#undang teman
Explore tagged Tumblr posts
arsadifan · 5 months ago
Link
Cara Mendapatkan 240 Ribu Poin Per Undang Teman di Novelah Penghasil Uang.... kamu perlu coba segera!! 
1 note · View note
arkadifan · 11 months ago
Text
0 notes
dinisuciyanti · 1 year ago
Text
Debat capres #1
Semalam tadinya aku malas nonton debat, ya karna udah hopeless aja, mau ada debat atau gak, kemungkinan yang menang ya itulah, yang kampanye simpel makan siang susu yang disukai masyarakat akar rumput. Terus ternyata aku segabut itu untuk nonton selama 2.5 jam. Ditambah live komen di WA grup dengan teman-teman yang sama kritisnya.
Topiknya soal hukum dan HAM. Sesi 4 menit pertama, udah taulah ya yang bagus ngomongnya dan makjleb siapa. Sisa paslon malah meleber kemana-mana dari topik, dan bisa gak sih gausah teriak-teriak? wkwk.
Selama debat, counter argument-nya dari masing-masing paslon menarik. Yang jago ngomong jago counter argument akan tetap seperti itu, yang pasrah dengan topik karna emang merugikan buat dirinya "ya mau gimana lagi" dan memperlihatkan mimik kecapean berdiri terus, ditambah tantrum walau mengulang-ngulang kalimat "udahlah kita bukan anak kecil".
Topik hukum dan HAM, tapi pertanyaan bebas yang diajukan malah meleber ke polusi lah, ke IKN lah (ya walaupun ini berkaitan dengan Undang-undang). Mau nanya, ini timses nya emang cuma jago gimmick apa gimana? Kasian loh yang di podium, jadi bahan hujatan netizen twitter semalaman, bahkan sampe hari ini. Kasian buzzer akun gede centang biru buat dukung paslon nya, udah dibayar mahal tapi gak bisa baku hantam sama netizen yang masih bisa mikir.
Soal hukum dan HAM. Tadinya aku cuma sebatas tau "oh ada penculikan tahun 98, beberapa hilang belum tau ada dimana dan nasibnya gimana". Cuma sebatas itu. Sampai akhirnya semalam googling, cari detail kejadian kasus tersebut. Wow, serem sih, bukan cuma diculik, ternyata di-aniaya dsb. Pantesan disebut "tindak kejahatan berat".
Forum di X (twitter) itu cukup seimbang yang pros dan cons, beda sama platform sebelah (ig/tiktok) yang satu arus. Pasca debat, beberapa bilang, harus ada yang bikin resume debat tadi malam, diangkat ke tiktok, biar para genZ dan millenial yang 50% voters itu bisa lihat dan tau kasus/debat semalam, bukan cuma gimmick aja.
Any way, siapapun yang menang, kita berkontribusi terhadap negara ini akan gimana ke depannya. Semoga tulisan ini bisa terbaca oleh teman-teman yang apatis dengan per-pilpres-an tahun 2024.
13 Desember 2023
73 notes · View notes
sajaksesak · 1 year ago
Text
Suatu hari aku temukan aku berpikir: aku pikir baik aku tak ada esok hari. Pulang peluk tanah, biar sepi membungkam pedih yang terpatri.
Namun aku undang sunyi awal-awal: aku pikir sebenarnya, aku ingin sekali pergi ke banyak tempat, aku ingin mengeksplor rasa kopi, emosi, anggun pagi di puncak tertinggi, dan pelukan manusia yang akan kucintai.
Aku ingin menyaksikan banyak senyum teman, kerjaan yang baik, aku ingin tinggal di suatu tempat, punya dapur yang membuatku semangat untuk membuat sarapanku sendiri. Aku masih ingin berbagi.
Aku pikir. Sebenarnya aku ingin hidup.
– Arief Aumar | Aku pikir
122 notes · View notes
tulisansehariini · 4 months ago
Text
Standar Pernikahan
Umurku sekarang sudah memasuki pertanyaan terkait pernikahan. Aku tahu sekarang masyarakat lebih modern untuk tidak menanyakan kapan nikah, tapi aku akan tetap menulis hal tersebut di sini. Aku benci melihat masyarakat yang mengotak-ngotakkan usia wanita. Ketika kalian beranjak 25 tahun, kalian wajib memasuki KUA untuk mengurus pernikahan, jika tidak "tidak laku" akan disematkan begitu saja. Kemudian beranjak 30 tahun, kalian wajib memasuki Ruang Bersalin, jika tidak, rahim kalian akan dicap "expired".
Aku memang ingin menikah di usia sekitar 25 tahun, tapi aku tidak suka mendengar 25 tahun adalah batas wanita untuk menikah. Wanita bukan barang yang bisa dicap laku atau tidak laku. Aku memang ingin memiliki anak sebelum usiaku 30 tahun, tapi aku tidak setuju ada batasan usia wanita untuk dikatakan rahim expired. Setiap manusia memiliki tubuhnya sendiri, dan akan bertanggungjawa atas tubuh mereka sendiri. Mengapa orang lain seenak jidat mencampuri urusan tubuh manusia lain? Kukatakan sekali lagi, wanita adalah manusia, bukan barang yang bisa dicap expired.
Memasuki usiaku saat ini (aku ingin merahasiakan usiaku, jadi tentukan berdasarkan intuisi kalian) di era masyarakat modern, kini aku sering mendengar "jangan menikah muda". Apakah diriku menyukai hal tersebut? Awalnya ya, tapi lama-lama terasa muak. Kalimat "jangan menikah muda" pada awalnya menjadi senjata untuk mendobrak standar usia pernikahan wanita, kini berubah menjadi standar usia pernikahan baru yang siap menghunus kapan saja.
Aku memiliki seorang teman berusia 24 tahun dan menikah di tahun ini juga. Tentunya usia 24 tahun telah lolos dari batas usia pernikahan menurut Undang-Undang. Tapi temanku bercerita banyak kalimat yang terlontar dan membuat dirinya tidak nyaman.
"Jangan menikah terburu-buru",
"fokus karir dulu",
"coba dulu pengalaman yang banyak".
Aku tahu, mungkin orang-orang yang melontarkan kalimat tersebut ingin temanku tidak menyesali pernikahannya. Tapi, cobalah rasakan di sudut pandang orang yang akan menikah, sungguh menyebalkan. Semua orang mengerti bahwa pernikahan bukan main-main. Jangankan mengurus administrasi, menyiapkan mental untuk siap menjalani pernikahan juga tidak bisa sembarangan. Mungkin banyak wanita di luar sana ingin fokus karir dengan mencapai target-target di hidupnya. Namun, bagaimana wanita yang ingin bercita-cita menjadi istri dan ibu? Apakah menjadi Istri dan Ibu tidak bisa dikategorikan sebagai cita-cita?
Aku teringat sebuah scene di film little woman, ketika Jo meminta Meg untuk fokus berkarir dan menjadi aktris besar di panggung daripada menikahi seorang pria yang akan membuatnya bosan dalam 2 tahun. Dan kalian tahu apa jawaban Meg?
"Just because my dreams are different than yours, doesn't mean they're unimportant"
Jawaban itu membuatku terkesan. Aku yakin, mimpi setiap wanita berbeda-beda. Tidak bisa dikotakkan dalam satu hal. Ada wanita yang ingin sukses berkarir di kantornya, ada pula wanita yang ingin menjadi istri dan ibu yang hebat bagi keluarganya. Semuanya tidak ada yang salah, menikah atau karir itu pilihan semua wanita.
Mengenai usia, selagi telah lolos batas usia pernikahan menurut Undang-Undang, sah-sah saja bukan? Memang sewajarnya kita akan semakin dewasa ketika semakin bertambahnya umur. Tapi apa itu menjamin sebuah pernikahan harmonis? Setelah melihat banyaknya cerita permasalahan pernikahan, menurutku penikahan adalah suatu hal yang abstrak. Banyak pernikahan yang di awali dengan usia 20 tahun berujung cerai, namun banyak juga yang berhasil menerjang badai. Sebaliknya, apakah ketika kita menikah di usia 30 tahun tidak akan terjadi perceraian? Umur kita tidak menjamin bukan? Karena permasalahan dalam pernikahan sangatlah rumit dan abstrak.
Kita bisa menikah ketika merasa sudah siap. Siap memasuki fase baru dalam hidup. Kemudian, apakah manusia bisa dikatakan "siap" dapat dikelompokkan dalam satu usia? Tidak. Aku banyak menemui wanita di usia 20 tahun-an siap menjalani pernikahan. Mereka siap untuk hidup berdampingan dengan pasangan. Namun, ada juga wanita dengan usia 30 tahun belum siap menjalani fase pernikahan. Kesiapan dan kedewasaan manusia tidak bisa diukur dari usia. Bukan porsi kita untuk menghakimi seseorang yang menikah di usia "muda", selagi telah berumur 19 tahun ke atas.
Kehidupan diri sendiri tidak bisa dicampuri urusan orang lain. Dalam pernikahan, diri mereka-lah yang menjalani. Diri mereka-lah yang bertanggung-jawab. Kita adalah orang lain bagi mereka, orang lain tidak bertanggungjawab atas apapun bagi diri sendiri. Kita merasa dirampas kehidupannya ketika dituntut untuk menikah di usia 25 tahun, tapi mengapa kita merampas hak orang lain dengan menuntut mereka menikah di usia yang menurut kita ideal? Bukankah kita juga telah membuat standar pernikahan baru?
4 notes · View notes
pemintalkata · 1 year ago
Text
Setelah para saksi menggemakan kata SAH, Riana resmi jadi istri dari Galih. Laki-laki yang sudah lama ia kenal, tapi baru enam bulan yang lalu berinteraksi dengannya secara intens.
Riana mencium punggung tangan suaminya dan Galih yang ada di hadapannya membalas dengan mengecup keningnya. Riana tidak menyangka akan secepat ini. Laki-laki yang ada di hadapan Riana saat ini adalah teman SMP yang ia temui secara tidak sengaja di museum seni enam bulan lalu.
Saat itu,
"Maaf mas, itu uangnya bukan ya?" kata Riana pada laki-laki berkaca mata dengan kumis tipisnya.
Laki-laki itu melongok ke bawah kakinya dan tersenyum kepada Riana.
"Oh iya mbak, terima kasih."
Lalu beberapa detik mereka saling tatap, akhirnya mereka pun menyadari satu hal.
"Riana." ucap laki-laki itu sembari menunjuk Riana.
"Galih." balas Riana juga dengan menunjuk laki-laki tersebut.
Dan mereka pun tertawa.
Riana dan Galih pernah satu kelas di kelas VIII. Tidak akrab, hanya sebatas teman kelas biasa. Mereka lama tidak bertemu karena berbeda SMA dan kampus, hingga akhirnya masing-masing dari mereka sama-sama bekerja.
"Ya ampun. Gila ya aku masih inget aja wajah teman-temanku. Apa kabar Ri?"
"Aku juga kenapa ya masih inget kamu? Nggak banyak berubah kali ya? Yah beda di kumis aja sih palingan." jawab Riana tidak mau kalah.
