#similasis
Explore tagged Tumblr posts
smythologies · 2 years ago
Text
Similasis Episode 2
Tumblr media
Hi guys! Sorry for not posting yesterday, here’s Similasis Episode 2.
Greco-Roman myths have a lot of similarities with many other cultures and mythologies, so I’m gonna continue with talking about them. For this post, I’ll be doing Greco-Roman and Christianity.
So the biggest similarity, in my view, is Herakles/Hercules and Jesus Christ. When you think about it, there are a great many similarities here, and in fact, it’s something that’s been commented on by many historians and authors in the past. For example, some translators of Ovid’s Metamorphoses mention how similar these two beings are in the footnotes of their books. Note that I will be using the Greek names, but I mean the Greco-Roman characters.
Both Jesus and Herakles were children of the supreme, omniscient God in their mythologies (for Zeus was shown to be omniscient and omnipotent many times). Both were also marked for death from infancy; Herakles was hated by Hera as he was a sign of Zeus’ unfaithfulness, so she had sent serpents to kill him in his youth. Jesus was similarly marked for death, as a prophecy claimed that a new king would be born in Bethlehem, so King Herod, thinking the prophecy meant his reign would end, declared newborn infants to be killed, hoping that would counter the prophecy. They both, of course, survived these attempts on their lives.
In their later lives, both Jesus and Herakles performed miraculous and super-human feats; Jesus traveled the land, performing miracles and casting out demons, while Herakles slaughtered monsters and helped heroes with their own quests through his 12 labours. Thus, they both also made the world a safer place.
The most interesting part, though, is their death. They were both betrayed by ones they loved (Jesus by his follower, Judas, and Herakles by his second wife, Deianira). In their deaths, they both also lamented that their divine fathers had forsaken them in their most crucial moment. Finally, in their death, they both ascended from humanity to godhood. 
This is really my favourite similarity, especially because of how famous Herakles and Jesus really are in the Western world. But, of course, there are far more similarities between Christianity and Greco-Roman myth.
The creation of the world is also rather similar; the most popular creation for Greco-Roman myth is Hesiod’s Theogony, in which Gaia erupts from Kaos, or nothingness. In Christianity, it’s said that God created the world from nothhingness. 
There are also similarities between Pandora and Eve, how they both “caused” disaster to befall humanity and became scapegoats for Godly retribution. There’s also the fact of the Flood, which is, again, Godly retribution in both Christianity and Greco-Roman myth for humanity’s sins. 
Those are the main ones I can think of, unfortunately. I’m sure there are others, though. Anyways, have a good day guys!
3 notes · View notes
taniaqamila · 5 years ago
Text
Bagaimana Urgensi Integritas Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa?
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Integrasi Nasional
1. Makna Integrasi Nasional  Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, integrasi nasional adalah proses penyesuaian dan penyatuan unsur-unsur kebudayaan Indonesia yang beragam hingga terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa. Adanya integrasi nasional penting untuk terciptanya keselarasan bangsa di tengah-tengah keadaan masyarakat yang berbeda-beda dan wilayah yang luas. Integrasi nasional adalah bersatunya suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat.
2. Jenis - jenis Integrasi 1. ASIMILASIA similasi merupakan proses percampuran dua kebudayaan atau lebih menjadi satu kebudayaan yang baru yang sifatnya melebur, sehingga kebudayaan yang baru terbentuk tidak memeiliki ciri-ciri kedua atau lebih kebudayaan pembentuknya.Dalam hal ini, negara berusaha meleburkan beberapa kebudayaan agar dijadikan menjadi satu kebudayaan yang sifatnya lebih mudah diterima oleh semua masyarakat. Pastinya hal itu bertujuan untuk mewujudkan integrasi nasional di tengah keberagaman budaya dan sosial masyarakat. Cara ini cukup efektif untuk mencegah adanya saling klaim ataupun sifat etnosentrisme yang berlebihan. 2. AKULTURASI Akulturasi adalah percampuran dua macam atau lebih kebudayaan menjadi satu kebudayaan baru denga tidak menghilangkan sifat atau ciri-ciri budaya yang asli pembentuknya. Hal ini bisa diterapkan dalam suatu negara untuk menciptakan integrasi nasional di tengah keragaman budaya masyarakat.Pemerintah atau negara bisa menjadikan cara ini sebagai suatu hal yang cukup inovatif dalam menciptakan persatuan dan kesatuan masyarakatnya. Meskipun demikian juga tetap menghargai dan memelihari nilai-nilai budaya tertentu dengan baik sebagai bentuk identitas budaya maupun sosial. 3. PLURALIS Pluralis merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam masyarakat ataupun negara. Paham ini berusaha mewujudkan integrasi nasional dengan cara memberi kesempatan bagi semua unsur perbedaan yang ada di masyarakat untuk lebih maju dan berkembang.Bisa dikatakan paham ini sangat demokratis dan sangat tepat untuk diterapkan di Indonesia. Usaha pemberian kesempatan untuk setiap unsur keragaman yang ada tersebut didasarkan pada hak masing-masing komponen, sehingga semua bebas melakukannya dengan baik dan tidak melanggar norma dan nilai persatuan dan kesatuan. 4. NORMATIF Integrasi normatif ini terwujud karena adanya norma-norma tertentu yang telah disepakati oleh masyarakat. Dengan berlakunya norma tersebut artinya masyarakat telah bersatu dan sepakat untuk menjalankan dan menaatinya. Jadi, adanya norma tertentu bisa mempersatukan masyarakat yang beragam di suatu negara.
