#temanbincang
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sedikit penggalan cerita tentangmu
Aku bangga memiliki Papap. Semua pengalamannya yang membuat aku semakin bangga sekaligus sedih, karena belum bisa berbuat banyak untuk membuatnya bahagia dan bangga.
Papap sering sekali cerita tentang masa kecilnya, masa sekolah, masa kuliah, yang penuh dengan perjuangan. Perjuangan di bidang akademik, finansial, dan juga kehidupan.
Tadi malam, pertama kalinya aku mendengar cerita papap tentang masa SMP nya. Yang mana, setiap hari haru bangun jam 4 untuk menyiapkan barang-barang dagangan nenek di pasar, membuat sarapan buat keluarga, berangkat sekolah jam 6, hingga pulang sekolah yang harus belanja barang dagangan sendirian dari kota buat kembali ke pasar. Suatu ketika banyak yang menghinanya, mencibir angkot yang ditumpanginya, hanya karena tepung barang dagangan yang papap bawa membuat kotor angkot.
Aku ga bisa menahan air mata. Sedih dan bangga kepada papap. Aku yang dibahagiakan olehnya, dididik dengan kasih sayang dan kenyamanan. Jauhhhh sekali dari cerita-cerita yang seperti papap ceritakan.
I do love you, Pap. What can i do without you..
2 notes
·
View notes
Text
Hari ini begitu banyak hal yang dilakukan. Awalnya merasa biasa saja. Lama-kelamaan merasa sangat lelah. Padahal hal-hal yang dilakukan pun atas keputusan diri dan hal-hal yang biasa dilakukan sehari-hari. Tidak ada yang meminta, bahkan menyuruh melakukan dengan paksa.
Menjelang malam, mencoba refresh dari segala aktivitas. Hanya berselancar di media sosial, hingga terhenti pada postingan yang membuat hati bergetar.
Seperti ditampar. Lalu mengambil jeda untuk berpikir dan merasa. Selalu ada kasih sayang Allah diantara segala hal yang menimpa diri. Termasuk yang tidak sengaja terdengar, tidak sengaja terlihat, dan tidak sengaja terasa.
Oh Rabb..
Mampukan kami memenangkan diri atas kebenaran dan kebaikan. Terhindar dari bisikkan yang melemahkan iman. Mahir bersyukur dan peka dengan hikmah dibalik kasih sayang-Mu.
2 notes
·
View notes
Text
Curhat Hikmah
Kejadian mogok mobil kemarin itu mengajarkan banyak hal. Tak disangka, sebuah kejadian tidak meng-enak-kan yang bisa dibilang musibah, namun akhirnya terasa berarti dan membekas.
Ketika sudah beberapa kali Kami mencoba untuk menyalakan mobil, sampe-sampe kunci mobilnya patah guys :( gimana ga makin panik kan? Tapi, tetep berusaha keep calm, senyum, cari solusi.
"Yang, kita ke toko besi depan dulu aja yuk. Cari lem biar kuncinya bisa bener lagi." ajakku sambil mendinginkan pikiran. Alhamdulillaah nya ada, dan kunci bisa utuh kembali.
Menuju ke mobil lagi, coba nyalain lagi, sampe ada bapak-bapak yang nyamperin kami dan bilang,
"Kayaknya itu aki mobilnya Mas yang soak, jangan dipaksain terus nanti takutnya makin ga bisa nyala. Mendingan minta didorong aja, nanti coba di nyalain lagi (dipancing gitu deh)."
Akhirnya dengan bantuan tukang parkir dan bapak-bapak yang lagi jajan duren, mobil kami didorong. Qodarullah-nya jalan raya di sana itu jalan turunan. Sampe beberapa meter ke depan, suamiku coba nyalain lagi, lagi, dan lagi. Hasilnya nihil. Ga ada suaranya sama sekali. Aku lebih panik ketika di jalan turunan, mobilnya melaju hanya mengandalkan rem aja huhu.
Sampai nemu pom bensin, kami memutuskan untuk belok dan berhenti di sana. Suami mencoba mencari bengkel yang bisa dipanggil ke lokasi. Aku udah hampir menyerah, ingin telpon orangtua aja. Tapi kata suamiku, cari dulu aja ya.