"Bisa aja kamu. Sendirian, Ri?"
"Iya, kamu?"
Galih tersenyum dan menjawab, "Iya sama, aku sendirian."
Dan dari pertemuan tidak sengaja itu, semesta menyatukan Riana dan Galih dalam sebuah ikatan pernikahan. Tidak perlu lama, setelah mengantongi restu kedua orang tua Riana, pinangan Galih pun resmi diterima.
Dan hari ini, Riana telah resmi menjadi istri Galih.
Namun, di tengah hari bahagianya, tiba-tiba saja datang seorang perempuan yang belum pernah Riana tahu sebelumnya. Maklum, teman Galih tidak begitu banyak, dan hampir semuanya telah dikenalkan pada Riana.
Riana menyenggol lengan Galih, "Itu siapa sayang?" tanyanya dengan berbisik kepada Galih.
Tiba-tiba wajah Galih terlihat pucat.
"Heh, kok bengong. Itu siapa?"
Belum sempat dijawab oleh Galih, Riana mendengar suara dari mama mertuanya, "Eh Ayu, makasih ya udah dateng. Tante kangen banget sama kamu. Doain Galih ya, maafin dia, semoga kamu bisa dapetin yang lebih baik dari Galih."
Setelah mendengar banyak bisik-bisik, ternyata perempuan yang dipanggil Ayu itu adalah mantan Galih yang secara langsung diundang oleh mama mertua Riana.
"Kita kan sepakat nggak akan ceritain tentang mantan, apalagi ngundang mereka." kata Riana kamudian kepada Galih.
"Aku nggak ngundang dia, aku juga nggak tau kalau mama undang dia." jawab Galih dengan raut wajah panik.
Sesaat kemudian, perempuan itu sudah ada di hadapan Riana dan Galih. Ia menyalami Galih dan menatapnya dengan tatapan kesedihan, lalu beralih menyalami dan memeluk Riana. Sebelum pergi ia juga membisikkan sesuatu kepada Riana.
"Selamat ya karena udah dipilih Galih buat nemenin dia. Semoga bahagia."
Riana hanya tersenyum mendengar pernyataannya.
Riana melihat ada tetasan air mata yang mengalir di ujung matanya. Perasaan Riana sendiri berubah tidak karuan saat tau Ayu memeluk mama mertuanya dengan erat sembari terisak.
Pikiran Riana mulai ke mana-mana. Ada apa sebenarnya?
"Mama sedeket itu sama Ayu?"
"Ya kan dulu, sama kamu juga kan deket sayang."
"Dulu sampai sekarang maksudnya? Sebenernya mama kamu kasih restunya nggak buat aku?"
"Kok kamu ngomong gitu sih? Kita udah nikah loh. Mama sayang banget loh sama kamu. Mungkin sama Ayu karena udah lama aja nggak ketemu."
"Kamu yakin mereka nggak sering ketemu di belakang kamu?"
Galih kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan Riana.
"Buktinya mama undang dia, tapi nggak undang mantan kamu yang lain."
"Udah ya, Ri. Nanti lagi kita bahas, nggak enak masih banyak tamu yang lain."
"Harusnya kamu nggak enak sama orang tuaku. Bagaimana bisa mereka merelakan anak perempuan satu-satunya dinikahi laki-laki yang ibunya sendiri masih begitu menyayangi mantan kekasihnya."
Galih tertunduk dan terdiam.
Riana benar-benar tidak tahu kehidupannya akan seperti apa setelah ini. Apakah mama mertuanya akan menyayanginya seperti beliau menyanyangi Ayu?
Apakah nantinya seluruh perhatian yang Riana terima akan setulus perhatiannya kepada Ayu?
Entahlah, bahkan suami Riana sendiri pun tidak tahu apakah mamanya benar-benar memberinya restu untuk menikahi Riana atau tidak.
14 notes · View notes
techmeworld · 7 months ago
Text
Bisakah Anda Mengunduh Video YouTube Langsung ke iPhone atau Android Anda?
Ada apa, semuanya? Pernahkah Anda dalam penerbangan panjang atau perjalanan berjam-jam dengan mobil dan berharap memiliki beberapa video YouTube di ponsel Anda? Ya saya juga. Bisakah Anda mengunduh video YouTube langsung ke iPhone atau Android Anda? Jawabannya adalah ya, dan saya akan menunjukkan caranya.
Tumblr media
Mengapa Anda Ingin Mengunduh Video YouTube?
Pertama, mengapa Anda ingin mengunduh video? Jawabannya bagi saya sederhana: kenyamanan. Mengunduh video berarti saya dapat memiliki beberapa konten favorit di ujung jari saya, di mana saja dan kapan saja, tanpa memerlukan Wi-Fi atau data. Selain itu, ini adalah penyelamat saat Anda tidak punya aktivitas dan tidak ada koneksi internet.
Cara Download Video YouTube di iPhone
Sebagai pengguna iPhone, saya merasa ekosistem Apple agak tertutup, namun ada cara untuk mengatasinya.
Menggunakan Pengunduh Online Salah satu cara yang saya temukan adalah salah satu cara yang lebih mudah. Inilah cara melakukannya.
i. Buka Safari dan buka Y2mate.so. ii. Sekarang, lanjutkan dan cari video YouTube yang ingin Anda unduh. Salin URL-nya. iii. Sekarang, buka Y2mate dan tempel URL-nya. Tekan Cari. iv. Tekan tombol Unduh. v. Kemudian, Anda dapat memilih format dan kualitas yang diinginkan. vi. Terakhir, tekan tautan dari unduhan untuk mengunduh video. Anda bahkan dapat menggunakan aplikasi File untuk memindahkannya langsung ke aplikasi Foto Anda. Saya sudah melakukan ini cukup sering, dan hasilnya memuaskan. Pada awalnya, ini tampak agak berbelit-belit, tetapi sebenarnya sesederhana itu.
Tumblr media
Cara Download Video YouTube di Android
Pengguna Android memiliki waktu yang lebih mudah. Dengan Y2mate, Anda dapat dengan mudah mendownload video secara langsung.
Menggunakan Y2mate.so
Inilah cara Anda melakukannya:
i. Buka browser Anda dan buka Y2mate.so. ii. Dapatkan tautan video YouTube yang perlu Anda unduh, lalu salin. iii. Rekatkan tautan ke bilah pencarian Y2mate.so dan tekan tombol unduh. iv. Pilih format dan resolusi yang Anda inginkan. v. Unduh, dan video disimpan ke perangkat Anda. Sekarang, Anda dapat mengkliknya untuk menikmati videonya. vi. Saya ingat menggunakan Y2mate berkali-kali, jadi ini lebih sporadis dibandingkan biasanya ketika saya bepergian melalui area yang ada internet. Itu menyelamatkan saya dari banyak kebosanan.
Temukan lebih lanjut: Cara Kerja Y2Mate dan Fitur Utama
FAQ
Q1: Apakah legal mengunduh video YouTube? Dan: Ini adalah wilayah abu-abu. Mengunduh video dari YouTube melanggar persyaratan layanannya, kecuali jika memungkinkan pengunduhan menggunakan fitur offline aplikasi YouTube. Selalu hormati undang-undang hak cipta dan hanya unduh video untuk penggunaan pribadi.
Q2: Apakah ada risiko yang terkait dengan pengunduhan video dengan cara ini? Dan: Mengunduh video dari sumber tidak resmi dapat membuat perangkat Anda terkena malware. Selalu gunakan situs dan aplikasi terkemuka, seperti Y2mate, dan hindari apa pun yang terlihat mencurigakan.
Q3: Bisakah saya mengunduh video dalam format berbeda? Dan: Ya! Y2mate memungkinkan Anda memilih dari berbagai format dan resolusi untuk memilih opsi terbaik.
Q4: Apakah Y2mate berfungsi untuk mengunduh playlist YouTube? Dan: Sangat. Y2mate mendukung pengunduhan daftar putar, sehingga memudahkan pengambilan banyak video sekaligus.
Q5: Bisakah saya berbagi video yang diunduh dengan teman? Dan: Secara teknis, video yang diunduh dimaksudkan untuk penggunaan pribadi saja. Membagikannya mungkin melanggar persyaratan layanan dan undang-undang hak cipta YouTube.
Kesimpulan
Jadi, itu dia. Baik Anda memiliki iPhone atau ponsel berbasis Android, Anda dapat mengunduh video YouTube langsung ke perangkat Anda menggunakan Y2mate. Prosesnya sedikit lebih rumit, namun waktu dan sakit kepala yang Anda hemat dalam jangka panjang lebih banyak daripada riasan untuk usaha ekstra. Cobalah dengan Y2mate, dan nikmati tontonan offline Anda!
2 notes · View notes
merangkulmakna · 1 year ago
Text
SYAIKH ABU ALI AL-ANBARI (rahimahullah) SEORANG 'ALIM, DA'I, 'ABID DAN MUJAHID
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi karunia kepada Irak sebelum invasi Amerika dengan
sekumpulan muwahhid yang memikul harapan dakwah tauhid dan memerangi kesyirikan serta bid’ah sekalipun di bawah tirani Partai Ba’ats sekuler yang selalu memerangi Islam dan kaum muslimin. Ketika salibis menjejakkan kakinya di bumi Irak, merekalah tembok kokoh yang menghalangi derap salibis. Mereka berhasil menggagalkan strategi salibis dan mengusirnya dengan kehinaan. Mereka tegakkan Daوlah Islam di bumi Rafidain (Irak). Mereka terus teguh dalam jihadnya. Sebagian dari mereka telah menemui Rabbnya dan sebagian lain Allah beri kesempatan untuk menikmati hidup ketika seluruh Dien itu milik Allah, dalam naungan Daوlah Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah keturunan Quraisy yang mengarahkan manusia dengan manhaj kenabian. Diantara para juru dakwah itu yang menapaki manhaj para Nabi dalam
mempelajari dan mengajarkan tauhid,
menjihadi musuh-musuh Allah dengan pedang dan hujjah, bersabar atas ujian yang menimpa mereka di jalan ini, sampai mereka terbunuh syahid di jalan Allah; adalah Syaikh Mujahid Abu Ali Al-Anbari rahimahullah demikian kami kira dan kami tidak menyucikan seorangpun di hadapan Allah.
Ketika thaghut Ba’ats Saddam Husein yang binasa itu bersama partai murtadnya
menguasai Irak layaknya Fir’aun yang kejam, yang tidak saja mengganti hukum Allah dengan undang-undang buatan, namun juga berusaha merubah akidah kaum muslimin dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dan membuka pintu selebar-lebarnya kepada orang-orang sufi musyrik dan Rafidhah untuk menyebarkan agama rusak mereka, serta menyebarkan sekulersime dan berbagai isme lain, di saat manusia dikangkangi oleh thaghut kejam ini; di salah satu masjid kota Tal ‘Afar yang terletak di barat kota Mosul, Syaikh
Abdurrahman Al-Qoduli (yaitu nama aslinya) berdiri menyeru manusia kepada tauhid. Tiap hari Jum’at, orang banyak selalu berkumpul di masjidnya sampai memenuhi jalan-jalan di sekitarnya. Dan iapun tidak terlepas dari kekejaman taghut dan perangkat intelijennya.
