#tiada
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tulisan Malam Ini
Sebenarnya ada tulisan untuk malam ini. Hanya saja menjadi tidak ada karena objeknya telah tiada. Jadinya, malam ini aku hanya ingin bercecuap saja tanpa makna. Siapa tahu lara yang sedang menerpa, turut berlari ke alam baka.
Sajak Bumi - Dinni Mawaddah
#2023#hidup#quote#explore#akal#love#islamisasi#ceritasekolah#hati#heart#kamu#untukmu#tiada#malam#puisi#sajak
7 notes
·
View notes
Text
Gelap
Banyak orang menganggap gelap adalah sesuatu yang menakutkan. Sebenarnya gelap tidak ingin dirinya dianggap seperti itu. Apa daya, gelap hanya bisa menerima karena ia terjadi atas ketiadaan cahaya yang menyinarinya. Gelap bukanlah ancaman, tetapi peluang untuk memunculkan cahaya. Bintang pun takkan bersinar tanpa adanya kegelapan. Terus, bagaimana cara memunculkan cahaya dalam kegelapan? Kau hanya butuh pembimbing. Pembimbing yang mampu memancarkan cahaya di dalam gelapmu...
1 note
·
View note
Text
#holy moly goodness gracious jeepers creepers golly gee cowabunga honest to betsy#black sails#james flint#archive#shows#well thats not my fault is it?#i have eyes dont i?#kepada Yth. kapten james flint. aku ingin mencintaimu dengan sederhana.#aku ingin mencintaimu dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.#aku ingin mencintaimu dengan kata yang tak sempat diucapkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.#kapten plis kapten plis banget ya ampun kapten plis plis plis.#demi tuhan kapten DEMI TUHANN!
133 notes
·
View notes
Text
i can names a few sendu songs and desperate voice is just🤌🏻
and it just my sendu playlist
i love you singers whose vocals sound desperate i love you musicians who sound like if you don’t get this song out you’re going to explode i love you songs that sound like they’re dragging the vocalist with them 80 miles per hour down the highway tied to the back of a truck i love you voice cracks in emotional songs i love you unique voices i love you music that disturbs the comfortable and comforts the disturbed
89K notes
·
View notes
Text
Menakjubkan, WA 0812-6462-0118, Jual Basreng di Medan, Basreng Tara
Pesan sekarang, wa.me/6281264620118, jual basreng di Medan, Jual 100 Gram di Medan, Jual Basreng di pedas Medan, Jual Basreng 500 Gram di Medan, Jual Basreng Kiloan di Medan, Jual Basreng Pedas Daun Jeruk di Medan, Jual Basreng Original di Medan, Jual Basreng 1Kg di Medan, Jual Basreng Kemasan di Medan, Jual Basreng Ikan di Medan
Nikmati sensasi lezat Basreng Special kami! Kenikmatan gurih bakso dengan lapisan krispi yang tak terlupakan. Rasakan perpaduan pedas-gurih yang membangkitkan selera. Pengiriman ke seluruh Indonesia! Dapatkan promo spesial dan ikuti Instagram kami di @basrengtaraofficial. Hubungi kami sekarang di WA 0812-6462-0118. Basreng Tara - Temukan kelezatan baru yang tiada tara!
Info kontak:
WA : 0812-6462-0118
Instagram : https://instagram.com/basrengtaraofficial
Alamat : Jl. Bunga Raya, Komplek Puri Zahara Ruko Bisnis R-03, kec.Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara 20135
#Pesan sekarang#wa.me/6281264620118#jual basreng di Medan#Jual 100 Gram di Medan#Jual Basreng di pedas Medan#Jual Basreng 500 Gram di Medan#Jual Basreng Kiloan di Medan#Jual Basreng Pedas Daun Jeruk di Medan#Jual Basreng Original di Medan#Jual Basreng 1Kg di Medan#Jual Basreng Kemasan di Medan#Jual Basreng Ikan di Medan#Nikmati sensasi lezat Basreng Special kami! Kenikmatan gurih bakso dengan lapisan krispi yang tak terlupakan. Rasakan perpaduan pedas-gurih#Hubungi kami sekarang di WA 0812-6462-0118. Basreng Tara - Temukan kelezatan baru yang tiada tara!#Info kontak:#WA : 0812-6462-0118#Instagram : https://instagram.com/basrengtaraofficial#Alamat : Jl. Bunga Raya#Komplek Puri Zahara Ruko Bisnis R-03#kec.Medan Tuntungan#Medan#Sumatera Utara 20135
1 note
·
View note
Text
watched the HDZ48 arc again. i love clothes
#krispeaks#jiwa perak#suaranya kangmas ngebass spt biasa tp kecantikannya tiada tara... bulu mata beliau membunuh
0 notes
Text
Penawaran Istimewa Tiada Tanding Molase Tetes Tebu
Sambut keistimewaan dengan Penawaran Istimewa Tiada Tanding Molase Tetes Tebu di BeOneCakraid! Rasakan kenikmatan rasa manis alami yang tak terlupakan dengan harga yang benar-benar istimewa. Dalam pengalaman "jual beli" yang mudah, kami hadirkan molase berkualitas tinggi dengan penawaran yang sulit untuk ditandingi. Tidak hanya menghemat uang Anda, tetapi juga memberikan sentuhan istimewa pada setiap hidangan. Jangan lewatkan peluang ini! Pesan sekarang di BeOneCakraid dan nikmati kelezatan molase tetes tebu dengan penawaran yang tiada tanding!
shoppe https://shopee.co.id/beonecakraid tokopedia https://tokopedia.link/AsSVbuAu2Db PROMO COMBO HEMAT: https://tokopedia.link/w0DGPOExNEb
atau bisa datang ke gudang kita di alamat berikut ini: Pergudangan Salsabilla, Jl. Raya Cikaret No.77, Pabuaran, Kec. Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16915 https://maps.app.goo.gl/mrwNHdQEhALnAHJz9
Untuk informasi lebih lanjut lihat website kami https://molasetetestebu.com
untuk pembelian kaporit dengan jumlah banyak bisa hubungi nomor admin kita di bawah ini: wa.me/62821-3004-0533
Penawaran Istimewa Molase Tetes Tebu,Harga Terbaik Molase,Kesempatan Tiada Tanding,Jual Beli Mudah BeOneCakraid,Molase Tetes Tebu Berkualitas,Diskon Unik Molase,Promo Khusus Molase,Penawaran Terbaik Molase Tetes Tebu,Keuntungan Promo Molase,Molase Tetes Tebu BeOneCakraid.
#Penawaran Istimewa Tiada Tanding Molase Tetes Tebu#Sambut keistimewaan dengan Penawaran Istimewa Tiada Tanding Molase Tetes Tebu di BeOneCakraid!#Rasakan kenikmatan rasa manis alami yang tak terlupakan dengan harga yang benar-benar istimewa.#Dalam pengalaman “jual beli” yang mudah#kami hadirkan molase berkualitas tinggi dengan penawaran#yang sulit untuk ditandingi. Tidak hanya menghemat uang Anda#tetapi juga memberikan sentuhan#istimewa pada setiap hidangan. Jangan lewatkan peluang ini! Pesan sekarang di BeOneCakraid dan#nikmati kelezatan molase tetes tebu dengan penawaran yang tiada tanding!#shoppe#https://shopee.co.id/beonecakraid#tokopedia#https://tokopedia.link/AsSVbuAu2Db#PROMO COMBO HEMAT: https://tokopedia.link/w0DGPOExNEb#atau bisa datang ke gudang kita di alamat berikut ini:#Pergudangan Salsabilla#Jl. Raya Cikaret No.77#Pabuaran#Kec. Cibinong#Kabupaten Bogor#Jawa Barat 16915#https://maps.app.goo.gl/mrwNHdQEhALnAHJz9#Untuk informasi lebih lanjut lihat website kami https://molasetetestebu.com#untuk pembelian kaporit dengan jumlah banyak bisa hubungi nomor admin kita di bawah ini:#wa.me/62821-3004-0533#Penawaran Istimewa Molase Tetes Tebu#Harga Terbaik Molase#Kesempatan Tiada Tanding#Jual Beli Mudah BeOneCakraid#Molase Tetes Tebu Berkualitas
0 notes
Text
0 notes
Text
KHAIRANI
Walau pun nafsu berahi Khairani terhadap Jenal semakin meluap-luap, namun demikian dia tidak berupaya memenuhi kehendak nafsunya dan orang kesayangannya. Dia sudah tidak bermaya selepas melepaskan kehendak Jenal buat kali pertama.
Setelah selesai persetubuhan pertama, keinginannya untuk bersetubuh kali kedua, ketiga, keempat masih meluap-luap tetapi dia sudah tidak bertenaga. Ia berasa hairan kerana sudah kurang tenaga untuk melayan kehendak Jenal yang sentiasa berkobar terhadap dirinya. Walaubagaimana pun dia tidak pernah menolak kehendak Jenal, malah layanan yang diberi terhadap kekasihnya tidak sehangat seperti yang dia beri kepada Mat Jodi.
“Kenapa ni Nani, awak tidak macam dulu? Dulu awak macam harimau lapar,” tanya Jenal setelah mereka selesai melakukan persetubuhan kali kedua.
“Entahlah bang. Nani hairan kenapa jadi macam ni. Nani masih sayangkan abang, cuma Nani rasa macam tidak ada tenaga nak layan abang.”
“Agaknya Nani masih belum percaya abang akan kawin dengan Nani,” kata Jenal.
“Nani jangan risau, bila Jodi ceraikan Nani, kita kawinlah,” sambungnya lagi sambil mengusap buah dada Khairani yang masih kental.
“Bukan gitu bang. Nani percaya cakap abang tu. Cuma Nani tidak upaya nak main dengan abang lebih sekali. Nani masih nak main dengan abang, tapi tenaga Nani tak ada bang. Nani lesu bang lepas abang balun Nani tadi. Tak macam dulu,” jelas Khairani. “Abang nak lagi ke?”
“Kalau Nani mahu?”
“Nani mahu bang. Nani mahu. Cuma kalau Nani tak macam harimau, abang jangan marah ya.”
“Tak apa. Nani longlai pun tetap kerjakan Nani. Cuma abang minta Nani tidak tolak kehendak abang.”
“Perempuan mana yang nak tolak kote abang yang sedap ni,” jawab Khairani sambil mengurut zakar Jenal yang sudah keras sejak tadi.
“Kesian kote abang ni dah lama keras tapi masih belum dapat apam Nani,” sambung Khairani.
“Tak apa kote. Lapas ni kau kerjakan apam perempuan ni sepuas-puas sampai dia lepak,” kata Jenal sambil meniarap atas badan kekasihnya.
“Ikut cakap tuan kau tu kote. Kerjakan apam ni sesuka hati kau,” balas Khairani sambil menghalakan zakar Jenal ke mulut lubang kemaluannya.
“Kalau badan ini dah longlai, kau jangan berhenti sampai kau pancut. Masuk sayang…” tambahnya lagi.
“Betul ke?” Tanya Jenal sambil menolak masuk zakarnya ke dalam lubang kemaluan Khairani
“Betul tu kote,” sampuk Khairani.
“Boleh ke sayang?” Tanya Jenal pula sambil mula menghayun zakarnya di dalam lubang kemaluan Khairani yang mula mengemut.
“Tak boleh pun, Nani tetap layan abang. Nani nak bukti Nani percayakan abang.”
Ketika Jenal mengahadiri Persidangan Pengetua-pengetua seluruh Malaysia di Pulau Langkawi, Khairani mengambil kesempatan untuk pergi ke rumah seorang bomoh yang pernah dia dengar ceritanya dari rakan-rakan di sekolah. Khairani pergi tanpa pengetahuan sesiapa walaupun teman karibnya.
Pak Itam adalah bomoh yang dimaksudkan itu. Pak Itam tinggal di kampung orang-orang asli, kira-kira sepuluh kilometer dari tempat tinggalnya. Kampung tersebut agak terpencil. Lima kilometer dari jalan besar. Khairani berharap orang-orang kampungnya tidak akan tahu rahsia dia berjumpa dengan bomoh itu.
Khairani pergi ke rumah Pak Itam setelah tamat waktu persekolahan. Katika Khairani sampai ke rumah Pak Itam, bomoh itu sedang berehat di anjung rumah. Pak Itam bersendirian. Tidak ada pesakit pada masa itu.
Khairani berasa lega kerana tiada siapa yang tahu dia mengunjungi Pak Itam. Khairani yang kali pertama mengenali Pak Itam agak tergamam melihat Pak Itam yang masih segak. Wajahnya tampan. Pakaiannya kemas walau pun hanya berkain pelikat dan baju kemeja batik. Khairani agak gugup juga apabila melihat ketampanan Pak Itam. Dadanya berdebar apabila Pak Itam menjemputnya masuk. Dalam rumah itu hanya mereka berdua sahaja yang ada.
Ruang tamu rumah Pak Itam yang juga merupakan tempat dia merawat, hanya dilengkapi dengan tikar mengkuang, sebuah tilam dan sebuah pemidang untuk melindungi pesakit yang dirawat kalau ada pesakit lain yang menunggu. Hari itu, olehkerana tiada pesakit lain Khairani berasa agak selesa.
"Tutup pintulah Pak Itam. Saya tak mahu ada orang lain tahu," kata Khairani.
Pak Itam membawa kasut Khairani ke dalam sebelum dia menutup pintu. Dia berasa senang hati dengan permintaan Khairani. Dia juga tidak mahu diganggu ketika merawat pesakit, lebih-lebih lagi pesakit perempuan macam Khairani.
"Apa masalah cikgu?" Tanya Pak Itam setelah dia bertanya sedikit sebanyak latar belakang Khairani.
Khairani tunduk kerana malu hendak menceritkan masalahnya itu.
“Saya malulah Pak Itam.”
“Kenapa mesti malu. Kalau cikgu malu macam mana nak merawat cikgu. Lagi pun Cuma kita berdua sahaja. Bukan ada orang lain.”
“Janji ya Pak Itam jangan beritahu orang lain.”
“Isy! Buat apa saya beritahu orang lain. Saya ada etika kerja saya. Rahsia pesakit tidak boleh diberitahu orang lain. Kalau saya tak ikut etika in, ilmu saya tak akan menjadi.” jelas Pak Itam. “Cakap dengan saya berterus terang. Jangan selindung-selindung kalau cikgu nak berubat dengan saya.”
“Gini Pak Itam. Sejak akhir-akhir ini saya dah tidak bertenaga bila bersama ‘suami’ saya.”
“Maksud cikgu.”
“Dulu saya boleh bertahan kalau ‘suami’ berkendak saya walau berapa banyak kali pun…”
“Berapa kali suami cikgu berkendakkan cikgu dalam satu malam?” Pak Itam memotong.
“Lima enam kali,” Khairani berbohong.
Sebenarya lebih dari itu Jenal berkehendakkan tubuhnya. Paling kurang sepuluh kali. Itu pun hari sekolah. Kalau hari cuti lebih dari itu sampai dia tidak larat!
“Tiap-tiap malam?”
“Ya Pak Itam. Tiap-tiap malam. Tujuh hari seminggu.”
“Hm! Ganas juga laki cikgu ni. Boleh tahan cikgu ni. Boleh layan suami macam tu.”
“Itulah yang membimbangkan saya Pak Itam. Sekarang saya dah larat. Baru sekali saya kena, badan saya terus lesu,” Khairani semakin berani berterus terang walau pun Pak Itam baru kali ini dia kenal.
“Lepas awak lesu, kalau dia nak lagi cikgu layan?”
Kairani menganggukkan kepalanya.
“Hm! Kalu gitu nanti saya tengok apa masalah cikgu. Besar kemungkinan in mainan orang yang cemburukan cikgu. Ada cikgu tahu orang yang cemburu atau orang yang ada rasa tak puas hati pada cikgu?”
“Entahlah Pak Itam itu saya tak tahu. Saya pun kalu boleh tak mahu tahu. Saya hanya mahu sakit saya ini dipulihkan.”
“Tengok tapak tangan cikgu.”
“Yang mana? Kiri ke kanan?”
“Dua-dua.”
Khairani menghulurkan kedua tapak tangannya. Pak Itam memegang kedua-dua tangan Khairani dengan tangan kiri. Dia mengusap kedua tapak tangan Khairani yang lembut dengan tangan kanannya. Kemudian dia membaca sesuatu. Setelah itu Pak Itam menghembus tapak tangan Khairani. Pak Itam membelek tapak tangan sambil mengelus tapak tangan Khairani.
“Betul jangkaan saya. Cikgu dah terkena buatan orang. Bukan calang-calang orang yang buat ni cikgu. Dari cara dia masukkan barang dalam badan cikgu, saya nampak dia gunakan makhluk ghaib. Dia buat ni masa cikgu tengah main dengan suami cikgu. Biasanya yang buat kerja ini bomoh orang asli,” jelas Pak Itam.
“Boleh dirawat ke Pak Itam?”
“Boleh tu boleh. Tapi cara rawatan tu berat sikit.”
“Berat macam mana tu Pak Itam?”
Pak Itam diam seketika. Dia tidak yakin Khairani akan sedia menerima rawatan yang akan dia reka sendiri. Bukan kehendak rawatannya. Dia mereka rawatan kerana dia tidak tahan melihat kejelitaan Khairani. Kesediaan Khairani menjawab segala soalannya juga semakin memberangsangkannya untuk menikmati tubuh segar cikgu yang cantik ini.
“Saya rasa cikgu tak akan setuju,” Pak Itam cuba berdiplomasi.
“Berat macam mana pun Pak Itam saya kena setuju. Saya takut suami saya Pak Itam. Kalau saya berterusan begini, nanti dia cari perempuan lain. Cakaplah Pak Itam. Apa cara yang berat tu.”
Pak Itam tersenyum. Dia mula yakin hasratnya mungkin akan tercapai. Khairani macam terdesak. Orang yang terdesak akan membuat apa sahaja yang disuruh.
“Begini cikgu. Kalau ikut rawatan saya, cikgu kena jadi bini saya tiga malam berturut-turut.”
Khairani bagai tersentak apabila mendengar penjelasan Pak Itam. Dia tidak menjangka inilah maksud rawatan yang berat.
“Boleh cikgu?” Pak Itam dalam debaran apabila Khairani masih membisu.
“Tak apalah Pak Itam. Demi rumah tangga saya, saya setujulah dengan cara rawatan Pak Itam.”
Mendengar jawapan Khairani, hati Pak Itam melonjak begitu tinggi. Dia tidak menduga malam ini dia akan mendapat menikmati daging kental dari seorang perempuan yang paling jelita yang pernah dia rawat.
“Kalau gitu cikgu masuk bilik hujung tu. Lepas tu cikgu lucut semua baju cikgu.”
“Yang dalam pun?”
“Ya! Semua sekali. Jangan ada seurat benang pun yang tinggal.”
Khairani segera bergerak ke arah bilik yang ditunjukkan oleh Pak Itam. Apabila Khairani ditelan bilik itu, Pak Itam segera mengunci pintu dan tingkap rumahnya. Dia menjeling jam di dinding. Baru pukul lima petang.
“Hm! awal lagi. Puaslah aku kerjakan badan cikgu yang solid ini,” bisik hati Pak Itam.
Setelah semua pintu dan tingkap ditutup dan dikunci, Pak Itam terus melangkah ke bilik yang dimasuki oleh Kharani dengan membawa jug berisi air masak dan sebiji gelas. Apabila daun pintu dikuak terpandanglah Pak Itam akan tubuh Khairani yang indah itu terdedah seratus peratus. Tidak ada seurat benang pun yang menutup tubuh Khairani yang berkulit putih melepak kecuali seutas rantai yang tergantung di lehernya.
Pak Itam terpegun melihat tubuh Khairani yang sudah terdedah. Sungguh cantik. Sungguh menawan. Sungguh mengghairahkan. Tubuh paling indah yang pernah dilihatnya. Batang balak Pak Itam mula bangkit apabila memandang tubuh Khairani yang sangat cantik itu.
Buah dada Khairani kenyal menegang. Puting buah dadanya merah kemerahan macam belum pernah diusik. Kemaluannya putih bersih dengan dihias bulu roma yang halus dan jarang-jarang. Alur kemaluan masih bertaup rapat macam alur kemaluan anak dara sunti. Balaknya terpacak di sebalik kainnya. Namun demikian Pak Itam tidak perlu terburu-buru. Khairani sudah tidak membantah. Malah tidak banyak soal seperti perempuan-perempuan yang lain.
Pak Itam terus memandang tubuh Khairani yang bertelanjang bulat tanpa mengelipkan matanya. Dia terpegun.
“Patutlah suaminya kerjakannya lima enam kali satu malam, tujuh hari seminggu pulak tu,” bisik hati Pak Itam.
Khairani berasa malu bila tubuhnya yang berbogel itu dilihat oleh Pak Itam. Khairani menutup buah dadanya dengan tangan kiri dan kemaluannya dengan tangan kanan.
“Jangan malu. Kalau nak rawatan Pak Itam tak boleh malu. Bukan awak sorang yang kena telanjang depan saya,” pujuk Pak Itam.
Pak Itam menyalakan lampu dalam bilik itu. Cahaya lampu yang terang itu menyebabkan tubuh Khairani semakin jelas dilihat. Pak Itam duduk di hadapan Khairani yang kelihatan tenang. Pak Itam mencurah air masak ke dalam gelas. Kemudian mulutnya kumat kamit membaca sesuatu. Air itu dihembus. Pak Itam menyuruh Khairani meminum air penawar untuk membuang sihir dan memulihkan tenaga serta nafsu berahi wanita tersebut.
“Bila cikgu minum air ni, tenaga cikgu akan bertambah sedikit. Bukan sahaja tenaga, kemahuan cikgu juga akan tinggi macam gunung,” jelas Pak Itam untuk meyakinkan Khairani.
“Lepas ni cikgu kena terima air penambat. Air ini untuk mengelak serangan seterus,” sambungnya sambil menghulurkan segelas air penawar.
"Air penambat tu air apa?"
"Susah saya nak cakap. Cikgu minum air penawar ni dulu, nanti saya terangkan," kata Pak Itam.
Khairani menyambut gelas itu dan meneguk air dalam gelas tersebut hingga tiada setitik pun yang tinggal. Pak Itam tersenyum puas apabila Khairani meneguk habis air yang diberinya. Dia merenung tubuh Khairani yang terdedah itu tanpa mengelipkan matanya. Puas hatinya kerana berpeluang menikmati tubuh indah wanita cantik ini tanpa bersusah payah.
Khairani sedar tubuhnya sedang diperhati dengan penuh berahi oleh bomoh yang baru dikenali. Tetapi dia sudah tidak ambil peduli. Yang penting penyakitnya dapat dipulihkan.
Selepas lima minit meminum air penawar tersebut kepala Khairani menjadi ringan. Dada Khairani mula berdebar. Kemaluannya mula mengemut dan perasaan ghairah yang tidak dapat dibendung melanda secara tiba-tiba.
Rasa malu berbogel di hadapan Pak Itam mula hilang malah dia mula berasa selesa dapat berbogel di hadapan orang tua yang baru dikenalinya itu. Dia berharap agar orang tua itu dapat melepaskan rasa ghairah yang semakin meningkat.
