#usai cuti
Explore tagged Tumblr posts
Text
Usai Cuti, Benyamin-Pilar Siap Laksanakan Arahan Pj Gubernur Banten Soal Jaga Stabilitas Jelang Pilkada 2024
Banten – Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar menyaksikan serah terima pelaksanaan tugas dari Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Tabrani, kepada Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie dan Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichan, di Gedung Utama Balai Kota Tangsel, Minggu (24/11/2024). Dalam kesempatan tersebut Al Muktabar mengamanatkan untuk melaksanakan…
#Ben-Pilar#Benyamin-Pilar#Kota Tangsel#Pilkada#Pilkada 2024#pj al muktabar#Pj Gubernur Banten#serah terima#serah terima pelaksana tugas walikota tangsel#serah terima pjs walikota tangsel#Tangsel#usai cuti
0 notes
Text
Day 12 - A song you like with a person's name in the title
Wah kalo person's name in the title lagu2 the beatles pabalatak, cuma bosen ya beatles mulu ah coba kucari yg lain hahaha
Ah finally ada copeland jugaaak~
Pas bgt lagu manis ini uwuww, When Paula Sparks. Dulu aku namain akun Tumblr aku terinspirasi dari judul ini haha When blablabla Sparks gitu lupa deh sebelum diganti.
Lagunya tentang pasangan yg saling kangen inimah keknyah. Saling haus perhatian~
Sleep now sweet princess, i'll cheer for you silently and carefully not to disturb~ and i'll be ready on that evening when you're starved for my attention~
And you'll say, you'll say~
Wait now prince, there's a brilliant sky above and a jealous moon in love and they are starved for our attention~
Manis ya manggilnya princess dan prince.. Eaa~ si prince ini ngingetin aku sama suamiku kalo lagi kelonin biar aku tidur, menyemangati dalam diam dan hati2 utk ngga terganggu biar nyenyak. Soalnya kalo kebangun si princess suka rdt, si prince nu katempuhan hahaha mau romantis teh tertampar realita deui. Ah pokonya mah suamiku juara, ngusap2 rambutku (biar cpt tidur) yg belom keramas 3 hari yg aku sendiri ogah megangnya wkwk. Lovvv ayang!
Piluuuu bgt lagu ini, kusuka bgt lagu ini huhu. I luv Death Cab For Cutie!
And i looked around, and all the eyes on the ground as the TV entertained itself.. 'cause there's no comfort in the waiting room' Just nervous pacers bracing for bad news.. The the nurse comes around and everybody lifts their head. But i'm thinking of What Sarah Said.. 'Love is watching someone die'
Tiap kata2, kalimat semuanya udah aku alamin. Setting rumah sakit dgn situasi seperti itu. Org yg kita cinta sakit keras yg sudah ngga ada harapan hidup. Haaaaa sedihhhhh
Myuzik shoegaze yg masuk ditelingaku wkwk. Satu2nya yg kusuka, Alison~ i'm sinking~
My Name is Jonas lagu dari Blue album (ter fav album inimah). Waktu konser di Jkt ini masuk setlist, yaiya atuh kan special Blue Album mah smuanya dibawain from start to finish!
My Name is Jonas.. I'm carrying the wheel~
Ini lagu enakeun ternyata tentang suicide.. Gustiii! Liriknya jg meni depressed bgt :(
Ay luv lagu ini, album pertamanya SO7 dan inipun salah satu yg ada vclipnya, kalogasalah setelah "Kita", "JAP" baru ini.
Beranjak melentik kakakku Rani yang cantik~ jadikan masa depanmu menarik~
Lagu Kirana yaampun ternyata lagunya wkt kelas 3 SD kalogasalah, dengerinnya kudu mantengin TV di Delta (deratan lagu terbaik) RCTI atau di BMI (bursa musik indonesia) di ANTV, skrg tinggal ketik lagu tap di Spotify sungguh mudah.. Trus dulumah ngga paham liriknya msh bocillll
Kirana jamah aku jamahlah rinduku Tak akan pernah usai cintaku padamu Hanya kata yang lugas yang kini tersisa Kuingin rasakan cinta......
Monmaap ada 7 lagu, ini segini yg keinget dan fav semuaaaaa
4 notes
·
View notes
Text
Hari itu pun tiba, ssbuah hari yang saya pun sangat speechless bisa melewatinya. Saya tak menyangka bisa hadir setelah kegalauan panjang untuk izin menolak dinas keluar kota atau cuti di hari H. Allah maha baik, kata sahabat saya.
