#umayyah ibn abd ar rahman
Explore tagged Tumblr posts
mehmetfath · 7 years ago
Text
Hisyam III: Berakhirnya Kekuasaan Umayyah di Cordoba
Hisyam III naik menggantikan Abdurrahman V. Ia berkuasa selama lima tahun menggantikan Muhammad III. Muhammad III memiliki seorang anak perempuan yang menjadi penyair yang terkenal, Walladah ibn Muhammad atau yang lebih dikenal dengan Walladah ibn Al Mustakfi.
Selama kekuasaannya, kerusuhan terus terjadi. Kerusuhan itu membuatnya harus lari hingga ke benteng Lerida di Aragon pada tahun 1031. Ia wafat di sana.
Kemudian, diangkatlah seorang dari Bani Umayyah bernama Umayyah ibn Abdirrahman. Banyak sejarawan tidak memasukkannya ke dalam daftar pemimpin resmi Bani Umayyah di Cordoba karena ia berkuasa hanya sehari.
Ketika Umayyah dilantik, orang-orang di sekitarnya berujar, “Kami sangat khawatir engkau akan dibunuh, sedangkan hidup Anda sekeluarga diliputi kebahagiaan.”
Ujaran itu dijawab Umayyah dengan jawaban yang direkam sejarah, “Silakan baiat diriku hari ini, dan bunuh aku esok hari!”
Dan ternyata, perkataannya terbukti. Ia dibaiat, tak lama setelah itu ia melarikan diri dan meninggalkan Cordoba. Kepergiannya menandai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah di Cordoba pada tahun 1031. Setelah itu, kekuasaan Islam di Cordoba terpecah ke dalam kekuasaan-kekuasaan kecil, mencapai lebih dari 15 kerajaan. Masa ini disebut juga sebagai Muluk Ath Thawa-if.
Betapa takdir Allah telah terencana. Bani Umayyah Damaskus tidak bisa bangkit tanpa kehadiran seorang Marwan ibn Al Hakam, namun ia juga runtuh ketika dipegang oleh Marwan ibn Muhammad. Sementara Umayyah Cordoba harus berakhir di tangan penguasa bernama Umayyah!
(Sumber: Artikel Republika: Umayyah ibn Abdurrahman; Wikipedia: Hisham III of Cordoba, Muhammad III of Cordoba)
1 note · View note
mehmetfath · 7 years ago
Text
Abdurrahman I: Pendiri Emirat Bani Umayyah di Cordoba
Namanya Abdurrahman ibn Mu'awiyah ibn Hisyam ibn Abdil Malik. Ketika fitnah ketiga mencapai puncaknya di tahun 750, hampir seluruh keluarga Bani Umayyah dijatuhi hukuman mati oleh Panglima Abdullah ibn Ali. Hanya segelintir yang mampu selamat, termasuk Abdurrahman yang ketika itu masih berusia 19 tahun.
Ia lari dari Irak, kemudian singgah di Raqqah selama lima tahun. Setelah itu, ia pergi ke Afrika Utara, kemudian mengutus Badr, salah satu loyalis Bani Umayyah, untuk menjadi mata-mata. Ia berkata kepada Bani Mudhar, "Bagaimana jika ada seorang dari istana khalifah, apa kalian mau membaiatnya?"
Bani Mudhar menjawab, "Bagaimana bisa?"
"Ini Abdurrahman ibn Mu'awiyah, (maka baiatlah ia)!" jawab Badr.
Selanjutnya, Abdurrahman berlayar menuju Almunecar, daerah timur Malaga, dan mendarat di sana. Ia langsung disambut oleh pasukan Syam yang loyal pada Bani Umayyah.
Dengan pasukan yang ada itu, ia berniat menyerang Andalusia yang kala itu dikuasai oleh Yusuf ibn Abdirrahman Al Fihri. Abdurrahman berhasil menang dan menjadikan Cordoba sebagai pusat pemerintahannya.
