Erka. Kemudian mereka berdua hanya saling diam dan menyibukkan diri dengan barang mereka masing-masing. Siang itu adalah siang yang lelah bagi mereka berempat.
-000-
Rumah Ghotic bangunan 1, Pkl. 16.30
Alunan gending Jogja terdengar nyaring, sehingga membangunkan para tamu yang berkunjung di rumah tua itu. Mereka berempat serempak keluar bersamaan. Merasa heran, ngeri, bahkan kebelet pipis. “Dim mau pipis. Temenin dong,”pinta Jibe saat berada didekat tangga. Tasya dan Erka yang mendengarnya hanya cengengesan menahan tawa. Suasana diantara mereka berdua rupanya sudah membaik. Dan dimas nyawanya masih belum terkumpul benar. Matanya masih terlihat kantuk, barangkali masih berjalan-jalan di dunia mimpi. “Iye, abang cerewet.”ucap Dimas sambil mengucek mata. Ditemaninya Jibe menuruni tangga, diiringi Tasya dan Erka. Tampak kakek itu tengah menyiapkan makan malam untuk kami berempat di sebuah meja makan panjang. Oh iya, di dalam rumah ini antara ruang tamu dan ruang makan benar-benar tidak ada pembatas seperti ruang-ruang yang lain. “Kek, suara musik jawanya berasal darimana?”tanya Erka. “Nggak ada musik kok mbak. Mbak mungkin salah denger,”ucap kakek gemetaran sambil memegang teko berisi teh panas. Erka menatap penuh arti pada pandangan sang kakek. Tak sengaja cangkir disampingnya terjatuh dan terbelah menjadi dua. Tasya yang sedari tadi sibuk dengan tab di genggamannya menjadi terusik. “Ini tanda peringatan,”ucap lirih kakek tua. “Maksud kakek apa?”kata erka penuh tanya. “Peringatan apa kek?” tanya Dimas yang disusul oleh Jibe dibelakangnya. Suasana siang itu menjadi hanyut dalam ketakutan. Bala Kumuh seakan di tantang dalam teka-teki rumah tua Gothic itu. Ada apa sebenarnya? Dan mengapa? -000- Melahap beberapa roti memang kurang cukup bagi si Jibe yang hobi makan. Aku dan kedua teman lainnya sudah memahami kebiasaan sobatku yang satu itu. Lagi, hawa dingin yang merasuk mengusik tawa mereka. sang kakek hanya duduk di pojokkan dekat pintu penghubung ke bangunan ke dua dari rumah itu. Sudah jelas, kakek tua itu mengetahui sesuatu yang tersembunyi di bangunan terlarang itu. Tampak dari sisi pandangku di ujung tangga atas terlihat sebuah bayangan hitam. Itu pasti hanya bayangan saja. Namun, tanpa terasa rasa mencekam mulai menjalari segala pikiranku. Rasanya bisa semakin gila. Oh Tuhan, aku ingin keluar dari sini, rengekku dalam hati. “Lo kenapa sya?”tanya Erka padaku. “Eng..enggak apa-apa,”ucapku terbata. “Sya, kalau kamu takut jangan lupa baca ayat kursi yah.”sambung Jibe. “Dikata ada hantu kali nih, nggak ada apa-apa kok sya. Inikan rumah om gua, jadi nggak mungkin terjadi hal yang kayak gitu.” “Bisa aja kali Er.”timpal Dimas, yang sudah memperhatikan arah pembicaraan sejak awal tadi. Suasana semakin memanas, semakin gerah dan ingin menjauh. “Aku enggak kenapa-kenapa kok, kalian nggak perlu khawatir yah.”ucapku berusaha mencairkan suasana.
-000-
Rumah Gothic, Pkl. 18.00
Adzan maghrib berkumandang, saatnya menunaikan ibadah lima waktu. Kuturuni tangga, segera bergegas menuju kamar mandi. Rupanya, ada yang sedang mandi didalam. Mengapa pula mandi sesore ini? Dimas sedang di kamar, mungkin Erka atau Tasya yang sedang mandi, pikirku jauh. “Maaf mas, mau pakai kamar mandi yah?”tanya kakek tua. “Iya pak saya mau wudhu.” “Pakai saja kamar mandi di bangunan itu.” “Bukankah itu bangunan terlarang?” “Iya enggak apa-apa mas.” Kulangkahkan diri menuju bangunan terlarang itu. Tampak menjulang menara-menara khas eropa itu di mataku. Rasa ngeri mulai terasa. Kucoba palingkan ke arah belakang. Kakek tua itu telah menghilang, mungkin ia sedang mengecek ruangan lainnya. Di antara dua bangunan megah ini ada taman yang sangat hijau. Tak kusangka, di rumah gothic seperti ini masih bertahan taman seindah ini. Semakin dekat dengan bangunan terlarang ini. Dengan jalan berjinjit menyelinap di sela-sela gelapnya ruangan. Terpampang jelas, ruang ini luas tampak pula seperti bentuk altar tempat pemujaan. Ada apa ini? “Ya Allah, kok ya tempat serem gini,”ucapku gemetar. Dingin dan lembabnya ruangan terasa lebih menusuk kulit. Lalu, mulai terdengar suara piano yang sedang dimainkan. Perasaan takut yang menjalar, membuatku ingin segera pipis. Tolong aku.... cepat pergi.... ada yang mengincarmu.... Terdengar pula bisik ditelingaku. Reflek, mulutku berkomat-kamit mengucap semua ayat yang kuhafal. Kemudian kuberlari menuju pintu keluar. Pintu ini terkunci! Tampak ada Dimas didekat pintu penghubung, semoga ia mendengarku. “Tolong!!! Dimas! Erka! Tasya!”teriak Jibe seraya pipis dicelana. “Buggg...!”suara terjatuh. Dan darah mengalir di lantai, badannya tergeletak lemas. Suasana menjadi hening lagi, seakan tidak terjadi apa-apa.
Di bangunan 1,
“Sya, lihat Jibe nggak?” “Nggak dim.” Di saat mereka kebingungan, tiba-tiba kakek tua muncul dari balik pintu penghubung kedua bangunan itu. Dimas mulai tampak curiga, ia menatap apa yang digenggam oleh sang kakek. Sebuah keranjang berisi bunga tujuh rupa dan lilin-lilin. Ada belenggu dalam benaknya. “Mas mbak, jangan masuk ke bangunan terlarang itu yah. Bahaya.”ucap singkat sang kakek, yang lalu pergi dan lenyap dari balik daun pintu keluar rumah. Dipikirannya masih terpikir Jibe. Ada dimana dia? Ia pun mencoba melongok dari jendela. Terlihat lilin-lilin dinyalakan disekitar bangunan terlarang itu. Suara jangkrik pun mulai terdengar, hanya saja senandungnya lebih terdengar pilu. “Wah, seger banget nih gue. Udah pada mandi belom nih?”