“Sekarang cikgu boleh baring. Telentang ya cikgu,” kata Pak Itam setelah melihat perubahan pada keadaan Khairani.
Mata Pak Itam mula menjamu tubuh indah yang berbaring telentang di hadapannya bagai orang yang sudah menyerah. Matanya liar melihat buah dada dan kemaluan Khairani yang tidak dilindungi. Semuanya jelas kelihatan. Batang zakar Pak Itam semakin keras terpacak dalam kain sarung yang dipakainya.
“Boleh saya tahu tempat-tempat yang suami cikgu suka usik?” Tanya Pak Itam pula setelah Khairani berasa selesa berbaring dengan bertelanjang di hadapannya.
“Kenapa Pak Itam nak tahu? Itu rahsialah Pak Itam. Malu saya nak cakap.”
“Jangan malu cikgu. Saya perlu tahu kerana di situlah tempat orang itu meletakkan barangnya. Saya nak buang. Lepas itu saya nak masukkan pendinding pada tempat itu. Lepas ini orang lain tak boleh pekenakan cikgu lagi,” jelas Pak Itam.
“Semua sekali Pak Itam?”
“Yang paling dia suka dan cikgu pun suka.”
“Apam saya.”
“Itu mestilah. Semua lelaki suka usik tempat itu. Lagi?”
“Lubang belakang.”
“Itu pun awak beri?”
“Saya sayangkan dia Pak Itam. Jadi apa dia nak saya beri.”
“Untung laki cikgu ni dapat isteri macam cikgu.Cikgu suka?”
“Mula-mula tak. Sakit. Tapi lama-lama sedap pulak. Sekarang saya dah gian.”
“Tempat lain?”
“Tetek saya cikgu. Dan yang tempat yang mesti dia usik ketiak saya.”
“Dua-dua ketiak cikgu?” Tanya Pak Itam lagi.
Khairani mengangguk.
“Cikgu suka?”
“Mula-mula tu memang tak suka. Geli. Tapi lama-lama sedap pulak.”
“Sukalah tu,” kata Pak Itam.
“Cikgu nasib baik, hari ini tak da orang. Kalau tidak kena tunggu sampai malam,” kata Pak Itam dalam berdebar apabila Khairani sedia menjawab segala soalannya dengan tenang.
Tubuh Khairani yang putih melepak itu sangat mengghairahkan. Wajah Khairani yang cantik lagi menawan menyebabkan Pak Itam sudah tidak dapat menahan gelora berahinya. Khairanilah perempuan paling cantik yang bertemu Pak Itam untuk mendapat rawatan. Tidak sabar rasanya Pak Itam hendak melapah mahkota Khairani yang cantik tanpa bulu itu.
“Pak Itam sentuh badan cikgu ya?” Pak Itam meminta izin.
“Sentuhlah Pak Itam. Buatlah apa yang patut asal ‘suami’ saya tak cari perempuan lain,” Khairani memberi lampu hijau kepada Pak Itam.
Berkocak nafsu berahi Pak Itam apabila mendapat izin dari Khairani. Ini petanda air penawarnya sudah berkesan. Mudahlah urusannya selepas ini. Apabila air penawarnya sudah berkesan, Khairani bagai lembu dicucuk hidung.
Dada Khairani masih berdebar. Kemaluannya masih mengemut dan tiba-tiba rasa berahi kepada lelaki mula meningkat. Dia patuh pada arahan Pak Itam. Pada masa itu juga rasa ghairahnya sudah tidak dapat ditahan. Mahu sahaja dia peluk Pak Itam. Namun demikian Khairani cuba bertahan.
Pak Itam sudah dapat membaca gelodak nafsu pesakitnya. Dia pasti tubuh indah Khairani akan dapat dinikmati sebentar lagi tanpa tentangan. Pak Itam melutut di sebelah kiri Khairani berhampiran dengan dadanya. Pak Itam memegang kedua-dua tangan Khairani dan dibawa ke atas. Tangan Khairani seperti tentera mengaku kalah dalam perang. Kedua-dua ketiak Khairani yang putih gebu terdedah. Ketiak Khairani yang putih gebu tanpa bulu ini akan menjadi sasaran pertama Pak Itam.
Dia mula membacakan sesuatu yang tidak Khairani tidak faham. Pak Itam menghembus berulang kali pada ketiak Khairani. Selepas itu Khairani berasa agak khayal dan antara lena dan terjaga. Rasa ghairah Khairani sudah sukar hendak ditahan. Rasa malu dengan Pak Itam sudah tidak ada lagi dalam dirinya.
“Bersih ketiak cikgu ni. Siapa yang cabutkan bulunya?”
“Suami sayalah.”
“Untung cikgu dapat laki macam tu.”
Tidak lama kemudian Khairani berasa tangan Pak Itam berada di kedua-dua ketiaknya. Khairani mula berasa kedua-dua ibu jari Pak Itam bermain di ketiaknya yang putih gebu. Mujur Jenal baru mencabut bulu yang tumbuh di ketiaknya.
Inilah lelaki kedua yang suka mengusik ketiaknya. Kali pertama ketiaknya diusik dia baru berusia dua belas tahun ketika bersama cikgu Jenal. Khairani rasa geli dan rasa sedap apabila kedua-dua ketiaknya diusik jari-jari Pak Itam. Lama juga jari-jari Pak Itam bermain di ketiak Khairani sehingga Khairani menjengketkan kakinya kerana mula berasa geli yang amat sangat.
“Gelilah Pak Itam,” Khairani mula ketawa manja. Nafsu berahi semakin meningkat.
“Tahan cikgu. Saya tengah buang barang yang dimasukkan pada ketiak cikgu ni,” jelas Pak Itam yang mula berasa seronok mengusap ketiak Khairanai yang bersih itu.
Memang Pak Itam pantang melihat ketiak perempuan cantik yang putih bersih. Nafsunya pasti mendidih. Pak Itam mengusap ketiak Khairani sepuas-puasnya. Semakin lama Pak Itam mengusap ketiaknya, semakin geli Khairani rasa. Dia mula menggeliat. Kakinya terjengkit-jengkit menahan kegelian yang amat sangat.
“Geli Pak Itam… geli Pak Itam … geli… saya tak tahan ni,” Khairani menggeliat sambil ketawa manja.
Rasa geli kali ini merupakan rasa geli yang luar biasa. Jenal pun selalu buat macam itu, tetapi tidaklah segeli ini. Oleh kerana terlalu geli Khairani rasa nak terkencing.
“Saya tak tahan Pak Itam… saya nak terkencing… tak tahan Pak Itam.. tak tahannnnn….” Jerit Khairani sehingga terpancut air kencingnya kerana terlalu geli.
“Maaf Pak Itam saya terkencing.”
“Tak apa. Itu tanda benda tu dah keluar. Dia keluar ikut bawah,” jawab Pak Itam sambil meneruskan kerja mengusap ketiak Khairani.
“Geli lagi?” Tanyanya lagi.
“Tak Pak Itam.” Jawab Khairani.
“Apa rasa?”
“Sedap.”
“Tanda benda tu dah keluar. Tapi sementara sahaja.”
“Macam mana nak hilang terus Pak Itam?”
“Kena buat tiga hari tiga malam,” balas Pak Itam.
“Satu hari sahaja tak boleh ke Pak Itam?”
“Boleh tu boleh. Tapi besok dia datang balik,” jelas Pak Itam. “Kenapa? Cikgu tak suka ke?”
“Gelilah Pak Itam.”
“Itu tadi. Sekarang geli lagi?”
“Tak Pak Itam. Lama lagi ke?”
"Sikit lagi cikgu... " balas Pak Itam yang gemar pada ketiak perempuan-perempuan yang cantik.
"Saya nak masukkan seri pada ketiak cikgu," sambungnya untuk memberi alasan supaya Khairani tidak sedar akan kegemarannya itu
“Sekarang tetek cikgu pulak.”
Tidak lama lepas itu Khairani berasa kedua-dua buah dadanya diusap-usap. Kemudian diuli. Kemudaian diramas. Khairani terasa buah dadanya amat tegang. Putingnya terasa semakin menonjol. Nafsu syahwat semakin membara. Celah kemaluannya terasa hangat dan mula berair.
Khairani dapat merasakan Pak Itam mengangkat kepalanya ke atas bantal. Dia membetulkan kedudukan tubuh Khairani sambil mengusap kemaluan Khairani yang sudah berair. Kemudian Pak itam mula menjilat bahagian dada Khairani dahulu seterusnya mengulum puting teteknya dengan rakus. Ketika itu Khairani terasa amat berat untuk membuka mata.
"Gelilah Pak Itam.. " Kata Khairani sambil menggeliat. Tangannya mula memaut bahu Pak Itam.
Pak Itam terus menghisap puting tetek Khairani. Puting tetek Khairani semakin keras. Pak Itam hisap lagi.... dan lagi... dan lagi... dan lagi sehingga akhirnya terkeluar susu dari puting tetek Khairani. Dia mula mengelepar. Sudah lama tidak menyusukan anak, tiba-tiba susunya terpancut setelah dihisap berulang kali oleh Pak Itam.
“Dah lama saya tak susukan anak. Macam mana susu saya boleh keluar?” Tanya Khairani setelah Pak Itam berhenti menjilat.
“Mainan sihir. Kalau tak keluar susu ini, nafsu cikgu boleh mati,” kata Pak Itam.
“Sekarang sebelah lagi,” sambung Pak Itam sambil meramas tetek kanan Khairani yang sudah pun menegang.
“Kalau geli, tahan. Macam tadi. Biar sampai terpancut susu cikgu.”
Khairani mengangguk lesu. Dia menyerahkan teteknya untuk dihisap oleh Pak Itam. Seperti orang baru kahwin, Pak Itam mengerjakan tetek Khairani semahu-mahunya dengan alasan untuk membuang sihir.
Khairani merelakannya asalkan penyakitnya yang disihir itu dapat dipulihkan. Nafsu berahinya semakin memuncak apabila puting tetek kanannya diuli bibir Pak Itam dengan berbagai cara. Dia terlalu ingin menikmati zakar lelaki menusuk lubang kemaluannya. Dia memaut tengkok Pak Itam bagai Pak Itam itu suaminya. Dia lupa Pak Itam itu baru dikenali hari ini.
“Pak Itam.. saya tak tak tahan…” Khairani merengek manja.
Pak Itam terus menguli putting tetek Khairani semahu-mahunya hingga akhirnya terkeluar susu dari puting itu. Sebaik-baik susu itu keluar barulah Khairani berasa lega. Namun demikian badai nafsu berahinya masih belum reda. Keinginannya untuk menikmati zakar lelaki semakin meluap-luap.
“Apa cikgu rasa sekarang?”
“Lega sikit Pak Itam.”
“Tak ada rasa lain?” Tanya Pak Itam sambil tersenyum.
“Rasa apa Pak Itam?”
“Apa-apa rasalah.”
“Entahlah Pak Itam,” Khairani berasa malu hendak menyatakan rasa dia mahukan batang zakar Pak Itam.
“Tak apalah. Sekarang saya nak buang sihir kat lubang ni. Boleh ya cikgu?” Kata Pak Itam sambil mengusap kemaluan Khairani.
“Buatlah apa yang patut Pak Itam. Yang penting penyakit saya sembuh.”
“Pintu inilah tempat saya nak masukkan air penambat tu, cikgu,” kata Pak Itam sambil menguit pintu kemaluan Khairani.
Apabila Khairani mendengar kata-kata itu, dia membuka matanya sedikit untuk memandang wajah Pak Itam. Pada masa itu kepala Pak Itam sudah pun di celah kelengkangnya tidak berapa jauh dari kemaluannya. Dia tidak dapat berfikir macam mana air penambat itu hendak dimasukkan kerana pada masa itu Khairani berasa sangat ghairah apabila pintu kemaluannya mula disentuh lidah Pak Itam yang basah. Kesan air penawar yang diminumnya tadi sudah menguasai nafsu syahwatnya. Kemaluannya sudah mula banjir.
“Masukkanlah Pak Itam,” balas Khairani sambil menggerakkan tangannya dan terus mencapai kepala Pak Itam yang sedang berada di celah kelengkangnya.
Dia menekan-nekan kepala Pak Itam dengan agak kuat supaya jilatan lidahnya masuk lebih dalam lagi. Khairani mengerang sambil membuka matanya yang lama terpejam. Khairani cuba bangkit. Dia memandang Pak Itam yang sedang asyik menjilat kemaluannya. Menyedari yang Khairani sedang memandangnya Pak Itam mengangkat kepalanya dari celah kelangkang pesakitnya.
“Cikgu dah sedia untuk menerima air penambat?” Tanya Pak Itam sambil jarinya mengulit-ulit dan menggosok kemaluan Khairani yang basah becak. Sebelah lagi tangannya digunakan untuk menolak semula kepala Khairani ke bantal.
Khairani menganggukkan kepalanya. Khairani seperti orang yang sudah kena pukau terus baring semula dan membesarkan kangkangannya tanpa disuruh. Khairani memejamkan mata semula.
Pak Itam mengangkat kedua-dua kaki Khairani dan diletakkan ke atas bahunya. Apabila dia menegakkan bahunya punggung Khairani juga terangkat sekali. Pak Itam mula menghalakan zakarnya ke bibir cipap Khairani. Pak Itam meletakkan kepala zakarnya pada bibir kemaluan Khairani sehingga bibir terkuak. Sebaik sahaj bibir kemaluan Khairani terkuak, Pak Itam terus menolak masuk zakarnya ke dalam lubang kemaluan Khairani yang sudah becak.
“Pak Itam, mana air menambatnya?” Tanya Khairani apabila dia berasa zakar Pak Itam sudah berada dalam lubang kemaluan.
“Saya sedang masukkanlah ni,” jawab Pak Itam sambil menolak dan menarik zakarnya di dalam lubang kemaluan Khairani dengan rakus.
Barulah Khairani tahu maksud pintu lain yang dikatakan oleh Pak Itam itu. Namun dia sudah bersedia untuk menerimanya. Kehendak syahwatnya tertunai sudah. Tambahan pula nafsunya sedang menggila untuk menerima zakar lelaki. Khairani merasa geli serta nikmat yang amat sangat.
“Cikgu, ni rawatan pertama..” kata Pak Itam kepada Khairani sambil melajukan ayunan zakarnya di dalam kemaluan Khairani.
“Goyang ponggong cikgu,” sambungnya lagi
Khairani seperti lembu dicucuk hidung terus mengikut arahan Pak Itam. Khairani terus menggoyangkan ponggongnya ke kiri dan kanan, ke atas dan ke bawah sambil mengerang halus.
Pak Itam rasa seronok apabila Khairani menggoyangkan ponggongnya. Suara Khairani yang mengerang halus menyebabkan nafsunya memuncak dengan cepat. Dia melajukan ayunannya.
Khairani dapat merasakan Pak Itam sudah hampir sampai ke penghujung. Seperti yang dijangkakan Pak Itam terus memancutkan air penambat dalam lubang kemaluan Khairani. Pada masa itu Khairani belum lagi sampai ke puncak nikmat. Khairani tidak ambil kisah kerana tujuannya berjumpa Pak Itam bukan untuk memenuhi tuntutan nafsunya.
Khairani bangun sambil sebelah tangan menutup buah dadanya yang tegang dan sebelah lagi mencapai pakaiannya yang berterabur untuk menutup bahagian kemaluannya yang terdedah. Setelah mencapai kain kebarungnya, Khairani tutup bahagian pinggang ke bawah. Kemudian Khairani mencapai tudungnya untuk menutupi buah dada.
“Ada rasa lesu lagi?” Tanya Pak Itam.
Khairani merenung Pak Itam. Dia tersenyum.
“Kalau boleh nak lagi.”
“Saya boleh beri kalau cikgu mahu. Tapi kena ikut aturan dulu,” jelas Pak Itam sambil tersenyum.
Kemudian Pak Itam menerangkan kaedah rawatan kedua sambil mencuri pandang ke arah dada Khairani yang dilitupi tudung tetapi berbalam-balam kelihatan buah dadanya di bawah tudung tersebut.
“Sekarang Cikgu sila meniarap.”
Khairani seperti lembu dicucuk hidung terus mengikut arahan Pak Itam. Khairani terus meniarap di atas tikar mengkuang itu. Pak Itam menarik kain baju kebarung Khairani lalu dilempar ke sisi. Tubuh Khairani terdedah lagi. Pelahan-lahan dia mengurut punggung Khairani yang pejal putih berisi dengan minyak.
“Ni saya nak bagitahu ada sihir yang dah terkena pada lubang dubor Cikgu. Punggung Cikgu dah terkena penutup nafsu dan perlu dibuang. Kalau tak buang nanti cikgu langsung tak ada nafsu nak layan laki cikgu. Sekarang cikgu hanya tak bertenaga,” jelas Pak Itam.
“Boleh buang ke Pak Itam?”
“Boleh. Kena buat macam tadi lah. Cikgu sanggup?”
“Alang-alang menyeluk pekasam…. Pak Itam buatlah apa yang patut. Saya ikut sahaja. Janji saya pulih,” balas Khairani.
“Lagi pun lubang ini pun dah kena tebuk. Tentu tak sakit kalau saya masukkan balak saya ya cikgu?” Kata Pak Itam.
"Sekarang Cikgu tonggeng sikit," sambung Pak Itam
Khairani pun terus menonggeng di atas tikar mengkuang itu. Pak Itam bangkit dan melutut di belakang ponggong Khairani yang sedang menonggeng itu. Dia membetulkan kedudukan ponggong Khairani.
Pelahan-lahan dia mengurut punggung Khairani yang pejal putih berisi dengan minyak. Khairani berasa khayal semula. Punggung Khairani terkemut-kemut menahan kesedapan lumuran minyak Pak Itam. Kemudian Khairani berasa tangan Pak Itam menarik bahagian pinggangnya ke atas sehingga menghampiri batang balaknya. Khairani memandang kearah Pak itam yang melutut di belakang punggungnya.
Pak Itam menolak kedua-dua kaki Khairani agar berjauhan dan mula melumurkan minyak ke celah-celah bahagian rekahan punggungnya yang terbuka. Tanpa dapat dikawal satu erangan kesedapan terkeluar dari mulut Khairani.
Pak Itam menambahkan lagi minyak ditangannya dan mula bermain di bibir dubur Khairani yang masih terkemut-kemut. Khairani meramas bantal kesedapan. Sambil itu jari Pak Itam cuba menyucuk lubang dubur Khairani.
"Jangan kemut cikgu biarkan sahaja," terdengar suara Pak Itam yang terlekat di rongga.
Khairani cuba merilekskan otot duburnya dan dengan ini jari Pak Itam yang licin berminyak dengan mudah masuk ke dalam lubang dubor Khairani sehingga ke pangkal.
Setelah berjaya memasukkan jarinya Pak Itam mula menggerakkan jarinya keluar masuk lubang duburku seperti yang pernah dilakukan oleh Jenal semasa mula-mula dia hendak masukkan zakarnya dari lubang itu. Khairani cuba membuka matanya yang kuyu kerana kesedapan. Khairani berasa satu macam keseronokan pula apabila jari Pak Itam menyocok lubang dubornya.
Setelah perjalanan jari Pak Itam lancar keluar masuk duburku dia mula berdiri di belakangku sambil jarinya masih terbenam kemas dalam duburku. Dia memandang Pak Itam yang sekarang memegang pedangnya yang panjang dan bengkok ke atas itu.
"Sekarang saya nak masukkan air penambat dalam lubang ni ya cikgu," kata Pak Itam.
"Jangan risau ni nak buang sihir dan elak disihir lagi," katanya lagi sambil melumur minyak ke padangnya yang agak besar bagi seorang yang kurus dan agak rendah.
Selesai berkata-kata Pak Itam menarik jarinya keluar dan terus menusuk pedangnya ke lubang dubur Khairani.
"Arrgggggghhh…" Khairani menjerit kengiluan sambil mengangkat kepala dan dadaku ke atas. Inilah batang kedua yang menusuk lubang duburnya setelah diceroboh oleh batang Jenal beberapa minggu yang lalu.
"Jangan kemut teran sikit," arah Pak Itam yang sedang merenggangkan daging punggung Khairani.
Setelah Khairani meneran sedikit hampir separuh pedang Pak Itam terbenam ke dalam duburnya. Setelah berjaya memasukkan setengah zakarnya Pak itam menariknya keluar semula dan memasukkan kembali sehingga semua zakarnya masuk kedalam rongga duburku. Dia berhenti disitu. Kemudian dia masukkan kembali zakarnya ke dalam lubang dubur Khairani.
“Mujur laki cikgu dah tebuk lubang ni dulu. Kalau tidak susah juga,” kata Pak Itam. “Selalu ke dia buat macam ni?”
“Selalu juga Pak Itam. Kadang-kadang sampai dua kali semalam,” jawab Khairani.
“Ganas juga laki cikgu ni. Lepas ini saya yakin dia akan lebih ganas.”
“Kenapa pulak Pak Itam?”
“Air penambat ini akan menjadi dubur cikgu semakin mengghairahkan.”
“Ya ke Pak Itam?”
“Cikgu tengoklah nanti.”
Sambil berbual sesekali Pak Itam menarik senjatanya keluar dan menujah dengan ganas. Setiap kali menerima tujahan Pak Itam setiap kali itulah Khairani mengerang kesedapan.
Mereka berhenti berbual dan Pak Itam mula melakukan pergerakan tujahan dengan laju. Sebelah tangan memegang pinggang dan sebelah lagi menarik rambut Khairani ke belakang seperti peserta rodeo. Khairani menurut gerakan Pak Itam sambil menggayak-ayakkan punggungnya ke atas dan ke bawah kerana berasa sedap.
Tiba-tiba Khairani rasakan sesuatu yang panas mengalir dalam rongga duburnya. Banyak sekali Khairani rasakan cecair tersebut.
Khairani yang masih belum sampai ke puncak nikmat, memainkan kelentitnya dengan jarinya sendiri untuk sampai ke puncak, sambil Pak Itam merapatkan badannya memeluk aku dari belakang. Dia sudah memancutkan air pekat hangatnya sedangkan Khairani belum mencapai kepuasan seperti mana yang diberikan oleh Jenal.
Khairani tak kisah kerana tujuannya bukan nak dapatkan kepuasan dari Pak Itam. Khairani terus mengemut-ngemut zakar Pak Itam dan bekerja keras untuk mencapai klimaks.
"Arghhhhhhhrgh" Khairani klimaks setelah menggentel kelentitnya sendiri sambil tertiarap di atas tikar mengkuang.
Pak Itam segera mencabut zakarnya dan melumurkan cairan yang melekat dizakarnya ke atas punggungnya.
"Jangan basuh ni sampailah waktu maghrib,” katanya sambil melondehkan kain pelikatnya.
Khairani masih lagi tertiarap dengan keadaan bertelanjang bulat. Dia merasakan bibir duburnya sudah longgar dan berusaha mengemut untuk meneutralkannya semula. Setelah itu aku bangun dan mencapai pakaiannya yang bersepah satu persatu.
“Jangan pakai baju dulu.”
“Kenapa Pak Itam?”
“Lepas ni cikgu kena mandi air bunga untuk pulihkan tenaga cikgu sepenuhnya,” kata Pak Itam. “Cikgu tunggu dalam bilik ni. Saya nak ambil tujuh jenis bunga kat luar tu.”