Namun ancaman-ancaman Ba’atis tidak
dipedulikannya. Sekalipun ia adalah satu-satunya tulang punggung keluarga
besarnya, hal itu tidak mencegahnya terus
menggelorakan jihad. Di antara tiang-tiang masjidnya, ia terus menyeru kepada Allah, mengkafirkan Partai Ba’ats dan anggotanya, serta memprovokasi teman-temannya untuk juga mengkafirkan dan memerangi mereka.
Orang-orang Ba’ats murtad tidak mampu
bersabar lebih lama lagi terhadapnya. Segera saja mereka mencekalnya dari berkhutbah, bahkan adzanpun mereka melarangnya. Mereka terus mempersempit ruang geraknya sampai tidak pernah berlalu satu bulan kecuali ia dipanggil oleh intelijen thaghut.
Pada saat itu, rezim Ba’ats Irak semakin
melemah setelah rangkaian perang gagal yang mereka terjuni. Para muwahhid sedang menunggu-nunggu kehancurannya. Mereka sudah mengira jika di saat yang sama salibis Amerika akan datang menginvasi Irak dengan alasan menjatuhkan pemerintahan thaghut. Namun mereka tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk gerakan yang kuat yang mampu melengserkan thaghut pada saatnya. Maka solusinya adalah setiap elemen di setiap daerah berkumpul membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling mengenal dan mempelajari Dien pada tempat yang jauh dari pantauan orang-orang Ba’ats. Terbentuklah beberapa kelompok yang tidak saling terikat di Baghdad dan daerah sekitarnya, di Anbar dan pedesaannya, di Diyala, Karkuk, Mosul, dan Tal ‘Afar yang mana Syaikh Abu ‘Ala’ (yaitu kunyah aslinya) adalah pemimpinnya dan sumber fatwa serta keputusannya.
Aktifitas Syaikh Abu ‘Ala tidak terbatas di kota Tal ‘Afar, kota tempat tinggalnya dan tempat mengajarnya pada salah satu ma’had syar’i’ di sana. Aktifitasnya meliputi banyak tempat lain di Irak, khususnya Baghdad sebagai tempatnya mengajar pada salah satu universitasnya, yang mana di situ terjalin hubungannya dengan jama’ah salafiyah Syaikh Fayiz taqobbalahullah dengan para muwahhid kota Mosul yang ketika itu berada di utara Irak, dan dengan para mujahid Kurdistan yaitu Jama’ah Anshar al-Islam yang mengatur satu-satunya medan jihad di daerah tersebut yang menjadi tujuan jihad banyak pemuda Irak dan negeri-negeri lain.
Dakwah Syaikh Abu ‘Ala dan kawan-kawannya di Tal ‘Afar membuahkan hasil baik. Banyak dari elemen-elemen Rafidhah penduduk kota Tal ‘Afar bertaubat di hadapannya. Penduduknya juga banyak yang telah mengkafirkan akidah Ba’ats, dan berlepas diri dari bekerja di dinas ketentaraan dan perangkat keamanan thaghut Saddam. Diantara mereka ada yang Allah tetap teguhkan pada akidahnya dan menjadi sebaik-baik mujahidin sampai Allah wafatkan mereka sebagai syuhada di jalan-Nya, demikianlah kami kira dan kami tidak mensucikan seorangpun di hadapan Allah.
Disamping kegiatan dakwah, Syaikh tidak
melalaikan jihad fie sabilillah. Maka beliau bekerja sama dengan mujahidin di gunung-gunung Kurdistan. Ia juga bekerja sama dengan muwahidin Tal ‘Afar yang dipercayanya membentuk jama’ah jihad untuk melaksanakan operasi militer melawan pemerintahan thaghut Saddam Husein dan partai jahiliyahnya, serta tentara dan pendukung murtadnya. Pelatihan jama’ah jihad tersebut dikomandoi oleh Syaikh Abu Al-Mu’taz Al-Qurasyi taqobbalahullah yang sebelumnya merupakan perwira Ba’ats yang telah bertaubat dan mengkufuri serta berlepas diri dari loyalitas kepada thaghut dan tentara murtadnya. Namun Allah mentakdirkan aktifitas jama’ah jihad ini menghadapi musuh yang lebih besar, yaitu tentara salibis pimpinan Amerika yang menginvasi Irak.
Invasi salibis atas Irak mengakibatkan banyak hal. Hancurnya pemerintahan Ba’ats dan tentara serta seluruh perangkat keamanannya, kekacauan melanda seluruh negeri, senjata tersebar di tangan penduduk, hantaman kuat atas Jama’ah Anshar Al-Islam dengan banyaknya anggotanya yang terbunuh oleh rudal-rudal penjelajah Amerika, masuknya sejumlah besar muhajirin ke bumi Irak memanfaatkan kekacauan tersebut yang diantaranya adalah Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi taqobbalahullah demikian juga Ikhwanul Murtaddin di Irak memanfaatkan kekacauan tersebut untuk menampakkan akidah syirik dan manhaj kufur mereka dengan masuk ke dalam barisan salibis dan Rafidhah.
Tidak beberapa lama setelah Baghdad jatuh ke tangan salibis, di seluruh penjuru Irak telah terbentuk sejumlah besar faksi-faksi perlawanan dengan aliran dan tujuan yang bermacam-macam. Diantara jama’ah-jama’ah tersebut terbentuklah Jama’ah Tauhid wal-Jihad yang beranggotakan sejumlah muhajirin dan anshar di bawah pimpinan Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi, dan Jama’ah
Ansharussunnah yang terbentuk dari sisa-sisa Anshar Al-Islam setelah mereka mundur ke kota-kota Irak ditambah dengan sekelompok muwahid yang tersebar di berbagai penjuru Irak, yang petingginya melindungi petinggi Anshar Al-Islam setelah mereka kehilangan kontrol atas gunung-gunung Kurdistan. Majmu’ah salafi Tal ‘Afar adalah diantara kelompok-kelompok yang bergabung dalam Ansharussunnah, segera setelah mereka memulai aktifitas militernya dengan nama Batalyon Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak berselang lama sampai Syaikh Abu Iman (yaitu kunyah Syaikh Al-Anbari yang dipilihnya sendiri setelah invasi Amerika) diangkat menjadi penanggung jawab syar’i tentara Ansharussunnah.
Allah menakdirkan kedua syaikh, yaitu Syaikh Abu Mush’ab dan Syaikh Abu Iman bertemu. Pertemuan itu membuahkan kecintaan di antara mereka berdua, dan masing-masing pihak senang mengetahui kebersihan akidah dan manhajnya. Ketika itu opini umum mujahidin Ansharussunnah adalah berusaha menyatukan kalimat dan bersatu di bawah kepemimpinan Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi dan Tanzhim Al-Qoidah. Maka mereka menekan petinggi jama’ah untuk mewujudkan hal itu. Syaikh Abu Iman sendiri berusaha sungguh-sungguh mengadakan pertemuan langsung petinggi kedua jama’ah. Pertemuan antara Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi dengan amir Ansharussunnah Abu Abdillah Asy-Syafi’i berhasil diadakan, namun Syaikh Abu Abdillah menolak bergabung dengan alasan hendak bermusyawarah terlebih dahulu dengan prajuritnya, sekalipun sebenarnya ia mengetahui bahwa prajuritnyalah yang mendorong Ansharussunnah berbaiat kepada Tanzhim Al-Qoidah. Ketika itu Syaikh Abu Iman segera mengumumkan baiatnya kepada Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi dan bergabung dalam barisan Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain bersama dengan mayoritas mujahidin Ansharussunnah. Baiat ini merupakan baiat terbesar dalam sejarah jihad Irak, yang ketika itu terkenal dengan baiat “Al-Fatihin”. Syaikh Abu Mush’ab lalu memilih Syaikh Abu Iman sebagai wakilnya dalam struktur Tanzhim. Namun tidak beberapa lama salibis berhasil menangkapnya dan menjebloskannya dalam penjara Abu Ghuraib. Tetapi selang beberapa bulan beliau kembali bebas setelah mata salibis dibutakan oleh Allah sehingga tidak mengetahui identitasnya dan perannya dalam medan pertempuran yang sedang memanas.
Ketika itu media salibis sedang melancarkan kampanye media sengit untuk merusak nama baik mujahidin Irak, khususnya Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi taqobbalahullah dan teman-temannya. Kampanye ini diikuti oleh petinggi-petinggi faksi-faksi sesat itu dan juga petinggi partai Ikhwanul Murtaddin yaitu Al-Hizbu Al-Islami, khususnya setelah nama Syaikh Az-Zarqawi berdengung memenuhi langit Irak, dan mujahidin Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain menjadi batu sandungan kokoh setiap proyek khianat orang-orang sesat yang terang-terangan murtad itu. Namun yang membuat Syaikh Az-Zarqawi bersedih adalah kritikan-kritikan yang bersumber dari Tanzhim Al-Qoidah di Khurasan. Tidak diragukan lagi jika mereka malah percaya dengan isu yang disebarkan oleh media salibis. Namun dengan tersingkapnya topeng penyimpangan mayoritas faksi-faksi perlawanan, mereka tidak punya pilihan kecuali mengkritik buruknya hubungan Syaikh Az-Zarqawi dan kawan-kawannya dengan petinggi Ansharussunnah, dan ketika itu petinggi Ansharussunnah terus berhubungan dengan Athiyatullah Al-Libi melalui jalur Iran. Menghadapi prasangka buruk dan kritikan demi kritikan Tanzhim Al-Qoidah Khurasan, pilihan terbaik yang ada adalah mengutus utusan khusus kepada mereka untuk menjelaskan hakikat permasalahan yang terjadi dan tuduhan-tuduhan petinggi Ansharussunnah atas mujahidin. Dan siapa yang lebih baik daripada Syaikh Abu Iman untuk melaksanakan tugas ini. Beliau dahulu adalah penanggung jawab syar’i Ansharussunnah yang pasti lebih tahu dengan kondisi mereka dan mengerti hal-hal yang mereka sembunyikan. Maka Syaikh menyambut dengan senang hati permintaan amirnya. Beliau lalu pergi ke Khurasan, menerangkan hakikat permasalahan yang terjadi, lalu kembali ke Irak untuk memberitahukan kisah perjalanannya dan hasil yang dicapainya.
Tentara salibis Amerika semakin merajalela di Irak. Proyek orang-orang sesat juga mulai mencengkeram bumi Irak. Semuanya berusaha mencuri buah jihad Irak melalui permainan setan-setan Sururi dan intelijen pemerintahan Arab murtad terkhusus negara-negara Teluk. Maka Syaikh Az-Zarqawi dengan kawan-kawannya segera bergerak mengembangkan proyeknya dengan menyatukan faksi-faksi terbaik dari sisi aqidah dan manhajnya termasuk Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain dalam payung Majelis Syuro Mujahidin Irak. Mereka sepakat bahwa kepemimpinan majelis digilir di antara faksi-faksi yang menjadi anggota majelis. Dan dipilihlah Syaikh Abu Iman sebagai amir pertama Majelis Syuro Mujahidin. Beliau sendiri yang menyampaikan statemen pertama majelis dengan nama samaran Abdullah bin Rasyid Al-Baghdadi, yang kemudian menjadi terkenal dikalangan media.