-000-
Pkl.21.15
Erka dan Tasya sudah tertidur lelap. Namun disisi lain, Aku merasa gelisah dan takut itu muncul. Ku tak sanggup memejamkan matanya, meski hanya sejenak. Terdengar, suara pintu terbuka. Sepertinya ada yang keluar dari kamar seberang. Dan terduduk, lalu ku berdiri melangkah keluar kamar. Tasya, ia tampak berdiri membelakangiku. Sempat ia menoleh padaku, wajahnya pucat pasi. Kubuntuti dirinya hingga ia lelah berjalan di ujung jalan dekat bangunan terlarang itu. Dan... Ia menghilang lenyap... “Tasya!”teriakku memanggil namanya. Dimas... dimas... dimas.... “Siapa itu? Tunjukkan padaku,”tantang dimas. Aku dibelakangmu.... Ku toleh pandanganku, dan seorang gadis cantik dengan wajah pucat menatapku sedih. Ada kepiluan dalam matanya, ada sesuatu yang mengingatkanku. Rasanya tak asing lagi, dia mirip seseorang di foto ruang tamu itu. Perasaanku begitu hangat dekat dengannya. Mengapa? Tak ada rasa takut sedikitpun menatapnya. “Kembalikan Tasya padaku,”pintaku. Tidak, aku akan menjaganya. Aku tahu kau ingin menyakitinya... Sekejap ia menghilang, kemana ia pergi? Tanyaku dalam hati. Dengan berat hati, kulanggar larangan untuk memasuki bangunan terlarang itu.
-000-
Di bangunan terlarang, Pkl. 21.50.
Ruangan yang begitu luas, ada lilin-lilin yang menjadi penerang ruangan. Adapula tebaran bunga dimana-mana. Dan bau amis darah yang menyengat. Hawa lembab pun sangat menusuk, ada dorongan kuat untuk segera meninggalkan tempat ini. Tiba-tiba ada bayangan hitam muncul mendekatiku, bulu romaku berdiri dengan tegapnya. Bayangan yang lain pun menyusul di belakangnya. Aku kini dikelilingi oleh bayangan-bayangan hitam. Kakiku terasa kaku, tak mampu lagi kugerakan. Tanpa tersadari ada Jibe muncul dibalik bayangan-bayangan hitam itu. Itu bukan dia, melainkan sosok jahat yang menyerupai dirinya. Digenggamannya ada sebilah pisau berlumuran darah. Ia maju dan mendekatiku. Gugup aku melihatnya, dan terpojokku akan rasa ketakutan. Sepertinya aku tak tahan lagi menatap pisau tajam ditangannya. “Bee, jauhkan pisaumu dariku,”pintaku ketakutan. Ia semakin menodongkan pisaunya ke arah wajahku. Kakiku masih terjerat dalam dinginnya lantai. Dan..... “Buggg....”suara terjatuh.
-000-
Kamar Erka dan Tasya, Pkl.22.30
Belaian dinginnya malam mulai menyapa, Erka tak sanggup menahannya. Ia pun terbangun. Di sampingnya masih tampak Tasya yang tertidur dengan pulasnya. Malam yang sama, mengingatkannya pada seseorang. Angelica. Erka... Erka... Erka... Terdengar bisik aneh yang memanggilnya keluar. Ditariknya tubuhnya beranjak dari kasur. Kemudian ia tinggalkan sahabatnya sendirian di kamar. Setelah mendengar suara pintu terbuka, Tasya tak sengaja terbangun. Tersadari Erka sudah tak ada disampingnya lagi. Akhirnya ia pergi menyusul Erka keluar.
Pkl. 22.45
Erka berjalan mencari asal suara bisikkan aneh itu, dan Tasya membuntutinya dari belakang. Ia berhati-hati agar Erka tak merasa curiga. Erka terus melangkah menuju bangunan terlarang. Tasya merasa ketakutan, dipandangnya jauh ada banyak lilin-lilin menjadi penerang. Di puncak atas sana tampak bayangan hitam. Dan Erka ia lenyap, sepertinya ia sudah memasuki bangunan terlarang itu. Dengan penuh keberanian, ia memasuki bangunan tua itu. Suara-suara aneh mulai terdengar, bau amis darah mulai tercium. Pijakannya terasa becek. Dari terangnya lilin-lilin, ia melihat Erka melangkah ke arah sesuatu. Itu altar. Sebuah altar yang biasa dipakai untuk pemujaan. Di belakang terasa ada yang mendorong Tasya menyusul Erka di depan. Setelah ia berada di dekat Erka. Erka menoleh dengan tajamnya. Matanya berubah warna, menjadi merah darah. Bayangan-bayangan hitam mulai melingkupinya. Tasya semakin tertekan oleh keadaan. Namun, di antara bayangan-bayangan itu muncul Dimas dan Jibe. Seperti bom waktu, ia langsung terbawa oleh halusinasi. Tasya melihat aksi mereka berempat dulu saat berikrar di alun-alun kidul Jogja. kakinya gemetaran seakan tak mampu lagi tubuhnya menyangganya tuk berdiri lebih lama. Tasya hanya menjerit, ketika melihat bayangan mereka berempat mulai berikrar, “Di tempat ini kami berempat tak akan terpisahkan, sehidup semati. Apapun yang terjadi kami akan terus bersama sampai keujung kehidupan. “ucap mereka berempat. “Tidak jangan!”teriak Tasya semakin histeris. Halusinasi itu menghilang, ia kembali kedunia nyata. Ia menyaksikan teman-temannya di depannya berubah menjadi monster. Mereka bertiga semakin mendekat dan.... “Jlebbb....” Tasya tertusuk oleh sebilah pisau. Darahnya membuncah, tubuhnya terkulai. Ia melihat sedikit, ada sesosok kakek tua. Dan perlahan dirasakannya tubuhnya di tarik kasar ke sebuah tempat. Semakin lama semakin gelap.... “Maaf kan saya mas mbak, saya tidak tau lagi harus bagaimana. Kalau bukan karena kalian yang diinginkan oleh Angelica. Saya tidak akan membunuh kalian. Maaf,”ucap sang kakek dihadapan keempat mayat yang ia taruh di puncak paling atas bangunan terlarang.
-000-
Semenjak hari itu, tak ada perubahan yang terjadi pada rumah itu. Masih terlihat sepi dan damai. Dan sang penjaga tetap menjadi sosok yang menyeramkan. Hingga kini di pojokan sudut Jogja, rumah gothic dan misteri didalamnya masih tersimpan dengan rapi. Sekian. @chikikichii Agustus 22, 2013
0 notes
Text
MASTERING THE ART OF TWO-WAY COMMUNICATION
Bicara tentang komunikasi, ada seni dan keterampilan yang perlu dikuasai seseorang supaya betul-betul 'mastering the art of communication', for the sake of communication itself. Ada kiat-kiatnya, kan, ya. Bahkan di kelas-kelas luring maupun daring, banyak dibuka level kelas komunikasi mulai dari Introduction to Communication sampai Public Speaking atau Negotiation 101. Intinya, bicara sama orang aja perlu seni sama keterampilan yang diwujudkan dalam bersikap dan beradab yang baik ketika komunikasi, apalagi kalau mau 'bicara' sama Pencipta kita.
