#toko makanan terbakar
Explore tagged Tumblr posts
Text
Toko Makanan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Terbakar
TANGERANG – Kebakaran terjadi di terminal tiga Bandara Soekarno Hatta, Minggu (1/9/2024). Kebakaran yang melanda salah satu toko makanan di area keberangkatan terminal tiga. Perseonel Airport Rescue & Fire Fighting (ARFF) yang mengetahui adanya titik api langsung melakukan pemadaman api. “Atas kejadian ini dipastikan tidak ada korban jiwa baik luka maupun meninggal. Dan untuk tenant itu sendiri…
#bandara soeta#Dwi Ananda Wicaksana#Executive General Manager Bandara Soetta#Kabag Ops Polresta Bandara Soetta#Kebakaran#Kompol Alvin#terminal tiga bandara#toko makanan terbakar
0 notes
Photo
Beberapa hari lalu dalam perjalanan pulang ke rumah, saya berkata lirih dalam hati “Ya Allah, mohon bantu pertemukan hamba dengan orang yang membutuhkan makanan..”
Di atas motor saya memperhatikan orang-orang di pinggir jalan, hingga kemudian saya melihat seorang bapak yang sedang duduk lesu dengan memegang wadah besar khas memungut sampah..
Saya putar balik menuju beliau, saya amati beliau dari belakang. Tidak memakai alas kaki dan kulit yang terlihat terbakar sinar matahari. Mata saya berkaca-kaca, tidak sanggup memandang raut wajah beliau yang keletihan.
Saya kemudian melanjutkan perjalanan dan detik itu ingin sekali rasanya bisa membantu banyak orang.. Saya merenung; “Bukankah Allah Maha Penyayang, bukankah Allah Maha Kaya, bukankah sangat mudah bagi Allah untuk membantu hamba-hambaNya yang kesulitan seperti bapak itu..”
Kalau saya “manusia-biasa” (saja) ingin membantu, apalagi Allah Yang Maha Pengasih..
Kemudian saya teringat QS. Al Baqarah ayat 155-157,
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
----------------------------------------
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”
Siapa yang tidak pernah merasa takut atau kekurangan? Bahkan mudah sekali bagi Allah memberikan rasa takut kepada manusia. Tapi ternyata.. Allah Memberi rasa ketakutan, agar manusia belajar sabar, agar memperoleh ampunan dan rahmat.
Dan barangkali dengan kesabaran tersebut dapat menjadi jalan surga kita.. Kita tidak pernah tau, tapi Allah Maha Tahu..
----------------------------------------
“Sesungguhnya kami milik Allah”
Dan barangkali yang kadang tidak kita sadari, bahwa kita ini milik-Nya Allah.. kita ini Milik Dzat Yang Maha Baik, Maha Penyayang..
Maka tidak mungkin sang Pemilik mendzalimi hambaNya, setiap yang ada pada diri kita adalah bentuk kasih sayang-Nya.
Allah sedang mendidik untuk sabar, agar kita semua memperoleh kabar gembira di hari akhir nanti.. agar kita memperoleh ampunan dan rahmat-Nya.
Bukankah kita pernah melihat sederetan toko yang menjual barang yang sama bahkan hingga bertahan belasan tahun? Saya sering melewati sederetan kios-kios penjahit di dekat UGM. Bahkan sejak saya sekolah, kuliah, hingga saat ini bekerja, kios-kios itu masih tetap ada.
Setiap lewat, saya membayangkan betapa Maha Baiknya Allah karena mengatur rezeki setiap penjahit di kios dengan sangat rapih. Masing-masing penjahit setiap hari didatangi customer yang telah Allah gerakkan hatinya untuk menjahit di kios A, atau kios B, atau kios C. Semuanya Allah Yang Mengatur sehingga ada rezeki masing-masing..
Barangkali seperti itu juga rezeki kita.. rezeki yang berupa keluarga, sekolah, kampus, pasangan, pekerjaan, tempat tinggal, dsb. Allah pasti telah mengaturnya dengan sangaaat rapih, tidak ada kebetulan. Allah gerakkan hati kita menuju takdir kita masing-masing..
Maka tugas kita hanya memastikan agar setiap ikhtiar yang sedang dijalani saat ini terus diniatkan untuk meraih ridha Allah.
Maka semoga hati dan jiwa kita akan senantiasa tenang dan ridha, karena memahami bahwa segala yang hadir dalam hidup ini adalah bentuk kasih sayang Allah..
Duhai Allah Yang Maha Baik, terima kasih ya..
terima kasih banyak.. :”
1 Sya’ban 1442 H,
Bismillah, 30 hari menuju Ramadhan.
13 notes
·
View notes
Text
Ra - Gi (Sebuah Cerita).
Hei, kemari lah... Sini di samping ku, lihat kulit lengan ku belang. Hmm, kamu mencium tidak? Badanku bau asam.
Kurasa kita berdua mempunyai masalah yang sama soal bau badan. Terik sekali sore ini matahari. Oh yaa, lalu apa selanjutnya? Hanya berdiri memandangi kaca persegi ini?
Jadi begini pria kayu. Bisa kah kau rileks sebentar saja? Kita berdiri disini untuk melihat kekurangan masing-masing. Mari mulai dengan mu & tatap cermin itu bagian mana yang kau rasa tidak cukup puas.
Arggh... Ini aneh sekali. Hmm, aku sedikit gugup.
Itu sudah bagian dari perilaku mu, tidak usah kau bicarakan lagi. Ayo cepat! Aku sangat menunggu giliran ku.
Kau lihat mataku? Bola mataku sedikit menonjol & payah nya hanya di sebelah kiri, sebenarnya aku tak nyaman jika suruh berdiri di samping kanan mu. Mataku seakan keluar dan kau bakal mengejekku.