Sebaik-baik sahaja Pak Itam bangkit, Khairani mula berasa seram sejuk. Bulu romnya mula meremang.
“Pak Itam! Nanti dulu.”
“Kenapa cikgu?”
“Saya rasa seram cikgu. Saya takut.”
Pak Itam pandang keliling sambil membaca sesuatu.
“Benda tu masih ada di sini. Dia nak masuk balik dalam badan cikgu.”
“Tolong Pak Itam. Jangan biarkan benda tu masuk lagi.”
“Jangan takut cikgu,” kata Pak Itam sambil merenjis baki air dalam jug sekeliling tempat duduk Khairani.
“Cikgu jangan bergerak dari sini. Benda tu tak akan masuk dalam kawasan renjisan ini,” jelas Pak Itam.
“Bacalah apa-apa ayat yang cikgu hafal,” sambungnya lagi sambil bergerak meninggalkan Khairani bersendirian.
Tidak berapa lama kemudian Pak Itam memanggil Khairani supaya keluar dari bilik itu. Khairani bangkit tanpa memakai baju lalu bergerak ke arah suara Pak itam yang sedang menunggunya di dapur. Pak Itam tersenyum apabila melihat Khairani yang bertelanjang bulat itu menghampirinya.
“Dah masuk waktu maghrib. Cikgu kena mandi air bunga sekarang,” kata Pak Itam sambil menarik tangan Khairani dan dibawa ke dalam bilik air yang tidak berapa jauh dari dapur.
“Cikgu siram badan cikgu. Saya akan gosok badan cikgu,” jelas Pak Itam.
Khairani menceduk air bunga itu lalu menyiram ke badannya.
“Jangan siram lagi,” kata Pak Itam sambil menggosok kedua-dua bahu Khairani yang dibasahi air bunga itu. “Angkat tangan cikgu. Saya nak gosok ketiak cikgu pulak.”
Khairani patuh pada arahan Pak Itam. Kedua-dua tangannya diangkat ke atas untuk mendedahkan kedua-dua ketiaknya. Pak Itam terus mengusap kedua-dua ketiak Khairani serentak dengan kedua-dua ibu jarinya. Khairani berasa sedap apabila kedua-dua ketiaknya diusap. Tidak seperti ketika mula-mula ketiaknya diusap tadi.
“Ada rasa geli?”
“Tak ada Pak Itam. Saya rasa sedap pulak.”
“Dah hilanglah benda tu. Lepas ni teruklah ketiak cikgu dikerjakan suami cikgu.”
“Tak pa saya dah sedia Pak Itam.”
“Ganas juga cikgu ni ya?”
“Suami saya lagi ganas.”
“Sama-sama ganaslah tu. Sekarang jirus lagi.”
Khairani ikut arahan Pak Itam. Selepas Khairani jirus kali kedua, tangan Pak Itam melekap pada kedua buah dadanya yang masih tegang. Kedua-dua tangan Pak Itam mula menguli dan meramas buah dada Khairani dengan lembut. Khairani mula berasa sedap yang luar biasa. Matanya bagai tidak larat dibuka akibat rasa sedap akibat buah dadanya diuli dan diramas oleh Pak Itam.
“Sedap ke?”
“Sedap sangat Pak Itam. Tak pernah saya rasa sesedap in.”
Kemudian Pak Itam memaut pinggang Khairani dan terus dihisap puting buah dada kirinya. Khairani terkejut, tetapi dia tidak membantah. Dia berasa sedap yang amat sangat apabila puting buah dadanya dihisap sehingga dia dapat berasa susunya keluar lagi.
“Masih ada saki bakinya lagi cikgu,” kata Pak Itam setelah habis susu Khairani ditelannya. “Pak Itam nak tengok tetek kanan cikgu pulak.”
“Tengoklah Pak Itam. Saya tak larang. Yang penting sihir tu hilang.”
Pak Itam meneruskan kerja membuang saki baki sihir yang masih ada pada buah dada kanan Khairani. Puting tetek Khairani dihisap lagi. Kadangkala disedut-sedut sehingga Khairani naik berahinya. Ia khayal dibuai rasa berahi itu.
Setelah beberapa minit menghisap akhirnya susu Khairani keluar lagi. Pak Itam menelannya sehingga habis. Khairani berasa lega setelah habis susunya ditelan Pak Itam.
“Jirus lagi,” kata Pak Itam menamatkan khayalan Khairani.
Khairani jirus lagi badannya dengan air bunga yang telah dijampi oleh Pak Itam. Selesai menjirus, Khairani lihat tangan Pak Itam beralih ke perut dan celah kelengkangnya. Tangan Pak Itam mula mengusap kemaluan Khairani yang bersih tanpa bulu. Kemudian jari Pak Itam mula menjolok lubang kemaluan Khairani yang sudah lama berlendir.
“Ahhhhhh…… saya tak tahan Pak Itam…” Khairani bersuara penuh berahi setelah lubang kemaluannya dijolok berulang kali oleh jari telunjuk Pak Itam. Matanya dipejamkan untuk menghayati rasa sedap apabila kemaluannya diusik jari Pak Itam.
“Saya nak anu Pak Itam… saya tak tahan…..” Khairani merengek lagi.
“Kat sini boleh?”
“Tak kisahlah Pak Itam. Saya tak tahan ni.”
Pak Itam membaringkan Khairani dan mengangkangkan kedua belah kakinya. Khairani merenung wajahku dengan penuh nafsu. Dengan perlahan-lahan Pak Itam letakkan kepala zakarnya menyentuh kelentit Khairani dan digoyangkan zakarnya perlahan-lahan ke atas dan ke bawah. Khairani kembali memejamkan matanya dan sesekali ternganga kesedapan.
Setelah Pak Itam rasakan agak basah kembali lubuk pantatnya itu, segera dia tolakkan sedikit zakarnya ke dalam pantat Khairani, lebih kurang setengah inci dan berhenti. Perut Khairani terangkat dan tangannya memaut punggung Pak Itam untuk memberi isyarat meminta bomoh itu menolak lebih dalam. Bagaimanapun Pak Itam tidak menghiraukan isyarat Khairani sebaliknya perlahan lahan dia keluarkan sedikit zakarnya
.
Gerakan Pak Itam yang pertama ini amat perlahan. Dia mahu merasakan sensasi sentuhan kulit zakarnya dengan kulit pantat cikgu yang cantik jelita itu. Dia juga mahukanKhairani merasai nikmat yang sama. Pak Itam juga mahu Khairani merasa betapa zakarku meneroka ruang pantatnya dengan gagah dan penuh kejantanan, dan paling penting, dia mahu bertahan lama.
Sedikit demi sedikit, Pak Itam sorongkan kepala zakarnya kembali ke dasar lubuk pantat Khairani. Kali ini dia masukkan lebih kurang satu inci. Masih ada beberapa inci untuk disarungkan. Khairani mengeluh dan memandang Pak Itam sambil merayu..
"Pak Itam.., tolong.. masukkan lagi.. tolong Pak Itam.. Kote Pak Itam sedap, besar.. cepat sikit Pak Itam.. saya nak dalam lagi," tangan Khairani semakin kuat memaut pinggang Pak Itam.
Pak Itam senyum dan memandang tepat mata Khairani yang sangat kuyu itu. Wajahnya semakin cantik dan jelita. Pak Itam menarik dan menyorong kembali zakarnya laju sedikit, setelah beberapa kali sorongan, Pak Itam meneroka seinci lagi, menjadikan sudah dua inci batangnya terbenam dalam lubuknya. Khairani mula merasa perbezaan permainan Pak Itam kali ini.
"Pak Itam.. Sedap.. Lagi Pak Itam.. Laju lagi Pak Itam…… Argghh aa."
"Saya suka apam cikgu.. Cikgu nak balak saya lagi?"
"Nak Pak Itam.. Saya nak sangat Pak Itam. Tolong.. Pak Itam.. Jangan seksa saya. Masuk dalam lagilah Pak Itam.."
"Emm.. Sekejap ya cikgu.. saya sangat suka kat cikgu.. Malam ni Cuma milik kita berdua cikgu. Kita boleh main sepanjang malam kalau cikgu mahu."
"Oh.. Pak Itam. Saya nak Pak Itam. Saya nak."
Pak Itam menyorong-tarik zakarnya dengan kelajuan yang bertambah sedikit tapi masih tetap pada ke dalaman dua inci. Khairani mengerang semakin kuat, menyuarakan kenikmatan yang tak terhingga. Pak Itam meningkatkan kelajuan sorong tarik zakarnya. Pantat Khairani semakin becak dan licin.
“Masuk dalam lagi Pak Itam. Saya nak semua Pak Itam…. Tolong Pak Itam masuk semua Pak Itam…” Khairani merayu-rayu lagi.
Pak Itam menujah semakin dalam, kini tiga inci bahagian batangnya yang sangat keras, besar dan bersemangat mengisi ruang pantat Khairani. Pak Itam terus menujah tanpa henti selama hampir sepuluh minit sehinggalah terbukti tepat dugaannya, Khairani tidak dapat bertahan.
Dadanya berombak dan tangannya kuat mencengkam lengan Pak Itam. Matanya terpejam rapat. Mulutnya ternganga, hanya perkataan "Aarghh" yang kedengaran dan diikuti keluhan nafas yang kencang. Seluruh tubuhnya kejang membeku.
Pak Itam menghentikan stroke sementara waktu. Setelah cengkaman jari Khairani reda, dia teruskan permainannya, perlahan sedikit tetapi dengan daya tujahan yang lebih keras dan dalam. Khairani tak mampu menahan nikmat ghairah.. Dia hanya mampu menerima sahaja tujahan demi tujahan zakar Pak Itam yang penuh rakus dan berkuasa.
Pak Itam sendiri sudah tidak mampu menahan permainan ini. Dia tidak mahu menunggu dan Pak Itam cuma mahu zakarnya melanyak pantat Khairani yang sangat basah dan becak itu.
Beberapa minit selepas Pak Itam mengawal tujahan zakar, nafsunya sudah tidak terkawal lagi. Pak Itam melipat kaki Khairani ke arah kepalanya dan menyuruh cikgu yang cantik jelita itu menahan kangkang begitu. Pak Itam sungguh bertuah kerana dapat menikmati tubuh Khairani yang agak lentur dan dia boleh melipat badannya dengan sempurna sekali.
Pak Itam sudah tidak dapat bersabar lagi. Dengan satu tekanan yang amat perlahan tetapi amat padu dan berkuasa, zakar Pak Itam membolos dan menujah pantat Khairani sedalam-dalamnya. Mata Khairani tiba-tiba menjadi putih. Mulutnya ternganga luas, tangannya semakin kuat menarik kakinya supaya semakin rapat kepada badan. Dan Pak Itam pula kini bagaikan di awangan, syurga yang teramat indah, penuh cinta dan nikmat.
Pak Itam mula menghenjut, mengayak dan melanyak pantat Khairani dengan penuh kekuatan dan kelajuan. Tenaga dari seluruh tubuhnya dipusatkan pada pinggangnya, dan segala deria rasa Pak Itam cuma terkumpul pada titik utama tubuhnya iaitu pada zakar dia.
Pak Itam cuma dapat merasakan kenikmatan pada zakarnya dan menghayati setiap saat, sentuhan dan irama di dalam bilik air itu. Pak Itam dapat mendengar Khairani meraung-raung, mengerang dan menjerit-jerit tetapi Pak Itam sendiri tidak mampu memahami maknanya. Pak Itam sendiri tidak dapat mengawal keluhan dan raungan nikmat yang mulutnya keluarkan. Pak Itam sudah tidak peduli apa pun lagi.
Setelah dua puluh minit berhempas pulas, Pak Itam tidak dapat menahan zakarnya lagi. Pak Itam tahu Khairani sudah klimaks dan merayu meminta dia menghentikan henjutannya. Pak Itam tidak menghiraukannya, setiap kali kakinya kendur, setiap kali itulah dia akan menguatkan lagi tujahannya.
Dan kali ini, giliran Pak Itam pula merasakan puncaknya. Pak Itam menghenjut-henjut dan mengayak-ayak ganas zakarnya. Akhirnya dengan satu tujahan yang paling berkuasa dan muktamad, zakar Pak Itam memuntahkan deras segala air mani yang pekat dan panas yang telah lama terpendam. Pak Itam segera menekan zakarnya sekuat-kuatnya kedasar lubuk pantat Khairani yang panas dan dalam itu.
Minda Pak Itam terlontar ke hujung dunia dan gelap dunia pada pandangan matanya . Dia ayak-ayak lagi zakarnya, cuba mengeluarkan semua titisan air maninya. Pak Itam mencengkam bontot Khairani dengan keras. Pak Itam cium ketiak Khairani dengan rakus dan kadangkala dia jilat ketiak cikgu yang mengghairahkan itu.
Pak Itam henyak lagi pantat Khairani dengan zakarnya yang sekejap-kejap menegang dan mengendur. Hampir lima minit lamanya. Pak Itam kepuasan, langsung terbongkang di atas tubuh Khairani. Khairani mengendurkan dan meluruskan kakinya, matanya kuyu.
"Terima kasih Pak Itam. Hebat juga Pak Itam ni…." Khairani bersuara lemah sambil tersnyum.
“Masih ada tenaga?”
“Sampai pagi pun saya masih gagah!” Balas Khairani.
“Dah sembuhlah tu.”
Kemudian mereka meneruskan acara mandi bunga dan lain-lain rawatan. Kira-kira jam 9.00 malam rawatan hari pertama selesai. Hampir empat jam Khairani menerima rawatan dalam keadaan berbogel di hadapan Pak Itam.
Walau bagaimana pun Pak Itam masih belum puas untuk menatap dan menikmati tubuh Khairani. Ketika Khairani hendak pulang, tiba-tiba dia rasa seram sejuk. Dia mula rasa takut untuk balik ke rumahnya. Akhirnya Pak Itam setuju untuk menemankan Khairani pulang dengan syarat Khairani akan menghantarnya pulang pada hari esok.
Jarak rumah Khairani dengan rumah Pak Itam tidaklah begitu jauh. Tetapi oleh kerana laluan yang dilalui agak lengang, Khairani tidak berani memandu bersendirian pada waktu malam.
Mereka sampai ke rumah Khairani kira-kira jam 9.10 malam. Ketika mereka sampai hujan mula turun dengan lebatnya. Khairani mempelawa Pak Itam masuk ke rumahnya. Setelan pintu dikunci Khairani masuk ke biliknya.
“Suami cikgu ke mana?”
“Mesyuarat kat Langkawi.”
“Lama?”
“Tiga hari.”
“Bila dia pergi?”
“Subuh tadi.”
“Baguslah tu.”
“Kenapa Pak Itam?”
“Boleh kita selesaikan rawatan itu kat rumah cikgu sahajalah.”
“Boleh ke?”
“Apa pulak tidak boleh. Tak payah cikgu pergi rumah saya. Setuju?”
“Suka hati Pak Itamlah.”
“Suami cikgu tak ada. Senang saya rawat cikgu.”
Bila Khairani masuk ke dalam biliknya, Pak Itam ikut sama dan menutup pintu. Khairani tidak membantah. Selepas menerima rawatan di rumah Pak Itam, Khairani sudah hilang rasa segan dan malu pada bomoh ini. Tambahan pula tiada lagi rahsia tubuh Khairani yang tidak diketahui oleh Pak Itam. Malah bahagian tubuh Khairani yang paling sulit dan berharga telah pun dinekmati oleh Pak Itam.
Bagi Khairani tiada apa lagi yang perlu dipertahankan. Terlanjur Pak Itam sudah menikmati tubuhnya, biarlah dia teruskan. Lagi pun masih ada dua hari lagi dia perlu menjadi ’bini’ Pak Itam seperti yang termaktub dalam pakej rawatan bomoh itu.
Dalam bilik itu, Pak Itam terus tarik Khairani supaya rapat padanya. Pak Itam memeluk dan mencium muka cikgu yang jelita itu. Khairani tidak membantah malah memberi tindak balas yang merangsangkan. Dia menyerahkan bibirnya untuk dicium Pak Itam.
Ciuman itu lama dan mengghairahkan. Sambil mulut mereka bercium rapat, tangan Pak Itam membuka pakaian Khairani. Satu persatu pakaian Khairani dilucutkannya sambil meraba tubuh perempuan yang dirawatnya. Khairani tidak membantah malah memberi kerjasama yang sewajarnya.
Bila sudah bertelanjang, Pak Itam mengangkat tubuh Khaitrani dan diletaknya atas katil. Selepas menerima rawatan tadi, Khairani hanya patuh pada tindak tanduk Pak Itam walaupun orang tua itu bukan suaminya.
Setelah itu, Pak Itam terus membuka pakaiannya sendiri. Kini mereka sama-sama bertelanjang bulat. Khairani berasa selesa berbogel bersama bomoh ini. Pak Itam membuka ketiak Khairani dan terus mencium dan menjilatnya.
Khairani tertawa kecil di atas katil apabila lidah Pak Itam menyentuh ketiaknya buat beberapa ketika. Selepas menerima rawatan tadi Khairani berasa sedap apabila lidah Pak Itam bermain pada ketiaknya. Syahwatnya mula terbakar!
Khairani mula mengeluh bila dirasanya mulut Pak Itam berpindah dari ketiaknya, bergerak ke bawah dan berhenti pada salah satu putingnya buah dadanya. Khairani terasa cukup terangsang bila lidah Pak Itam memainkan hujung kedua dua putingnya. Tangan Khairani menarik kepala Pak Itam supaya lebih rapat pada teteknya. Kemudian tangannya menarik tangan Pak Itam dan dibawa kepada buah dadanya yang satu lagi yang tidak dihisap Pak Itam.
Bomoh ini macam faham kehendak Kharani. Dia terus meramas buah dada Khairani yang tidak dihisap. Khairani berasa bertambah lazat apabila kedua-dua puting teteknya dimainkan oleh bibir dan tangan Pak Itam bergilir-gilir. Dihisap dan diramas. Kemudian mulut Pak Itam merayap ke bawah. Khairani membuka sedikit kakinya bila dia terasa mulut Pak Itam kini ada dipusatnya.
Ini memberikan Pak Itam sedikit ruang untuk merayap di celah-celah peha. Khairani berasa lidah Pak Itam berada di atas bibir kemaluannya. Bila tersentuh oleh lidah Pak Itam pada lurahnya, Khairani menggeliat dan punggungnya terangkat ke atas. Ini membuatkan lidah Pak Itam terus masuk dalam kemaluan Khairani. Tangan Khairani terus memegang kepala Pak Itam dan menarik agar lebih rapat dengan kemaluannya. Lidah Pak Itam terus memainkan peranannya dan ini membuat Khairani berasa cukup ghairah.
Bila Pak Itam melihat Khairani sudah tak tentu hala bernafsu, dia bangun memegang batang zakarnya. Kemudian Pak Itam merapatkan kepala zakarnya pada kemaluan Khairani. Dengan gerakan perlahan tapi tegap, Pak Itam memasukkan zakarnnya dalam kemaluan Khairani buat kali ketiga. Maka berulanglah kesekian kalinya sejarah perhubungan Khairani dan Pak Itam.
Sejak Pak Itam berjaya menggoda Khairani pertama kali petang tadi, cikgu jelita ini sudah tidak segan silu lagi untuk menyerahkan tubuhnya pada bomoh yang banyak pengalaman menjinakkan hati perempuan.
Tidak ada siapa yang ambil peduli apa yang dibuat oleh Khairani dan Pak Itam pada malam ini. Tambahan pula hujan diluar rumah semakin lebat. Tubuh Khairani terus dikerjakan Pak Itam. Sambil menggeliat, badan Khairani terangkat ke atas, menyebabkan zakar Pak Itam dapat masuk ke dalam lubang kemaluan lebih jauh lagi. Namun demikian balak Pak Itam yang tidak sepanjang zakar Jenal tidak mampu menyentuh daging misteri dalam rahim Khairani. Khairani terus dikerjakan oleh Pak Itam.
Untuk menguatkan hentakannya, Pak Itam memegang punggung Khairani, dinaikkan sambil zakarnya terus menjunam dalam kemaluan cikgu yang cantik jelita ini. Khairani rasa cukup sedap bila terasa ada air panas dalam kemaluannya, bila Pak Itam memancutkan air maninya. Khairani juga turut sama-sama sampai dan badannya menggeletak.
Akhirnya, Pak Itam tertiarap atas badan Khairani dengan penuh semangat. Pak Itam menarik Khairani dan mereka terus bercium. Sambil itu tangan Pak Itam merayap dan meraba tetek Khairani. Ada ketikanya, mulut Pak Itam menghisap tetek.
“Boleh sekali lagi?” Tanya Pak Itam sambil mengusap ketiak Khairani.
“Sepuluh kali pun boleh!” Balas Khairani.
“Dah pulihlah tu.”
“Terima kasih Pak Itam kerana merawat saya.”
“Sekali lagi ya cikgu?”
“Sepuluh kalilah Pak Itam. Saya nak uji keberkesanan rawatan Pak Itam,” Khairani berkata dengan begitu semangat sekali.
“Ganasnya cikgu ni…”
“Boleh ya Pak Itam?” Tanya Khairani yang masih lagi bertenaga.
“Cikgu tadah sahajalah apam cikgu ni,” kata Pak Itam sambil mengusap kemaluan Khairani.
“Jilat ketiak saya Pak Itam.”
“Kenapa?”
“Sedaplah Pak Itam. Pandai Pak Itam merawatnya.”
Pak Itam meniarap di sebelah Khairani. Dia merapatkan mulutnya pada ketiak Khairani yang siap sedia terdedah. Kemudian Khairani berasa sedap sekali lagi apabila lidah Pak Itam menyentuh ketiaknya. Ah! Sedapnya tidak terkata.
Ketika Pak Itam menjilat ketiaknya, Khairani terasa yang zakar Pak Itam kembali tegang dan mencucuk badannya. Khairani tersenyum bila melihat Pak Itam meniarap atas badannya dan menolak zakarnya dalam kemaluannya sekali lagi. Dipeluknya Pak Itam rapat-rapat sambil Pak Itam dengan perlahan menjunamkan kemaluannya dalam kemaluan Khairani dengan hentakan demi hentakan. Malam berhujan lebat itu milik mereka!
Mereka mengulangi lagi perbuatan terkutuk itu sehingga menjelang dinihari untuk menguji keberkesanan rawatan Pak Itam. Mereka terlelap setelah membuat lima ujian tetapi Khairani masih lagi bertenaga. Namun demikian mereka tidak berupaya menghalang rasa mengantuk yang amat sangat kerana rawatan Pak Itam tidak termasuk menahan rasa mengantuk.
Khairani terjaga apabila matahari sudah meninggi. Dia bingkas bangun. Pak Itam terjaga apabila Khairani bangkit dengan pantas.
“Kenapa cikgu?”
“Hari dah siang Pak Itam. Saya dah lewat nak ke sekolah ni,” kata Khairani sambil menggerakkan ponggongnya untuk turun dari katil.
Dengan segera Pak Itam menarik tangan Khairani untuk menghalang dia turun dari katil. Tindakan Pak Itam ini menyebabkan tubuh Khairani rebah kembali di atas katil. Pak Itam semakin berani.
