#srikandi aceh
Explore tagged Tumblr posts
metroaceh · 3 months ago
Text
Srikandi Golkar Siap Menangkan H Mukhlis-Razuardi
BIREUEN|METRO ACEH-Ratusan Srikandi Partai Golkar menyatakan komitmen untuk memenangkan pasangan H Mukhlis ST dan Ir H Razuardi MT, dalam bursa pilkada 2024 ini. Hal itu terungkap saat temu ramah yang digelar di posko pemenangan paslon nomor urut 3 itu, Minggu (29/9) sore. Dalam pertemuan yang berlangsung penuh keakraban itu, H Mukhlis menyampaikan apresiasi kepada para Srikandi ini, karena…
0 notes
kabardaily · 1 year ago
Photo
Tumblr media
DPT Didominasi Perempuan, Srikandi Pemuda Pancasila Banda Aceh Gelar Diskusi Publik Pemilu 2024
0 notes
aperofublic · 4 years ago
Text
Mengenal Srikandi bangsa Indonesia dari Aceh.
1 note · View note
jbmnews · 4 years ago
Text
Hj Rizayati Kembali Raih Penghargaan Tingkat Nasional
Hj Rizayati Kembali Raih Penghargaan Tingkat Nasional
JBM.co.id, Jakarta – Setelah sebelumnya telah mendapatkan sejumlah penghargaan, kini Presiden Direktur PT Imza Rizky Jaya Group, Dr (Cn) Hj Rizayati SH MM, kembali meraih penghargaan tingkat nasional. Kali ini pengusaha muda asal Bireuen, Aceh ini, mendapatkan penghargaan Creative Innovative Leader and Professional Champions Award 2021, yang diserahkan oleh Majalah Profil Indonesia, yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
aqilasy · 5 years ago
Text
Mutiara Aceh
Perang nan purna. 
Sebutir mutiara,
gugur mulia.
 (Abstrak)
Cut Meutia tengah berduka. Suaminya, Pang Nangroe, tewas ditembak tentara Belanda dalam peperangan yang terjadi pada 26 September 1910. Namun, kematian sang suami tidak menyurutkan nyali Cut Meutia untuk terus melawan dengan harapan bisa mengusir kaum penjajah dari bumi Aceh Darussalam. Memimpin pasukan yang ditinggalkan suami tercinta, Cut Meutia harus segera melupakan kesedihannya, mengangkat senjata untuk bersiap turun ke gelanggang. Strategi gerilya tetap menjadi tumpuan. Tidak semestinya menyerang terang-terangan jika tidak ingin mati konyol karena Belanda nyaris unggul segala-galanya. Terlebih lagi, kekuatan Cut Meutia tergerus lantaran tidak sedikit anak buahnya yang terpaksa menyerah sepeninggal Pang Nangroe. Dengan daya yang tersisa, Cut Meutia tetap melawan kendati dalam kondisi yang serba terbatas. Tanggal 24 Oktober 1910, tepat hari ini 108 tahun silam, atau hampir sebulan setelah kematian suaminya, Cut Meutia terkepung di pedalaman rimba Aceh sisi utara. Bersama sejumlah pengikut yang masih setia, ia berupaya bertahan dengan sepucuk rencong di tangan. Dalam situasi mencekam itu, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan. Tiga kali suara letusan, tiga butir peluru pula menerjang raga Cut Meutia: dua terkena badan, satu menembus kepala. Tubuh wanita pemberani itu ambruk memeluk alam. Cut Meutia gugur di medan laga.