Ya tuhan, rupanya kau belum siap. Itu tak selalu buruk. Hmm, nah.. Kau lebih tinggi dari ku & badan ku lebih banyak berisikan lemak di banding mu. Lipatan ini seperti roti sobek bukan?
Ra, aku tak yakin untuk meneruskan ini. Aku keluar sebentar yaa.. Aku akan membawakan mu Es Jeruk.
Kemudian Gi keluar dari kamar itu meninggal kan Ra seorang. Ra, tetap berdiri di depan kaca. Sesekali menengok ke arah jendela sambil memegangi rambut dan berpose bak model iklan busana. Manis! Namun bila kau amati lagi sedikit, ia terlihat murung secara bersamaan. Mungkin dalam hatinya aku tidaklah cantik atau keadaan hati yang sedang kacau, entahlah. Ia belum sadar, potongan dari daun-daun kering masih menempel di rambutnya. Brak! Terdengar Gi, membuka pintu dengan wajah yang memerah & berpeluh keringat. Gi, terlihat kerepotan. Gi, memegang dua gelas sekaligus. nampak satu kaki Gi, menahan arah laju pintu. Lalu dengan sigap Ra, berjalan ke arah nya membantu Gi untuk mengambil gelas yang ada pada genggamanya. ----- Mereka berdua memutuskan untuk duduk di sofa berwarna hijau, menikmati Es Jeruk.
Teguk demi teguk mereka habiskan. Hingga salah satu dari mereka terlelap. Gi, rupanya kelelahan. Rasa kantuk sudah tidak tertahankan. Ra, yang baru saja menaruh gelas mendekati Gi menyeka sisa air jeruk yang menempel di bibir Gi, mengusap dahinya, membetulkan posisi kepala Gi. Ruangan yang di penuhi barang-barang ini adalah saksi bagi Gi dan Ra. 1 tahun lebih 2 bulan sudah tempat yang hanya mereka berdua yang tahu, selain rumah tempat dimana mereka pulang. Ini adalah rumah kedua bagi pelarian atas kejenuhan, kesumpekan, kebisingan rutinitas mereka. Sekali waktu, Gi seolah menyerah pada hidupnya. Hidup yang ia jalani terasa suram. Sebelum menemukan tempat ini, Gi menemui perempuan yang mampu menjawab mengapa Gi, kembali bersemangat menjalani hidup, dirinya tidak sekadar 1 dari sekian milyar bagian dari semesta. "Yang kamu lihat sama sekali tidak ada gunanya, nyatanya memiliki guna. Hanya saja, kepekaan akal serta hati tidak kamu maksimalkan. Bawa keduanya. Yaa! Hanya itu yang membedakan kita dengan makhluk lain." ucap perempuan itu.
Gi, mengapa kau harus tidur di jam-jam segini. Ibumu pernah bilang ; "Jauhi tidur di sore hari, maka kau akan beruntung!" kala itu kita pun tak merespon omongan Ibu. Dan kau Gi, ketika Ibu mu pamit sore itu hendak pergi keluar sebentar, ujarnya. meninggalkan kita berdua di rumahmu. Barang 10 menit Film berputar. Film yang amat sangat ingin kita tonton, ketika ku tengok kau Gi! malah tertidur. Aku ingat, kau tidak memberitahu ku Gi. Bahwa kau sedang mendidihkan air. Panci yang berisi air itu kering, karena mungkin saja kau mendidihkannya sebelum aku datang, panci itu terbakar. Kehendak memang tidak di kendalikan oleh Ibu mu, namun itu sudah menjadi pertanda. Perkataan beliau ada benarnya. Ibu mu yang sebenarnya tidak betulan pergi sebentar. Dan waktu yang sudah menunjukkan hampir pukul tengah malam--- "Ku yakin ibumu akan marah, nanti. Titip salam buat ibu yaa." kataku, sembari meringis. Aku kemudian pamit & meninggalkan kau.
Ra, memang tak mengeluarkan 1 patah kata pun ia hanya memandangi Gi sedari tadi, namun hatinya lah yang bersuara. "Untuk apa aku hanya diam disini & memandangi mu. Lebih baik aku pergi mandi." Kali ini, mulut Ra yang tengah bersuara. Ra, berjalan ke arah rak gantung. Mengambil handuk merah bermotif bunga miliknya. Kemudian bergegas masuk ke kamar mandi dan meninggalkan Gi, di ruangan itu seorang.
--------------------------------------------------
"Bagaimana makanan Bibi Mar, enak-enak bukan?"
"Enak Gi! Apalagi makanan tradisional yang berbahan ketan ini, aku sampai nambah. Selain enak, bahan-bahan makanan yang Bibi kau masak sudah dengan jelas, pasti menggunakan bahan yang bermutu tinggi. Minggu lalu, aku memakan makanan ini juga. Sumpah... Gula nya manis, namun seperti rasa manis sintetis, terlalu legit. Dan kelapa parutnya sedikit tengik. Dan tentu saja tidak ku habiskan."
"Hush! Sudah. Aku sejujurnya kasihan dengan Bibi Mar. Sepi pembeli. Sudah siang begini, hanya kita berdua yang nongkrong sedari tadi. Padahal, Kedai ini buka tiap hari. Kejadian itu memang membawa dampak cukup besar." Gi, melanjutkan suapan nya. Reaksi Ra mendengar ucapan Gi, tentu saja penasaran. Memangnya sebesar/atau seburuk apa, tanya hatinya.
"Memang ada kejadian seperti apa?" Ra, kemudian menimpali.