5. INSTRUMENTAL Integrasi nasional dalam bentuk instrumental ini terlihat sangat nyata karena memang dari fisik orang atau masyarakat. Hal itu bisa terbentuk karena adanya kesamaan atau keseragaman antar individu atau kelompok dalam lingkungan hidup. 6. FUNGSIONAL Integrasi fungsional terbentuk karena adanya kesamaan fungsi tertentu dalam suatu masyarakat. Mereka yang merasa mempunyai kesamaan fungsi atau peran cenderung mudah bersatu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
B. Mengapa Integrasi Nasional dibutuhkan?
Intergrasi nasional merupakan salah satu cara untuk menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia,dimana salah satu contohnya yaitu antara pemerintah dengan wilayahnya. Integrasi itu sendiri dapat dikatakan sebagai suatu langkah yang baik untuk menyatukan sesuatu yang semula terpisah menjadi suatu keutuhan yang baik bagi bangsa Indonesia, misal menyatukan berbagai macam suku dan budaya yang ada serta menyatukan berbagai macam agama di Indonesia. Masyarakat yang terintegrasi dengan baik adalah harapan bagi setiap negara, salah satunya Indonesia. Sebab masyarakat yang terintegrasi dapat mencapai tujuan yang ada di Indonesia. Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku,budaya dan agama. 
Oleh sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan.
Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika. Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia, masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia. Berdasarkan penjelasan diatas, maka integrasi nasional berfungsi sebagai suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada sehingga tiap-tiap ancaman yang menghadang dalam pembangunan nasional dapat ditangkal dengan baik.
C. Tantang dalam Membangun Integrasi
Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal. 
Dalam dimensi horizontal, tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal, sehingga hal ini memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi vertikalnya.
Terkait dengan dimensi horizontal ini, salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan dapat menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa. Hal ini bisa berpeluang mengancam integrasi horizontal di Indonesia. Terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesediaan para pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau turun kebawah, dan dekat dengan kelompok-kelompok yang merasa dipinggirkan. Di era globalisasi, tantangan itu ditambah oleh adanya tarikan global di mana keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan dan kecenderungan global. Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung mangabaikan batas-batas negara- bangsa, dan tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan- ikatan yang sempit seperti ikatan etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Di situlah nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami tantangan yang semakin berat.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiswa integrasi berdasar 5 (lima) jenis integrasi sebagai berikut: a. Integrasi bangsa Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of Understanding) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil secara damai mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005. b. Integrasi wilayah Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar laut teritorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau Negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi wilayah teritorial Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan wilayah dan laut tidak lagi merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi penghubung pulau-pulau di Indonesia. c. Integrasi nilai Nilai apa yang bagi bangsa Indonesia merupakan nilai integratif? Jawabnya adalah Pancasila. Pengalaman mengembangkan Pancasila sebagai nilai integratif terus-menerus dilakukan, misalnya, melalui kegiatan pendidikan Pancasila baik dengan mata kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai diberikannya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran PPKn. Melalui pelajaran ini, Pancasila sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat negara disampaikan kepada generasi muda. d. Integrasi elit-massa Dinamika integrasi elit–massa ditandai dengan seringnya pemimpin mendekati rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional. Berikut ini contoh peristiwa yang terkait dengan dinamika integrasi elit massa.