“Ambik MC lah cikgu.”
“Tapi saya tak sakit.”
“Itu boleh diatur,” kata Pak Itam. Dia mula meniarap di atas badan Khairani.
Cikgu jelita ini tidak pula membantah.
“Saya boleh buatkan cikgu sakit sekejap. Kalau jumpa doktor saya gerenti cikgu boleh dapat MC,” sambung Pak Itam sambil menatap wajah Khairani yang semakin jelita dalam keadaan belum basuh muka dan tidak bersolek.
Ghairah Pak Itam pada Khairani bangkit kembali apabila menatap wajah Khairani yang jelita semula jadi.
“Betul ke Pak Itam?”
“Apa? Cikgu tak percaya ke?”
“Kalau dah jadi, baru saya percaya.”
“Okey, saya akan buatkan cikgu sakit sementara. Tapi sebelum itu kita main dulu,” jelas Pak Itam mula mencium pipi Khairani yang berkulit halus.
“Jilat ketiak saya dulu Pak Itam.”
“Cikgu suka?”
“Tersangatlah sukanya Pak Itam,” jawab Khairani sambil mendedahkan kedua-dua ketiaknya menjadikan dia semakin mengghairah Pak Itam. “Pak Itam suka ke jilat ketiak saya?”
“Tersangatlah sukanya. Ketiak cikgu bersih. Tak ada bulu. Bau pun sedap,” jawab Pak Itam pula sambil mula menghidu dan menjilat ketiak kiri Khairani.
Khairani mula melayukan matanya untuk menghayati kesedapan sentuhan lidah Pak Itam pada ketiaknya. Sambil menjilat sekali sekala Pak Itam menggigit manja ketiak Khairani yang putih gebu itu. Khairani mengerang manja apabila menerima gigitan manja Pak Itam.
Setelah puas mencium dan menjilat ketiak Khairani, Pak Itam beralih pada sasaran lain pada tubuh cikgu jelita ini. Pak Itam mula mencium dan menjilat puah dada Khairani sambil menguli dan meramas dengan lembut.
Khairani terpesona dengan tindakan Pak Itam yang lembut dan mesra itu. Dia lupa seketika pada Jenal. Dia lupa seketika pada Mat Jodi. Dia juga lupa janjinya pada Jenal untuk tidak menyerahkan apamnya pada lelaki lain. Walau pun hajatnya bertemu Pak Itam untuk dapat rawatan, kini berubah pula kepada memuaskan kehendak syahwat dan berahinya. Khairani semakin tenggelam dengan permainan Pak Itam.
Khairani tersentak apabila dia berasa bibir dan lidah Pak Itam mula menyentuh kemaluannya. Dia mula menggeliat manja apabila menerima sentuhan bibir dan lidah Pak Itam di kemaluannya. Tangan Khairani mula mengusap kepala Pak Itam meminta supaya bomoh itu bertindak lebih ganas pada kemaluannya.
“Ooooooo… Pak Itam…. Sedap Pak Itam…. Sedap lidah Pak Itam….” Khairani mengerang manja.
Pak Itam semakin rakus menjilat kemaluan Khairani apabila mendengar cikgu jelita mengerang manja. Tindakan ini menyebabkan Khairani berasa semakin sedap.
“Adu Pak Itam… aduu… aduuu… aduuuu …. Pak Itammmmmm……” Khairani menjerit apabila rasa sedap itu sampai ke puncaknya.
Khairani mengepit kepala Pak Itam dengan kedua-dua pehanya sambil kedua-dua tangan memaut kepala katil. Kemudian dia berasa ada air keluar menderu-deru dari dalam lubang kemaluannya disertai dengan rasa lazat yang tidak terhingga.
“Sudahlah Pak Itam… sudahlah…. Geli.. gelilah Pak Itam. Saya tak tahannnnn…” Jerit Khairani setelah beberapa kali air nekmat menderu-deru keluar dari kemaluannya akibat jilatan Pak Itam yang tidak henti-henti.
Pak Itam masih tidak menghiraukan jeritan Khairani. Dia bagai mahu menikmati air nikmat Khairani sepuas-puasnya. Dia juga mahu tahu keadaan Khairani setelah mencapai puncak rasa nikmat.
Apabila melihat Pak Itam masih lagi rakus menjilat kemaluannya dan dia pula sudah tidak dapat menahan rasa geli bercampur nilu, Khairani terpaksa menarik kepala Pak Itam.
“Dahsayatlah Pak Itam ni…” rungut Khairani apabil berjaya melepaskan kemaluannya dari jilatan Pak Itam.
“Kenapa cikgu?”
“Gelilah Pak Itam.”
“Sedap pun geli.”
“Sedap sangatlah Pak Itam. Dah habis rasa sedap datang rasa geli pulak.”
“Oh! Gitu.” Kata Pak Itam sambil terseyum.
“Cepatlah Pak Itam. Masukkan kote Pak Itam. Saya tak tahan ni…”
“Dah geli pun masih nak kote Pak Itam.”
“Geli lidah dengan geli kote lainlah Pak Itam. Dah kena lidah pasti nak kena kote juga.”
“Pelik ya orang perempuan ni,” kata Pak Itam sambil menghalakan zakarnya pada alur kemaluan Khairani yang masih bertaup rapat.
“Apam cikgu macam apam anak dara,” puji Pak Itam sambil menguak bibir kemaluan Khairani dengan kepalanya.
“Kenapa Pak Itam?” Tanya Khairani apabila dia mula merasa kepala zakar Pak Itam mula menyelinap dalam alur kemaluannya.
“Bibir apam cikgu masih bertaup rapat. Macam belum pernah diusik,” jelas Pak Itam.
“Masih kuat kemut,” sambung Pak Itam apabila seluruh zakarnya terbenam dalam kemaluan Khairani.
“Kerasnya kote Pak Itam. Macam besi,” bisik Khairani apabila dia berasa zakar Pak Itam mula bergerak-gerak dalam lubang kemaluannya.
“Sakit ke?”
“Tak. Sedap macam kote laki saya.”
“Masih ingat laki cikgu lagi?”
“Susah saya nak lupakan kote laki saya bila rasa kote Pak Itam ni.”
“Tak takut dia marah?” Tanya Pak Itam mula mencium pipi gebu Khairani.
“Macam mana dia nak marah. Dia bukan tahu,” jawab Khairani sambil memaut bahu Pak Itam. “Kita main puas-puas ya Pak Itam.”
“Tapi cikgu kena ambil MC dulu.”
“Kita main puas-puas dulu ya Pak Itam. Lepas tu kita pergi klinik ambil MC?” Khairani sudah mula dapat menyesuaikan diri dengan Pak Itam lelaki yang baru dikenali itu.
“Suka hati cikgulah.”
Pak Itam mula menggerakkan zakarnya ke dalam lubang kemaluan Khairani dengan laju berulang kali. Semakin laju gerakan zakar Pak Itam semakin sedap Khairani rasa. Semakin sedap dia rasa makin kuat dia merengek dan mengerang. Sepanjang hari itu mereka tidak henti-henti membuat kerja terkutuk itu. Mereka berehat hanya untuk mengambil cuti sekait selama dua hari.
2K notes
·
View notes
Text
Ustazah Dayana (Duo)
Yess Leman... Ummphh... Sedapnya batang Leman... Ahhh... Ahhh...” Erang Ustazah Dayana kesedapan. Jika sebelum ini mereka hanya melunaskan nafsu di hotel hotel, namun kali ini mereka semakin berani melampiaskan nafsu di universiti. Seperti mana Ustazah Dayana dengan Azmir dahulu.
Hari ini Ustazah Dayana ditonggeng Leman di dalam biliknya. Pintu ditutup rapat dan erang Ustazah Dayana secuba mungkin ditahan, namun pastinya dengan setiap hentak dari batang muda Leman itu, mengeluarkan sekurangnya erang halus dari bibir Ustazah Dayana.
Hari ini Ustazah Dayana memakai baju kurung. Kain dah terjelepuk di hadapan pintu, hanya berbaju yang diselak ke atas daging punggung. Tangan Leman kemas memegang pinggang Ustazah Dayana dengan setiap dayung menikmati melodi indah dari bibir pensyarahnya itu, dan kemut balas basah yang tidak pernah difikirkannya sesedap itu walau dialam fantasi.
Kepala Ustazah Dayana jelas melentik lentik dengan setiap klimaks. Kaki Ustazah Dayana juga melentik mengejang, walau semakin penat, pantat Ustazah Dayana masih setia mengemut memerah batang anak muda itu.
“Hmmph!! Hmmph!! Ustazahhh... S... Saya nak pancut dalam ustazah hari ni... Ahh... B... B...Boleh?” dengus Leman meminta izin. Ustazah Dayana mengangguk laju. Mengira laju cycle haid di dalam kepala.
“Yess... Pancut dalam ustazah Leman... Ahhh... Bagi ustazah benih kamu tuu... Ummphh~ Ahh!!” Ustazah Dayana mengemut lebih ketat, klimaks sekali lagi. Leman mendengus geram sambil mendayung sekuat kuat dan sedalam dalamnya sehinggalah Leman melepaskan air maninya ke dalam pantat Ustazah Dayana itu.
“Ahhhh Ustazahhhhh....” dengus Leman kesedapan, menikmati setiap kemut Ustazah Dayana memerah batangnya. Ustazah Dayana juga tersenyum puas dengan wajah keibuan penuh sundal itu, sebelum mengerang lembut apabila Leman menarik batangnya keluar.
Ustazah Dayana perlahan menolak tubuhnya bangun lalu bersandar ke meja. Masih mengejar nafas kesedapan. Batang Leman nampak sedikit layu namun Ustazah Dayana tahu, kalau diberi sedikit ransangan, pasti bangkit semula.
Sayangnya dia dan Leman masing masing ada kelas hari ini.
“Ustazah... N... NeEmirt jumpa... Saya nak request something boleh?” soal Leman sopan. Ustazah Dayana mengangguk walau belum tahu apa yang hendak diminta Leman itu. “Nak request apa?”
****************
“Kau dengan siapa doh sekarang?” soal Emir buat entah berapa kali. Leman mendengus sambil memasukkan mi goreng mamak ke dalam mulut. Dikunyah sebelum telan. “Mana ada dengan sesiapa” menjawab malas.
“Habistu... Kau asyik hilang je. Kadang kadang balik longlai. Nak kata bersukan ke, aktiviti kokurikulum ke, takde. Aku bagi kau last warning. Kalau tak, bila aku dah tau, aku hebohkan. Sekarang ni zaman viral tau” ugut Emir bersungguh.
Leman meletakkan sudunya. “Kalau aku bagitahu, kau janji kau simpan sorang je?”
Emir mengangguk laju dengan senyum terukir. Niat nak membawa keluar vape perisa anggur tadi dibatalkan demi fokus dengan apa yang hendak diberitahu Leman ini.
Leman sekali lagi berfikir, sebelum melihat keliling, lalu kepala dibawa sedikit tunduk membisik. “Kau kenal... Ustazah Dayana?”
Emir mengangguk perlahan. “Macam kenal... Dia agak baru kan? Tapi aku tak pernah class dengan dia. Kau... Kau dengan dia ke?” Leman mengangguk perlahan. Jujur, sedikit bangga melihat mata bulat Emir itu. “Uish, aku tak percaya la. Kau ada bukti? Gambar? Video?”
Leman menggeleng. “Aku bukan macam tu... Ustazah Dayana pun tak rasa dia bagi... Kalau kau nak bukti...” Leman mengambil keluar phone dari poket lalu membuka perbualan whatsapp dengan Ustazah Dayana lalu diberikan kepada Emir. Tiada yang terlalu lucah, namun cukup untuk membuatkan Emir yakin yang Leman dan Ustazah Dayana memang ada hubungan lebih dari pelajar dan pensyarah.
Phone tadi dihulurkan kembali.
“Fuck... Aku tak sangka pulak kau... Boleh dapat ustazah... MILF... Dia dah kahwin beranak kan?” soal Emir. Leman mengangguk. “Anak 2, sorang study, sorang lagi lepasan SPM aku rasa.” Emir tersandar tidak percaya. Vape tadi dibawa keluar lalu dihisap menenangkan dada.
Mamak yang lalu membawa pesanan menegur membuatkan Emir menyimpan kembali vape sambil menyumpah seranah di bawah nafas. “Fuck... Aku pulak selama ni dapat cikaro cikaro je... Macam mana boleh lekat dengan kau ni?”
Leman menarik nafas dalam sebelum mula bercerita. Dan selesai sahaja cerita, EMIR dengan nekad meminta. “Aku nak rasa jugak. Please. Kau nak siapa? Syada? Maziah? Farah? Aku boleh kautim”
Kening Leman terangkat mendengar tawaran EMIR itu. Namun Leman tahu yang ini bukan keputusan dia seorang. Lagipun, dia tak pasti apa reaksi Ustazah Dayana kalau Ustazah tahu rahsia mereka dah diketahui pihak ketiga.
Walau Leman yakin yang dirinya bukanlah ‘skandal’ pertama Ustazah Dayana, Leman tidak mahu merisikokan hubungannya dengan Ustazah Dayana. Leman menggeleng memberi jawapan.
“Sekarang kau dah tau, kau senyap. Dah janji kan tadi” kata Leman sambil menhabiskan mi goreng di dalam pinggan.
Emir mendengus sambil bersandar kembali. Dirinya hanya pernah bertemu dengan Ustazah Dayana itu sekali dua. Tidak perasan pula bagaimana bentuk tubuh wanita itu. Mungkin kerana memakai pakaian longgar cukup litup. Yang dia ingat, cuma wajah bersih, ayu dan keibuan itu. Tak pernah pula terlintas yang Ustazah Dayana itu mempunyai skandal, pelajarnya sendiri. Dan itu sudah cukup membuatkan kompas nafsunya kini mengarah ke Ustazah Dayana.
Emir merenung wajah Leman, berfikir di balik kepala bagaimana hendak merasa Ustazah Dayana itu.
************************
Ustazah Dayana menyenduk nasi lemak yang dimasaknya ke dalam mangkuk besar, dengan jubah dan longgar dan tudung matching kosong. Sambal, dan hidangan sampingan dah tersedia di atas meja. Tiba
tiba sepasang tangan meramas buah dadanya dari belakang, hampir membuatkan Ustazah Dayana terlepas mangkuk nasi lemak itu.
“Eish... Ana! Buat apa?” soal Ustazah Dayana sedikit terkejut. Syazana meramas sedikit sebelum menarik tangannya. “Nak makan nasi lemak la ummi. Hehe” usik Syazana sambil menyambut mangkuk nasi itu lalu dibawa ke meja makan. Ustazah Dayana menggeleng dengan anak gadisnya itu. Tahu yang hubungan mereka juga kini telah melepasi batas ibu dan anak. Walau tidak seketagih dengan Fadzril, Ustazah Dayana tahu, tempoh hari bukanlah kali terakhir.
“So... Ummi cantik cantik ni, harini ummi balik lambat ke?” soal Syazana nakal. Ustazah Dayana meletakkan jari ke bibirnya sendiri menyuruh senyap. Si abi masih di atas bersiap.
“Tak lambat sangat kot. Ana tu. Jangan seronok sangat dengan abi” usik Ustazah Dayana nakal. Syazana ketawa kecil menjelir lidah, sempat itu abi menapak turun mematikan perbualan nakal mereka, diganti dengan perbualan biasa.
**************************
Di balik jubah biru yang longgar itu, Ustazah Dayana menunaikan hajat yang diminta Leman tempoh hari. Apabila pintu sahaja ditutup di belakang Leman, terus Ustazah Dayana mengangkat sedikit jubah biru itu, mendedahkan stoking nipis matching biru itu membalut bukan sahaja buku lali, bukan sahaja betis, namun mencapai sehingga ke paras peha, dengan lace bunga di hujung.
Nafas Leman mendengus melihat Ustazah Dayana menggodanya begitu. Ustazah Dayana ketawa kecil antara segan dan bangga. Kali ini diselak pula lengan jubah, menunjukkan handsocks yang dipakai bukan dicipta untuk menutup aurat. Membalut sehingga ke atas siku, sebelum dibiar lepas menutup kembali.
“Macam mana minggu ni? Leman boleh fokus dalam kelas tak?” soal Ustazah Dayana. Leman mengangguk. “Tapi kalau harini Ustazah tak... Urm... Tolong... Mungkin saya tak boleh fokus buat assignment weekend ni...”
Ustazah Dayana senyum nakal sambil melangkah menghampiri Leman di tengah bilik itu. Jemari tangan kanan perlahan menyelak baju melayu putih yang dipakai Leman sedikit, sebelum diraba bonjol keras di luar fabrik lembut. Membuatkan pantat Ustazah Dayana berdenyut sedikit. Mudah dan hanya dengan sebelah tangan, Ustazah Dayana membuka butang seluar Leman, dan zip, sebelum dibiar lucut.
“Ummm.... Tahu... Dahla assignment ustazah minggu ni... Susah sikit... Kan?” soal Ustazah Dayana nakal sambil satu lagi tangan menyentuh dada Leman. Leman perlahan memeluk pinggang Ustazah Dayana itu lalu mengucupnya perlahan.
“Mmm... Tadi rasa macam susah... Ni rasa macam... Makin senang...” jawab Leman. Ustazah Dayana senyum nakal sebelum bibir mereka bertaut. Nafas mereka juga saling bertemu sebelum lidah dan erang basah saling bertukar. Tangan Leman juga semakin galak meramas, cuba membayangkan panties dan bra dipakai Ustazah Dayana itu.
:Ummm.... Meh ustazah nak makin senangkan kamu...” Ustazah Dayana perlahan melutut lalu menarik seluar dalam Leman ke bawah, membuatkan batang Leman mengeras menegak di bawah baju melayu itu.
Dengan senyum nakal, Ustazah Dayana menyelak baju melayu Leman lalu kepala dibawa ke bawah, lalu batang Leman itu dihisap perlahan.
“Ahhh.... Ustazah....” Leman mendengus kesedapan merasa hisap lembut namun cukup lahap. Lidahnya menjilat jilat batang Leman, merasa setiap timbul urat melawan lidahnya, sambil tangan meraba peha dan perut Leman dari dalam baju melayu.
“Srrpph... Ummphh.... Srppphhh....” erang Ustazah Dayana kesedapan. Baru sahaja Ustazah Dayana hendak menolak batang Leman lebih dalam, tiba tiba pintu Ustazah Dayana dibuka seseoang. Cepat cepat Ustazah Dayana menarik kepalanya keluar dari baju melayu Leman dan Leman juga jelas terkejut, menarik baju melayunya menutup batang yang mengeras.
“Fuck... So betul la??” Emir. Emir masuk tanpa dipelawa lalu ditutup dan dikunci pintu bilik Ustazah Dayana. Ustazah Dayana terpinga pinga. Betul lah? Siapa ni? Habislah... Pelbagai fikiran melimpah ke dalam kepala Ustazah Dayana, namun melihat reaksi Leman, Ustazah Dayana dapat meneka.
“Leman bagitahu orang lain? Dah janji kan!?” Ustazah Dayana menepuk lengan Leman kecewa. Leman menggigit bibir bawah. “M... Maaf ustazah... Dia ni dah lama sibuk sibuk. Tanya siapa awek saya. Saya tak tahu nak tipu apa dah, ustazah...”
Ustazah Dayana menggeleng kecewa. Meliha rakan Leman. “Siapa ni?”
“Saya roomate Leman, ustazah.... Fuh... Tak sangka eh ustazah muka ayu litup macam ni eh rupanya...” dengus Emir. Ustazah Dayana menutup muka malu dengan sebelah tangan sambil menggeleng.
“Kau buat apa dekat sini? Blah la” dengus Leman jelas tidak selesa juga. Emir ketawa kecil menggeleng. “Aku nak join.”
Leman menggeleng sebelum melihat wajah Ustazah Dayana, meminta pendapat. Ustazah Dayana menarik nafas dalam. “Hmm... Kalau saya tak bagi?” Emir senyum menunjukkan skrin phone, gambar Ustazah Dayana masuk ke dalam baju Leman. “Maaf ustazah...”
Ustazah Dayana menggeleng. “Saya faham.... Hmm... Baiklah... Kalau dari saya, saya izinkan... Tapi awak kena minta izin Leman juga” kata Ustazah Dayana. Memberi ‘kunci’ kepada Leman. Ustazah Dayana sebenarnya tidak mahu perkara ini semakin buruk. Lebih baik diberikan apa yang Emir mahu. Walau dirinya tidak seberapa rela, namun Ustazah Dayana jujur sedikit terangsang.
Leman menarik nafas dalam. “Hmm... Kalau ustazah dah cakap macam tu... Tapi... Kau kena tengok je dulu... Bila aku dah cakap boleh join, baru boleh.” kata Leman. Emir mendengus namun itu sudah cukup baik. Selamba dibawa duduk ke atas sofa melihat mereka berdua. Ustazah Dayana menggigit bibir bawah. “Saya sambung ya?” Leman mengangguk.
Ustazah Dayana melutut kembali sebelum mula mengucup kepala batang Leman, lalu perlahan memasukkan seinci demi seinci batang Leman kembali, sebelum mula menghisap dan mendayung kepalanya. Sesekali menjeling ke arah Emir, rasanya ini pertama kali dia di posisi begini, seseorang dengan jelas menonton aksinya dengan lelaki lain.
Kali ini Leman memegang baju melayunya, memastikan Emir dapat melihat batang kerasnya keluar masuk dari mulut Ustazah Dayana itu. Emir jelas tidak sabar. Namun Leman tidak mahu mudah memberikan Ustazah Dayana kepada Emir. Ustazah Dayana perlahan menutup mata, lalu melajukan dayung. Kulit wajahnya yang cerah kemerahan itu sedikit kontra dengan batang Leman yang sedikit gelap. Namun bibir pink lembut Ustazah Dayana seolah menyatukan mereka dengan sempurna.
Emir membawa phonenya ke atas mahu merakam, namun cepat Leman menegah. “Kalau kau record ke, ambil gambar ke, jangan harap” kata Leman. Emir mengeluh sambil meletakkan phone ke tepi. Biasanya dirinya yang ‘alpha’ jika dengan gadis gadis murahannya itu. Tak sangka, Leman rooom matenya yang sopan, rupanya lebih alpha darinya. Lebih lebih lagi berjaya menundukkan seorang isteri, ibu, dan ustazah!
Ustazah Dayana sedar apa yang berlaku. Pastinya Emir yang berlagak hebat itu terkejut dengan sikap Leman di belakang pintu. Menyebelahi Leman, Ustazah Dayana mahu membuatkan Emir lebih kagum dengan Leman. Ustazah Dayana mula mendayung kepalanya ke hadapan belakang semakin laju dan semakin dalam. Kini hampir setiap dayungan bibir Ustazah Dayana menyentuh dasar batang Leman.
“Ummphh~! Srrlpphhh!! Ummphhh!!!” Ustazah Dayana mengerang kesedapan sambil menghisap rakus. Sesekali dijeling Emir disebelah dan terasa bangga melihat wajah tidak percaya Emir itu. Leman juga mendengus kesedapan, sesekali mata mereka bertemu nakal.