Dalam buku yang berisi surat cinta-Nya pada kita, yaitu Qur'an, Allah menjelaskan tentang cara berkomunikasi dengan EPIC dalam sebuah ayat. Surah al-Baqarah ayat 186:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِى وَلْيُؤْمِنُوا بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."
Iya, dalam Islam, media komunikasi dengan Allah swt adalah 2 hal, Qur'an dan doa. Allah is conversing with us through Qur'an, and we are conversing with Allah through du'a. Sebab, doa itu jantungnya ibadah. Shalat kita itu bentuk doa, dzikir kita itu doa, dll.
Lagi-lagi, kita bertemu kata "la'alla" di ayat tersebut, yaitu "la'allahum yarsyuduun" yang berarti "supaya mereka mendapat petunjuk / selalu berada dalam kebenaran". Untuk mencapainya, Allah swt mengajarkan terlebih dahulu bagaimana cara berkomunikasi (direct relationship & communication) terbaik dengan Allah swt.
1. "Indeed, I am near"
💡 وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى (wa idzaa sa alaka 'ibaadi) : "Whenever my slaves ask you (Muhammad)..."
💡 عَنِّى ('anni) : "...about Me..."
💡 فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ (fa inni qariib) : "...then tell them that I am near."
2. "I respond to your du'a"
💡 أُجِيبُ (ujiibu) : "Aku mengabulkan..."
Ini berlaku untuk sekarang dan waktu yang akan datang.
💡 دَعْوَةَ الدَّاعِ (da'wataddaa'i) : "...permohonan orang-orang yang berdoa."
Potongan ayat ini menunjukkan bahwa siapa saja bisa memohon kepada Allah swt, tidak perlu menjadi orang yang spesial untuk berdoa kepada-Nya. Allah swt mengundang siapapun (the caller) yang ingin berdoa kepada-Nya. Artinya, tidak ada kriteria bagi orang-orang yang berdoa, mu'min, muslim, siapapun bisa berdoa kepada Allah swt. Jangan sampai merasa sudah banyak dosa lalu jadi tidak mau berdoa kepada Allah swt, justru ampunan Allah swt begitu luas ketika kita datang kepada-Nya untuk bertaubat.
Serta, penyebutan 'the caller' dan bukanlah a caller. Hal itu bermakna bahwa Allah swt mengetahui betul siapa yang memohon kepada-Nya tersebut, mulai dari latar belakangnya, kondisinya, dan apa yang dibutuhkannya. Ia memahami secara personal, tidak hanya menganggap kita satu dari sekian milyar orang yang berdoa kepada-Nya.
💡 إِذَا دَعَانِ ۖ (idzaa da'an) : "Whenever he calls me, I'll be available."
Kapanpun, bukan jika. Berarti, Allah swt selalu siap untuk mendengarkan dan siap dalam mengabulkan doa kita. Bukan 'apabila' kita memohon, tetapi 'kapanpun' kita memohon kepada-Nya, Allah swt selalu ada.
3. He asks us to try to make an effort
💡 فَلْيَسْتَجِيبُوا لِى (falyastajiibuuli) : "...Maka hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku..."
We should try to make an effort to respond His demand. Kuncinya adalah TO TRY atau mencoba, berusaha untuk memenuhi perintah-Nya, sebab Allah swt ingin melihat usaha kita. Manusia telah memohon banyak hal kepada Allah swt, mereka datang dan meminta berbagai macam permohonan yang pasti akan dikabulkan oleh Allah swt, maka hendaknya mereka juga memenuhi permintaan Allah swt dengan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Tidak sulit, kita sebagai hamba hanya diminta memenuhi perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya, yang keduanya sebetulnya merupakan penjagaan terhadap diri kita pribadi.
4. He asks us to keep the faith
💡 وَلْيُؤْمِنُوا بِى (wal yu'minuu bi) : "...dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku..."
We should believe in Him. Selain memenuhi perintah Allah swt, kita juga harus mengimani segala keputusan-Nya, bahwa segala ketetapan-Nya adalah yang terbaik. Makna dari mengimani ialah, percaya dan yakin bahwa:
a) Allah swt pasti akan mengabulkan doa kita,
b) Allah swt tahu yang terbaik untuk kita,
c) Allah swt tahu betul waktu yang tepat untuk mengabulkan doa tersebut,
d) Allah swt menghindarkan kita dari mudharat atau musibah yang bisa jadi menimpa kita apabila doa tersebut terkabul di waktu yang kita pinta tetapi bukan waktu yang tepat bagi-Nya, dan
e) Bisa jadi Allah swt menyimpan pahala doa tersebut untuk kita di akhirat, dan mencukupkan yang terbaik bagi kita di dunia dalam kondisi yang sekarang ini. Pun kita tahu sendiri bahwa nilai dunia dan nilai akhirat berbeda, apabila Allah swt memutusakan untuk mengabulkan dan menyimpan jawaban doa tersebut di akhirat, artinya yang kita terima sekarang lah yang lebih baik bagi kita di dunia, sedangkan Allah swt menyiapkan yang jauh lebih lipat baiknya di akhirat kelak. Sekali lagi, nilai di dunia dan di akhirat terlebih surga berbeda, maka jika doa kita terkabul di surga, bukankah akan berjuta kali lipat lebih baik?
5. The goal
💡 لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (la'allahum yarsyuduun) : "...agar mereka mendapat petunjuk / selalu berada dalam kebenaran."
Penutup ayat ini, mengingatkan kita kembali akan makna dari kata 'la'alla' yang dalam ayat ini berbunyi la'allahum yarsyuduun, supaya mereka mendapat petunjuk atau berada dalam jalan kebenaran. Mengapa? Sebab dengan meyakini bahwa Allah swt mengabulkan doa kita, serta kita terus menjalani perintah-Nya dan menjaga keimanan kita pada-Nya... meski dalam proses tersebut kita terkadang merasa bahwa Allah swt belum mengabulkan doa kita, yakinlah bahwa Allah swt menyimpan yang lebih untuk kita. Tidak hanya apa yang kita mohon, tetapi Allah swt selalu memberi lebih dari apa yang kita pinta.
Dalam Qur'an surah al-Anbiya', Allah swt menceritakan kisah permohonan doa para nabi dan selalu mengikutinya dengan 'dan', maksudnya, "Allah mengabulkan doa fulan dan... (atau) lalu..." lanjutan dari dan atau lalu tersebut adalah tambahan rahmat dari Allah swt, apapun itu bentuknya.
"Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu, ketika dia berdoa. Kami perkenankan (doa)-nya, lalu Kami selamatkan dia bersama pengikutnya dari bencana yang besar." [QS al-Anbiya': 76]
"Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, (Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami." [QS al-Anbiya': 83-84]
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman." [QS al-Anbiya': 87-88]
"Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang terbaik. Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami." [QS al-Anbiya': 89-90]
Kuncinya apa? Ayat yang sudah kita bahas tadi. Percaya bahwa Allah dekat dan mengabulkan doa kita, lalu kita senantiasa menjalankan perintah-Nya dan juga menjaga keimanan pada-Nya. Memang, terkadang akan muncul rasa lelah dalam berdoa, rasa dan bahkan bisikan syaithan yang menganggap Allah swt tak kunjung mengabulkan doa kita. Padahal, sebetulnya jika kita bersabar dan meneladani para nabi terdahulu, Allah swt akan menjawab doa kita dengan jawaban terbaik-Nya dan bahkan menambah rahmat-Nya pada kita, dengan jalan yang tak disangka-sangka, cara dan waktu yang tak disangka pula. [QS ath-Thalaq: 2-3]
Bahkan, barangkali itulah cara Allah memberikan petunjuk-Nya dan menjaga kita dalam jalan kebenaran menuju-Nya. Kelak, kita akan menyadari bahwa di setiap proses berdoa ini, sebetulnya Allah swt berikan hikmah yang amat banyak, yang mungkin saja tak akan kita dapatkan kalau saja kita tak bersabar dalam prosesnya.
—
Maka, jangan sampai kita lelah dalam berdoa. Sesederhana doa yang dipanjatkan rekan dari Robert Davila di video kedua ("Allah Mengabulkan Doa") yang akhirnya dikabulkan oleh Allah swt. Silakan ditonton. Please do watch it, I truly had goosebumps and couldn't hold back my tears listening to ustadz Nouman's stories.
Sebagai tambahan, di video lainnya, ustadz Nouman juga memberikan gambaran. Seringkali kita sudah berdoa, tapi Allah tidak kunjung menjawab doa-doa yang kita panjatkan, padahal Allah sudah berjanji bahwa Dia pasti akan mengabulkan doa yang kita panjatkan. Lalu apa yang salah? Ustad Nouman menjelaskan secara singkat tentang doa yang tidak terkabul di kajian ini: 'Mengapa Doaku Tidak Terkabul?'
Umar bin Khattab pernah berkata, “Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa.” Beliau tidak pernah mempermasalahkan soal doa beliau dikabulkan atau tidak. Tetapi, sayyidina Umar ra. takut jika beliau tak lagi diberi hidayah oleh Allah sehingga beliau berhenti berdoa lagi.
Oleh karena itu, andai kita merasa doa kita tak kunjung dikabulkan, yang seharusnya kita lakukan adalah terus berdoa dan terus ikhtiar. Barangkali Allah swt sedang menguji kesabaran dan ketaatan kita dengan menunggu waktu yang tepat untuk mengabulkan doa kita.
Sekali lagi, barangkali Allah swt. memiliki rencana lain yang lebih baik untuk kita. Atau bisa jadi kita masih memiliki sekian banyak dosa yang menjadi salah satu penyebab doa kita tak kunjung dikabulkan. Yakin, meski doa kita tidak dikabulkan di dunia, Allah pasti mengabulkannya di akhirat kelak.
Yang terpenting, sebagaimana wujud doa terbaik ialah Qur'an surah al-Fatihah yang diawali dengan doa pujian kepada Allah swt terlebih dahulu, baru selanjutnya doa memohon mengenai diri kita — akan terselesaikannya urusan kita, permohonan supaya kita tetap terjaga di jalan-Nya yang lurus. Maka, sebagai adab, sangat diutamakan untuk menyanjung Allah swt dengan segenap asma wa sifat yang dimiliki-Nya, lalu berdoa meminta kebaikan di akhirat — seperti berdoa ingin diampuni semua dosa-dosa kita, ingin mendapat ridho-Nya, dan ingin meninggal dalam keadaan membawa Islam dan iman. Baru setelah itu, kita berdoa meminta urusan dunia yang bisa menopang bekal ibadah kita di dunia.
—
Terus berdoa supaya kita dimudahkan dan diberi nikmat dalam memanjatkan doa kepada-Nya, sebab itulah cara kita berkomunikasi langsung dengan-Nya, dan senantiasa mendapat bimbingan-Nya agar terus berada dalam jalan kebenaran menuju surga-Nya.
May Allah swt. make us people of dua so that we can always have those beautiful conversations with Him.
—
Ushikum wa nafsiy bitaqwallah.
—
Catatan ini adalah resume dari video kajian ustadz Nouman Ali Khan yang berjudul "Doa" & "Allah Mengabulkan Doa".
#MatrikulasiNAKid Batch #3 @nakindonesia week 2.
0 notes
Text
“Menulis Fiksi, Haram!” Atau “Menulis Fiksi, Haram?“
Tadi sore, seorang adik kelas di organisasi kampus bertanya perihal tulisan fiksi. Ia ingin menulis fiksi tapi tebentur dengan pandangan, ada ustad yang mengatakan bahwa menulis fiksi itu haram karena sama saja berdusta.
Saya langsung tersenyum mendengarnya. Menduga siapa ustad yang dimaksud dan benar dugaan saya. Saya langsung mengangguk sendiri padahal kami sedang ngobrol via chat whatsapp. Ustad tersebut punya dalil dan mengacu kepada ulama yang memang mengharamkan. Saya berhusnuzhan bahwa beliau-beliau adalah orang-orang yang memang sangat menjaga dan tidak ingin terjerumus kepada perkara-perkara sifatnya masih banyak perbedaan pendapat di dalamnya.
Saya pun menjawab dengan kapasitas ilmu saya yang masih sangat dangkal ini. Ada beberapa kalimat tambahan yang tadi tidak saya sampaikan kepadanya tapi saya tuliskan di sini sebagai informasi saja.
Terkait masalah haram-tidaknya, sama seperti halnya gambar, ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya. Ada yang benar-benar mengharamkan, banyak juga yang membolehkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti, masalah melalaikan atau tidaknya dari kewajiban (kalau melalaikan, ini sih berarti bukan tulisan fiksi saja yang haram, tetapi ngobrol, sosial media pun bisa haram jatuhnya jika melalaikan.), terkait manfaat-mudharatnya, dan atau asal ceritanya masih realistis dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, ada hubungan sebab-akibat dan sebagainya, dan isinya tidak melanggar koridor-koridor syar’i, maka ini diperbolehkan.
“Selain itu, saya akan menjawabnya dengan tidak mengesampingkan pendekatan konsep, sosial, dan budaya, ya.” lanjut saya.
“Ketika saya belajar di mata kuliah sastra, cerpen, novel, dan tulisan fiksi lainnya termasuk karya sastra. Setiap karya sastra tidak lahir secara serta-merta.Seringkali ia lahir justru dari kegundahan dan permasalahan yang ada di masyarakat atau di sekitar diri si penulis. Se-fiksi apapun novel/cerpen, adalah representasi kehidupan sehari-hari yang dijumpai penulis, baik itu kehidupan penulis pribadi maupun kehidupan orang lain yang ia tuliskan. Maka, ketika mengkaji sebuah novel/cerpen, kami-kami tidak melepaskan kajiannya dari unsur politik, sosial, dan budaya yang terjadi ketika karya tersebut lahir. Jadi sebenarnya, ketika suatu cerita lahir, ia lahir seiring ‘ada sesuatu’ yang memang benar-benar terjadi saat itu. Hanya saja, ada hal-hal tambahan, perbedaan atau barangkali pengurangan dalam penulisannya sehingga tidak dimasukkan semua ke dalam ceritanya.