Pada bulan Rabi’ul Awwal 1437 H, Allah
mentakdirkan Syaikh Abu Iman harus pergi dari utara Irak untuk bertemu dengan dua penanggung jawab tanzhim yang lalu mereka bersama-sama pergi untuk bertemu dengan Syaikh Az-Zarqawi di daerah selatan Baghdad. Ketika mereka sedang menginap di suatu rumah dalam perjalanan ke Baghdad, mereka dikejutkan dengan penerjunan pasukan Amerika pada rumah yang mereka tempati. Ketika itu mereka terpaksa tidak membawa senjata karena harus melewati jalur yang banyak terdapat cekpoin. Dengan takdir Allah, salibis berhasil menangkap mereka setelah baku tembak dengan majmu’ah istisyhadi yang tinggal di dekat rumah tersebut. Sehingga tersingkaplah tempat peristirahatan yang ditempati Syaikh Abu Iman dan kawan-kawannya. Peristiwa itu adalah pukulan terberat yang menghantam Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain.
Di penjara, Allah kembali membutakan
penglihatan interogator akan hakikat mayoritas peran dua mas’ul (penanggung jawab) tanzhim yang menjadi tawanannya. Ketika salibis mendapati betapa para ikhwah bersungguh-sungguh berusaha menjauhkan Syaikh Abu Iman (ketika itu salibis Amerika menyebutnya Haji Iman) dari segala tuduhan dan membebaskannya dengan segala cara sekalipun para ikhwah harus menanggung tuduhan itu, mereka semakin curiga dengan beliau. Kecurigaan itu semakin bertambah melihat betapa tenang dan bermartabatnya Syaikh. Mereka meningkatkan usaha penyelidikan untuk menyingkap indentitasnya karena mereka yakin beliau adalah orang penting dalam tanzhim. Namun Allah menggagalkan usaha mereka, paling jauh mereka hanya mendapati bahwa beliau adalah anggota tanzhim, dan mereka menyangkanya amir Tal ‘Afar lantaran Syaikh beraktifitas di kotanya hampir terang-terangan karena beliau adalah orang yang dikenal di daerahnya.
Sehingga mendekamlah beliau di penjara selama beberapa tahun. Masa-masa penahanannya dihabiskan dengan
berpindah-pindah dari satu blok ke blok lain dan dari satu penjara Amerika ke penjara-penjara lain di penjuru Irak. Tidak lama berdiam di salah satu blok sampai segera dipindahkan ke blok lain, tidak lama berdiam di satu penjara sampai segera dipindahkan ke penjara lain yang jauh. Karena mereka mengetahui pengaruhnya atas para tahanan. Di setiap tempat yang dimasukinya, para tahanan segera berkumpul di sekelilingnya. Hampir-hampir salibis membunuhnya di penjara ketika salah satu murtadin terbunuh namun tidak diketahui pelaku dan provokatornya. Namun Allah menyelamatkannya dari makar mereka
dengan keutamaan-Nya. Mereka terus
berusaha meletihkannya dengan terus
memindah-mindahkannya di perbagai penjara. Sedang mereka tidak tahu usaha itu justru amat membantunya. Tiap kali pindah ke tempat yang baru, kesempatan untuk berdakwah dan mengajar kembali terbuka di hadapannya. Mayoritas dakwahnya berfokus pada pengajaran tauhid kepada Allah dalam hukum-Nya dan yang membatalkannya berupa syirik keta’atan, istana dan undang-undang.
Tidaklah beliau bertempat di suatu tempat kecuali menyeru penghuninya dengan seruan Yusuf 'Alaihissalam [Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa]. Maka para ikhwah pun berkumpul di sekelilingnya menadah ilmu yang mengalir darinya, dan jadilah beliau amir serta sumber keputusan dalam seluruh perkara mereka. Pada saat itu banyak dari Junud Daulah yang belajar lewat tangan dinginnya, diantaranya adalah dua orang wali yang Allah jadikan keduanya adzab bagi Rafidhah di Baghdad, yaitu Manaf Ar-Rawi dan Hudzaifah Al-Bathawi taqobbalahumullah.
Pada masa penahanannya terjadi
peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah jihad Irak. Yaitu kepindahan Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi taqobbalahullah ke Diyala untuk menyiapkan deklarasi Daوlah Islam Irak. Namun beliau terbunuh di tangan salibis sebelum mendeklarasikannya sendiri. Tongkat kepemimpinan kemudian diterima oleh Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir taqobbalahullah, yang kemudian mengumumkan pembubaran Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain dan berbaiat kepada Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi taqobbalahullah amir pertama Daوlah Islam
Irak. Juga peristiwa murtad kolektif faksi-faksi perlawanan yang berpartisipasi dalam proyek shahawat Amerika. Bumi menjadi sempit bagi muwahidin. Mujahidin banyak yang terbunuh, sampai Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi dan Abu Hamzah Al-Muhajir taqobbalahumullah pun terbunuh. Kemudian bendera diambil oleh Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi rahimahullah dan dimulailah tahapan baru dalam sejarah Daوlah Islam Irak.
Syaikh Abu Ali Al-Anbari bebas dari penjara pada permulaan tahapan penting ini yang ditandai dengan masuknya mujahidin Daوlah Islam Irak ke Syam setelah gelombang demonstrasi yang melanda banyak dari negeri-negeri kaum muslimin (revolusi Arab spring). Daوlah Islam Irak berekspansi ke Syam, berubah menjadi Daوlah Islam Irak dan Syam. Beliau rahimahullah berpartisipasi dalam banyak peristiwa penting sampai kematiannya, setelah matanya disejukkan dengan tegaknya Dien dan kembalinya Khilafah. Dan ini yang akan kita bicarakan pada
biografi indah beliau rahimahullah berikutnya.
Diantara tanda-tanda penjagaan Allah atas jihad Irak adalah Ia menjaga banyak dari pemimpin-pemimpinnya setelah hampir dibinasakan oleh salibis dan antek-anteknya. Ia titipkan mereka dalam penjara dan tahanan thaghut agar merasakan kebengisannya, lalu Ia selamatkan mereka dengan kehendak-Nya, sehingga dengan takdir-Nya Ia jadikan mereka para penegak agama dan penjunjung panji jihad.
Setelah mengecap kebebasan, mereka segera kembali menerjuni medan jihad. Dengan perantara mereka Allah hidupkan front-front jihad. Mereka tularkan pengalaman selama bertahun-tahun menghadapi berbagai macam musyrik dan murtad. Lewat mereka Allah mengangkat semangat para mujahidin dan meneguhkan mereka.
Diantara orang yang Daوlah Islamiyyah
diberi anugerah besar dengan kebebasan
mereka itu adalah Syaikh Abu Ali al-Anbari.
Setelah menjalani masa penahanan selama enam tahun, beliau keluar dari kurungannya. Ternyata situasi yang didapatinya berbeda jauh daripada sebelum masa penahanannya. Salibis telah hengkang dari Irak dengan berdarah-darah dan terlilit ekonominya, meninggalkan budaknya musyrik Rafidhah menguasai Irak. Mujahidin mundur ke gurun-gurun dan daerah terpencil setelah mengecap masa-masa emas kemuliaan, yang pada masa itu mereka deklarasikan Daوlah dan membaiat seorang imam. Sedangkan faksi-faksi perlawanan sudah tidak ada wujudnya lagi setelah mayoritasnya jatuh dalam kubangan lumpur shahawat. Mereka rontokkan sendiri amalnya dengan palu murtad yang nyata. Rezim thaghut di beberapa negara berjatuhan satu demi satu. Tahapan baru perjuangan menuju berkuasanya islam telah dimulai, dibuka dengan keikut sertaan mujahidin Daوlah Islam dalam memerangi thaghut Syam Basyar Asad.
Beliau keluar dari penjaranya. Kehadirannya telah ditunggu ikhwan-ikhwan yang dahulu bersamanya di Majelis Syuro Mujahidin untuk kembali menempati posisinya di barisan Daوlah Islamiyyah yang deklarasinya telah didengarnya sewaktu masih berada di penjara. Beliau memimpin prajurit Daوlah Islamiyyah, mengajari, dan menjadi rujukan mereka tiap kali dipindahkan di suatu penjara. Maka tidak lama setelah kebebasannya beliau segera memperbarui baiat kepada Amirul Mukminin Syaikh Abu Bakar al-Baghdadi rahimahullah dan menjadi salah satu prajuritnya. Tidak peduli dengan masa lalunya yang mempunyai kedudukan tinggi dimata murid-murid dan sahabatnya, juga sekalipun ia mempunyai segudang ilmu dan pengalaman. Beliau relakan dirinya diatur oleh ikhwan-ikhwan yang dahulu dipimpinnya baik ketika sebelum ditahan atau ketika di penjara. Namun mereka bukanlah orang yang tidak mengetahui kedudukan orang atau pura-pura tidak tahu, apalagi jika ia adalah seorang ulama mujahid. Mereka memberinya posisi yang sesuai dengan kedudukannya dan sangat bersungguh-sungguh menampung ilmu dan pengalamannya.
Tugas pertama yang dibebankan kepadanya adalah membangun hubungan dengan jamaah-jamaah jihad di luar Irak khususnya cabang-cabang Tanzhim al-Qaidah. Bertujuan membangun kembali hubungan yang sempat terputus selama beberapa tahun lantaran factor keamanan, juga karena ketika itu para pengurus Tanzhim menjelek-jelekkan Daوlah. Para ikhwah mengira hal itu lantaran ketidak tahuan akan kondisi sebenarnya karena masifnya pencitraan buruk media atas Daوlah Islamiyyah. Maka Syaikh Abu Ali mengirim beberapa surat untuk menerangkan beberapa perkara yang dikiranya sulit dipahami oleh petinggi Tanzhim. Beliau menganggap dirinya sedang berdiskusi dengan suatu kaum yang sama manhajnya dengan Syaikh az-Zarqawi taqobbalahullah yang telah dikenalnya dan rela dengan manhajnya lalu membaiatnya berdasarkan atas manhaj itu. Surat-surat itu adalah awal mula rehabilitasi hubungan antara Daوlah Islamiyyah dengan Tanzhim al-Qaidah beserta seluruh cabangnya.
Di tengah-tengah usaha itu, prajurit Daوlah Islamiyyah di Syam telah mempunyai kekuatan dan menyebar di berbagai penjuru Syam. Sekalipun kabar-kabar kemenangan dan futuhat Syam terus mengalir, namun laporan-laporan yang sampai di Irak menunjukkan sebaliknya. Khususnya yang berhubungan dengan melencengnya para penanggung jawab amal di sana dari manhaj Daوlah Islamiyyah. Ternyata mereka dari awal sudah berusaha mendapatkan dukungan kelompok-kelompok musyrik dan murtad. Disamping administrasi yang buruk dan ditambah dengan kuatnya fanatisme keluarga dan daerah dalam barisan internal. Semua itu menyebabkan amal yang telah dibangun terancam runtuh atau dicuri lewat konspirasi sekelompok pengkhianat.