Puas, Leman menarik batangnya keluar. Emir senyum lebar. “Aku pulak?” Leman menggeleng sambil membantu Ustazah Dayana bangun. Dibisikkan sesuatu kepada Ustazah Dayana membuatkan Ustazah Dayana menggigit bibir bawah, namun mengangguk.
Leman mengambil duduk di atas sofa solo. Ustazah Dayana kemudian menapak menghadap Leman, sebelum tangan masuk ke dalam tudung labuhnya lalu satu persatu butang dibuka, dan dibiarkan jubah longgarnya itu melurut jatuh ke lantai. Mata Emir membulat dan rahang Emir jatuh hampir ke lantai.
Tudung labuh dipakai Ustazah Dayana menutup sehingga ke pinggang, dan sehingga ke perut dihadapan. Selain dari itu, lingerie biru itu sempurna memeluk tubuh Ustazah Dayana yang baginya bak pornstar MILF. Dengan peha sedikit tebal, punggung montok tonggek dibalut dengan panties nipis lace biru matching, dan apabila Ustazah Dayana menyelak tudung labuhnya sedikit, bra biru bercorak lace lingerie memegang buah dada montok Ustazah Dayana.
Emir mendengus, tanpa meminta izin, perlahan menarik keluar batangnya. Ustazah Dayana menggigit bibir bawah, melihat batang Emir yang mengeras namun tidak sebesar Leman itu. Seperti diminta Leman, Ustazah Dayana sengaja melentikkan tubuhnya, menggelek memberikan Leman dan Emir pertunjukan nakal itu. Sesekali jemari yang masih tersarung cincin nikah meramas buah dadanya di atas tudung labuh, sesekali dibawa ke daging punggung dan diramas daging punggungnya, sesekali dibawa lalu pehanya meraba.
Darah Leman juga semakin berderau melihat Ustazah Dayana menunjukkan tubuhnya sebegitu. Emir walaupun hanya melihat dari tepi, juga kagum. Menelan air liur sambil mula mengurut batangnya.
Perlahan, Ustazah Dayana duduk di atas Leman menghadapnya. Berpelukan sebelum berkucupan penuh nafsu. Kedua dua bibir mereka membalas kucup dan hisap lidah, sambil melepaskan erang kesedapan masing masing. Tubuh Ustazah Dayana juga mula bergerak dayung melawan keras batang Leman dibawahnya. Terasa hangat batang walau berlapik panties nipis itu.
“Ummmph.... Ahmmph... Ahhhhh....” Ustazah Dayana mengerang di antara kucupan. Leman juga mendengus sambil tangan meramas daging punggung Ustazah Dayana, lalu menepuk kuat.
PAPP!!
“Fuckk Leman... Aku nak join... Bukan nak tengok je hanat” dengus Emir. Ustazah Dayana menarik wajahnya melihat Emir. Leman juga tersenyum mendengar. “Okay... Tapi kan aku cakap. Tunggu aku
panggil... Kau yang nak menyebuk... So tunggu...” kata Leman tegas. Dan entah mengapa, Emir diam menurut.
Ustazah Dayana senyum kagum dengan Leman lalu mengucupnya dengan lebih berahi. Tubuhnya mendayung lebih terdesak, menggesel tembam pantatnya ke batang Leman, sebelum Ustazah Dayana meminta izin dari pelajarnya itu. “Ustazah nak masukkan batang Leman dalam Ustazah boleh?”
Leman senyum mengangguk. “Boleh ustazah....”
Ustazah Dayana mengerang kesedapan, dan tanpa turun dari tubuh Leman, Ustazah Dayana menyelak pantiesnya ke tepi, lalu memegang batang Leman, dan memasukkan batang Leman ke dalam pantatnya, sambil tubuhnya menurun dan menonggek, memastikan Emir nampak jelas batang Leman apabila Ustazah Dayana bergerak ke atas ke bawah.
“Ahhh~~ Ummph~~ Lemanrr... Sedapnya Lemanrr... Ahhmph.... Ahhhh.... Ahhh....” Ustazah Dayana merengek kesedapan sambil menggerakkan tubuhnya. Mendayung ke atas ke bawah membawa batang Leman sedalam dalamnya disaksikan mata Emir.
Emir mendengus, mengenggam batangnya keras sambil melihat bibir pantat Ustazah Dayana disumbat sumbat batang roommatenya itu. Sudahlah Ustazah Dayana yang mengawal ritma. “Leman.... Please...” Rayu Emir.
Leman tidak menghiraukan rayuan Leman, malah bibir Ustazah Dayana kembali dikucupnya sambil tangan meramas ramas daging punggung Ustazah Dayana. Diramas geram sambil Ustazah Dayana merengek rengek kesedapan. Perasaan ditonton rasmi oleh Emir seolah memberi pengalaman nikmat baru kepada Ustazah Dayana.
Jujur, selepas berapa banyak batasan telah dirinya langgar, tidak pernah terfikir yang akan ada jenis nikmat baru yang boleh dinikmatinya.
“Ummphhh~~ Lemanrrr Emiiiirrrr!!” Ustazah Dayana mengerang kesedapan sebelum mencapai klimaks dengan batang Leman mencanak sedalam dalamnya. Tubuh Ustazah Dayana melentik dengan jari mengenggam bahu Leman.
Setelah puas, Leman mengarah Ustazah Dayana bangun. “Umm... Pergilah dekat Emir tu. Kesian pulak...” kata Leman. Ustazah Dayana ketawa kecil. “Jahatlah Leman ni.” Ketika Ustazah Dayana melangkah ke arah Emir, Leman melangkah ke arm rest sofa. “Ustazah menonggeng, bagi dia main sambil Ustazah hisap saya” arah Leman.
“Urgh... Tak boleh kiss kiss, ramas ramas ke?” soal Emir tidak berpuas hati. Namun bangun memberi laluan kepada Ustazah Dayana memanjat sofa dan menonggeng. Leman tidak menjawab, hanya menghala kepala batangnya yang masih basah likat dengan air pantat Ustazah Dayana itu. Ustazah Dayana pula tanpa sebarang jawab terus menghisap batang Leman tanpa soal, sambil sengaja menonggengkan punggungnya dan digelek sedikit menjemput Emir.
“Urgh...” Emir mendengus. Tangan dibawa ramas daging punggung Ustazah Dayana itu, lalu ditarik turun panties sehingga ke peha, sebelum kepala batang dibawa main di alur punggung sekali dua, lalu ditolak masuk mudah ke dalam pantat Ustazah Dayana itu.
“Ummmphhh fuckkk sedapnya pantatt Ustazah kau niii....” dengus Emir. Ustazah Dayana senyum bangga dengan batang Leman di dalam mulutnya. Lalu dihisap semahunya sambil menerima tujahan Emir yang jelas tiada skill itu. Hanya mendayung melampiaskan nafsunya.
“Ummph~ Ummphh~~ Ummphhh...” Ustazah Dayana mengerang kesedapan sambil bertentang mata dengan Leman. Leman faham yang walau sesekali wajah Ustazah Dayana berkerut, namun nikmat dengan Emir tidak senikmat dengan Leman. Tangan Leman meraba kepala Ustazah Dayana sambil melawan dayung.
Ustazah Dayana mengerang kesedapan. Rasanya sudah lama sangat dia tidak disumbat lebih dari 1 batang serentak. Ustazah Dayana menghisap semahunya,membiarkan air liurnya meleleh ke dagu, dengan hentak Emir rakus dari belakang. Tangan meramas ramas daging buah dadanya dan sesekali menepuk nepuk kuat sehingga kemerahan daging punggung Ustazah Dayana.
PAPP!! PAPP!! PAPP!! PAPP!! PAPP!!
“Ahhhmphh!! Ammph!! Ummph!! Srpph!! Ummphh!!!” Leman senyum kesedapan. Melihat EMIR menggunakan Ustazah Dayana dihujung yang satu lagi.
“Fuckkk sedap sialll... Ahhh Ahhhh” dengus Emir semakin kuat. Jelas semakin hampir. “Eh takkan nak pancut dah?” usik Leman. Emir mendengus. “Ahh jangan harap lah nak aku pancut cepat. Tapi... Ahhh sedap sialll... Ummphh!!!!!” Emir terus memancut mancutkan air maninya ke dalam pantat Ustazah Dayana. Ustazah Dayana sedikit terkejut lalu menarik batang Leman keluar dari mulut.
“Emir! Ahhh!! Ummph!!” Ustazah Dayana mengemut memerah batang Emir tidak rela. Namun sedapnya limpah air mani Emir memaksa fungsi biologinya memainkan peranan. Ustazah Dayana menggeleng namun benda dah jadi.
“Hmm... Patut ke kita halau dia ni Ustazah?” soal Leman mengusik. Ustazah Dayana menggeleng. “Umm... Biasalah.... First time... Hehe... Boleh keras balik ni... Kan?” usik Ustazah Dayana. Emir mengangguk sambil mengurut batangnya yang semakin lembik itu.
“Ummm... Duduk Leman...” arah Ustazah Dayana pula. Leman duduk di sebelah Emir dan Ustazah Dayana perlahan membawa tubuh ke atas tubuh Leman, kali ini membelakangi Leman. Batang Leman kembali dimasukkan ke dalam pantat Ustazah Dayana yang masih bertakung air mani Emir itu. Ustazah Dayana kemudian mencapai batang Emir, lalu diurut sambil tubuh dibawa gelek dan mendayung di atas batang pelajarnya itu.
“Ahhhhh Ummmph.... Yess Lemanrr... Ahhh.... Emir.... Kalau awak tak keras betul... Ummphh... Sebelum Leman pancut... Melepas tau...” usik Ustazah Dayana. Emir mendengus sambil meraba tubuh Ustazah Dayana yang mana capai. Buah dada yang berombak di bawah tudung juga kali ini sempat diramas, terkejut betapa besar dan pejalnya di dalam tangannya.
“Ummph... Ummph... Betull... Nasib baiklah aku tahan lama... Hehe...” usik Leman pula. Emir mendengus geram. Tahu yang dia biasanya tidak seawal itu jika dengan cikaro cikaro lain. Fuckk... Hati Emir berasa lega merasa batangnya semakin keras di dalam urutan tangan Ustazah Dayana itu.
“Ahhh Makin keras nii Leman... Ahhh.... Ahhh...” erang Ustazah Dayana.
“Ummmph.... Ustazah... Nak try anal boleh...?” soal Leman sambil tubuh Ustazah Dayana masih menghentak hentak di atas tubuhnya. Ustazah Dayana menggigit bibir bawah, walau lubang belakangnya itu tidak dara, namun tidak kerap digunakan.
“Ahh... B... Boleh Leman... Nak sekarang....?” Leman mengangguk. “Boleh Emir guna lubang pantat ustazah sambil saya guna lubang belakang... Hehe...”
Ustazah Dayana merengek kesedapan, jelas teruja dengan idea threesome itu. Ustazah Dayana menolak tubuhnya bangun sedikit sebelum mencapai batang Leman yang kini likat dengan bukan sahaja air klimaks pantatnya, namun juga air mani Emir. Perlahan, dibawa ke lubang anal dan tubuh dibawa turun memaksa.
“Ahhhhhh Lemanrrrr” Ustazah Dayana mengerang kesedapan namun sedikit pedih. Rasa penuh senak itu namun cukup memberikan rasa sedap kepada Ustazah Dayana, dan membuatkan Ustazah Dayana menjeling ke arah EMIR. “Ummph... Dah cukup keras kan Emir?” soal Ustazah Dayana sambil mengurut tembam pantatnya.
“S... Sekarang?” soal Emir. Mungkin tidak menyangka yang dia akan menyertai threesome. Pada hematnya, dia hanya mahu bergilir dengan Leman. Namun tidak menolak rezeki, terus Emir bangun lalu menghala batangnya ke arah bibir pantat Ustazah Dayana, dan disumbat masuk mudah dek licinnya pantat wanita itu.
Kaki Ustazah Dayana kini terangkat, dipegang Leman dan Emir, masing masing mula mendayung serentak, dan kali ini menghadap wajah Ustazah Dayana, Emir dengan rakus mengucup bibir dan menghisap lidah Ustazah Dayana itu, sambil cuba mengejar ritma dayungan Leman dari bawah.
“Ummph~!! Ummph!! Ahmmph!! Ahh!! Ummphhh!!”Ustazah Dayana mengerang kesedapan. Klimaks kecil terasa dengan setiap dayungan, membuatkan tubuh Ustazah Dayana melentik kesedapan, mengemut kedua dua batang itu serentak sambil masing masing terus mendayung serakusnya.
PAP!! PAPP!! PAPP!! PAPP!! PAPP!!
“Fuckk fuckkk fuckk” dengus Emir.
“Ahhh Ustazahhh... Ahh... Maaf ustazahh... Kena kongsi pulak... Hehe... Ummphh...” dengus Leman. “Ahh... Ustazah kau macam suka je Leman kena kongsi... Ahh... Kan?” tambah Emir.
Ustazah Dayana senyum nakal mengangguk. “Ahh... S... Suka... T... Tapi... Saya Leman punyaa... Ahhh Ummphh!! Ahhhh” Ustazah Dayana mengerang sambil memeluk kepala Leman di belakang. Sambil kedua dua Leman dan Emir masing masing menghentak serentak, semakin hampir.
“Ummphhh... Nak pancut mana ustazah?” soal Emir.Ustazah Dayana mengerang kesedapan. “Ahh... T... Tanya Leman...” Leman senyum dengan ‘kuasa’ yang diberikan kepadanya itu.
“Ahhh.... Alang alang kau dah pancut dalam... Ahh... Kita panccut dalam je la... Ummph!! Ummph!! Ye Ustazah?” Ustazah Dayana mengerang mengangguk memberi izin. Tangan Leman meramas buah dadanya rakus dari belakang, dan Emir juga mendayung penuh rakus. Menahan klimaks.
“Ahhhhhh Lemanrrrr Lemanrrrr” Tubuh Ustazah Dayana melentik mengejang dahulu, klimaks. Diikuti dengan Emir, sebelum Leman memuntahkan air maninya pula ke dalam lubang anal Ustazah Dayana itu.
“Ahhhh... Ummph.... Fuckk...” dengus Emir. “Ohh... Ustazahh.... Ahh....” erang Leman.
Setelah ketiga tiga mereka puas, Emir akhirnya menarik batangnya keluar, diikuti dengan Leman. Emir membulat mata melihat pemandangan yang selama ini hanya dilihat di dalam filem lucah. Air maninya mengalir dari bibir pantat Ustazah Dayana, dan air mani Leman mengalir dari lubang anal, meleleh ke punggung dan batang Leman.
Ustazah Dayana bersandar nakal ke Leman sambil membelai lengannya.
“Umm... Kalau lepas ni, saya nak lagi? Nak sorang?” soal Emir. Ustazah Dayana memandang Leman. Leman senyum nakal.
“Kau kena minta izin aku dulu.”
*****************
3K notes
·
View notes
Text
DOKTOR SWASTA PT 1
"Encik, kami ada berita kurang baik," wanita disebalik telefon memberitahu ku sebaik sahaja selepas dia memperkenalkan diri dia.
"Isteri encik perlu ditidurkan buat sementara waktu. Ini kerana keadaan Isteri encik agak tenat sedikit," kata wanita tersebut. Aku terkejut dan terkedu. Minda ku bagaikan tepu dan tidak dapat berfikir apa-apa.
"Tapi encik jangan risau, kami sering memberikan isteri encik antibiotik, cuma akan mengambil masa beberapa hari untuk sembuh seperti sediakala," kata wanita tersebut. Sebaik sahaja wanita tersebut habis bercakap, aku terus meletakkan telefon dan bergegas ke hospital. Majikan aku dengan baik hatinya memahami perasaan aku dan memberikan aku seminggu cuti dan menyuruh ku bertenang.
Sebaik sahaja sampai di hospital, aku dibawa ke bilik VIP dimana isteriku sedang dirawat. Luluh hatiku apabila melihat isteriku terlantar dan bersambung dengan semua jenis mesin yang membantu kehidupannya.
"Salam encik, nama saya Dr Hani," kata seorang doktor wanita sambil menyapa ku. Doktor tersebut menerangkan panjang lebar tentang apa yang berlaku dan apa yang akan mereka lakukan serta pelan mereka jika ada kecemasan. Aku mendengar tapi hatiku dan mindaku tidak mampu untuk fokus dan hanya sedih melihat isteriku.
"Baik encik, antibiotik akan diberi 6 jam sekali ya, bermula dari 12 malam hari ini," kata doktor tersebut sambil meninggalkan ku bersama isteriku. Aku hanya mampu melihat dan membelai rambut isteriku sekali sekala sehinggalah aku tertidur.
"Encik, encik..," terdengar suara wanita mengejutkan ku. Terkebil-kebil aku bangun dan menyapa suara tersebut. Rupa-rupanya, Dr Hani datang untuk memberikan rawatan.
"Doktor, s..sekarang pukul 11, bukan doktor beritau rawatan mula pukul 12 malam?" tanya aku apabila Dr Hani memberitahu tentang rawatan antibiotik.
"Betul encik, tapi rawatan ni bersyarat sedikit," kata Dr Hani sambil menunjukkan picagari yang dipenuhi antibiotik.
"Saya tak faham," aku menanya.
"Beginilah encik, isteri encik ini perlukan rawatan antibiotik ni. Tapi encik kena ikut sepenuhnya cakap saya, kalau tak saya takkan beri rawatan kepada isteri encik," kata Dr Hani . Aku masih tidak faham akan apa yang Dr beritahu.
"Encik curanglah dengan saya kalau nak selamatkan isteri encik," bisik Dr Hani di telinga ku. Muka ku merah padam dan aku berasa sungguh marah dan menolak Dr Hani dari diriku dan bergegas keluar untuk memanggil jururawat lain. Apabila aku mengadu kepada jururawat, mereka hanya tertawa dengan aduan ku.
"Ala, Dr suruh curang je, takkan itu pun tak boleh. ke kau nak curang lepas bini kau mati," kata salah seorang jururawat. Terkejut aku mendengar gelak tawa dan ejekan jururawat-jururawat di situ.
"Encikkk, cepatla, nanti isteri encik tak dapat antibiotik ni," Dr Hani mengejek ku dari bilik VIP. Aku kehilangan arah dan amat kecewa. Aku berjalan kembali ke bilik dengan perlahan-lahan, semangatku makin rendah dan makin pudar.
Sebaik sahaja aku masuk bilik, Dr Hani menarik ku masuk dan mengunci pintu.Dengan pantas dia memaksa dirinya ke atas ku. Aku dicumbu tanpa persetujuan diriku. Makin lama Dr Hani bercumbu, makin agresif kelakuannya. Bajuku ditanggalkan, tubuh serta leherku dijilat, dicium dan digigit oleh Dr Hani. Tepat pada pukul 12 tengah malam, Dr Hani berhenti dan memberi antibiotik kepada isteriku. Aku ditinggalkan di bilik bersama isteriku yang masih lagi tidur. Aku berasa sungguh bersalah namun aku terpaksa dan tiada jalan lain untuk menyelamatkan isteriku. Selang beberapa lama, aku membaringkan diri aku di sofa didalam bilik VIP tersebut dan merehatkan diri.
5.00 Pagi
Aku terkejut bangun akibat merasa sesuatu basah di kawasan kemaluan ku. Yang lebih mengejutkan adalah seluarku ditanggalkan dan aku dibogelkan dari pusat ke bawah. Aku nampak kepala Dr Hani bergerak atas bawah, menjilat dan menghisap batang aku. Aku dengan segera menutup muka ku dan mula menangis sedikit. Aku berasa pilu kerana perkara ini sedang berlaku dihadapan isteriku yang ditidurkan. Batangku di hisap, dilancap, di jilat berulang kali dari separa tegang ke tegang sepenuhnya dan sehinggalah aku terpancut.
"Ala encik, air mata buaya ke tu. Dah sampai terpancut dah. Encik tak sayang pun bini encik ni kan. Kalau tak mengapa tegang dan terpancut encik," ejek Dr Hani, tertawa sambil merawat isteriku dan meninggalkan ku seperti biasa.
11 Pagi
"Encik, tanggalkan seluar dan masuk ke tandas ye," arah Dr Hani sebaik sahaja masuk ke dalam bilik. Aku dengan perlahan bangun dan menanggalkan seluar aku.
"Ala Encik, cepat la sikit, kita nak berseronok ni," kata Dr Hani sambil merentap dan menarik seluar ku sehingga tertanggal. Aku pun masuk ke dalam tandas dan menunggu untuk Dr Hani. Dr Hani memeluk ku dari belakang dan meraba-raba batang aku. Aku dapat rasakan ada cecair di tangan Dr Hani yang diratakan ke batang aku.
"Encik kita bubuh sabun sikit ye, baru seronok Encik," kata Dr Hani sambil mula melancap aku dengan kedua-dua tangannya. Walaupun aku berasa sedih dan hiba, namun batangku tetap memberi respon yang elok kepada lancapan Dr Hani.
"Encik ni lelaki yang tak guna tahu? Isteri encik sedang tenat, encik sedang curang didalam tandas bilik dia," bisik Dr Hani sambil melancap laju. Aku hampir menangis mendengar tomahan Dr Hani.
"Encik seronok kan macam ni. Encik harap isteri kesayangan encik tu tidur lama-lama kan, baru encik rasa kurang bersalah nak seronok macam ni," sambung Dr Hani sambil melancapku.
"T..Tak," kata aku dengan tergagap-gagap.
"Kalau tak, mengapa batang encik menegang macam ni? Tak malu ke menipu encik? Kalau isteri encik dengar, macamana perasaan dia," kata Dr Hani.
"Kalau isteri encik tengok encik kena lancap ni, agaknya dia sendiri nak ditidurkan," kata Dr Hani sambil tertawa sedikit. Aku hanya mampu menangis mendengar bisikan durjana Dr Hani. Dr Hani melajukan lancapannya dan batangku mula berdenyut-denyut. Aku cuba menahan seberapa banyak yang boleh tapi apakan daya, aku hanya lelaki biasa.
"Ha kan dah terpancut. Air mani lelaki tak guna macam encik ni memang patut disumbangkan ke dalam jamban," ejek Dr Hani sambil memerhatikan batang aku yang berdenyut memancut air mani ke dalam jamban. Selepas memerhati, aku sekali lagi ditinggalkan bersendirian dengan perasaan kecewa kepada diriku sendiri.
6 Petang
"Asyik encik saja yang melepas, sekarang encik kena puaskan saya pula," kata Dr Hani sambil memasuki bilik.
"Encik nak isteri kesayang encik ni selamatkan?" kata Dr Hani sambil duduk di atas katil pesakit dibahagian kaki isteriku sedang terbaring.
"Encik rasa saya lagi cantik atau isteri encik lagi cantik," kata Dr Hani sambil mengisyaratkan aku duduk di hadapannya.
"D..Doktor," aku jawab dengan nada rendah dengan harapan dapat memuaskan hati Dr Hani.
"Encik ni memang lelaki tak guna. Isteri hidup lagi dah memuji orang lain," kata Dr Hani sambil meletakkan kakinya di atas bahu ku. Kaki kirinya di bahu kananku dan kaki kanannya di bahu kiriku. Aku terdiam mendengar kata-kata Dr Hani.