Masalah anggapan bahwa tulisan fiksi itu dusta, sebenarnya buku-buku sejarah yang dianggap benar itu, yang beredar itu, banyak loh yang isinya justru pembohongan publik, banyak sekali distorsi-distorsi, pembohongan dalam buku sejarah yang kita baca. Bedanya, kita tau kalau tulisan fiksi itu tidak nyata meskipun terkandung kebenaran di dalamnya, sementara ketika membaca buku sejarah, yang kita tahu itu adalah sebuah kebenaran meskipun yang disajikan mengandung kebohongan. Mengutip kata-katanya Mbak Maya Lestari Gf, “sejarah seringkali menyajikan kebohongan sebagai sebuah kebenaran, sementara fiksi menyajikan kebenaran dalam kebohongannya.
Bukan maksud meremehkan buku-buku sejarah. Bahkan saya termasuk orang yang menyukai membaca buku-buku sejarah, hanya saja saya ingin tekankan di sini adalah bahwa karya fiksi adalah representasi kehidupan sehari yang seringkali mengandung kebenaran di dalamnya. Maka tidak heran, ketika kalian sedang membaca novel atau cerpen, kita seperti sedang membaca kehidupan itu sendiri. Gak heran juga kita terkadang bergumam, “ada banget nih orang kayak gini di dunia ini,” “Ini ceritanya kayak fenomena yang terjadi akhir-akhir ini ya,” “Ini ceritanya gambarin keadaan pas tahun itu banget, ya.”
Masih di kelas mata kuliah sastra, ada hal-hal yang menurut saya kenapa harus banget ada umat muslim yang fokus terjun ke sini. Adalah banyaknya buku-buku atau tulisan-tulisan yang di dalamnya menyebarkan isu-isu liberal, sekuler, komunis (Saya mikir gini ketika di kelas, novel-novel yang menjadi rujukan kami sebagian besarnya adalah novel-novel dari orang-orang kelompok tersebut. Saat itu saya benar-benar nangis, gimana kalau generasi-generasi saya atau generasi setelah saya membaca buku ini. Saya khawatir mereka akan berpikir, “kok agama gue begini sih. Gak toleran banget.” “Apa-apaan nih Islam, aturannya gak memerdekakan wanita banget.”) Saat itu bahkan sampai sekarang, saya mengkhawatirkan hal ini. Betapa aktivitas menulis orang-orang mereka sangat kuat dan didukung dengan dukungan yang massif. Dan lantas bagaimana jika umat muslimnya sendiri justru bungkam dan tidak mau melawannya sementara di lain sisi kita juga tidak bisa menahan peredarannya. Senjata dilawan dengan senjata. Tulisan dilawan dengan tulisan juga! Begitulah seni berperang. Dan saat ini bukankan kita sedang berada pada sebuah peperangan halus namun dampaknya luar biasa? Ya, perang pemikiran.
Kalau kita menulis dan isinya tidak mengandung hal-hal mudharat, tidak mengajak pembaca untuk jadi melakukan hal buruk dan bahkan dengan membaca tulisan kita mereka justru menjadi tercerahkan, termotivasi, terinspirasi untuk melakukan amal-amal kebaikan, maka menulislah dan jangan mundur apalagi berhenti. Karena mundur atau berhentinya kita, hanya akan menyuburkan lahan-lahan pemikiran orang-orang yang berniat memadamkan cahaya Allah melalui tulisan mereka.
Semangat menulis dan semangat mengejar halal!
#menulisfiksi #menulis #sastra #fiksi #sejarah
1 note
·
View note
Photo
Aku enggan bercerita tentangku. Tapi toh yang baca sedikit pula. Juga nanti saat kusudah ndak ada, mungkin akan ada yg baca. Jadi aku berusaha mengeluarkan sisi ekstrovert diriku, dan berani bercerita sedikit hal yg kurasakan sedari dulu. Hingga aku sekarang dibilang aneh, dan sedikit gila. Namun tak apa, aku bahagia.
Mari mulai.
Ada beberapa keanehan (yg mungkin ndak nyambung sama bahasan selanjutnya) yg kumiliki saat besar: aku mengingat hal hal random. Aku ingat seprei yang menyelimuti box bayiku saat umurku baru dua bulan. Berwarna biru dengan pattern garis halus, dan beberapa bentuk teddy bear diantara kado kado. Aku ingat tiap rumah sakit tempat ibu melahirkan adik adikku dan berapa lama beliau dirawat. Bukan namanya rumah sakit, tentunya. Hanya bentuknya, dan lantai tempat kamar ibu bersalin. Aku ingat ada ular yang hampir menggigitku dirumah nenek, pada dua kesempatan. Yang satu warna hitam di jendela ruang makan, yang dua warna kuning melilit di bel rumah. Aku ingat boneka pertamaku dan teman temannya. Bahkan saat pertamakali aku merasakan mimpi. Letak kursi, muka monster yang kutemui, sampai dialog yang dibicarakannya. Aku ingat muka adik nenekku yg sudah lama meninggal, yg saat bertemu ku masih sangat bayi. Ibuku pun merasa aneh dengan itu, dan sampai sekarang aku belum menemukan alasan mengapa aku mengingat hal hal tersebut.
— Dulu saat TK, karya seniku pernah ndak eksis karena aku menggambar sawah macam pelangi. Ingat-ndak ingat saat bu guru menegur dan menjelaskan warna padi. Tapi aku tak peduli dan tetap mewarnai sebanyak2nya warna yang ada. Dan akhirnya gambarku dipajang dipinggir (bukan di tengah lagi), lalu aku sedih.
Saat SD, aku pernah di bully oleh anak gemuk bernama Luki. Dia berkali kali mengejek gambarku yang tidak masuk akal, dan kebiasaanku bermain sendirian di kebun buatan dekat container belakang sekolah. Dulu disana kami menanam jagung, dan belajar lukis dan crafting dalam ruangan dari container besar. Sampai pada ujian bahasa Indonesia, Luki meminta contekan dariku. Aku tak kuasa lagi, saat mengumpulkan kertas ujian, kubanting luki sampai dia tersungkur menabrak perpustakaan mini dipojok kelasku. Luki sama kagetnya denganku, dan aku tak tahu darimana datangnya kekuatan itu.