"Konsep kedai ini, awalnya adalah Kedai yang berpusat pada sajian makanan tanpa bahan hewani. Adapun rendang, umumnya memakai daging sapi. Akan tetapi, Bibi Mar menggantinya dengan jamur dan campuran kedelai lalu di bentuk sedemikian rupa, tidak hanya itu tekstur dan rasanya pun hampir tidak ada bedanya dengan rendang dari olahan daging sapi, ucapnya. Dan baru 1 bulan berjalan Kedai Bibi Mar, sudah mendapati pelanggan tetap. Tidak banyak memang hanya 1 keluarga saja, yang selalu datang makan malam tiap minggu nya. Terdiri dari 2 anak laki-laki umur belasan dan Ayah serta ibunya, tentunya."
"Lalu?" tanya, Ra.
"Di minggu ke-4 pada bulan Desember, sekaligus menjadi kedatangan terakhir keluarga tersebut. Kesialan menimpa Bibi Mar. Bagaimana tidak, mereka selalu memesan makanan yang sama, sempat Bibi Mar menawari beberapa makanan yang tidak tersedia di daftar menu kedai. Asal kau tahu, Bibi Mar kalau sudah menawari apalagi kepada pelanggan tetap nya. Sudah ku pastikan, menu itu adalah menu yang sangat spesial. Soal negosiasi harga, Bibi Mar selalu memberi pilihan terbaik. Mereka menolak dengan alasan ; "Kami sengaja memesan makanan yang sama, karena ketika kami kesini. Ini adalah semacam Tugas yang sudah kami jadwal. Untuk itu kami harus menuntaskannya. Kebetulan tawaran Ibu, ada di jadwal makan siang kemarin. Nah, anak ini yang memesan." Ucap Ayahnya, kemudian merangkul pundak sang Anak. Seperti kata Bibi Mar ; Ibu pun tak mau memaksa, takutnya nanti malah tidak datang lagi kesini, tambahnya. Tapi, memang benar firasat buruk itu menjadi kenyataan. Olahan balado terong yang di bumbui dengan tambahan kecap ikan di sajikan dan dimakan lahap oleh istrinya. Selang 5 menit Ibu itu muntah-muntah, membuat para pelanggan lain yang datang pada waktu bersamaan, mendadak kebingungan. Ibu itu muntah lalu meronta-ronta layaknya seseorang yang sedang sesak nafas. Tak ayal, semakin menguatkan pesan bahwa Ibu itu membutuhkan pertolongan sesegera mungkin. Muncul pertanyaan, mengapa Bibi Mar dengan beraninya mencampurkan bahan masakan itu, pada olahan nya? ----- Robby, Ra... Putra, Bibi Mar!"
"Ya, ada apa dengan Robby?" Ra, menyahut.
"Dia tidak sadar telah menukar kecap ikan miliknya dengan kecap asin non hewani, milik Bibi Mar. Robby, selalu tak pernah kehabisan stok kecap ikan di dapurnya. Karena tiada hari bagi ia tanpa memakan nasi sangrai dengan tumis bawang putih yang di bumbui 1 sendok teh kecap ikan. Aneh! Tapi itu lah, makanan sehari-hari Robby." Mangkuk yang berisikan sup di meja Gi, sudah tiba di suapan terakhir.
"Konyol! Bibi Mar, mungkin tidak memerhatikan kembali barang apa yang akan ia tuang pada kuali nya." Ucap, Ra.
"Kayak yang tidak tahu saja, Bibi Mar itu kan penglihatan nya sudah agak kabur. Dan baru-baru ini ia menjadi pelupa, wajar."
"Coba ceritakan lagi, setelah kejadian itu. Apa tindakan selanjutnya? Apa ada tuntutan dari pihak keluarganya. Menuding bahwa makanan dari kedai ini, mengandung racun? Atau bahan masakan yang sudah tidak layak pakai?" Dengan nada cepat, Ra kembali merespon.
"Aku tak tahu persis, karena ketika kami asyik bercerita. Di belakang ku, di ruko yang menjual sepatu. Terjadi kebakaran hebat, kepulan asap begitu tebal. Kumpulan abu riak berterbangan di udara. Orang-orang yang dekat dengan bangunan itu, panik. Termasuk aku."
"Lagi-lagi tempat itu. Mengingatnya umpama air dan api, senang maupun sedih. Senang, karena almarhumah Ibu sempat berjualan disana, menjadi rekam jejak. Menghidupi ku, membesarkan ku. Ah, aku rindu beliau!" kemudian Ra, duduk termangu memandangi jalan.
"Aku paham Ra. Sabar ya puteri cantik, Ibumu bangga melihat mu Ra, sudah berjuang dan bertahan sejauh ini. Aku akan selalu ada buat mu, Ra!" Kemudian Gi memberikan pelukan hangat kepada Ra.
Dalam hati Ra, sebuah keraguan masih menyelimuti. Meski dekat, meski hangat dan meski selalu ada. Ra, merasa ada sesuatu hal yang masih di tutupi dari nya. Salah satu penyebab ialah Gi, tidak menunjukkan sikap yang tenang ketika bersama Ra. Wajahnya datar, gerak-geriknya kaku. Bahkan, ada yang menyebutnya Kukang. Kukang lambat dan tak banyak bergerak. Tapi ia tidak lambat, tidak pula pasif bergerak. Yang memanggil Gi, dengan sebutan Kukang sebenarnya menyindir bola mata Gi. Selalu mudah melabeli seseorang apalagi perihal kekurangan maupun kelemahan. Dan Ra, meyakini Gi, sampai detik ini bahwa ia belum sepenuhnya menampilkan sejujurnya, se-apa adanya. Bagi Gi, dirinya di hadapan Ra adalah diri yang asli. Kepalsuan, tak ingin ia suguhkan. Kepalsuan adalah benih untuk kebohongan yang lebih besar dan kau akan memetik buah ranum kekecewaan.