(Orientasi) Cut Nyak Meutia dilahirkan di Keureutoe, Pirak (Perlak), Aceh Utara, pada 1870 dari pasangan suami istri Teuku Ben Daud Pirak dengan Cut Jah. Belum diketahui waktu tepatnya ia membuka mata untuk pertama kali. Meutia lahir tiga tahun sebelum pecahnya perang Aceh-Belanda. Maka, sejak kecil Cut Meutia sudah amat akrab dengan nuansa pertempuran. Perang Aceh ternyata berkecamuk sangat lama, dimulai pada 1873 dan berlangsung hingga lebih dari tiga dekade kemudian. Sepanjang hidupnya, Cut Meutia telah menikah tiga kali. Ia berparas sangat cantik dan anggun. Namanya begitu menggambarkan dirinya yang bak Mutiara. Kata meutia sendiri dalam bahasa Aceh memang bermakna “mutiara”. Perkawinan pertama Cut Meutia terjadi pada 1870 saat ia berusia 20. Ia dijodohkan dengan seorang putra uleebalang bernama Teuku Syamsarif. Dikisahkan pernikahan agung itu dirayakan besar-besaran dalam adat Aceh.  Namun, Cut Meutia kurang bahagia. Suaminya cenderung tunduk terhadap Belanda kendati sebelumnya juga sempat menentang bangsa asing itu. Berkali-kali Cut Meutia mengingatkan sang suami, namun tidak pernah digubris. Bahkan, Teuku Syamsarif kemudian diangkat oleh Belanda sebagai pejabat tinggi dengan gelar Teuku Chik Bintara yang membawahi wilayah Keureutoe. Hal ini membuat hati Cut Meutia terpukul karena suaminya tampak bersuka-cita menerima pengangkatan itu. Cut Meutia memilih pulang ke rumah orang tuanya hingga akhirnya perkawinan mereka dianggap usai lantaran Teuku Syamsarif tidak pernah menjenguk serta menafkahinya. Selepas perceraian itu, Cut Meutia ingin turut berjuang melawan Belanda. Namun, keinginan tersebut tidak begitu saja terkabul karena ia kini berstatus janda. Seorang perempuan yang belum atau tidak bersuami tidak boleh sembarangan berkeliaran.  Maka, Cut Meutia-pun menikah lagi. Calon suaminya kali ini adalah seorang pejuang Aceh bernama Teuku Chik Muhammad yang dikenal pula dengan nama Teuku Chik Tunon. Dari sinilah, kisah perjuangan Cut Meutia yang heroik dan legendaris itu dimulai.
(Komplikasi) Awal abad ke-20 menjadi titik penting bagi Cut Meutia. Tahun 1901, Sultan Alauddin Muhammad Daud Syah menggelorakan semangat rakyat Aceh untuk melawan Belanda yang amat berambisi menguasai Serambi Mekah. Spirit para pejuang di tanah rencong, termasuk Cut Meutia, pun kian terlecut dengan keberanian pemimpin Kesultanan Aceh Darussalam itu. Sejak itulah Cut Meutia dengan setia mendampingi suaminya, Teuku Chik Tunong, berperang. Tidak hanya berperan sebagai pendukung di garis belakang, Cut Meutia seringkali ikut memberikan saran mengenai taktik yang akan digunakan untuk meladeni Belanda. Tercatat, sepanjang tahun 1901, 1902, hingga 1905, Belanda kewalahan menghadapi serangan-serangan sporadis yang diotaki oleh Cut Meutia dan suaminya. Cukup banyak unit senjata, amunisi, dan perlengkapan tempur lainnya yang dirampas dari Belanda. Namun, Teuku Chik Tunong tertangkap pada awal 1905 setelah terjadi insiden yang menewaskan petugas patroli Belanda. Tercatat, suami kedua Cut Meutia itu menjalani hukuman mati pada Maret 1905 di pesisir Lhokseumawe. Sebelum dieksekusi, Teuku Chik Tunong menitipkan pesan terakhir kepada sahabatnya, Pang Nanggroe, dengan mengucapkan kalimat wasiat: “sudah tiba masanya aku tidak terlepas lagi dari tuntutan hukuman. Pada saatnya hari perpisahan kita sudah dekat, oleh sebab itu, peliharalah anakku, aku izinkan istriku kawin dengan engkau, dan teruskanlah perjuangan.”  Sesuai amanat almarhum, Pang Nanggroe lalu menikahi Cut Meutia. Pernikahan ini diperkirakan terlaksana pada 1907. Perjuangan pun dilanjutkan di bawah komando duet Pang Nanggroe dan Cut Meutia yang berkali-kali merepotkan Belanda.
 Penyerangan yang dilakukan oleh Pang Nanggroe-Cut Meutia dimulai dari hulu Krueng Jambo Aye. Daerah ini dijadikan sebagai tempat pertahanan strategis karena merupakan daerah hutan liar. Pada tanggal 6 Mei 1907 pasukan Pang Nanggroe-Cut Meutia melakukan penyerbuan ke pos-pos Belanda yang mengawal para pekerja kereta api. Beberapa serdadu Belanda tewas dan luka-luka bersama itu pula dapat direbut 10 pucuk senapan dan 750 butir peluru serta amunisi. 