Beberapa hal akan disesali ketika hari itu tiba, termasuk segala persiapan yang minim. Muncullah kalimat-kalimat "kalau saja mempersiapkan lebih baik lagi, sepertinya akan bisa". Qadarullah.
Usai ujian, meskipun hasil tidak sesuai harapan, mencoba menata hati. terima kasih telah berani untuk mencoba, berjuang, berdoa, dan berusaha yang terbaik. Barangkali ada hal baik yang telah disiapkan tapi bukan disini atau diwaktu yang akan datang..
Semangat berjuang kembali, ya!
- Ahad, 12 November 2022 -
2 notes
·
View notes
Text
Every answer is based on my personal preference so it is factually correct
7 notes
·
View notes
Text
Benyamin Tekankan ASN Jaga Independensi Jelang Pilkada 2024, Saat Pimpin Apel Pasca Cuti
sinargunung.com, Tangsel | Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie kembali memimpin apel usai Cuti di Luar Tanggungan Negara (CLTN). Apel pagi yang diikuti seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Tangsel digelar di Plaza Puspemkot Tangsel, pada Senin (25/11/2024). Dalam amanatnya, Benyamin menekankan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk…
0 notes
Text
Hari Guru, Bupati Kebumen Upayakan Perbanyak Beasiswa
KEBUMEN, Kebumen24.com – Di hari pertama usai cuti kampanye Pilkada, Bupati Kebumen Arif Sugiyanto kembali melaksanakan tugas kedinasan. Kali pada Senin 25 November 2024, ia memimpin pelaksanaan upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN). Upacara berlangsung di halaman Pendopo Kabumian. Continue reading Hari Guru, Bupati Kebumen Upayakan Perbanyak Beasiswa
0 notes
Text
Pimpin Apel Pasca Cuti, Wali Kota Benyamin Davnie Tekankan ASN di Lingkup Pemkot Tangsel untuk Bersikap Netral di Pilkada 2024
Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie kembali memimpin apel usai Cuti di Luar Tanggungan Negara (CLTN). Apel pagi yang diikuti seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Tangsel digelar di Plaza Puspemkot Tangsel, pada Senin (25/11/2024). Dalam amanatnya, Benyamin menekankan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk bersikap netral jelang…
#Banten#Benyamin#Benyamin Davnie#Kota Tangerang Selatan#Kota Tangsel#Pemkot Tangsel#Tangerang Selatan#Tangsel
0 notes
Text
Single Dad.
002 — Sakit.
.
.
.
Nirnyata.
Family/drama plus comedy with NSFW kind of jokes.
.
.
.
Sekian dan tolong jangan lupa feedback kalau gak mau ngasih feedback, kudoain semoga jempolnya minimal keplitek deh.
Terima kasih, selamat membaca!
…
Single Dad,
002 — Sakit.
…
DIBILANG sukses menjadi orang tua tunggal selama dua bulan terakhir, Satria bisa mengatakan ia belum begitu sukses.
Ada kalanya ia harus kelelahan karna harus paham Dhava itu tak selamanya bisa tenang, bayi yang sekarang bobotnya bertambah macam roti sobek karna tangan juga kakinya banyak sekali lemak ini juga bisa rewel.
Terutama disaat Satria pulang lebih lama dari jam biasanya.
Itu akan membuat Dhava jadi sering menangis, meski Theia juga Tiffany berusaha menenangkannya dengan lembut.
Bahkan Shamira juga Shaleena juga turut serta untuk membantu bayi yang pipi juga perutnya bundar ini lebih tenang.
Meski ujungnya, Shaleena nanti menangis juga.
Sekarang.
Dhava sudah rapih dan dirinya aka ayah tunggal dari si bayi yang sudah mulai dirasa makin berat ini, hendak melakukan imunisasi rutin.
“BANG SAAAAAAAAATTTTT!”
Oh, Satria mendengus sebal karna mendengar bagaimana Danny memanggil namanya dengan panggilan yang menyebalkan.
Untung Dhava terlelap usai dipakaikan baju lucu.
Coba anaknya bangun?
Astaga, dirinya bisa menampar kepala Danny dengan keras nanti menggunakan bass atau gitar yang ada diruang tengah.