0 notes
kliksamarinda · 4 years ago
Text
BKD Kaltim Persiapkan SKB CPNS Formasi 2019 Sesuai Protokol Kesehatan Covid-19
BKD Kaltim Persiapkan SKB Sesuai Protokol Kesehatan Covid-19
KLIKSAMARINDA– Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan persiapan dan simulasi pelaksanaan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) CPNS Formasi 2019 Pemprov Kaltim. Persiapan dan similasi berlangsung di titik lokasi pelaksanaan SKB CPNS Formasi 2019 Pemprov Kaltim yaitu di Gedung Assessment Center, Jalan Kartini, Nomor 13, Sungai Pinang Luar, Kecamatana Samarinda Kota,…
View On WordPress
0 notes
katasatucom-blog · 6 years ago
Text
PT. Vale adakan simulasi, begini penjelasannya
PT. Vale adakan simulasi, begini penjelasannya
KATASATU. COM | LUTIM – Setelah mendapat desakan dari DPRD Luwu Timur, PT. Vale akhirnya akan adakan simulasi kegagalan similasi bendungan PLTA.
Hal ini diungkapkan Director Of Communications & External Affair PT. Vale, Gunawardana Vinyaman dalam rilisnya pada sabtu (13/10) beberapa waktu lalu.
“Saat ini kami sedang melakukan simulasi Rencana Tindak Darurat (RTD) dengan melibatkan pihak-pihak…
View On WordPress
0 notes
smythologies · 2 years ago
Text
Similasis Ep 1
Tumblr media
You knows just wild? How similar different mythologies and religions are to each other. That's why I'm gonna be doing this series, called:
Similasis
Or "Similologies" if you want.
But yeah, I'm just gonna be talking about different mythologies and their interesting similarities. Some may seem like stretches at first, but I feel like that's just part of the fun!
This first, "pilot episode" will be about:
Hinduism and Greek Mythology
So, let's start off with Krishna (Hinduism) and Herakles (Greek Mythology).
They're both "descended", in a sense, from one of the ultimate divinities in their respective pantheons; Krishna is the "avatar" of Vishnu, the Sustainer, while Herakles is one of Zeus' most popular children. They're also both incredibly powerful, with Krishna basically being a God on Earth, and Heraes having incredible strength.
From birth, they were also hunted and hated by a family member; for Krishna, it was his uncle Kansa, because of a Prophecy saying that Kansa would die at the hands of his sister's eight child. For Herakles, he was hunted by his stepmother, Hera, in her attempts to retaliate against Zeus for cheating.
As such, both faced, and defeated, assassination attempts at a young age. The she-demon Putana, sent by Kansa, attempted to breastfeed Krishna with her poisoned milk, but the young Godling bit down hard and simply sucked her dry (power move fr). On the other hand, Hera sent snakes to kill Herakles, which the child strangled with ease.
This isn't shown much in modernity, but both Krishna and Herakles were well-known for their wit and cunning; Krishna would always use his intellect to trick and confuse his adoptive mother Yashoda Ma, while Herakles has used incredible punishment to escape punishment and retribution in the past.
They've both also shown incredible feats of strength. When Vrindavan was being flooded by Indra Dev, Krishna lifted the Mount Govardhan with his little finger, so it acted like an umbrella. Similarly, while completing his Twelve Labours, Herakles held the sky on his back to allow Atlas to get him some apples.
Another major similarly is how similar the Mahabharata (Hinduism) and Trojan War (Greek Mythology) are. Many of the prominent characters share similar aspects, for example Arjuna (Mahabharata) is quite similar to Archilles (Trojan War), as they both refuse to fight (for admittedly different reasons), but eventually, due to a personal loss (Arjuna's son Abhimanyu, Achilles' lover-friend Patroclus), they both join the fray. Both Krishna and Achilles, two of the strongest beings in their wars, are also killed by an arrow to the heel. Achilles is also quite similar to Duryodhan, as they both were given blessings from their mothers (special armour for Achilles, stone body for Duryodhan) that were supposed to protect them from harm, but still didn't fully save them, due to a fatal weak point.
Of course, there are lots of other similarities between them, but for now, I think this is more than enough. Have a great day!
- Smylee
Edit: I almost forgot, both Achilles and Arjuna crossed dressed before. OK now I'm done.
18 notes · View notes