Pada tanggal 15 Juni 1907 pasukan Pang Nanggroe-Cut Meutia kembali menggempur sebuah pos di Keude Bawang (Idi), pasukan Belanda mengalami kekalahan dengan tewasnya seorang anggota pasukan, 8 luka-luka dan kehilangan 1 pucuk senjata. 
Pertengahan 1910 di rawa-rawa Jambo Aye, terjadi lagi pertempuran yang sengit, pasukan muslimin melakukan taktik serang dan mundur. Pasukan terus bepindah-pindah sampai ke daerah Peutoe, menyebabkan pasukan Belanda sulit melacak posisi pasukan muslimin. Penyerangan pasukan yang sedang penasaran terus dilakukan dan pada tanggal 30 Juli 1910 terjadi bentrokan senjata di daerah Bukit Hague dan Paya Surien.
Selanjutnya pada Agustus 1910 terjadi penyerbuan pasukan Belanda di Matang Raya. Dalam pertempuran ini, banyak teman setia Pang Nanggroe-Cut Meutia dan seorang ulama syahid. Beruntung Pang Nanggroe-Cut Meutia, anaknya Teuku Raja Sabi, dan beberapa pejuang muslimin selamat dari kepungan pasukan Belanda. Pada 26 September 1910 Cut Meutia kehilangan suami untuk ketiga kalinya. Dalam suatu pertempuran sengit di perbukitan Hague, Aceh Utara, Pang Nanggroe tewas di tangan tentara Belanda. Beruntung, Cut Meutia mampu lolos bersama putranya, Teuku Raja Sabi.
Walaupun Pang Nanggroe sekaligus pemimpin pasukan telah menghadap Ilahi, Cut Meutia tetap melanjutkan perjuangan dan mengangkat senjata. Kematian sang suami membuat beberapa teman Pang Nanggroe akhirnya menyerahkan diri. 
Namun tidak bagi Cut Meutia. Meski dibujuk untuk menyerah, Cut Meutia tetap memilih untuk berperang. Di pedalaman rimba Pasai, Cut Meutia hidup berpindah-pindah bersama anaknya, Raja Sabi, yang masih berumur sebelas tahun. Pada tanggal 22 Oktober 1910, pasukan Belanda mengejar pasukan Cut Meutia di daerah Lhokreuhat. Besoknya (tanggal 23 Oktober 1910) pengejaran dilanjutkan, pasukan Belanda mengejar pasukan Cut Meutia yang berada di pengkolan Krueng Peutoe menuju arah Bukit Paya.  Perjuangan Cut Meutia beserta pasukan muslim lainnya pun semakin sulit akibat kejaran pasukan Belanda. Basis perjuangan terus berpindah-pindah dari bukit ke bukit di tengah hutan belantara Aceh. Pasukan Belanda kian gencar mengejar Cut Meutia hingga akhirnya tempat persembunyiannya pun diketahui. Pada tanggal 24 Oktober 1910, Belanda melakukan pengepungan. Pada tanggal 25 Oktober 1910, pertempuran dahsyat pun tak terhindarkan. Pasukan Cut Meutia dengan semangat jihad fisabilillah maju melawan pasukan Belanda. Posisi Cut Meutia yang tampil di depan dengan rencong terhunus bertempur bagaikan kesatria.  (Resolusi)
Meskipun pasukan Belanda bersenjata api lengkap, hal itu tidak membuat hatinya kecut. Hanya dengan sebilah rencong di tangan, Cut Meutia tetap di barisan terdepan melakukan perlawanan.  Belanda terus mengejar Cut Meutia dan sisa-sisa pengikutnya yang masuk ke hutan belantara. Cut Meutia terkepung. Namun, ia tidak sudi menyerahkan diri kendati harus bertarung sampai titik darah terakhir. Perasaannya justru semakin menyala-nyala untuk tewas sebagai seorang syahid. Dengan mata yang liar dan rambut terurai di kepalanya, ia mengayunkan kelewangnya menyerbu Belanda. Terdengarlah suara tembakan senjata. Tiga butir timah panas dimuntahkan untuk memungkasi hidup sang srikandi Aceh penerus perjuangan Cut Nyak Dien ini. Cut Meutia gugur dalam kemuliaan sebagai kusuma bangsa.