Baru sebentar, Ra bangun dari pelukan Gi dan bertanya ; "Gi, nanti antar aku ke toko bunga di seberang pom sana."
"Kau mau membelikan ku bunga?" Jawab, Gi.
"Sstt, jangan banyak bicara. Antar saja."
------------
3 notes
·
View notes
Text
London lautan api 1666
#TantanganMenulis30Hari
5 paragraf
Hari Minggu dini hari tanggal 2 September 1666, kebakaran terjadi di toko roti milik Thomas Farriner di wilayah Pudding Lane, yang berada di area bagian dalam Roman city wall, London. Saat itu angin berhembus kencang, Api dengan cepat membesar menjadi badai api. Lantas merembet membakar bangunan-bangunan disampingnya.
Kebakaran ini terjadi hingga hari Kamis tanggal 6 September 1666, menghanguskan 13.200 bangunan, 87 kapel gereja juga gereja utama St Paul serta sejumlah kantor pemerintahan.
Korban jiwa yang dilaporkan secara resmi adalah 6 hingga 8 jiwa, jumlah yang sangat tidak masuk akal. Mengingat bahwa kejadian dimulai saat dini hari, tentu ada sejumlah orang yang terlambat menyelamatkan diri atau yang kemudian terkena radang paru - paru akut akibat menghirup asap tebal terlalu lama, kemudian mereka yang mengalami dehidrasi dan kelaparan serta orang-orang yang mungkin saja terbunuh akibat tindakan kejahatan ( penjarahan dan perampokan) saat kota dalam keadaan rusuh.
Kebakaran besar di London, berdasarkan analisa perhitungan temuan arkeologis di beberapa area, sempat mencapai titik didih / panas hingga 1250 derajat Celcius. Dalam kondisi panas ini, sisa-sisa kerangka manusia-pun bisa turut hancur tak berbekas
Area bagian dalam Roman City Wall London, merupakan pusat ekonomi dan tempat tinggal mayoritas kaum pekerja waktu itu. Dihuni oleh 80.000 jiwa lebih, hampir semua bangunan terbuat dari kayu, bahkan ada sejumlah bangunan yang hanya berbahan kain terpal dengan letak yang sangat berdempetan, beberapa ruas jalan juga dinilai terlalu sempit untuk sekedar dilewati kereta kuda.
Para ahli tata kota beberapa tahun sebelumnya telah menganalisa bahwa area bagian dalam Roman city wall sudah tidak layak huni dan harus segera ditata ulang. Sebab bila terjadi suatu penyebaran wabah penyakit atau kebakaran, dampaknya akan sangat besar bagi daerah itu.
Saat Kebakaran besar London terjadi, pemimpin tertinggi wilayah itu adalah Sir Thomas Bloodworth. Dia seorang pemimpin yang sangat menjaga citranya dikenal plin-plan dan tidak berani mengambil keputusan taktis ( lebih memilih untuk menunggu keputusan dari pusat daripada mengambil resiko) sehingga usaha pemadaman berjalan tanpa koordinasi dan kurang maksimal.
Segera beredar pula isu bahwa kebakaran ini disebabkan oleh tembakan meriam angkatan laut dari Perancis atau Belanda (musuh Kerajaan Inggris saat itu) , ada juga yang menyebut bahwa kaum revolusioner Plot bubuk mesiu telah bangkit kembali dan mulai membakar kapel, sejumlah toko barang mewah dijarah. Orang-orang berusaha menyelamatkan sisa harta nya masing-masing.
Bangunan di kawasan itu juga banyak dijadikan sebagai gudang maupun bengkel produksi yang menyimpan bahan -bahan kimia mudah terbakar, termasuk ratusan ton drum bubuk mesiu (sisa-sisa dari masa revolusi Oliver Cromwell).
Usaha pemadaman secara terkoordinasi baru bisa dilakukan pada hari senin, setelah Thomas Bloodworth melarikan diri. Usaha pemadaman diambil alih oleh kakak sang Raja, James Bangsawan dari wilayah York.
Mereka mulai membongkar bangunan-bangunan yang berdempetan untuk memotong rambatan api, selasa sore angin memang telah berhenti tapi mereka terlambat menyelamatkan gereja St Paul.
Usaha mereka baru terlihat di hari rabu, rambatan api sudah tidak terjadi, mereka tinggal memadamkan sejumlah bangunan yang masih terbakar, hari kamis hanya tertinggal sisa-sisa titik api. Dapur darurat kemudian mulai didirikan untuk mendistribusikan bahan makanan.
Pasca kebakaran ini, wilayah Roman city wall dibangun dengan jalan-jalan yang lebih lebar, akses air dan kebersihan dipermudah, bangunan tanpa penghuni dirobohkan. Selanjutnya bangunan hanya dapat didirikan sesuai dengan skema tata kota dan wajib berbahan dasar batu dan bata.
Setahun sebelumnya, Inggris mengalami wabah Pes yang cukup hebat (hingga dikatakan satu dari enam warga Inggris meninggal dunia karena penyakit ini). Kebakaran besar di London, menyebabkan sebagian besar bangunan yang jorok beserta tikus -tikus dan lalat di wilayah tersebut turut lenyap.
Kebakaran besar London dipercaya oleh sebagian orang turut melenyapkan wabah Pes dari kota itu.