Padahal sengaja ia ambil cuti sehari demi ketenangan, tapi agaknya percuma, mengingat dirinya bernaung dalam perusahaan keluarga yang memang dikelola oleh kawannya sendiri.
Satria tak menyahut, ia lebih mengangkat Dhava dengan hati-hati dalam gendongannya dan memastikan semua yang ia harus bawa sudah dalam tas bayi milik sang buah hati yang berwarna putih itu.
Dirinya—Satria menatap keluar pintu.
Rumahnya sudah terisi oleh ketiga kawan dekatnya yang sengaja ikut ambil cuti, katanya mau menemani Satria membawa Dhava imunisasi, mereka sudah berisik dari siang.
Entah apa yang mereka katakan kepada atasan (kecuali Brian yang memang kadang semaunya) untuk pergi lebih awal.
“Duh, gini amat temenan sama satwa liar.”
Guman Satria pelan sebelum menatap Dhava yang asyik memejamkan mata karna memang sudah mengantuk semenjak mandi tadi, “Sabar ya, sayang, ayah emang kayaknya salah milih temen.”
Dikecupnya beberapa kali pipi Dhava yang mulai makin berisi itu.
Ini berkat susu formula yang cocok.
Diimbangi dengan berbagai situasi yang membuat bayinya bahagia, meski, Satria tak tahu; tak yakin kalau Dhavanya benar-benar begitu bahagia.
“Berangkat sekarang aja ya, nak, kalau makin lama nanti makin bertingkah mereka semua,”
Meski tak ingin dikawal oleh ketiga kawannya itu, Satria tak bisa memungkiri dirinya tak bisa membawa Dhava sendirian; apalagi nanti harus berjibaku dengan mendengar tangisannya sang buah hati.
Yang ada dirinya menangis juga.
Sama seperti bulan pertama, imunisasi pertama buat sang buah hati.
Ia menangis didepan sang dokter yang mengimunisasi anaknya itu, tapi, untungnya sih dokter tersebut tak mengoloknya.
Cuma tersenyum seraya menguatkan.
“Semoga gak nangis lagi ayahnya ya, Dhav, malu nanti diledek sama beruk kayak mereka.” Lanjut Satria pelan, “Kamu jangan nangis ya?”
Dengan langkah tegapnya itu dan tampak begitu lebar.
Satria akhirnya keluar dari kamar untuk segera membawa putri kecilnya dengan hati yang bimbang, karna takut menangis juga khawatir dengan bagaimana jarum suntik akan membuat Dhavanya menjerit.
Ya, semoga saja dengan hadirnya ketiga kawannya ini; ia jadi tak begitu cengeng perihal satu ini.
“Bang Sat ngapain sih? Lama banget kayaknya makein baju anak gue,”
“Sabar njir,”
“Tau, nanti kalo cepet-cepet trus keseleo si Dhava gimana anjir? Lu pikir anak kita boneka apa?”
William yang ada ditengah-tengah dua orang kawannya itu cuma bisa meringis, tapi kemudian, melompat senang karna akhirnya melihat Satria menuruni tangga dengan membawa Dhava dalam baby wrap yang digunakannya.
Ia melebarkan senyumannya, “Udah bang?”
Pertanyaannya itu membuat Danny juga Brian turut berdiri dan tersenyum girang atas kedatangannya Satria, mungkin, lebih ke Dhava sih.
Satria sendiri mengangguk dan menatap ketiga kawannya, “Rumah udah dicek semua?”
“Udah, yang gak ada ‘kan si Nina doang.”
Celetukan asal dari Danny itu langsung mendapatkan tepukan pada kepala juga punggung, yang tentu dilakukan oleh Brian juga William secara bersamaan.
“Kalo ngomong!”
Danny meringis tapi memasang tampang watadosnya, “Ya, emang gak ada ‘kan dia?”
Itu membuat Satria menggusap punggungnya Dhava pelan seraya merotasi bola matanya malas, ini nih kalau punya teman yang hobi sekali bunyi tapi gak pernah mikir.
“Udah ayo pergi,”
Ajak Satria yang mendahului mereka, selagi, William justru ke dapur; memastikan kalau tak ada kompor atau microwave yang menyala.
Brian juga Danny sibuk dorong-dorongan untuk berjalan dibelakang Satria.
Mereka berdua mau melihat wajahnya Dhava yang kiranya bisa mereka intip dari balik punggung kawannya yang satu ini.