Lalu aku masuk SMP. Kenangan2 buruk akan berani berimajinasi memasang mindsetku, bahwa jika aku menenggelamkan diri dalam pikiran dan imajinasiku, maka aku akan terpojokan oleh manusia di sekitarku. Jadi sejak SMP aku menjadi santri yang patuh. Mengikuti aturan aturan yang ada, menyembunyikan kegatelanku ingin lari2 di padang jemuran (waktu itu pertamakali lihat padang jemuran. Sangking senengnya sampe ga kecium baunya). Menyembunyikan gatelku sama bintang bintang yang terang banget, sama langit subuhnya, sama pattern mukena random yang gerak2 ngantuk pas subuh subuh. Sama tangan ibu ibu dapur yang gempal tapi unyu, sama pohon pohon di cibulan, dan sumur tujuhnya yang aku super kepo tapi gajadi masuk gegara ditakut2ib bakal kesurupan. Sampe satu temen SMPku yang paling rajin produksi cetak iler diatas meja. Ilernya aja bentukannya lain2 setiap istirahat kedua :)
SMP juga, aku mulai baca Agatha Christie, sehingga imajinasiku tersalurkan. Waktu itu buku pertama yg kubaca, judulnya Misteri Pembunuhan Roger Ackroyd, cetakan tahun 90an dan kertasnya sudah menguning. Sejak saat itu aku kecanduan baca buku bunuh membunuh. Jujur, aku sendiri takut mengingat ingatnya. Buku Agatha sudah kubaca 33 biji dari 77. Aku berhenti koleksi saat sudah semester 5. Tetapi ya, biarkan memori itu ada dan membentukku menjadi aku. Anggaplah itu bentuk pelarian karena malu menjadi aku.
Sampai kelas satu Aliyah, Allah mentakdirkanku sekamar sama Ju :)
Awal yang bener2 kuingat, setiap detail kalimatnya. Satu dari dua momen dimana aku akhirnya memutuskan untuk menjadi berani lagi, seperti saat aku masih TK dulu.
— Pertama. Waktu itu mendung, sore sore di lapangan Ali. Aku lihat ju di tengah tengah lapangan duduk tenang, menghadap ke jalan aspal. Aku penasaran, duduk di sebelahnya. Gerimis mulai turun, dan dia tidak beranjak sama sekali, malah mengajakku mengobrol.
Tangannya dibuka mengadah ke atas, diletakkan nyaman diatas dengkulnya yang duduk sila. “Cim, air dari dulu segitu2 aja kan, ya, jumlahnya?” aku bingung dengan pertanyaannya yang random, tapi kujawab saja, “Iya, ju.” Ju tersenyum. “Kan hujan turun, airnya ngelir ke got, got ngalir ke anak sungai, ke sungai, ke muara. Sampai akhirnya ke laut. Habis itu dia nguap ke langit. Terus, sampe penuh. Eh jadi hujan lagi..”
Hujan mulai deras, tapi pembicaraan ini makin menarik. Teman teman berdiri di teras kelas, memperhatikan kami berdua yang duduk digobyos hujan.
“Berarti cim, bisa jadi kan ini air yang kena tangan kita, itu air yang dulu dipakai Nabi Muhammad buat wudhu? Bisa jadi, ini air laut yang terbelah sama tongkat Nabi Musa dulu.. Bisa jadi, air bekas kumurnya Teppei..” Ju tertawa.
“Bisa jadi air dari Jepang, bisa jadi habis dari Jerman dia..”
Ju sibuk berkomat kamit tentang kemungkinan kemungkinan darimana air yang membuat kami basah kuyup itu berasal. Sementara suaranya makin hilang karena kerudung sudah basah dan membuat suara meredup. Tapi kepalaku justru makin cerah. Hilang sudah ragu raguku untuk berkhayal, karena ternyata aku menemukan seorang aju yang tidak akan ragu mendengarkan khayalku, hingga tiga tahun kedepan.
—- Kedua. Dua aliyah. Waktu itu aku sakit dan gabisa masuk kelas (yang ini demam beneran, ga bolos :p). Waktu itu ibu temanku Mawar, sedang nginep dikamar. Beliau Psikolog ahli, yang kerjanya menerima pegawai2 berdasarkan hasil psikologinya. Aku yang capek tidur, mengeluarkan sketchbook ku, dan menggambar pakai pensil warna. (Dua aliyah aku getol sekali gambar tiap jumat. Mandi pagi, wangi, lukis lukis didepan jendela kamar. Sampe Zein suka kaget bangun2 aku udah berlumuran cat air di samping kasurnya). Ibu Mawar melihatku dengan pandangan sesuatu, dan tiba tiba menghampiriku sambil memberi satu bundel kertas. Tes psikologi, judulnya. Ada lebih dari lima lembar. “Dik, mau isi ini tidak? Buat iseng iseng aja. Kamu sedang bosan kan?” Aku ndak enak nolaknya, mengangguk. Ngambil kertas itu, lalu langsung mengisinya tanpa ba bi bu.
Selesai, kuberikan pada Ibu Mawar. Waktu itu jam 1 siang, anak anak baru masuk ke kelas lagi setelah makan. Ibu itu melihatku, kalimat pertamanya sungguh diluar dugaan. “Kamu pernah ya, lihat daun sebagai robot?” Aku kaget, dan kuyakin ibu itu dapat membaca ekspresiku dengan tepat. Terlalu kaget untuk berpura pura biasa saja. “Eh, iya bu.” Kok beliau bisa tahu ya? Pertamakali menginjak Pesantren dan melihat pohon di bunderan asrama wanita, aku sudah membangun robot lumutanku sendiri. Meski sekarang sudah kulupa namanya, dia dulu selalu ku sapa saat Mts, setiapkali aku lewat untuk terima telfon dari Ibu di Pusat Informasi Putri.
“Aku aneh ya, bu?” malu malu aku menunduk, badanku rasanya makin panas. Ibu mawar tersenyum. “Justru, kamu jangan pernah menghilangkan sisi ini dari dirimu, dek. Kamu akan butuh itu, dan akan sangat mungkin berkembang dengan itu. Percaya sama ibu, ndak usah malu..” ingat jelas sekali, duduk di kasur sebrang Wenwen dan aku merasa lega untuk pertama kalinya, bahwa ada ibu berhati baik yang mau mengapresiasi sisi anehku itu. Lalu ibu Mawar bercerita tentang imajinasiku yang seringkali mengambil alih kesadaranku, sehingga kadang2 aku suka malu2 in di saat2 yg kurang tepat. Berekspresi aneh lah, ketawa, nangis, ketakutan di situasi yang tidak pas. Saat rapat, saat baris berbaris, ataupun saat lagi ngaca dikamar. Ibu Mawar memintaku mengontrolnya, tetapi tidak menghilangkannya dari diriku. Kata kata, ekspresi dan obrolan itu, seperti halnya cerita hujan dari Ju, terus terkenang sebagai core memory yang mungkin akan permanen. Karena aku ingat dengan jelas tiap detailnya, ekspresi, dan hawa yg kurasakan saat mengingatnya.
—-
Masa Aliyah banyak sekali momennya, dan disana aku mulai berabi melepas sisiku dengan bebas. Saat aku, ju dan pi merangsek naik ke atap masjid lantai 3 demi melihat sunrise kuningan yg sesuatu banget. Hari itu kami melihat kastil di pinggir bagian tengah gunung ciremai. Literally kastil warna pink, terserah kalian ingin percaya atau tidak. Tapi ternyata terbuat dari awan, aneh, awannya seperti di pahat persiss banget sama kastil. Sungguh, kami bertiga benar benar melihatnya.