Saking paniknya aku, bantu nyari kontak bengkel, pas nemu, langsung aja telpon kontaknya. Ga diliat dulu jaraknya, ternyata 15 km dari lokasi kami. Tapi bapaknya baik banget, mau kontak temennya yang punya bengkel di deket lokasi kami. Lumayan agak tenang, dan kamipun menunggu.
30 menit berlalu. Aku semakin pasrah, karena bapak bengkel tak kunjung datang. Aku udah saranin suami buat telpon orangtua, biar dianterin orang buat bantu atau ganti mobil atau alternatif lainnya. Itu nunggu di pom bensin dari jam 11 sampai jam 12.30, puanasnyaaaa pol. Tapi suamiku tetep bilang,
"Tunggu ya, sampai 12.30 aja. Kalo jam setengah satu belum dateng juga, nanti kita coba telpon bapak di rumah." Sautnya, menenangkan aku.
Baru aja selesai bilang gitu, setelah kami sudah sama-sama pasrah, datanglah bapak bengkel bersama asistennya. Suamiku menyampaikan keluhan mobilnya, bapak bengkel melihat mesin, lalu meminta suamiku menyalakan mobilnya.
Brrrmmmmm....
Nyalaaaa guys!!
Kami tertawa bersama. Aku sambil geleng-geleng kepala, "yaampunnnn kamu centil bangetsiii mobil, maunya dipegang dulu sama dokternya, sekarang langsung nyala".
"Udah biasa yang kayak gini mah, kayak kemarin temen saya juga di Subang mogok sampe dianya naik kendaraan umum saking ga bisa nyala sama sekali. Pas saya cek ke sana besoknya, sekali starter langsung nyala." Kata bapak bengkel.
"Pokonya yang penting, kalo ada masalah tu jangan langsung panik. Santai aja. Diemin dulu, makan dulu, istirahat dulu, jangan dibawa panik. Makin panik ya makin ga bisa. Dibawa santai aja, santai." Lanjutnya sambil menguatkan sesuatu yang longgar di cup mesin mobil kami.
Betapa sederhananya kalimat yang bapak bengkel sampaikan. Namun maknanya jauh menusuk ke dalam pikiran dan hati kami.
Hari itu, kami belajar dari Pak Nadim (nama bapak bengkel). Tentang menghadapi masalah, tentang bersabar, tentang berikhtiar, dan tentang hakikat rezeki.
Kalo diingat-ingat lagi, tentang toko besi depan mobil kami yang mogok, tukang parkir dan bapak-bapak yang baik mau dorong mobil kami, mogok di jalan turunan, deket pom bensin, dihantarkan Pak Nadim. Itu tidak mungkin sekedar kebetulan. Ada kasih sayang Allah di sana.
Masyaa Allah..
"Musibah itu manis, bila kita menemukan hikmah dari musibah tersebut, dan kita sadar bahwa nikmatnya jauh lebih banyak.” - Gelora Hijrah.
2 notes
·
View notes
Text
Mengapa selalu merasa kecewa, sedangkan harapan besarmu disandarkan pada yang tak semestinya?
Jangan langsung membenci kepada orang yang membuatmu kecewa. Karena bisa jadi, kitalah yang salah menggantungkan harapan sejak awal.
1 note
·
View note
Text
Katanya, Basa-Basi
Banyak pertanyaan basa-basi yang terkadang bukan menjadi perekat. Malah menjadi luka yang mendalam.
Ada hal-hal pribadi yang sangat sensitif jika dibahas. Ada hal-hal prinsip yang sulit jika diceritakan. Ada hal-hal yang bukan ranah diri untuk menjawab juga menjelaskan.
"Eh ko masih sendiri aja?"
"Kenapa belum menikah?"
"Makin gendut yaa sekarang."
"Udah lama nikah ko belum punya anak?"
"Anaknya ko belum bisa ngomong?"
Masih banyak cara lain yang lebih nyaman untuk membuka perbincangan, membangun kedekatan, dan menciptakan kebahagiaan.