“O-om!”
Suara pekikan dari Shaleena itu menghentikan aksi sekumpulan lanang dewasa ini untuk bergegas ke mobil, kepala mereka sama-sama menoleh dengan cepat.
Dan, menyadari kalau Shaleena yang rapih dengan balutan jumper juga rambut pendek macam nanas ini sudah menunggu mereka.
Itu membuat Danny, Brian, Satria apalagi William jadi terkekeh geli.
“Adek mau ikut katanya, om,”
Shamira yang memang bertugas menjaga adiknya itu untuk tak berlarian kemana pun, bersuara, membuat pandangan Satria jadi melembut.
Apalagi saat melihat betapa antusiasnya Shaleena untuk turut serta.
“Emang Shal gak takut ketemu dokter?”
Brian yang bertanya, bahkan sampai menghampiri si bocah berusia setahun lebih dua bulan ini dengan berjongkok dihadapannya untuk menyetarakan pandangan mereka, “Nanti ketemu banyak dokter lho?”
Katanya mengingatkan—bukan menakuti si bocah.
“Itut.”
Bocah dengan rambut lebat macam nanas ini bersikukuh, “De, itut.” Katanya menyeru seraya menunjuk Dhava yang masih berada dalam gendongannya Satria.
Shamira sendiri mengedikan bahunya saat bertatapan dengan Brian; seolah membiarkan.
“Kata mama sama ibu boleh kok,”
Perkataan itu belum tuntas tapi mereka semua, bisa mendengar bagaimana suara heels bergema dijalan setapak yang memang baru dibuat oleh Brian.
Ia, oldmoney satu itu katanya gamau membuat Satria riweuh dengan harus mengitari pagar; dan juga mendapat izin dari keluarga Artawijaya untuk membuat jalan tikus antar rumah mereka berdua supaya lebih cepat.
“Shal juga mau cek up kok!”
Tiffany bersuara dengan semangat; penampilannya yang kelihatan juga sudah rapih.
Berbalutkan gaun sundress berwarna kuning, “Kebetulan harinya sama,”
Itu membuat keempat orang dewasa ini saling menatap tapi bernafas lega; setidaknya, kalau mereka semua menangis akibat Dhava disuntik bisa meminta Tiffany yang mengambil alih, bukan?
“Mbak Theianya, mbak?”
Satria bertanya karna tak melihat dimana sosok Artawijaya yang menjadi kepala keluarga itu.
“Udah dirumah sakit duluan, dia ‘kan meeting diluar hari ini,”
William menatap Shamira dengan cengiran lebar, “Kakak Mira mau semobil sama siapa? Om Wil apa om Danny?”
Bocah yang sudah masuk sekolah dasar dan berwajah paling rupawan diantara para anak sd ini menunjuk Satria tanpa berpikir.
“Om Tri,” katanya santai dan lebih leluasa karna biasanya bermusuhan dengan tiga orang dewasa yang merupakan teman dekatnya Satria, “Mama sama aku, Shal, juga Dhava sama om Tri pokoknya.”
Pungkasan itu membuat Brian patah hati.
Ia yang sengaja membawa mobil lebih bisa memuat orang lebih banyak, malah tak dipilih.
Dan, Danny menepuk pela bahunya Brian seraya tertawa.
“Aura keplayboyanmu itu gak ngaruh, bang, sama bocil yang gak demen sama lanangan.”
Pft.
Satria sih biasa saja tapi tetap tertawa usai mengajak Shaleena untuk memasuki mobilnya yang terparkir disebelah mobil SUVnya Brian itu, Tiffany sendiri menggelengkan kepalanya dengan geli.
Tapi tak turut menjawab, mungkin kalau ada Theia bisa jadi Brian yang dihabisi untuk dibully.
Sayangnya sih sekarang tidak ada.
William sendiri mendorong tubuhnya Brian untuk segera masuk ke dalam mobil SUV keluaran baru itu, “Udah tua, gacocok buat ngambekin bocil.” Katanya seraya tertawa.
Danny malah makin puas menertawakan bagaimana jeleknya ekspresi Brian saat Shaleena melambai kepadanya.
Astaga.
Siapa yang bocah sekarang? Brian atau balita berusia 14 bulan itu?
…
Single Dad,
002 — Sakit.
…
Dokter dengan nametag Jasmine Angkara itu tampak membiarkan banyak orang masuk ke dalam ruangannya.