"Takkan encik tak tahu nak buat apa," kata Dr Hani sambil tersenyum sinis melihatku. Aku melondehkan seluar dan seluar dalam Dr Hani.
"Waaah, encik memang keji betul. Encik nak jilat pantat saya sambil saya duduk disebelah isteri encik," kata Dr Hani tertawa sambil menarik kepala ku rapat ke cipapnya menggunakan kakinya.
Dengan rasa sedikit pilu, aku mula menjilat cipap Dr Hani. Lidahku berusaha bersungguh-sungguh untuk memuaskan nafsu Dr Hani. Teknik yang aku gunakan kepada isteriku, aku gunakan kepada Dr Hani. Dr Hani pulak sibuk menikmati jilatan aku sehingga dia klimaks dua kali dalam masa sejam.
Selepas puas, seperti biasa Dr Hani merawat isteriku dan meninggalkan aku sendirian.
11 Malam
"Malam-malam macam ni rasa sunyi pulak tanpa encik," kata Dr Hani sambil memasuki bilik. Dengan cepat Dr Hani menerkam aku dan menanggalkan pakaian aku. Aku dicumbu berkali-kali dan dibaringkan di atas sofa. Seluar dan baju ku dicampak ke atas lantai.
"Dah lama ke encik terpacak macam ni" ejek Dr Hani sambil menanggalkan seluarnya. Dengan cepat Dr Hani mula menunggang batang aku. Cipapnya mencengkam kuat batangku dan mula terkemut-kemut sebaik sahaja dia mula menunggang.
"Sedap tak encik, lagi sedap dari isteri encik tak?" kata Dr Hani tercungap-cungap sambil menunggang aku. Aku hanya dia dan cuba untuk tidak menikmati pengalaman ku. Namun, tunggangan Dr Hani memang sedap dan aku tidak dapat menahan perasaan aku.
"Muka encik seronok saja, tak ingat isteri ke," kata Dr Hani sambil melajukan tunggangannya. Aku mula merengek akibat berasa terlalu sedap. Aku mula hanyut dalam kesedapan cipap Dr Hani.
Sejam dihabiskan Dr Hani menunggang ku. Di penghujung sejam tersebut aku dan Dr Hani klimaks bersama-sama. Nikmatnya sungguh lain. Aku berasa sungguh bersalah kerana sanggup terlupa akan isteriku ketika ditunggangi Dr Hani. Dr Hani pulak mengejek-ejek aku dan meremehkan aku sambil merawat isteriku.
*Korang nak tak cerita ini disambung. I ada plan beberapa sambungan cerita, agak sadis di sambungan2 seterusnya, mungkin keterlaluan sikit tapi korang cakaplah nak sambung ke tak*
#hot malay#lucah melayu#malay hijab#malaygirl#malaysia#melayu sedap#melayuboleh#melayucantik#melayugersang#melayumantap#tudung melayu#melayu tudung#tudung lucah#tudung lancap#tudung hot#tudung mantap#melayu lancap#modal lancap#bahan lancap#budaknakal#modalpancut#modal melayu#modallancap#fantasi#isteri orang#bahanlancap#lancap#malay#minah melayu#melayu hot
3K notes
·
View notes
Text
I think i have the same job as a VE but .. I do it nicer 🙏
0 notes
Text
Nikmat Bermain Dengan Poen Kakak.
cerita ini mengisahkan tentang diri aku yang dah ketagih dengan benda2 seks ni.nak di jadikan cerita aku mempunyai seorang kakak yang boleh tahan dengan bentuk badan dia yang langsing dan seksi.
pada hari sabtu minggu lepas,ibu dan ayahku keluar ke majlis perkahwinan mak saudara aku,aku sengaja je.tak nak ikut mak ngan ayahku pergi ke majlis perkahwinan mak saudara aku.sebab kakak aku tak sihat jadi,aku teman la dia kat umah,tapi yang sebenarnya dalam hati aku nak jelajah satu badan kakak aku.
selepas mak ngan ayah aku dah tak kelihatan di depan rumah.aku dengan segera menutup pintu rumah.kakak ku bertanya *kenapa adik tutup pintu*,aku menjawab dengan keadaan selambe*takut ada orang datang masa mak ngan ayah tak da*kakak ku terseyum lalu masuk kedalam biliknya.
dalam fikiran ku tengah merancang macam mana nak upan kakak aku nie supaya masuk perangkap.
aku pergi ke bilik kakak ku dan tanya sama ada dia nak mandi ke tak sebab aku nak tolong dia mandi,
ekk,kakak menjawab dengan lemah lembut*nakal la adik nie*aku tersenyum gembira.tak pa la kakak boleh mandi sendiri bukan nya kakak lumpuh cuma demam je,kalau adik nak tolong sangat kemas baju kakak yang kat atas katil.aku aye kan aje.dah la gi keluar kakak nak buka baju nie,aku menjawab*buka baju waw*ish adik nie dah la gi keluar.aku pun keluar dari bilik kakak.2 minit kemudian kakak keluar dari bilik nya dalam keadaan bdan nya hanya berlapit kan tuala dan kain batik.aku dengan perlahan lahan mengekori kakak dari belakang tanpa pengetahuannya,
aku mengintai kakak dari celah lubang yang ada pada dinding rumah.lubang nya tak la besar sangat.mesti tak dapat bayangkan kalau korang berada di tempat aku nie,kakak dah terlanjang bulat di depan mata ku.tek-tek nya yang gebu dengan puting berwarna merah jambu.poen nya yang masih dara lagi.
tiba2 kakak memangdang ke arah dimana aku berada.lu kakak dengan pantas menutup poen dan tek-teknya dengan dua2 belah tangan nya.aku dengan pearasaan gementar beredar dari situ dengan segera.kakak segera mandi dan memakai kain batik yang dibawanya.aku dengan perasaan gementar.
takut kakak ku memarahi aku atas perbuatan yang aku dah buat tadi,kakak keluar dari bilik mandi.dengan mukanya sepeti dalam keadaan malu dan marah.kakak berjalan keaarah ku dan bertanya kepada ku*kenapa adik buat macam tw.
sanggup adik buat macam tw kat kakak,kakak melucutkan kain yang dipakainya sampai tiada seutus urat benang pun kat badan kakak,kakak mehalakan jarinya kearah poen nya dan berkata *kalau adik nak sangat benda nie bagi tw ja kat kakak.kakak boleh bagi tapi jangan wat cam tw lagi.
kaka k membawa aku masuk kedalam biliknya dan mengunci pintu,kakak membuka seluar dan baju ku.kami berdua sama2 berada dalam keadaan ter lanjang.aku merasa hari itu hari yang paling bahagia dalam hidup aku.aku mmbaringkan kakak diatas katil.
aku membuat love bit di leher kakak.makin lama aku makin turun sampai di buah dada nya.aku hisap tanpa henti.dan kemudian aku kankang kan kakak.tapi kakak menutup balik kangkang nya.aku bertanya *kenapa kakak *,kakak menjawab dekat buah dada leh la tapi.kat poen,tak mw la.
aku memujuk kakak.dan akhirnya kakak mengalah.aku membuka kangkang nya sehingga poen jelas kelihatan bulu pada poen kata tak la lebat sangat.baru nak tumbuh ja.aku jilat poen kakak.kakak mengeliat kesedapan.
aku menjolok poen kakak dengan jari tangan ku,kakak menjerit arghhhhhhhhhhhhhhhhhhhh laju lagi dik.aku melajukan hayunan keluar masuk jariku.adik kakak dah tak tahan nie,dah nak keluar dah.arghhh kakak klimak.aku mengambil sedikit air mani kakak lalu aku cuba menjilat.
setelah kakak melihat perbuataan ku itu kakak menarik tangan.aku dah tak tahan batang konek aku pun dah keras.aku tanya memberi tahu kakak yang aku nak memasuk kan konek aku ke dalam poen dia.kakak terseyum saja tanda setuju.
perlahan2 aku masuk kan konek ku ke dalam poen kakak,pada mulanya agak keras la jugak sebab kakak kan masih dara jadi lubang pada poen nya pun masih rapat lagi la,kakak pegang pada pinggang ku dan menghayun aku kedepan dan kebelakang dengan laju.kaki kakak mengeletar seperti lembu kena sembelih.nafas kakak perlahan.
kakak akhirnya klimak sekali lagi.tidak lama selepas itu aku pula rasa mcam cecair dalam konek aku nak meletus keluar.aku tanya pada kakak nak pancut kat dalam ka kat luar,kakak berkata kat dalam.aku ketika itu tergamam dengan keputusan kakak akhirnya konek aku meletus dalam poen kakak,aku terbaring diatas badan kakak.
kelihatan kakak sangat keletihan.mungkin dia rasa nikmat dan kesedapaan daripada aku tak.akhirnya kami berdua tertidu lena dengan keadaan konek ku masih didalam poen
kakak mengejutkan ku.adik bangun.sedar saja hari dah malam.tiba2(kring)telefon kakak berbunyi.rupanya ibu ku yang menelefon kakak.katanya mereka tak jadi pulang malam nie.aku dengan kakak bukan main suka lagi.
kakak mengambil tuala dan pergi ke bilik air untuk basuk kelangkang nya yang basah.aku join sekali mandi ngan kakak.masa mandi aku menjilat tek-tek kakak tanpa henti.
malam itu kami berdua tidur bersama dalam keadaan terlanjang.sambil tw tangan ku meraba poen kakak mana kala kakak bermain dengan konek ku.aku harap korang tak jadi macam aku ni sumbang mahram.tapi seronok..
Tamat...
595 notes
·
View notes
Text
Ohhh auntie.....muuaahhhh
Nama ku khalil, sekarang aku berumur 25 tahun kisah benar ini berlaku semasa aku berumur 20 tahun waktu itu aku tinggal menyewa bersama berapa orang kawan di bandar k. Jiran sebelah rumah ku adalah sepasang suami isteri berbangsa cina yang mempunyai sepasang anak aku hanya memanggil mereka dengan panggilan uncle dan auntie dan anak lelaki mereka sebagai ah bee dan anak perempuan mereka ahling sahaja manakala mereka mengenali aku sebagai mi. Uncle berumur 40+ manakala auntie 30+ anak mereka 8 dan 10 tahun dan aku sendiri 20+. Aku tidak tahu apa pekerjaan uncle tetapi ku lihat dia jarang berada dirumah, isterinya tidak bekerja dan anak mereka bersekolah.
Kawasan perumahan itu kebanyakan penghuni berbangsa cina dan india, tuan rumah ku pun berbangsa cina. Walaupun begitu jiran aku tu boleh dikata peramah juga malah ahbee sering datang ke rumahku untuk belajar bersama ku. Walaupun telah berumur 30+ auntie memang cantik dan sexy. Ku lihat dia sering berpakaian yang mengghairahkan ku dengan skirt pendek yang ketat atau yang longgar sehingga boleh menampakkan seluar dalamnya dan berblaus yang longgar lehernya yang boleh menampakkan 1/2 dari teteknya.
Aku sering mencuri pandang semasa dia menyidai/mengambil pakaian diampai di rumah mereka. Bila ku lihat dia hendak menyidai/mengambil pakaian dijemuran, aku dengan sengaja pura pura menyidai/mengambil pakaian juga ataupun membasuh motosikalku. Semasa itu aku akan bersembang dengannya hal hal semasa. Bila petang autie akan duduk di kerusi batu di depan rumahnya dgn seluar pendek longgarnya ataupun skirt pendeknya masa itu aku akan keluar dan pura pura tunduk menyapu laman agar aku dapat mengintai cipapnya. Memanglah tak nampak cuma nampak seluar dalam aje tpi cukuplah buat modal melancap aku.
Suatu ari water tank dirumahku rosak (over flow) air melimpah keluar akibat flow kontrol yang telah rosak. Water tank tu terletak diatas syiling diatas bilik mandi ku. Aku pun memanjat atas siling bilik mandi untuk menggantikan dengan flow kontrol yang baru. Semasa aku berada di atas syiling selepas membaiki water tank tersebut aku terdengar bunyi orang mandi dirumah sebelah. Barulah aku tahu bahawa bilik mandi ku terletak bersebelahan dengan bilik mandi jiran ku. Terlintas fikiran ku untuk membuat lubang untuk membolehkan akau mengintai jiran sebelah. Aku pun membuat lubang dan dapat ku lihat ah bee sedang mandi – buang karen betul.
Esoknya aku mengambil cuti emergency semata2 nak mengintai sepanjang hari. Aku naik di atas siling dan menunggu mangsa. Ahling masuk untuk mandi, walaupun masih kecil tapi tetek yang baru nak tumbuh itupun menggairahkan ku. Aku menunggu auntie masuk bilik mandi……….yess auntie mandi dengan buih sabun tu dia mengusap ngusap teteknya dan cipapnya. Hulamak besar juga tetek dia ni tapi aku tak nampaklah cipap dia coz aku intai dari atas. Yang kelihatan cuma bulunya yang lebat tu. Adik ku terus mengeras minta dikemut cipap apakan daya cipap sape nak ku tikam ni, apa lagi melancaplah aku.
Pas ari tu dah jadi ketagih aku nak mengintai, asal ada masa dan kawan serumah tiada dirumah aku akan menjalankan aktiviti ku. 2 minggu selepas tu aku mc walaupun begitu tak bermakna aktiviti ku terhenti.lepas makan ubat sebaik sahaja balik dari klinik aktiviti bermula. Wah tayangan perdana auntie bagai kan …………….mengerang apabila dia main sabun dengan cipapnya.sebelah kakinya terangkat di singki dan ku lihat dia menjolok sabun ke dalam cipapnya. Aku apa lagi terpaksalah ku goncang adik ku yang satu ni tiba tiba prak kayu syiling patah kelam kabut aku turun dari siling.
Besok paginya aku masih lagi dalam mc aku menyidai baju ku di ampaian, auntie keluar dan menyidai baju. Dia menegorku aku hanya senyum sahaja, bukan tak de mood cuma aku takut dia tahu aku mengintainya semalam. Akhirnya aku terpaksa memberitahu bahawa aku mc selama 2 ari. Auntie bertanya siapa dirumah semalam terkedu aku nak menjawapnya. Dengan senyum yang di buat2 aku menjawap aku sorang pas tu dia tanya lagi siapa ada dirumah selain aku ari ni, aku kata tak de orang melainkan aku. Tiba2 dia kata sapa naik atas siling semalam aku terkejut beruk memberitahu aku yang naik untuk membaiki water tank padahal water tank tu dah ku baiki 2 minggu lepas. Dia memberitahu silingnya dah pecah sedikit terpaksalah aku kata aku akan baiki.
Dengan rasa serbasalah aku kata biar aku tengok siling rumah dia, dia pun menjemput aku masuk dan melihat siling yang pecah tu. Auntie bertanya samada aku ada girl fren atau tidak, aku hanya menggelengkan kepala. Dia tanya lagi samada aku ada video player atau tidak, aku menggangguk. Dia tanya lagi samada aku pernah tengok video lucah, aku dengan muka seposen senyum je tiba2 bagai nak pengsan aku bila auntie bertanya samada aku ada mengintai dia semalam, aku tak jawap. Pas tu dia minta aku bercakap benar kerana bukan dia nak marah cuma nak tau aje. Aku pun mengangguk then dia kata lain kali jangan mengintai, tak baik………….kalau mahu tanya saje. Aku bagai tak percaya dengan apa yang ku dengar lalu berkata betul ke?, dia hanya senyum sahaja.
Bila ku lihat dia hanya tersenyum, berahiku datang adik ku terus bangun. Aku perasan auntie memandang ke arah seluar ku yang menampakkan adikku dah melintang didalam seluar. Sememangnya aku jarang memakai seluar dalam melainkan sekiranya aku pergi keluar. Aku cuba mengalihkan pandangannya dengan bertanya samaada dia ada menyimpan tukul besi atau tidak untuk ku gunakan bagi membaiki siling rumahnya. Auntie menjawab tukulbesi tak ada kalau tukul mi, tu ada dalam seluar.
Aku bertambah berani lalu memegang teteknya, dia tidak mengelak sebaliknya menarik ku masuk kedalam biliknya. Selepas menutup pintu dia membuka bajunya dan menarik tangan ku dan diletakkan keatas teteknya. Tanpa membuang masa aku meramas teteknya itu, dia mengeluh dan membisik kan ketelinga ‘now u get it’. Sambil tangan nya mengelus kepala ku tangan yang sebelah lagi meraba kepala adikku. Aku dah tak tahan macam nak terpancut air ku, maklumlah ini kali yang pertama. Dia menolakku keatas katil dan membuka seluar ku tanpa membuka bajuku. Aku bagaikan dalam mimpi bila ku rasa adikku telah dijilat sesuatu yang suam dan mengasikkan. Dia telah menjilat adikku bagai anak kecil menjilat lolipop, teteknya yang lembut menekan lututku menyebabkan semangatku terbang entah kemana. Dia terus menyedut dan mengisap adikku membuat aku geli sedap yang teramat sangat. Ke2 biji telurku juga dijilatnya malah lubang buritku juga tidak ketinggalan dijilatnya. Aku dah tak tahan alamak terlepas air maniku didalam mulutnya. Auntie ku lihat agak kecewa dan berkata ‘apasal lu tak cakap mahu keluar’. Aku menjawap dengan perlahan ‘tak sempat manyak silap’ meniru telonya. Aku merasa serbasalah melihat raut mukanya itu lalu aku berkata ‘don’t worry be happy, i’ll serve u better than u’
Aku berehat sebentar sambil berbaring manakala dia terus menjilat saki baki air mani ku dikepala adikku. Bila dah rasa lega aku menolaknya terlentang di atas katil. Ku kuak kakinya mengangkang, pussynya berbulu lebat sampai lubangnya pun langsung tidak kelihatan. Sahnya tak pernah kena trim ni aku berkata didalam hati. Aku rapatkan hidungku ke pussynya, baunya agak hapak namun masih menyelerakan. Ku cium pussynya dan ku jilat sampai ke kakinya, auntie mula menggelisah. Aku tahu dia mula bernafsu semula. Seluruh badannya ku jilat tak de seincipun ketinggalan. Adikku cergas semula bila melihat pussy yang merah dengan kelentit yang panjang terjojol keluar dari celah lubang pussynya itu. Air mani entah air mazi meleleh dari dalam pantatnya, pemandangan yang sungguh indah. Jika dulu aku hanya melihat di kaca tv kini its live.
Aku dah tak tahan aku arahkan kepala adikku ke dalam pantatntya dan ku tekan perlahan. Ketat juga pantat auntie ni walhal dua budak dah keluar dari lubang ini. Aku tekan lagi masih tak boleh masuk, aku peduli apa aku tetap nak masukkan kepala butuhku kat dalam lubang pantatnya. Emmm auntie mengerang, kepala butohku dah berjaya masuk ke dalam pantatnya. Terasa suam kepala butuhku dikemut oleh pantat auntie. Sorong tarik sorong tarik aku masih boleh bertahan pasal baru sekejap tadi maniku dah keluar. Aku suruh auntie meniarap dan aku menonggangnya dari belakang, lebih mengasyikkan aku rasa. Kau tahu sajelah bila cina kena kongkek, bising betul. Aku takut juga kalau jiran yang lain dengar rengekkannya.
Auntie menyuruh aku terlentang dan dia menonggangku pula, aku ramas teteknya sekuat hatiku tapi dia tak kisah je. Tentu sedap sangat dia tu, aku relax je bila dia mengangkat dan menekan pantanya ke butuhku berulang kali. Macam nak terikut butuhku dikemut pantat auntie. Aku balikkan dia pula, aku nak taji lubang buritnya. Auntie menolak dia kata ‘apasal lu mau taruk sana taruk lah dalam sini’ dia menuding pantatnya. Aku pun tak mau lah nak kecoh, lalu ku tikam pantatnya berulang kali. Aku dah tak tahan, nak ku pancut kat dalam kang jadi budak lalu ku halakan butohku ke mukanya. 1 2 3 tembak……. Muka auntie basah dek air mani aku. Terus dia meratakan air mani ku dimukanya macam orang pakai masker.
Aku tahu dia dah puas, cepat2 aku mengenakan seluarku. Barulah aku tahu sebenarnya auntie dah lama tak dapat, pasal tu dia horny sangat. Untungnya aku dapat pantat, walaupun bini orang tapi masih ketat. Selepas kejadian tu aku sering mencari peluang untuk kerumahnnya. Tapi tak beranilah ikut pintu depan takut orang nampak, aku masuk kerumahnya ikut pintu belakang. Pantang ku lihat kereta uncle tiada tentu auntie akan memberi isyarat kepadaku.
740 notes
·
View notes
Text
Nikmatnya Sekolah part3
-rumah-
Aku terus mengambil tuala dan terus mandi, aku hanya mengenakan singlet dan seluar pendek jenis tight sebab aku tau waktu segini hanya aku dirumah dan kak daiyan balik dalam pukul 3 atau 330. Aku pon terus kedapur mencari makanan. Malangnya takde satupon makanan yang tersedia. "Ish, dah tahu nak gi class tu siapkan makanan untuk aku dulu". Btw aku tinggal berdua dengan kakakku di rumah sewanya kerana sekolahku dekat dengan rumah sewanya dan universiti tempat kakakku lamjutkan pelajaran. Kami berdua berjauhan dengan keluarga kerana ayah aku taknak tinggalkan kamoung kerana itu sahaja harta pusaka keluarga yang tinggal. Aku mengambil kuali dan masak roti bakar untuk alas perutku. Habis sahaja aku makan, aku berehat sebentar untuk workout kerana rumah kakakku ada peralatan gym yang aku boleh gunakan di ruang tamu
~ckukk~
Aku terkejut lalu pandang ke pintu rumah. "Lah akak rupanya. Awal balik, biasanya 330 baru sampai". "Takdelah, akak ada buat assignment dengan kawan akak. Kena pakai laptop tuyang balik awal. Ni akak kenalkan kawan akak, Aqeela". "Hai, saya zul". Aqeela hanya diam seperti terkaku. Kak daiyan pon perhatikan apa yang berlaku, rupanya ada bonjolan di seluarku. "Dik, cover sikit. Hormat tetamu". Aku terkejut rupanya aqeela terpaku tengok aku. Aku cepat siapkan diri dan lari ke bilik. "Daiyan, hot juga adik kau tu. Dah ada gf ke belum tu? Ingatkan kakak je hot sampai jadi hot student kat uni, rupanya ada adik yang hot body budak sukan. Pastu, balak dia boleh tahan besar gak walaupon tak keras". "Shhtt jangan cakap kuat, nanti dia dengar. Dia memang suka pakai gitu kat rumah, nak goda aku lah konon. Kadang aku pon pakai juga pakaian yang boleh goda dia . Nasib kitorang adik beradik, kalau tak hari-hari main" aku hanya habiskan masaku didalam bilik seharian sambil melayan media sosial. Tiba-tiba aku dapat mesej dari kak daiyan yang Aqeela akan stay rumah dalam 2 hari kerana family dia tiada dirumah kerana ada urusan di luar negeri. Aku hanya balas ok kerana ni rumah kakakku, asal dia tak bawa jantan masuk rumah sudah. Memang aku hentak sampai lunyai.