Beberapa malam saat kami tiduran di lapangan Ali, nunggu ustad Aan buat ngajar TOEFL. Tidur, ngeliat keatas sampe gasadar ada yg mau musgab terus buru buru lari. Pas main ke lapangan dekat rumah Bu Badiah eh hujan, dan malah sibuk loncat2 di kubangan. Mana loncatan yg paling bikin nyiprat. Pas gambar2 gaje dari Yui sampe aksi2 lingkungan di 20 tahun kedepan. Pas kita mulai berimajinasi mimpi2 itu bisa benar benar terjadi dan kita akan reuni suatu saat nanti hahaha.
—
Saat di jurusan seni, kuliahku, aku menemukan banyak orang orang sepertiku. Yang membahas imajinasi seperti halnya menbahas matakuliah. Semua orang tidak merasa aneh dengan itu, justru asyiknya, ada banyak orang yg tak malu diajak venture. Teman berimajinasi makin banyak, tetapi kemampuannya terkuras habis oleh mata kuliah yang tugasnya tanpa ampun. Sehingga justru beberapa tahun tersebut aku lupa dengan kebiasaan lama, dan pesan Ibu Mawar agar jangan sampai aku kehilangannya. Bahkan saat aku berkesempatan naik gunung berkali kali, bahkan saat aku berkesempatan kecipak kecipuk di sungai air hangat di dataran tinggi. Dia tak kembali saat itu, aku senang namun rasanya tak lengkap sekali.
Kemarin saat pergi ke Tulungrejo, disanalah aku kembali menapak. Pergi ke sawah sendirian, dan mengobrol dengan matahari dan capung sampai aku menangis terisak isak. Kau boleh tertawakan, memang itu adanya. Lalu aku pamit dan pulang. Sejak saat itu, aku menemukan alasan mengapa aku tak boleh kehilangannya. Ia adalah cara aku pergi sejenak dari hiruk pikuk hidup, merefresh diriku sampai menjadi baikan, lalu kembali menjalani realita. Seperti liburan sebentar, ke tempat out of nowhere, lalu kembali lagi dengan mood, kesadaran, dan pemahaman yg lebih baik.
Ternyata disana, bukan aku sendiri saja yang memiliki kebiasaan itu. Ada temanku laki laki, bahkan umurnya 26, dan gemar berbicara dengan embun. Ia menadahkan butiran embun padi ke tanganku dan memintaku merasakannya. Meski tak sebaiknya dalam memahami hal tersebut, namun aku sedikit banyak mengerti. Dan bersyukur, bahwa banyak sekali orang orang sepertiku. Ada yg berani, atau malu, seperti temanku ini. Saat aku dan raisa membawanya ke sawah, dia akhirnya tak dapat menahannya dan lepas. Maklum, reputasinya didepan orang banyak menuntutnya untuk menyembunyikan sisi kanak2nya tersebut.
Banyak sekali diriku melebar berimajinasinya. Yang tadinya hal hal ndak penting, hal hal yang melulu membahagiakanku, sekarang menjadi penerkaan. Ngeliat tukang tambal ban, membayangkan ini itu. Ngeliat mba mba duduk nyender di kereta, menerka ini itu. Ngeliat gedung, berandai andai. Ya, meski jadi lebih crowded pikirannya, tapi Alhamdulillahnya hal hal tersebut membawa pemahaman mengenai Pencipta semesta dan konsep kehidupan meski masih sempit sekali sudut pandangnya. Tapi alhamdulillahnya meski sempit selalu bisa bikin jadi bersyukur dan bersabar. MasyaAllah :“)
—
Kalau dijelaskan akan panjang sekali ini tulisannya. Tapi alhamdulillah tertulis (meski gatau akan dihapus karena malu atau tidak), dan aku banyak berterimakasih pada @ajumariu yang menemaniku berfantasi akan kinerja semesta di masa Aliyah dulu.. Setiap manis pahit bingungnya kujadikan harta karun untuk bekal di masa depan. Bekal untuk merubah my life as it is, jadi my life as it should be. Karena kutau ada banyak hal dan tujuan dari penciptaan kita oleh Allah. Belajar, belajar, belajar :)
Randomly nulis beginian dimalem selasa, saat kukedinginan dan badan tidak sehat. Namun semoga, suatu hari hal ini memberi sudut pandang baru jika kalian ternyata menemukan orang2 yg tidak seperti biasa- atau tidak seperti manusia kebanyakan. Hargailah barang sedikit. Mereka sudah jujur mau jadi diri sendiri, rather than those who get exhausted following the changing trend :)
Yah keasikan dan ndak abis2 deh wkwk thx xoxo so sorry for this boring stuff :”
5 notes
·
View notes
Text
بسم الله الرحمن الرحيم Eser: Quran, İncil, Hadis, Mektubatı Rabbani, @diwanairfan Havass: Alim ismi ve Hıdır Sırrı Meknun; Nüzulde 20. Hurufu Mukattaat; 43Zuhruf1: HM حٰمٓ Açılımı حم: حديث محمد HM: Hedîs Muhemmed Mecrun: İsrail oğullarının Nebileri gibi olan ümmetin alimleri. * UlamaiUmmet www.4hm20.tumblr.com Son Güncelleme 11 Kasım 2019 16:53√ Musa ✓Harun Yuşa Samuel ✓Davud ✓Süleyman ✓Yunus ✓İlyas ✓Üzeyr ✓Zekeriya ✓Yahya ✓İsa. * Hadis/Ebi Davud: Æulemae weresetu'l-enbiyai الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْاَنْبِيَاءِ Alimler Nebilerin varisidir. Æulema ummetî keenbiyai benî israîl عُلَمَاء اُمَّتٖى كَاَنْبِيَاءِ بَنٖى اِسْرَائٖيل Ümmetimin Alimleri İsrail oğullarının Nebileri gibidir. * Ümmetin Alimleri Beni İsrailin Nebileri, Bu hadisin uydurma olduğunu iddia edenler de hadis inkarcıları gibidir. Quran'da Beni İsrail Nebileri var mı?: Var. Ümmetin Alimleri onlar gibi midir? Evet. Öyleyse bu hadis sahih ve kaynağı Quran'dır. Hakikat bu. * Ey İnkarcılar ve uydurmacılar! Hadiste "Keenbiya=Nebiler gibi" deniliyor. Dört Halife Davud gibi halife değiller mi? Hüseyin, Yahya gibi Seyyid ve Şehid değil mi? İster inkar edin, ister uydurma deyin. İster inanın ister inanmayın bu hadisin