9 notes
·
View notes
Text
[Keislaman Kaisar Hongwu di langit Sashanji]
Hari Jum’at merupakan salah satu hari besar umat Islam. Hari dimana kaum adam diwajibkan utk melaksanakan prosesi shalat Jum’at. Sambil menunggu nilai semester ini keluar di portal akademis, saya pribadi memilih utk mengeksplor beberapa kota di Tiongkok. Mencoba pengalaman baru, melatih bahasa, dan membangun relasi baru jg.
Saya tiba di Jiangnin hari Kamis pagi, dan malamnya mencari informasi ttg masjid paling dekat dr Jiangnin utk melaksanakan shalat jumat, krn teman yg saya temui disini tidak pernah ke masjid shalat jumat, dkarenakan kampusnya menyediakan akses shalat jumat di sebuah ged. CPU lengkap dgn minibus yg akan membawa mahasiswa muslim dari kampus ke CPU itu. Dkrnakan skrg musim libur, jd kegiatan shalat jumat d sana, tidak ada. Saya coba mengontak beberapa senior yg sudah lama di kota ini. Dan mereka rekomendasikan sebuah masjid di Sashanji, 7 stasiun dr tempat saya menginap. Masjid Jingjue namanya.
Dr jln raya masjid Jingjue tdk trlihat sm sekali keberadaannya krn dikelilingi bangunan toko dan tempat tinggal. Kita baru bisa mlihat masjid stlh melewati pintu gerbang pertama dan melihat gapura. Ada ukiran bunga khas China dikombinasikan dgn kaligrafi Islam. Pintu utama melengkung ke atas dgn dua buah pintu kecil di sampingnya. Pintu itu dilengkapi dengan pagar berwarna hitam yang selalu terbuka. Sebagaimana filosofi sebuah masjid yg selalu terbuka kpd semua jamaah yg datang.
Saat memasuki komplek masjid barulah kita menemui banyak sekali muslim Tiongkok baik anak2 hingga lansia, baik laki2 maupun perempuan, banyak bangunan2 kuno dsana. Ini pertama kali saya ke Jingjue Qingzhenshi. Btw, Qingzhenshi mrpkan bahasa mandarin dr Masjid. Semakin mndekat ke masjid utama, mulailah terdengar ceramah dlm bahasa Mandarin. Sprti yg pernah saya ceritakan bhw di Tiongkok sebelum jumatan ada ceramah agama, dan baru azan dilanjutkan dgn khutbah dan shalat jumat.
Islam masuk ke Tiongkok mlalui jln sutera olh orang Arab. Bbrapa percaya bhw Islam telah tiba di Tiongkok pd masa Dinasti Sui, catatan resmi pertama kedatangan Islam di Tiongkok terjadi selama Dinasti Tang. Namun, Islam berkembang pesat saat dinasti Ming. Usman bin Affan, khalifah ketiga umat, mengirim utusan resmi Muslim pertama ke Tiongkok pada tahun 650. Utusan yg dipimpin olh Sa'ad bin Waqqas, tiba di ibukota tahun 651 melalui rute luar negeri.
Singkat cerita, salah seorang kaisar Tiongkok bernama kaisar Hongwu yg menikah dgn salah seorang muslimah etnis Hui membangun masjid Jingjue yg didampingi oleh laksamana Changzhuyun. Masjid Jingjue ini dulunya pernah terbakar, namun atas permintaan laksamana Cheng Ho, masjid ini kembali dibangun dan menjadi salah satu dari 5 masjid terbesar di Tiongkok. Komplek masjid ini dilengkapi dengan gedung penerimaan tamu oleh kaisar yang berada persis di depan pagar masuk komplek masjid, diikuti gedung tempat belajar mengaji, belajar agama, juga ada beberapa rumah muslim etnis Hui dan ditengah2 berdiri megah masjid Jingjue ini.
Saya yg dulu pernah mempresentasikan tentang Islam saat kuliah matkul China overview membahas ttg Laksamana Cheng Ho dan masjid Jingjue dgn modal tanya2 dan membaca jurnal. Allah berikan kesempatan berkunjung ke salah satu masjid bersejarah milik umat Islam ini. Semoga beberapa tahun saya di Tiongkok saya bisa mengeksplorasi cahaya2 Islam yg selama ini bersembunyi dan redup di Tanah Tiongkok ini. Discovery Islam in the eyes of China, merupakan sebuah pengalaman yg membuka mata ttg budaya, sejarah islam, dan wawasan islam yg lebih luas lagi nantinya.
Setelah shalat jumat dan mengelilingi masjid, saya dan 2 orang teman saya mencoba menikmati makanan khas muslim disini yg selalu ramai setelah shalat jumat. Roti berisikan daging ayam/sapi/sayur dimakan bersama sambal pedas, manis atau asin tergantung selera. Hehe
2 notes
·
View notes
Text
Lari
Kemarin saya memutuskan untuk pergi saja sejenak dari rutinitas di Pontianak. Saya ingin memenuhi janji saya ke Mamak angkat saya, untuk datang sekali saja sebelum merantau. Dulu janjinya 7 hari di bulan April, tapi takdir Allah itu selalu bekerja dengan cara yang unik ya.
Jalur darat 8 jam dimulai dengan pemandangan helikopter yang siap menyiram air ke ladang yang membakar tanpa izin dulu ke polisi. Tentu banyak dimensi alasan dan akibar dari kegiatan ini. Setelah beberapa kali ngobrol mengenai pembakaran ladang dan nonton orang membakar ladang, alih-alih marah karena hak nafas saya sudah direggut di Kota, saya cuma bisa bilang “Oh”. Oh penuh makna. Oh orang yang sudah lebih tua, yang tidak marah-marah lagi seperti justice warrior.