Maka Amirul Mukminin memutuskan mengutus perwakilannya untuk mengetahui duduk permasalahannya dan memeriksa keabsahan laporan tersebut. Beliau memilih Syaikh Abu Ali al-Anbari untuk mengemban tugas tersebut dengan alasan telah mengenal al-Jaulani pada beberapa kesempatan ketika di penjara. Ketika itu si konspirator ini menunjukkan pengormatannya kepada beliau baik ketika di penjara atau setelah bebas. Sampai-sampai ia menyebut Syaikh dalam
beberapa suratnya sebagai “bapakku yang mulia”. Beliau juga berhusnuzhan kepadanya, mengira bahwa kesaksian-kesaksian yang melawannya itu layaknya perselisihan yang terjadi antara prajurit dan komandannya, atau antara para komandan itu sendiri.
Syaikh Abu Ali al-Anbari segera menyeberang ke Syam. Perjalanannya itu ternyata adalah anugerah besar dari Allah kepada Daوlah Islamiyyah. Sesampainya beliau di Syam, beliau segera berkeliling ke berbagai daerah sampai menghabiskan waktu beberapa minggu. Beliau melihat dengan mata kepala sendiri seberapa buruknya administrasi yang berjalan. Beliau juga mengidentifikasi penyimpangan yang melanda pimpinan dan anggotanya, yang terjadi lantaran para penanggung jawabnya tidak mentarbiyah dan membekali anggotanya dengan ilmu syar’i yang cukup. Namun beliau rahimahullah menganggap bahwa kekeliruan itu masih bisa diperbaiki asal berusaha berusaha sekeras mungkin. Kemudian datanglah kesempatan emas bagi Syaikh untuk menyingkap tirai yang menutupi ketika beliau memutuskan tinggal di kediaman yang sama dengan al-Jaulani agar bisa membersamainya selama beberapa waktu sehingga bisa mengamati lebih dekat karakter dan sikapnya. Maka selama sebulan atau kurang Allah singkapkan untuknya banyak perkara, yang menyebabkannya segera mengirim surat peringatan kepada Amirul Mukminin untuk segera bertindak sebelum lepas kontrol. Beliau mengirim surat yang menyingkapkan hakikat al-Jaulani si pengkhianat. Beliau ceritakan apa yang dilihatnya. Beliau gambarkan dengan teliti karakternya. Diantara yang beliau tulis tentang al-Jaulani adalah: “Seorang konspirator, bermuka dua, mencintai dirinya sendiri dan tidak peduli dengan agama prajuritnya. Ia siap mengorbankan darah mereka agar media menyebut-nyebutnya. Jika media menyebut-nyebutnya kegembiraannya meluap-luap seperti anak kecil…”
Surat inilah faktor utama kedatangan Amirul Mukminin ke Syam. Baginya Syaikh Abu Ali bukanlah pendusta, dan ia tidak mempunyai motivasi menjatuhkan lawan. Maka beliau segera menyeberangi perbatasan sekalipun amat berbahaya. Di Syam beliau telah ditunggu Syaikh Abu Ali yang segera meminta izin untuk kembali ke Irak karena telah menunaikan tugasnya, lagipula ia juga tidak menyukai buruknya kondisi di Syam. Namun permintaannya ditolak oleh Amirul Mukminin yang memintanya menemaninya dan menjadi tangan kanannya untuk memperbaiki kekeliruan al-Jaulani dan kawan-kawannya.
Usaha al-Jaulani dan kawan-kawannya untuk mempersempit gerakan Amirul Mukminin dengan alasan berusaha menjaga keselamatannya itu tidak berhasil. Beberapa pertemuan terbatas dengan para penanggung jawab dan sedikit berkeliling kepada para prajurit, cukup bagi Amirul Mukminin untuk mengetahui persoalannya. Beliau yakin bahwa para penanggung jawab amal sudah membuat kerusakan. Mereka hanya mementingkan dirinya sendiri, yang berdampak negative kepada para prajurit. Maka beliau segera memanggil al-Jaulani dan kawan-kawannya untuk meminta pertanggung jawaban dan mendengarkan alasan mereka ketika kesalahannya terbukti. Pertemuan ini menjadi pertemuan masyhur yang di situ al-Jaulani mementaskan sandiwara tangisnya dan al-Harari ngotot memperbarui baiatnya kepada Amirul Mukminin yang diikuti oleh kawan-kawannya satu demi satu. Mereka berharap mengulur waktu untuk menyempurnakan konspirasinya memecah barisan dan mengambil semua personel dan dana yang diamanahkan kepada mereka.
Dengan keutamaan Allah, Amirul Mukminin dan majelis syuronya tidak termakan tipuan murahan mereka. Mereka sepakat untuk memakzulkan al-Jaulani dan kawan-kawannya lalu mengangkat pemimpin baru Jabhah Nusrah, nama mujahidin Daوlah Islamiyyah di Syam ketika itu. Namun sempitnya waktu membuat pilihan itu tidak bisa dilaksanakan karena mereka mengetahui jika para pengkhianat itu mempercepat strateginya untuk membatalkan baiat dan mendeklarasikan
keluar dari imam mereka. Karena seminggu setelah pertemuan dengan Amirul Mukminin, terdengar kabar bahwa al-Jaulani memanggil kawan-kawan dekatnya dan memberitahu mereka tentang rencananya memisahkan diri dari Daوlah Islam Irak lewat konspirasi dengan petinggi Tanzhim al-Qo’idah di Khurasan. Maka pilihan terbaiknya ketika itu adalah membubarkan Jabhah Nusrah dan mendeklarasikan bahwa Jabhah Nusrah adalah bagian dari Daوlah Islamiyyah. Pilihan ini didukung penuh oleh Syaikh Abu Ali al-Anbari, dan pilihan inilah yang kemudian dirilis dalam kalimat Amirul Mukminin yang berisi penghapusan nama Daوlah Islam Irak dan Jabhah Nusrah menjadi ad-Daوlatul Islamiyyah fi al-Iraq wa as-Syam.
Konspirasi para pengkhianat itu gagal total. Mereka terpaksa memutuskan rangkaian konspirasi yang dijalinnya atas Daوlah Islamiyyah dengan dukungan amir al-Qo’idah Aiman azh-Zhawahiri. Maka mereka segera mengumumkan baiatnya kepada Zhawahiri untuk membingungkan anggotanya sehingga tidak mampu mengambil keputusan jelas. Dengan ini para pengkhianat itu mendapatkan kesempatan baru untuk mengambil langkah lain.
Allah menakdirkan Syaikh Abu Ali al-Anbari disukai dan dihormati banyak kalangan dari para thalibul ilmi, prajurit, dan amir dari berbagai penjuru Syam ketika beliau berkeliling ke berbagai daerah menunaikan amanat Amirul Mukminin. Hal itu kemudian menjadi salah satu factor pendukung keteguhan Junud Daوlah Islamiyyah ketika diterpa badai fitnah. Hanya dengan beberapa kunjungan ke beberapa tempat untuk menjelaskan duduk permasalahannya dan sebab diambilnya keputusan pembubaran Jabhah Nushrah, beliau bisa membuat mayoritas prajurit di daerah-daerah itu tetap memegang baiatnya kepada Amirul Mukminin. Sehingga para pengkhianat itu terpaksa kehilangan sebagian besar sumber dayanya karena tidak tersisa kecuali sedikit orang yang tertipu dan tukang catut dan sebagian kecil anggota wilayah timur yang terikat dengan si dajjal al-Harari. Konspirasi mereka gagal total. Tidak tersisa kecuali membesarkan persoalan tahkim ala Zhawahiri yang mereka kolaborasikan dengannya dan dengan Abu Khalid as-Sūri.
Kemurkaan mereka kepada Syaikh Abu Ali al-Anbari yang dengannya Allah menggagalkan sebagian besar proyek itu membuat mereka sampai merancang usaha pembunuhan terhadapnya dan beberapa amir lain. Sebagai bagian dari strategi lebih besar yang bertujuan menguasai garis perbatasan untuk memutuskan hubungan antara Junud Daوlah yang berada di Irak dan Syam. Namun mereka membatalkannya lantaran takut dengan pembalasan Junud Daوlah Islamiyyah yang mereka ketahui nama-namanya. Mereka yakin
detasemen-detasemen keamanan Daوlah Islamiyah yang tersebar di Syam mampu menghabisi mereka jika rencana tersebut dilaksanakan.
Syaikh Abu Ali al-Anbari kembali melakukan aktivitasnya tanpa kenal lelah, sebagai penanggung jawab Hai’ah Syar’iyyah dan anggota Komite Umum Pengawas seluruh amal di Syam. Masa-masa itu adalah masa yang paling berat baginya karena besarnya tanggung jawab yang dipikulkan di atas pundaknya. Usahanya dicurahkan untuk memberikan taklim, berdakwah, dan melakukan riset-riset syar’i. Ditambah persoalan administrasi daerah yang dikuasai, dan mengatasi permasalahan yang terjadi dengan faksi-faksi dan organisasi-organisasi perlawanan setempat. Diluar tanggung jawab pengawasannya atas hakim dan mahkamah-mahkamah islam yang mulai dibentuk di daerah-daerah yang berhasil dikontrol, yang mana tugasnya adalah menjaga keberlangsungan aktivitas peradilannya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Pada masa itu, salah satu sifat beliau yang paling nampak adalah beliau tidak pernah putus asa mendakwahi faksi-faksi perlawanan untuk beriltizam kepada tauhid dan Sunnah. Beliau menemui komandannya dan memperingatkan mereka akan bahayanya berhubungan dengan negara-negara thaghut dan intelijennya, beliau memberi tahu mereka bahwa intelijen thaghut itu hendak menyeret mereka menjadi murtad melalui dukungan yang diberikannya. Memanfaatkan bantuan itu untuk mengontrol jihad di Syam dan
memanfaatkannya untuk memerangi Daوlah Islamiyyah melalui perekrutan proyek-proyek shahawat yang mirip dengan di Irak. Dan itulah yang terjadi beberapa bulan kemudian, ketika faksi-faksi itu menyerang Daوlah Islamiyyah. Kisah pengkhianatan mereka di daerah-daerah di Aleppo, Idlib, as-Sahil, dan wilayah timur Syam bukan rahasia lagi.
