#tenda kemah tahan air
Explore tagged Tumblr posts
Text
QUECHUA MH100 Fresh & Black Tenda Camping 3 Orang
QUECHUA MH100 Fresh & Black Tenda Camping 3 Orang QUECHUA MH100 Fresh & Black Tenda Camping 3 Orang Baru pertama kali camping? Desainer kami mengembangkan tenda Fresh&Black untuk 3 orang yang sederhana dan mudah didirikan. Untuk memberikan kenyamanan ekstra saat Anda tidur dengan menjaga suasana di dalam tetap sejuk dan gelap. Berkat struktur kubah free-standing, tenda ini dapat dipindahkan…
View On WordPress
#decathlon#Jual Quechua Mh100 Original Terbaru#Jual Tenda Camping Quechua Terbaik#jual tenda kemah di tangerang#jual tenda QUECHUA MH100 di tangerang#jual tenda QUECHUA MH100 Fresh & Black#QUECHUA MH100 Fresh & Black Tenda Camping#QUECHUA MH100 Fresh & Black Tenda Camping 3 Orang#QUECHUA Tenda camping- MH100#tenda anti bocor#Tenda Camping#Tenda Camping - Decathlon#Tenda Camping 3 Orang#tenda camping portable#tenda kemah#Tenda kemah MH100#tenda kemah tahan air#tenda peraktis#tenda piknik
0 notes
Text
Bertahan di Pulau tidak berpenghuni (2)
(Hoga--saya--koeching)
Sore itu setelah mengelilingi pulau Buol, kapal ukuran sedang berlabuh, mereka masyarakat Ogomoli keturunan Sangir yang sedang berburu ikan untuk hari natal nanti. Setelah bersih-bersih di area kemah kami, mengingat pulau ini begitu banyak menerima kiriman sampah dari kota, saya lanjutkan dengan snorkeling dan membuat istana pasir bersama Hoga. Mereka memberikan kami sedikit minyak tanah untuk membakar kayu sebab nanti malam banyak sengit, sejenis serangga, yang keluar dari pasir dan menggigit. Mereka juga menawarkan kapalnya untuk kami tumpangi pulang besok subuh, namun kami menolak karena terlalu cepat.
“Eh, lama juga ya perjalanan karir kita kalo nggak lulus tugas belajar.” Kata Hoga sembari memainkan pasir dan membentuk imajinasinya.
“Entahlah, jangan bahas yang berat-berat uy.” Celetukku.
Sinar matahari terbenam di pulau Buol dipenghujung tahun 2016 begitu menakjubkan, yang sedihnya, hanya kami berdua yang menikmati. Air laut surut, kami menyiapkan makan malam sebelum hari benar-benar gelap dan membiarkan kamera iPhone baruku merekam video timelapse.
Malamnya kami menyalakan api unggun dari kayu-kayu kering yang sudah kukumpulkan, nelayan Ogomoli turut meramaikan selat kecil antara pulau Kabetan dan Buol. Perkampungan di Kabetan tampak begitu sepi di seberang, cahayanya redup bagaikan tiga ekor kunang-kunang. Kota Tolitoli nun jauh disana juga bercahaya, sinarnya cukup untukku. Mungkin bagi teman-teman yang lahir dan tumbuh di kota besar, cahaya itu belum cukup terang untuk meramaikan malam yang sepi.
Hoga tidur lebih dulu setelah bosan dan kehabisan topik bercerita denganku. Sementara saya masih memandangi api yang bersiap-siap menjadi bara. Pikiranku masih melayang-layang, malam ini terasa hangat tanpa angin yang berhembus, kuputuskan untuk tidur diluar saja beralaskan matras dan berselimut sleeping bag. Sejujurnya suara hewan-hewan malam cukup menakutkan, untungnya kucing-kucing yang dibuang pemiliknya ke pulau ini ikut tertidur disampingku.
Keesokan harinya kami putuskan untuk snorkeling lagi, setelah itu sarapan pagi. Kami belum berberes untuk pulang, sementara beberapa katinting lewat begitu saja, lumayan banyak sehingga kami pikir mudah saja untuk pulang. Namun setelah melewati beberapa jam dan kami berbenah untuk pulang, perahu nelayan sudah jarang. Ada sesekali dan kami melambaikan tangan, melompat-lompat, berteriak namun mereka seperti tidak melihat kami sama sekali. Besok masih libur, tapi kami sudah bosan, apalagi cuma berdua. Semua sudah dicerita.
Menjelang siang dari kejauhan terlihat awan hitam besar dan melingkar, angin tiba-tiba bertiup kencang. Badai akan datang, badai akan datang. Kami memasukkan semua barang ke dalam tenda, lalu menguatkan tali, kami segera masuk ke dalam, benar saja hujan deras dan angin kencang seakan ingin menerbangkan kami.
Satu jam kami menunggu hingga hujan reda dan angin bisa menenangkan dirinya sendiri. Cuaca berubah jadi cerah, saya memutuskan untuk jalan-jalan sendiri, setelah merasa sudah terlalu bosan bicara dengan Hoga. Tiba-tiba ada nelayan yang merapat, sayangnya dia baru saja ingin melaut dan pulang besok siang.
Sore hari Hoga sudah tidak tahan, kami mencari sinyal untuk menelpon pak Nurdin di pulau Kabetan. Beberapa kali gagal, akhirnya diangkat juga.
“Aduh. Ombak lagi kencang, sudah mau malam.” Jujur saja kami tidak mau lagi bermalam, meskipun logistik masih ada, namun kayu-kayu untuk dibakar basah semua, dan tidak ada lagi sesuatu yang menyenangkan untuk dibahas, kecuali kami sudah kembali dan membahas perjuangan hari ini yang tidak semenyenangkan seperti kemarin.
“Ini ada pak kumis, tapi dua ratus ribu, tapi... pakai katinting.” Kamipun mengiyakan.
Perjalanan pulang begitu menegangkan, ombak yang besar, katinting yang kecil, kami basah-basah dan hari sudah hampir gelap, setelah satu setengah jam perjalanan yang mendebarkan, tepat adzan magrib kami tiba di Tanjung Batu. Sementara pak Kumis langsung kembali lagi ke pulau Kabetan, sebuah perjuangan hidup. Saya melambaikan tangan perpisahan dan berterimakasih.
2 notes
·
View notes
Photo
Tenda Camping IDR 578.800 Berat : 2.5kg J7RSE6SBL0 Terbuat dari bahan material kain 210D oxford yang berkualitas. Tahan terhadap air dan cuaca panas, tidak mudah sobek, memiliki berat yang ringan sehingga mudah dibawa kemana saja. Tenda ini memiliki berat hanya 1.85 kg. Order via WA : 089666022005 #tendacamping #tendacamp #tendacampinglipat #tendakemah #kemah #berkemah #naikgunungindonesia #pramuka #pecintaalam #mapala #dirumahaja #tetapdirumah #belanjaadabonusnya https://www.instagram.com/p/CCmdz1JFjwE/?igshid=6vw4bj9eslph
#tendacamping#tendacamp#tendacampinglipat#tendakemah#kemah#berkemah#naikgunungindonesia#pramuka#pecintaalam#mapala#dirumahaja#tetapdirumah#belanjaadabonusnya
0 notes