Sepanjang jalan bertemu lagi dengan pemandangan familiar. Kucing dengan mata biru seperti Kim. Supir dengan pembicaraan yang sama. Tempat persinggahan yang kakak-kakaknya selalu bertanya “Kak, kok sudah lama tidak kesini”.
Saat saya sampai, katanya kemarin hujan lebat seperti badai dan listrik sudah padam dua hari. “Kenapa ya setiap Fanny mau pulang, listrik selalu padam” kata Mamak. Tapi hujan lebat ditambah dengan lahan yang terbakar merupakan komponen penting pembuatan jerebu. Kabut asap seperti dibawah.
Seperti biasa saat makan, mamak seperti tipikal orang Kalimantan, menghidangkan makanan-makanan mewah. Kami makan Ikan Toman goreng sebesar 2,5 kg dan lalapan. Lalu diakhiri dengan nongkrong di warung kesayangan sampai mengantuk. Saya minum energen es seperti biasa karena energen es paling enak di dunia mungkin cuma bikinan Mamak. Sarapan teh tawar panas, kebeng, dan telur goreng seperti biasanya. Kuloi seperti biasa sudah siap dengan pantun-pantun jenaka yang dituliskan di buku nomornya yang dia pamerkan dengan bangga. Mimon seperti biasa hanya mengunggu satu pekerjaan seni ke pekerjaan lainnya. Babai yang malas untuk bekerja dan mendiamkan pemberi kerjanya. Apek yang bekerja keras supaya bisa nongkrong lebih awal.
Saat tahu saya cuma bisa berada disana selama 3 hari, Mamak langsung bilang ke Bapak untuk membelikan ayam. Hitung-hitung merayakan keberhasilan menjual dua ekor sapi dan peningkatan produksi buah sawit. Lalu tumbal untuk membakar ayam, tentu saja Babai. Yang disuruh menghidupkan api dan memanggang ayam.
Saya perlu untuk lari walaupun hanya tiga hari. Lari dari fakta bahwa saya sudah berusaha untuk berfikir dengan hati dan otak yang jernih, namun orang mengharapkan saya untuk panik. Saya perlu lari dari orang yang perlu jawaban padahal tidak semua ada jawabannya. Saya perlu lari dari tekanan untuk selalu menjelaskan hal yang tidak bisa dijelaskan namun hanya perlu kesabaran untuk menunggu. Saya perlu lari elitis akademia yang menekan proletariat akademia (ahahaha..).
Saya hanya ingin kembali ke jalan ini. Menikmati waktu 16 jam hanya untuk mengingat perubahan landskap besar-besaran yang terjadi serta alasannya. Hutan, sawah, agroforestry, ladang, kerengas yang mungkin besok tidak ada lagi. Saya pasti rindu jalan yang ditutupi oleh atap dahan-dahan pohon yang melengkung diatas atap mobil. Kembali ke kampung ini untuk mengingat bahwa manusia adalah mahluk dinamis seperti air yang mata pencahariannya terus bertambah dan berkembang. Menyesuaikan dengan kondisi dan waktu.
Mungkin saya juga sama seperti orang-orang yang menjadi sasaran developmentalist. In post poverty, we refuse to be a problem to be solved.
Tiga hari untuk bernafas udara bersih. Tiga hari tanpa sinyal. Tiga hari untuk hidup kampung sederhana. Tiga hari untuk menikmati betapa manisnya sayuran dan betapa pedasnya sambal di kampung. Tiga hari untuk berjalan menemani nenek ke ladang, menemani Nonon menganyam kerajinan, membantu Mamak menjaga toko, dan lain-lain. Tiga hari untuk mengingat lagi kebaikan orang kampung mungkin tidak verbal dan penuh dengan afeksi namun dengan cara lain. Tiga hari untuk hal-hal kecil sederhana.
2 notes
·
View notes
Text
Gasa Oil Singaraja, Agen Gasa Oil Singaraja
Gasa Oil Singaraja, Agen Gasa Oil SingarajaGasa Oil Singaraja (Hub : 0812 – 3029 – 0077 tsel) Agen Gasa Oil Singaraja , Jual Gasa Oil Singaraja , Distributor Gasa Oil Singaraja , COD Gasa Oil Singaraja. Tanyakan Kepada Kami Informasi Selengkapnya, Kami Juga Menerima Pendaftaraan Agen Gasa Oil, Paket Bisa Dikirimkan Ke Seluruh Indonesia Melalui Ekspedisi
Gasa Oil Singaraja
Gasa Oil Singaraja
Gasa Oil saat ini banyak dicari, informasi Gasa Oil juga sudah tersebar. tidaklah heran jika ada yang mencari Gasa Oil. Menurut konsumen kami mengatakan bahwa Gasa Oil sangat bagus, itu dapat kami lihat banyak konsumen membeli Gasa Oil pada kami. Selain di kota Singaraja di wilayah sekitar Singaraja juga ada yang mencari Gasa Oil.
Gasa Oil merupakan obat khusus pria dewasa, Gasa Oil adalah obat herbal yang aman di pakai. selain itu gasa oil ini terdaftar di BPOM.
Gasa Oil Singaraja
Keampuhan Gasa Oil sudah diakui oleh banyak orang, Pemesanan wilayah Singaraja kami kirimkan via paket menggunakan jasa ekspedisi JNE, JNT, TIKI atau POS (jika ada agen kami bisa Langsung Bayar). Kami juga melayani Pengiriman paket via ekspedisi, Anda yang di Singaraja yang mencari Gasa Oil tidak perlu repot kepanasan, kehujan dan juga terkena debu di jalan, karena ada cara praktis khusus anda yang ingin pesan Gasa Oil. Silahkan anda hubungi kami dan kami akan kirimkan paket, anda yang di Singaraja tinggal duduk santai dan menunggu paket yang akan dikirim kurir ekspedisi. Jika Anda Mau Menjadi Agen Gasa Oil Bisa Hubungi kami di nomor : 0812 – 3029 – 0077 (Tsel) atau bisa chating lewat pesan whatsapp.