-malam-
Aku terjaga dari tidur dalam pukul 130 pagi kerana terasa nak buang air kecil. Aku tak tahan terus berlari ke tandas di luar bilik. Setiba di tandas aku terus melepaskan hajatku... Tetiba aku dengar bunyi pintu tandas terbuka, rupanya aqeela masuk dengan mengenakan sport bra dan panties. tetiba batangku terus mengeras. Aqeela senyum lalu menutup pintu tandas dan menguncinya.
Aqeela tolak aku ke dinding dan menciumku dengan penuh ghairah. Ciumannya yang lembut membuatkan ku ghairah sehingga tanganku secara spontan meramas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi puas kalau diratah. Aqeela terus terlanjang depan mataku lalu menanggalkan pakaianku. Aku terkejut dengan kelakuan dia seperti aku sedang bermimpi. Aqeela separa duduk dan terus mengolom batangku. Aku berasa ngilu kerana batangku beberapa kali bergesel dengan giginya mungkin sebab ghairah punya pasal tak fikir behave. Ketika ini muncul segala sex position yang aku tau semasa melayan video lucah kawan-kawan sekolahku bermain dengan bf diorang atau kawan sendiri. Aku terus mendirikan Aqeela dan mengangkat sebelah kakinya kelenganku. Aku terus masukkan batangku kedalam lubang pantatnya yang ketat. Aqeela terjerit apabila menerima tusukan batangku. Aku membuka shower agar suara Aqeela tidak didengari kakak aku. Kami bertarung agak lama. Dalam masa aku menjolok Aqeela, aku berperanan isap kedua teteknya dan meratah lehernya yang gebu. Wangian Aqeela membuat aku bertambah nafsu sehingga aku menjolok sedalamnya sehingga Aqeela senak dan mencapai klimaksnya yang pertama. Aku dukuang Aqeela dan meletakkannya diatas singki dan aku teruskan menjoloknya dalam counter tap position
~tok tok tok~
Aku dan Aqeela terhenti seketika kerana dengar bunyi pintu tandas diketuk. " Aqeela kau mandi ke, aku nak gi dapur jap masak meggi. Aku masak lebih nanti kau dah siap mandi kau turun bawahlah makan"." Arr...oo..okey.. nan..naanti aku tu..turun" suara Aqeela terputus-putus kerana aku masih menjoloknya dengan penuh bernafsu. Aku dah nak sampai klimaksku. Aku memberi isyarat kepada Aqeela. "Pancut je dalam, saya dah makan pil tadi". Aku terus tanamkan benihku kedalam pantat Aqeela... Kami kepuasan dan mandi bersama-sama. Selama 40 minit kami bertarung. Aqeela telah mencapai klimaks sebanyak tiga kali. Kami melanjutkan pertarungan kami keesokkan malamnya.
-pagi-
Aku bersiap untuk ke sekolah walaupun aku masih mengantuk. Aku bersarapan dengan kak Daiyan dan Aqeela di dapur. Kaki aku bergesel dengan kaki Aqeela yang lembut dan licin, harumannya jangan cakaplah mainkkan nafsu aku dipagi hari. Dalam keadaan kelam kabut bercampur ngantuk aku bergegas ke sekolah menaiki kereta.
~pom~
Aku terperanjat kerana aku tak tahu apa yang aku langgar sebab mata aki tidak fokus ke jalan. "Aduuu sakitnya, eh cane awak bawa kereta haa? Saya ni nak rushing tetiba awak bawa kereta macam orang gila ". "Maaf saya tak perasan, awak ada luka apa-apa? Ke nak saya hantarkan ke tempat yang awak nak pergi tu?". "Nasib takde luka apa-apa cuma kaki terseliuh sikit. Awak hantar saya ke PPD (pejabat pendidikan daerah) ". "Owh, saya reri urut kaki terseliuh. Takpe kita naik kereta dulu nanti saya urutkan". Aku memapah gadis tersebut menaiki kereta. Tetiba nafsuku membuak-buak apabila aku menyentuh kulitnya yang gebu-gebu dan harumannya yang memukau sehingga aku tak perasan batangku dah mencanak naik. Aku suruh dia duduk menghadap aku dan melunjurkan kakinya. Aku pon mengurut kakinya dengan teratur dan tidak ganas. Dia yang bertindak ganas memyiksa batinku kerana kakinya tergesel dengan batangku membuatkan aku ngilu. Dalam masa yang sama kami berbual dan memperkenalkan diri. Rupanya dia adalah Siti Khadijah Halim. Aku terus memandu siti ke tempat yang ingin dituju. Sampai di parking, ada seorang adik menjual buah-buahan mengetuk pintu keretaku. Aku mengambil duit dan bayar adik tu sehingga aku lupa tarik handbrake. "Awak tarikan handbrake tu" aku tetiba rasa pelik seperti batangku di genggam. Aku menadangnya. Siti menggenggam batangku dengan kagum dan mempersonakan. "Aip, tak malu pegang orang punya. Nak ke?" "Not now coz I'm late already, next time ok. This is my number card". Siti turun dan berlalu pergi. Aku terus memecut ke sekolah, nasiblah sekolah dekat dengan ppd.
Comment for part4
2K notes
·
View notes
Text
Kongkek Siti Nikmat
Ini adalah kisah nyata diriku. Namaku Amir dan panggilan mesraku ialah Am. Usiaku 30’an. Pendapatanku amat lumayan dan hobiku mengumpul kenalan untuk dikongkek. Telah hampir 15 tahun hidupku bergelumang dosa, iaitu sejak aku frust bercinta dengan kekasih yang amat aku sayangi. Sejak itu aku bertekad untuk merosakkan setiap gadis yang aku kenali. Berdasarkan pengalaman dan pergaulan harian, aku dengan mudah dapat memikat gadis yang aku ingini. Dengan skill aku yang tersendiri, jarang yang terlepas dari penangan butohku.
Perinsipku adalah “kalau tak dapat hari ini, lain kali boleh dapat juga.” Sesetengahnya memakan masa hampir seminggu baru aku dapat. Petikan dari pengalamanku juga, aku pernah amat menyukai pada seorang kenalan perempuan yang berumur awal 40’an. Dia ni isteri seorang pegawai majlis daerah. Siti namanya. Suaminya tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya lantaran lemah sahwat kerana berbagai penyakit. Si Siti ni bertubuh kecil. Potongan rambutnya seperti Zarina Zainuddin, mengerbang tapi kemas. Dia bertubuh kecil, sekecil Shela Majid. Wajahnya ayu dengan make up yang sederhana tebal tetapi mampu memukau setiap lelaki yang memandang. Bibirnya sentiasa merah merkah dan menggairahkan. Buah dadanya menonjol dengan potongan badan yang cukup menggiurkan. Dia sentiasa berbaju kebaya atau kurung moden.
Satu malam aku bertemu dengannya dekat tempat parking, lalu aku mengajaknya ke tempat tinggalku. Aku membawanya ke banglowku di kawasan penempatan yang terasing dari hiruk-piruk kota dan tiada gangguan. Aku tinggal sendirian di situ. Di ruang tamu rumahku aku meminta dia membiasakan diri seperti di rumah sendiri. Maklumlah kerana inilah kali pertama kami bertemu secara berdua sahaja dan di dalam bunglowku sendiri pula. Well… dia begitu cepat menyesuaikan diri.
Sambil kuhulurkan minum, aku berbual dengannya sambil mendengar alunan musik romantik. “Am tak sunyi tinggal seorang?” tanyanya memulakan bicara. “Siapa yang sudi temankan Am kak?…” balasku sambil memegang tangan dan merapat ke tubuhnya di atas sofa sambil membelainya. Dia memelukku secara tiba-tiba bagai tak ingin dilepaskan. “Kak…., Am sunyi sekali di sini. Rumah besar tapi….!” kataku tersekat-sekat. “Kalau Am sunyi… biar akak saja yang hiburkan…! Itu pun kalau Am mau…!” katanya lagi sambil mengusap-usap pangkal paha ku. Lepas tu bibir kami pun bertaup rapat. “Bila-bila pun akak sudi temankan. Kalau Am nak akak boleh layan Am lebih dari suami akak sendiri…!” Siti memegang tanganku dan membawanya ke arah bukit berkembar miliknya.
Terasa kenyal daging yang membukit tersebut. Tanpa disuruh aku meramas kedua teteknya dengan ganas. Tak puas dari luar, aku buka kancing bajunya satu persatu hingga terburai kesemuanya. Teteknya bagai bersesak padat hendak keluar dari bra yang dipakainya. Dalam cahaya terang, teteknya nampak putih bersih tanpa sebarang cacat cela. Tanpa membuang masa aku pun tanggalkan cangkuk branya dari belakang. Lepas tu kulurutkan pula baju serta kain yang dipakainya. Maka terdamparlah pakaiannya di atas lantai marble di ruang tamuku itu. Yang tinggal hanya seluar dalam yang bentuk “V” yang masih berperanan melindungi daerah terlarangnya itu. Aku mengulum dan menyonyot kepala teteknya yang bagaikan tumbung kelapa dengan bentuk bengkakkan di sekeliling tompok hitam kepala teteknya. Aku pasti anda pernah melihat bentuk seperti ini di dalam filem lucah. Malahan teteknya yang pejal itu juga membengkak seperti belon.
Dengan bernafsu sekali aku kerjakan teteknya. aku kulum dan aku nyonyot semahunya hinggakan dia menjerit-jerit kecil, “ahhh.. aaahh… ahhh…… seeddddaaapppnya…! Ammmm….!!!” bila ku gigit-gigit puting teteknya itu. Permainan kepala tetek berlangsung agak lama. Ianya sentiasa diiringi dengan dengusan nikmat dari mulutnya. Kemudian kucium seluruh tubuhnya hingga dia menlentik-lentik tidak dapat menahan kegelian.
Aku tidak mengucup bibirnyabuat sementara waktu kerana bibirnya yang merkah itu akan ku lumat di akhir permainan nanti. Lagipun bibirnya amat menawan dengan gincu yang berkilat-kilat bagaikan berair dan sudah pasti ianya mahal. Permainan di ruang tamu berlangsung cukup lama. Akhirnya aku merangkul tubuhnya untuk didukung masuk ke dalam bilik tidurku yang telah disusun kemas oleh pembantuku di siang hari tadi. Di atas tilam setebal satu setengah kaki itu aku londehkan seluar dalamnya dari tubuh. Kini terpampanglah segitiganya yang tembam dengan bulu hitam lebat merimbun di situ. Aku kangkangkan kedua pehanya selebar-lebarnya.
Di bawah cahaya neon yang terang benderang itu maka terpampanglah rahsia peribadi miliknya itu. “Kak… Am nak gunting sikit bulu akak ni ye….! Am nak buatkan satu bentuk yang menarik ok???” Kataku pada kak Siti. Terbedik-bedik biji matanya memikirkan hajat yang ku sampaikan itu. Tapi aku memang tak berniat nak tunggu jawapan darinya. Aku pun pantas mencapai pisau cukur, sikat dan gunting yang terletak di atas almari solekku. Bagai seorang tukang gunting profesional aku melarikkan mata pisau cukur ke atas tundunnya. Dengan kedudukan mengangkang seluas itu, aku bebas mengerjakan laman terlarangnya itu.
Mula mula aku buangkan bulu-bulu di sekeliling lurahnya. Kemudian aku bentukkan bentuk “Love” pada area atas sedikit dari kelentitnya yang nampak terjojol keluar. Aku gunting dan aku rapikan serapi yang mungkin. Tanpa sebarang bantahan kak Siti menyerahkan kemaluannya untuk aku kerjakan. Sambil itu aku melayan kenakalan ku dengan mengentel-gentelkan kelentitnya berulang-ulang kali. Lama kelamaan terpancarlah lendiran yang membasahi lurah di bawahnya. Setelah selesai, aku menariknya masuk ke dalam bilik air di bilik aku itu. Di situ aku mula mencuci kemaluan kak Siti dengan shampoo.
Aku buang semua cebisan bulu-bulu yang terlekat di celah lurahnya. Makulumlah lurahnya itu begitu melengas berair semasa aku mencukur bulu buritnya tadi. Sambil menyempoo, aku urut dan kuis-kuis kelentitnya. Aku buat kak Siti bagaikan si anak kecil yang tak reti mencuci kangkangnya sendiri. Tanpa membantah kak Siti menyerahkan kangkangnya ke tangan ku. Terpejam pejam matanya menikmati belaian tangan ku di situ. “Am…! Seedddaaappp laaaaa…!!! Main lagi kat situ……! Akak dah tak tahaaan… niiiiiiiii.” Aku pun usap dan aku picit-picit kelentinya dengan rakus. Apa lagi, berlejeranlah lendir yang membasahi celah kangkangnya. Batang kejantananku juga sudah perit menonjol seluar jean yang masih aku pakai. Setelah selesai, aku bangunkan dia dan menariknya kembali ke dalam bilik. Acara belaian diteruskan.
Tapi kini giliran Kak Siti pula mengerjakan aku. Aku berbaring saja di atas katil. Pakaianku dibuangnya satu persatu. Akhirnya aku dibogelkan oleh Kak Siti dengan ganasnya. Pakaianku dirabutnya dengan kuat hingga baju T yang aku pakai itu terkoyak. Aku amat menyukai caranya. Sambil dia membuang pakaianku, tangannya membelai dan mengusap-usap tubuh serta kemaluanku. Akhir sekali tangannya menggenggam kemaluanku sambil mengosok dengan lembut. Ianya membuatkan aku terasa amat nikmat walaupun hanya dengan belaian tangannya saja.
Kak Siti ternyata bijak memainkan peranan. Setiap kali terasa kemaluanku digigit-gigit manja, dan sesekali juga seluruh batangku masuk ke dalam mulutnya. Ianya dihisap dan dilulur. Tanpa ku sedari aku menjerit, “aarrrruuuggghhh…!” Ketika itu batang kemaluanku ditokaknya dengan kuat secara tiba-tiba. Ianya seolah olah tanpa mahu dilepaskannya. Lama batangku ditokak di dalam mulutnya. Kadang-kadang bagai dikunyahnya lembut. Semakin lama semakin sedap ku rasakan.
Apa lagi, aku pun mulalah menyorong tarik batang pelirku keluar masuk ke dalam mulut kak Siti. Tanganku pula tidak diam begitu sahaja. Aku pegang kepala kak Siti yang kecil itu. Sambil itu aku tarik tekan kepalanya hingga ke pangkal batang pelirku. Akibatnya berlumuranlah batang pelirku dengan air ludah Kak Siti. “Aaarrrrr gggggghhhh…! Kkkkaaaaakkkkk tttttaakkk ttttaaahhhaan……!!! Aaaammm….! gggrrhhh…..!!!!!!” Berbagai macam bunyi yang tak tentu bahasa terbit dari mulut kak Siti. Namun aku tetap juga sorongkan batang saktiku itu sedalam-dalamnya ke dalam mulut tersebut. Akhirnya dapat ku rasakan yang ianya dah masuk melepasi kerongkong kak Siti. Ketika itu kehangatan bagaikan memijat-mijat pelirku. Memang dah terlalu dalam aku sorong batang pelirku itu. Keadaan itu jelas terbukti apabila bibir kak Siti pun sudah bertaut rapat ke pangkal tundun aku. Agak lama juga aku benamkan batang pelirku ke kerongkong Kak Siti. Saja aku geram nak pekenakan mulutnya yang cantik itu. Kak Siti hampir tersedak kerana tidak dapat menahan nafas lagi. Matanya putih menahan nafas. Kak Siti mengelepar bagai ayam yang disembelih.
Namun mulutnya tetap juga tak terlepas dari tancapan batang pelirku. Tangannya merewang-rewang cuba melepaskan mulutnya dari batang pelirku. Kakinya menendang-nendang, tapi tak satu pun yang mengenai sasaran. Yang berselerak hanyalah bantal, selimut dan cadar yang bagai dilanda taufan layaknya. Kak Siti meronta semahu-mahunya. Celah kangkangnya berlendir dan comot dipaliti lendiran dari dalam buritnya sendiri. Memang banyak lendir pelicin yang terbit di situ. Lebih lebih lagi bila dah tiada bulu di sekeliling lurahnya itu. Maka jelaslah kelihatannya lendiran yang meleleh dari situ. Ianya dah penuh membasahi pangkal pehanya akibat dari rontaannya tadi. Nampaknya Kak Siti sudah pun berapa kali mencapai kemuncaknya. Lebih lebih lagi semasa tubuhnya mengejang keras sambil memeluk erat pada tubuhku.
Rontaan Kak Siti semakin lemah. Aku pun cabut keluar batang pelirku dari mulut Kak Siti untuk membiarkan ia mendapat nafas semula. Ketika itu kak Siti terlentang bulat bagaikan pengsan. Matanya tertutup rapat dengan hanya buah dadanya saja yang bergerak pantas naik turun bagaikan di pam-pam. Sambil kewalahan menarik nafas, dengusan nafasnya kuat sekali mengeluarkan bunyi, “ggggrrrhh….!!! gggrrrhhh….!!!” yang tidak putus-putus. Air liur berbuih-buih keluar dari mulut Kak Siti. Setelah sudah hampir dua setengah jam aku mengerjakannya, namun tiada tanda-tandanya yang aku telah puas. Yang pastinya aku akan terus mengganyang Kak Siti selepas ia pulih sebentar lagi. Setengah jam telah berlalu bilamana batang kejantanan aku dah terkulai layu. Kesan tompokan merah dari gincu Kak Siti nyata terpalit di sekeliling kepala dan batang aku yang dilingkari oleh urat-urat kasar. Puas gak rasa hati ku kerana gincu mahal yang mencantikkan bibirnya itu, akhirnya menjadi alat bagi menyedapkan batang aku. “Kak…dah okey ke???” tanyaku sambil mengusap lembut wajahnya.
Dia tersenyum memejamkan mata sambil menganggukkan kepala. Gerak tangan aku perlahan-lahan mengusap tompokan bulu kemaluannya yang sudah berbentuk love. Terasa kesat dan tajam di situ kerana bulunya dah aku gunting pendek. Kemudian aku julurkan jari telunjukku menuruni lurah buritnya masih licin. Jejariku bermain dan mengentel daging kelentitnya yang mulai mengeras. Semakin lama semakin keras ianya kurasakan.
Dengan dua batang jari, aku mengepit kelentitnya sambil mengocok-gocok. Kelentitnya terjojol keluar dari kulit nipis yang menutupinya. Kelentik kak Siti aku pusing-pusingkan dengan jari ku yang berada pada hujung kelentit berkenaan. Apa lagi, berlenggoklah punggung Kak Siti mengiringi perbuatanku itu. Jika dia tak menyambut sebegitu nescaya koyaklah kelentiknya aku kerjakan. Batang pelirku pun mulai mengeras. Aku kuak kedua peha Kak Siti hingga terkangkang luas. Kini giliran lidahku pula untuk mengerjakan kemaluan kak Siti. Aku mencium daerah terlarangnya. Aku sembamkan mukaku di situ dan aku putarkan mukaku pada buritnya. Sambil itu aku giat menghirup cairan licin yang terdapat di situ.
Akibatnya, cairan tersebut semakin banyak terpancar dari burit sempit kepunyaan kak Siti. Erangannya jelas terdengar. Kak Siti sudah tidak lagi tahu erti malu. Ini terbukti bila mana dia dengan tanpa segan silunya menjerit sekeras-kerasnya. Suasana banglow dan bilikku yang luas itu bergema dengan jeritan nafsunya yang memenuhi segenap ruang. “Kak nak yang special tak?? tanyaku lagi. “Am… buatlah apa saja yang Am suka pada akak malam niii. Akak serahkan segalanya untuk hidangan Am….! Am boleh seksa akak lagi macam tadi pun……! Seedddddaaap…. sayang….!!!” bisik Kak Siti ke telingaku. Aku semakin gairah bila mendengarkan lafaz pengabdian kak Siti terhadap ku. Aku pun angkat kaki Kak Siti setinggi yang boleh. Kemudian aku buka kangkangnya lebar-lebar. Hasilnya, maka terpampanglah dengan jelasnya setampok burit yang sudah terhidang di depan mata kepalaku. “Akak tahan aje macam niee…..! Jangan tutup kangkang akak. Ini paling special untuk akak malam niee…!” kataku padanya.
Tanpa memegang tubuhnya, aku hanya menjulurkan lidah ku menyentuh bibir buritnya. Kedua belah tangan ku sudah pun ke belakang tubuhku. Tangan kak Siti memegang kakinya sendiri supaya sentiasa terkangkang ketika aku menjalankan operasi dengan menggunakan mulut ku. Aku jilat buritnya dari lubang dubur hingga naik ke atas kelentitnya.
Ketika dikelentitnya, dengan skill tersendiri aku jilat secara memanjang ke atas. Serentak dengan itu, pantatnya pun ikut naik mengikuti jilatanku. Apa lagi, buka main gila kak Siti menjerit, “uuuugggghhh….!!!! sedaaaapppnya….!!! AAAaaamm……..!” Berkali-kali aku lakukan begitu iaitu tanpa menyentuh bahagian lain. Akibatnya, pemusatan keseluruhan nikmat yang kak Siti perolehi hanya tertumpu pada sekitar bahagian kelentitnya sahaja. Sesungguhnya itulah nikmat yang setiap perempuan cari. Cecair pelincir banyak keluar semasa operasi ini berlangsung. Suara jeritan nafsu kak Siti terus lantang berkumandang. Aku rasa ianya boleh kedengaran hingga ke perkarangan banglowku…! “Ammm…akak dah tak tahan nieeeee…… eeeeeee…!!!!!! Masukkan batang Am ke dalam ya sayanggggg…!” Masa tu batang pelirku juga bagai meronta minta aku segera tusukkan ia ke dalam burit Kak Siti. Batang pelirku di raih oleh tangannya sambil digentel pada kelentitnya sendiri.
Semakin ganas semakin ngilu terasa di hujung pelirku. Aku mengerang dalam kenikmatan. Setelah tak tahan dipermainkan sebegitu rupa, maka kedua tanganku mulalah memegang kaki Kak Siti. Ianya aku kuak luas hingga terpampanglah buritnya dengan keadaan lubang yang kelihatan amat sempit. Aku rasa ianya hanya muat untuk menampung jari kelingking aku sahaja. Namun tetap aku halakan juga kepala torpedoku tepat di mulut buritnya. Aku lihat Kak Siti menahan nafas sambil mengemut buritnya. Dapat aku rasakan lubang buritnya semakin mengecil kerana kepala pelirku terasa semakin merapat di situ. Aku tekan batang aku ke bawah untuk cuba memaksa ia memasuki pintu yang maha sempit itu. Burit dan punggungnya memang ikut tertekan ke bawah. Namun kepala pelirku sedikit pun tidak lepas masuk ke dalam lubang buritnya walaupun banyak air pelincir di situ.
Dua kali aku cuba tapi masih tetap sama. Aku mula tertanya tanya mungkinkah batang pelirku terlalu besar untuk lubangnya itu? Tapi saiz batang butuhku biasa sahaja cuma panjang sedikit dari kebanyakan lelaki Melayu. Akhirnya aku cuba menjoloknya dengan jari kelingkingku. Tapi Kak Siti pula segera menghalang. Tangannya dengan cepat menangkap tanganku sebelum sempat kujolokkan masuk ke dalam lubang buritnya. “Am….! Yang ini special dari akak…! Jangan guna jariiiiii…..!” Kak Siti meminta kerjasama ku. Memang nyata lubang buritnya terlalu sempit.