Setelah kegagalan proyek shahawat di Syam
– dengan keutamaan Allah – dan keberhasilan Daوlah Islamiyyah mengontrol wilayah yang cukup luas, lembaga-lembaga negara yang berfungsi menopang penegakan hukum Allah mulai bekerja secara aktif. Syaikh Abu Ali al-Anbari bekerja secara aktif mensukseskan proyek pendirian kantor-kantor kenegaraan seperti Dewan Peradilan, Hisbah, Dakwah dan Zakat, disamping juga Kantor Riset dan Penelitian, setelah Hai'ah Syar’iyyah dibubarkan dan tanggung jawabnya dibagi-bagikan kepada dewan-dewan tersebut. Setelah Allah menaklukkan Mosul dan daerah-daerah lain di Irak melalui tangan hamba-hambanya para muwahhid, dan penggabungan Irak dan Syam dengan penghilangan batas-batas negara, beliau rahimahullah memohon dibebastugaskan dari tanggung jawab yang selama ini diembannya untuk kembali ke tempat dimulainya dakwah dan jihadnya, yaitu kota Tal ‘Afar. Permohonannya dikabulkan. Beliau tinggal di sana selama beberapa waktu
menjadi prajurit Daوlah Khilafah. Beliau ikut serta dalam berbagai pertempuran melawan atheis Kurdi, Peshmerga murtad, dan Yazidi musyrik di Gunung Sinjar dan daerah sekitarnya. Allah meneguhkan para mujahidin lewat tangan beliau di berbagai pertempuran.
Perjalanan hidupnya ditutup ketika menjadi bendahara baitul mal ketika beliau kembali dipanggil untuk mengaturnya. Beliau tinggal di kota Mosul selama mengemban tanggung jawabnya itu. Beliau mengawasi sendiri banyak dari tahapan proyek penggantian mata uang kertas thaghut yang tidak ada nilainya dengan mata uang logam yang bernilai intrinsic sebagaimana seharusnya. Allah menyejukkan matanya dengan melihat pedagang di Daوlah Islamiyyah saling tukar menukar dinar emas dan dirham perak.
Ketika itu para salibis terus mengawasi
pergerakan Syaikh melalui jaringan mata-mata dan pesawatnya. Beberapa kali mereka mengumumkan berhasil membunuhnya. Sedangkan beliau terus melanjutkan dakwah dan jihadnya, melaksanakan tanggung jawabnya tanpa takut sedikitpun dengan ancaman mereka. Beliau menemui para pedagang, berkumpul dengan para penanggung jawab administrasi Daوlah Islamiyyah dan berpindah-pindah tempat mengajarkan Dien kepada masyarakat sebagai khatib dan guru. Sampai kemudian Allah menakdirkan beliau terbunuh di tangan salibis dengan meledakkan sabuk peledaknya ketika terkepung salibis yang diterjunkan untuk menangkapnya dalam perjalanannya menyeberang ke Irak. Beliau menolak menyerah tidak membiarkan salibis menangkapnya. Syaikh Abdurrahman bin Musthafa al-Hasyimi al-Qurasyi terbunuh
ketika umurnya mencapai 60 tahun.
Mayoritasnya dihabiskan di mimbar-mimbar masjid, halaqah ilmu, berada di barisan mujahidin dan di balik jeruji penjara salibis.
Syaikh Abu Ali al-Anbari terbunuh sebagai syahid di tangan orang-orang musyrik, menyusul kedua anaknya ‘Alā dan Imaduddin yang terbunuh dalam jihad, dan menyusul kawan-kawannya yang telah syahid seperti Abu Mush’ab az-Zarqawi, Abu Hamzah al-Muhajir, Abu Abdurrahman al-Bilawi, Abu al-Mu’taz al-Qurasyi dan Abu al-Harits al-Anshari, demikianlah kami kira dan kami tidak menyucikan seorangpun di hadapan Allah.
Seorang alim, ‘abid, da’i, dan mujahid terbunuh meninggalkan warisan ilmu dan dakwah kepada tauhid dan menjauhi syirik dengan segala macam bentuknya khususnya syirik taat, yang beliau sempat menulis sebuah buku tentang itu dan menyampaikan puluhan khutbah, kuliah umum dan pelajaran dengan tema itu.
Semoga Allah menerima Syaikh mujahid kita, membalasnya dengan pahala sebaik-baiknya, dan mengumpulkan kita dengannya di surga firdaus yang tertinggi bersama para nabi, syuhada, dan orang-orang jujur, dan merekalah sebaik-baik kawan.
#Sumber : Rumiyah2
Barokallohu fiikum
3 notes · View notes
hilyahkamilah · 1 year ago
Text
Secara berturut-turut setiap ketemu teman, aku selalu ditraktir, tidak diizinkan bayar makananku sendiri.
Sejak semalam aku kepikiran; apakah tampangku agak sedih jadi lebih baik mereka yang bayar, apakah aku agak kurusan padahal aku sedang diet, atau apakah ada kebaikan yang dulu aku lakukan, atau sebuah peringatan. Wallahu a'lam.
Tentu saja, ini adalah bagian rezeki dari Allah yang diperantarai oleh teman-temanku.
Sejujurnya aku juga ingin berkontribusi, bukan sekedar menikmati. Terlebih kami jarang berjumpa.
Mungkin lain kali aku harus bergerak cepat langsung traktir mereka juga, supaya gak keduluan mereka yang bayar. Atau ini sebagai pengingat untuk undang teman-teman makan, biar aku yang bayar.
Memang rezeki Allah itu datangnya dari mana-mana dan tak terduga.
Semoga Allah limpahkan kebaikan bagi kita semua. Aamiin.
4 notes · View notes
desyilmi · 2 years ago
Text
Connected
Judul “Reconnecting” di tulisan kemarin, mengingatkan saya pada suatu momen. Segala hal tentang saat itu, membuat saya membubuhkan judul “Connected” pada tulisan kali ini: TERHUBUNG.
Saat itu, kami sedang menjadi panitia sebuah agenda kaderisasi. Terpilihlah alam sebagai tempat menempa diri, sebut saja Hutan Pinus Nglimut di Kendal. Untuk acara ini, kami sudah bersiap beberapa bulan sebelumnya. Tentu saja, banyak tantangan dijumpai. Saking banyaknya, saya pernah temukan seorang yang ceria menyendiri menangis karena lelah. Hanya tepukan-tepukan kecil yang mampir di pundaknya, entah dapat membantu atau tidak :D
Saat itu para lelaki sudah meluncur ke Hutan Pinus. Saya dan Mba @bardiatulazkia yang menyusul, harus berangkat berboncengan berdua, tanpa iringan laki-laki (maklum Fakultas Kekurangan Mas-mas hehe). Saat hari mulai gelap, tiba-tiba hujan mengguyur sangat deras. Kami memutuskan berhenti di pos kosong di pojok tikungan. Setelah hujan cukup reda, kami melanjutkan perjalanan menerjang gelap. 
“Il.. Muroja’ah apapun yang Iil hafal..”. Kami mulai sedikit takut, motor yang dinaiki benar-benar sendirian di tengah kegelapan. Jika ada cahaya kendaraan lain, antara bahagia dan takut juga tak dapat dijelaskan. Bisa jadi orang baik, bisa jadi bahaya juga, ya kan? 
Alhamdulillah. Allah sampaikan kami ke lokasi panitia, walau sempat tersesat di jalan yang gelap dan menanjak. Bahkan ada juga kawan kami, yang harus terpeleset motornya saat berangkat. Keesokan malamnya, beberapa juga harus terjaga. Terkadang sesaat mengistirahatkan diri di karpet yang beratapkan langit saja. Sungguh penuh drama kepanitiaan ini wkwk :”)
Apakah cukup sampai di situ? Oh tentu tidak. Puncaknya adalah saat pembicara utama yang kami undang dari luar kota, tiba-tiba H-1 menyampaikan tak dapat hadir karena suatu kendala. Kami panik. Tapi seorang senior (non panitia), bersegera meminta kami membaca Qur’an. Sedangkan mereka berikhtar mencari alternatif pembicara. 
Acara tetap berjalan sesuai rundown. Beberapa panitia tetap bertugas sebagaimana mestinya, dan sisanya menyibukkan diri dengan Qur’an masing-masing. Seyakin itu kami, bahwa kemujaraban Qur’an akan menjadi obat ketidaktenangan. Sekaligus merayu, “Yaa Allah, bantu kami...”
Indah. Hingga jawaban Allah pun seindah itu. Seorang mantan Presiden BEM dari provinsi sebelah, alhamdulillah menyambut undangan kami. Beliau berkenan segera berangkat naik bus, kemudian menuju lokasi dengan motor panitia, yang jaraknya juga cukup jauh. Tak hanya itu, beliau berkenan menginap di tenda kecil bersama panitia. Undangan macam apa yang disampaikan H-1 dengan fasilitas seperti itu. Namun beliau hanya berucap kurang lebih, “Saya tahu rasanya jadi kalian, jadi saya coba memosisikan diri. Selagi bisa, kenapa tidak?” 
Sejak pertama mendengar kabar kesanggupan pembicara, hati saya terhujani. Saya menepi sambil menangis. Sangat membara beliau menyampaikan materi di barak, dan peserta menyambut dengan sautan sorai semangat. Saya menyaksikannya dari jauh, tetap sambil menangis. “Allah baik banget... Baiiiik banget...” (Sepertinya di momen seperti itu, @ansefast selalu ada di sana menjadi saksi :D)
Bohong jika kami tak lelah. Panik-paniknya juga ada, tapi tetap saja menenangkan. Di dalam lelah itu, saya masih menangkap aura bahagia dari teman-teman panitia. Saya tangkap juga sabarnya teman-teman yang terkena musibah. Dengan segala drama, kira-kira apa yang masih menyatukan kita? 
We're connected for reasons we didn't really know. And that connection, it turns out, was a gift from Allah.
Setelah saya pikir-pikir sekarang... Ternyata bukan hanya acaranya yang kami ikhtiarkan, tapi juga frekuensi iman. Saat itu, kami diminta tak jauh dari Qur’an, juga tetap kencangkan sabuk amal ruhiyah. Selalu begitu sejak zaman persiapan.
Drama-dramanya tetap saja ada. Namun apa yang terbayarkan setelahnya, selalu dapat membuat tersenyum bahagia. Indah sekali dikenang walau berbilang tahun sudah berjalan. Memang mustahil jika nostalgia tak akan berujung panjang :)
------------------------------
Dari Jogja, 06/01/2023 | 7:57 WIB
12 notes · View notes
pamungkas2901 · 2 years ago
Text
#1
Pernah sekali dirimu datang ke dalam mimpiku. Padahal dirimu tak pernah aku undang atau pun aku jemput layaknya jelangkung. Tetapi entah kenapa kamu tiba-tiba datang begitu saja.
Heran..
Padahal rasa itu sudah lama hilang setelah sekian lama tak bertemu denganmu. Tetapi kamu datang ke alam mimpi yang layaknya diriku merindukan dirimu ataupun sebaliknya.
Padahal sudah jelas sekali. Kamu hanya ilusi yang aku ciptakan dengan kisah romansa yang tak pernah terjadi di dunia ini. Memang rasanya menghayal tuk mendapatkan dirimu seutuhnya, bahkan ada sebuah lagu yang ternyata menggambarkan diriku jatuh cinta padamu, sehingga membuatku memutarkan lagu itu berulang kali hingga hafal dan hanya orang tertentu yang mengerti.