Gasa Oil Singaraja
Pola Makan Sehat Persepeda Pro
Sebelum Berangkat
Sarapan menjadi pondasi awal sebelum memulai beraktivitas. Jika hari Minggu nanti sobat Avelio menjadwalkan gowes jarak jauh, semangkuk bubur jagung sudah cukup menjadi bahan bakar. Setidaknya selama 90 menit ke depan kamu tidak akan merasa lapar.Tambahkan sebutir telur, satu buah pisang atau segelas susu sebagai pendamping kalau perut terasa kurang kenyang. Tapi pastikan bahwa sarapan dilakukan 2 jam, atau setidaknya 90 menit sebelum berangkat. Jika kopi pagi sudah menjadi kebiasaan, panaskan air dan seduhlah, hanya saja sebaiknya tidak terlalu manis dan kental.
Tengah Perjalanan
Jangan lupa bawalah bekal air minum dalam botol, untuk berjaga jika sewaktu-waktu kehausan. Masih berminat dengan snack bar? Ambil satu atau dua bungkus dan simpan di kantong. Tapi jika ingin camilan lebih sehat, gantilah snack bar dengan roti mungil, buah apel, atau pisang. Nanti sobat Avelio bisa memakannya ketika lapar menyerang, jika ternyata sudah menempuh perjalanan lebih dari 2 jam.Konsumsi air putih sangatlah penting, jadi sebaiknya benar-benar diperhatikan untuk menjaga pola makan sehat pesepeda. Untuk kegiatan fisik seperti bersepeda, jumlah konsumsi air yang disarankan minimal 500 ml (1/2 liter) per jam, tergantung tingkat kesulitan bersepeda dan kondisi cuaca. Biasanya banyak pesepeda lupa minum air saat cuaca dingin, jadi sebaiknya manfaatkan aplikasi pengingat (reminder) di smartphone-mu.
Waktu Istirahat
Banyak pesepeda sukar lepas dari kopi. Kafein pada kopi memang bisa mendorong tenaga ekstra, tetapi konsumsilah hanya jika benar-benar butuh. Itupun sebaiknya diminum pada 60 menit terakhir sebelum sampai di rumah. Jadi apabila sobat Avelio suka ngopi saat istirahat di tengah perjalanan, usahakan memilih lokasi cukup dekat dengan rumah. Dan sebagai penyeimbang, minumlah air putih dalam jumlah cukup.Waktu istirahat bisa diisi dengan mengonsumsi makanan ringan. Keluarkan bekal yang telah disiapkan tadi, atau carilah toko terdekat untuk membeli camilan sehat. Sebatang snack bar sepertinya wajar, tetapi masih banyak pilihan makanan lain yang lebih bergizi dan menyehatkan sebagai pola makan sehat pesepeda.
Sampai di Rumah
Apabila selama 90 menit atau lebih, bersepeda telah dilakukan dengan cara yang benar, maka seharusnya sobat Avelio akan merasa lapar sesampainya di rumah. Kondisi ini normal, karena energi di dalam tubuh sudah berkurang, kalori terbakar lewat gerakan mengayuh dan mengendalikan laju sepeda yang aktif.Oleh karena itu badan akan butuh diisi bahan bakar kembali. Jika perjalanan berlangsung kurang dari 90 menit, maka tidak perlu saran khusus saat mengisi perut. Makanlah dengan porsi dan menu normal. Sepiring nasi berikut sayur dan lauk lengkap sepertinya akan nikmat sekaligus mengenyangkan.
jual Gasa Oil cod Singaraja , harga Gasa Oil di Singaraja , penjualan Gasa Oil di Singaraja , agen resmi Gasa Oil Singaraja , lokasi Gasa Oil Singaraja , Gasa Oil Singaraja , apotik penjual Gasa Oil Singaraja , pesan Gasa Oil Singaraja , penjual Gasa Oil Singaraja , stokis Gasa Oil Singaraja , alamat agen Gasa Oil Singaraja , apotik jual Gasa Oil Singaraja , Gasa Oil di apotik Singaraja , apotik penjual Gasa Oil Singaraja , Toko Gasa Oil Singaraja , beli Gasa Oil Singaraja , jual Gasa Oil Singaraja , beli Gasa Oil di Singaraja , jual Gasa Oil Singaraja cod,
1 note
·
View note
Text
127 ─ SWEET CREATURE
Merengut saat Kafin mengambil tempat di sampingnya, Kayana mengomel saat tangan abangnya yang satu itu mencuri satu suapan strawberry cheesecake yang sengaja ia pesan. "Ih, abang, jangan makan punya adek dong. Abang kan bisa pesan sendiri!"
Mada yang melihat laki-laki manis itu mulai manyun-manyun gemas, langsung inisiatif untuk kembali memesan makanan yang serupa. "Yaudah, biar mas pesen lagi, ya?"
Kayana mengangguk dengan semangat. Dalam hati memuji Mada yang begitu peka akan dirinya. Berbanding terbalik sekali dengan abangnya, Kafin, yang justru menghabiskan satu piring dessert milik Kayana hingga tanda tak bersisa. "Makasih ya, mas."
Melihat Kayana yang tampak begitu dekat dengan Mada, membuat darah Kafin seketika menggelegak karena terbakar api cemburu. Entah kenapa eksistensinya sebagai abang selalu merasa terancam saat ada Mada di antaranya. "Adek habis ini pulang sama abang, ya?"