Aku tak dapat masukkan kepala butohku walau pun sedikit. Ianya hanya sekadar mencecah bibir dan pintu kemaluannya saja. “Kak…! Kenapa sempit sangat niee…..?” Inilah kali pertama aku menutuh burit isteri seseorang yang sebegitu sempit. Bahkan ianya lebih sempit dari milik gadis perawan. Aku mula merasakan amat bertuah dapat menikmati persetubuhan ini. “Am….! Ini rahsia akak tau…..! Khas untuk Am saja….!” katanya pada ku. “Akak akan tahan nafas sambil mengemut burit akak macam niii….” Kak Siti pun menunjukkan buritnya padaku. “Jadi…. itulah pasal lubang akak sentiasa sempit…..! Semasa Am nak masukkan tadi, otot di sekeliling lubang akak ni akan mengeras. Sebab tulah susah butuh Am nak masuk…!” Ujarnya dengan panjang lebar. Aku akui bahawa kak Siti memanglah hebat. Walaupun agak berumur tapi buritnya sempit mengalahkan anak dara sunti…! Kak Siti memang mahir di dalam kesenian memainkan buritnya sendiri. Sebagai perbandingan, aku pernah menyuruh beberapa orang perempuan yang aku setubuhi selepas tu untuk melakukan cara serupa. Namun tak ada yang dapat menandingi kehebatan Kak Siti.
Dia bukan saja sekadar dapat menahan kemutan dengan agak lama, malahan ia juga bertindak memicit-micit batang pelir aku semasa hujaman dan tarikan. Ianya mampu kak Siti lakukan hanya dengan menggunakan kekuatan kemutan otot buritnya. Jadi memanglah tak hairan bila aku paling sedap bila dapat bersetubuh dengan Kak Siti. Tak lama kemudian aku mencuba lagi untuk kali ketiganya. Masa tu aku perhatikan kak Siti agak terleka. Dia langsung tak perasan yang aku nak cuba rodokkan butoh aku ke dalam lubang kemaluannya. Menyedari akan kesempatan tersebut, aku pun rodoklah buritnya dengan ganas. Dengan satu tikaman yang amat keras aku terjahkan butoh aku ke arah lubang burit kak Siti. Secara tiba-tiba jugalah kepala pelirku terbenam ke dalam lubang buritnya. Kak Siti kaget dengan tindakanku. Aku berjaya kali ini. Sedikit demi sedikit hingga akhirnya tenggelam juga semua batang pelirku. Ianya dah pun selamat berkubang di dalam lubang nikmat Kak Siti.
Aku tersenyum sedaaappppp…! Tanpa banyak membuang masa, acara sorong tarik pun bermulalah. Ianya seiringan dengan kemutan yang berterusan dari Kak Siti. Enjutan dari perlahan hinggalah ke pergelutan yang ganas berlaku antara aku dan Kak Siti. Kumutan kemaluannya seiring dengan enjutan tongkat saktiku. Butoh ku rasanya seperti disedut-sedut memasuki kemaluannya semasa ia mengemut batang ku. Butoh ku juga terasa bagaikan tetek lembu yang diperah-perah bila berada di dalam kemaluan kak Siti. Ternyatalah bahawa lubangnya terlalu sempit jika dibandingkan dengan anak gadis lain yang pernah aku setubuhi. Itulah yang membuatkan aku amat ketagih untuk berulang kali bersetubuh dengan kak Siti.
Permainan agak lama menunjukkan tanda-tanda akan berakhirnya persetubuhan kami. Kak Siti sudah pun beberapa kali mencapai klimax. Berbagai style kami dah lakukan. Samada dari depan, sisi, atas, bawah dan belakang. Begitu juga dengan acara lipat-melipat juga yang tidak kurang hebatnya. Melentik-lentik tubuh Kak Siti aku kerjakan. Bagaikan ahli akrobatik dia jadinya. Tubuh kecil molek Kak Siti yang ringan itu memudahkan kerjaku. Aku pangku dia sambil berdiri saja. Kemudian aku lipat kakinya hinggakan bertemu lutut dengan bahunya sendiri. Lepas tu ku hujam senjataku ke dalam kemaluannya secara terbalik dalam posisi begitu. Kepala pelirku menyentuh dan menghentak masuk hingga ke pintu rahim kak Siti yang agak pejal di dalam buritnya itu. Kasaran tindakkan aku tu membuatkan Kak Siti menjerit keras kerana terkejut disondoli kesenakkan.
Setelah hampir puas aku terlentangkan tubuhnya seperti posisi awal tadi. Sebelum mengakhiri persetubuhan, aku kejutkan kemaluan kak Siti dengan satu hujaman keras. Butoh panjang aku tu merodok buritnya sedalam yang mungkin. Pangkal butoh aku pun sampai dah boleh menyentuh-nyentuh biji kelentitnya. Hujung kepala butuh ku pula dah sampai ke penghujungan telaga bunting kak Siti. Ia dah mula dapat menyentuh bahagian yang terasa keras dan agak kenyal di situ. Bila dah sampai ke tahap yang sebegitu, maka seiring Kak Siti pun mulalah menjerit ganas.
“AAAHHH…..!!! UUHHHH………!!! hhheeee……!!! iiiiiiiitttttttt…..!!!” Terteran-teran suara kak Siti. Aku pulak dengan satu kejutan yang pantas, aku cabut keluar keseluruhan batang sakti ku dari buritnya. “Aaaaaaauuuuuuggggggghhhhhhh……!!!!!!!!” Jerit lolong dari kak Siti. Sambil itu kemaluannya bagaikan terkencing-kencing memancutkan beberapa das air yang serba jernih dan melekik-lekik. Ketika itu aku perhatikan bahawa kelakuan kemaluan kak Siti itu tak ubah seperti dia sedang menerbitkan air kencing. Itu yang membuatkan aku terkejut dan kaget.
Itulah pengalaman pertamaku dapat menutuh burit perempuan yang sampai kemaluannya boleh terpancutkan kencingan air yang sebegitu banyak. Air yang terpancut dari kemaluan kak Siti itu macam air kencing tapi aku rasa ianya bukanlah air kencing. Mungkin ianya satu macam semburan air nafsu yang terbitnya dari daya kemutan buritnya yang maha hebat itu. Air nafsunya keluar lagi apabila ia mengemut-ngemutkan buritnya. Ketika aku gintel kelentitnya, lebih kencang kencingannya hingga membasahi sebahagian selimut dan tilamku. Sambil melolongkan jerit nikmat, Kak Siti tanpa segan silu terus memancutkan kencingan air nafsunya itu. Ukiran kenikmatan yang amat sangat di wajahnya itu membuatkan aku bertambah nafsu padanya. Kekadang terpancut kencingan airnya hingga membasahi batangku yang sedang berada betul betul di hadapan kemaluannya. Ia berlaku beberapa kali lagi. Ketika itu tangan ku kemas mengepit kelentit Kak Siti.
Keadaan yang sebegitu rupa hanya berlaku apabila Kak Siti benar-benar 100% puas dengan foreplay yang cukup panjang. Setelah berkali-kali ku perhatikan, aku mula mengetahui teknik dan caranya untuk membuatkan Kak Siti mengelepar sampai memancutkan kencing air nafsunya pada setiap kali aku mengongkek buritnya. Suaminya sendiri tidak pernah menutuh buritnya sampai keluar air nafsu seperti yang aku lakukan itu. Kata kak Siti ianya terlalu nikmat dan tidak tertahan nafsunya bila aku berbuat begitu terhadapnya. Bayangkanlah bahawa pernah dia datang ke rumahku di tengah malam buta semata-mata untuk meminta aku mengongkek buritnya sampai terkeluar kencingan air nafsunya. Pada malam tu saja kami dah berjaya lakukan sebanyak beberapa kali lagi. Akibatnya kami berdua merasai amat keletihan pada siang harinya.
Berbogelan kami tidur berpelukan di atas tempat tidur yang sudah serba kebasahan. Badan kak Siti pula penuh terpalitkan air maniku yang kental. Bila air mani tu dah kering, ianya mulalah berkeruping pada badannya. Begitu jugalah pada keadaan muka dan di dalam mulut Kak Siti. Habis kesemua kecantikannya telah bersalut dengan kesan kesan pancutan air mani aku. Keesokannya, setelah puas melayari bahtera dengan kak Siti pada malam tadi, aku terpaksa mengambil cuti kerana amat keletihan. Kini Kak Siti bagaikan ahli keluargaku sendiri. Dia bebas untuk masuk keluar ke dalam banglowku walaupun di siang hari ketika pembantu rumah aku ada di rumah. Aku pula sentiasa berkesanggupan untuk melayan nafsu buasnya. Walaupun kadang-kadang bila aku sedang bersetubuh dengan orang lain, Kak Siti rela menungu gilirannya untuk aku mnyetubuhi buritnya selepas itu. Bayangkanlah berapa lama masa yang diperlukan untuk aku ejakulasi lagi…! Pernah dari jam 10.00 malam hingga 3.00 pagi barulah air maniku keluar. Inilah kesah cerita ku. Namun nama penuh terpaksalah aku rahsiakan.
Cerita ini adalah pengalamaku sendiri. Itulah juga sebabnya aku masih membujang sampai ke hari ini. Sebab aku boleh mendapat nikmat seks pada bila-bila saja. Ada di antara perempuan yang aku kenali itu boleh aku ajak terus, dan ada pula yang terpaksa aku pujuk rayu dengan bermacam janji. Tetapi memang kesemua perempuan yang aku ngorat itu telah berjaya aku celapak kangkang mereka. Aku setubuhi mereka sampai selama beberapa jam. Bila benih zuriat aku tu dah berjaya aku taburkan ke dalam gudang bunting mereka, barulah aku berpuas hati.
Setiap anak dara yang terjerat masuk ke dalam banglowku ini, hanya aku benarkan pulang setelah aku melucutkan taraf kedaraan mereka itu. Begitu juga janda maupun isteri, semuanya pasti dapat menjadi habuan batang aku ni. Ada yang mudah dapat dan ada juga yang terpaksa bersusah-susah barulah boleh dapat. Namun kak Sitilah yang paling aku suka…! Sebab keupayaannya luar biasa dan ganas. Tempat tak kira, dari banglowku sendiri, dalam hutan, tepi sungai maupun dalam kereta. Aku pernah pergi ke rumah seorang kawan perempuan pada hari raya. Dia tu masih menuntut di sekolah menengah yang berhampiran. Budaknya tinggi lampai dan berkulit putih melepak. Bodynya tu saja boleh buat berasap batang lelaki bila melihatkannya. Apa tidaknya, bontot dia dahlah besar, menunggek lak tu…! Buah dadanya yang tersergam indah itu jelas melengkapkan dia sebagai seorang perempuan yang cukup sempurna kejelitaannya. Aku berkenalan dengan dia kira kira 2 bulan yang lalu. Pertama kali aku tengok dia aku dah syak bahawa dia tu masih dara lagi.
Masa tu dia memakai T-shirt tanpa lengan yang jelas mendedahkan pusatnya. Kain yang dipakainya pula agak sendat dan ketat. Dengan corak pakaian yang sebegitu, memang mendidih nafsu aku dibuatnya. Segala liku bentuk tubuhnya yang cantik itu terpamir di depan mata kepala ku dengan sejelas jelasnya. Awal awal lagi aku dah memasang niat serong terhadapnya. “Kejap nanti, dara kamu tu mesti aku pecahkan…!” Kata suara nafsu aku. Tapi ternyata dia bukannya gadis yang mudah untuk dirosakkan. Dari pagi aku melayaninya dengan berbagai janji dan pujukan. Namun dia tetap tidak berani untuk masuk ke banglowku. Lepas makan tengahari, aku lepak dengan dia kat sebuah taman yang tak berapa jauh dari banglowku. Lebih kurang satu jam berada di situ, dia mula mengadu hendak buang air besar. Memandangkan tandas awam kat situ keadaannya kurang memuaskan, maka terbukalah alasan yang baik untuk aku mengundangnya ke banglowku.
Oleh kerana dah terdesak maka dia pun bersetujulah dengan cadangan aku tu. Bila dah masuk ke dalam bilek aku, senanglah kerja aku untuk memasukkan jarum pujukan yang selanjutnya. Rupa rupanya memang sudah ditakdirkan daranya itu pecah dengan sondolan butoh aku. Maka terjebak jugalah keperawanan si jelita itu menjadi mangsa butoh aku. Kesan kesan darah yang terdapat pada cadar putih aku tu akhirnya menjadi bukti akan kedurjanaan yang telah menodai kesuciannya itu. Pada hari raya tahun itu aku memandu kereta kat kawasan rumahnya. Aku ternampak dia sedang menjirus bunga diperkarangan rumahnya. Masa tu dia berkain batik yang agak singkat lagi sendat. Segera aku memberhentikan kenderaan untuk menonton aksi pergerakkan tubuhnya yang cukup membangkitkan nafsu aku.
Dari perhatian ku, aku dah dapat mengagak bahawa dia tidak memakai sebarang seluar dalam. “Nantilah….! Kejap lagi akan ku selak kain kamu tu sampai nampak lubang sedap kamu tu.” Lafaz hajat hajat serong di hatiku. Dia berT-Shirt hitam yang berlengan panjang. Tetapi potongannya amat singkat iaitu 6 inci di atas paras pusatnya. Bila dia mengangkat lengannya dengan agak tinggi, kemerahan puting susunya pun mampu terjenguk jenguk sikit bagi mengesahkan yang dia juga tak memakai coli. Bahagian perutnya yang putih melepak tu cukup cantik bila terdedah begitu.
Segala yang ku lihat itu benar benar telah mengundang hajat berahi ku terhadapnya. Aku pun segeralah parking kereta dan masuk untuk bertandang raya di rumahnya. Secara kebetulan pula di rumahnya itu hanya tinggal dia dan ibunya saja. Ahli-ahli keluarganya yang lain tidak pulang berhari raya. Tak berapa lama kemudian ibunya pula tinggalkan aku berduaan dengan dia di rumah itu. Ibunya keluar ke rumah jiran sebelah untuk berhari raya di situ. Dia pun datanglah kepada ku dengan membawa sedulang air minuman. Masa tu aku sedang duduk di atas sofa. Bila sampai aje dekat aku, aku pun pantas bertindak menyelak kainnya. Dia terperangkap tidak dapat menghalang perbuatan tak senonoh aku tu kerana kedua belah tangannya sedang memegang dulang air minuman.
Maka dengan sewenang-wenanglah aku boleh bermaharajarela menyingkap kainnya dengan sesuka hati ku. Apa lagi, terdedahlah kemaluannya yang tidak berbulu itu. Aku lilitkan kainnya itu pada paras pinggangnya. Maka terbogellah tubuhnya dari pinggang ke bawah. Kemudian aku tarik dia supaya duduk di atas pelir ku yang dah siap terpacak keras. Butoh aku tu tepat memasuki lubang kemaluannya. Apa lagi….! Aku pun hayun lah aksi persetubuhan kat ruang tamu rumahnya itu. Masa tu pintu depan kat ruang tamu tu pun sedang terbuka luas. Dengan keadaan kami yang mengadap ke muka pintu, aku pasti sesiapa juga yang lalu lalang di situ sudah pasti boleh nampak akan perbuatan kami itu. Maklumlah hari raya. Memang pun ramai yang lalu lalang kat situ.
Dan ramai juga yang telah dapat menyaksikan persetubuhan kami. Tapi aku rasa kebanyakkannya lebih berminat nak tengok kecantikan batang tubuh si dia tu. Selama lebih sejam butoh aku berkubang dalam buritnya. Akhirnya aku pancut air mani aku ke dalam perutnya. Oleh kerana terlalu geram, maka amat banyak air benih itu aku taburkan ke dalam sarang buntingnya yang tengah subur itu. Tiba-tiba terdengar suara maknya masuk dari dapur ke ruang tamu. Kelam kabut dia bangun memperbetulkan kainnya. Nasib baik aku dah selamat tembak kesemua air mani ku ke dalam kemaluannya. Puas betul rasanya bila dapat selesaikan persetubuhan di dalam keadaan yang serba tidak selamat.
Bila maknya datang dia pun segera ke dapur. Maknya duduk di hadapan aku dengan membelakangi dapur. Aku berbual dengan maknya buat seketika. Perlahan lahan anaknya dia muncul dari dapur. Kali ini dia berkeadaan tanpa seurat benang di tubuhnya. Terkebil-kebil biji mata ku mengkagumi keberaniannya. Tapi maknya sedikit pun tak nampak perbuatan anaknya itu sebab ianya berlaku di belakangnya. Aku lihat pada kemaluannya dah penuh diselaputi air mani aku yang berwarna pekat keputihan. Tak kurang juga banyaknya yang dah melimpah ke pangkal pehanya. Dengan penuh bangganya dia mempamirkan hasil penzinaan yang baru saja selesai kami lakukan tadi. Tanpa menoleh ke belakang, maknya bersuara menyuruh anaknya mengangkit kain di jemuran belakang rumah. Selamba aje anaknya menjawab persetujuan untuk melakukannya.
Masa tu berdebar jantung ku takut kalau kalau maknya menoleh ke belakang. Anaknya pun segeralah bergerak ke arah pintu belakang. Tiba tiba talipon berdering dan segera diangkat oleh maknya. Sementara berlangsungnya perbualan talipon, aku memohon izin untuk ke bilek air di dapur sana. Tujuan aku yang sebenarnya hanyalah untuk memerhatikan tingkah laku anaknya. Bila sampai saja di dapur aku lihat kain batik dan baju anaknya masih lagi terperap di atas lantai. Segera aku bergerak menuju ke pintu dapor yang memang dah ternganga itu. Perlahan lahan aku mengintai ke luar. Memanglah budak tu sedang mengangkit kain jemuran di belakang rumahnya. Dia berdiri mengadap ke arah aku. Tapi selamba aje dia melakukan kerja itu di dalam keadaan bertelanjang bulat. Secara kebetulan pulak, tak berapa lama kemudian lalulah seorang hindu penjual roti. Aku teka sudah pasti budak itu segera berlari masuk ke dalam rumah kerana malu. Tapi sangkaan aku ternyata tidak tepat.
Dia masih lagi selamba buat kerja di situ dengan menghalakan belakangnya ke arah si penjual roti. Si roti itu pula bukan main seronok lagi dapat tengok tubuh budak melayu yang serba putih melepak itu. Tapi dia cuma dapat tengok bahagian belakangnya saja. Seberapa hampir, dia pun parkinglah motosikalnya di situ. Jaraknya tak sampai 10 kaki dari kedudukan aku. Dengan budak perempuan itu pula tentulah lebih dekat lagi. Segala pelusok bahagian belakang tuboh bogel budak perempuan itu dapat ditontonnya dengan amat jelas. Tak lama kemudian si cantik manis yang berbogel itu beraleh posisi. Dia berdiri mengadap si penjual roti tersebut. Dia seolah oleh sengaja nak mempamirkan tetek dan kemaluannya pada pada lelaki berkenaan. Mata lelaki itu jelas tertumpu pada celah kangkang budak tu. Cukup minat dia melihatkan ketembaman setampuk tundun yang tak berbulu itu. Malahan kegeraman dia semakin ketara bila mana dia dah mula mengeluarkan butohnya sendiri. Batang yang hitam legamnya itu memang sudah jelas terpacak keras. Dari gaya keadaan tersebut aku agak dah tentu sekarang kurangnya seminggu batang itu tidak diservis. Apa lagi, butoh yang keras itu pun mulalah dihayunnya dengan tangan sendiri.
Budak perempuan itu pulak tercegat berdiri melayan pandangan ke arah batang hitam yang tidak bersunat itu. Mungkin dia berminat pada keadaan kepala butoh itu yang menyelinap keluar masuk melalui kulit yang tidak berkhatan itu. Kepala butoh hindu yang sepanjang dua gengam tangan itu semakin pantas dihayun. Kegeraman nafsunya cukup tercuit dengan keadaan kemaluan perempuan melayu itu. Mana tidaknya, burit itu masih lagi penuh berselupur dengan kesan kesan air mani aku yang serba memutih. Segala bukti yang terpalit di celah kangkang budak itu adalah jelas menunjukkan bahawa dia baru saja selesai melakukan persetubuhan.
Si penjual roti itu sudah pasti beranggapan bahawa kemaluan si cantik rupawan itu memang dah selalu menjadi sarang bagi memenuhi desakan butoh beberapa orang lelaki. Aku lihat kepala butohnya dah mula berkilat kilat untuk meledakkan air mani. Dia melakukan beberapa langkah ke hadapan dan berhenti betul-betul di tepi pagar. Sambil melangkah, seluar yang dipakainya terlucut hingga ke pergelangan kakinya. Maka berbogellah juga si penjual roti itu dari paras pinggang ke bawah. Masa tu hanya jarak 3 kaki sahaja di antara dia dengan budak perempuan tu. Aku tau tujuannya untuk mendekatkan jarak ialah untuk memandikan budak telanjang itu dengan hujan air maninya nanti. Tak berapa lama kemudian mulalah bersembur-sembur terbitnya pancutan air mani dari butoh yang tak berkhatan itu.
Budak perempuan itu pula masih lagi selamba aje berdiri di tempatnya. Apalagi, alamat ratalah tubuh bogel itu kena simbah dengan air mani hindu tersebut. Lelehan tompok tompok yang serba keputihan penuh terpalit kat muka dan dadanya. Bibir merkah delima budak itu pun juga turut sama terkena semburan peluru nafsu si penjual roti itu. Bukan main puas lagi hatinya dapat pekenakan lancapan yang sebegitu rupa ke atas seorang jelitawan melayu. Tak berapa lama kemudian dia pun beredarlah dari situ. Aku pun masuk semula ke dalam ruang tamu. Masa tu si maknya baru saja meletakkan gagang talipon. Aku pun duduk kembali di atas sofa dan meneruskan perbualan dengan maknya.
Sambil berbual aku nampak anaknya mucul dari dapur dengan membawa sebakul kain yang baru diangkitnya tadi. Berdebar jantung aku bila melihatkan keadaannya masih lagi telanjang. Kali ni lebih teruk lagi. Sekarang bukan saja kangkangnya yang penuh dengan kesan air mani, tapi kat muka dan dadanya pun sama juga. Mujurlah ketika itu maknya sedang rancak berbual dengan aku. Jadi dia langsung tak berkesempatan untuk menoleh ke belakang. Si anaknya pula berbogelan aje di belakang maknya dan terus mendaki tangga menaiki tingkat atas.
Tak berapa lama kemudian aku pun meminta diri untuk pulang. Lepas peristiwa itu, adalah beberapa kali aku datang menjengok semula ke rumah tersebut. Bila dia datang menyambut aku kat pintu pagar dengan memakai T-shirt singat dan berkain batik, kat situ jugalah aku lucutkan kain batik yang dipakainya. Lepas itu barulah aku pimpin tangannya dan terus masuk ke dalam rumah. Bila air mani aku dah penuh bertakung di dalam perutnya barulah aku pulang.
By_lanmaxtremesblog
530 notes
·
View notes