8 notes · View notes
beritarayaidn · 2 years ago
Text
Perkuat Silaturahmi, Pemred Media suaraindependentnews.id Bersama Ketum PPRI Dan Ketum BSI Disambut Hangat Di Kantor Pendam III/SLW
Perkuat Silaturahmi, Pemred Media suaraindependentnews.id Bersama Ketum PPRI Dan Ketum BSI Disambut Hangat Di Kantor Pendam III/SLW
Bandung – Bertempat di kantor Pendam III/SLW Jalan Aceh No. 69 Bandung, pada hari Jum’at, 16 Desember 2022, sekira pukul 14.00 WIB, Pemimpin Refaksi media suaraindependentnews.id Abucek bersama Pimpinan Umum media kabar investigasi nasional.co.id yang juga selaku Ketum DPP Perkumpulan Pemimpin Redaksi Indonesia (PPRI) Ikin Roki’in, SE., MM., Ketum DPP Barisan Srikandi Indonesia (BSI) Dea…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
acehkita · 3 years ago
Text
Ganjar Akan Perjuangkan Srikandi Aceh Pocut Meurah Intan Jadi Pahlawan Nasional
Ganjar Akan Perjuangkan Srikandi Aceh Pocut Meurah Intan Jadi Pahlawan Nasional
BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo akan memperjuangkan srikandi Aceh Pocut Meurah Intan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Pernyataan itu disampaikan Ganjar saat bertemu puluhan mahasiswa berbagai daerah yang tergabung dalam Persaudaraan Antar Etnis Nusantara (Perantara), dan sejumlah warga Aceh yang ada di Jateng pada Selasa (9/11). Momen ini terjadi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
acehimagecom · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Srikandi MPC Pemuda Pancasila Beri Santunan untuk Anak yatim ACEH SELATAN - Srikandi MPC Pemuda Pancasila Aceh Selatan memberi santuan kepada para anak yatim di 16 Gampong yang ada di Kecamatan Tapaktuan, Kamis (29/10/2020).
0 notes
rmolid · 4 years ago
Text
0 notes
tanyoeaceh · 5 years ago
Photo
Tumblr media
AL-FATIHAH UNTUKMU !! . PENJARA !!! . Rutan Lhokga, Aceh besar 2004 Beralaskan tikar diatas keramik ukuran 30 x 30 cream pudar, di sebuah kamuar yang berbentuk ranjang serta kolong dibawahnya difungsikan sebagai tempat tidur bagi para tahanan wanita lainnya, di dalam ruangan 3x3 berwarna cream yang dihiasi dengan coretan-coretan acak yg berisi curahan hati narapidana dalam masa penantian, ruangan ini lengkapi dengan toilet di didalamnya. Tidak ada yang special dengan ruangan ini kecuali sebuah sajadah merah yang terlentang di sudut ruangan, diatasnya tergeletak sebuah tasbih dan yasin tipis kecil yang selalu membersamai pemiliknya dalam setiap kesunyian dan perjuangannya, perjuangan yg tidak menentu arah dengan bahaya yg mengintai di setiap detik kehidupannya. Rumah Tahanan itu terdiri dari dua bagian,khusus untuk tahana wanita dan tahanan pria. Bilik wanita hanya terdiri dari sebuah 8 kamar yg ukurannya variatif, Ia menempati posisi bilik paling ujung, tidak ada tangisan maupun keluhan yg terpancar dari raut wajahnya. Yang ada hanya kegembiran dan semangat yg berapi-api menyemangati narapidana lainya, stasusnya sebagai Tapol (tahanan politik) yang dituduh makar oleh pemerintahan Indonesia yang berkuasa saat itu.Dengan kata lain, dikenakan hukuman kurungan penjara karena tidak sesuai dengan kebijakan politik pemegang tampuk kekuasaan. Bagi narapidana maupun tahanan politik lainnya kehadiran sang Srikandi merupakan sebuah berkah dan kebahagian. Ibarat penolong dalam kesempitan yg mereka hadapi di dalam jeruji besi, datangnya memberi angin segar dengan membaiknya system peraturan rutan(rumah tahanan) kemudian juga membaiknya menu makanan yang dihidangkan untuk tahanan lainnya. . ‘’Menyoe uroe jeh teu hana Bu Cut kamoe agee binatang, dipeulaku dibrie empuen galak-galak awak nyan’’ ungkap salah satu narapidana( Dulu ketika Bu cut belum ada disini kami diperlakukan seperti binatang, diberikan makanan sesuai keinginan mereka). Sekarang kami seperti menjadi manusia seutuhnya makan dengan makanan yang wajar, dan tidak disiksa dengan membabi buta. Bagi sebagian napi wanita penjara ini ibarat neraka mereka dipaksa untuk melayani birahi para oknum sipir kala itu. . ⏬⏬ (di Banda Aceh, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CAdVl1Qp7zK/?igshid=rt9gmus566hf