kaynağı Quran'dır. Hakikat bu. * Ey ümnetin cühelası olan inkarcılar ve uydurmacılar! Neyi inkar ediyor, neye uydurma diyorsunuz?: Bu iki hadisteki tek farklı kelime "Varis ve Gibi" kelimeleridir. Quran'da Adem Halifedir. Davud da Halife. Yani Davud Ademe varis. Dört Halife Ademe ve Davuda varis. Hem Davud gibi halifeler. Bu hakikat. * Quran'ın hakiki müfessiri Resulüllah ve hakiki tefsiri onun hadisleridir. Öyleyse Hadislerin kaynağı Quran'dır. ... * UlemaiÜmmet, Harun gibi Vezirdir: (25Q35: Andolsun biz Musaya kitabı verdik ve onun yanında kardeşi harunu vezir yaptık.) Seyyid Kadri @diwanairfan #10d5: Emirim kah müşirim ben vezirim. Harun Musa yanında; Seyyid Kadri Şahı Nur, Resulüllah yanında vezir. * UlemaiÜmmet, Samuel gibidir? * UlemaiÜmmet, Davud gibi Halifedir: EbuBekir-Ömer-Osman-Ali-Hasan/Mehdi. (38Q26: يَا دَاوُدُ اِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلٖيفَةً فِى الْاَرْضِ Ey Davud! Biz seni yerde Halife yaptık.) Hadis/Ebi Davud: خِلَافَةُ النُّبُوَّةِ ثَلَاثُونَ سَنَةً Nübuvvet hilafeti otuz senedir. * UlemaiÜmmet, Süleyman gibi Kitab/Dîwan başında ب B harfi/ Nokta ilmi ve İsmullah الله Allah ile başlar: (27Q30: بسم الله الرحمن الرحيم Bismillahi'r-Rehmani'r-Rehîm) Hz. Ali Celcelut'1: بدات ببسم الله Bede'tu BiBismillah Seyyid Kadri @diwanairfan #1d1: بحمد الله Bihemdillah. www.noktailmi.tumblr.com * UlemaiÜmmet, Yunus gibi bahr hali yaşar: (37Q140-146: ...Kura oku çekti kaydırılanlardan oldu... 31Q88: Ona icabet ettik ve onu gamdan kurtardık ve işte biz müminleri kurtarırız.) Ustad @diwanairfan #31d4; Bahr ile yunusu mahi Ahmed gibi olsun hami Kurtasın beni gönül bahrinden. * UlemaiÜmmet, İlyaslar-İlyas gibi-dir: (37Q130: سَلَامُ عَلٰٓى اِلْ يَاسٖينَ İlyaslar üzerine selam) Ustad @diwanairfan #48d7: Hıdır ile beraber ilyas gibi oturulan yeri yeşil…ederim. İmamı Rabbani 282. Mektub: Sabâh vakti toplanmışdık. İlyas ile Hızır rûhânî şekllerde geldiler. www.32elm25.tumblr.com * UlemaiÜmmet, İlahi kitabı yeniden yazdırmada Üzeyr gibidir: "Ümmetimin Uleması Beni İsrailin Nebileri gibidir" Hadisi, Quran'ı yeniden yazdıran Osmanın Beni İsrailin Nebisi gibi, Tevratı yeniden yazan Üzeyrin Beni İsrailin Nebisi ve 30 Peygamberden biri olduğunu isbat eder. www.31elm15.tumblr.com * UlemaiÜmmet, basedilmede Üzeyr gibidir: (2Q259: Allah onu öldürdü yüz yıl sonra basetti.) Hadis: Allah her yüz senenin başında bu ümmete din mücedddidi baseder. Hz. Ali Cafer Buhari Eşari Gazali Geylani Mevlana Nakşibend Fatih Suyuti Rabbani Dehlevi Halid Şahı Nur Tayyib Mehdi. www.muceddid.tumblr.com * UlemaiÜmmet, melekler tarafından müjdelenen Zekeriya gibidir: (3Q39: o mihrabda namazı ikame ederken, melekler ona nida ettiler: Allah seni Yahya ile müjdeler) Ustad @diwanairfan #35d9: Dediler selamun aminler Merheba ey bi zakirler Ne mutlu size ey aşıklar Müjde size ey amiller. * UlemaiÜmmet, Yahya gibi Seyyid ve başı kesilen Şehiddir: (3Q39: Allah seni Yahya ile müjdeler: Seyyiddir. 2Q91: önceden niye Allahın nebilerini katlediyordunuz) Seyyid Kadri @diwanairfan #45d6: Kerbela şehidi şahı hüseyin. #8d7: Ben kanı dökülmüş şehidim Kuş gibi başı kesilmişim. * Babasız doğan, Beşikte iken konuşan, Öldürülmeyip semaya kaldırılan İsa bir sonraki (16.) asırda yere inip evlenecektir. Bu konularda UlemaiÜmmet'ten İsa gibi olan yok ama Hıristiyanlar İsa'yı İlah edindikleri gibi İshaki ve Nusayriler de Ali'yi / 12 İmamı İlah edindiler. * UlemaiÜmmet, İsa gibi kendisine semadan sofra iner: (5Q114: Rabbimiz semadan üzerimize bir sofra indir. Bizim, önce ve sonrakiler için bayram ve senden mucize olsun.) Rivâyete göre İmam-ı Azam Ebû Hanîfe, duâ etti ve kendisine semâdan bir sofra indi⤵ http://www.haznevi.net/islam-kulturu/keramete-itiraz.html * UlemaiÜmmet, İlyas ile buluşmada İsa gibidir: [İncil/Markos 9:4: O anda Musa'yla İlyas öğrencilere göründü. İsa'yla konuşuyorlardı. İmamı Rabbani 282. Mektub: Sabâh vakti toplanmışdık. İlyas ile Hızır rûhânî şekllerde geldiler. * UlemaiÜmmet, su üzerinde yürümede İsa gibidir: [İncil/Matta 14:25: Sabaha karşı İsa, gölün üstünde yürüyerek onlara yaklaştı.] İmamı Rabbani 216. Mektub: ...Habîb-i Acemî, gemiyi beklemeyip, su üzerinden yürüyüp karşıya geçdi. Hasen-i Basrî ise, gemiyi beklemede kaldı... * UlemaiÜmmet, İsa gibi ölüyü çıkarır/diriltir: 5Q110-Allah: Benim iznimle ölüyü çıkarıyordun. 3Q49-İsa: Allahın izniyle ölüyü diriltirim. Ustad @diwanairfan #4d1: "Şahım hüsam büyük bir bedir Çürümüş kemiği diriltir." Ustad Seyyid Kadri de Maraşta asker oğlunu kabirden diriltti. * UlemaiÜmmet, İsa nefestir?: (5Q110: Ve hani iznim ile çamurdan kuş heyeti gibi yaratıp onda üfleyince iznim ile kuş oluyordu.) Seyyid Kadri @diwanairfan #30d18: Onun için ki o İsa nefes oldum. #51d6: Şiirimizin doğuşunda ben İsa himmet nefes. #33d7: Hani o İsa nefes> Şahı Nur. www.SahiNur.tumblr.com * UlemaiÜmmet, 61Q6'da Resulüllahı müjdeleyen misak Nebisi İsa gibi müjdeler: İmamı Rabbani 260. Mektubun sonunda Seyyid Kadri'yi müjdeleiştir: Kutb-i İrşâd, kemâlât-ı ferdiyyeye de mâlikdir. Çokaz bulunur. Asrlardan, çok uzun zemân sonra, böyle bir cevher dünyâya gelir. www.Mektubat260.tumblr.com * .
0 notes