1 note
·
View note
Text
Kasih sayang bisa berbagai macam bentuknya. Mulai dari peluk cium, belai manja, hingga cerewet, protektif, banyak aturan. Semua adalah kasih sayang, jika kita bisa melihat dari semua sisi. Kadang memang waktu dan caranya yang bisa saja kurang tepat.
Si pemberi mengungkapkan kasih sayangnya dengan apa-apa yang hanya dia yakini benar. Ketika si penerima melihatnya di waktu yang kurang tepat, atau di cara yang kurang pas. Lalu muncul pikiran, "Ga ngerti bangetsih, kamu emang ga sayang ya. Kamu cuma sayang sama dia."
Di waktu yang lain, si pemberi merasa sudah menumpahkan segala bentuk kasih sayangnya. Padahal, si penerima tidak merasa itu bentuk dari sebuah kasih sayang.
Keduanya bisa jadi memang salah. Si pemberi yang salah membaca waktu, dan memilih cara yang sesuai. Si penerima yang salah melihat dengan harapannya yang tak bertuan.
Alangkah indahnya, jika keduanya mau bertemu, berbincang bersama, sampaikan kasih sayang dari hati ke hati. Seperti apa yang diinginkan, seperti apa yang dibutuhkan. Karena, ukurannya tidak sama. Antara kita dan orang lain.
1 note
·
View note
Text
Untukmu yang dipilih oleh-Nya
Kita tidak bisa memilih, sayang yang tumbuh kepada siapa. Ketulusan pun hanya bisa diberi kepada yang berhak menurut sang hati. Lalu, siapapun yang memberikan sayangnya dengan tulus kepada kita, jelas hati kita akan merasa. Karena segala yang berasa dari hati akan sampai ke hati.
Seperti halnya, segala sesuatu yang memiliki pasangannya masing-masing. Kita tidak bisa memaksakan untuk mendekatkan diri sebesar apapun, jika memang bukan pasangannya, tentu sulit untuk bersatu. Pun sebesar apa kita berusaha menjauh, jika pasangannya, kelak akan kembali lagi.
Terima kasih untuk semua yang masih membersamai aku hingga saat ini. Semoga kasih sayang tulus kalian, Allah balas dengan kebahagiaan, keberkahan, juga keselamatan di dunia dan akhirat. Lopyuuu 💛
1 note
·
View note
Text
Dalam
Cuman gitu doang.
Ih apasi, gitu aja ko.
Dia mah gitu, baperan.
Pernahkah kita berpikir, hal-hal yang mungkin bagi kita 'sepele' padahal bagi orang lain itu dampaknya sangat membekas? Bahkan melukai hatinya, pikirannya, yang sedang sulit untuk berdiri dari luka-luka lamanya?
Perasaan seseorang pasti berbeda-beda. Tingkat merasanya pun jelas berbeda. Lalu dengan mudahnya kita berbicara seperti kalimat-kalimat di atas.
Jangan sampai kita keras hati, hanya karena menganggap hal-hal yang menimpa orang lain adalah hal yang sepele. Karena kita tidak pernah tau kondisi orang lain yang sebenarnya. Bisa jadi dia sedang banyak masalah, sedang sulit meningkatkan motivasi hidupnya, sedang putus asa, atau hal lainnya.
Kita perlu bijak. Bersikaplah kepada orang lain, seperti apa kita ingin diperlakukan olehnya.
1 note
·
View note
Text
Sesederhana Berbincang
Kejadian kemarin malam ternyata belum sampai pada rilisnya. Masih tetap merasa ada yang mengganjal di hati. Hingga pada saat mau tidur, aku berbincang-bincang dengan suami. Apa yang aku lakukan dan rasakan seharian. Memang suamiku seminggu ini lagi dapet jadwal padat di IGD. Jadi baru punya waktu untuk bener-bener ngobrol, our time, karena pola tidur kami yang berbeda.
Setelah ngobrol kesana kemari. Suamiku bilang,
"Bisa jadi karena kita jarang nyempetin ngobrol khusus cerita-cerita aktivitas seharian. Karena aku juga pulang dari RS pasti cape, ngantuk, tidur, bangun makan, siap-siap pergi lagi. Mungkin rasanya jadi menumpuk dan ga ada ruang buat disalurkan."
Seketika aku menganggukkan kepala.