0 notes
nenemonewsberita-blog · 6 years ago
Link
Banda Aceh, Nenemonews (NAD) – Keberadaan Perhimpunan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia atau yang biasa disingkat Perwosi, diharapkan dapat menjadi pendorong bagi partisipasi perempuan dalam bidang olahraga, sehingga mampu memunculkan bakat-bakat terpendam srikandi olahraga Aceh ke permukaan. Harapan tersebut disampaikan oleh Ketua Perwosi Aceh Dyah Erti Idawati, dalam sambutannya saat melantik sembilan pengurus Perwosi kabupaten/kota, yaitu …
0 notes
adelzahara-blog · 6 years ago
Text
Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam
Adel Zahara Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam Artikel Baru Nih Artikel Tentang Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam Pencarian Artikel Tentang Berita Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam Tjut Sjafrina (62), srikandi migas asal Aceh meninggal dunia, Kamis (4/4/2019) di Banda Aceh. Ia adalah putri T Hamzah Bendahara, mantan Pangdam IM. UNIKBACA.COM
0 notes
bellanurmae-blog · 6 years ago
Text
Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam
Bella Nurmae Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam Artikel Baru Nih Artikel Tentang Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam Pencarian Artikel Tentang Berita Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Wanita yang Meninggal di Hotel Hermes Banda Aceh Ternyata Srikandi Migas Aceh, Putri Mantan Pangdam Tjut Sjafrina (62), srikandi migas asal Aceh meninggal dunia, Kamis (4/4/2019) di Banda Aceh. Ia adalah putri T Hamzah Bendahara, mantan Pangdam IM. http://www.unikbaca.com
0 notes
kepoinus · 5 years ago
Text
Sugeng Terharu, Makam Srikandi Tanah Rencong Diziarahi Para Guru
Sugeng Terharu, Makam Srikandi Tanah Rencong Diziarahi Para Guru
[ad_1]
BLORA, Kepoin.us – Sugeng Riyadi seorang cucu Panglima Mahmud menitikkan air mata ketika berbincang dengan rombongan pengajar dari Provinsi Aceh yang berziarah ke peristirahatan terakhir Srikandi Tanah Rencong Potjut Meurah Intan yang terletak di kompleks makam Tegalsari turut Desa Temurejo, Kecamatan Blora Kota, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (8/8/2019) sekitar pukul 14.30 WIB…
View On WordPress
0 notes
cendananews · 7 years ago
Text
Pemanah Putri Aceh Ada Kemajuan
Pemanah Putri Aceh Ada Kemajuan
BANDA ACEH – Keberhasilan srikandi Aceh, Atika Fitriani, Lilis Safrina dan Widya Astuti meraih medali perunggu nomor beregu pada Kejurnas panahan mendapat apresiasi pelatihnya Irwansyah, karena capaian tersebut merupakan kemajuan dan prestasi terbaik.
Kepada wartawan usai anak didiknya meraih medali perunggu di Lapangan Blangpadang Banda Aceh, Selasa malam, Irwansyah menyatakan prestasi yang…
View On WordPress
0 notes
acehimagecom · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Srikandi DPRK Bersama Forum Puspa Cut Meutia Peduli Masyarakat ACEH UTARA - Srikandi DPRK Aceh Utara bersama Forum Puspa Cut Mutia melakukan pembagian sembako kepada tukang RBT (ojek) dan disabilitas dalam Kabupaten Aceh Utara.
0 notes