Padahal yang diperiksa cuma dua balita; satu berusia tiga bulan dan satu lagi setahun lebih, tapi yang mengantarkannya macam tengah mau menyaksikan pertandingan sepak bola.
Agak menggelikan sih.
Tapi Jasmine, dokter ini, cuma bisa terkekeh saja saat salah satu perawat atau asistennya itu keheranan.
“Emangnya gak apa kalau serame begini, dok?”
Pertanyaan dengan nada berbisik itu membuat Jasmine tertawa, “Ya, gimana lagi? Dari umur sebulan kemarin juga, si adek Dhava ini dianter banyak orang.” Katanya pelan.
Itu tak membuat sosok perawat ini menampik sih; karna memang benar adanya.
Bahkan saat mereka mau bersiap untuk pulang.
Sosok yang kelihatan paling cemas padahal Satria—ayahnya Dhava saja biasa saja, itu sampai datang dan meminta waktunya Jasmine untuk berkonsultasi.
Bersikap bagai orang tua sebelahnya Dhava, meski, Satria sudah berkali-kali bertanya.
Yang diantar malah masih sibuk tertidur.
Ruangannya cukup dingin, jadi, Dhava sibuk terlelap tanpa gangguan karna William mengingatkan Danny juga Brian agar tak berdebat jika tak mau dilempar keluar oleh Satria atau dokter.
“Nanti kalau Dhavanya demam itu reaksi biasa ya, pak,”
Jasmine mengingatkan, “Gausah panik atau sibuk sendiri kesana-kemari, kalau panasnya belum turun tiga hari, baru pak Satria kemari lagi.”
Satria mengangguk kaku dan jujur saja itu membuat Shamira juga kedua ibu-mamanya menahan tertawaan.
Karna begitu lucu wajah Satria yang mendadak kaku itu.
Shaleena sendiri sibuk.
Bocah yang baru dikuncir ala apple hair oleh Satria itu, mondar-mandir mengecek satu ruangan dokter yang mendadak dipenuhi banyak orang ini.
“Dhavanya mau dibaringkan aja atau digendong, pak?”
Nah, ini.
Satria merasa jantungnya berdebar tak karuan karna anaknya akan mendapatkan suntikan.
Jangankan Satria, ketiga lanang dewasa yang sekiranya berwajah garang dengan badan besar itu mendadak tegang karna ungkapan yang baru dilontarkan oleh Jasmine.
Ini membuat perawat juga para wanita yang hadir disini jadi menahan tawanya.
Kecuali Jasmine yang mengulum senyum.
Satria melemparkan pandangannya kedua orang wanita yang belakang membantunya untuk mengurus Dhava itu, memelaskan wajah dan ekspresinya mengatakan kalau dia butuh dibantu.
Theia juga Tiffany langsung menyemburkan tawanya karna melihat ekspresinya Satria.
Alhasil, Theia yang maju.
Dan mengambil alih Dhava dari gendongannya Satria, “Mau ngeliat Dhava disuntik apa keluar?”
Pertanyaan itu serempak membuat keempat lanang dengan badan besar mereka ini angkat kaki, tak kuat rasanya kalau sampai mendengarkan Dhava nanti menjerit atau kesakitan.
Mereka memang cupu.
Shamira menggelengkan kepalanya atas tingkah dari empat orang yang kiranya lebih muda dari orang tuanya sendiri tersebut secara prihatin, “Kasihan, badan doang pada besar tapi takut suntikan.”
Pft.
Tiffany juga perawat yang membantu Jasmine sampai terbahak geli dengan penuturan bocah satu ini.
…
Single dad,
002 — Sakit.
…
“Emang harus ya diimunisasi begini?”
Brian bertanya dengan wajah muram karna Dhava tak berhenti menangis semenjak pulang dari rumah sakit, bekas suntikannya tak sengaja dua kali tertekan oleh gendongan.
Jadi, bayi ini tak henti-hentinya menangis meski tak meraung-meraung.
Tapi tetap saja.
Bagi dirinya juga ketiga kawannya itu mendengarkan Dhava menangis begini, mereka jadi berlinangan air mata.
Tiffany bahkan harus membantu Satria menenangkan diri, sebab ayahnya Dhava itu menangis bahkan nyaris sama kencangnya dengan si bayi saat tak sengaja membuat anaknya menangis lagi usai berhasil ditenangkan.