"Iyaaaaa, aku cuma butuh cerita ya kayaknya. Karena sebetulnya aku melakukan hal-hal yang sama aja dengan hari-hari biasanya. Selama melakukannya juga aku biasa aja, ga ngedumel ga bete. Tapi setelahnya merasa sangat lelah dan sedikit baper. Ga percaya diri, mikir kemana-mana."
Betapa pentingnya waktu untuk berbincang-bincang. Sekedar bercerita apa yang terjadi, merespon perasaannya, dan merilis emosi yang tersimpan.
1 note
·
View note
Text
Memilah
Hidup itu benar-benar fluktuatif. Naik turun bersama ujian, hati, pikiran, terutama iman. Bagaimana kita belajar untuk terus memompa semangat terhadap komitmen diri. Terus ingat tujuan akhir. Memupuk lingkungan, memilah yang positif dan berdampak menguatkan.
Tidak sedikit apa yang dilihat, didengar, dirasa, adalah hal-hal yang berdampak melumpuhkan. Bisa datang dari mana saja. Tugas kita yaaa memilah dan memutuskan. Mana saja yang mau kita lihat, dengar, rasa. Karena kita perlu bertanggung jawab terhadap diri kita. Dampak dari input itu seperti apa untuk kita, tentu diri kitalah yang lebih tau. Tentunya, kita punya hak akan hal itu.
Aku ingin belajar untuk bersikap 'masa bodo'. Namun seringnya, masih saja terlarut dalam pikiran-pikiran yang melemahkan, karena kurang memilah input. Akulah yang memutuskan untuk terlarut, mengulang-ulang apa yang ada dalam pikiran dan perasaan. Hingga harus terus memompa semangat secara berkala. Berusaha tumbuh kembali.
Sekarang saatnya, memilah, ambil sikap, dan memutuskan. Karena kitalah yang bertanggung jawab atas diri kita. Bukan orang lain.
Setelah menulis ini, siap-siap dengan validasi yang Allah berikan. Ohh Allah..
1 note
·
View note
Text
Terkadang, hanya perlu melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bahkan melihat dari berbagai arah. Sehingga tidak terus-menerus menjadikan diri sebagai "korban" dari segala hal yang terjadi. Terus bersedih, terus kecewa, terus merasa yang paling tersakiti. Terpuruk dalam pikiran negatif yang diputar berulang-ulang oleh diri sendiri. Tidak akan membuat masalah yang datang pun menjadi pergi. Hadapi, jalani, cari solusi, serahkan hasilnya pada Illahi. #dariaciuntukaci
Pict: source Instagram @pintuhijrah.id
1 note
·
View note
Text
Aku pernah berada pada kondisi sangat insecure. Dimana semua yang aku dengar menjadi menakutkan. Semua kemungkinan terburuk menjelma, ditepis oleh kesadaran, lalu muncul kembali dan terngiang-ngiang.
Diamku menjadi rumah bagi hal-hal buruk dalam pikiran. Semakin lama semakin aku diperbudak. Menangis, tidak percaya diri, gelisah, dan hampa.
Ternyata benar, sendiri itu melemahkan. Ketika aku membuka diri, mengungkapkan apa yang aku rasakan kepada suami, membuat semua jauh lebih ringan. Dibantu mengelola perasaan dan pikiran, healing emosi yang sudah tertumpuk lama. Sampai pada titik,
"Ayo, produktif lagi. Cari kesibukan yang membangun, yang bisa dimaksimalkan dari rumah. Kasian potensimu menjadi tumpul. Sambutlah kegelisahan itu dengan peran terbaikmu. Diam hanya akan menjadikan pikiran semakin liar. Jika bukan kita yang mengaturnya, maka kitalah yang akan diatur olehnya." ucap suamiku setelah kami berdiskusi.
Kalimat itu menjadi pemantik semangatku. Ternyata selama ini aku terlalu fokus pada hasil, dan lupa untuk menikmati proses. Sekalinya hasil tidak sesuai harapan, langsung merasa tidak berdaya. Lupa dengan proses yang bisa dikembangkan lagi.
Kadang, perlu merasa jatuh dahulu untuk bisa melambung lebih tinggi. Seperti bola yang memantul.