"Loh? Tadi pas adek ajakin makan siang katanya sibuk pemotretan." Kayana asik misuh-misuh saat Kafin memasang tampang tak berdosa. Lupa dengan sandiwara yang tadi ia jalani. “Kenapa tiba-tiba ngajakin pulang bareng?”
"Kayana bisa pulang sama gue kalau lo sibuk buat pemotretan," celetuk Mada sembari melirik Kayana. Sebab jauh di dalam lubuk hati Mada, ia ingin sekali menghabiskan waktu sedikit lebih lama bersama Kayana kalau saja Kafin tak datang dan mengacaukan segalanya. Ya, hitung-hitung sebagai tahap pendekatan awal.
Mendengar ucapan Mada yang seolah menantangnya, lirik tajam Kafin berikan pada laki-laki yang duduk di hadapannya itu. "Gue rasa profesi lo sebagai CEO harusnya punya jadwal yang lebih sibuk dari gue. Am i right?"
"Itulah gunanya gue mempekerjakan sekretaris, Kafin." Tersenyum miring melihat kepalan tangan laki-laki yang akan menjadi abang iparnya itu, ia rasa—ia sudah memancing kesabaran seorang Kafin Barra Bhalendra. "Tapi gue sih terserah Kayana aja. Gue gak bakal maksa dia buat pulang sama gue."
Sontak menoleh pada Kayana untuk sebuah jawaban, Kafin tatap mata sang adik dalam-dalam. Niatnya, sih, ingin mengirim sinyal agar tak tergiur tawaran pulang oleh laki-laki bermulut manis seperti Mada.
Kayana yang ditatap oleh kedua laki-laki di hadapannya jelas mengernyit bingung. Ingin pulang bersama abangnya, tapi ia ingat jika Kafin sedang sibuk pemotretan. Tapi menerima tawaran dari Mada juga bukan pilihan yang tepat. Kayana tentu sadar—ada sesuatu yang terjadi di antara Kafin maupun Mada. Sesuatu yang membuat keduanya sibuk melayangkan tatapan ingin membunuh satu sama lainnya.
"Adek pulang sama Pak Imam aja, deh." Keputusan final Kayana menghindari terjadinya perang dunia ketiga sembari meringis pelan. "Lagian adek mau ke toko buku dulu sebentar."
Mendesah lega, setidaknya Kafin bersyukur dengan pilihan bijak Kayana. "Yaudah, pulangnya jangan malem-malem. Kabarin abang kalau kamu mau singgah kemana-mana lagi,” ujar Kafin sembari mengacak surai cokelat Kayana lalu mengecup pipi gembil sang adik. Diam-diam melirik Mada yang kini menatapnya dengan tatapan penuh iri dengki.
Cih, belum apa-apa, Kafin sudah melihat tatapan calon-calon bucin yang diberikan Mada kepada sang adik; Kayana. Sebab kalaupun pada akhirnya Kayana akan pacaran dengan Mada, maka Kafin harus pastikan jika laki-laki itu harus benar-benar bertekuk lutut di bawah kaki Kayana.
"Iya, abang. Habis dari toko buku adek langsung pulang, kok," ujar Kayana bertepatan dengan strawberry cheesecake-nya yang baru datang.
"Hm—Nana nanti malem ada acara gak?" Mada bertanya seraya memperhatikan Kayana yang asik memakan dessert-nya dengan damai. "Kalau nggak ada acara, ma—"
"Sorry, ya, Mada." Kafin sudah lebih dulu memotong ucapan Mada. "Gue apalagi abang-abangnya Kayana yang lain, gak ngebolehin dia keluar malem-malem. Maklum, lagi musim penculikan anak."
"Abang—kok gitu ngomongnya." Kayana protes tak terima. "Adek bukan anak-anak lagi, tahu!"
"Siapa bilang bukan anak-anak?! Kamu dimasukin karung juga muat! Apalagi kalo jalan terus tangannya gak dipegang, pasti suka nyasar kemana-mana." Kafin mengomel begitu ingat tiap kali ia mengajak Kayana keluar. Pasti selalu ada saja insiden Kayana menyasar lalu menelponnya sembari menangis. Gimana abang-abangnya tidak khawatir?
Tapi mendengar ucapan Kafin, hal itu justru informasi yang berguna bagi Mada. Akan ia ingat betul-betul untuk selalu menggenggam tangan laki-laki mungil itu. Mana tega juga ia membiarkan Kayana tersesat dan jauh darinya.
"Sebel sama abang!" Kayana dengan lahap menghabiskan cheesecake-nya. Ingin segera pergi ke toko buku dan terbebas dari abangnya yang satu itu. "Udah, ih. Jangan toel-toel pipi adek terus!"
Kafin yang menggoda si bungsu sengaja melakukan hal tersebut demi memanas-manasi Mada yang memandang lekat keduanya. Awas saja kalo pria tidak asik itu berani melakukan hal tersebut pada adiknya, akan ia habisi Mada saat itu juga.
"Kayaknya lo sayang banget ya sama si adek, fin?" Mada yang sadar jika Kafin sedang meledeknya hanya bisa bersabar diri. Tunggu saatnya—maka Mada akan ada di posisi itu juga. Posisi dimana ia bisa bebas untuk menguyel bahkan mencium Kayana sepuas hatinya.
Kafin tersenyum miring. "Menurut lo? Gue bakalan ngehabisin siapapun orang yang berani nyakitin adik gue." Bangkit untuk kebas pakaiannya yang kusut, Kafin melangkahkan kakinya untuk pergi, sebelum sedikit menunduk lalu berbisik tepat pada telinga Mada. "Termasuk lo, Mada Ganendra Sadajiwa."
1 note
·
View note