Dan itu memang sengaja, agar tidak semua orang akan memahami lagu itu. Hanya saja itu perasaan yang aku simpan dan itu hanya aku dan tuhan yang tahu mengenai perasaan itu.
Aku sadar memang tak pernah bisa memilikimu hingga akhirnya mampu melupakanmu namun hanya tersisa kenangan nostalgia saja yang masih tersisa di otak dan lagu itu.
Bahkan ketika dengar lagu itu jadi teringat bertemu denganmu, wajahmu, senyummu, semuanya tentangmu. Tetapi tenang saja, hanya itu yang bisa aku rasakan dan memilih memendam rasa itu.
Aku hanyalah seorang pengecut yang tak mampu mengungkapkan rasa itu dan rasanya tak pantas mendapatkan hal itu. Banyak hal yang aku perbaikan diri dari diriku sendiri.
Tetapi terima kasih atas kenangan yang tercipta saat itu. Dan terima kasih juga seorang penyanyi yang membawakan lagu itu dengan apik.
Meski pun saat ini tak pernah bisa ku temui lagi, setidaknya jika bertemu lagi suatu hari lagi kita bisa berkomunikasi layaknya teman. Di bandingkan dirimu akan menjauhiku hingga akhir hayat.
Tumblr media Tumblr media
10 notes · View notes
kphpdraisme · 2 years ago
Text
Nilai nyawa si kecil
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ -Q.S Muhammad : 7
Fatimah, apakah semua capai hari ini, tampak seperti hasil upaya keras mu? haha, tertawailah diri bilamana terasa serupa. lalu menangislah segera, bertaubatlah pula.
Kau itu, hanya, 'kebetulan' terpilih oleh Ia. Sama halnya dengan ribuan yang terpilih sebelummu. Yang kita minta itu, akan dipintakan tanya atasnya, setiap detik keterhabisannya.
Dua tahun lalu, Allah izinkan untuk tetap lulus tes persiapan, dengan fakta : persiapanmu tak siap, lalu ditengah itu pula kau sibuk menyortir pakaian bekas, dan menerima setoran, dan kontak kontak teman lama untuk mengajak berjuang bersama, padahal di pagi harinya kau tes lisan, tes tulisan.
Kemarin, Allah izinkan untuk tetap lulus tes masuk, dengan fakta : persiapanmu masih sangat kurang, lalu ditengah itu pula kau sibuk undang kawan sana sini agar berjuang bersama, dan kontak sana sini untuk pastikan suatu proyek berjalan, dan tunaikan hiruk pikuk semua warna hidup berasrama, padahal di pagi harinya kau tes tulisan, ujian harian.
Fatimah, apakah semua capai hari ini, tampak seperti hasil upaya keras mu? Malulah segera, semua itu bernilai hanya karena Ia. sungguh. Semua perizinan untuk tetap lulus, benar benar hanya karena, kau yang berupaya 'sevisi' dengan-Nya. Upaya remeh temeh tak berguna, yang Ia izinkan, tetap diterima. meski sebenarnya tak berguna.
Jadi, hujamkan berkali kali pada diri, Kau itu, setidak-berharga itu, kecuali sebab Ia memberimu harga. Dan hari hari di depan sana yang tampak akan banyak berdarah itu, pastikan ia bertalikan padaNya. dan sambutlah, sebisamu. tak apa, telanlah semua niscaya mendamba tempat serupa dengan semua manusia yang purna fakta mereka diridhoi Ia. tak apa, teguklah semua proses menyesakkan atas keberjalanan diatas janji janji-Nya.
Telah tampak ayat-Nya pada dirimu kemarin hari, pada buku di genggamanmu, pada langit dan laut yang memukaumu, pada manusia yang dipertemukan denganmu, Telah tampak ayat-Nya, di segala penjuru. Maka berupayalah, agar tak malu atas semua ayat yang ditampakkan itu. Kumohon, berupayalah agar bisa kelak tegak kepalamu ketika bertemu-Nya.
Oke, Fatimah? Berupayalah, semampumu. semampu hamba yang setiap detiknya disaksikan hidupnya. Ini disaksikan Fatimah, disaksikan.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۖ -Q.S An-Nisa : 40
Dan Dia, tak pernah zhalim. atas semua upaya remeh-mu itu.
7 notes · View notes
aswadi-blibis · 1 year ago
Text
Tautkan kode undangan saya untuk menerima Rp 3150 segera!
Undang teman Anda untuk menonton video, Anda bisa mendapatkan hingga Rp 80000 untuk setiap teman! https://sck.io/f/UPsdB9qk
2 notes · View notes
agmosphere · 2 years ago
Text
dulu, aku pikir privilege itu cuma untuk orang-orang tertentu. privilege kerap dikaitkan dengan hal-hal yang mewah dan menakjubkan tapi lebih banyak yang dibahas adalah dasarnya dari materi. tapi, aku rasa mungkin enggak selalu begitu. karena hidup dengan lebih pun kadang nggak selalu buat bahagia. dan itu memang realitanya. aku coba untuk liat dari banyak sisi sampai akhirnya aku sadar kalau materi bukan satu-satunya dasar untuk bahagia. walaupun ga bisa kita pungkiri, hidup ini memang butuh materi, tapi materi bukan segalanya karena sejatinya manusia hanya akan berusaha menemukan kebahagiaannya. dan kalau kita udah menemukan kebahagiaan itu, ya artinya kita udah dapatkan privilege yang sebeneranya dengan menjadi bahagia (dengan atau tanpa materi).
ibuku sering bilang “hidup ibu beruntung karena punya suami seperti bapak, yang sangat sabar dan selalu berjuang untuk keluarga. bukan hanya ibu yang merasa begitu, tapi nenek dan juga semua saudara serta teman teman ibu, mereka bilang bapak itu istimewa dan mungkin hanya ada satu.”
aku sempat berpikir bahwa yang ibu sampaikan hanya ungkapan rasa cintanya sebagai seorang istri, tapi aku tau bahwa itu bukan hal yang biasa karena tidak semua pasangan dikaruniai perasaan cinta sedalam itu. dan aku bisa bilang bahwa bapak adalah privilege untuk ibu dan kehidupannya saat ini. karena kalau bukan bapak, belum tentu rasanya akan begitu. begitupun untukku, bapak memang lelaki yang ajaib, ia sangat peka. Ia bisa memberiku apapun yang aku ingin. kadang kala walau aku tidak ingin bahkan bisa ia bawakan. lucunya kadang kala sampai tidak masuk akal, aku ceritakan salah satunya. ketika aku wisuda online, aku pernah menggerutu karena merasa terlalu sepi untuk wisuda dengan tidak tatap muka, kemudian bapakku berkata “ya sudah, bapak undang tetangga ya supaya ramai? kita undang 10 saja (ucapnya dengan bersemangat)” setelah membacanya pasti kau akan ikut tertawa, tapi ya itulah bapakku. Ia terlalu sempurna dan tentu jadi salah satu privilege bagi hidupku.
Jadi hari ini aku sudah lebih yakin bahwa privilege bisa menyangkut akan banyak hal, semakin kita merasa bersyukur maka semakin kita akan merasa memiliki sesuatu (apapun itu) sebagai hal yang sangat istimewa dan berharga untuk hidup kita. Jadi, sudahkah kalian bersyukur hari ini?
5 notes · View notes
wafaauliya · 2 years ago
Text
Victim Blaming: Kekerasan Simbolik Terhadap Perempuan
Tahun 2017 lalu, Agni (bukan nama sebenarnya) seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melaporkan bahwa dirinya mengalami pelecehan seksual ketika sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Pulau Seram, Maluku. Agni yang saat itu ingin kembali ke penginapan putri terjebak hujan deras. Ia akhirnya menginap di pondok pelaku yang merupakan teman laki-laki satu kelompok KKN-nya. Di pondok ini lah Agni menerima pelecehan seksual dari pelaku. Agni kemudan melaporkan tindakan pelecehan seksual ini ke Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Namun, alih-alih mendapatkan dukungan, Agni justru mendapatkan kata-kata kurang mengenakkan yang justru menyalahkan dirinya sebagai korban.
Dikutip dari KOMPAS.com, Tommy selaku kuasa hukum pelaku justru menyalahkan dan mempertanyakan keputusan Agni yang tidak melakukan pelaporan kepada polisi. “Kenapa korban hanya melakukan curhatan kepada Balairung? Kenapa tidak melapor ke polisi? Polisi itu tempatnya menegakkan hukum,” ungkapnya. Sementara itu, dikutip dari balairungpress.com, salah seorang pejabat DPkM juga mengatakan bahwa Agni turut bersalah dalam kasus ini. Ia bahkan menyamakan Agni dengan gereh atau ikan asin dalam bahasa Jawa. “Jangan menyebut dia (Agni) korban dulu. Ibarat kucing kalau diberi gereh pasti kan setidak-tidaknya akan dicium-cium atau dimakan,” katanya.
Miris, namun hal ini sungguh terjadi. Agni mungkin hanya satu dari sekian banyak perempuan lain yang mendapati perilaku serupa ketika melaporkan atau menceritakan pelecehan dan kekerasan seksual yang dialaminya. Kalimat-kalimat seperti “Kamu seharusnya tidak pulang sendirian larut malam”, “Kalau mau pergi makanya jangan pakai celana pendek” atau “Kenapa waktu kejadian kamu tidak berteriak?” masih sering terdengar diucapkan kepada para penyintas kekerasan seksual. Perlakuan menyalahkan korban yang dikenal dengan istilah victim blaming menjadi hal yang sering ditemukan di lingkungan masyarakat yang patriarkis dan cenderung menormalisasikan rape culture.
Kekerasan Seksual dan Victim Blaming
Dalam Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, kekerasan terhadap perempuan dimaknai sebagai “tindak kekerasan yang didasari pada perbedaan gender yang mengakibatnya adanya kerugian fisik, seksual, dan psikologis, atau menimbulkan kerugian pada perempuan, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan, perampasan kemerdekaan yang terjadi di depan umum ataupun dalam kehidupan pribadi” (United Nations General Assembly, 2015). Sementara itu. dalam Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) pasal 1 angka 1 dijelaskan bahwa, “Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang, dan/atau perbuatan lainnya terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, bertentangan 2 dengan kehendak seseorang, yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya, dan/atau politik.” Dari sini dapat kita ketahui bahwa kekerasan seksual tidak hanya seputar pemaksaan hubungan seksual saja, namun juga perbuatan-perbuatan lain seperti catcalling, memegang atau melihat bagian tubuh tertentu, dan ejekan-ejekan secara verbal juga termasuk dari kekerasan seksual. Kekerasan seksual dapat terjadi baik kepada perempuan maupun laki-laki. Walaupun begitu, hingga saat ini perempuan merupakan kaum yang lebih banyak menjadi korban kekerasan seksual. Menurut data pengaduan ke lembaga layanan kekerasan seksual yang tercatat di CATAHU 2022, terdapat 2.456 kasus kekerasan seksual sepanjang tahun 2021. Sementara itu, berdasarkan data pengaduan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), terdapat 2.204 kasus kekerasan seksual sepanjang tahun 2021 dengan 1.051 kasus kekerasan seksual dilakukan di ranah publik (Komnas Perempuan, 2022).