Untung Theia yang sekarang menggendong.
Danny dan William saja begitu suram karna tak mau, tak tega lebih tepatnya dengan bagaimana suara tangisannya Dhava.
“Mama bilang kalau gampang sakitnya kalau gak dikasih imunisasi,” Shamira bersuara, “Emangnya om mau lihat Dhava pulang pergi ke rumah sakit terus?”
Brian meringis mendengarkan bocah satu itu menasehatinya.
Satria masih sesunggukan karna tangisannya Dhava tak berhenti, Shaleena kebetulan ketiduran jadi bocah aktif itu sibuk dengan alam bawah sadarnya.
“Bukan salah kamu, Tri, bukan udah jangan nangis nanti si Dhava malah makin nangis gara-gara ayahnya nangis.”
Tiffany sebenarnya mau tertawa tapi merasa kasihan juga.
Apalagi Satria sampai pilek karna terlalu sibuk menangisi anaknya yang juga menangis karna dirinya yang terlalu ceroboh itu, “Kak, tolong dong ambilin ibu susu yang tadi direheat sama mama.”
Titahan dari Theia itu justru dilakukan oleh William dengan wajah yang masih kepalang sedih.
Shamira cuma bisa menggeleng saja.
Tak habis pikir dengan para lanang yang katanya jago berkelahi ini.
Masa bayi yang disuntik mereka semua yang mendadak mau menangis, mana tadi dirumah sakit Brian juga turut menangis bersama Satria karna mendengar jeritannya Dhava yang kelihatan kaget dengan jarum suntik itu.
Barulah, setelah dot berisi susu mampir dimulutnya si bayi.
Bayi ini berangsur-angsur tenang.
Selagi, para lanang yang berusia nyaris 30tahunan tersebut kelihatan begitu nelangsa dengan kejadian hari ini.
“Gak enak ternyata ya punya bayi,”
Celetukan dari mulut Danny itu membuat Theia juga Tiffany tertawa.
Sementara Satria langsung menepuk kepala bagian belakangnya Danny dengan pelan, “Sembarangan!”
“Kasihan ege, bang, nangis kayak gitu pas mau disuntik. Emangnya gabisa apa kalo sakitnya ditransfer ke emaknya lagi aja kayak waktu si Nina ini ngelahirin? Dia keenakan noh gak pake sakit ngedengerin tangisannya Dhava,”
“Tau ya,”
William dan Satria cuma bisa menepuk kening mereka dengan pelan, sedangkan, Tiffany juga Theia hanya bisa tertawa saja.
Berbeda dengan Shamira yang tampak menatap keduanya dengan, heran.
Atau, mungkin agak julid?
.
.
.
Jasmine Angkara
.
.
.
To be continue.
0 notes
Text
Nyaman dan terjangkau, kereta cepat kian digemari wisatawan di China
Ketika liburan Festival Pertengahan Musim Gugur baru saja usai, Wang, seorang warga yang tinggal di Shanghai, harus mengambil cuti tambahan guna mengunjungi keluarganya di Provinsi Jiangsu karena kesulitan mendapatkan tiket kereta.
𝐁𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 : Klik disini
0 notes
Text
Bagaimana cara kamu agar dapat perizinan cuti sementara?
Kami hanya memberikan waktu untuk cuti pendek selama 3 hari.
Dan untuk cuti panjang selama 5 hari, yang hanya bisa diberikan maksimal 2 kali hiatus dalam 35 hari.
Harap konfirmasi 1×24 melalui DM base, jika masa perizinan telah usai.
0 notes
Text
REGULATIONS.
Satu kepala buat satu akun, kecuali kalau lu punya banyak kepala boleh deh pegang dua.
Maaf kalau belum bisa menerima lu apa adanya tapi di sini cuma boleh pakai karakter 2D minimal sudah 18 tahun dan punya SIM (surat izin memakai face claim), asal bukan furry biar markas nggak jadi penangkaran satwa liar.
Minimal tweets buat hari pertama 50 kayak biasa, sisanya 35 aja. Nggak militer sumpah, cuma kalau lagi nggak bisa ikutin agendanya harus izin dulu sama ketua. Yang nggak boleh itu ambil cuti, sudah tau kan markas kita ini beroperasi berapa hari?
Boleh pengkiin temen lu asal bukan pengkiin ketua, agenda ganti muka tunggu diumumin nanti usai jeda.