Ia dan anak-anaknya tidak bergelar khalifah, melainkan emir, hingga saatnya ketika Abbasiyah di Baghdad mulai melemah, Emirat Cordoba berubah menjadi Khilafah Cordoba di bawah pimpinan Abdurrahman An Nashir.
Ia berkuasa selama 32 tahun. Masa-masanya diwarnai kegemilangan. Ia mampu meredam gejolak yang ditimbulkan oleh kaum Yamaniyyun (Arab Selatan) dan kaum Barbar. Ia juga mampu mengusir pasukan kiriman Abu Ja'far Al Manshur yang berniat merebut Andalusia dan mengembalikannya ke tangan Bani Abbas.
Ketika Harun Ar Rasyid berkuasa di Baghdad, ia tidak sempat berpikir untuk menyerang Emirat Cordoba, karena selain jaraknya yang jauh, Byzantium yang berada di dekat mereka juga mulai berulah. Karena Ar Rasyid sibuk memerangi Byzantium, Charlemagne merasa punya peluang untuk menyerang Emirat Cordoba. Namun gejolak dalam negerinya membuatnya urung untuk pergi.
Abdurrahman terus memperkuat basis negaranya itu dari berbagai sisi. Dari sisi militer, ia berhasil membentuk armada bersenjata yang jumlahnya tak kurang dari 40 ribu pasukan. Ia juga memperkuat pertahanan negerinya dengan membentuk armada laut. Armada laut inilah yang nantinya di zaman Abdurrahman III An Nashir menjadi armada laut terkuat di Barat dan Laut Tengah.
Ia juga mengembangkan peradaban di sana. Dengan tangan dinginnya, Cordoba menjadi salah satu kota terbaik di dunia setelah Baghdad dan Konstantinopel. Cordoba juga tidak kalah dengan Baghdad dalam hal keilmuan. Bila Baghdad terkenal dengan sebutan "Negeri 1001 Malam", maka Cordoba terkenal sebagai "Pengantin Andalusia" karena keindahan dan kemegahannya.
Tiga tahun sebelum wafatnya, ia memugari Masjid Jami' Cordoba. Atapnya disangga oleh 1293 tiang. Hingga hari ini, masjid itu masih gagah berdiri dan menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan selain Istana Alhambra, istananya para emir Granada.
Abdurrahman juga dikenal sebagai orator ulung dan seseorang berkepribadian tangguh. Itu terbukti dari bagaimana ia bisa mendirikan Daulah Umawiyyah II di Cordoba setelah sebelumnya ia lari dari eksekusi Bani Abbas dalam keadaan nyaris tidak punya teman.
Cukuplah menjadi bukti ketangguhannya ketika seterunya, Abu Ja'far Al Manshur, memujinya dan menjulukinya dengan "Rajawali Quraisy" dalam sebuah pembicaraannya dengan teman-temannya.
Abdurrahman wafat di tahun 788 dalam usianya yang ke-57 di Cordoba. Anaknya yang bernama Hisyam melanjutkan kepemimpinannya.
(Sumber: Abdurrahman Ad Dakhil; Siyar A'lam An Nubala'; Tarikh Al Khulafa'; Wikipedia: Abd al Rahman I)
8 notes · View notes
mehmetfath · 7 years ago
Text
Abdurrahman IV: Di Ambang Keruntuhan
Di tengah suasana pelik yang terjadi di Cordoba, Bani Hamud mendeklarasikan daulah yang terlepas dari kekuasaan Umayyah di Cordoba. Pemimpinnya adalah Ali ibn Hamud, dan basis mereka berada di Ceuta.