Penyebab kekerasan seksual sendiri tidak lain dan tidak bukan adalah patriarki. Patriarki sendiri merupakan sistem sosial yang melihat perempuan sebagai kaum subordinasi kelas dua dan menempatkan perempuan di bawah laki-laki dalam struktur sosial masyarakat. Sistem patriarki menjadi akar utama terjadinya kekerasan seksual terhadap perempuan. Sistem ini membuat perempuan berada dalam posisi inferior. Dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, perempuan ditempatkan sebagai kaum yang lemah dan berhak didominasi hingga kekerasan seksual yang dialami perempuan dianggap wajar karena sudah menjadi “tugas” perempuan menjadi objek fantasi laki-laki (Fushshilat & Apsari, 2020). Tak hanya kekerasan seksual, patriarki juga membatasi ruang gerak perempuan. Banyak perempuan yang mengalami diskriminasi berbasis gender dalam ranah pendidikan, ekonomi, hingga pemerintahan akibat sistem patriarki yang menganggap laki-laki haruslah didahulukan dibanding perempuan. Diskriminasi terhadap perempuan juga lah yang kemudian membuat kasus kekerasan seksual semakin sulit untuk diatasi. Diskriminasi terhadap perempuan ini lah yang kemudian melahirkan fenomena victim blaming terhadap penyintas kekerasan seksual, seperti yang terjadi pada Agni.
Victim blaming merupakan istilah yang menyalahkan korban terhadap suatu bencana atau kesalahan yang menimpa dirinya (Alfi & Halwati, 2019). Fenomena victim blaming ini dapat terjadi di berbagai kasus sosial seperti kemiskinan, pembunuhan, dan tentu saja kekerasan seksual.  Banyak perempuan korban kekerasan seksual yang justru disalahkan dan dianggap tidak bisa menjaga diri karena memakai pakaian yang terlalu terbuka, dianggap terlalu berlebihan dalam menginterpretasikan tindakan laki-laki, bahkan dianggap lemah karena tidak bisa melawan perlakuan kekerasan dari laki-laki. Tak hanya itu, alih-alih berfokus pada pelaku kekerasan seksual, pemecahan masalah kekerasan seksual justru malah berfokus pada “edukasi” kepada korban. Perempuan diminta untuk selalu berpakaian tertutup, untuk tidak pulang larut malam sendirian, bahkan diminta untuk belajar bela diri agar dapat melawan. Padahal, permasalahan utama dari kekerasan seksual ada pada pelaku, dan bukan korban. Victim blaming juga mengakibatkan semakin banyak perempuan yang takut untuk bersuara ketika mengalami kekerasan seksual. Reaksi masyarakat yang justru malah menyalahkan korban serta hukum dan pemerintahan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya membuat banyak perempuan korban kekerasan seksual memilih untuk tutup mulut. Bungkamnya korban akan berdampak kepada semakin sulitnya kasus kekerasan seksual ini diatasi.
Victim Blaming sebagai Bentuk Kekerasan Simbolik
Victim blaming berupa kalimat-kalimat penyalahan yang dilontarkan kepada penyintas kekerasan seksual dapat dikategorikan sebagai bentuk kekerasan simbolik. Bourdieu (1991), mengatakan bahwa kekerasan simbolik merupakan kekerasan yang tersembunyi atau tak kasat mata yang dibaliknya menyembunyikan praktik dominasi dan objek yang mengalami tidak menyadari bahwa dirinya merupakan korban dari kekerasan simbolik. Ciri lain dari kekerasan simbolik adalah kekerasan ini dilakukan di kehidupan sehari-hari secara repetitif atau berulang-ulang. Kekerasan simbolik memiliki kaitan erat dengan konsep habitus yang juga dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Habitus sendiri merupakan kekuatan yang ada pada diri seorang individu dan merupakan sumber pemikiran yang kemudian dikonkretkan lewat tindakan individu tersebut. Menurut Bourdieu (1991), akar dari kekerasan simbolik adalah adanya dominasi gender. Dominasi laki-laki terhadap perempuan terbentuk dalam struktur-struktur sosial produktif dan reproduktif yang terjadi atas pembagian seksual yang memberikan bagian terbaik kepada laki-laki (Bourdieu, 2001). Sistem yang dilembagakan oleh dominasi gender, dikhususkan dominasi laki-laki, ini kita kenal dengan sebutan sistem patriarki.
Haryatmoko (dalam Novarisa, 2019) mengatakan bahwa wacana patriarki sebagai sistem merupakan bagian dari kekerasan simbolik karena sistem ini “menjebak” perempuan untuk berpikir dan bertindak berdasarkan wacana dari dominasi laki-laki. Perempuan kemudian juga memandang sistem patriarki atau dominasi simbolik laki-laki sebagai suatu hal yang dapat diterima dan menjalankannya seakan-akan hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Hal ini terjadi dikarenakan sistem patriarki ini telah diinternalisasi menjadi habitus para pelakunya sehingga para pelaku menjalankan peran masing-masing sebagai suatu kewajaran (Novarisa, 2019). Habitus patriarki yang merupakan sumber pemikiran individu kemudian dikonkretkan lewat berbagai tindakan dan salah satunya adalah victim blaming terhadap penyintas kekerasan seksual.
Sistem patriarki yang mengakar di masyarakat menjadi salah satu penyebab marak terjadinya fenomena victim blaming. Dominasi laki-laki yang kuat dalam sistem sosial masyarakat membuat laki-laki diposisikan sebagai pihak yang memiliki kuasa lebih atas perempuan. Perempuan dianggap sebagai objek yang diciptakan untuk membuat laki-laki tergoda, sehingga ketika kekerasan seksual terhadap perempuan terjadi, hal tersebut diasumsikan sebagai kesalahan perempuan yang tidak menjaga dirinya agar tidak “menggoda” laki-laki entah karena pakaiannya yang kurang tertutup, atau pergi larut malam, atau memakai parfum yang terlalu wangi. Sementara perilaku laki-laki dijustifikasi karena merupakan hal yang wajar bagi laki-laki jika tergoda melihat perempuan yang “tidak-menjaga-dirinya”. Fenomena victim blaming ini terjadi akibat sistem patriarki yang mana laki-laki memiliki dominasi yang besar dalam sistem masyarakat baik dari cara berpikir mereka maupun tindakan mereka. Sistem patriarki sangat sulit dihilangkan karena telah menjadi habitus dan baik secara sadar maupun tidak sadar sistem ini diamini oleh masyarakat.
Kesimpulan
Kekerasan seksual masih menjadi PR besar di masyarakat. Budaya victim blaming di masyarakat menjadi salah satu penyebab kekerasan masih sulit untuk diatasi karena perempuan sebagai korban masih terus disalahkan atas kekerasan seksual yang menimpanya sementara pelaku mendapatkan justifikasi atas perilakunya. Selain itu, budaya victim blaming akan berdampak buruk bagi korban terutama dari sisi psikologis. Budaya victim blaming juga memungkinkan korban-korban lainnya tidak berani untuk melapor karena takut disalahkan atas kekerasan seksual yang dialaminya. Terdapat berbagai faktor terjadinya victim blaming seperti kurangnya rasa empati terhadap sesama, kurang edukasi mengenai kekerasan seksual, dan tentu saja budaya patriarki yang mengakar kuat di masyarakat. Jika perempuan masih dianggap sebagai objek dan laki-laki adalah kaum yang berhak mendominasi dan berkuasa atas perempuan, maka kasus kekerasan seksual akan terus sulit diatasi. Kita harus dapat menyingkirkan bias gender ketika melihat kasus kekerasan seksual agar dapat dengan adil menimang dan memberikan solusi yang tepat atas kasus ini.  
Daftar Pustaka
Alfi, I., & Halwati, U. (2019). Faktor-faktor Blaming the Victim (Menyalahkan Korban) di Wilayah Praktik Kerja Sosial. Islamic Management and Empowerment Journal, 1(2), 217–228. https://doi.org/10.18326/imej.v1i2.217-228
Bourdieu, P. (1991). Language and Symbolic Power (G. Raymond & M. Adamson, Trans). Polity Press.
Bourdieu, P. (2001). Masculine Domination (R. Nice, Trans). Stanford University Press.
Fushshilat, S. R., & Apsari, N. C. (2020). Sistem Sosial Patriarki Sebagai Akar Dari Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan Patriarchal Social System As the Root of Sexual Violence Against Women. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 121. https://doi.org/10.24198/jppm.v7i1.27455
Komnas Perempuan. (2022). Bayang-Bayang Stagnansi: Daya Pencegahan dan Penanganan Berbanding Peningkatan Jumlah, Ragam dan Kompleksitas Kekerasan Berbasis Gender Terhadap Perempuan. CATAHU 2022: Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2021.
Maudy, C. (2018). Nalar Pincang UGM atas Kasus Perkosaan. Balairungpress.com. https://www.balairungpress.com/2018/11/nalar-pincang-ugm-atas-kasus-perkosaan/
Novarisa, G. (2019). Dominasi Patriarki Berbentuk Kekerasan Simbolik Terhadap Perempuan Pada Sinetron. Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 5(02), 195. https://doi.org/10.30813/bricolage.v5i02.1888
United Nations General Assembly. (2015). Declaration on the Elimination of Violence Against Women. Retrieved from stopvaw.org: http://www.stopvaw.org/declaration_on_the_elimination_of_violence_against_women
Wismabrata, H. M. (2019). Fakta Kasus Dugaan Pelecehan Mahasiswi UGM saat KKN, Kuasa Hukum Pertanyakan Pelapor hingga Ombudsman Panggil Rektor UGM. KOMPAS.com. https://regional.kompas.com/read/2019/01/03/17140741/fakta-kasus-dugaan-pelecehan-mahasiswi-ugm-saat-kkn-kuasa-hukum-pertanyakan?page=all
Ditulis sebagai tugas Ujian Akhir Semester, mata kuliah Teori Sosiologi Modern
3 notes · View notes
rejekibet · 7 months ago
Photo
Tumblr media
rejeki.bet (on Wattpad) https://www.wattpad.com/1446410025-rejeki-bet?utm_source=web&utm_medium=tumblr&utm_content=share_reading&wp_uname=RejekiBet RejekiBet REFERENSIKAN & DAPATKAN BONUS! Undang teman Anda untuk bergabung dengan RejekiBet dan dapatkan bonus luar biasa dengan program Refer & Earn kami yang menarik! Hadiah Referensi Bonus Pendaftaran: Dapatkan Rp 900 untuk setiap teman yang mengikat informasinya dan melakukan deposit dalam satu hari. Bonus Taruhan: Dapatkan 1% dari jumlah total taruhan teman yang Anda referensikan. Bonus Pajak: Dapatkan 90% pajak taruhan yang dibayarkan oleh teman referensi Anda. Nama domain tetap: rejeki.bet
2 notes · View notes