1 note
·
View note
Text
Begitu banyak orang yang mengalami depresi, karena perkataan dan perlakuan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab! Tak jarang mereka adalah lingkaran terdekatnya. Lalu mereka berkata "cuma bercanda" dan "gitu aja baper".
Hey!! Sungguh.. Apakah hatimu masih hidup? Sekedar hanya merasa empati, jika kamu berada diposisi sebaliknya?
Aku tak habis pikir. Perbuatan bully dan pelecehan seksual bisa dianggap "sepele" seperti halnya konsumi konten tawa.
Yuk berani bicara!
Yuk berani cerita!
Kamu memiliki hak hidup tenang nyaman. Sabar bukan berarti hanya berdiam. Kebenaran dan kebaikan perlu ditegakkan. Hingga orang-orang yang tak bertanggung jawab itu dipaksa untuk mau berpikir dan jera dengan kejahatannya!
0 notes
Text
Ambilah jeda.
Menyendiri atau berkelana ke tempat sesukamu.
Menepi dari tekanan lisan dan perbuatan.
Tak apa, itu baik untukmu.
Agar lebih mampu memahami.
Apa-apa yang telah, sedang, dan akan kau tuju.
Untuk siapa lelah itu,
Untuk apa lelah itu,
Untuk apa masih berdiri di tempat yang sama.
Seperti sebuah kalimat, yang dapat kita pahami.
Dapat kita baca.
Karena adanya jeda diantara kata.
Maukah kau mengambil jeda bersama?
0 notes
Text
Bahagia
Semua orang pasti menginginkan kebahagiaan. Bahkan, banyak diantaranya yang memiliki keinginan untuk bisa membahagiakan banyak orang atau semua orang. Namun, kenyataannya kita tidak pernah bisa membahagiakan semua orang.
Ternyata kebahagiaan itu bisa kita bentuk, bisa kita buat, dan kita bagikan. Asalkan, kita sendiri dahulu yang merasa bahagia. Lalu kebahagiaan yang kita miliki, bisa kita bagikan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Tanpa kita meminta atau memaksa mereka harus bahagia.
Kita sering terlalu fokus terhadap orang lain, lalu mengabaikan perasaan diri. Sehingga ketika kecewa atau bersedih, rasanya dikalikan dua dengan milik diri. Namun jika sebaliknya, kita tetap memiliki satu kebahagiaan. Tentu perlu dengan cara yang benar dan baik. Bukan hanya egois semata.
Materi Tujuan Berkomunitas dari Bunda Septi di Grup Orientasi Kelas Komunikasi Ibu Profesional sangat membakar semangatku. Berawal dari kegelisahan seorang ibu rumah tangga yang ingin belajar. Sama seperti aku, ingin menjadi istri yang utuh untuk suamiku, ingin menjadi ibu yang utuh untuk anak-anakku, namun bukan hanya sekedar istri dan ibu yang hanya menjalani rutinitas seperti banyak orang. Lebih dari itu. Istri dan ibu yang senantiasa banyak belajar, mengupgrade kapasitas diri, mampu mendidik dan membersamai dengan ilmu yang dinamis. Taat dengan langkah, Merdeka dengan cara, juga untuk mimpi-mimpi lainnya..
Kebersamaan dalam kebenaran adalah Kekuatan.
0 notes
Text
Antara Mau dan Mampu
Tak perlu menunggu bisa untuk mau melakukan. Tak perlu menunggu sempurna untuk bisa melakukan. - Ashriati
Terkadang, seringnya Kita hanya mengukur kapasitas diri tanpa diimbangi keyakinan pada diri itu sendiri. Bagaimana penilaian terhadap diri lebih rendah dari kemampuan yang bersembunyi.
Hal-hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan bisa dilakukan dengan benar. Tanpa sadar, kita telah melewatinya. Hingga bisa berada pada titik saat ini.
Bahwa benar adanya. Ketika kita mau, Allah akan kasih mampu.
Ingin dulu. Baru akan ada tindakan nyata.
Selamat berkarya. Dimanapun, kapanpun, dalam bentuk apapun. Berkarya dan menjadi diri sendiri.
0 notes