Jam NSFW sesuai shift malam dari jam 10 sampai jam 5, tapi tetap ingat kenyamanan yang lain dan berperilaku sebatas wajar. Behave, kitten.
Dilarang berinteraksi dengan outsider dan bertukar informasi apalagi sampai bertukar akun pribadi antar penulis. Tahan, yang itu tunggu nanti aja habis www.
Izin penggunaan FANART perlu diperhatikan, cantumkan credit di caption, bukan ALT, dan jangan REPOST fotonya ya gan, ntar lutut ketua gemetar.
0 notes
Text
Ramalan Jodoh Awan #2
Sudahlah Awan tidak ingin terlalu pusing memikirkan perihal jodoh. Ia memilih melanjutkan aktivitas belanja sebagaimana mestinya. Setidaknya ia bisa melarikan diri sejenak dari perkumpulan keluarga yang entah bagaimana tahun ini terasa sangat menyudutkan dirinya yang mencecar perihal pasangan dan pernikahahan.
___________
Seminggu berlalu, cuti hari raya telah usai. Kembali pada rutinitas seperti biasa yang seolah masuk sekolah, yang bekerja kembali bekerja. Sama halnya dengan Awan, kembali pada aktivitasnya sebagai seorang designer terkhusus wedding dress yang sebenarnya sejak hari raya ketigapun ia sudah mencuri waktu fitting dengan para brides yang akan melangsungkan pernikahan mereka.
Senin pagi ini cuaca terlihat begitu cerah tak ada awan yang menutupi matahari sehingga dapat bersinar dengan terang, Awan baru saja menyelesaikan fitting baju bersama salah satu bride yang jauh-jauh datang dari luar kota menempuh penerbangan selama tiga jam oleh karena itu Awan juga harus merelakan untuk melupakan sarapan. Saat melihat arlogi yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah menunjukkan pukul 11, bukan lagi jadwal sarapan tetapi makan siang, sembari scroll social media mencari destinasi terdekat untuk makan siang kali ini walaupun ia terasa enggan untuk pergi sendiri, jadi memutuskan untuk menikmati bersandar pada sofa ruangan tersebut sebelum ia memutuskan makan siang atau langsung kembali ke gallery.
"Sa, kali ini gua nunggu aja di sini, ya. Gua capek ngikutin Lo terus." Bersamaan dengan suara tersebut yang ditangkap oleh indera pendengarannya, sofa panjang itu terasa diduduki seseorang di ujung sana.
"Parah banget, sih. Kurang olahraga jadi gitu, baru juga keliling berapa toko udah capek. Yaudah, deh jangan tidur tapi, ya. Gua mau lihat-lihat dulu." Perempuan yang ditaksir Awan sekitar 155 cm menggunakan flat shoes itu memutar badan sebelum mulai explore bahan-bahan di sekitar dan ditemani pegawai toko textile tersebut.
"Sorry, ya kalau ngedistract," ucap laki-laki yang beberapa detik lalu duduk berjarak sekitar 1 meter darinya itu, menggunakan kaos berwarna hitam dan jeans warna senada terlihat sangat santai.
"Its okay. Santai aja." Awan tersenyum sembari menoleh kepada laki-laki tersebut.
"Hunting bahan juga?" Pertanyaan lanjutan dilontarkan.
"Iya nemenin bride fitting bahan tadi."
"Bukan untuk sendiri?"
"Enggak, gua designer wedding dress." Awan menjawab dengan santai dengan jari-jari masih pada handphone di tangannya sesekali ia melirik lelaki di sebelahnya itu.
"Sama, dong. Gua nemenin adik gua yang mau nikah, nyari bahan untuk seragam keluarga aja ribet banget, udah dari berapa toko gak nemu yang cocok katanya." Laki-laki tersebut terlihat menghela nafas kasar.
"Mau yang terbaik pastinya udah acara specialkan." Awan menanggapi dan kini perhatiannya telah sepenuhnya kepada lelaki di sebelahnya itu yang juga menatap Awan dengan seksama.
"Kenalin gua Langit." Laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Awan sembari tersenyum tipis dan disambut dengan Awan menyebutkan namanya.