Dengan apa yang terjadi pada Bani Umayyah, Ali ibn Hamud kemudian melakukan surat-menyurat dengan Khairan Al Amiri, penguasa Almeria. Sesampainya di Almeria, pasukan gabungan Ali ibn Hamud dan Khairan Al Amiri menginvasi Cordoba dan menguasainya, sementata khalifah yang berkuasa saat itu, Sulaiman, tewas dalam peperangan. Ali ibn Hamud mendeklarasikan diri sebagai pemimpin atas nama Hisyam II. Ia menggelari dirinya dengan Al Mutawakkil.
Ternyata selama pemerintahannya, Ali ibn Hamud banyak mengikis unsur keluarga Umayyah. Khairan Al Amiri kecewa akan hal ini. Kemudian ia mengangkat Abdurrahman ibn Muhammad sebagai khalifah di Cordoba. Namun, ia hanya berkuasa sebentar. Ali ibn Hamud segera menghentikan pemberontakan ini. Sementara Abdurrahman IV tewas dalam sebuah peperangan di Cadiz. Padahal, ia diharapkan mampu mengangkat kembali nama Khilafah Cordoba sebagaimana para pendahulunya yang bernama sama dengannya.
Kematian Abdurrahman menyisakan dendam dalam benak keluarga Bani Umayyah. Mereka sudah menunggu Ali di Almeria untuk menghabisinya. Tinggal menunggunya datang untuk pergi, rupanya ia dihabisi oleh hamba sahayanya sendiri yang mencekiknya hingga tewas.
Al Qasim ibn Hamud segera bergerak menuju Cordoba ketika mengetahui saudaranya tewas. Ia kemudian mengumumkan diri sebagai khalifah dan berkuasa 5 tahun.
Di tahun 1023, terjadi peperangan antara Bani Umayyah dan Bani Hamud. Akhirnya, solusi sementara berhasil didapatkan. Jabatan khalifah kemudian diserahkan kepada Abdurrahman V yang bergelar Al Mustazhir. Namun, ia hanya berkuasa satu tahun, sehingga sebagian ahli sejarah urung memasukkannya ke dalam daftar pemimpin resmi Khilafah Cordoba.
Abdurrahman V dan Qasim ibn Hamud tewas ketika Muhammad III ibn Abdirrahman yang bergelar Al Mustakfi datang menyerang Cordoba. Ia kemudian naik sebagai khalifah dan berkuasa selama setahun. Kemudian naik dua orang (beberapa ahli sejarah hanya mencantumkan satu, karena salah satu dari keduanya hanya memimpin satu hari --pen.) sebagai khalifah, yaitu Hisyam III Al Mu'tamid dan Umayyah ibn Abdirrahman.
(Sumber: Artikel Republika: Al Murtadha; Wikipedia: Abd ar Rahman IV)
3 notes · View notes
mehmetfath · 8 years ago
Conversation
Rajawali Quraisy di Semenanjung Iberia
Suatu hari, Abu Ja'far Al Manshur, khalifah kedua Bani Abbas di Baghdad, bertanya kepada para sahabatnya...
Abu Ja'far (A): Tunjukkan kepadaku, siapa yang berhak dijuluki sebagai Rajawali Quraisy?"
Para sahabat Abu Ja'far (S): "Dirimu?"
A: "Tidak!"
S: "Kalau begitu, Mu'awiyah (ibn Abi Sufyan)."
A: "Tidak!"
S: "Abdul Malik ibn Marwan."
A: "Dia juga tidak."
S: "Kalau begitu, siapa dia, wahai Amirul Mu'minin?"
A: "Abdurrahman ibn Muawiyah (terkenal sebagai Abd Ar Rahman I "Ad Dakhil") yang menyebrangi lautan dan menuruni jurang, lalu masuk ke negeri orang asing sendirian. Kemudian dia membangun kota di sana, membentuk pasukan tentara, membangun kantor pemerintahan, dan mendirikan kerajaan setelah mengatur semua sarananya dengan baik dan penuh disiplin."
Sumber: Joesoef Sou'yb, Sejarah Daulah Umayyah di Cordoba, halaman 19, dengan penyuntingan seperlunya.
2 notes · View notes