~ bersambung ~
0 notes
Text
DJP Sumut I Kembali Membuka Layanan Asistensi Pelaporan SPT Tahunan Badan
DJP Sumut I Kembali Membuka Layanan Asistensi Pelaporan SPT Tahunan Badan
MEDAN | TRANSPUBLIK.co.id – Usai cuti bersama Hari Raya Idul Fitri Tahun 2024, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I (Kanwil DJP Sumut I) kembali aktif memberikan layanan perpajakan di seluruh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah kerjanya pada Selasa, 16 April 2024. Kepala Kanwil DJP Sumut I, Arridel Mindra menyampaikan apresiasi terhadap wajib pajak yang telah melaporkan…
View On WordPress
0 notes
Text
Arus genap ganjil saat ini masih berlaku selama lebaran usai
0 notes
Text
Mau Liburan Kemana saat Lebaran? Ini Rekomendasi Tempat Wisata di Kota Tangerang
TANGERANG – Libur Lebaran Lebaran sudah tiba. Cuti bersama yang ditetapkan pemerintah untuk Lebaran 2024 ini akan berlangsung hingga 16 April 2024. Dengan cuti yang cukup panjang ini, usai melakukan maaf-maafan, masyarakat tentunya ingin berlibur ke tempat wisata bersama keluarga dan orang terkasih. Bagi warga Kota Tangerang yang tidak mudik, bisa berlibur ke lokasi-lokasi liburan favorit, yang…
View On WordPress
0 notes
Text
Universitas Pancasila Minta Rektor Nonaktif Kooperatif Hadapi Proses Hukum
BANDARJITU.NEWS - Rektor nonaktif Universitas Pancasila, ETH tersandung kasus dugaan pelecehan seksual. Yayasan dan Pendidikan Universitas Pancasila (YPPUP) minta ETH bersikap kooperatif dalam menjalani proses hukum. Sekretaris Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Yoga Satrio mengatakan, ETH sudah menemui pihak yayasan beberapa waktu menyampaikan tentang masalah yang sedang dihadapinya. "Kemudian yang pertama, pak rektor beberapa waktu lalu sudah ketemu dengan yayasan, yayasan minta pak rektor kooperatif. Ikuti proses di kepolisian," kata Yoga saat konferensi pers, Selasa (27/2/2024). Yoga mengatakan, pihak yayasan dipastikan akan mendukung proses kepolisian. Saat ini, poses penyelidikan sedang berjalan. "Jadi ikuti saja prosesnya, jadi kita jamin proses itu tetap berlangsung tanpa ada intervensi dari pihak manapun juga," ujar dia. Yoga mengatakan, pihak yayasan percaya polisi akan bersikap profesional dalam mengusut kasus ini. "Tapi kita juga harus menggunakan asas praduga tak bersalah kan ini baru dugaan belum tentu benar," ujar dia. Lebih lanjut, Yoga mengatakan, yayasan siap mendukung proses penyelidikan di kepolisian. Dia menambahkan, akan terbuka bila memerlukan alat-alat bukti tambahan untuk mengungkap kasus ini secara terang-benderang.
Korban Dugaan Pelecehan Rektor Jalani Tes Psikologi
Korban dugaan pelecehan seksual rektor Universitas Pancasila, D dan RZ telah mengikuti tes psikologi forensik di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta. Kedua korban didampingi kuasa hukumnya melakukan tes untuk penguatan laporannya ke Polda Metro Jaya dan Mabes Polri. Salah seorang korban, RZ (42) mengatakan, ada sejumlah assesment di RS Polri yang harus di jalaninya. Korban menjalani tes psikologi forensik di RS Polri usai membuat laporan dugaan pelecehan seksual di Polda Metro Jaya. “Aku ada assessment di RS Polri hari ini,” ujar RZ, Selasa (27/2/2026). Diketahui RZ menjadi salah satu korban dugaan pelecehan seksual yang dilakukan rektor UP berinisial ETZ. Atas perbuatan tersebut, korban mengalami trauma selama satu tahun sehingga korban berusaha memulihkan rasa trauma tersebut. “Aku harus melakukan banyak hal assessment untuk mempercepat proses,” ucap RZ. RZ mengaku masih bekerja di Universitas Pancasila dan saat ini sedang mengajukan cuti. Terkait kabar penonaktifan rektor diduga melakukan pelecehan seksual, korban tidak mengetahui akan perkembangan tersebut. “Tidak tahu, saya hanya fokus menjalani pemeriksaan dari kepolisian,” ungkap korban. Sumber : Liputan6 Read the full article
0 notes